ASKEB anc dgn HIV.docx
-
Upload
zahra-firdausi-nuzzula -
Category
Documents
-
view
182 -
download
20
Transcript of ASKEB anc dgn HIV.docx
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang maha esa, atas
berkat rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaian tugas laporan dengan
judul“Asuhan Kebidanan pada Ny Q GIIIP20002 UK 35-36 minggu dengan HIV Stadium
II”.
Penulis juga menyadari bahwa laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan beberapa
pihak. Dikesempatan inipenulis mengucapkan terima kasih kepada yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini,
1 dr. Dodo Anando, M.Ph selaku direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang telah
memberi ijin kepada mahasiswa prodi kebidanan Soetomo Surabaya untuk
melaksanakan praktek di URJ poli Hmil 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
2 Susilorini,Spd, M.pd selaku ka prodi Kebidanan Sutomo Surabaya yang telah
mengijinkan penulis untuk melaksanakan praktek di URJ poli Hmil 1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
3 Netti Herlina, S.Pd,. M.Kes. Selaku dosen pembimbing praktik program studi
kebidanan Soetomo Surabaya
4 Sherly Jeniawati, SST. Selaku dosen pembimbing praktik program studi kebidanan
Soetomo Surabaya
5 Tutik Indarti Amd,Keb selaku kepala dan pembimbing klinik di URJ poli hamil 1
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
6 Pada Ny “Q ” yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan laporan ini
Dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membantu membangun.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Apabila ada kesalahan kata, penulis minta maaf sebesar-besarnya. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
Surabaya, Oktober 2011
Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kasus
Saat ini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. AIDS adalah
singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek
dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan
waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Pada tahun 2007 terdapat 24 ibu hamil yang dinyatakan positif mengidap virus
HIV/AIDS. Bila jumlah ibu hamil yang positif HIV bertambah, ada kemungkinan
peningkatan balita yang terinfeksi penyakit yang sama. Sebagian besar data dan fakta
lapangan bahwa kota Surabaya menduduki peringkat 1 dalam kasus HIV/AIDS di Jawa
Timur, terdapat 449 (75,59%) kasus berada di Surabaya dari jumlah total 594 kasus
HIV/AIDS di Jawa Timur. Angka kematian akibat HIV/AIDS masih tinggi, 80 persen
sudah mengidap AIDS. Di Jatim jumlah akumulasi penderita HIV/AIDS yang meninggal
sejak tahun 1989 sampai Agustus 2007 mencapai 339 orang dari 1.445 penderita AIDS.
Penyakit AIDS disebabkan karena melemah atau menghilangnya sistem kekebalan
tubuh yang karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh virus HIV.
HIV dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya. Tanpa upaya
pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular
juga. Ibu dengan viral load tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya.
Namun tidak ada jumlah viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi
dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum
atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung
lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darahibunya. Meminum air susu
dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi. (Sarwono: 2008)
Maka diperlukan asuhan kebidanan yang komprehensif pada Ibu hamil dengan HIV.
1.2. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan HIV
dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manejemen kebidanan varney.
1.3. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
ibu hamil dengan HIV
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose dan masalah pada ibu hamil dengan
HIV
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya adanya diagnose potensial pada ibu
hamil dengan HIV
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya kebutuhan tindakan segera pada ibu
hamil dengan HIV
5. Mahasiswa mampu menyusun intervensi dan rasional pada ibu hamil dengan HIV
6. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai intervensi yang dibuat pada
ibu hamil dengan HIV
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan kebidanan yang
diberikan pada ibu hamil dengan HIV.
8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
SOAP.
1.4. Pelaksanaan
Pengakajian kasus dilakukan saat pasien Ny “Q” datang berkunjung di URJ Poli
Hamil RSUD Dr. Soetomo saat praktik klinik berlangsung yaitu pada tanggal 19 Oktober
2011.
1.5. Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengehesahan
Kata Pengantar
BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Kasus
1.2. Tujuan Umum
1.3. Tujuan Khusus
1.4. Pelaksanaan
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II. Landasan Teori
2.1. Konsep Dasar Kehamilan
2.2. Konsep Dasar Kasus
2.3. Konsep Dasar Pengkajian
BAB III. Tinjauan Kasus
3.1. Subjektif
3.2. Objektif
3.3. Assesment
3.4. Planning
BAB IV. Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Pesan
Daftar Pustaka
BAB II
Landasan Teori
2.1. Konsep Dasar Kehamilan dengan HIV
2.1.1. Pengertian Kehamilan
Penghamilan terjadi kalau ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur
(ovum) dan sel mani (spermatozoa). (Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bnadung ; 1983 : 100)
Kehamilan adalah adanya spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan
nidasi hasil konsepsi (Hanifa Wikajosastro, 2002 : 55)
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari ( 40 minggu/9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. (Prawiroharjo S, 2002: 80).
2.1.2. Etiologi
Waktu ovulasi sel telur masih diliputi oleh corona radialis tapi rupa-rupanya
spermatozoa mempunyai enzim hialuronidase yang dapat mencairkan corona radiate
tersebut hingga salah satu spermatozoa dapat menembus dinding sel telur.
Setelah persenyawaan antara sel telur dan sel mani, yang biasanya terjadi dalam
ampulla tubae maka sel telur disebut zygote. Jadi zygote adalah ovum yang telah dibuahi
oleh spermatozoa.
Sebelum terjadinya fertilisasi sel telur maupun sel mani telah mengalami proses
pematangan yang tidak hanya terwujud dalam perubahan bentuk tapi juga perubahan
dari jumlah kromosom.
Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur),
spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi=fertilisasi), nidasi dan plasentasi.
(Obstetri Fisiologi: 1983)
2.1.3. Tanda dan Gejala Kehamilan
.2.1.3.1. Tanda kehamilan yang tidak pasti. (Obstetri Fisiologi: 1983)
a. pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
makin lama makin bundar bentuknya. Kadang–kadang pembesaran tidak
rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Konsistensi
rahim dalam kehamilan juga berubah menjadi lebih lunak.
b. perubahan pada serviks
Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita
meraba ujung hidung. Dalam kehamilan seviks menjadi lebih lunak pada
perabaan selunak bibir atau ujung bawah daun telinga.
c. kontraksi Braxton hicks
Waktu palpasi atau toucher rahim yang lunak sekonyong-konyong
menjadi keras karna berkonstraksi.
d. ballottement
Dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun dengan jari
yang melakukan pemeriksaan dalam.
e. meraba bagian anak
f. pemeriksaan biologis
Tidak dimasukkan tanda pasti karena keadaan lain dapat
menimbulkan reaksi yang positif.
g. pembesaran perut
h. keluarnya kolostrum
i. hiperpigmentasi kulit seperti pada muka yang disebut cloasma
gravidarum.
j. tanda Chadwick (warna selaput lender vulva dan vagina menjadi ungu)
k. adanya amenore
l. mual dan muntah
m. ibu merasa pergerakan anak
n. sering kencing karena rahim yang membesar menekan pada kandung
kencing
o. perasaan dada berisi dan agak nyeri.
