ASKEP Jiwa Dengan Gangguan Kognitif
-
Upload
tommy-anggara-putra -
Category
Documents
-
view
260 -
download
1
description
Transcript of ASKEP Jiwa Dengan Gangguan Kognitif
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KOGNITIF
DISUSUN OLEH :
TOMMY ANGGARA PUTRA 1111020163
DANANG WISANGGENI 1111020164
ACHMAD FARIZAL 1111020165
ADITYA ANANG JATMIKO 1111020166
MAYA MULYANA 1111020167
EKO WALUYO 1111020168
OKTA NUR WAHYU R. 1111020170
MUSTAKIM 1111020171
PURNAMA SETYA CAHYADI 1111020172
GINANJAR PENGESTUTI 1111020173
AITA NORA FIRDAUS 1111020174
DWI OKTAVIA ABRIANTI PRISILIA 1111020176
RIZKI FATIMAH 1111020177
ADI WICAKSONO 1111020179
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013/2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk
proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Kognitif
memberikan peran penting dalam intilegensi seseorang, yang paling utama adalah
mengingat, dimana proses tersebut melibatkan fungsi kerja otak untuk merekam
dan memanggil ulang semua atau beberapa kejadian yang pernahh dialami.
Gangguan kognitif yang paling sering ditemui meliputi Demensia dan
Delirium. Banyak orang mensalah artikan antara Demensia, Delirium dan Depresi.
Juga tentang respon kognitif yang maladaptive pada seseorang. Hal ini merupaka
tugas perawat sebagai tenaga professional yang mencakup bio-psiko-sosial yang
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengaan gangguan kognitif
yang akan dibahas oleh kelompok kali ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gangguan kognitif?
2. Apa saja macam-macam dari gangguan kognitif?
3. Apa perbedaan dari delirium, depresi dan demensia?
4. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi dari gangguan kognitif?
5. Stressor apa saja yang berpengaruh terhadap gangguan kognitif?
6. Bagaimana pola mekanisme koping yang digunakan pasien dengan gangguan
kognitif?
2
1.3 Tujuan Penulissan
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa pada semester 4
Fikes Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dan diharapkan untuk dapat
memahami tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya pada klien dengan
gangguan kognitif.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dari:
1. Pengertian dari gangguan kognitif
2. Macam-macam dari gangguan kognitif
3. Perbedaan dari delirium, depresi dan demensia
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi dari gangguan kognitif
5. Stressor apa saja yang berpengaruh terhadap gangguan kognitif
6. Pola mekanisme koping yang digunakan pasien dengan gangguan kognitif
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Kognitif adalah Kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk
proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. (Stuart and
Sundeen, 1987. Hal.612). Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak,
karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak .
Respon kognitif maladaptif meliputi ketidakmampuan untuk membuat
keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan
rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Respon tersebut dapat terjadi secara
episodik atau terjadi terus-menerus. Suatu kondisi dapat reversibel atau ditandai
dengan penurunan fungsi secara progresif tergantung stressor.
Fungsi Otak :
1. Lobus Frontalis
Pada bagian lobus ini berfungsi untuk : Proses belajar : Abstraksi, Alasan
2. Lobus Temporal
Diskriminasi bunyi
Perilaku verbal
Berbicara
3. Lobus Parietal
Diskriminasi waktu
Fungsi somatic
Fungsi motoric
4
4. Lobus Oksipitalis
Diskriminasi visual
Diskriminasi beberapa aspek memori
5. Sisitim Limbik
Perhatian
Flight of idea
Memori
Daya ingat
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan
mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :
1. Gangguan pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala sbb :
Kemampuan memecahkan masalah berkurang
Hilang rasa sosial dan moral
Impilsif
Regresi
2. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala sbb :
Amnesia
Dimensia
3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala gejala
yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi
4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi antara
lain :
Gangguan daya ingat
Memori
Disorientasi
5
2.2 Macam Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium
dan demensia. Tabel berikut menjelaskan karakteristik delirium dan demensia.
Depresi pada lansia seringkali salah didiagnosis sebagai demensia, tabel dibawah
dapat digunakan sebagai acuan.
2.3 Perbandingan Delirium, Depresi dan Demensia
Perbedaan Delirium Depresi Demensia
Awitan Cepat (beberapa jam
sampai beberapa
hari)
Cepat (beberapa minggu
sampai beberapa bulan)
Bertahap (bertahun-
tahun)
Proses
gangguan
Fluktuasi luas; dapat
berlangsung terus
selama beberapa
minggu jika
penyebab tidak
diketahui
Mungkin ada
pembatasan diri atau
menjadi kronik tanpa
pengobatan
Kronik; lambat namun
terus menurun
6
Rentang Respon Kognitif
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Tegas Ketidaktegasan periodik Ketidakmampuan membuat Memori utuh Mudah lupa keputusanOrientasi lengkap Kebingungan sementara yg ringan Kerusakan memori & penilaianPersepsi akurat Terkadang salah persepsi DisorientasiPerhatian terfokus Distrakbilitas Salah persepsi seriusPikiran koheren dan logis Kadang berfikir tidak jelas Ketidakmampuan memfokuskan
PerhatianKesulitan berfikir logis
Tingkat
kesadaran
Berfluktuasi dari
waspadfa hingga
sulit untuk
dibangunkan
Normal Normal
Orientasi Pasien disorientasi,
bingung
Pasien mungkin tampak
disorientasi
Pasien disorientasi,
bingung
Afek Berfluktuasi Sedih, depresi, cemas,
rasa bersalah
Labil, apatis pada tahap
lanjut
Perhatian Selalu terganggu Kesulitan
berkonsentrasi;
menelaah kembali
semua tindakannya
Mungkin utuh; pasien
dapat memusatkan
perhatian pada satu hal
untuk waktu yang lama
Tidur Selalu terganggu Terganggu Biasanya normal
Perilaku Pasien agitasi,
gelisah
Pasien mungkin lelah,
apatis, mungkin agitasi
Pasien mungkin agitas,
apatis, keluyuran
Pembicaraan Jarang atau cepat;
pasien mungkin
inkoheren
Datar, jarang, mungkin
meledak-ledak; dapat
dimengerti
Jarang atau cepat;
berulang-ulang, mungkin
inkoheren
Memori Terganggu,
terutama untuk
peristiwa yang baru
saja terjadi
Bervariasi dari hari ke
hari; lamban dalam
mengingat; sering defisit
memori jangka pendek
Terganggu, terutama
untuk peristiwa yang
sudah lama terjadi
Kognisi Gangguan berfikir Mungkin tampak
terganggu
Gangguan berfikir dan
menghitung
7
Isi pikir Inkoheren, bingung;
waham; stereotip
Negatif; hipokondriasis,
pikiran tentang
kematian; paranoid
Tidak teratur, kaya isi
pikir, waham, paranoid
Persepsi Salah penafsiran,
ilusi, halusinasi
Terganggu; pasien
mungkin mengalami
halusinasi pendengaran;
penafsiran terhadap
orang lain dan kejadian
Tidak berubah
Penilaian Buruk Buruk Buruk; perilaku tidak
tepat secara sosial
Daya tilik Mungkin ada saat-
saat berfikir jernih
Mungkin terganggu Tidak ada
Penampilan
pada
penilaian
status mental
Buruk tetapi
bervariasi;
meningkat saat
berfikir jernih dan
saat penyembuhan
Kerusakan memori;
menghitung,
menggambar, mengikuti
perintah biasanya tidak
terganggu; sering
menjawab ”Saya tidak
tahu”
Secara konsisten buruk;
makin memburuk;
pasien berupaya
menjawab semua
pertanyaan
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Kognitif
Respon kognitif pada umumnya merupakan akibat dari gangguan biologis pada
fungsi sistem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu mengalami gangguan
kognitif termasuk:
8
1. Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lainnya ke
otak
a. Perubahan vaskuler arterisklerotik
b. Serangan iskemik sementara
c. Hemoragi serebral
d. Infark otak kecil multipel
2. Degenerasi yang berhubungan dengan penuaan
3. Pengumpulan zat beracun dalam jaringan otak
4. Penyakit Alzheimer
5. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
6. Penyakit hati kronik
7. Penyakit ginjal kronik
8. Defisiensi vitamin (terutama thiamin)
9. Malnutrisi
10. Abnormalitas genetik
Gangguan jiwa mayor seperti skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan ansietas,
dan depresi, juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif.
