ASKEP BRAWIJAYA
-
Upload
syamsul-febrianto -
Category
Documents
-
view
83 -
download
3
Transcript of ASKEP BRAWIJAYA
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Hernia
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot
yang mengelilinginya dan ke l e mah an pad a j a r i ng an i ka t sua tu o rgan
t e r s ebu t (Gr i f f i t h , 1994) .
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000 : 216).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
B. Etiologi Hernia
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus
vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti:
obesitas dan kehamilan.
1
C. Klasifikasi Hernia
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi herniamenurut macam, sifat dan
proses terjadinya. Berikut ini penjelasannya :
Macam-macam hernia:
1. Inguinal.
Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
Indirek / lateralis:
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria
dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia
ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya
pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau mengatakan
adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa
mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis,
mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri
dapat timbul kembali.
Direk / medialis:
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini
lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi
pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini
disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri
atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke
skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan
testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia.
Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis
eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya
defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.
2
2. Femoral :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
daripada pria. Ini mulaisebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi
dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal :
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti
infeksi,nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
4. Incisional :
batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas:
1. Hernia bawaan atau congenital Patogenesa
pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebihsering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
3
menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat,kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut:
Hernia reponibel/reducible,
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel,
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri
tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus
=perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun
tanda sumbatan usus.
Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer
= penjara),
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata
berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai “herniastrangulata”. Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosisdari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapatdarah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini
merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlumen dapat
pertolongan segera.
4
D. Patofisiologi Hernia
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan
yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan
dapat menyebabkan ganggren.
E. Manifestasi klinis Hernia
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis,
mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila
terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi
ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi
berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri
palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking
pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang
melebar. Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus
5
pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung
jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka
itu adalah hernia inguinalis medialis.
F. Pemeriksaan Diagnostik Hernia
1. Pemeriksasaan darah
a. Lekosit: peningkatan Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada
anemia/kehilangan darah.
b. Hematokrit: peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi
c. Waktu koagulasi: Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis
intraoperasi/pascaoperasi.
2. Urinalisis
BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.
3. GDA
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
4. EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung.
G. Penatalaksanaan Hernia
1. Terapi konservatif/non bedah meliputi :
Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian
sabuk/korset padahernia ventralis. Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan
Hernia inkaseata yang tidak menunjukkan gejala sistemik.
2. Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasiherniografi efektif.
3. Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
4. Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuatsebaiknya digunakan marleks
untuk menguatkan dinding perut setempat.
5. Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan pendekatan dengan pasien berbaring
dalam posisi trendelernberg 40°.
6
6. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri,misalnya Asetaminofen, antibiotic
untuk membasmi infeksi,dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
7. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama
BAB, hindari kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk
gejala-gejala.
8. Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.
H. Komplikasi Hernia
Hernia berulang,
Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasienlaki-laki,
Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,
Fostes urin dan feses,
Residip,
Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
7
BAB II
ASKEP TEORI
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Data-data pengkajian, meliputi tanda dan gejala yang terjadi pada pasien dengan
hernia. Yaitu, adanya benjolan di daerah inguinal, rasa nyeri , mual muntah.
6. Data Penunjang
a. Pemeriksasaan darah
Lekosit: peningkatan Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada
anemia/kehilangan darah.
Hematokrit ; peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi
Waktu koagulasi ; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis
intraoperasi/pascaoperasi.
b. Urinalisis
BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma
jaringan.
Tujuan : rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 2x24 jam.
Kriteria Hasil :
- kx mengungkapkan nyeri berkurang
- kx bebas dari rasa nyeri
- Ekspresi wajah tenang dan santai
- kx dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
8
Rencana tindakan
1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan
asuhan keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
2. Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga
dapat menentukan tindakan selanjutnya.
3. Beri penjelasan pada pasien sebab – sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab nyeri.
4. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah
sehingga dapat mengurangi nyeri.
5. Beri dorongan pada pasien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
6. Kolaborasi: dengan dokter untuk pemberian obat analgesic
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri.
2. Resti terjadi infeksi pada luka operasi.
Tujuan : Luka operasi tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
- tidak ada tanda – tanda infeksi / radang (color, dolor, rubar, tumor, functio laesa).