2.1.3.2. Tanda kehamilan yang pasti. (Obstetri Fisiologi: 1983)
a. mendengar DJJ janin
b. melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa
c. melihat rangka janin dengan sinar rontgen atau dengan ultrasound
d. pada palpasi dirasakan bagian janin.
2.1.3.3. Gejala-gejala pada kehamilan. (Obstetri Fisiologi: 1983)
a. amenore (tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena umumnya
wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari
pertama haid terakhir.
b. nausea dan emesis. Sering terjadi pada pagi hari.
c. mengidam
d. pingsan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e. mammae tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh
estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli di
mamma. Glandula Montgomery tampak lebih jelas.
f. anoreksia
g. sering kencing
h. obstipasi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh
hormone steroid.
i. pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas.
j. epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada
triwulan pertama.
k. varises, sering terjadi pada triwulan terakhir.
2.1.3.4. Perubahan fisiologis kehamilan. (Obstetri Fisiologi: 1983)
a. uterus
uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat, pada bulan-bulan
pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah alpukat, agak gepeng, pada
kehamilan 4 bulan. Uterus berbentuk bulat. Pada minggu-minggu pertama
ismus uteri mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus
pada triwulan pertama membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak.
b. serviks uteri
serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormone estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan
otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringa ikat, hanya 10 %
jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen.
Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi
maka konsistensinya menjadi lunak.
c. vagina dan vulva
Pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna selaput
lendirnya membiru (tanda chadwick). Kekenyalan vagina bertambah,
artinya daya regangnya bertambah, sebagai persiapan persalianan. Getah
dalam vagina biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam PH
3,5-6,0. Reaksi asam ini disebabkan terbentuknya aridum lactikum sebagai
hasil penghancuran dycogen yang berada dalam sel-sel epitel vagina oleh
basil-basil dodelen. Reaksi asam ini mempunyai sifat bakterisida.
d. ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas
sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.
Kemudian ia mengecil setelah plasenta terbentuk.
e. dinding perut
pada kehamilan lanjut pada primigravida sering timbul garis-garis
memanjang atau serong pada perut, garis–garis itu terdapat juga pada buah
dada dan paha. Pada seorang primigravida warnanya membiru dan disebut
striae lividae. Pada seorang multigravida di samping striae yang biru
terdapat juga garis-garis putih agak mengkilat ialah parut (cicatrix) dan
striae gravidarum pada kehamilan yang lalu. Striae yang putih ini disebut
striae albicans. Dahulu diduga bahwa striae ini disebabkan karena kulit
perut diregang tapi sekarang orang berpendapat bahwa striae ini timbul
sebagai akibat dari hiperfungsi gelombang suprarenalis.
f. mammae
mammae akan membesar dan tegang akibat hormone
somatommatroph, estrogen, progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan
air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi system saluran, sedangkan
progesterone menambah sel-sel asinus pada mammae. Somatomamotropin
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan
perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktabumin,
laktoglobin. Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi.
g. sirkulasi darah
sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi
ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah
yang membesar pula, mamma dan alat-alat lain yang memang berfungsi
berlebihan dalam kehamilan volume darah ibu dalam kehamilan
bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut
hidrmia.
f. system respirasi
seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya, tidak jarang
mengelung rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan karena usus
tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma.
i. traktus digestivus
pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea).
Mungkin ini akibat kadar hormone estrogen yang meningkat. Tonus otot-
otot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga
berkurang.
j. traktus urinarius
pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan
ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari
rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala mulai turun ke bawah
pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kencing mulai tertekan lagi.
k. kulit
selain striae gravidarum pada kulit terdapat pula hiperpigmentasi
antara lain pada daerah areola mammae, papilla mammae, dan linea alba.
Linea alba yang tampak hitam disebut linea nigra. Hiperpigmentasi
kadang-kadang terdapat pula pada muka disebut cloasma gravidarum.
Pada umumnya, setelah partus selesai gejala hiperpigmentasi menghitung
dengan hipertrofi dan hiperfungsi dari cotex gelombang suprarenalis atau
dari hipertrofi. (Prof. Sulaiman Sastrawinata, 1989:146).
l. metabolisme
pada wanita hamil BMR meninggi, system endokrin juga meninggi,
dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya. BMR meningkat hingga 15-
20 % yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir. Dalam keadaan
biasa wanit hamil cukup hemat dalam pemakaian tenaganya. Kenaikan
berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh:
1. Hasil konsepsi : fetus, placenta, dan liquor amni
2. Dari ibu sendiri : uterus dan mammae yang membesar, volume darah
yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak dan akhirnya adanya
retensi air.
2.1.3.5. Kebutuhan Kehamilan (Obstetri Fisiologi: 1983)
2.1.3.5.1. Nutrisi
Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari,
mengkonsumsi yang mengandung protein, zat besi, minum
cukup cairan (menu seimbang). Hal ini penting dalam
pengawasan ibu hamil. Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan. (Prof. Dr. Abdul
Saifudin, SPOG MPH, 2002 N-3, Hanifa Winkjosastro,
2005 :161).
2.1.3.5.2. Kebersihan badan
Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi,
karena badan yang kotor banyak mengandung kuman-kuman.
Pemeliharaan buah dada juga penting ; putting susu harus
dibersihkan kalau terbasahi oleh kolostrum. Kalau dibiarkan
dapat terjadi eczema pada puting susu dan sekitarnya. Piting
susu yang masuk diusahakan supaya keluar dengan pemijatan
keluar setiap kai mandi.
Perawatan gigi perlu dalam kehamilan karena hanya
gigi yang baik menjamin pencernaan yang sempurna. Wanita
yang hamil jangan melakukan irigasi vagina kecuali dengan
nasihat dokter karena irigasi vagina dapat menimbulkan emboli
udara.
2.1.3.5.3. Pakaian
Pakaian yang baik untuk wanita hamil ialah pakaian
yang enak dipakai tidak boleh menekan badan. Pakaian yang
menekan menyebabkan bendungan vena dan mempercepat
timbulnya varises.
Karena wanita hamil lebih sukar mempertahankan
keseimbangan badannya, maka dianjurkan pemakaian sepatu
dengan hak yang rendah, lagipula hak tinggi dapat
menimbulkan nyeri pinggang.
2.1.3.5.4. Buang air besar
Pada wanita hamil mungkin terjadi obstipasi karena:
Kurang gerak badan
Peristaltic usus kurang karena pengaruh hormone
Tekanan pada rectum oleh kepala.
Usaha untuk melancarkan buang air besar adalah
minum banyak, gerak badan yang cukup, makanan yang
banyak mengandung serat seperti sayur dan buah-buahan.
2.1.3.5.5. Imunisasi
Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap
tetanus neonatorum dewasa ini dianjurkan untuk diberikan
toxoid tetanus pada ibu hamil.