2.5 Stressor yang Berpengaruh Terhadap Gangguan Kognitif
Setiap serangan mayor pada otak cenderung mengakibatkan gangguan fungsi
kognitif. Berikut ini merupakan kategori stressor:
1. Hipoksia
2. Gangguan metabolik, termasuk hipertiroidisme, hipotiroidisme, hipoglikemi,
hipopituitarisme, dan penyakit adrenal
3. Toksisitas dan infeksi
9
4. Respon yang berlawanan terhadap pengobatan
5. Perubahan struktur otak, seperti tumor atau trauma
6. Kekurangan atau kelebihan sensori.
Stressor spesifik yang berhubungan dengan gangguan kognitif sering kali tidak
dapat diidentifikasi, walaupun hal ini berubah secara cepat saat ilmu pengetahuan
tentang saraf meningkat, secara umum, ketika mengkaji respon kognitif maladaptif,
penyebab fifiologis disingkirkan terlebih dahulu, kemudian steressor psikososial
dipertimbangkan. Walaupun ada faktor fisiologis, stres psokososial dapat mengganggu
proses fikir individu. Oleh karena itu, penilaian stressor individu sangat penting.
2.6 Mekanisme Koping pada Pasien dengan Gangguan Kognitif
Respon individu termasuk kekuatan dan ketrampilan. Pemberi perawatan dapat
bersifat mendukung dan juga dapat memberi informasi tentang karakteristik
kepribadian, kebiasaan dan rutinitas individu. Self-help group dapat menjadi sumber
koping yang efektif bagi pemberi perawatan.
Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif maladaptif sangat
dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang lalu. Individu yang mengembangkan
mekanisme koping yang efektif pada masa lalu akan lebih mampu mengatasi awitan
masalah kognitif daripada individu yang telah mempunyai masalah koping.
Mekanisme koping yang biasanya digunakan mungkin berlebihan ketika individu
mencoba beradaptasi terhadap kehilangan kemampuan kognitif.
Karena gangguan perilaku yang mendasar pada delirium adalah perubahan
kesadaran, yang mencerminkan gangguan biologis yang berat dalam otak, mekanisme
koping psikologis pada umumnya tidak digunakan. Dengan demikian perawat harus
10
melindungi pasien dari bahaya dan mengganti mekanisme koping individu dengan
tetap mengorientasikan pasien dan mendorongnya menghadapi realitas.
Perilaku yang menunjukkan upaya seseorang yang mengalami demensia untuk
mengatasi kehilangan kemampuan kognitif dapat meliputi kecurigaan, permusuhan,
bercanda, depresi, seduktif, dan menarik diri. Mekanisme pertahanan ego yang
mungkin teramati pada pasien yang mengalami gangguan kognitif meliputi:
- Regresi
- Penyangkalan
- Kompensasi
11
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Faktor Predisposisi
Gangguan fungsi susunan saraf pusat
Gangguan pengiriman nutrisi
Gangguan peredaran darah
Faktor Presipitasi
Hipoksia
Anemia hipoksik
Histotoksik hipoksia
Hipoksemia hipopoksik
Iskemia hipoksik
Suplai darah ke otak menurun/berkurang
Malfungsi endokrin : Underproduct / Overproduct Hormon
Hipotiroidisme
Hipertiroidisme
Hipoglikemia
Hipopituitarisme
Racun, Infeksi
Gagal ginjal
Syphilis
Aids Dement Comp
12
Perubahan Struktur
Tumor
Trauma
Stimulasi Sensori
Stimulasi sensori berkurang
Stimulasi berlebih
Macam Gangguan Kognitif pada Kasus
Delirum adalah : Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan:
Gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi
Demensia : Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan
hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak.
Karakteristik Delirium dan demensia
Biasanya tiba-tiba
Biasanya singkat/ < 1 bulan
Racun, infeksi, trauma,
Fluktuasi tingkat kesadaran
Disorientasi
Gelisah
Agitasi
Biasanya perlahan
Biasanya lama dan progressif
Paling banyak dijumpai pada usia & gt; 65 th
Hipertensi, hipotensi, anemia. Racun, deficit vitamin, tumor atropi jaringan otak
Hilang daya ingat
13
Kerusakan penilaian
Perhatian menurun
Perilaku sosial tidak
Ilusi
Halusinasi
Pikiran tidak teratur
Gangguan penilaian dan pengambilan keputusan
Afek labil
Sesuai
Agitasi
Mekanisme koping
Dipengaruhi pengalaman masa lalu
Regresi
Rasionalisasi
Denial
Intelektualisasi
Sumber Koping
Pasien
Keluarga
Teman
3.2 Diagnosa Keperawatan
Kebanyakan gangguan yang mengakibatkan beberapa tingkat gangguan kognitif
biasanya bersifat fisiologis. Oleh karena itu perawat harusmempertimbangkan
14
kebutuhan fisik pasien dan masalah perilaku psikososial. Diagnosis keperawatan yang
lengkap menggambarkan semua pengaruh ini terhadap perilaku pasien. Jika disabilitas
kognitif pasien mengganggu peran sertanya dalam proses perencanaan pengobatan,
mungklin perlu melibatkan orang terdekat pasien dalam merumuskan diagnosis
keperawatan.
Diagnosis keperawatan NANDA yang berhubungan dengan respon kognitif
maladaptif:
1. Ansietas
2. Komunikasi, hambatan verbal
3. Konfusi, akut
4. Konfusi, kronis
5. Koping keluarga, penurunan
6. Koping individu, ketidakefektifan
7. Pemeliharaan rumah, gangguan
8. Cedera, resiko
9. Memori, kerusakan
10. Mobilitas fisik, hambatan
11. Performa peran, ketidakefektifan
12. Defisit perawatan diri, mandi/hygiene, berpakaian/berhias, makan, eliminasi
13. Persepsi sensori, gangguan: penglihatan, pendengaran, kinestetik, pengecapan,
peraba, peenghidu
14. Pola tidur, gangguan
15. Interaksi sosial, hambatan
16. Isolasi sosial
17. Proses pikir, gangguan
15
18. Keluyuran
Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak ditandai dengan :
Interpretasi lingkungan yang tidak akurat
Kurang memori saat ini
Kerusakan kemampuan memberikan rasional
Konfabulasi
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan :
Ketakutan
Disorientasi yang ditandai dengan perilaku agitasi
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan :
Kerusakan kognitif
Kehilangan memori saat ini
Konfabulasi
3.3 Intervensi Keperawatan
a. Identifikasi hasil :
Pasien dapat mencapai fungsi kognitif yang optimal
b. Prioritas :
Menjaga keselamatan hidup
Pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial
Libatkan keluarga
Pendidikan kesehatan mental
c. Usaha perawatan :
Memfungsikan pasien seoptimal mungkin sesuai kemampuan pasien.
