askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

26
ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR PARATIROID Oleh KELAS SANTA TERESA PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

description

askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

Transcript of askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

Page 1: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR

PARATIROID

Oleh

KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

2010

Page 2: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR

PARATIROID

A. HIPERPARATIROID

Hiperparatiroid didefenisikan sebagai hiperfungsi kelenjar paratiroid yang

mengakibadkan penigkatan kadar PTH dalam darah yang bersirkulasi dan fosfat.

PATOFISIOLAGI

Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer atau skunder ,dimana kasus biasanya

berhubungan dengan gagal ginjal kronis. Pada 80% hiperparatiroidisme primer

disebabkan oleh adenomaparatiroid jinak 18% kasus diakibadkan hiperplasia keljar

paratiroid:dan 2% kasus disebapkan oleh karsinoma paratiroid. Adenoma atau

karsinoma paratiroid ditandai oleh pembesaran satu kelenjar ,dengan kelenjar lainya

tetap normal.

Hiperlasia paratiroid sekunder dapat dibedakan dengan hiperplasia primer , karna

kempat kelenjar membesar secara simetris. Perbesaran kelenjar paratiroid dn

hiperfungsinya adalah mekanisme kompensasi yang dicetuskan oleh retensi fosfat dan

hiperkalsemia yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. Osteomalasia yang

disebapkan oleh hipovitaminosis D ,seperti pada reketsia ,dapat mengakibatkan

dampak yang sama.

Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi . PTH terutama

bekerja pada tulang dan ginjal . dalam ginjal. Dalam tulang , PTH meningkatkan

resopsi tulang dan menigkatkan kalsium dari lumen tubulus ginjal, dengan demikian

mmengurangi ekskresian kalsium dalam urine. PTH juga menigkatkan pembentukan

nbentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal,yang selanjutnya memudahkan pengambilan

kalsium dari makanan dan usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofistfatemia

kompensatori adalah abnormalitas biokimia yang dideteksi melalui analisis darah.

Konsentrasi PTH serum juga menigkat.

Gejala klinis hiperparatiroidisme behibungan dengan penigkatan aktivitas PTH.

Tulang menunjukan tanda-tanda dekalsifikasi dan rentan terhadap fraktur.

Hiperkalsemia mengarah pada penumpukan garam kalsium dalam ginjal dan

pembentukan batu ginjal. Mungkin juga terdapat klasifikasi okular dan kulit.

Page 3: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

Kelebihan kalsium menyebabkan letargi ,kelemahan otot, defeks konduksi pada

jantung.

Pengobatan pada hoperparatiroidisme promer mencakup bedah eksplorasi leher dan

reseksi kelenjar yang mengalami hiperfungsi atau tumor. Hiperparatiroidisme

sekunder dapat juga diatasi dengan tindakan bedah , namun pada tindakan yang sama

lebih penting u tuk memperbaiki kelainan metabolik yang menyebapkan hipersekresi

PTH. Tidak ada perlunya buru-buru melakukan oprasi paratiroid. Setelah plantasi

ginjal ,kelenjar akan kembali keukuran normal dan gangguan metabolik akan

menghilang. Jika plantasi tidak menormalkan keseimbangan kalsium dan fosfat ,maka

dokter akan menduga bahwa hiperfungsi paratiroid nampaknya trejadi secara

autonomus. Kasus demikian, seperti yang disebutkan hiperparatiroidisme

tersier ,jarang terjadi.

B. PENATALAKSANAAN KLIEN DENGAN HIPERPARATIRIODISME

I. PENGKAJIAN

Tidak tedapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroidisme hiperkalsemia

resultan. Klien mungkin menujukan perubahan psikologis , seperti latergi,

mengantuk , penurunan memory, labilitas emosional , semua menivestasi yang

tampak pada hiperkalsemia.

1. Riwayat kesehatan klien .

2. Riwayat kesehatan dalam keluarga.

3. Keluhan utama antara lain:

Sakit kepala ,kelemahan , latargi, dan kelelahan otot.

Gangguan pencernaan seperti mual,muntah ,anorexia, opstipasi, dan

nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat badan.

Depresi.

Nyeri tulang dan sendi.