2.1.3.6. Keluhan –keluhan dan cara penanganannya (Obstetri Fisiologi: 1983)
2.1.3.6.1. Mual dan muntah
Biasanya muncul pada bulan ke II dan hilang sesudah
bulan ke III lewat, terutama timbul pada pagi hari ialah waktu
perut kosong. Pengobatannya adalah makan dahulu sedikit
misalnya biscuit dan the sebelum bangun dari tempat tidur,
makan dalam porsi kecil tapi sering (misal 5x sehari) dapat juga
diberikan vit.B complex, vit C dan sedative.
2.1.3.6.2. Sakit pinggang
Sebagian besar disebabkan karena perubahan sikap
badan pada kehamilan yang lanjut, karena titik berat badan
pindah ke depan disebabkan perut yang membesar. Ini
diimbangi dengan lordose yang berlebih dan sikap ini dapat
menimbulkan spasmus dari otot-otot pinggang. Nyeri seperti ini
dapat diringankan dengan analgetika.
Sebagian disebabkan karena melonggarnya sendi-sendi
panggul seperti sympisis dan articulation sacroiliaka atas
pengaruh hormone-hormon kehamilan. Dengan istirahat atau
pemakaian korset maka keluhan dapat berkurang.
2.1.3.6.3. Varises
Timbulnya varises dipengaruhi oleh factor keturunan,
berdiri lama dan usia, ditambah factor hormonal (progesteron)
dan bendungan dalam panggul. Waktu istirahat, kaki
hendaknya ditinggikan. Ada juga baiknya mempergunakan
kaos kaki panjang dan elastic.
2.1.3.6.4. Haemoroid (bawasir)
Bawasir adalah pelebaran vena-vena di anus, dapat
bertambah besar dalam kehamilan karena ada bendungan darah
di dalam rongga panggul. Defekasi yang teratur penting buat
mengurangi bendungan dalam panggul. Kalau perlu diberi
suppositoria haemorrhoidales.
2.1.3.6.5. Sakit kepala
Biasanya timbul pada hamil muda dan sukar
menentukan sebabnya. Pada pertengahan kehamilan hilang atau
berkurang dengan sendirinya. Sakit kepala pada TM III dapat
merupakan gejala pre-eklamsia yang berat.
2.1.3.6.6. Oedema
Paling sering timbul pada kaki dan tungkai bawah.
Baiknya kaki ditinggikan saat tidur.
2.1.3.6.7. Sesak nafas
Disebabkan karena rahim yang membesar, mendesak
diafragma ke atas. Kalau tidur dengan bantal yang tinggi, sesak
kurang.
2.1.3.6.8. Fluor albus
Pada umumnya cairan di vagina bertambah dalam
kehamilan tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering tidak
menimbulkan keluhan. Terapi ditujukan kepada penyebab.
2.1.3.7. Tanda bahaya pada kehamilan (Arif Mansjoer:2001:262 )
2.1.3.7.1. Perdarahan pervaginam
Kehamilan < 20 minggu : kehamilan ektopik,
molahidatidosa dan aborsi.
Kehamilan > 20 minggu : solusio plasenta, plasenta
previa.
2.1.3.7.2. Oedema pada muka dan jari
Jika muncul pada muka dan lengan (PE) cara
meringankan :
Hindari posisi berbaring
Hindari posisi yang tegak dalam waktu lama
Masa istirahat dengan posisi terlentang sampai kaki kiri
dengan kaki diangkat
Jika perlu sering malatih kaki untuk ditekuk ketika
duduk/istirahat.
2.1.3.7.3. Nyeri perut
Pada abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi,
menjalar ke tempat lain, bila darah sampai ke diafragma bisa
menyebabkan nyeri bahu yang mengakibatkan terjadinya
kehamilan ektopik. (Arif Mansjoer: 2001: 267)
2.1.3.7.4. Muntah-muntah yang hebat
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual
dan muntah terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi,
hiponatremia, hipokalemia, penurunan klorida urine,
selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi
darah ke jaringan dan menyebabkan timbulnya zat toksik.
2.1.3.7.5. Ketuban pecah dini
Pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda
persalinan. Factor predisposisi KPD adalah infeksi genetalia,
serviks inkompeten, gemeli, hidarmnion, kehamilan pretem,
disproporsi sefalopelvik.
2.2. Konsep Dasar HIV Dalam Kehamilan
2.2.1. Pengertian
HIV merupakan salah satu retrovirus yang mempunayi enzim reverse
transcriptase, dengan kemampuan untuk mengubah RNA virus menjadi untai
ganda DNA virus. (Manuaba, dkk, 2007: 658)
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang
system kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. (Depkes,
1997)
Sindrom imunodefiensi yang didapat (AIDS) adalah suatu penyakit infeksi
yang disebakan oleh retrovirus yang dikenal dengan nama human T-cell
lymphotropic virus (HIV) . (Rayburn, William, Christopher Carey, 2001:107)
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala
penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system
kekebalan tubuh oleh infeksi human immunodeficiency virus (HIV).
(Prawirohardjo, Sarwono, 2008:932)
2.2.2. Etiologi
Seperti definisi di atas, diketahui bahwa AIDS terjadi oleh infeksi HIV. HIV
adalah suatu retrovirus RNA. Seperti halnya semua retrovirus, HIV mengandung
transcriptase terbalik pada intinya. HIV mempunyai protein permukaan khusus
gp120 dan gp41 dan protein inti p18 dan p24. HIV mneginfeksi sel dengan
membuat kontak pertama dengan protein gp120.
HIV dengan perantara enzim dapat melekat pada limfosit T yang dikeluarkan
oleh timus, dalam hal ini CD4, dengan perantara enzim reverse transcriptase.
Setelah masuk maka enzim integrase akan bekerja dengan mempergunakan
mekanisme metabolism sel sendiri, untuk menggandakan DNA serta memecah
virus sehingga sel tersebut akan rusak. HIV baru yang telah mampu menggandakan
diri secara intraseluler, kini akan menyebar dan mencari mangsa CD4 yang baru,
menggunakan mekanisme yang sama.
2.2.3. Masa Inkubasi
Masa inkubasi infeksi HIV berlangsung 1-3 minggu tergantung dari
kemampuan daya tahan tubuh dengan gejala klinik:
1. Gejala Mayor
Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus
Penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam 3 bulan.
2. Gejala Minor
Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan
Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur candida
albican
Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
Munculnya herpes zoster berulang
Bercak-bercak, gatal diseluruh tubuh.
Setelah masa infeksi berakhir akan diikuti oleh keadaan yang disebut set point
yang berarti terjadi keseimbangan antara kemampuan untuk bertahan dari tubuh
dan terjadinya pemecahan – replikasi virus seimbang, sehingga tidak menimbulkan
gejala klinik. Masa set point dapat berlangsung 5-10 tahun tergantung dari tubuh
membentuk dan mempertahankan jumlah CD4. Gambaran darah dengan infeksi
HIV virus adalah:
Terjadi penurunan CD4
B limposit tidak sanggup membentuk antibody, untuk melawan HIV.