16
Intervensi pada Delirium
Intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami delirium meliputi:
1. Penuhi kebutuhan fisiologis
Pertahankan keseimbangan nutrisi dan cairan/elektrolit
Lakukan tindakan keperawatan seperti menggosok punggung, memberikan susu
hangata, dan percakapan yang menenangkan pasien sehingga dapat tidur. Obat
sedatif mungkin akan menjadi kontraindikasi sebelum diketahui penyebab
delirium.
2. Intervensi pada gangguan persepsi
Biarkan lampu menyala di ruangan untuk mengurangi bayangan
Pastikan keamanan dengan menempatkan pasien dalam ruangan yang memakai
tirai pengaman dan memindahkan perabot yang berlebihan
Berikan asuhan keperawatan satu perawat-satu pasien jika diperlukan untuk
mempertahankan orientasi pasien.
Orientasikan kembali dengan sering terhadap waktu, tempat, dan orang.
3. Komunikasi
Berikan pesan yang jelas
Hindari memberikan pilihan
Gunakan pernyataan langsung dan sederhana
4. Penyuluhan pasien
Berikan informasi tentang penyebab delirium
Ajarkan pasien dan keluarga tentang pengobatan yang diprogramkan
Informasikan tentang pencegahan episode delirium di masa yang akan datang
17
Rujuk pada lembaga keperawatan kesehatan komunitas jika dibutuhkan
penyuluhan atau intervensi keperawatan lebih lanjut
Kewaspadaan Keperawatan: Merestrein pasien delirium untuk mempertahankan
infus intra vena dapat meningkatkan agitasi. Gunakan restrein hanya jika
diperlukan dan jangan pernah meninggalkan pasien delirium yang bisa di restrein
sendirian.
Intervensi pada Demensia
Intervensi keperawatan untuk pasien yang mengalami demensia meliputi:
1. Orientasi
Beri tanda yang jelas pada kamar pasien dengan menggunakan namanya
Anjurkan pasien untuk menyimpan barang milik pribadi di dalam kamarnya
Gunakan lampu tidur
Sediakan jam dan kalender
Sediakan surat kabar dan diskusikan berita di surat kabar tersebut bersama
pasien
Orientasikan secara verbal dengan interval yang sering
2. Komunikasi
Perkenalkan diri anda
Tunjukkan sikap positif tanpa pamrih terhadap pasien
Gunakan komunikasi verbal yang jelas dan singkat
Atur suara
Hindari penggunaan kata ganti
Gunakan pertanyaan ya/tidak
18
Minta satu hal dalam satu kesempatan
Pastikan bahwa komunikasi verbal selaras dengan non-verbal
Pelajari kehidupan masa lalu pasien
Berikan perasaan bebas dan terlindungi
3. Dukung mekanisme koping
4. Kurangi keluyuran. Lakukan pemetaan perilaku pasien untuk mengidentifikasi
kondisi terjadinya perilaku dan lakuka tindakan pencegahan
5. Kurangi agitasi
Jelaskan apa yang diharapkan secara jelas
Tawarkan pilihan jika pasien dapat melakukannya
Berikan jadwal aktivitas
Hindari adu kekuatan. Jika pasien menolak permintaan, tinggalkan dan kembali
dalam beberapa menit
Libatkan pasien dalam asuhan jika memungkinkan
6. Pengobatan farmakologis. Tacrine (cognex) dan doneprezil (aricept)
memperlambat penyakit Alzheimer. Olanzapine (zyprexa) dapat mengendalikan
agitasi yang terkait dengan demensia dan penyakit Alzheimer.
Keefektifan dihidroergotoksin mesilat (Hydergyne), salah satu dari dua obat
yang saat ini disetujui oleh FDA. Untuk mengurangi kemunduran kognitif pada
demensia, masih dipertanyakan.
Inhibitor Asetil kolinesterase (tacrine dan doneprezil) adalah obat lain yang
disetujui FDA untuk gangguan ini; obat tersebut menunjukkan manfaat yang
cukup signifikan secara klinis.
7. Libatkan anggota keluarga
8. Gunakan sumber yang ada di komunitas
19
Intervensi keperawatan terhadap pasien yang mengalami respon kognitif
maladaptif terdapat pada ringkasan rencana asuhan keperawatan.
Ringkasan Rencana Asuhan Keperawatan Respon Kognitif Maladaptif
Diagnosis Keperawatan: Perubahan Proses Pikir
Kriteria Hasil: Pasien akan mencapai fungsi kognitif yang optimal
Tujuan Jangka Pendek Intervensi Rasional
Pasien akan memenuhi
kebutuhan biologis dasar
Pertahankan nutrisi yang
adekuat; pantau asupan
dan keluaran cairan;
pantau TTV
Berikan kesempatan untuk
istirahat dan stimulasi
Bantu ambulasi jika
diperlukan
Bantu aktivitas hygiene
sesuai kebutuhan
Integritas biologis dasar
diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan
Intervensi yang berhubungan
dengan mempertahankan
kehidupan diberikan prioritas
tinggi dalam intervensi
keperawatan
Respon kognitif maladaptif
biasanya mencakup gangguan
sensori dan persepsi yang dapat
membahayakan keamanan
pasien
Pasien akan aman dari
cedera
Kaji fungsi sensiori dan
persepsi
Berikan kemudahan untuk
memperoleh kacamata,
alat bantu pendengaran,
20
tongkat, alat bantu
berjalan, dll, jika
diperlukan
Amati dan jauhkan dari
keadaan yang
membahayakan (mis.,
lantai licin, penerangan
kurang, dll.)
Awasi pengobatan jika
perlu
Lindungi pasien dari
cedera selama periode
agitasi dengan askep satu
perawat-satu pasien.
Pasien akan mengalami
tingkat harga diri yang
optimal
Lakukan orientasi realitas
Bina hubungan saling
percaya
Dukung kemandirian
Identifikasi minat dan
Gangguan kognitif merupakan
ancaman terhadap harga diri;
hubungan perawat pasien yang
positif dapat membantu pasien
mengekspresikan rasa takut dan
merasa aman dalam lingkungan
ia berada; memberikan pujian
terhadap keberhasilan yang
21
ketrampilan; berikan
kesempatan untuk
menggunakannya
Beri pujian yang tulus
terhadap keberhasilan
yang dicapainya
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk membantu pasien
menyampaikan pikiran
dan perasaannya
dicapai juga dapat meningkatkan
harga diri.
Pasien akan
mempertahankan
hubungan interpersonal
yang positif
Awali kontrak dengan
orang yang dekat dengan
pasien
Dukung pasien untuk
berinteraksi dengan orang
lain; libatkan dalam
aktivitas kelompok
Ajarkan keluarga dan
pasien tentang sifat
masalah dan rencana
Hubungan yang penuh perhatian
denga orang lain akan
menungkatkan konsep diri yang
positif; komunikasi dengan
orang terdekat seringkali dapat
lebih mudah dimengerti daripada
komunikasi dengan orang asing;
keluarga dan teman dapat
memberikan bantuan berupa
informasi tentang kebiasaan dan
minat pasien; keterlibtan orang
terdekat dalam pemberian
22
pelayanan kesehatan yang
direkomendasikan
Izinkan orang terdekat
untuk membantu dalam
asuhan pasien
Bertemu dengan orang
terdekat secara teratur dan
berikan mereka
kesempatan untuk
berbicara
Libatkan pasien dan
keluarga dalam
perencanaan pulang
asuhan sering membantu mereka
untuk mengatasi stres yang
berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien.
Rencana Penyuluhan Keluarga : Membantu Anggota Keluarga dengan Respon Kognitif Maladaptif
Isi Aktifitas Intruksional Evaluasi
Menjelaskan kemungkinan
penyebab respon kognitif
maladaptive
Jelaskan factor predidposisi
dan stressor pencetus yang
dapat menimbulkan
gangguan kognisi; berikan
bahan referensi tertulis
Keluarga mengidentifikasi
kemungkinan penyebab
gangguan pasien.
Mendefinisikan dan Definisikan tiga bidang Keluarga mengidentifikasi
23
menjelaskan orientasi
terhadap waktu, tempat, dan
orang.
orientasi; mainkan peran
respon interpersonal
terhadap disorientasi.
disorientasi dan melakukan
reorientasi.
Menjelaskan hubungan
tingkat fungsi kognitif
dengan kemampuan
berkomunikasi.
Jelaskan dampak respon
kognitif maladaptif pada
komunikasi; demonstrasikan
teknik komunikasi yang
efektif; rekam dan bahas
kembali demonstrasi.
Keluarga menyesuaikan
pendekatan komunikasi
dengan kemampuan pasien
dalam berinteraksi.
Menjelaskan pengaruh
respon kognitif yang
maladaptive terhadap
perilaku perawatan diri.
Jelaskan kemajuan
pencapaian atau kehilanagan
kemempuan untuk
perawatan diri yang
berhubungan dengan sifat
gangguan; dorong peserta
didik untuk membantu
memberikan asuhan kepada
pasien; berikan bahan
petunjuk tertulis.
Keluarga membantu aktifitas
hidup sehari-hari sesuai
kebutuhan tingkat fungsi
biopsikososial pasien.
Merujuk pada sumber
komunitas
Berikan daftar sumber yang
ada di komunitas; atur
pertemuan dengan anggota
staf dari program komunitas
yang dipilih; kunjungi
beberapa pertemuan
Keluarga menjelaskan
berbagai program yang
memberikan pelayanan yang
relevan dengan kebutuhan
pasien dan keluarga serta
menghubungi program yang
24
program yang dipilih. tepat jika diperlukan.
BAB IV
25
APLIKASI KASUS PADA DEMENSIA
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 68 tahun
Jenis kemain : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. K U IV/34 SDR
Pendidikan : lulusan STM teknik mesin
Pekerjaan : Swasta
MRS : 8 Agustus 2011
Tanggal pengkajian : 9 Agustus 2011
Sumber data : klien, teman, keluarga
2. Keluhan utama
Ngomel-ngomel
Autoanamnese :
Klien dapat menyebutkan namanya yang dijawab dengan lambat dengan suara
yang agak keras, tetapi klien salah dalam menyebutkan nama siapa ayah dan ibunya serta
teman yang ada disekitarnya.
Heteroanamnese :
26
- 1 minggu yang lalu klien sakit panas, disertai bicara ngelantur, gelisah, sulit tidur dan
seperti bingung dan marah-marah.
- Klien sering melihat dan mendengar sesuatu yang terasa pada tangan yang dipasang infus
ada bunyi derap sapi sebanyak 4 (empat) yang sedang berkejar-kejaran (“tak-tuk-tak tuk”)
- Klien juga tidak mengenal orang-orang disekitarnya yang sebelumnya sudah dikenalnya
(salah menyebutkan namanya)
- Klien banyak melamun, tidak bisa tidur dan juga tidak mau makan
- Klien pernah mempunyai keinginan untuk mencarai ilmu yang bermanfaat bagi dirinya
dan orang lain sejak 4 bulan yang lalu tetapi klien tidak mampu dalam menjalaninya dan
bertirakat sehingga klien tergoncang jiwanya, ngomel-ngomel, berbicara keras dan
kadang-kadang marah sehingga harus dibawa ke RS.
3. Faktor Predisposisi
- Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa
- tidak ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa
- kien pernah menjalani operasi usus buntuk pada bulan desember tahun 2000 di RS kartini
Krian.
- Pengalaman klien yang tidak menyenangkan adalah pada gurunya saat menjalani
pembekalaln ilmu sehingga dirinya merasa tidak kuat lagi.
4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran yang meningkat, GCS 456, Refleks fiologis (+), refleks patologis (-).
Tensi 120/70, nadi 80 x/mnt, RR 20 x/mnt, temperatur 37,1 C, BB 44 kg, TB 158 cm.,
takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.
27
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
Gambaran diri, klien tidak mengeluh tentang gambaran diri yang dimilik, (menerima
dir sendiri apa adanya).
Identitas, klien laki-laki.
Peran, klien sebagai anak yang perlu mengabdi kepada keluarga dengan bekerja
keras membantu di sawah.
Ideal diri, keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada
(mencari ilmu untuk menjaga diri dan membantu orang lain tetapi tidak mampu
untuk mencapainya)
Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga
dirinya rendah karena kegagalannya.
c. Hubungan sosial
28
: laki-laki
: perempuan
/ : meninggal
: klien
: meninggal
: kien
Klien menganggap bahwa orang tua merupakan orang yang paling berarti dan perlu
berbakti kepadanya serta berbalas budi. Berbagai faktor di masyarakat yang membuat
klien diterima sebagai anggota kelompok remaja karena mempunyai kepandaian dalam
bidang olah raga (seperti badminton, pingpon, sepak bola dan permaina ringan lainya).
Klien juga mengikuti permainan yang sifatnya totoan dan klien pernah kalah sehingga
berkeinginan untuk mencari ilmu utnuk menambah kamatangan diri dan membantu orang
lain tetapi klien tidak mampu sehingga mengalami gangguan interaksi dan jengkel pada
gurunya.
d. Spiritual
Keyakinan klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat. tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksnakan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6. Status mental
a. Penampilan
Klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri, berbaring dan
dipasang infus dextrose 5 % 20 tetes/mnt pada tangan kiri
b. Pembicaraan
Keras, cepat dan inkoheren.
c. Aktivitas motorik,
Perubahan motorik dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik,
gelisah, agitasi.
d. Alam perasaan
Klien nampak ketakutan dan putus asa dan harga diri rendah.
e. Afek dan emosi.
29
Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi
dirinya, karena afek yang telah berubah memampukan kien mengingkari dampak
emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin
tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah.
Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang serta secara
memik menunjukkan sifat bermusuhan.
g. Persepsi
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi penglihatan
dan pendengaran.
h. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung
berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian
yang umum diterima. Bentuk pikir non realistik. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien
merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang
tidak logis (Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Arus pikir
(Asosiasi longgar), dan isi pikir (pemikiran tak memadai)
i. Tingkat kesadaran
Kesadaran berkabut, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
j. Memori
Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi (kejadian pada beberapa jam atau hari
yang lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
k. Tingkat konsentrasi
30
Klien tidak mampu berkonsentrasi
l. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan dalam penilaian atau dan lambat dalam pengambilan keputusan.
7. Kebutuhan klien sehari-hari
a. Tidur
Klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah. Kadang-
kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya terganggu sepanjang
malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari yang ditandai adanya kien tampak
nagantuk, mata merah dikuatkan oleh cerita keluagra (ayah dan ibu klien)
b. Selera makan
Klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus
asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Klien terganggu buang air kecilnya, kadang-kadang ldibantu dan kadang ngompol
dan belum BAB selam 2 hari setelah MRS.
8. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tidak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir,
mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping
mekanisme. Ketidak- mampuan mengatasi secara konstruktif menyebbkan klien ngomel-
ngomel, menarik diri diri dari kelompoknya dan kadang-kadang marah.