4. Riwayat trauma / fraktur tulang.

5. Riwayat radiasi daerah leher dan kepala.

6. Pemeriksaan fisik yang mencakup:

Observasi dan palpasi adanya devormitas tulang.

Amati wana kulit , apakah tampak pucat.

Perubahan tingkat kesadaran.

Page 4: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

7. Bila kadar kalsium tetap tinggi ,maka akan tanpak tanda psikosis organic

seperti binggung bahkan koma dan bila tidak di tangani kematian akan

mengancam.

8. Pemeriksaan diaknostik termasuk:

Pemeriksaan laboratorium: dilakukan untuk mengetahui kadar

kalsium dalam plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting

dalam menentukan pemeriksaan terpenting dalam menegakan

kondisi hiperparatiroidisme. Hasil pemeriksaan laboratorium pada

hiperparatiroidisme primer akan ditemukan penigkatan kadar

kalsium serum,kadar kalsium posfat anorganik menurun semetara

kadar kalsium dan fosfat urin meningkat.

Pemeriksaan radiologi: akan tanpak penipisan tulang dan terbentuk

kista dan trabekula pada tulang.

II. DIOAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan

hiperparatiroidisme antara lain:

Resiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi

tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.

Perubahan elimainasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan

ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfostfatemia .

Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual.

Konstipasi yang berhubungan dengan efek merugikan dari

hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN.

Resiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang

mengakibatkan fraktur patologi.

Turjuan :

Page 5: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

Klien tidak akan menderita cedera ,seperti yang akan ditunjukkan oleh tidak

terdapatnya fraktur patologis.

Intervensi keperawatan:

1. Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentang mengalami

fraktur patologis, bahkan oleh benturan ringan sekalipun. Bila klien

mengalami penurunan kesedaran pasanglah tirali tempat tidurnya.

2. Hindarkan klien dari posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan

hati-hati.

3. Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi kelemahan

fisik.

4. Atur aktivtas yang tidak melelahkan klien.

5. Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti mengubah posisi

tubuh , dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-

tiba.

6. Ajarkan klien cara mengunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan.

Anjurkan klien agar berjalan secara perlahan-lahan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal

sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.

TUJUAN:

Klien akan kembali pada haluaran urine normal ,seperti yang ditunjukkan oleh

tidak terbentuknya batu atau haluaran urine 30-60 ml/jam.

Intervensi keperawatan:

INTERVENSI KEPERAWATAN:

1. Perbanyak asupan klien sampai 2500 ml- cairan per hari. Dehidrasi

merupakan hal yang berbahaya bagi klien dengan hiperparatiroidisme

karena akan menigkatkan kadar kalsium serum dan memudahkan

terbentuknya batu ginjal.

2. Berikan sari buah canbery atau prune untuk membantu agar urine lebih

bersifat asam. Keasaman urine yang tinggi membantu mencegah

pembentukan batu ginjal ,karena kalsium lebih mudah larut dalam urine

yang asam ketimbang urine yang basa.

Page 6: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

DIAKNOSA KEPERAWATAN:

Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual

Tujuan :

Klien akan mendapatkan masukan makanan yang mencukupi , seperti

yang di buktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat

mempertahankan berat badan ideal.

Itervensi keperawatan:

1. Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet rendah

kalsium untuk memperbaiki hiperkelsemia .

2. Jelaskan pada klien bahwa tidak mengkonsumsi susu dan

produk susu dapat menghilangkan sebagian manovestasi

gasrtointestinal yang tidak menyanagkan .

3. Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup tinggi

kalori tanpa produk yang mengandung susu.

4. Rujuk klien ke ahli gizi untuk membantu perencanaan diet klien.

C. Penatalaksanaan Bedah Hiperparatiroidisme

Pengobatan definitif hiperparatiroidisme primer adalah bedah pengangkatan

kelenjar atau pengangkatn kelenjar yang menyebabkan hipersekresi PTH.

Biasanya hanya kelenjar paratiroid yang sakit saja yang diangkat. Namun bila

keempat kelenjar mengalami hiperplasia, maka akan diangkat tiga dari

keempat kelenjar tersebut.

