Ask Ep Efus i Pleura

49
DOWNLOAD KUMPULAN ASKEP GRATIS DAN LENGKAP : http://manisjavanica.blogspot.com TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah

description

Ask Ep Efus i Pleura sgsdhgdsghdfjhfdjhgfkfgjfgjhdfjfdgjfdjhfdjfdjhfdhf

Transcript of Ask Ep Efus i Pleura

Page 1: Ask Ep Efus i Pleura

DOWNLOAD KUMPULAN ASKEP GRATIS DAN

LENGKAP : http://manisjavanica.blogspot.com

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan

dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis

dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis

danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah

a. Anatomi

Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru

berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam

tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda

ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).

Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau

kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru

Page 2: Ask Ep Efus i Pleura

atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura

(Syaifudin B.AC , 1992, 104).

Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi

paru dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan

permukaan paru dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari

dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru.

Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.

b. Fisiologi

Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang

berarti “bernafas lagi” mempunyai peran atau fungsi menyediakan

oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari tubuh.

Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang

vital bagi kehidupan.

Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :

1) Ventilasi

Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses

ini terdiri atas 2 tahap :

Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi

terjadi dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis

eksterna yang menyebabkan volume thorax membesar sehingga

tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk ke dalam paru.

Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang

terjadi bila otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax

1

1

Page 3: Ask Ep Efus i Pleura

mengecil yang secara otomatis menekan intra pleura dan volume

paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga udara

keluar dari paru.

2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.

3) Transport gas

Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke

paru dengan bantuan darah (aliran darah).

4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme

penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga

disebut pernafasan seluler. (Alsagaff H, Abdul Moekty, 1995,

15).

Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah

bergerak satu ke yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam

keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua

pleura karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang

merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur

(Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah cairan dalam rongga

pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura,

maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik

(yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam

mediastinum. Permukaan superior dari diafragma dan permukaan

2

2

Page 4: Ask Ep Efus i Pleura

lateral dari pleura parietis disamping adanya keseimbangan antara

produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis .

Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena

ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang

fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).

c. Etiologi

Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi

transudat, eksudat dan hemoragis

1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif

(gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis

kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.

2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya,

tumor, ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.

3) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma,

infark paru, tuberkulosis.

4) Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi

unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai

kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi

effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah

ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark

paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.

d. Patofisiologi

3

3

Page 5: Ask Ep Efus i Pleura

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam

rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya

tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi

cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun

misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya

permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma,

bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan

tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf

H, Mukti A, 1995, 145).

Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas

dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1)

penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung

yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi

sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang

berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan

osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan

yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun

pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan

membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan

cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997,

623-624).

2. Dampak Masalah

4

4

Page 6: Ask Ep Efus i Pleura

a. Dampak masalah terhadap individu

Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada pasien effusi pleura

akan mengalami suatu perubahan baik bio, psiko sosial dan spiritual

yang akan selalu menimbulkan dampak yang diakibatkan oleh proses

penyakit atau pengobatan dan perawatan. Pada umumnya Px dengan

effusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun adanya nyeri

pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang lebih

khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat

adnya akumulasi cairan di kavum pleura.

b. Dampak masalah terhadap keluarga

Pada umumnya keluarga pasien akan merasa dituntut untuk selalu

menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien. Apabila ada salah satu

anggota keluarga yang sakit sehingga keluarga pasien akan memberi

perhatian yang lebih pada pasien. Keluarga menjadi cemas dengan

keadaan pasien karena mungkin sebagai orang awam keluarga pasien

kurang mengerti dengan kondisi pasien dan tentang bagaimana

perawatannya. Lamanya perawatan pasien banyaknya biaya

pengobatan merupakan masalah bagi pasien dan keluarganya terlebih

untuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah.

Secara langsung peran pasien sesuai statusnya pun akan mengalami

perubahan bahkan gangguan selama pasien dirawat di rumah sakit.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

5

5

Page 7: Ask Ep Efus i Pleura

Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2).