9. Penatalaksanaan
31
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal 10 Agustus 2011
Hb : 12,5 gr%
LED : 45 mg/L
Leukosit : 5,0 x 109 /dl
Pemeriksaan widal :
S thyphi O : negatif
S. Typhi H : negatif
S. Para A : negatif
S. Para B : negatif
Perawatan
a. Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar
tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
b. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
c. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan
sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong,
tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi
bertambah gelisah.
d. Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk
dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk
orang lain.
e. Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau
32
dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau
barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak
tahan terlalu diisolasi.
f. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika,
terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.
g. Pemberian obat Haloperidol 2x1 mg
9. Dampak masalah
a. Individu
Pola persepsi dalam pemeliharaan kesehatan, klien secara tidak sadar bahwa dirinya
mengaami gangguan jiwa
Pola nutrisi dan metabolime, penurunan berat bdan dan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan
Pola aktivitas, perilkua yang hiperkinesia, agitasi dan gelisah
Pola eliminasi, bak masih ngompol (kadang-kadang), 2 hari belum BAB setelah
MRS
Pola istirahat dan tidur, kien sulit tidur dan gelisah
Pola kognitif, klien tidak bisa konsentrasi dan lambat berbicara dan mengambil
keputusan
Pola persepsi diri, halusinasi dengar dan penglihatan
Pola peran, harga diri rendah, putus asa, kegagalan
Pola penyesuai diri, isolasi diri
Pola hubungan sosial, keursakan interkasi sosial
Pola kepercayaan dan agama, gangguan dalam beribadah
b. Keluarga :
33
Perubahahn sensori-perseptual : halusinasi
pendengaran dan penglihatan
klien mungkin mengabaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak mau menyisir
atau mengganti pakaian.
Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri
rendah, merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu
diisolasi.
Kemadirian , klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada
keluarga atau orang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.
Ketegangan tingkat konflik, mengganggu satu atau lebih anggota keluarga berperan
dengann baik .
B. Pohon Masalah
Akibat
Masalah utama
Penyebab
34
Kekerasan resiko tinggi
Interasaksi sosial dan keruskan, menarik diri
Harga diri rendah
Defisit perawatan diri, mandii,kbersihan,
berpakaian
Intoleransi aktiovitas
C. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
Tanggal 9 Agustus 2011 jam 08.30 wib
Data Subyektif :
- Keluarga mengatakan bahwa klien
kadang mendengar suara yang
membisikan dirinya disetiap ada
rangsangan (berupa suara atau
bunyian yang keras) .
- Keluarga kadang-kadang memegangi
klien dikala sedang gelisah dan tidak
enak duduk dan tidur serta
berkeinginan untuk melepaskan
jarum infus yang terpasang ditangan
kirinya.
- Klien minta agar tali pengikatnya
dilepas .
Data Obyektif :
- Klien ketika didekati perawat
mengatakan bahwa di tempat
terpasangnya infus ada 4 pasang sapi
yang sedang berkejar-kejaran
(berbunyi tak-tuk-tak-tuk)
- Terdapat luka lecet pada daerah dahi
(daerah tengah antara dua lais) dan
Gangguan
persepsi sensoris
(halusinasi dengan
dan penglihatan)
Kekerasan/penyiksaan
(mulakai diri sendiri,
orang lain dan
sekitarnya)
35
pelipis bekas garukan.
- Klien nampak gelisah , berontak,
ngomel-ngomel, tidak enak duduk
dan tidak enak tidur, mata merah.
- Kontak klien saat bertatap muka
kontakmata kurang, bermusuhan, dan
salah mengucapkan namanya bila
diajak kenalan (berjabatan dengan
tangan yang kuat) tetapi klien bisa
menjawabnya dengan dituntun dan
lambat
Data Subyektif :
- Keluarga mengatakan sudah dua hari
ini klien tidak mau makan dan kalau
mau hanya bisa menghabiskan
makan dua/tiga suaop nasi yang
disajikan.
Data Obyektif :
- Berat badan tak terkaji, konjunctiva
tidak pucat dan membran mukosa
kering, turgor kulit cukup, dan
kelemahan)
- Terpasang infus Dex 4 % pada
tangan kiri dengan tetesan
Intake yang
kurang, status
emoosional yang
meningkat.
Nutrisi
36
maintenace (20 tetes/mnt), cairan
yang masuh flesh ke 4.
- Penampilan tubuh kurus
- Suhu tubuh sub febris 37 oC, tensi
120/ 70 mmHg
Data Subyektif :
- Keluarga mengatakan klien kadang-
kdang berbicara sendiri dengan nada
yang agak keras.
- Klien gelisah
Data Obyektif :
- Kurang rasa percaya pada orang lain,
sukar berinteraksi dengan orang lain,
komnuikasi yang tidak realistik,
kontak mata kurang, berpikir tentang
sesuatu menurut pikirannya sendiri,
afek emosi yang dangkal.
- Klien bila diajak kenalan dengan
klien liannya seperti (sdr. JS dan Sdr.
S) masih belum bersahabat dan
masih salah dalam mengulang nama
yang baru saja dikenalkan
- Kesadran berkabut, Psikomotor
meningkat, bentuk pikir non realistik,
Sistem pendukung
yang tidak
adequat,
halusinasi
Interaksi sosial
(isolasi sosial)
37
arus (asosiasi longgar) dan isi
(pemikiran tak memadai), Afek
emosi yang dangkal
Data Subyektif :
- Kleluarga mengatakan sudah dua
belum mandi hanya saja diseka pada
bagian yang terbuka (yang tak
tertutup baju.
- Klien kadang-kadang masih ngompol
dan kadang bilang kalau ingin
kencing dengan menggunakan
penampung (urinal)
Data Obyektif :
- Kemauan yang menurun, penampilan
kurang rapi dan muka agak lusut.
- Celana nampak sedkit basah
- Klien dalam keadaan terfiksasi
sehingga kebutuhan klien dibantu
(makan, minum dan kencing serta
mandi dengan diseka).
Data Subyektif :
Kemauan yang
menurun
Perawatan diri-sendiri
38
- Keluarga belum mengetahui tentang
obat yang diminumkan klien serta
efek samping nya.
- Pendidikan keluarga lulusan SD
- Keluarga mengatakan bahwa klien
ingin tidur saja.
- Dalam makan klien merasa kurang
enak untuk menelan dengan
memegang lehernya.
Data Obyektif :
- Adanya pertanyaan kurangnya
pengetahuan, permintaaan untuk
mendapatkan informasi dan.
- Nampak mata klien merah dan
sepertinya masih mengantuk
- Didapatkan adanya rigiditas (kuduk,
punggung)
- distonia akut (spame lidah, wajah,
leher dan punggung), akatisia
(gelisah, tidak dapat duduk dengan
tenang, mengetuk-negetukan kaki,
tremor otot, rifgiditas dan diskinesia
tardif (mengecapkan bibir, torticolis
dan OCC krisis)
- Malam jam 22.30 Wib diinjeksi
Kurangnya
informasi
Pengetahuan klien
dan keluarga
39
Delladryl 2 cc dan THD 2x2 mg
D. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan berespon pada sensori-perseptual (halusinasi dengan dan
lihat).
b. Risiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, status emoosional yang meningkat.
c. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung
yang tidak adequat.
d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
e. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik
berhubungan dengan kurangnya informasi.
E. Rencana Tindakan
a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan berespon pada gangguan sensori-perseptual (halusinasi dengar
dan lihat).
Batasan kriteria :
Sasaran jangka pendek :
Dalam 2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan
melaprkan pada perwat agasr dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Sasaran jangka panjang :
Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit.