Rencana tindakan
1. Beri penjelasan pada klien perlunya menjaga kebersihan daerah luka operasi
R/ : Dengan penjelasan diharapkan kx mengerti tentang pentingnya menjaga
kebersihan daerah luka operasi.
2. Observasi tanda – tanda infeksi pada daerah operasi
R/ : Respon jaringan terhadap infeksi di manifestasikan dengan oedem,
kemerahan, dan berkurangnya epitelisasi atau granulasi kulit.
9
3. Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.
R/ : Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah
sumber kontaminasi luka.
4. Rawat luka operasi dengan tekhnik aseptic
R/ : Tindakan aseptik akan menghangat pertumbuhan kulitan dan menjaga luka
operasi dari infeksi.
5. Observasi gejala cardinal
R/ : Mengetahui perkembangan kesehatan kx dan peningkatan suhu merupakan
salah satu tanda infeksi.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
R/ : Anergiotik berfungsi untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi
10
Kehamilan , batuk kronis obesitas
Tekanan intra abdomen
Peregangan Rongga Dinding
hernia
Cincin hernia
Hernia skrontalisPenekanan Pembuluh Darah
PEMBEDAHAN
Terputusnya kontuinitas jaringan
lunak
strangulasi
penekanan
Gangguan rasa nyaman dan nyeri
Proses penyembuhan
Peningkatan katabolisme
Kebutuhan nutrisi
Resti perdarahan
Terputusnya jaringan
saraf
nyeri
Kelemahan otot abdomen karena usia atau secara konginetal
Destruksi pertahanan tubuh
Masuknya organisme
Resiko tinggi infeksi
Keterbatasan gerak
Hipo peristaltik usus
Gangguan eliminasi BAB konstipasi
Kurang perawatan diri
Gangguan mobilitas fisik
WOC HERNIA
11
BAB III
LAPORAN KASUS
Tanggal MRS : 18 – 06 - 2012
Tgl pengkajian : 19-06-2012
Jam pengkajian : 13.00 WIB
A. Identitas klien
No reg : 06.37.95
Nama : Tn S
Umur : 50 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : -
Agama : Islam
Suku/bangsa : jawa/Indonesia
Ruangan : Dahlia
Penanggung biaya : Ny “A” istri dari Tn “S”
Diagnose medis : hernia Skorntalis
B. Riwayat kesehatan klien
Keluhan utama
Nyeri pada bagian scrotum.
Riwayat penyakit Sekarang
Px masuk rumah sakit hari senin tanggal 18 juni 2012 dengan keluhan utama nyeri pada
bagian scrotum. Dengan skala nyeri 9. Dr menyarankan untuk masuk ke rumah sakit tingkat III
BRAWIJAYA di ruangan dahlia. Px melakukan oprasi pada tanggal 19 juni 2012, jam
11.00WIB. px mengeluhkan nyeri pada bagian scroutum akibat oprasi insisi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah terkena penyakit apapun sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
12
Klien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang
sama seperti yang diderita klien yaitu hernia scrotal, maupun penyakit menular seperti HIV,
Hepatitis dan penyakit menurun seperti DM dan hipertensi.
Riwayat alergi
Px mengatakan bahwa tidak memiliki alergi baik makanan maupun obat-obatan.
C. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran :Composmentis
GCS : 4/5/6
Tanda-Tanda Vital:
S : 37,3 °C
TD : 120/80 mmHg
N : 100 x/menit
Head totoe
Kepala
a) inspeksi : bentuk kepala normal, tidak terdapat pembesaran, tidak terdapat lesi.
b) palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
Wajah
a) inspeksi : wajah terlihat meringis, warna sawo matang, tidak terdapat lesi.
b) palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan.
Mata
a. inspeksi : bentuk mata simetris, conjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada
kelainan, pupil miosis.
Hidung
a) inspeksi : bentuk simetris, tidak ada secret.
13
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan.
Mulut
a) inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak berbau, lidah bersih, tidak ada stomatitis,
tidak ada pembesaran tonsil (T1 = normal).
Telinga
a. Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat serumen.
b. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Leher
a. inspeksi : tidak terdapat pembesaran vena jugularis.
b. Palpasi : tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid.
Dada/thorax
*paru-paru
a. inspeksi : pergerakan dada simetris
b. palpasi : tidak ada nyeri tekan,vocal fremitus
c. perkusi : suara paru sonor
d. auskultasi : suara paru normal (vesikuler).