2.2.4. Diagnosis
Dasar Diagnosis Infeksi Virus HIV
Diagnose pada saat infeksi pertama, mungkin sulit ditegakkan, karena
gejalanya ringan mirip dengan infeksi influenza biasa. Setelah 44-45 hari terinfeksi
barulah akan dapat dilakukan pemeriksaan antibody dengan mempergunakan
pemeriksaan : enzim immunoassay (EIA). Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas
97 % sedangkan spesivitasnya mendekati 99,4 %. Pemeriksaan lainnya adalah:
Tes langsung terhadap virus HIV, pada infeksi primer.
Kultur virus HIV untuk/dengan menetapakan terdapatnya p24 antigen.
Polymerase chain reaction (PCR) untuk menetapkan HIV.1 – proviral DNA.
Dalam permulaan infeksi akan dijumpai :
Lemah dan cepat lelah
Riwayat TBC sebelumnya
Terjadi infeksi berulang pada:
a. Infeksi paru-pneumonia
b. Kandidiasis vagina
c. Terjadi infeksi PID berulang
Terjadi diare berulang tanpa sebab yang jelas.
Setelah melewati masa set point dan menuju AIDS barulah pemeriksaan fisik
akan dijumpai berbagai bentuk manifestasi immunosupresi tubuh, dan mulai
muncul infeksi sekunder.
Suara paru yang abnormal - menunjukkan mulai terjadi infeksi sekunder
pneumonia.
Pembesaran kelenjar di seluruh tubuh, sebagai tempat berkembang biaknya
virus HIV – tempat sekitar 95 % cd4 tersimpan.
Pada mulut terjadi infeksi sekunder sehingga dijumpai sariawan.
Dengan demikian maka derajat infeksi HIV dapat ditetapkan, untuk dapat
memberikan pengobatan adekuat.
Perkembangan lebih lanjut akan terjadi infeksi sekunder dan keganasan oleh
Karena daya tahan tubuh sudah tidak mampu mengatasi infeksi HIV. Secara
laboratorium, acquired immunodefisiensi syndrome (AIDS) semakin cepat tejadi
jika CD4 kurang dari 200 sel/UI.
Infeksi sekunder yang terjadi adalah
Pneumocystis carinii
Toksoplasmosis
Mycobacterium avium complex
Streptokokus/stafilokokus
Keganasan yang sering menyertai AIDS :
a. Karsinoma
b. Sarcoma
c. Menurunnya reaksi terhadap toksin karena gangguan fungsi liver
d. Menurunnya pengeluaran interkulin 2, dengan akibat menghambat
kemampuan CD4 untuk bereaksi terhadap HIV
e. Akibat CD4 menjadi tempat replikasi HIV, maka umurnya makin pendek
f. Diketahui bahwa CD4 hanya 2-4 % beredar dalam sirkulasi, sebagian
besar dalam kelenjar limfa diseluruh tubuh.
Diagnosis Laboratorium
Serologi adalah metode yang paling lazim untuk diagnosis. Metode
serologi tak langsung yang mendeteksi antibody HIV antara lain adalah uji asai
imunosorben yang dihubungkan – enzim (ELISA = Enzym Linked Immunosorben
Assay). Sensitivitas ELISA sebesar 93 sampai 99 %, dan spesifitasnya 99 %.
Meskipun jarang, hasil-hasil positif palsu dapat terjadi dan uji penegasan selalu
diperlukan. Uji “western blot” yang mengenali adanya inti HIV dan antigen yang
terselubung, adalah 99 persen sensitive dan 99,8 persen spesifik. Serologi tak
langsung dengan teknik ELISA penangkapan juga dapat mengenali antigen HIV.
Virus juga dapat dikenali dengan biakan jaringan langsung.
Individu dinyatakan HIV positif kalau salah satu dari unsure berikut
terjadi : (1) ELISA reaktif dua kali, dan ini dipastikan dengan “Western blot”
positif atau IFA positif; (2) terdapat uji antigen HIV positif; (3) diperoleh biakan
HIV positif, yang dipastikan dengan pengenalan transcriptase terbalik dan suatu
uji antigen HIV khusus.
2.2.5. Jalan Penularan Penyakit
Kontaminasi cairan yang mengandung virus khususnya melalui hubungan
seksual merupakan cara transmisi yang paling utama di eluruh dunia.
Berkaitan dengan hubungan seksual maka homoseksual menempati urutan
pertama, karena HIV berkonsentrasi paling tinggi di sekitar mukosa anus.
Selanjutnya hubungan seksual multipartner menempati urutan yang kedua. Cara
lainnya yang perlu diketahui adalah kontaminasi HIV melalui :
1. Penggunaan jarum suntik bersama-sama pada pemakai obat narkotik
2. Infeksi dari laki-laki kepada wanita sekitar dua kali lebih besar dari sebaliknya
3. Perlu diperhatikan bahwa konsentrasi virus – viremia paling tinggi pada
infeksi pertama atau pada saat penyakit pada stadium lanjut. Akibatnya semua
cairan tubuhnya akan mengandung virus yang selalu dapat menimbulkan
kontaminasi kepada orang lain.
4. Transmisi dari ibu menuju janinnya dapat dijabarkan dalam 3 kemungkinan :
a. Intrauteri :
mulai minggu ke 8-14
jika samapai aterm, maka infeksi sekitar akhir kehamilannya. Infeksi
sekitar 20-40 %.
Infeksi pada gemelli, anak pertama akan menderita sekitar 3 kali lebih
tinggi dari anak kedua.
b. Intra partum : cara transmisi seperti orang dewasa, sekitar 40-80 %
c. Post partum : melalui pemberian ASI, sekitar 14 %.
Dapat dikemukakan bahwa perilaku yang meningkatkan resiko terkontaminasi
infeksi HIV antara lain:
1) Perilaku seksual dengan resiko tinggi
a. Homoseksual melalui anal, tanpa kondom
b. Multipartner vagina tanpa kondom
c. Hubungan seksual transvaginal tanpa kondom, sekalipun menggunakan
spermiside
d. Hubungan seksual multipartner.
2) Pada para pemakaian jarum suntik multipartner/tidak steril
3) Perilaku seksual yang abnormal
a. Oral seks antar lelaki
b. Oral seks antar wanita
4) Memakai obat atau kebiasaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh
a. Peminum alcohol
b. Pemakai obat narkotik
5) Berhubungan seksual pada wanita atau laki-laki dalam fase set point.
2.2.6. Penatalaksanaan Obstetris
Focus utama penanganan ditujukan pada deteksi infeksi dini dan pencegahan
penularan lebih jauh. Dasar evaluasi dari pasien hamil yang positif HIV harus
mencakup riwayat yang rinci mengenai factor resiko penularan dan riwayat
medis yang cermat, teramasuk pertanyaan mengenai perubahan berat badan,
nyeri kepala, diare, mual, muntah, anoreksia, demam, keringat malam, batuk,
napas pendek, dan sakit tenggorok. Pasien harus juga ditanya mengenai pajanan
terhadap tuberculosis, varisella, atau herpes simplex, kontak dengan kucing, dan
perjalanan yang baru saja dilakukan, karena semua factor ini dapat memaparkan
pasien yang fungsi imunnya terganggu pada infeksi oportunistik. Pada
pemeriksaan fisik, perhatian khusus harus diberikan pada rongga mulut
(sariawan, leukoplakia), fundus mata (retinitis CMS), paru-paru, kelenjar getah
bening, hati, limpa, vagiana (candida), dan daerah perirektal (herpes). Selain itu,
pemeriksaan neurologi lengkap sangat diperlukan. Uji laboratorium awal harus
mencakup hitung darah lengkap (CBC) bersama hitung jenis leukosit, hitung
trombosit, uji fungsi hati, hitung sel T4, rasio T4/T8, PPD, serologi sifilis, dan
titer serum untuk antigen permukaan hepatitis B, toksoplasmosis, rubella, dan
CMV. Hitung sel T4 harus diulangi tiap trimester. Biakan servikal harus
diperoleh untuk klamidia, ragi dan gonorea. Kunjungan prenatal tidak perlu lebih
sering kecuali kalau secara khusus diindikasikan. Pengujian pengawasan janin
hanya boleh digunakan untuk indikasi obstetric.
Profilaksis terhadap PCP dengan bacterium dindikasikan pada kehamilan
kalau hitung T4 turun di bawah 200/µl. Profilaksis untuk mengurangi transmisi
vertical dari ibu kepada janinnya dapat digunakan. Data menunjukkan bahwa
penurunan transmisi vertical dapat berkurang sekitar 70 %.
Obat-obat yang diperlukan
Antiviral Dosis Cara Pemberian
Zidovudine 100 mg/5 kali
200 mg/3 kali
Sejak hamil 14-34
minggu sampai lahir
Zidovudine 2 mg/kg, diikuti
1mg/kg
Intra partum
4 hari sebelum SC
dilakukan
Zidovudine 2 minggu/kg/4 kali Neonatus sampai
umur 6 minggu
Berdasarkan teori transmisi intrapartum, perlu dilaksanakan tatacara dalam
memberikan pertolongan persalianan antara lain:
1) Menerapkan prosedur PI
2) Pemasangan elektroda pada kulit kepala janin harus dihindari sehingga
mengurangi infeksi intrapartum kepada bayinya
3) Hindari pemecahan ketuban sehingga dapat mengurangi kontaminasi
langsung antara jalan lahir dengan bagian terendah bayi
4) Persalinan sebaiknya dipercepat, sehingga mengurangi waktu terlalu lama
berhubungan/kontak langsung antara bagian terendah dan jalan lahir.
Untuk dapat meningkatkan pengertian penderita tentang berbagai aspek
infeksi HIV yang berlanjut menjadi AIDS, maka diperlukan konseling untuk
meningkatkan pengertian mengenai kedudukannya di tengah masyarakat,
khususnya bahwa semua cairan tubuhnya bersifat infeksius karena “viremianya”.
Diharapkan bahwa dengan pengertian itu, maka mereka akan dapat menerima
perlakuan masyarakat terhadap dirinya sendiri.
2.2.7. Sikap Nakes Terhadap Resiko Penularan HIV
Konsep dasarnya adalah sebanyak mungkin mengurangi kontaminasi terhadap
infeksi HIV dari ibu hamil dengan seropositif. Langkah-langkah yang paling
utama adalah:
1) Hindari sebanyak mungkin luka akibat tusukan jarum suntik, karena
perlukaan kecil itu yang paling banyak menimbulkan masalah infeksi HIV
pada petugas (0,35-0,40 %).
2) Pergunakan alat-alat proteksi diri:
a. Baju khusus sampai ke kaki
b. Penutup kepala khusus
c. Penutup mulut dan penutup mata dengan lubang untuk kacamata yang
sudah dibuat khusus
d. Hindari sebanyak mungkin terkontaminasi/kontak dengan cairan, darah
dan lainnya dari ibu hamil dengan seropositif HIV
e. Tutupi perlukaan terbuka pada kulit, sehingga tidak dapat menyebabkan
infeksi nosokomial
f. Gunakan penghisap medis mekanis/elektris, untuk membersihkan lendir
mulut, lubang hidung dan tenggorokan bayi
g. Pastikan bahwa:
- Bahan bekasnya terisolasi
- Mendapat pengawasan khusus
- Sterilisasi dengan pasti
h. Jika telah terjadi kontaminasi dengan ibu hamil seropositif maka perlu
mendapat obat antivirus diantaranya ZDV (dapat menurunkan
kemungkinan infeksi berlanjut skitar 79-80 %).
Kini dianjurkan untuk mempergunakan 3 macam obat sebagai
profilaksis yaitu:
1. ZDV
2. Lamivudin
3. Indinavir
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan HIV
2.3.1. Data Subyektif
Tanggal pengkajian (tanggal, bulan, tahun dilakukan pengkajian)
Pukul (pukul berapa pengkajian dilakukan)
Oleh (nama orang yang melakukan pengkajian)
1) Identitas
a) Nama istri, nama suami
Nama klien dan suami ditanyakan untuk mengenal. Lebih mengakrabkan dan
tidak keliru dengan klien yang lain
b) Umur
Untuk mengetahui apakah kehamilannya resiko tinggi atau tidak, juga untuk
memberika asuhan yang tepat dan mengetahui kematangan jiwa ibu.
c) Kebangsaan
Untuk mengetahui kebiasaan yang mempenaruhi klien saat hamil agar kita
dapat memberikan konseling/ asuhan yang sesuai
d) Agama
Dengan tahu agama pasien akan memudahkan petugas untuk memberikan
asuhan yang sesuai dengan klien, tidak menyinggung perasaannya dan untuk
pendekatan dalam asuhan.
e) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektualnya karena tingkat intelektual berpengaruh
pada sikap, perilaku dan emosi seseorang.
f) Pekerjaan
Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi ibu agar nasehat dan asuhan yang
diberikan sesuai, selain itu untuk mengetahui apakah pekerjaannya berpengaruh
pada kehamilannya atau tidak. Juga untuk mengetahui factor resiko yang
berkaitan dengan penyakit yang dideritanya. Seperti pada pekerjaan PSK yang
beriso tinggi terhadap penyakit HIV.
g) Alamat
Menjaga kemungkinan jika ada kebutuhan yang mendesak dengan ibu misal
mengingatkan ibu untuk konrol ulang
2)Kunjungan ke
Melihat apakah ibu pernah periksa atau belum sehingga tahu rencana asuhan
selanjutnya
3)Keluhan yang dirasakan
Keluhan yang dirasakan pada ibu hamil dengan HIV antara lain :
Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus
Penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam 3 bulan.
Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan
Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur candida
albican
Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh
tubuh
Munculnya herpes zoster berulang
Bercak-bercak, gatal diseluruh tubuh.
4)Riwayat Menstruasi
Ditanyakan untuk mengetahui usia kehamilan ibu untuk pelaksanaan tindakan
selanjutnya
Menarche : normalnya 10-16 tahun
Siklus : normalnya 21-35 hari
Banyaknya : 50-70 cc/ hari
Lama : 3-14 hari
Sifat : encer
Teratur
Tidak dysmenorea
Fluor albus : encer dan kadang-kadang purulen, bau, dan gatal
5) Riwayat Kehamilan ini
Berisi :
5.1.Keluhan
Bisa terjadi pada trimester I, II, III.
5.2. ANC : pemeriksaan kehamilan yang sudah dilakukan.
5.3. Penyuluhan yang pernah di dapat:
6)Imunisasi TT
Jika pada Ibu primigravida yang lahir diatas pada tahun 1990, biasanya sudah
mendapatkan TT sebanyak 5 kali .
7)Pergerakan anak pertama kali
Pada multi usia kehamilan 15 minggu sudah bisa dirasakan gerakan janin dan pada
primi 18 minggu, ini untuk mengetahui usia kehamilan jika ibu lupa HPHT.
8) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Diisikan dengan menggunakan format sebagai berikut:
No
Kehamilan Persalianan Nif
as
Anak K
B
K
et
Sua
mi
Ke
Ha
mil
Ke
Peny
ulit
U
K
Peno
long
Jen
is
Pe
ny
ulit
Pe
ny
ulit
Se
ks
BB Hidup
/Umur
Mati/
Umu
r
Lam
a
men
etek
i
MP
ASI
9)Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga atau suami yang menderita herpes, sifilis, ghonorea,
AIDS, PMS, Hepatitis, atau HIV.
Riwayat penyakit pasien.
Ibu pernah menderita Penyakit Menular seksual seperti herpes, sifilis,
ghonorea, AIDS, PMS, Hepatitis, atau HIV.
10) Riwayat sosial
Status perkawinannya dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan ini,
berkaitan dengan dukungan sosial yang ia peroleh. Riwayat dari kehidupan suami
sangat berpengaruh dalam penularan HIV.
11) Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi
Pada kehamilan dengan HIV terjadi penurunan nafsu makan.
Pola eliminasi
Ibu mengalami diare kronis lebih dari 1 bulan terus-menerus.
Pola aktifitas
Tidak ada gangguan atau keluhan saat ibu melakukan aktivitas. Ibu boleh
bekerja yang ringan, tidak melelahkan ibu yang tidak mengganggu kehamilannya.
Pola kebiasaan
Kebiasaan ibu merokok, minuman keras, narkoba, berganti-ganti pasangan
seksual, perilaku seksual abnormal.
Pola aktivitas sexual
Sering berganti-ganti pasangan seksual, perilaku seksual abnormal dengan
tanpa mengunakan kondom.
3.2 Data Obyektif.
Keadaan Umum
Pada ibu hamil dengan HIV, keadaan umumnya lemah karena ibu mengalami
penurunan nafsu makan dan diare yang terus-menerus(Prawirohardjo,S.2008)
Tanda-tanda vital.
o Suhu : Suhu meningkat (Normal 36,5˚C - 37,5˚C)
o Tekanan Darah : Turun (Normal 110/70-120/80 mmHg)
o Denyut nadi : Cepat (Normalnya 84 – 88 x/menit)
o Pernafasan : Cepat, pendek, dangkal (Normalnya 16 - 24 x/menit)
o Berat badan : Menurun (Kenaikan rata-rata pada ibu hamil yaitu
12,5 kg, tidak boleh lebih dari0,5 kg/minggu.)
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
1) Muka
pucat
2) Mata
Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
3) Mulut
Mulut kotor, sariawan (jamur candida albican), mukosa bibir kering.
4) Leher
Ada pembesaran kelenjar limfe
5) Dada (payudara)
Bentuknya simetris, bersih, terdapat hiperpigmentasi, kolostrum belum keluar.
6) Abdomen
Pembesarannya ke depan, adakah luka bekas SC
7) Vagina
Ada fluor albus (encer dan kadang-kadang purulen, bau, dan gatal), ada
infeksi pada genetalia
8) Anus
Terdapat abses rektal
9) Ekstremitas
Tidak oedem, tidak varices
Palpasi
1) Leher
Ada pembesaran kelenjar limfe
2) Dada
Tidak ada massa
3) Abdomen
Leopold І :
Menentukan umur kehamilan dan menentukan bagian apa yang
terdapat pada fundus (sesuai normal)
Leopold ІІ :
Menentukan dimana letak punggung anak dan di mana letak bagian-
bagian kecil janin (sesuai normal)
Leopold ІІІ :
Menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah sudah
masuk PAP atau belum (sesuai normal)
Leopold ІV :
Menentukan seberapa jauh bagian terendah tersebut masuk PAP (sesuai
normal)
Auskultasi
Ada retraksi dada, ada bunyi wheezing,
Perkusi
Extermitas: reflek patella positif / positif
Pemeriksaan panggul
Distantia spinarum :23-26 cm
Distantia cristarum :26-28 cm
Conjugata eksterna (boudelouqe) :18-20 cm
Lingkar panggul :80-100 cm
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan serologis dengan:
- ELISA (reaktif)
- Western Blot (positif)
2. Tes langsung terhadap virus HIV, pada infeksi primer
3. Kultur virus HIV (positif)
4. PCR (< 400 kopi/ml)
3.3. Assessment
Diagnosa : G..... P.... A.... umur kehamilan..... minggu janin tunggal hidup, intra/
ekstra uterin, letak janin normal/lintang/ sungsang, dengan presentasi
bokong/kaki/ bahu, keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan
janin baik, dengan HIV
Masalah : Ibu cemas dengan kondisi diri dan janinnya.
Kebutuhan:
tanda bahaya kehamilan
tanda-tanda persalinan
persiapan persalinan
Diagnosa potensial: bayi terkena HIV
Masalah potensial : tidak ada
3.4 Planning
1. Pemberian obat ARV atau antiretroviral.
R/ Profilaksis untuk mengurangi transmisi vertical dari ibu kepada janinnya Data
menunjukkan bahwa penurunan transmisi vertical dapat berkurang sekitar 70 %.
(Pusdiknakes. 1997).
2. Diskusikan tentang persalinan secara SC
R/ Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandigkan
periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfuse Fetomaternal atau kontak
antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan yang terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
SC.
3. Diskusikan tentang tidak memberikan ASI pada bayi setelah lahir.
R/ Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang
menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10-15% dibandingkan
ibu yang tidak menyusui bayinya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Data Subjektif
Tanggal Pengkajian :19 Oktober 2011
Pukul : 10.30
Oleh : Lailatul Maghfiroh
3.1.1. Identitas
Nama pasien : Ny. Q
No. Register : 1105298
Umur : 40 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : Asemrowo 4A/30 Surabaya
Nama Suami : Tn. S
Umur : 41 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Asemrowo 4A/30 Surabaya
3.1.2. Kunjungan ke : 1
3.1.3. Keluhan utama : Ibu mengatakan sedang hamil 9 bulan, datang untuk
memeriksakan kandungannya. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah. Ibu
juga mengeluh akan penyakit yang dideritanya (HIV stadium II) saat ini dan
cemas akan mempengaruhi janinnya.
3.1.4. Riwayat kesehatan yang lalu : ibu mengatakan mengetahui terkena penyakit
HIV sejak Mei 2010, tertular dari almarhum suami I. Ibu tidak pernah
menderita penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, diabetes mellitus,
dan hipertensi.