INTERVENSI RASIONAL
40
1. Pertahankan agar lingkungan klien
pada tingkat stimulaus yang rendah
(penyinaran rendah, sedikit orang,
dekorasi yang sederhana dan tingakat
kebisingan yang rendah)
2. Ciptakan lingkungan psikososial :
sikap perawat yang
bersahabat, penuh perhatian,
lembuh dan hangat)
Bina hubungan saling percaya
(menyapa klien dengan rama
memanggil nama klien, jujur , tepat
janji, empati dan menghargai.
Tunjukkan perwat yang
bertanggung jawab
3. Observasi secara ketat perilaku
klien (setiap 15 menit)
4. Kembangkan orientasi kenyataan :
Bantu kien untuk mengenal
persepsinya
Beri umpan balik tentang
perilaku klien tanpa menyokong
1. Tingkat ansietas atau gelisah akan
meningkat dalam lingkungan yang penuh
stimulus.
2. Lingkungan psikososial yang terapeutik
akan menstimulasi kemampuan perasaan
kenyataan.
3. Observasi ketat merupakan hal yang
penting, karena dengan demikian intervensi
yang tepat dapat diberikan segera dan untuk
selalu memastikan bahwa kien berada dalam
keadaan aman
4. Klien perlu dikembangkan
kemampuannya untuk menilai realita secara
adequat agar klien dapat beradaptasi dengan
lingkungan.Klien yang berada dalam
keadaan gelisah, bingung, klien tidak
41
atau membantah kondoisinya
Beri kesempatan untuk
mengungkapkan persepsi an daya
orientasi
5. Lindungi klien dan keluarga dari
bahaya halusinasi :
Kajiu halusinasi klien
Lakukan tindakan pengawasan
ketat, upayakan tidak melakukan
pengikatan.
6. Tingkatkan peran serta keluarga
pada tiap tahap perawatan dan
jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada
halusinasi.
7. Berikan obat-obatan antipsikotik
sesuai dengan program terapi
Haloporidol (2 x 2 mg) dan (pantau
keefektifan dan efek samping obat).
menggunakan benda-benda tersebut untuk
membahayakan diri sendiri maupun orang
lain.
5. Klien halusinasi pada faase berat tidak
dapat mengontrol perilakunya. Lingkungan
yang aman dan pengawasan yang tepat dapat
mencegah cedera.
6. Klien yang sudah dapat mengontrol
halusinasinya perlu sokongan keluarga untuk
mempertahnkannya.
7. Obat neroleptika ini dipakai untuk
mengendalikan psikosis dan mengurangi
tanda-tanda agitasi.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, status emosional yang meningkat.
Batasan kriteria :
Penurunan berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit jelek,
ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan)
Sasaran jangka pendek :
42
- Klien dapat mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian
- Hasil laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas normal
dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor masukan, haluaran dan
jumlah kalori sesuai kebutuhan.
2. timbang berat badan setiap pagi
sebelum bangun
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang
cukup bagi kesehatan dan proses
penyembuhan.
4. Kolaborasi
Dengan ahli gizi untuk
menyediakan makanan dalam porsi
yang cukup sesuai dengan
kebutuhan
Pemberian cairan perparenteral
(IV-line)
Pantau hasil laboraotirum (serum
1. Informasi ini penting untuk membuat
pengkajian nutrisi yang akurat dan
mempertahankan keamanan klien.
2. Kehilangan berat badan merupakan
informasi penting untuk mengethui
perkembangan status nutrisi klien.
3. Klien mungkin tidak memiliki
pengetahuan yang cukup atau akurat
berkenaan dengan kontribusi nutrisi yang
baik untuk kesehatan.
4. Kolaborasi :
Klien lebih suka menghabiskan makan
yang disukai oleh klien.
Cairan infus diberikan pada klien yang
tidak, kurang dalam mengintake makanan.
Serrum elektrolit yang normal
43
elektrolit)
5. Sertakan keluarga dalam memnuhi
kebutuhan sehari-hari (makan dan
kebutuhan fisiologis lainnya)
menunjukkan adanya homestasis dalam
tubuh.
5. Perawat bersama keluarga harus
memperhatikan pemenuhan kebutuhan
secara adequat.
c. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung
yang tidak adequat.
Batasan kriteria :
Kurang rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain,
komnuikasi yang tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu menurut
pikirannya sendiri, afek emosi yang dangkal.
Sasaran jangka pendek :
Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang
dipercayai dalam 1 minggu.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam
aktivitas kelompok di unit rawat inap.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan terapeutik :
- bina hubungan saling percaya
((menyapa klien dengan rama
memanggil nama klien, jujur,
tepat janji, empati dan
menghargai).
1. Lingkungan fisik dan psikososial yang
terapeutik akan menstimulasi
kemmapuan klien terhadap kenyataan.
44
- tunjukkan perawat yang
bertanggung jawab
- tingkatkan kontak klien dengan
lingkungan sosial secara bertahap
2. Perlihatkan penguatan positif pada
klien.
Temani klien untuk
memperlihatkan dukungan selama
aktivitas kelompok yang mungkin
mnerupakan hal yang sukar bagi
klien.
3. Orientasikan klien pada waktu,
tempat dan orang.
4. Berikan obat anti psikotik sesuai
dengan program terapi
(Haloperidol 2x 2 mg)
2. Hal ini akan membuat klien merasa
menjado orang yang berguna.
3. Kesadran diri yang meningkat dalam
hubungannya dengan lingkungan
waktu, tempat dan orang.
4. Obat ini dipakai untuk mengendalikan
psikosis dan mengurangi tanda-tanda
agitasi
d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
Batasan kriteria :
Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan
kurang minat dalam berpakaian yang rapi.
Sasaran jangka pendek :
45
Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari
dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan
mendemosntrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.
INTERVENSI RASIONAL
1. Dukung klien untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari sesuai
dengan tingkat kemampuan kien.
2. Dukung kemandirina klien, tetapi
beri bantuan kien saat kurang
mampu melakukan beberapa
kegiatan.
3. Berikan pengakuan dan
penghargaan positif untuk
kemampuan mandiri.
4. Perlihatkan secara konkrit,
bagaimana melakukan kegiatan
yang menurut kien sulit untuk
dilakukaknya.
1. Keberhasilan menampilkan kemandirian
dalam melakukan suatu aktivitas akan
meningkatkan harga diri.
2. Kenyamanan dan keamanan klien
merupakan priotoritas dalam
keperawatan.
3. Penguatan positif akan menignkatakan
harga diri dan mendukung terjadinya
pengulangan perilaku yang diharapkan.
4. Karena berlaku pikiran yang konkrit,
penjelasan harus diberikan sesuai tingkat
pengetian yang nyata.
e. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Batasan kriteria :
46
Adanya pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan
informasi dan mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi
rencana pengjaran.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat mengatan pentingnya mengetahui dan kerja sama dalam memantau
gejala dan tanda efek samping obat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Tetaplah bersama klien ketika
minum obat antipsikotik
3. Amati klien akan adanya EPS,
4. Beritahu klien bahwa dapat terjadi
perubahan yang berkaitandengan
1. Hipotensi ortostatik mungikn terjadi pada
pemakain obat antipsikotik, Pemeriksaan
tekanan darah dalam posisi berbaring,
dudujk dan berdiri.
2. Beberapa klien mungkin
menyembunyikan oabt-obat tersebut.
3. Distonia akut (spame lidah, wajah, leher
dan punggung), akatisia (gelisah, tidak
dapat duduk dengan tenang, mengetuk-
negetukan kaki,pseudoparkinsonisme
(tremor otot, rifgiditas, berjalan dengan
menyeret kaki) dan diskinesia tardif
(mengecapkan bibir, menjulurkan lidah
dan gerakan mengunyah yang konstan).