Komplikasi hiperparatiroidektomi serupa dengan yang terdapat pada

tiroidektomi dan jarang terjadi. Hipokalsemia merupakan komplikasi yang

secara potensial mengancam hidup mesti masih tersisa kelenjar paratiroid

yang lain karena edema dapat mengurangi fungsinya. Klien juga dapat

mengalami distres pernafasan yang berhubungan baik dengan hemoragi atau

kekambuhan kerusakan saraf laringeal.

Page 7: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

Angka kesembuhan untuk hiperparatiroidisme primer setelah operasi

pengangkatan adalah 95%. Angka keberhasilan yang tinggi ini secara

langsung berkaitan dengan pengalaman ahli bedah dan eksplorasi menyeluruh

leher (Black-Matassarin, 1997)

D. Hipoparatiroidisme

Hipoparatiroidisme terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi

kelenjar paratiroid. Namun begitu, kondisi ini merupakan kondisi yang langka

yang umumnya terjadi setelah pengangkatan keempat kelenjar secara tidak

sengaja pada operasi tumor leher. Penyebab kongenital, genetik atau

autoimun dari hipoparatiroidisme sangat jarang.

Gejala klinis hipoparatiroidisme mencerminkan gangguan metabolik

yang disebabkan oleh defisiensi PTH. Defisiensi yang terpenting diantaranya

adalah hipokalsemia, yang mengakibatkan perubahan eksitabilitas

neuromuskular dan kontraksi muskular. Otot skeletal cenderung untuk

menjadi spastis (tetani hipokalsemil). Kerja jantung menjadi tidal teratur, dan

pada kasus-kasus yang berat, dapat terjadi henti jnatung. Aktifitas saraf juga

mengalami perubahan, terjadi fluktuasi antara hipereksitabilitas dan depresi.

Semua gejala dapat dihilangkan denagn pemberian terapi hormon

substitusional manggunakan PTH sintesis.

E. Penatalaksanaan Klien dengan Hipoparatiroidisme

I. Pengkajian

Kaji dengan cermat klien yang berisiko untuk mengalami hipoparatiroidisme

akut, seperti pada klien pascatiroidektomi, terhadap terjadinya hipokalsemia.

Tanyakan klien tentang adanya manifestasi bekas atau semutan disekitar

mulut atau ujung jari kaki. Periksa juga terhadap temuan tanda Chvosteks

atau Trousseaus positif. Yang penting adalah mengkaji manifestasi disters

pernafasan sekunder terhadap laringopasme. Pada klien dengan

hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik

nyata seperti kulit dan rambut kering. Juga kaji terhadap sindrom seperti-

Parkinson atau adanya katarak. Pengkajian keperawatan lainnya mencakup:

Page 8: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

1. Riwayat penyakit

Sejak kapan klien menderita penyakit

Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama

Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya

pengangkatan kelenjar paratiroid atau klenjar tiroid

Apakah ada riwayat penyinaran daerah leher

2. Keluhan utama meliputi:

Kelainan bentuk tulang

Perdarahan yang sulit berhenti

Kejang-kajang, kesemutan dan lemah

3. Pemeriksaan fisik mencakup:

Kelainan bentuk tulang

Tetani

Tanda Trousseaus dan Chovsteks

Pernafasan berbunyi ( tridor )

Rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk, deformitas

dan mudah patah; kulit kering dan kasar

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan kadar kalsium serum

Pemeriksaan radiologi

II. Diagnosa keperawatan

Klien dengan hipoparatiroidisme rentan terhadap hipokalsemia, yang

dapat mengarah pada masalah kolaboratif Tetani otot yang

berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. Dan karena

kondisi hipoparatiroidisme dapat menjadi kondisi yang kronis, klien

harus dapat melakukan perawatan diri, sehingga membuat diagnosa

keperawatn risiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen

terapeutik (individual) yang berhubungan dengan regimen diet dan

medikasi menjadi penting untuk klien ini. Secara umum diagnosa

keperawatan utama pada klien ini adalah:

Page 9: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

1. Masalah kolaboratif: tetani otot yang berhubungan dengan

penurunan kadar kalsium serum

2. Risiki terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik

(individual) yang berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang regimen dien dan medikasi.