3.1.5. Riwayat kesehatan keluarga : Ibu mengatakan suami pertamanya menderita
HIV/AIDS sejak Maret 2007. Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang
menderita penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, diabetes mellitus,
dan hipertensi.
3.1.6. Riwayat penyakit sekarang : klien mengatakan terkena penyakit HIV karena
tertular suaminya. Klien memutuskan datang periksa ke Poli hamil 1 karena
khawatir dengan kehamilannya.
3.1.7. Riwayat menstruasi
Menarche : usia 13 tahun Dismenore : ya
Siklus : 30 hari Teratur/tidak : tidak teratur
Lama : 6 hari Jumlah :sedang
HPHT : 12/2/11 Fluor : tidak gatal.
TP : 19/11/11
3.1.8. Riwayat obstetri yang lalu
NoKehamilan Persalianan Nifas Anak KB Ket
SuamiKe
Hamil Ke
Penyulit UK Penolong Jenis Penyulit
Penyulit
Seks
BB Hidup/
Umur
Mati/ Umur
Lama meneteki
MP ASI
1. 1 1 Tidak ada
9 bln Bidan Spt B Tidak ada
Tidak ada
pr 2800 gr
14 th - 1 1/2 th ya Suntik 3
bulan selama
12 tahun
HIV (-)
2. 1 2 Tidak ada
9 bln Bidan Spt B Tidak ada
Tidak ada
pr 3100 gr
3th - 2 th ya Suntik 3 bl
slm 1 th dan pil slm
3 th
HIV(+)
3 2 H A M I L I N I
3.1.9. Riwayat kehamilan ini
3.1.9.1. Keluhan
TM I : mual dan muntah pada pagi hari sampai usia kehamilan 2 bulan.
TM II : tidak ada keluhan.
TM III: Ibu merasa nyeri pada perut bagian bawah dan cemas terhadap
janinnya dengan penyakit HIV yang dideritanya.
3.1.9.2. ANC : 1 kali (sebelumnya ANC di BPS)
3.1.9.3. Imunisasi TT : 5x
3.1.9.4. Pergerakan anak pertama kali: saat usia kehamilan 4 bulan.
3.1.9.5. Penyuluhan yang pernah di dapat : penyuluhan dari bidan tentang
kehamilan dengan penyakit yang dideritanya, nutrisi, personal hygiene,
tanda persalinan dan tanda bahaya kehamilan.
3.1.10. Pola kehidupan sehari-hari
3.1.10.1. Pola nutrisi :
Sebelum hamil : makan 3x/hari dengan menu nasi, sayur, lauk
minum 5-6 gelas / hari
selama hamil : makan 3-4x/hari dengan menu nasi, sayur, lauk, ditambah
susu dengan porsi sedang. Ibu makan biscuit/roti.
minum 8-10 gelas / hari
3.1.10.2. Pola eliminasi :
Sebelum hamil : BAB 1x/hari
BAK 3-4 x/hari
Selama hamil : BAB 1 x/hari
BAK 5-6x/hari
3.1.10.3. Pola istirahat
Sebelum hamil : siang : jarang
malam: 6 jam
selama hamil : siang : ½-1 jam
malam:6-7 jam
3.1.10.4. Pola aktifitas
Sebelum hamil : ibu bekerja sebagai pegawai kantor.
Selama hamil : sebagai ibu rumah tangga.
3.1.10.5. Pola aktifitas seksual
Sebelum hamil : 2-3x seminggu
Selama hamil : tidak melakukan
3.1.10.6. Personal Hygiene
Sebelum hamil : ibu mandi 2x/hari, ganti baju dan pakaian dalam
2x/hari
Selama hamil : sama seperti sebelum hamil.
3.1.10.7. Pola kebiasaan
Alcohol :tidak
Merokok :tidak
Jamu-jamuan : tidak
Obat-obatan : ibu sedang menkonsumsi ARV sejak Agustus 2010
yaitu duviral dan neviral.
3.1.11. Riwayat social
3.1.11.1. Status pernikahan : sah kawin : 2 kali
3.1.11.2. Kawin I : Umur : 22 tahun
Lama : 15 tahun
Kehamilan : Direncanakan
Kawin II : Umur : 39 tahun
Lama : 1 tahun
Kehamilan : Direncanakan
3.1. Data Objektif
3.1.1. Pemeriksaan umum
3.1.1.1. Kesadaran : komposmentis
3.1.1.2. Keadaan emosional : baik
3.1.1.3. TTV :
TD : 120/90 mmHg Rr : 16x/menit
Nadi : 84x/menit S : 36,7 C
TB : 161 cm BB sebelum : 52 kg
LILA : 28 cm BB sekarang : 60 kg
3.1.2. Pemeriksaan fisik
3.1.2.1. Inspeksi
3.1.2.1.1. Muka
Oedem : tidak
Cloasma garvidarum : ada
3.1.2.1.2. Mata
Sclera : putih
Konjunctiva : merah mudah
3.1.2.1.3. Mulut dan gigi
Mukosa mulut : kering, sariawan
Gigi : tidak karies
3.1.2.1.4. Leher
Pembesaran kelenjar limfe : ada
Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada
Bendungan vena jugularis : tidak ada
3.1.2.1.5. Dada
Payudara : simetris putting susu : menonjol
Kebersihan: bersih Areola mammae: menghitam
3.1.2.1.6. Abdomen
Bekas SC : tidak ada Pembesaran perut : ke depan
Striae : alba linea nigra : ada
3.1.2.1.7. Genetalia
Oedema : tidak Kondiloma : tidak
Varises : tidak flour albus : tidak
Luka bekas episiotomy : tidak kebersihan : besih
Infeksi kelenjar bartholini : tidak herpes genitalis: tidak ada
Infeksi kelenjar skene : tidak
3.1.2.1.8. Anus
Hemoroid : tidak
3.1.2.1.9. Ekstremitas
Atas : oedem -/-
Bawah: oedem -/-
Varises : tidak
3.1.2.2. Palpasi
3.1.2.2.1. Leher
Bendungan vena jugularis: tidak ada
Pembengkakan kelenjar lymfe : tidak ada
Pembengkakan kelenjar tyroid : tidak ada
3.1.2.2.2. Dada
Massa : tidak ada kolostrum : sudah keluar
Nyeri tekan: tidak ada
3.1.2.2.3. Abdomen
TFU : 27 cm
Leopold I : TFU pertengahan px - pusat, bagian fundus teraba
bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
Leopold II : bagian kanan teraba keras, memanjang seperti papan.
bagian kiri teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : bagian terendah janin teraba keras, bulat, melenting
(kepala), dapat digoyangkan (belum masuk PAP).
Leopold IV : tidak dilakukan.
3.1.2.3. Auskultasi
DJJ : 12-11-12
Teratur/tidak : teratur
Terdengar di : punggung kanan.