4. Wanita dapat mempunyai periode
menstruasi yang tidak teratus atau
47
fungsi seksual dan menstruasi. amenorhea dan pria mungkin mengalmi
impotens atau ginekomastik.
F. IMPLEMENTASI (PELAKSANAAN)
DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
Tanggal
09-08-2011
a. Risiko ter-
hadap pe-
nyiksaan pa-
da diri sendiri,
orang lain dan
ling-kungan
ber-hubungan
dengan be-
respon pada
sensori-per-
septual (ha-
lusinasi de-
ngan dan
lihat).
08.00
08.00
09.00
1. Mempertahankan agar
lingkungan klien pada tingkat
stimulus yang rendah (penyinaran
rendah, sedikit orang, dekorasi
yang sederhana dan tingakat
kebisingan yang rendah)
2. Menciptakan lingkungan
psikososial :
sikap perawat yang
bersahabat, penuh perhatian,
lembuh dan hangat)
Membina hubungan saling
percaya (menyapa klien dengan
cara memanggil nama klien
(berkenalan), jujur , tepat janji,
empati dan menghargai.
Menunjukkan perawat
yang bertanggung jawab
3. Mengobservasi secara ketat
Jam 12.00 wib
S
- Keluarga mengatakan
bahwa klien kadang masih
mendengar suara yang
membisikan dirinya disetiap
ada rangsangan (berupa
suara atau bunyian yang
keras) .
- Keluarga kadang-kadang
masih memegangi klien
dikala sedang gelisah dan
tidak enak duduk dan tidur
serta berkeinginan untuk
melepaskan jarum infus
yang terpasang ditangan
kirinya.
- Klien minta agar tali
pengikatnya dilepas .
48
10.30
08.00
10.00
07.30
perilaku dan peningkatan
psikomotor klien (setiap 15
menit)
4. Mengembangkan orientasi
klien pada kenyataan :
Membantu kien untuk
mengenal persepsinya
Memberi umpan balik
tentang perilaku klien tanpa
menyokong atau membantah
kondisinya
Memberi kesempatan
untuk mengungkapkan persepsi
dan daya orientasi (Waktu,
tempat dan orang)
5. Melindungi klien dan keluarga
dari bahaya halusinasi :
Mengkaji halusinasi klien
Melakukan tindakan
pengawasan
ketat,mengupayakan dengan
melakukan pengikatan.
6. Meningkatkan peran serta
keluarga pada tiap tahap
perawatan dan jelaskan prinsip-
O
- Klien masih nampak gelisah
, berontak, ngomel-ngomel,
tidak enak duduk dan tidak
enak tidur, mata merah. Dan
minta agar talipengikatnya
dibuka
- Kontak klien saat bertatap
muka kontakmata kurang,
bermusuhan, dan salah
mengucapkan namanya bila
diajak kenalan (berjabatan
dengan tangan yang kuat)
tetapi klien bisa
menjawabnya dengan
dituntun dan lambat
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan
49
b. Risiko ter-
jadi peru-
bahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh berhu-
bungan de-
ngan intake
yang kurang,
status emo-
sional yang
meningkat.
07.00
07.00
07.30
08.00
08.00
07.00
prinsip tindakan pada halusinasi.
7. Melakukan kolaborasi dengan
tim medis dalam memberikan
obat-obatan antipsikotik
(neroleptika) sesuai dengan
program terapi yaitu Haloporidol
(2 x 1 mg) dan memantau
keefektifan dan efek samping
obat.
1. Memonitor jumlah kalori yang
masuk sesuai kebutuhan.
2. Memberikan penjelasan kepada
klien dan keluarga pentingnya
nutrisi yang cukup bagi kesehatan
dan proses penyembuhan.
3. Melakukan Kolaborasi
Dengan ahli gizi untuk
menyediakan makanan dalam
porsi yang cukup sesuai dengan
kebutuhan
Memantau tetesa infus Dex 5%
dan tanda-tanda pelebits.
4. Mengikutsertakan keluarga
dalam memnuhi kebutuhan
Jam 12.00 WIB
S
- Keluarga mengatakan sudah
mau makan dan
menghabiskan makanan
yang disajikan dari rumah
sakit suaop nasi yang
disajikan.
- Klien disuapi makanannya
oleh bapaknya dalam
kondisi kai dan tangannya
diikat.
- Ketika ditanya klien merasa
kenyang
O
50
c. Kurangnya
interaksi so-
sial (isolasi
sosial) ber-
hubungan de-
ngan sistem
penbdukung
yang tidak
adequat.
08.30
10.00
sehari-hari (makan,dan minum )
1. Menciptakan lingkungan
terapeutik :
- Membina hubungan saling
percaya ((menyapa klien dengan
rama memanggil nama klien, jujur
, tepat janji, empati dan
menghargai).
- Menunjukkan perawat yang
bertanggung jawab
- Porsi makanan yang
disediakan RS dihabiskan
- Terpasang infus Dex 4 %
pada tangan kiri dengan
tetesan maintenace (20
tetes/mnt), cairan yang
masuh flesh ke 4.
- Tidak nampak adanya
kelemahan yang bermakna
- Suhu tubuh sub febris 36,5,
tensi 120/ 70 mmHg
A
Masalah teratasi
P
Diobservasi lebih lanjut
Jam 12.00 WIB :
S
- Keluarga mengatakan klien
kadang-kdang berbicara
sendiri dengan nada yang
agak keras.
- Klien masih gelisah
O
- Klien masih sukar
51
d. Kurangnya
perawatan diri
berhubugan
dengan ke-
mauan yang
menurun
07.00
07.30
07.30
07.30
07.30
07.30
- Meningkatkan kontak klien
dengan lingkungan sosial secara
bertahap
2. Memperlihatkan penguatan
positif pada klien.
Temani klien untuk
memperlihatkan dukungan selama
aktivitas kelompok yang mungkin
merupakan hal yang sukar bagi
klien.
3. Mengorientasikan klien pada
waktu, tempat dan orang.
4. Memberikan obat anti psikotik
sesuai dengan program terapi
(Haloperidol 2x 1 mg) dan
memastikan
1. Memberi dukungan pada klien
untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari sesuai dengan tingkat
kemampuan kien.
2. Memberi dukungan atas
kemandirian klien, tetapi beri
bantuan kien saat kurang mampu
berinteraksi dengan orang
lain, komnuikasi yang tidak
realistik, kontak mata
kurang, berpikir tentang
sesuatu menurut pikirannya
sendiri, afek emosi yang
dangkal.
- Psikomotor meningkat,
bentuk pikir non realistik,
arus (asosiasi longgar) dan
isi (pemikiran tak memadai)
- Klien masih lupa dan daya
ingatnya berkurang
A
Masalah belum teratasi
P
Dilanjutkan
Jam 12.00 wib
S
- Kleluarga mengatakan
untuk siang masih belum
mandi hanya sebatas diseka
saja.
- Kebutuhan untuk kencing
52
d. Ketidak-
tahuan ke-
luarga dan
klien tentang
efek samping
obat anti-
psikotik ber--
hubungan de-
ngan
kurangnya
08.00
09.00
07.30
07.30
08.00
melakukan beberapa kegiatan.
3. Memberikan pengakuan dan
penghargaan positif untuk
kemampuan mandiri
4. Memperlihatkan secara konkrit,
bagaimana melakukan kegiatan
yang menurut kien sulit untuk
dilakukaknya.
1. Memantau tanda-tanda vital
tensi, nadi, suhi dan respirasi rate
2. Menetapkan bersama klien
ketika minum obat antipsikotik
3. Mengamati klien akan adanya
EPS, distonia akut (spame lidah,
wajah, leher dan punggung),
akatisia (gelisah, tidak dapat
duduk dengan tenang, mengetuk-
negetukan
dibantu
O
- Kemauan yang menurun,
penampilan kurang rapi dan
muka agak lusut.
