askep DHF gogle

48
askep DHF BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan. Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk.

Transcript of askep DHF gogle

askep DHF

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat

menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar

luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam

berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam

berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari

peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara

anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan,

hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa

ditekan.                       Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia

102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak

5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda,

Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes

Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk.

Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia

menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia

bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD.

Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut

Rita, potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat

banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.

Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi

komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya

permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah

serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening

karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena

adanya peningkatan nilai hematokrit.

Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya

penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien An. W dengan

diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul “ Asuhan

Keperawatan Pada Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).

Tujuan Penulisan

1.2.1    Tujuan umum

Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat

diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.

1.2.2    Tujuan Khusus

Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok

akan dapat :

Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang

penyakit DHF

Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi

virus dengue.

Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF

Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan DHF

Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF

Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan

pengevaluasian dari semua tindakan.

Manfaat Penulisan

Manfaat bagi mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan

keperawatan pada keluarga secara langsung.

Manfaat bagi institusi pendidikan

Laporan makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.

Sistematika Penulisan

Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan urutan :

Bab 1 Pendahuluan

Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Terdiri dari Pengertian, Etiologi, Patofisiologi.

Bab 3 Tinjauan Kasus

Terdiri dari uraian asuhan keperawatan yang berisi pengkajian, diagnose keperawatan,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever

2.1.1   Pengertian

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain

yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.

(Sir,Patrick manson,2001).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi &

Yuliani, 2001).                                                   Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue

Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili

Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang

dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai

tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)

2.1.2   Etiologi

DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan

oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi

4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ),

yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan

antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap

serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.

Nyamuk aedes albopictus,

aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir

di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.

Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu

sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih

dari manusia untuk memotong telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah,

melainkan hidup Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar

± 2 minggu. ( Hadinegoro, 1999 )

2.1.3   Patofisiologi

Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk,

terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi berulang virus dengue

lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus

dengue yang akan merangsang endotoxin,selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen,

mengakibatkan interleukin 1, menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil,

demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress,

merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi lambung, terjadi

mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.

2.1.4   Pemeriksaan penunjang

a. Darah

Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD dijumpai

trombositopenia dan hemokonsentrasi

b. Air Seni

Mungkin ditemukan albuminuria ringan

2.1.5   Tanda dan gejala

a. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa sebab jelas )

b. Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah satu bentuk

pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi, melena atau

hematemesis

c. pembesaran hati

d. mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi

e. Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri  tulang sendi.

f. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun ( 20

mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg

atau kurang ), dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan

kaki. Penderita gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.

  Penatalaksanaan

Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus dilakukan adalah :

Tirah baring

Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1, - 2

liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar yang ditambahkan dengan

garam saja.

Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak

dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen, eukinin, atau dipiron. Hindari

pemberian asetol karena bahaya pendarahan.

Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus menerus muntah,

sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang terus

meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan

kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan

jumlah tetesan 16 x/ menit.

2.1.7   Prognosis

Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang.

Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus

meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan

Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun

2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia,

Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi

kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-

negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus

DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus.

2.1.8   Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu

nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode yang tepat, yaitu :

Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan

sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat pengembangbiakan nyamuk hasil

samping kegiatan manusia.

Biologis

Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan cupang )

Kimiawi

Pengendalian kimiawi antara lain :

Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu

tertentu.

Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga,

kolam, dan lain-lain.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan

pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat

diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan

membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam

perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).

Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :

Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan

cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat, masyarakat,

maupun rekam medic.

Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :

Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.

Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.

Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.

Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang diperoleh.

Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang ke rumah

sakit

Riwayat kesehatan

Riwayat penyakit sekarang

Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran

kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin

lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala,

nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit

Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.

Pemeriksaan fisik, terdiri dari :

Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi

adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah

ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah

jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan

menggunakan stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )

Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya

komplikasi dapat dihindari

Riwayat gizi

Status gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik

maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita

DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini

berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat

mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

Pola kebiasaan

Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan

menurun.

Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF

pada grade III-IV bisa terjadi melena.

Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF

grade IV sering terjadi hematuria

Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan

persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang

terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.

Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :

Hb dan PCV meningkat ( ≥20%)

Trambositopenia (≤100.000/ml)

Leukopenia

Ig.D. dengue positif

Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.

Urium dan Ph darah mungkin meningkat

Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg

SGOT/SGPT mungkin meningkat

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons actual atau

potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai lisensi dan kompeten

untuk mengatasinya. ( Perry Potter, 2005 )

Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien

dengan DHF adalah :

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

mencerna makanan

Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi

Menurut Nanda, diagnose keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai berikut :

Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism

Batasan Karakteristik

Konvulsi

Kulit kemerahan

Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

Kejang

Takikardi

Takipnea

Kulit terasa hangat

Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Batasan Karakteristik

Perubahan status mental

Penurunan tekanan darah

Penurunan tekanan nadi

Penurunan volume nadi

Penurunan turgor kulit

Penurunan turgor lidah

Pengeluaran haluaran urine

Penurunan pengisian vena

Membrane mukosa kering

Kulit kering

Peningkatan hematokrit

Peningkatan suhu tubuh

Peningkatan frekuensi nadi

Peningkatan konsentrasi urine

Penurunan berat badan tiba-tiba

Haus

Kelemahan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

mencerna makanan

Batasan Karakteristik

Kram abdomen

Nyeri abdomen

Menghindari makanan

Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal

Kerapuhan kapiler

Diare

Kehilangan rambut berlebihan

Bising usus hiperaktif

Kurang makanan

Kurang informasi

Kurang minat pada makanan

Penurunan berat badan denagn asupan makanan adekuat

Kesalahan konsepsi

Kesalahan informasi

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi

Batasan Karakteristik

Perilaku hiperbola

Ketidakakuratan mengikuti perintah

Ketidakakuratan melakukan tes

Perilaku tidak tepat

Pengungkapan masalah

Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada

klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai

tujuan tersebut. ( Perry Potter, 2005 )

Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose keperawatan dengan

dasar keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah,

atau rendah. (Perry Potter, 2005 )

Merumuskan tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan “ SMART “

S    : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )

M   : Measurable ( tujuan harus dapat diukur )

A   : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai )

R   : Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara   

        ilmiah )

T    : Time ( waktu keperawatan )

Nanda ( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan yang

dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

Tujuan             : Mempertahankan suhu tubuh normal dengan criteria hasil suhu tubuh 35,50-37,00c

Kriteria hasil    : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot hilang

Rencana    :

Ukur tanda-tanda vital ( suhu )

Rasional          : Suhu 38,90c-41,10c, menunjukkan proses penyakit infeksi akut

Berikan kompres hangat

Rasional          : Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi

Tingkatkan intake cairan

Rasional          : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi

Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Tujuan             :  Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung, membrane mukosa tetap

lembab, turgor kulit baik

Kriteria hasil    : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap lembab

Rencana          :

Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam

Rasional          : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan

hipotensi dan takikardia

Observasi dan cata intake dan output

Rasional    :Menunjukkan status volume sirkulasi,terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap

terapi

Timbang berat badan

Rasional   : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal

Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Rasional    : Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

mencerna makanan

Tujuan             : Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil atau meningkat

Rencana          :

Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi

Rasional          : Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia

Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara

bertahap

Rasional          : Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan

Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama

Rasional          : Mengawasi penurunan berat badan

Pertahankan kebersihan mulut klien

Rasional    : Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral

Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit

Rasional          : Meningkatkan motivasi klien untuk makan

Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan

Tujuan             : Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda vital stabil, nadi

8-100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh aksila 35,5-37,0 c, tekanan darah 95-

1a20/50-70 mmHg

Rencana          :

Kaji dan catat tanda-tanda vital

Rasional          : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan

hipotensi

Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri,

pembengkakan kaki

Rasional          : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi

Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi

Tujuan             : Klien mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan

Rencana         :

Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar

Rasional          : Adanya keinginan untuk belajar memudahkan penerimaan informasi

Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep

Rasional                : Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah penghentian pada obat

dan atau interkasi obat yang merugikan

Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF

Rasional          : Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat mengurangi kecemasan

Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari

perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005 )

Tindakan Keperawatan Mandiri

Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri dilakukan

oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien

demam.

