ASKEP HIVAIDS SGD 7

22
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1.Pengertian HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh pada manusia. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat serangan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV) (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare) AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian ( Center for Disease Control and Prevention ) Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Transcript of ASKEP HIVAIDS SGD 7

Page 1: ASKEP HIVAIDS SGD 7

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN HIV/AIDS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang

sistem kekebalan tubuh pada manusia. AIDS (Acquired Immune

Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul

karena menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat serangan

virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus

menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus

(HIV) (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare)

AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari

kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata

hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang

dapat membawa kematian ( Center for Disease Control and Prevention )

2. Etiologi

AIDS disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang

merupakan agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh

darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.

Ada berbagai strain HIV. HIV 2 merupakan yang prevalen di Afrika,

sedangkan strain HIV 1 dominan di Amerika Serikat dan bagian dunia

lainnya. Transmisi horizontal HIV terjadi melalui kontak seksual yang intim

atau pajanan parenteral dengan darah atau cairan tubuh lain yang mengandung

HIV. Transmisi perinatal (vertikal) terjadi ketika ibu hamil yang terinfeksi

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 2: ASKEP HIVAIDS SGD 7

HIV meneruskan infeksi kepada bayinya. Tidak terdapat bukti yang

menunjukan bahwa kontak secara sepintas antara orang yang terinfeksi dan

yang tidak terinfeksi dapat menyebarkan virus tersebut.

3. Epidemiologi / insiden kasus :

85 % pasien yang didiagnosis AIDS berusia bawah 6 tahun

Distribusi etnik yang terkena HIV/AIDS adalah 59% orang Afro -

Amerika, 26% Amerika Latin, dan 15% bangsa Eropa

Kebanyakan pasien dengan AIDS (60%) bertempat tinggal di New York,

New Jersey, Florida, dan California yang merupakan kota - kota besar di

Amerika (tahun 2004)

Distribusi gender penderita AIDS secara umum adalah 61% laki-laki dan

39% perempuan

4. Manifestasi Klinis :

Peningkatan suhu tubuh

Diare akut hingga kronis

Penurunan berat badan

Malnutrisi

Defisit neuropsikologis akibat abnormalitas sistem saraf

Gangguan tumbuh kembang

Gangguan fungsi motorik

Limfadenopati

Kandidiasis oral

Sarkoma Kaposi

TBC

Leukoplakia Oral

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 3: ASKEP HIVAIDS SGD 7

5. Penularan

Penularan HIV dari pasien kepada dapat melalui :

• Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)

• Selama persalinan (intrapartum)

• Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (postpartum)

• Bayi tertular melalui pemberian ASI

6. Patofisiologi terjadinya penyakit :

Virus HIV terutama menginfeksi subkelompok limfosit T yang spesifik, yaitu

sel-sel T Helper + CD4. Virus tersebut mangambil alih mesin limfosit CD4+ dan

dengan menggunakan mesin ini, mengadakan replikasi sendiri sehingga terjadi

disfungsi sel CD4. Dengan menurunya jumlah sel T Helper + CD4, maka sistem

imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan

makrofag dan menurunnya fungsi sel T Helper.

Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap

tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu

ini, jumlah sel T Helper + CD4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah

sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T Helper + CD4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (infeksi

bakteri dan jamur opportunistik) muncul. Jumlah sel T Helper + CD4 kemudian

menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.

Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila

jumlah sel T Helper + CD4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi

infeksi opportunistik yang akhirnya membawa penderita dalam kematian

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 4: ASKEP HIVAIDS SGD 7

7. Stadium Perkembangan HIV/AIDS

1. Stadium HIV

Masa dari transmisi HIV pertama kali ke dalam tubuh sampai hasil tes

antibodi HIV dalam tubuh menunjukkan hasil positif. Rentang waktu 0 – 3,

maksimal 6 bulan

2. Stadium Asimptomatik

Telah diketahui hasil antibod HIV +, tetapi penderita belum menunjukkan

gejala yang khas. Rentang waktu 5-10 tahun.

3. Persistent Generalized Limphadenophaty

Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala

pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3

bulan.

4. Stadium AIDS

Penderita mulai terjangkit infeksi berbagai penyakit (infeksi opportunistik)

Contoh : Kandidiasis oral, Herpes simpleks, Sarcoma kaposi, Leukoplakia

oral, neuropati karena inflamasi demielinisasi oleh serangan Human

Immunodeficiency Virus (HIV), Pneumocystic carinii, Mycobacterium

tubercolose, lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan dermatitis.

8. Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :1. Saat hamil

Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan untuk

mengurangi kemampuan replikasi virus yang ada di dalam darah dan cairan

tubuh sehingga kurang efektif untuk menularkan HIV.

2. Saat melahirkan

Penggunaan antiretroviral (Nevirapine) saat persalinan dan ketika bayi baru

dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar

karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.

3. Setelah lahir.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 5: ASKEP HIVAIDS SGD 7

Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko pemberian ASI, sehingga

asupan pada bayi dapat diganti.

9. Pemeriksaan diagnostic / penunjang :

1. ELISA (Enzyme - Linked Immunosorbent Assay)

Uji awal yang umum dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen

HIV (umumnya dipakai untuk skrining HIV individu yang berusia lebih dari 2

tahun)

2. Western Immunoblot Blot

Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV

3. Kultur HIV

Merupakan standar emas untuk memastikan diagnosis HIV + pada bayi

4. Reaksi rantai polimerase (Polymerase Chain Reaction)

Untuk mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV dimana uji langsung

ini bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak

5. Uji antigen HIV

Untuk mendeteksi antigen HIV

6. HIV, IgA, IgM untuk mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi secara

eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi

7. Pemeriksaan kadar sel T Helper + CD4

10.Penatalaksanaan

Pemberian obat – obatan antiretrovirus dimana berfungsi untuk mencegah

replikasi partikel virus baru yang fungsional. Walaupun tak dapat

menyembuhkan tapi obat ini dapat menekan replikasi virus, mencegah

kemunduran sistem imun dan memperlambat perkembangan penyakit.

Kelompok agens retrovirus meliputi :

- Inhibitor enzim reverse transcriptase

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 6: ASKEP HIVAIDS SGD 7

Contoh : zidovudin, didanosin, stavudin, lamivudin, abacavir

- Inhibitor enzim protease

Contoh : nevirapin, delavirdin, efavirenz

- Inhibitor enzim transcriptase nukleotida

Contoh : indinavir, saquinavir, ritonavir, nelfinavir, amprenavir

Kombinasi obat – obatan ini digunakan untuk mencegah munculnya resistensi

obat.

Penyuntikan imunoglobulin IV membantu mencegah infeksi bakteri yang

serius atau kambuhan pada sebagian anak yang terinfeksi HIV

Menghindari pemberian vaksin varisela (cacar air) dan menggunakan

poliovirus yang inaktif (IPV) dan bukan poliovirus oral (OPV). Pemberian

vaksin pneumokokus dan influenza juga direkomendasikan

Intervensi gizi yang intensif harus dilakukan jika pertumbuhan anak mulai

melambat atau berat badannya mulai menurun

11. Prognosis

Pasien yang terinfeksi dalam periode perinatal umumnya memiliki

perjalanan penyakit lebih cepat dibandingkan anak yang terinfeksi pada usia

lebih besar atau dewasa. Dilaporkan bahwa risiko kematian lebih tinggi pada

anak – anak yang didiagnosis menderita AIDS dalam usia dini dan pada anak –

anak yang menderita Pneumonia Pneumocystis cariini (Turner dkk, 1995). Masa

kelangsungan hidup rata – rata dari kelahiran hingga kematian telah dilaporkan

berkisar 9,4 tahun (Barnhart dkk, 1996). Angka mortalitas yang terkait dengan

infeksi HIV telah menurun sebesar 71 % sejak tahun 1995 dan tidak lagi

dianggap sebagai salah satu diantara 15 penyebab utama kematian.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 7: ASKEP HIVAIDS SGD 7

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian :

A. Informasi Umum Pasien

1. Identitas

2. Riwayat penyakit sebelumnya

3. Riwayat penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit keluarga

5. Latar belakang keluarga

6. Riwayat lingkungan tempat tinggal

7. Riwayat tumbuh kembang

8. Riwayat nutrisi

B. Pemeriksaan fisik

1. Neurologis :

Gangguan refleks pupil, pusing, perubahan kepribadian,

penurunan status mental

2. Muskuloskeletal :

Kerusakan aktivitas motorik, lemah, kelemahan tonus otot

3. Kardiovaskuler :

Takikardi, sianosis, hipertensi, edema

4. Respirasi :

Dyspnea, takipnea, sianosis, retraksi thoraks, penggunaan otot-

otot bantu pernapasan, batuk

5. Gastrointestinal :

Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,

diare, inkontinensia, perut kram

6. Integument :

Kering, gatal, rash atau lesi, turgor memburuk, petekie positif

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 8: ASKEP HIVAIDS SGD 7

C. Pemeriksaan penunjang / laboratorium

ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (uji awal yang umum)

untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen HIV (umumnya dipakai

untuk skrining HIV individu yang berusia lebih dari 2 tahun)

Western Blot (uji konfirmasi yang umum) untuk mendeteksi adanya

antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV

Kultur HIV merupakan standar inti untuk memastikan diagnosis pada

bayi

Reaksi rantai polimerase (Polymerase Chain Reaction) untuk

mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV dimana uji langsung ini

bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak

Uji antigen HIV untuk mendeteksi antigen HIV

HIV, IgA, IgM untuk mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi

secara eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi

Pemeriksaan kadar limfosit T Helper + CD4

2. Diagnosa Keperawatan

Dx 1 : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas

tubuh

Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan fibrosis paru

Dx 3 : Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan

cairan tubuh secara aktif

Dx 4 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan lesi oral

Dx 5 : Risiko penularan infeksi berhubungan dengan sifat menular dari

cairan tubuh dan darah

Dx 6 : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi

Dx 7 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi

energi akibat penurunan metabolisme

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 9: ASKEP HIVAIDS SGD 7

Dx 8 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan motorik

Dx 9 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan reaksi inflamasi

akibat bakteri

Dx 10 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak

dengan penyakit yang mengancam hidup

Dx 11 : Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan pembatasan fisik

dan hospitalisasi

3. Intervensi

Dx 1 : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas

tubuh

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ... x 24 jam, risiko infeksi

dapat dicegah dengan kriteria hasil tidak ada tanda-tanda infeksi

pada anak

No. Intervensi Rasional

1. Tempatkan anak di ruangan bersama

anak yang tidak mengalami penyakit

infeksi atau di ruangan pribadi

Meminimalkan kontak dari

organisme infeksius

2. Gunakan teknik mencuci tangan yang

aseptic

Meminimalkan pemajanan pada

organisme infeksius

3. Batasi kontak anak dengan individu

yang mengalami infeksi, termasuk

keluarga, anak lain, maupun teman.

Jelaskan bahwa anak sangat rentan

terhadap infeksi

Mendorong kerja sama dan

pemahaman keluarga, teman, dan

lingkungan terdekat klien

4. Dorong nutrisi yang baik dan istirahat

yang cukup

Meningkatkan pertahanan alamiah

tubuh yang masih tersedia

5. Berikan imunisasi yang tepat sesuai

ketentuan

Mencegah infeksi khusus

6. Berikan antibiotik sesuai ketentuan Mencegah perkembangan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 10: ASKEP HIVAIDS SGD 7

organisme infeksius

7 Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur

darah maupun urine

Mengidentifikasi ada tidaknya

infeksi organisme pada anak

Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan fibrosis paru yang ditandai

dengan dispnea, takikardi, retraksi toraks, sianosis, penurunan pH arteri

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ... x 24 jam, gangguan pertukaran

gas dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Dispnea (-)

Frekuensi nafas normal (30-50x/menit)

Frekuensi nadi normal (100-170x/menit)

Retraksi thoraks (-)

Sianosis (-)

pH arteri normal (7,35-7,45)

No. Intervensi Rasional

1. Observasi frekuensi, irama, kedalaman

pernafasan serta tanda-tanda sianosis

Takipnea dan sianosis merupakan

salah satu indikator distress

pernafasan dan adanya kebutuhan

untuk meningkatakan intervensi

dan pengawasan

2. Auskultasi suara nafas tambahan Membantu dalam identifikasi

perkembangan komplikasi /

infeksi pada pernafasan

3. Tinggikan kepala tempat tidur, atur

posisi klien semifowler / fowler

Meningkatkan fungsi pernafasan

yang optimal dengan

memanfaatkan teori gravitasi

4. Kolaborasi pemberian terapi O2 Mempertahankan oksigenasi yang

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 11: ASKEP HIVAIDS SGD 7

efektif

5. Kolaborasi pemeriksaan AGD Mengidentifikasi keefektifan

intervensi yang sudah diberikan

Dx 3 : Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan

tubuh secara aktif yang ditandai turgor kulit menurun, anak menangis

karena merasa haus, gelisah, membran mukosa kering, takikardi, tekanan

darah menurun, wajah pucat, anak terlihat lemas

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ... x 24 jam, kekurangan volume

cairan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Turgor kulit normal (kembali setelah 2-3 detik)