III. Rencana Tindakan Keperawatan

Masalah kolaboratif:

Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium

serum

Tujuan:

Klien tidak akan menderita cedera, seperti yang dibuktikan oleh kadar

kalsium kembali ke batas normal, frekuensi pernafasan normal, dan

gas-gas darah dalam batas normal.

Intervensi keperawatan:

1. Saat merawat klien dengan hipoparatiroidisme hebat, selalu

waspadalah terhadap spasme laring dan obstruksi pernafasan.

Siapkan selalu set selang endotrakeal, laringoskop, dan

trakeostomisaan merawat klien dengan tetani akut.

2. Jika klien berisiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti

setelah tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infus kalsium

karbonat di dekat tempat tidur klien untuk segera digunakan jika

diperlukan.

3. Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk

beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang cepat.

4. Jika tersedia biasanya klien diberikan sumber siap pakai kalsium

karbonat seperti Tums

Diagnosa keperawatan:

Risiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik

(individual) yang berhubungan dengan kurang pengetahuan regimen

diet dan medikasi.

Page 10: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

Tujuan:

Klien akan mengerti tentang diet dan medikasinya, seperti yang

dibuktikan oleh pernyataan klien dan kemampuan klien untuk

mengikuti regimen diet dan terapi.

Intervensi keperawatan :

1. Penyuluhan kesehatan untuk klien dengan hipoparatiroidisme

kronis sangat penting karena klien akan membutuhkan medikasi

dan modifikasi diet sepanjang hidupnya.

2. Saat memberikan penyuluhan kesehatan tentang semua obat-obat

yang harus digunakan di rumah, pastikan klien mengetahui bahwa

semua bentuk vitamin D, kecuali dihidroksikolekalsiferol,

diasimilasi dengan lambat dalam tubuh. Oleh karenanya akan

membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk melihat

hasilnya.

3. Ajarkan klien tentang diet tinggi kalsium namun rendah fosfor.

Ingatkan klien untuk menyingkirkan keju dan produk susu dari

dietnya, karena makanan ini mengandung banyak fosfor.

4. Tekankan pentingnya perawatan medis sepanjang hidup bagi

klien hipoparatiroidisme kronis. Intruksikan klien untuk

memeriksakan kadar kalsium serum sedikitnya tiga kali setahun.

Kadar kalsium serum harus dipertahankan normal untuk

mencegah komplikasi. Jika terjadi hiperkalsemia atau

hipokalsemia, dokter harus menyesuaikanregimen terapeutik

untuk memperbaiki ketidakseimbangan.

2.Kebiasan hidup sehari-hari

a. pola makan

b.pola tidur( KLian menghabiskan banyak waktu untuk tidur)

c. pla aktivitas

3.tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita

4keluhan utama kjlien,mencakup gangguan pada berbagi system tubuh :

Page 11: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

a. System pulmonary

b. System pencernaan

c. System krdiovarkular

d. System muskulosketal

e. System neurologic

f. System rproduksi

g. Metebolik emosi /psikologis

5. pemeriksaan fisik mencakup:

a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya dema sekitar

mata,wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar.lidah tampak

menebal dan gerak- gerik klien sangant lamban. Postur tubuh kecil dan pendek .kulit

kasar,tebal, dan bersisik,dingin dan pucat.

b. Nadi lambatr dan suhu tubuh menurun.

c. Pembasaran jantung.

d. Disritmia dan hipotensi.

e. Parastesia dan reflek tendon menurun

6. pengkjian pisikososial:klien sangat sulit membina hubungan sosial sdengan lingkungannya

, mengurng diri/bahkan mania.kluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas,dan ingin

tidur sepanjang hari.kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kellima komponen

konsep diri.

7.pemeriksaan penunjang mencakup: pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan

TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH

serum,sedangkan pada sekunder kadar TSH dapat menur atau normal.)

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diaknosa keperawatan utama yang dapat di jumpai pada klien dengan hipotiroidisme antara

lain:

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume sekuncup

sebagai akibat dari bradikardi; arteriossklerosis arteri koronaria.

2. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan

tenaga/kelelahan;espansi paru yang menurun, obesitasn dan inaktivitas.

Page 12: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

3. Gangauan proses piker yang berhubungan dengan edema jaringan serebral dan retensi

air.

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWTAN

Diagnosa Keperawatan:

Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan volume sekuncup akibat

bradikardi dan ateriosklerosis arterti koronaria

Tujuan:

Fungsi kardiovaskular tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, irama jantng

dalam batas normal.

Intervensi Keperawatan

1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengidentivikasi

kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan

haluaran urine dan perubahan status mental.

2. Anjurkan klien untuk memberitahukan perawat segera bila klien mengalami nyeri

dada, karena pada klien dengan hipotiroidisme kronik dapat berkembang

arterosklerosis arteri koronaria.

3. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala-gejala. Obat yang sering

digunakan adalah levotyroxine sodium (Synthroid, T4, dan Eltroxin). Observasi

dengan ketat adanya nyeri dada dan dispnoe. Pada dosis awal pemberian obat biasanya

dokter memberikan dosis minimal yang ditingkatkan secara bertahap setiap 2-3

minggu sampai ditemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.

4. Ajarkan kepada klien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang harus

diwaspadai bila terjadi hipertiroidismr akibat penggunaan obat yang berlebihan.

Page 13: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

Diagnosa Keperawatan:

Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan kelelahan, obesitas dan inaktivitas

Tujuan:

Klien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif.

Intervensi keperawatan:

1. Amati dan catat irama serta kedalaman pernafasan

2. Auskultasi bunyi pernafasan dan catat dengan seksama.

3. Bila klien mengalami kesulitan pernafasan yang berat, kolaborasikan dengan dokter

kemungkinan penggunaan alat bantu untuk bernafas seperti ventilator.

4. Hindarkan penggunaan obat sedatif karena dapat menekan pusat pernafasan. Bila klien

menggunakan obat transqualizer dosis biasanya diturunkan karena klien sangat peka.

5. Bantu klien beraktivitas

6. Penuhi kebutuhan sehari-hari klien sesuai kebutuhan.

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan proses berfikir yang berhubungan dengan edema jaringan otak dan retensi air

Tujuan:

Proses berfikir klien kembali ketingkat yang optimal.

Intervensi Keperawatan:

1. Observasi dan catat tanda gangguan proses berfikir yang berat seperti:

a. Letargi

b. Gangguan Memori

c. Tidak ada perhatian

d. Kesulitan berkomunikasi]

e. Mengantuk.

2. Orientasikan klien kembali dengan lingkungannya baik terhadap orang, tempat, waktu.

Biasanya gejala-gejala berkurang dalam waktu 2-3 minggu pengobatan sehingga

mengorientasikan kembali klien terhadap lingkungan nyata yang sangat diperlukan.

Page 14: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

3. Beri dorongan pada keluarga agar dapat menerima perubahan perilaku klien dan

mengadaptasinya. Jelaskan pula bahwa dengan pengobatan yang teratur gejala-gejala

akan berkurang.

Penyuluhan Kesehatan:

Penyuluhan kesehatan sangat penting bagi klien dan keluarga. Berikanlah kepada mereka hal-

hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat di rumah dan perawatan klien pada

umumnya. Berikan penjelasan tentang:

1. Cara penggunaan obat, dosis dan waktunya. Tidak meminum obat bersama dengan

obat lain.

2. Tanda dan gejala bila kelebihan obat atau sebaliknya.

3. Menggunakan selimut tambahan pada waktu tidur, penggunaan baju hangat dan

pakaian yang tebal bila suhu udara dingin.s

Hal 68-71

D. Penatalaksanaan Klien Dengan Hipertropi Kelenjar Tiroid

I. Penatalaksaan Klien dengan Hipertropi Kelenjar Tiroid

1. Kaji riwayat penyakit :

- Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien

- Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama

2. Tempat tinggal sekarang dan masa pada balita

3. Usia dan jenis kelamin

4. Kebiasaan makan; bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya faktor

goitrogenik

5. Penggunaan obat-obatan

- Kaji jenis obat-obatan yang sedang digunakan dalam tiga bulan terakhir

- Sudah berapa lama digunakan

- Tujuan pemberian obat

6. Keluhan klien

- Sesak nafas, a[akah bertambah sesak bila beraktifitas

- Sulit menelan

- Leher bertambah besar

Page 15: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

- Suara serak/ parau

- Merasa malu dengan bentuk leher yang besar dan tidak simetris

7. Pemeriksaan fisik

- Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris tidaknya,

apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi

- Insoeksi bentuk leher, simetris tidaknya

- Auskultasi bruit pada arteri tyroidea

- Nilai kualitas suara

- Palpasi apakah terjadi devisiasi trachea

8. Pemeriksaan diagnostic

- Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum

- Pemeriksaan RAI

- Test TSH serum

9. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan

adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolitseta gangguan rasa

aman dan perubahan konsep diri seperti :