- Klien dalam keadaan
terfiksasi sehingga
kebutuhan klien dibantu
(makan, minum dan kencing
serta mandi dengan diseka).
A
Masalah belum teratasi
P
Dilanjutkan
S :
- Keluarga dapat
menyebutkan maksud dan
tujuan dari obat yang
dimnumkan
- Keluarga mengetahui bahwa
keluhan yang dirasakan
klien adalah salah satu efeks
samping obat.
O
53
informasi.
09.00
09.30
kaki,pseudoparkinsonisme
(tremor otot, rifgiditas, berjalan
dengan menyeret kaki) dan
diskinesia tardif (mengecapkan
bibir, menjulurkan lidah dan
gerakan mengunyah yang
konstan).
4. Memberi penjelasan pada klien
dan keluarga tentang berbagai
kemungkinan yang terjadi efek
samping obat yang diminum
terhadap gangguan fisik atau
psikologisnya.
5. Memberi tahu salah satu contoh
yang dikeluhkan kien (seperti
kaku serasa seluruh tubuh, buat
makan susah, mengantuk, gemetar
dan lainnya.
- Keluarga dapat menjawab
ketika dilakukan evaluasi
terminasi sementara
- Suhu 36,7 C, nadi 88 x/mnt
dan tensi 120/80 mmHg
A
Masalah teratasi
G. CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 10-08- S
54
2011
Jam 07.30
Dx. a
Dx. c
- Keluarga mengatakan bahwa gelisahnya sudah mulai menurun
- Klien meminta agar tali pengikatnya dilepas
O
- klien masih terfiksasi
- Ditempat infus terjadi plebtis dan akhirnya infus dilepas
- Kontak verbal mulai membaik, masih irealistik, kesadran berkabut
- Kesadran berkabut, Proses berpikir non realistik, asosiasi longgar dan
pemikiran tidak memadai
- Nada dan frekuensi ngomelnya berkurang, gelisah, afek emosi
dangkal
- Halusinasi
A
- Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan
S
- Keluarga mengatakan klien masih belum bisa diajak bicara dengan
tepat
- Klien tidak mau bicara kalau tidak ditanyakan lebih dahulu
O
- Kontak verbal mulai membaik, masih irealistik, kesadran berkabut
- Proses berpikir non realistik, asosiasi longga dan pemikiran tidak
memadai
55
Dx. d (jam
10.30 wib)
Tanggal 13-08-
2011
Jam 07.30
Dx. a
- Komunikasi pasif, dan kurang bersahabat
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan
S
- Setelah infus dilepas dan tali pengikatnya dilepas (jam 10.00) klien
dimandikan oleh keluarganya di kamar mandi
- Klien dapat mandi dan keramas dengan menggunakan sabun dan
sampoe
O
- Klien nampak segar
- Klien duduk di luar ruangannya bersama ayah dan ibunya
A
Masalah teratasi
S
- Keluarga mengatakan bahwa gelisahnya sudah mulai menurun
- Klien bisa tidur pada malam harinya
O
- Kontak verbal mulai membaik, sudah mulai realistik, kesadran
membaik
- Proses berpikir kohern
- Pembicaraan lambat dan daya ingat lambat
56
Dx. c
A
- Masalah teratasi
S
- Keluarga mengatakan klien sudah bisa bicara tentang apa yang
diminta dan cerita tentang keluhan yang dirasakan seperti pusing
O
- Kontak verbal mulai membaik, realistik, kesadran berkabut
- Klien dapat menjawab apa yang tanyakan padanya
- Proses berpikir non realistik, asosiasi longga dan pemikiran tidak
memadai
- Komunikasi pasif, dan kurang bersahabat, afek emosi dangkal
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan
- Mensosialisakan klien pada terapi bermain dan klien lainnya
I
- Melanjutkan rencana keperwatan
- Mensososialisasikan klien pada klien lainnya
- Mengajak klien pada temapt terapi bermain (olah raga)
E
- Klien dapat bermain bulu tangkis dan tenis meja
- Komunikasi dan sosialisasi masih pasif
57
Tanggal 17 -08-
2011
Jam 08.30 wib
S
- Klien merasa ngantuk
- Klien mau ketika diajak berolah raga dan mengikuti lomba
O
- Komunikasi masih pasif
- Psikomotor membaik
A
Masalah tetasi sebagian
P
Mengikut sertakan klien pada tepai bermain dengan sistem kompetisi
I
Melaksnakan planning
Menguatkan dan memberi reinforcement terhadap kemampuan klien
yang t elah dilakukan
E
- klien dapat mengikuti peraturan permainan yang telah dijelaskan
- klien dapat menyelsaikan permainan lomba bendera, klereng dan
menggambar
- Setelah dievaluasi klien mendapat juara satu dalam lomba bendera
- Klien merasa senang ketika mendapatkan hadiah
S
- Klien mengajak samalam pada saya dan mengatakan bahwa hari ini
boleh pulang
58
- Klien mengatakan “Bapak saya sekarang sudah boleh pulang)
O
- Kien tampat cerah, rapi dan bersahaja
- Komunikasi dua arah baik
A.
Masalah teratasi
Bimbingan dan penyuluhan :
- Melakukan skedul aktivitas paling tidak seperti yang direncanakn di
rumah sakit
- Jangan lupa minum obat sesuai dengan anjuran
- Menganjurkan kontrol pada waktunya atau sewaktuwaktu bila
dibutuhkan
H. EVALUASI
Masalah yang muncul selama perawatan di rumah sakit dapat dilakukan tindakan
perawatan dan kolaboratif sehingga tujuan dapat dicapai dan teratasi.
BAB V
PENUTUP
59
A. Kesimpulan
Respon kognitif maladaptif adalah ketidakmampuan untuk membuat
keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan
rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Macam gangguan kognitif melitputi
Delirium dan Demensia.
Terdapat beberapa perbedaan antara Delirium, Demensia, dan Depresi,
terutama pada tingkat kesadaran pasien dimana pasien dengan delirium dapat
mengalami penurunan tingkat kesadaran.
Delirum adalah suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai
dengan: Gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi
Sedangkan demensia adalah suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang
ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian,
berpikir abstrak.
Faktor yang menyebabkan terjadinya respon kognitif pada umumnya
merupakan akibat dari gangguan biologis pada fungsi sistem saraf pusat.
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang professional, hendaknya kita:
- Dalam memberikan asuhan keperawatan menarik diri hendaknya hubungan saling
percaya dilakukan secara bertahap, mulai dari perawat kemudian perawat lain
serta pada klien lainnya
- Membuat kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara
konsisten.
- Menerapkan terapi aktivitas kelompok dan stimulus hendaknya dilakukan secara
teratur.
60
- Memberikan feed back positif setiap melakukan kegiatan dan kemajuan yang
dialami pasien.
- Mampu membedakan klien dengan delirium dan demensia sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Daftar Pustaka
61
Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor, M. N. (2003). The prevalence and causes of
dementia in people under the age of 65 years. Journal Neurosurg Psychiatry, 74:
1206-1209.
Mace, N. L. & Rabins, P. V. (2006). The 36-hour day: a family guide to caring for people
with Alzheimer disease, other dementias, and memory loss in later life (4th Ed.)
Baltimore, USA: The Johns Hopkins University Press.
Stuart, G.W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. (1998). Behavioral symptom of dementia. In
Volicer, L., Hurley, A.C. (Eds), Hospice care for patients with advance progressive
dementia. New York: Springer Publishing Company.
62