Tindakan Keperawatan Kolaboratif

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan

kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah

klien

Evaluasi Keperawatan

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan

keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat

berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah

perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan.

( Perry Potter, 2005 )

Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :

S    : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O  : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan

A   : Analisis dan diagnose

P    : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi

2.1.6    Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat

diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. ( Perry Potter, 2005 )

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Kasus

An. W berumur 3 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 20 September 2012. Ibu klien

mengatakan anaknya  mengalami demam secara mendadak naik turun disertai mual, muntah dan

tidak adanya nafsu makan selama 3 hari. Ibu klien mengatakan bahwa sudah lama mengalami

demam tetapi ia hanya menganggap  demam biasa.

3.1       Pengkajian

3.1.1    Identitas klien

An. W ( laki-laki ) berumur 3 tahun beragama islam dengan beralamatkan Jl. Siaga,

Samarinda , masuk rumah sakit pada tanggal 20 september 2012. Klien mulai dikaji pada tanggal

21 September 2012 dan di diagnose medis DHF.

3.1.2    Identitas orang tua

Nama ibu dari An. W adalah Ny. A berusia 56 tahun. Pendidikan terkhir ibu klien adalah

SLTP. Sehari-hari ibu klien bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ny. A sendiri beragama

islam dan bertempat tinggal di Jl. Siaga, Samarinda.

3.1.3    Riwayat kesehatan klien

Keluhan utama

“ Anak saya demam tanpa sebab sus “

Riwayat penyakit sekarang

Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit rawat inap. Klien demam kira-kira

selama 3 hari mulai tanggal 17 September 2012, paginya klien di kompres dan sudah tidak panas

lagi pada siang hari. Namun ternyata sore hari badan klien demam kembali. Ibu klien langsung

membawa ke rumah sakit karena khawatir dengan keadaan anknya.

Riwayat penyakit lalu

Prenatal Care

Pemeriksaan kehamilan rutin di bidan praktek, selama hamil tidak ada keluhan atau penyakit

yang ibu alami. Ibu klien tidak pernah terpapar dengan radiasi. Berat badan selama kehamilan 62

kg.

Natal

Ibu melahirkan di bidan praktek. Jenis persalinan normal. Tidak ada komplikasi

selama/setelah persalinan

Post natal

Kondisi bayi saat lahir tidak ada cacat. Klien lahir dengan BB : 18 Kg, PB : 101 Cm.

Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti sekarang.

Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga Ibu klien mempunyai penyakit sesak nafas. Klien dan adiknya mempunyai penyakit

asma.

Riwayat imunisasi

 Klien mendapatkan imunisasi polio pada umur 1 bulan dan reaksinya adalah demam.

Imunisasi terakhir pada umur 3 bulan dengan mendapatkan imunisasi DPT.

Riwayat tumbuh kembang

Pertumbuhan Fisik

BB saat sakit         : 16 kg

BB sebelum sakit  : 18 kg

PB                         : 101 cm

Perkembangan tiap tahap

Berguling              : 6 bulan

Merangkak            : 9 bulan

Duduk                   : 10 bulan

Mengeluarkan suara          : 1 tahun

 Riwayat nutrisi

Pemberian asi

                        Klien menyusui setelah lahir, klien mendapatkan asi langsung dari ibu. Lama pemberian asi

± 1 tahun

Pemberian susu formula

Klien diberi susu formula sejak umur 5 bulan sampai sekarang

Perubahan pola nutrisi tiap tahap usia – sekarang

Klien usia 0 – 5 bulan mendapatkan asi eksklusif. Umur 6 – 10 bulan mendapat asi dan

bubur. Umur 11 – 16 bulan mendapatkan asi dan bubur TIM. Umur 3 tahun sampai sekarang

mendapatkan nasi, telur, sayur dan lain – lain.

Riwayat psikososial

  Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan seorang adiknya. Klien tidur bersama

dengan sang adik. Sehari – hari klien bermain dengan adiknya karena klien tidak mempunyai

kegiatan khusus.

Riwayat spiritual

Anggota keluarga klien rajin dalam beribadah

Aktivitas sehari –hari

Nutrisi

Sebelum sakit klien suka makan. Sehari klien makan 3 kali dengan lauk apapun. Tetapi saat

sakit, klien hanya makan 1 – 2 kali yaitu sebanyak 3 – 4 sendok makan dari porsi makan yang

disediakan. Ibu klien mengatakan “ anak saya tidak nafsu makan “.

Cairan

Sebelum sakit klien minum susu setiap pagi jika ada dan minum air putih. Klien dalam sehari

minum 5 – 7 gelas perhari. Pada saat sakit klien hanya minum air putih saja dengan takaran 2

gelas / ± 400 cc per hari dan diberi tambahan cairan infuse RL 28 tetes/menit.

Eliminasi

BAB

Sebelum sakit klien BAB 2 kali / hari dengan konsistensi lunak. Saat di rumah sakit klien ada

BAB 1 kali / hari dengan konsistensi lunak. Klien pergi ke toilet tanpa bantuan dan tanpa

pengawasan ibu klien.

BAK

Sebelum sakit klien BAK 3 – 4 kali / hari dan saat sakit klien BAK ± 500 cc perhari, klien

tidak ada masalah dengan BAK.

Istirahat Tidur

Sebelum sakit klien jarang tidur siang. Klien tidur malam mulai jam 21.00 – 06.00 WITA.

Klien tidak mengalami kesulitan tidur.

Olahraga

Klien tidak mempunyai jadwal olahraga yang rutin. Klien biasanya hanya bermain sepak

bola hamper setiap hari dengan teman –temannya.

Personal Hygene

Klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi, dan pasta gigi. Saat sakit klien

tidak dapat mandi sendiri dan hanya di seka oleh ibu klien dengan bantuan perawat sebanyak 1

kali sehari. Rambut klien terlihat bersih karena ibu klien rajin menyisir rambut klien.

Aktivitas / mobilitas fisik

Kegiatan sehari – hari klien adalah bermain dengan saudara dan teman – teman klien di

rumah. Saat sakit klien hanya berbaring di tempat tidur ditemani sang ibu.

Rekreasi

Klien hanya berkunjung ketempat keluarga terdekat. Dalam keluarga klien tidak ada program

khusus dalam rekreasi baik sebelum sakit maupun saat sakit.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

KU            : sedang, kesadaran komposmentis

Tanda – tanda vital

Nadi          : 126x/menit

Suhu          : 380 C

Pernafasan       : 28x/menit

Antropometri

BB             : 16 Kg

TB             : 101 cm

Lingkar kepala      : 39 cm

Lingkar lengan atas           : 16 cm

Lingkar dada                     : 51 cm

Lingkar perut                    : 52 cm

Sistem pernapasan

Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada tumor teraba, gerakan dada saat bernafas

simetris.

Kardiovaskuler

Konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis, bibir kering

Sistem pencernaan

Kemampuan menelan klien baik, tidak ada kembung, mukosa bibir kering.

Sistem indra

Mata          : konjungtiva tidak anemis

Hidung      : Tidak ada secret

Telinga      : Daun telinga keadaannya semistris, fungsi pendengaran baik.

Sistem syaraf

Tingkat kesadaran komposmentis

Gerakan tubuh lemah

Fungsi sensorik klien baik pada sentuhan benda tajam dan benda dingin dengan menolaknya

Sistem integemen

Rambut     : warna hitam, terlihat bersih

Kulit          : akral hangat, tidak terdapat gatal – gatal

Kuku         : warna merah muda, tidak mudah patah dan bersih

Terapi

Amoxsan : 3 x 500 mg

Sanmol : 3 x ½ sendok

Vometa ; 3 x ½ sendok

IVFD RL : 28 Tetes / menit

Klasifikasi Data

Tabel 3.1

Data Subyektif Data Obyektif

“ badan anak saya panas “ Suhu tubuh 380 c

Keadaan umum sedang

Akral terasa hangat

“ anak saya kurang sekali

minumnya”

Klien minum sehari hanya 2 gelas

Klien terlihat lemas

Mukosa bibir kering

 “ anak saya tidak nafsu makn “Berat badan sebelum sakit 18 kg setelah sakit

16 kg

Konsistensi makan 4 -  sendok

Klien mual dan kadang muntah

Klien terlihat lemah

“ saya tidak tahu anak saya sakit

apa “

Ibu klien banyak bertanya

Ibu klien terlihat binggung saat dilakukan

tindakan

Analisis Data

No Data Etiologi Masalah1DS : “ Badan anak saya

hangat, kulitnya merah-

merah, dan kadang

kejang- kejang”

DO : 1). Konvulsi

2). Peningkatan suhu tubuh

diatas kisaran normal

3). Takikardia

4). Takipnea

Bakteri                                  

Masuk kedalam saluran

Pencernaan 

Mengeluarkan endotoin

                                  

Interleukin I 

Prostaklandin 

Endotoxin 

Menggigil 

Demam

Peningkatan suhu

tubuh

2 DS : “ anak saya sering

kehausan, badannya

lemah sekali, dia gelisah“

DO : 1). Kulit kering

2). Membran  mukosa

kering

3). Peningkatan frekuensi

nadi

4). Penurunan turgor kulit

Tubuh yang telah

digigit nyamuk

Virus masuk ke

dalam aliran darah

Infeksi virus dengue

Terbentuknya

kompleks antibody

Aktivasi system

komplemen C3a  dan

C5a

Defisit volume

cairan

Diagnosa keperawatan

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism

DS : “ Badan anak saya hangat, kulitnya merah-merah, dan kadang kejang- kejang”

DO : 1). Konvulsi

2). Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

3). Takikardia

4). Takipnea

Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan aktif

DS : “ anak saya sering kehausan, badannya lemah sekali, dia gelisah“

DO : 1). Kulit kering

2). Membran  mukosa kering

3). Peningkatan frekuensi nadi

4). Penurunan turgor kulit

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan butuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

mencerna makanan

DS : “ anak saya tidak mau makan karena tidak ada nafsu, perutnya sakit,BAB terus, ada sariawan   “

DO :  1) Berat badan 20 % dibawah berat badan ideal

2). Stretorea

3). Bising usus hiperaktif

4). Tonus otot menurun

Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi

DS : “ Bagaimana keadaan anak saya sus, sakitnya parah atau tidak, saya takut sekali jika anak saya

kenapa-kenapa“

DO : 1). Ketikakuratan mengikuti perintah

2). Ketidakakuratan performa uji

Intervensi Keperawatan

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional

Peningkatan suhu

tubuh berhubungan

 dengan peningkatan

laju metabolism

Defisit volume

cairan berhubungan

dengan kehilangan

cairan aktif

Klien akan dapat

melaporkan suhu tubuh

normal dalam waktu 1 x

24 jam dengan criteria

hasil :

Badan hangat

Kulit normal

Tidak terjadi kejang

Klien akan dapat

melaporkan kebutuhan

cairan terpenuhi dalam

waktu 2 x 24 jam

dengan criteria hasil :

Volume cairan adekuat

Kekuatan tubuh kembali

normal

Klien tenang

Ukur tanda-tanda vital ( suhu  )

Berikan kompres hangat

Tingkatkan intake cairan

Observasi tanda-tanda vital

paling sedikit setiap tiga jam

Observasi dan cata intake dan

output

Timbang berat badan

Monitor pemberian cairan

melalui intravena setiap jam

Suhu 38,90c-41,10c,

menunjukkan proses

penyakit infeksi akut

Kompres hangat akan

terjadi perpindahan

panas konduksi

Untuk mengganti cairan

tubuh yang hilang akibat

evaporasi

Penurunan sirkulasi

darah dapat terjadi dari

peningkatan kehilangan

cairan mengakibatkan

hipotensi dan takikardia

Menunjukkan status

volume sirkulasi,

terjadinya/perbaikan

perpindahan cairan, dan

respon terhadap terapi

Kebutuhan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

ketidakmampuan

untuk mencerna

makanan Klien akan dapat

melaporkan nutrisi

terpenuhi dalam waktu

2

x 24 jam dengan criteria

hasil :

Nutrisi adekuat BAB

normal

Tidak ada sariawan

Timbang berat badan setiap

hari atau sesuai indikasi

Ciptakan lingkungan yang

nyaman

Berikan makanan yang disertai

dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake

nutrisi

Anjurkan kepada orang tua

untuk memberikan makanan

dengan teknik porsi kecil tapi

sering secara bertahap

Anjurkan kebersihan oral

Timbang berat badan setiap

hari pada waktu yang sama dan

dengan skala yang sama

Tentukan kemampuan dan

kemauan untuk belajar

Jelaskan rasional pengobatan,

dosis, efek samping dan

pentingnya minum obat sesuai

Mengukur keadekuatan

penggantian cairan

sesuai fungsi ginjal

Mempertahankan

keseimbangan

cairan/elektrolit

Memberikan informasi

tentang kebutuhan

diet/keefektifan terapi

Lingkungan yang nyaman menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan

Memberikan masukan nutrisi yang adekuat yang diperlukan tubuh

Porsi lebih kecil dapat

meningkatkan masukan

Defisiensi

pengetahuan

berhuibungan

dengan tidak

familiar dengan

sumber informasi

Klien akan dapat

melaporkan  mengerti

dan memahami proses

penyakit dan

pengobatan dalam

resep

Beri pendidikan kesehatan

mengenai penyakit DHF

Mulut yang bersih dapat

meningkatkan nafsu

makan

Mengawasi penurunan

berat badan

Adanya keinginan untuk

belajar memudahkan

penerimaan informasi

Dapat meningkatkan

kerjasama dengan terapi

obat dan mencegah

penghentian pada obat

dan atau interkasi obat

yang merugikan

Dapat meningkatkan

pengetahuan pasien dan

dapat mengurangi

kecemasan

waktu 1 x 45 menit

dengan criteria hasil :

Ibu klien tenang, tidak

cemas

Informasi adekuat

Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal DX Implementasi Keperawatan Hasil

Selasa, 21 september 2012

08.00

09.00

10.00

Selasa, 21 september 2012

11.00

12.50

08.30

12.05

12.10

I

II

Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )

Memberikan kompres hangat

Meningkatkan intake cairan

Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit

setiap tiga jam

Mengobservasi dan catat intake dan output

Menimbang berat badan

Menonitor pemberian cairan melalui intravena

setiap jam

Memberikan makanan yang disertai dengan

suplemen nutrisi untuk meningkatkan

kualitas intake nutrisi

Menganjurkan kepada orang tua untuk

memberikan makanan dengan teknik

Suhu tubuh 37,5

Badan klien

Panas

Cairan tubuh yang hilang tidak

adekuat

Suhu tubuh 37,5 c

Intake dan output tidak adekuat

Berat badan klien 16 kg

Cairan tubuh klien tidak adekuat

Nafsu makan klien belum ada

Klien makan 1/4 dari porsi

yang disediakan

Ibu klien menerapkan saran

perawat

Tidak terjadi peningkatan berat

13.00

14.00

Selasa, 21 september 2012

08.30

11.30

12.00

12.30

12.45

Selasa, 21 september 2012

09.45

09.55

III

IV

porsi kecil tapi sering secara bertahap

Menimbang berat badan setiap hari pada

waktu yang sama dan dengan skala yang

sama

Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai

indikasi

Menganjurkan istirahat sebelum makan

Mmberikan kebersihan mulut terutama

sebelum makan

Menciptakan lingkungan yang nyaman

Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi

Menententukan kemampuan dan kemauan

untuk belajar

Menjelaskan rasional pengobatan, dosis, efek

samping dan pentingnya minum obat

sesuai resep

Memberi pendidikan kesehatan mengenai

penyakit DHF

Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )

badan

Berat badan klien 16 kg

Berat badan klien 16 kg

Klien terlihat

Tenang

Klien makan 3-4 sendok

Klien terlihat tenang

Klien diberi vometa ½ sendok

makan dan klien masih

mual setelah minum obat

Ibu klien mau untuk belajar

Keluarga klien  mengerti tentang

rasional pengobatan

Ibu klien dapat menjelaskan dan

mengulang mengenai

penyakit DHF

Suhu tubuh klien 37,0 c

Badan klien masih hangat

Intake cairan tidak adekuat

Suhu tubuh klien 37 c

Nadi 116 x/menit

Intake dan output tidak adekuat,

10.05

Rabu, 22 september 2012

08.00

09.00

10.00

Rabu, 22 september 2012

11.00

12.50

12.05

Rabu, 22 september 2012

08.30

12.00

12.45

I

II

III

Memberikan kompres hangat

Meningkatkan intake cairan

Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit

setiap tiga jam

Mengobservasi dan cata intake dan output

Menonitor pemberian cairan melalui intravena

setiap jam

Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai

indikasi

Mmberikan kebersihan mulut terutama

sebelum makan

Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi

Mengukur tanda-tanda vital

Memberikan kompres hangat

3.Meningkatkan intake cairan

Mengobservasi tanda-tanda vital setiap tiga

jam atau sesuai indikasi

Mengobservasi dan catat intake output

minum 3-4 gelas perhari

IV RL 28 tetes / menit

Berat badan klien 17 kg

Nafsu makan klien   belum ada

Klien mual

Suhu tubuh 36,5 c

Badan sudah tidak panas lagi

Intake cairan terpenuhi

Suhu tubuh normal 36,5 c

Intake dan output adekuat, klien

minum -6 gelas / hari

IV RL 20 tetes/menit

Berat badan 18 kg

Nafsu makan kembali normal

Klien tidak mual atau muntah

saat diberikan vometa 1/2

Kamis, 23 September 2012

08.00

09.00

10.00

Kamis, 23 September 2012

11.00

12.50

12.05

Kamis, 23 September 2012

08.30

12.00

12.45

I

II

III

Intake dan output adekuat, klien minum -6

gelas / hari

Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai

indikasi

Memberikan kebersihan mutut terutama

sebelum makan

Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi

Evaluasi keperawatan

HARI 1 Selasa, 21 September 2012

DX I

S : “ badan anak masih panas“

O : suhu tubuh klien 37,5 c

A : Suhu tubuh tidak normal

P  : Lanjutkan intervensi

Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )

Memberikan kompres hangat

Meningkatkan intake cairan

Selasa, 21 September 2012

DX 2

S : “ anak saya hanya minum sedikit “

O : - Mukosa bibir kering, minum sehari 1-2 gelas

A : Volume cairan tidak adekuat

P  : Lanjutkan intervensi

Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam

Mengobservasi dan cata intake dan output

Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Selasa, 21 Sepetember 2012

DX 3

S : “ anak saya belum mau makan “

O : BB 16,0 kg

A : Kebutuhan nutrisi tidak adekuat

P  : Lanjutkan intervensi

Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi

Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan

Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi

Selasa, 21 september 2012

DX 4

S : “ saya sudah mengetahui tentang penyakit anak saya “

O : Ibu klien melakukan tindakan mandiri dan tidak terlihat bingung

A : Pengetahuan adekuat

P : Pertahankan intervensi

HARI 2 Rabu, 22 September 2012

DX 1

S : “ badan anak saya masih panas “

O : Suhu tubuh 37 c

A : Suhu tubuh tidak normal

P : Lanjutkan intervensi

Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )

Memberikan kompres hangat

Meningkatkan intake cairan

Rabu, 22 September 2012

DX 2

S : “ anak saya sedikit minum sus “

O : minum 3-4 gelas /hari, turgor kulit jelek

A : volume cairan tidak adekuat

P : Lanjutkan intervensi

Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam

Mengobservasi dan cata intake dan output

Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Rabu, 22 September 2012

DX 3

S : “ anak saya makan sedikit saja “

O : berat badan 17 kg, makan setengah dari porsi yang disediakan

A : Nutrisi tidak adekuat

P  :Lanjutkan intervensi

Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi

Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan

Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi

HARI 3 Kamis, 23 September 2012

DX 1

S : “ anak saya sudah tidak panas lagi badannya “

O : suhu tubuh 36,5 c

A : Suhu tubuh kembali normal

P : Pertahankan intervensi

DX 2

S : “ anak saya sudah mau dan sering minum sus “

O : Klien minum 5-6 gelas / hari

      Klien tidak ada muntal

A : Volume cairan adekuat

P : pertahankan intervensi

DX 3

S : “ anak saya sudah mau makan sus “

O : Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan

      Klien tidak ada muntah

     Berat badan klien 18 kg

A : Nutrisi terpenuhi/ adekuat

P : Pertahankan intervensi

BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data yang menunjukkan gejala DHF, adanya

demam tinggi, badan lemas, mukosa bibir kering disertai sedikit minum dan tidak nafsu makan.

Terjadi penurunan berat badan hingga 2 kg. Klien di diagnose medis DHF akibat terinfeksi virus

dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Pada diagnose keperawatan yang penyusun dapatkan pada An. W ada 4 diagnosa yaitu : Hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, defisit volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mencerna makanan, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak

familiar dengan sumber informasi.

Intervensi keperawatan yang telah disusun semua berdasarkan standar asuhan keperawatan. Pada

diagnose hipertermi intervensi yang dibuat adalah Ukur tanda-tanda vital ( suhu  ), Berikan

kompres hangat, Tingkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan intervensi yang dibuat

adalah Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan Observasi dan cata intake

dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi yang dibuat

adalah Timbang berat badan, Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam, Timbang

berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, Ciptakan lingkungan yang nyaman, Berikan

makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi,

Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering

secara bertahap, Anjurkan kebersihan oral, Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang

sama dan dengan skala yang sama

Diagnosa defisiensi pengetahuan intervensi yang dibuat adalah Tentukan kemampuan dan

kemauan untuk belajar, Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya

minum obat sesuai resep, Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.

Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah diagnose hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolism tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya

adalah mengukur tanda-tanda vital ( suhu  ), memberikan kompres hangat, meningkatkan intake

cairan. Diagnosa deficit volume cairan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah

mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan mengobservasi dan cata

intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tindakan yang

dilakukan untuk mengatasinya adalah menimbang berat badan, memonitor pemberian cairan

melalui intravena setiap jam, menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi,

menciptakan lingkungan yang nyaman, memberikan makanan yang disertai dengan suplemen

nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi, menganjurkan kepada orang tua untuk

memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap, menganjurkan

kebersihan oral, menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala

yang sama. Diagnosa defisiensi pengetahuan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya

adalah menentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar, menjelaskan rasional pengobatan,

dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep, dan tidak lupa memberikan

pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.

Pada tahap akhir, yaitu evaluasi disimpulkan bahwa 4 diagnosa yang ada telah diatasi semua selama

tiga hari perawatan pada An. W yaitu diagnose

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, ditandai dengan  suhu tubuh

kembali normal 36,5 C. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

ditandai dengan tidak muntah lagi dan minum 5-6 gelas/hari. Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan ditandai

dengan berat badan kembali normal 18 kg,tidak ada muntah, dan menghabiskan porsi makan

yang disediakan. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber

informasi ditandai dengan dapat melakukan tindakan mandiri, mengerti tentang penyakit

anaknya.

Saran

Hendaknya institusi meyediakan referensi yang terbaru untuk meningkatkan kemampuan

mahasiswa/I sehingga dapat memecahkan adanya masalah yang ada di tempat praktek

keperawatan.

Hendaknya masyarakat dapat menyebutkan tanda-tanda DHF sehingga komplikasi DHF dapat

diidentifikasi sedini mungkin.

Hendaknya profesi keperawatan dapat menjamin kompetensi profesi perawat melalui uji kompetensi

yang dilakukan pada setiap perawat sehingga perawat terampil dalam memberikan asuhan

keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta

Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda

M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta

Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto. Jakarta