- Status pernafasan: grekuensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien

menggunakan otot pernafasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung

- Warna kulit, apakah tampak pucat atau sianosis

- Suhu kulit khususnya daerah akral

- Keadaan umum/ kesadaran, apakah klien tampak gelisah ata tidak berdaya

- Berat badan dan tinggi badan

- Kadar hemoglobin

- Kelembaban kulit dan teksturnya

- Porsi makan yang dihabiskan

- Turgor

- Jumlah dan jenis cairan peroral yang dikonsumsi

- Kondisi mukosa mulut

- Kualitas suara

- Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya interaksi klien dengan orang

disekitarnya

- Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi

Page 16: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

II. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatn utama yang dijumpai pada klien dengan goiter non toksik antara lain :

1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid

terhadap trachea

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan yang

kurang akibat disfagia

3. Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan bentuk leher

4. Gangguan rasa aman: ansietas yang berhubungan dengan kurang informasi tentang

penyakit dan pengobatannya, atau persepsi yang salah tentang penyakit yang diderita

III. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa keperawatan

Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap

trachea.

Tujuan:

Selama dalam perawatan, pola nafas klien efektif kembali (sambil menunggu tindakan

pembedahan bila diperlukan ) dengan kriteria sebagai berikut :

- Frekuensi pernafasan 16-20 x/menit dan pola teratur

- Akral hangat

- Kulit tidak pucat atau sianosis

- Keadaan klien tenang/ tidak gelisah

Intervensi Keperawatan

1. Batasi aktivitas, hindarkan aktivitas yang melelahkan

2. Posisi tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan

3. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti dexamethason (untuk mengurangi edema)

4. Bila dengan koservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif

5. Bantu aktivitas klien ditempat tidur

Page 17: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

6. Observasi keadaan klien secara teratur

7. Hindarkan klien dari kondisi-kondisi yang menuntut penggunaan oksigen lebih banyak

seperti ketegangan, lingkungan yang panas atau yang yerlalu dingin

Diagnosa Keperawatan:

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan nutrien

kurang akibat disfagia

Tujuan:

Nutrisi klien dapat terpenuhi kembali dalam waktu 1-2 minggu dengan kriteria sebagai

berikut:

- Berat badan bertambah

- Hemoglobin: 12-14 gr% (wanita) dan 14-16 gr% (pria)

- Tekstur kulit baik

Intervensi keperawatan:

1. Berikan makanan lunak atau cair sesuai kondisi klien

2. Porsi makanan kecil tetapi sering

3. Beri makanan tambahan diantara jam makan

4. Timbang berat badan dua hari sekali

5. Kolaborasi pemberian ruborantia bila diperlukan

6. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelag jam makan

Dioagnosa keperawatan:

Perubahan citra diri yang berhubungan dengan bentuk leher

Tujuan:

Setelah menjalani perawatan, klien memiliki gambaran diri yang positif kembali dengan

criteria:

- Klien menyenangi kembali tubuhnya

- Klien dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak negative penbesaran pada

leher

- Klien dapat melakukan aktivitas fisik dan sosial sehari-hari

Page 18: askep Gangguan Kelenjar Paratiroid

Intervensi keperawatan:

1. Dorong klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya tentang bentuk leher yang berubah

2. Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi perasaan malu

seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup

3. Beri pujian bila klien dapat melakukan upaya-upaya positif untuk meningkatkan

penampilan diri

4. Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan keluar yang dapat

dilakukan seperti tindakan operasi

5. Jalaskan pula setiap resiko yang perlu diantisipasi dari setiap tindakan yang dapat

dilakukan