3.1.2.4. Perkusi
Reflex patella : +/+
3.1.3. Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan
3.1.4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb, hasil : 11 gr%
Pemeriksaan urine :
Albumin : negatif
Reduksi : negatif
Hasil pemeriksaan CD4:
Tanggal 11 Agustus 2011
Result name % Ratio Abs Cnt
(cells/µl)
Reference Range
CD3 + /CD45+ 69,24 55% - 84%
CD3+ 1461 cells/µl 690 – 2540
CD3+CD4+/CD45+ 24,25 Lo 31% - 60%
CD3+CD4+ 512 Lo 410 – 1590
CD45+ 2111
*For quality control
purpose only
Multi-tube QC
T Helper/supressor Ratio: 0,00
Keterangan:
CD4 absolut : 512 (410-1590 cells/µl)
CD4 % : 24,25 (31-60 %)
Jumlah T Helper Lymphocyte (CD4) normal
Hasil pemeriksaan PCR HIV
Tanggal 11 Agustus 2011
Hasil
pemeriksaan PCR
HIV
Hasil Nilai rujukan Ket
~ < 400 kopi/ml < 400 kopi/ml HIV 1 RNA tidak
terdeteksi~ <204 IU/ml <204 IU/ml
~ < log 2,6 < log 2,6
Hasil Laboratorium Patologi Klinik
Jenis
pemenriksaan
CD4
Hasil Rujukan Satuan Keterangan
CD4 absolut 357 410-1590 Sel/µl Lymphocyte T
cell berkurangCd4 % 26 31 – 60 %
3.2. Assesment
3.2.1. Diagnosa
GIIIP20002 umur kehamilan 35-36 minggu tunggal, hidup, intra uteri, letak
membujur, dengan presentasi kepala, keadaan jalan lahir normal, keadaan
umum ibu dan janin baik, dengan HIV stadium II
3.2.2. Masalah
Ibu cemas dengan kondisi diri dan janinnya.
3.2.3. Kebutuhan:
Tanda bahaya kehamilan
Tanda-tanda persalinan
Persiapan persalinan
3.2.4. Diagnosa potensial : tidak ada
3.2.5. Masalah potensial : tidak ada
2.4 Planning
Tanggal : 19 Oktober 2011
Jam : 10.30
1. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi diri dan janinnya
E/ ibu mengerti kondisi diri dan janinnya
2. Memberi konseling tentang penyakit yang ibu derita
E/ ibu mengerti tentang penyakitnya
3. Memberikan KIE tentang:
- Tanda bahaya kehamilan (pandangan mata kabur, pusing berat, nyeri
perut bagian bawah)
- Tanda - tanda persalinan (keluar lendir/ darah/ ketuban, his yang
smakin kuat dan teratur)
- Persiapan persalinan (Ibu ingin melahirkan di RSU dr. Soetomo
dengan SC)
- Kebutuhan nutrisi (sayur-sayuran yang mengandung zat besi)
E/ ibu mampu mengulang KIE yang diberikan
4. Memberitahukan kepada ibu taksiran persalinan yaitu tanggal 19-11-2011
E/ ibu mengerti tentang taksiran persalinannya
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter di poli PIPI dalam Durival 2x1 dan
Neviral 2x1.
E/ resep sudah diterima pasien
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tablet Fe 1x1.
E/ resep sudah diterima pasien
7. Memberitahukan kepada ibu untuk control ke poli hamil 1, 2 minggu lagi (2
November 2011) atau datang sewaktu-waktu bila ada keluhan, sambil
menunggu hasil vital cood until made of delivery.
E/ ibu bersedia datang untuk kontrol ulang November 2011 atau datang
sewaktu-waktu bila ada keluhan.
8. Memberitahukan kepada ibu untuk control ke poli PIPI 1 bulan lagi
E/ ibu bersedia datang.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
HIV adalah salah satu virus mematikan dan menyebabkan AIDS, HIV menyerang
system daya tubuh manusia, menyebabkan tubuh lemah dan tidak berdaya melawan
berjangkitnya penyakit. Ketika individu melakukan kontak dan terinfeksi HIV, maka virus
akan mencapai atau berada dalam sirkulasi sistemik, dan dapat dideteksi dalam darah setelah
4-11 hari sejak paparan pertama.
Dari hasil anamneses Ny. F diketahui Ibu terkena HIV karena tertular oleh suami
yang ternyata sudah di diagnosa lebih awal terkena HIV. Kusniati dalam bukunya PMS dan
HIV/AIDS menyebutkan bahwa penularan HIV/AIDS dapat terjadi secara horizontal, yaitu
kontak antar darah atau produk darah yang telah terinfeksi HIV (penggunaan jarum suntik,
tindik, tattoo yang dapat menimbulkan luka dengan menggunakan alat yang tidak disterilkan
dan dipakai bersama sama dengan orang yang terinfeksi HIV). Selain itu juga penularan
HIV/AIDS dapat terjadi secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual) yaitu
hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
Pada hasil pemeriksaan 14 Desember 2011, di dapatkan keadaan umum pasien baik.
Dari hasil pemeriksaan obstetrinya di dapatkan keadaan umum pasien baik, TFU 19 cm, janin
tunggal, hidup, intra uterin, ballotement positif, djj: 12-12-12.
Kondisi ini membutuhkan perhatian khusus, secara psikologis ibu membutuhkan
penjelasan dan dukungan. Baik penjelasan mengenai penyakitnya, dan penjelasan mengenai
keadaan janinnya. rencana persalinan Ny. F yaitu dengan operasi Caesar. Setelah bayi lahir,
bayi bisa diberikan ASI hanya diberikan PASI dengan biaya sendiri atau jika ibu tidak
mampu maka bisa mendapatkan PASI secara gratis di UPIPI yang bekerja sama dengan dinas
social.
4.2 Saran
Bagi mahasiswa, untuk lebih memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan praktik
klinik di Poli Hamil 1 dan menggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah
pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa tentang masalah – masalah yang terjadi pada
kehamilan dengan HIV.
DAFTAR PUSTAKA
Hacker, Moore, 1992, Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:Hipokrates.
Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Manuaba, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Rayburn, William, Cristopher, Carey, 2001, Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika.
PUSDIKNAKES. 1997. AIDS. Jakarta: studio driya media
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny. “Q” GIIIP20002 Usia Kehamilan 35-36 minggu
dengan HIV Stadium II
DI POLI HAMIL 1 RSUD Dr.SOETOMO
PADA TANGGAL 15-28 OKTOBER 2011
OLEH:
LAILATUL MAGHFIROH
NIM. P27824109017
REGULER SEMESTER V
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
PRODI KEBIDANAN KAMPUS SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2010-2011
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus individu praktik klinik di URJ Poli Hamil 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya ini telah mendapatkan persetujuan oleh tim pembimbing pendidikan, pembimbing, praktik klinik dan kepala ruangan di URJ Poli Hamil 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada:
Hari : Tanggal :
Laporan ini disusun oleh:
Nama : Lailatul Maghfiroh
NIM : P27824109017
Semester/kelas: Semester V/Reguler
Mengetahui,
Pembimbing Praktik Klinik di URJ Poli Hamil 1
Tutik Indarti, Amd. Keb
NIP. 195708161981032006
Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik
Prodi Kebidanan Kampus Sutomo Prodi Kebidanan Kampus Sutomo
Netti Herlina, S. Pd., M. Kes Sherly Jeniawati, SST.
NIP. NIP.