Anak tidak tampak gelisah

Membran mukosa lembab

Frekuensi nadi normal (100-170x/ menit)

Tekanan darah normal (80/60 mmHg)

Wajah ceria

Anak tidak tampak lemas

Gerakan anak aktif

No. Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda vital Indikator dari volume cairan

sirkulasi

2. Ukur haluaran urine dan berat jenis

urine

Peningkatan berat jenis urine /

penurunan haluaran urine

menunjukkan perubahan volume

sirkulasi / perubahan perfusi

ginjal

3. Kaji turgor kulit, kelembaban Indikator tidak langsung dari

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 12: ASKEP HIVAIDS SGD 7

membran mukosa status cairan

4. Pantau pemasukan oral sesuai indikasi Mempertahankan keseimbangan

cairan, melembabkan membran

mukosa, mengurangi rasa haus

5. Kolaborasi untuk pemberian cairan/

elektrolit melalui terapi intravena

Mendukung / meningkatkan

volume sirkulasi, terutama jika

pemasukan oral tidak adekuat

Dx 4 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan lesi oral yang ditandai dengan penurunan berat badan, anoreksia,

bising usus meningkat, penurunan albumin serum

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ... x 24 jam, ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Berat badan normal sesuai tingkatan usia

Asupan nutrisi adekuat (anak dapat menghabiskan makanan sesuai

dengan porsi yang diberikan)

Frekuensi bising usus normal (±5-15x/menit)

Kadar albumin serum normal (3-5,5g/dl)

No. Intervensi Rasional

1. Beri makanan tinggi karbohidrat dan

tinggi protein

Memenuhi kebutuhan tubuh untuk

metabolisme dan pertumbuhan

2. Beri makanan yang disukai anak Mendorong anak agar mau makan

3. Gunakan kreatifitas dalam pemberian

makanan kepada anak

Menstimulasi ketertarikan anak

sehingga anak mau makan

4. Pantau berat badan dan pertumbuhan Sebagai bahan pertimbangan

untuk pemberian nutrisi tambahan

5. Lakukan perawatan oral hygiene pada Kebersihan mulut dapat

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 13: ASKEP HIVAIDS SGD 7

anak sebelum makan merangsang nafsu makan anak

6. Berikan obat antijamur sesuai instruksi Mengobati kandidiasis oral

4. Evaluasi

Dx 1 : Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas

tubuh

S : -

O : Tidak ada tanda-tanda infeksi

A : Tujuan tercapai, masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien dan lakukan observasi

Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan fibrosis paru

S : -

O : 1. Dispnea (-)

2. Frekuensi nafas normal (30-50x/menit)

3. Frekuensi nadi normal (100-170x/menit)

4. Retraksi thoraks (-)

5. Sianosis (-)

6. pH arteri normal (7,35-7,45)

A : Tujuan tercapai, masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien dan lakukan observasi

Dx 3 : Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan

kehilangan cairan tubuh secara aktif

S : -

O : 1. Turgor kulit normal (kembali setelah 2-3 detik)

2. Anak tidak tampak gelisah

3. Membran mukosa lembab

4. Frekuensi nadi normal (100-170x/ menit)

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

Page 14: ASKEP HIVAIDS SGD 7

5. Tekanan darah normal (80/60 mmHg)

6. Wajah ceria

7. Anak tidak tampak lemas

8. Gerakan anak aktif

A : Tujuan tercapai, masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien dan lakukan observasi

Dx 4 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan lesi oral

S : -

O : 1. Berat badan normal sesuai tingkatan usia

2. Asupan nutrisi adekuat, anak dapat menghabiskan makanan

sesuai porsi yang diberikan

3. Frekuensi bising usus normal (±5-15x/menit)

4. Kadar albumin serum normal (3-5,5g/dl)

A : Tujuan tercapai, masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien dan lakukan observasi

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS