Askep Demensia

24
TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK Tentang ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF ( DEMENSIA ) Oleh Kelompok 4 1. IKA PURWANTI 2. NURUDIN AHMAD 3. NANING AMBAR R 4. RAHMAD UMARUDIN 5. JOKO SULISTIYONO Dosen Pembimbing Pepin N, S.Kep Ns

Transcript of Askep Demensia

Page 1: Askep Demensia

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK Tentang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF ( DEMENSIA )

Oleh

Kelompok 4

1. IKA PURWANTI

2. NURUDIN AHMAD

3. NANING AMBAR R

4. RAHMAD UMARUDIN

5. JOKO SULISTIYONO

Dosen Pembimbing

Pepin N, S.Kep Ns

STIKES PEMKAB JOMBANGPRODI S-1 ( ANJANG ) KEPERAWATAN

TAHUN 2009

Page 2: Askep Demensia

KONSEP DEMENSIAPengertian DemensiaDemensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat

mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan

beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral

symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-

disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004)

menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan

kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu

sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara

abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit

otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi

terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang

dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak

terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani

gejala-gejala boleh diperolehi.

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang

secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan

kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran

kepribadian.

Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat,

penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan

hancurnya sel-sel otak.

Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60

tahun.

Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal.

Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa

menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan

penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak

mempengaruhi fungsi.

Page 3: Askep Demensia

Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit

Alzheimer stadium awal.

Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang

makin lama makin parah.

Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi

penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.

Epidemiologi Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun

adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka

kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup

suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan

meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85

tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah

demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.

Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia

Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara

maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua

sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan

Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit

Alzheimer.

KlasifikasiMenurut Umur:

Demensia senilis (>65th)

Demensia prasenilis (<65th)

Menurut perjalanan penyakit:

Reversibel

Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B

Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

Page 4: Askep Demensia

Menurut kerusakan struktur otak

Tipe Alzheimer

Tipe non-Alzheimer

Demensia vaskular

Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)

Demensia Lobus frontal-temporal

Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)

Morbus Parkinson

Morbus Huntington

Morbus Pick

Morbus Jakob-Creutzfeldt

Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker

Prion disease

Palsi Supranuklear progresif

Multiple sklerosis

Neurosifilis

Tipe campuran

Menurut sifat klinis:

Demensia proprius

Pseudo-demensia

Etiologi DemensiaDisebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan

timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit

dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace,

N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa

penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit

vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan

sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit

Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga

membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya

Page 5: Askep Demensia

(Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,

kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

Gejala KlinisAda dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan

Vaskuler.

Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat

gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat,

dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang

massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun

waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang

menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut

dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan

barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan

kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai

menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau

penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan

dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

Stadium I

Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan

memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu

adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami

Stadium II

Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya

antara lain,

Disorientasi

gangguan bahasa (afasia)

penderita mudah bingung

Page 6: Askep Demensia

penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan

kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah

melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.

Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di

lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”

.Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala

klinisnya antara lain:

Penderita menjadi vegetatif

tidak bergerak dan membisu

daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya

sendiri

tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil

kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain

kematian terjadi akibat infeksi atau trauma

Demensia Vaskuler

Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi

darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat

terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat

gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai

demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler

daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri

sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.

Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:

Kelainan sebagai penyebab Demensia :

penyakit degenaratif

penyakit serebrovaskuler

keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO

trauma otak

infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)

Hidrosefaulus normotensif

Tumor primer atau metastasis

Autoimun, vaskulitif

Page 7: Askep Demensia

Multiple sclerosis

Toksik

kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease

Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi

Gangguan psiatrik :

Depresi

Anxietas

Psikosis

Obat-obatan :

Psikofarmaka

Antiaritmia

Antihipertensi

Antikonvulsan

Digitalis

Gangguan nutrisi :

Defisiensi B6 (Pelagra)

Defisiensi B12

Defisiensi asam folat

Marchiava-bignami disease

Gangguan metabolisme :

Hiper/hipotiroidi

Hiperkalsemia

Hiper/hiponatremia

Hiopoglikemia

Hiperlipidemia

Hipercapnia

Gagal ginjal

Sindromk Cushing

Addison’s disesse

Hippotituitaria

Efek remote penyakit kanker

Page 8: Askep Demensia

Tanda dan Gejala DemensiaHal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan

kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari..

Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam

puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala

yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya

mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh

penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa

meletakkan suatu barang.

Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa

itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai

dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa

khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi

keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak

istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik

penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,

mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini

dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah

kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan

bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita

demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus

pemeriksaan.

Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.

Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan

mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal

yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan

seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan

penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu,

pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai

penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin

mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik

perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia.

Page 9: Askep Demensia

Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap

empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan

sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat

terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi,

depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan

melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari

secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal

(Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”

menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,

tempat penderita demensia berada

Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,

menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau

cerita yang sama berkali-kali

Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah

drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa

takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti

mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.

Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

DiagnosisDiagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

Pembedaan antara delirium dan demensia

Bagian otak yang terkena

Penyebab yang potensial reversibel

Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)

Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut

Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah

Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC

Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

Peran Keluarga

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita

demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia

Page 10: Askep Demensia

bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun

lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif

dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari

dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju

kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga

Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota

keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal

mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman.

Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia

tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita

demensia.

Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun

setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak

akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima

kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah

tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia.

Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang

terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala

yang muncul akibat demensia.

Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk

diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat

menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat

Lansia dengan demensia.

Tingkah Laku Lansia

Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya

dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit

untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks

dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama

dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang

dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan.

Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur

kembali.

Page 11: Askep Demensia

Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak

memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri

maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya

begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat

atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi

atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.

Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu

yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan

yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak

menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat

yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu

dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan

keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.

Pencegahan & Perawatan Demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia

diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa

mengoptimalkan fungsi otak,

seperti :

Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan

zat adiktif yang berlebihan

Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap

hari.

Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki

persamaan minat atau hobi

Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam

kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

Page 12: Askep Demensia

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIAMasalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun

dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia

mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranya

adalah alzeimer.

Berdasarkan hasil pengkajian pada daerah paska bencana alam tsunami ternyata

ditemukan kasus lansia dengan alzeimer.

PengkajianDemensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan

kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diperoleh data bahwa demensia sering

terjadi pada usia lanjut yang telah berumur di atas 60 tahun. Sampai saat ini

diperkirakan sekitar 500.000 penderita demensia di indonesia.

Tanda dan GejalaKesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari

Pelupa

Sering mengulang kata-kata

Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan

Cepat marah dan sulit di atur.

Kehilangan daya ingat

kesulitan belajar dan mengingat informasi baru

kurang konsentrasi

kurang kebersihan diri

Rentan terhadap kecelakaan: jatuh

Mudah terangsang

Tremor

Kurang koordinasi gerakan.

Cara melakukan pengkajianMembina hubunga saling percaya dengan klien lansia

Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama

saudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.

Page 13: Askep Demensia

Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai

berikut:

Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore /

malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.

Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan

bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.

Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.

Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.

Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas

tersebut.

Bersikap empati dengan cara:

Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan

perhatian

Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab

Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik

Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.

Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari

penggunaan kata atau kalimat jargon)

Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggu

respon pasien

Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-

kata yang sama.

Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume

ditingkatkan, nada harus direndahkan.

Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik

Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan

terbuka

Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien:

• Tidak berisik atau ribut

• Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup

• Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.

Page 14: Askep Demensia

Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan

demensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan

wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara

lakukan terutama untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi

prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:

Kurang konsentrasi

Kurang kebersihan diri

Rentan terhadap kecelakaan: jatuh

Tidak mengenal waktu, tempat dan orang

Tremor

Kurang kordinasi gerak

Aktiftas terbatas

Sering mengulang kata-kata.

Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia

mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau

tidak sesuai.

Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui

wawancara:

Diagnosa KeperawatanBerdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka

ditetapkan diagnosa keperawatan:

Gangguan Proses Pikir

Risiko Cedera: jatuh

Tindakan Keperawatan

Diagnosa I “Lansia depresi dengan gangguan proses pikir; pikun/pelupa.”

Tindakan keperawatan untuk pasien:

Tujuan agar pasien mampu:

a. Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan temapat

b. Meklakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.

Tindakan

Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya

tempat tidur, lemari, pakaian dll.

Page 15: Askep Demensia

Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan

jam besar, kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar.

Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota

keluarga terdekat

Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.

Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar.

Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari

Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat dilakukannya.

Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya

Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.

Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.

Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.

Tindakan untuk keluarga

Tujuan

Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat

Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas

Membantu pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari.

Tindakan

Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat

pada pasien

Anjurkan keluarga untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besar

Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien

Bantu keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini.

Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan

terhadap kemampauan yang masih dimiliki oleh pasien

Anjurkan keluarga untuk memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan

yang dimiliki

Anjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan

jadwal yang telah dibuat.

Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih

dimiliki pasien

Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai

kemampuan yang dimiliki

Page 16: Askep Demensia

Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai

dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat.

Diagnosa II “Lansia demensia dengan risiko cedera”

Tindakan pada pasien.

Tujuan

Pasien terhindar dari cedera

Pasien mampu mengontrol aktifitas yang dapat mencegah cedera.

Tindakan

Jelaskan faktor-faktor risiko yang dapa menimbulkan cedera dengan bahasa yang

sederhana

Ajarkan cara-cara untuk mencegah cedera: bila jatuh jangan panik tetapi berteriak

minta tolong

Berikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebutkan cara-cara mencegah

cedera.

Tindakan untuk keluarga

Tujuan: Keluarga mampu:

Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien

Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah cedera

Tindakan

Diskusikan dengan keluarga faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada

pasien

Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman seperti: lantai rumah

tidak licin, jauhkan benda-benda tajam dari jangkauan pasien, berikan penerangan

yang cukup, lampu tetap menyala di siang hari, beri alat pegangan dan awasi jika

pasien merokok, tutup steker dan alat listrik lainnya dengan plester, hindarkan

alat-alat listrik lainnya dari jangkauan klien, sediakan tempat tidur yang rendah

Menganjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di rumah serta memantau

aktivitas harian yang dilakukan

Page 17: Askep Demensia

EvaluasiUntuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat

dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga:

1. Gangguan proses pikir: bingung

Kemampuan pasien:

Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar

Mampu menyebutkan nama orang yang dikenal

Mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada saat ini

Mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadual

Mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatan

Kemampuan keluarga

Mampu membantu pasien mengenal waktu temapt dan orang

Menyediakan kalender yang mempunyai lembaran perhari dengan tulisan

besar dan jam besar

Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai jadual yang telah

dibuat

Memberikan pujian setiap kali pasien mampu melaksanakan kegiatan

harian

2.Risiko cedera

Kemampuan pasien:

Menyebutkan dengan bahasa sederhana faktor-faktor yang menimbulkan

cedera

Menggunakan cara yang tepat untuk mencegah cedera

Mengontrol aktivitas sesuai kemampuan

Kemampuan keluarga

Keluarga dapat mengungkapkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan

cedera pada pasien

Menyediakan pengaman di dalam rumah

Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien

Selalu menemani pasien di rumah

Memantau kegiatan harian yang dilakukan pasien

Page 18: Askep Demensia

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran

EGC.Jakarta;1999

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002