*Jantung
a. palpasi :ictus cordis 5-6
b. perkusi : bunyi jantung redup
c. auskultasi :S1S2 tunggal, irama regular.
14
Abdomen
a. inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada asites.
b. palpasi : tidak ada nyeri tekan.
c. perkusi : suara tympani.
d. auskultasi : bising usus 18 x/menit
Genitalia
a. inspeksi : terdapat luka bekas operasi, tidak terdapat varices.
b. palpasi : terdapat nyeri tekan.
Extermitas
* Atas
a. inspeksi : bentuk simetris,warna kulit sawo matang tidak terdapat lesi, tidak
terdapat pembengkakan.
b. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, persendian normal, kekuatan otot baik,
kelembapan baik, turgor baik.
*Bawah
a. inspeksi : bentuk simetris, warna sawo matang, tidak terdapat lesi, jumlah jari-jari
lengkap, tidak terdapat varices
b. palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, kekuatan otot tidak baik, tidak terdapat odema.
15
3
5
3
5
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Kegiatan Di rumah Di rumah sakit
Nutrisi px mengatakan selama
dirumah px makan 3xsehari
dengan porsi dihabiskan.
px mengatakan selama
dirumah sakit px makan
3xsehari ½ Porsi habis.
Eliminasi Px mengatakan selama di
rumah px BAK 4xsehari
sedangkan BAB 3xsehari.
Px mengatakan selama
dirumah sakit px BAK
3xsehari sedangkan BAB
2xsehari.
Personal hygine Px mengatakan dirumah px
mandi 2xsehari, mengosok
gigi pagi da malam.
Px mengatkan dirumah
sakit px belum pernah
mandi dan menggosok gigi.
Spiritual Px mengatakan selama
dirumah px taat dalam
beribadah.
Px mengatakan selama di
rumah sakit px tidak pernah
beribadah namun px berdoa
untuk kesembuhannya.
16
Data penunjang ( lab, foto rontgen, dll)
1. hasil lab Nilai Rujukan
hemoglobin :14,2 gr/dl (P= 14-18)/(l=12-16)
leokosit : 7000/mm³ (5-10)m³
trombosit : 352 ribu/mm² (150-350)ribu/mm²
SGOT : 13 U/L (0-30)U/L
SGPT : 7 U/L (0-30)U/L
2. foto thorax pa
cor : normal
pulmo : tak tampak kelainan kedua sinus baik.
Terapi
Infuse : RL (500 cc/24 jam=7 tetes)
Injeksi : Cefotaxim 2x1gr (IV)
: Antrain 3x1gr (IV)
17
ANALISA DATA
No Tgl
&jam
Data Etiologi masalah
1. DS:Px mengatakan nyeri
pada scroutum
sebelah kanan.
DO:TTV
TD:120/80mmHg
N: 100x/mnt
S: 37,50c
-Wajah tampak meringis
Ku : lemah
-Skala nyeri 9
- luka operasi insisi
insisi pembedahan
resti perdarahan
terputusnya jaringan
syaraf
nyeri
Nyeri
2. DS: px mengatakan nyeri
pada scroutum kanan.
DO: TTV
TD:120/80mmHg
N:100x/mnt
S: 37,50c
-terdapat luka oprasi
Ku : lemah.
Pembedahan
Terputusnya kontinuitas
jaringan lunak
Destruksi pertahanan
Masuknya mikroorganisme
Resiko tinggi infeksi
Resti infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d adanya insisi dari pembedahan
2. Resti infeksi b.d masuknya mikroorganisme
18
Intervensi keperawatan
NO Tgl/Jam Dagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
1. Nyeri b.d adanya insisi dari
pembedahan
TU : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam nyeri
berkurang.
KH : TTV
TD:120/80-130/90mmHg
N: 60-100x/mnt
S: 36,5-37,50c
-Wajah tidak tampak
meringis
Ku : baik
-skala nyeri berkurang
- luka operasi insisi sembuh.
1. Observasi
skala nyeri
2. Atur posisi
pasien
3. Anjurkan
teknik
distraksi dan
relaksasi
4. Observasi
TTV
1. Untuk
mengetahui
derajat
ketidaknya
manan
nyeri
2. Untuk
mengurangi
nyeri.
3. Menurunka
n
ketegangan
otot, sendi
dan
melancarka
n peredaran
darah
sehingga
dapat
mengurangi
nyeri.
4. Untuk
mengetahui
perkembang
an
kesehatan
19
5. Beri
dorongan
pada pasien
untuk
melakukan
mobilisasi
secara
bertahap.
6. Kolaborasi:
dengan
dokter untuk
pemberian
obat
analgesic
px
5. Menghindar
i kekakuan
sendi otot
dan
penekanan
pada daerah
tertentu
6. Analgesik
berfungsi
sebagai
depresan
system
syaraf pusat
sehingga
dapat
mengurangi
atau
menghilang
kan nyeri.
2. Resti infeksi b.d masuknya
mikroorganisme
TU : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam px
mengatakan nyeri
berkurang.
1. Obsevasi
TTV
1. Untuk
mengetahui
perkembang
an
kesehatan
px
20
KH: TTV
TD:120/80-130/90mmHg
N:60-100x/mnt
S: 36,5-37,50c
-luka oprasi mulai sembuh
Ku : baik.
2. Rawat luka
operasi
dengan
tekhnik
aseptic
3. Kolaborasi
dengan
dokter dalam
pemberian
antibiotik.
2. Tindakan
aseptik
akan
menghangat
pertumbuha
n kulitan
dan
menjaga
luka operasi
dari infeksi.
3. Anergiotik
berfungsi
untuk
membunuh
kuman dan
mencegah
infeksi
21
Impelementasi
No
.
tgl/jam Dx keperawatan Implementasi Paraf
1. 19-06-
2012/
14.20
WIB
15.00
WIB
15.30
WIB
1. Nyeri b.d
adanya insisi
dari
2. Resti infeksi
b.d masuknya
mikroorganis
me.
3. mengatur posisi pasien
6.Mengkolaborasi: dengan dokter untuk
memberikan obat analgesic antrain 3x1
gr
1. mengobservasi TTV
2. 19-06-
2012
19.30
WIB
22.00
WIB
24.00
WIB
05.00
WIB
1. Nyeri b.d
adanya insisi
dari
2. Resti infeksi
b.d masuknya
mikroorganis
me.
1. Mengobservasi skala nyeri.
3. Menganjurkan tekhnik distraksi dan
relaksasi.
3. mengkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotic cefotaxim 2x1gr.
1. Mengobservasi TTV
22
No Tgl/jam Dx keperawatan Implementasi paraf Evaluasi
1. 20-06-
2012
10.00
10.05
11.00
11.30
12.00
1. Nyeri b.d
adanya insisi
pembedahan
2. Resti infeksi
b.d masuknya
mikroorganis
me.
1. Nyeri b.d
adanya insisi
pembedahan
1. Mengobservasi skala
nyeri
3. Mengobservasi tanda-
tanda vital.
4. Atur posisi
5. Menganjurkan tekhnik
distraksi dan relaksasi.
5.Mengkolaborasi: dengan
dokter untuk
pemberian obat
analgesic antrain 3x1
gr.
S : Px
mengatakan
nyeri berkurang
pada bagian
bekas oprasi.
O: TTV
TD:140/90mm
Hg
N: 100x/m
S: 37,50c
-Wajah px tidak
tampak
meringis
-Skala nyeri px
7
A: masalah
teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
2. 20-06-
2012
14.30WI
B
15.00
15.00
1. Nyeri b.d
adanya
insisi
pembedah
an
2. Resti
3.Memberikan dorongan
pada pasien untuk
melakukan mobilisasi
secara bertahap.
3. Mengobservasi skala
nyeri
1. Mengobservasi
S : Px
mengatakan
nyeri berkurang
pada bekas
insisi
O: TTV
D:130/70mmH
g
N: 87x/m
S: 37,20c
-Wajah px tidak
tampak
23
infeksi b.d
masuknya
mikroorga
nisme
tanda-tanda vital meringis
-Skala nyeri px
6
A: masalah
teratasi
P: intervensi
dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
24
Dongoes, Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, edisi 3, EGC Jakarta.
Stark, John E. 2003. Manual Ilmu Penyakit Paru,Binarupa Aksara : Jakarta
Rubenstein, David, dkk. Kedokteran Klinis, edisi 6, Erlangga Jakarta.
Price, Sylviana Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit EGC, edisi 6:
Jakarta.
25