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses

terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai

untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara

sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana keempat

komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian,

perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai

(Budianna Keliat, 1994,2).

1. Pengkajian

Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis

kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa

yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien

mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada

pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,

rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat

6

6

Page 8: Ask Ep Efus i Pleura

tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta

batuk non produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya

tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada

dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan

mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan

untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti

TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.

Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor

predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura

seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan

yang dilakukan terhadap dirinya.

g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

7

7

Page 9: Ask Ep Efus i Pleura

Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit

mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi

kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap

pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan

merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa

menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk

mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan

kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien

dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan

akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.

pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.

3) Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan

mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan sesudah MRS.

Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih

banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain

akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan

penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

4) Pola aktivitas dan latihan

8

8

Page 10: Ask Ep Efus i Pleura

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang

terpenuhi dan Px akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas

minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi

aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi

kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh

perawat dan keluarganya.

5) Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu

tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur

dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari

lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,

dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain

sebagainya.

6) Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan

mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah

tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai

seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.

Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami

perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal

pasien.

7) Pola persepsi dan konsep diri

9

9

Page 11: Ask Ep Efus i Pleura

Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang

tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada.

Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa

penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam

hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif

terhadap dirinya.

8) Pola sensori dan kognitif

Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,

demikian juga dengan proses berpikirnya.

9) Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks

intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien

berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.

10) Pola penanggulangan stress

Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya

akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya

pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang

mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan

dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini

adalah suatu cobaan dari Tuhan.

10

10

Page 12: Ask Ep Efus i Pleura

h. pemeriksaan fisik

1) Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana

penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama

dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,

bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan

dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi

badan berat badan pasien.

2) Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit

mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan

pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah

hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan

ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah

cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan

pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya.

Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan

terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung

lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini

disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian

depan dada, kurang jelas di punggung.

11

11

Page 13: Ask Ep Efus i Pleura

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi

duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada

kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan

ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di

sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e

artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka

akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H,

Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)

3) Sistem Cardiovasculer

Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal

berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1

cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung

(health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur

tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu

getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung

dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk

menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau

gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala

payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya

peningkatan arus turbulensi darah.

4) Sistem Pencernaan

12

12

Page 14: Ask Ep Efus i Pleura

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen

membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus

menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya

benjolan-benjolan atau massa.

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana

nilai normalnya 5-35 kali permenit. Pada palpasi perlu juga

diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor,

feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien,

apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen

normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan

menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).

5) Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping

juga diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau

somnolen atau comma. refleks patologis, dan bagaimana dengan

refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu

dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan

pengecapan.

6) Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial,

palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi

perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan

13

13

Page 15: Ask Ep Efus i Pleura

inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot

kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

7) Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada

tidaknya lesi pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan

tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.

Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin,

hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta

turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.

i. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium

1. Pemeriksaan Radiologi

Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari

300 cc tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya

berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura sub

pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis

tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk

memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang

sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang

memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-

787).

2. Biopsi Pleura

14

14

Page 16: Ask Ep Efus i Pleura

Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura

dengan melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan

untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman

penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura)

(Soeparman, 1990, 788).

j. Pemeriksaan Laboratorium

Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan

antara lain :

a. Pemeriksaan Biokimia

Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat

yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Transudat Eksudat

Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3

Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5

Kadar protein dalam serum

Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200

Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6

Kadar LDH dalam serum

Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016

Rivalta Negatif

Positif

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia

diperiksakan juga cairan pleura :

15

15

Page 17: Ask Ep Efus i Pleura

- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-

penyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma

- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan

metastasis adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).

b. Analisa cairan pleura

- Transudat : jernih, kekuningan

- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

- Hilothorax : putih seperti susu

- Empiema : kental dan keruh

- Empiema anaerob : berbau busuk

- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

c. Perhitungan sel dan sitologi

Leukosit 25.000 (mm3):empiema

Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB

paru

Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.

Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan

jamur

Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3

cairan tampak kemorogis, sering dijumpai

pada pankreatitis atau pneumoni. Bila

erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan

infark paru, trauma dada dan keganasan.

16

16

Page 18: Ask Ep Efus i Pleura

Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa

disingkirkan.

Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan

dapat ditemukan sel ganas. Sisanya kurang

lebih terdeteksi karena akumulasi cairan

pleura lewat mekanisme obstruksi,

preamonitas atau atelektasis (Alsagaff

Hood, 1995 : 147,148)

d. Bakteriologis

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura

adalah pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas,

enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman

tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 %

(Soeparman, 1998: 788).

Analisa Data

Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan

dianalisa sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada

penderita effusi pleura. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam

diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

17

17

Page 19: Ask Ep Efus i Pleura

Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data

sari hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di

kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan.

(Budianna Keliat, 1994,1)

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

dengan effusi pleura antara lain :

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga

pleura (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh. Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh,

pencernaan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap

penekanan struktur abdomen (Barbara Engram, 1993).

3. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang

dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).

4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang

menetap dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan Barbara

Engram).

5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan

keletihan (keadaan fisik yang lemah) (Susan Martin Tucleer, dkk,

1998).

18

18

Page 20: Ask Ep Efus i Pleura

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan

sehubungan dengan kurang terpajang informasi (Barbara Engram,

1993)

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan

untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.

(Budianna Keliat, 1994, 16)

1. Diagnosa Keperawatan I

Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga

pleura.

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam

batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya

akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.

Rencana tindakan :

a. Identifikasi faktor penyebab.

19

19

Page 21: Ask Ep Efus i Pleura

Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat

menentukan jenis effusi pleura sehingga dapat mengambil

tindakan yang tepat.

b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan

setiap perubahan yang terjadi.

Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman

pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan

kondisi pasien.

c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk,

dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.

Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada

sehingga ekspansi paru bisa maksimal.

d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan

respon pasien).

Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi

adanya penurunan fungsi paru.

e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.

Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas

pada bagian paru-paru.

f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang

efektif.

20

20

Page 22: Ask Ep Efus i Pleura

Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas

dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk

lebih efektif.

g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-

obatan serta foto thorax.

Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban

pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia.

Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya

cairan dan kembalinya daya kembang paru.

2. Diagnosa Keperawatan II

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu

makan akibat sesak nafas.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan

normal dan hasil laboratorium dalam batas normal.

Rencana tindakan :

a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh

kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan

pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

b. Auskultasi suara bising usus.

21

21

Page 23: Ask Ep Efus i Pleura

Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat

menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan.

c. Lakukan oral hygiene setiap hari.

Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu

makan.

d. Sajikan makanan semenarik mungkin.

Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat

meningkatkan nafsu makan.

e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan

energi, banyak selingan memudahkan reflek.

f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP

Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme

dan pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan

kalori dan semua asam amino esensial.

g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan

pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan

suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) jika

intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.

22

22

Page 24: Ask Ep Efus i Pleura

Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat

menambah asam lemak dalam tubuh.

3. Diagnosa Keperawatan III

Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian

yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).

Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya

sehingga tidak terjadi kecemasan.

Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu

beradaptasi dengan keadaannya. Respon non verbal

klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur

dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali

permenit.

Rencana tindakan :

a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan

semi fowler.

Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya.

Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti

sehingga dapat diajak kerjasama dalam perawatan.

a. Ajarkan teknik relaksasi

Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan

23

23

Page 25: Ask Ep Efus i Pleura

b. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.

Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara

konstruktif sangat bermanfaat dalam mengatasi stress.

c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.

Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik

d. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.

Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi

masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam

mengurangi kecemasan.

e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.

Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila

sudah teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu

dapat diketahui.

4. Diagnosa Keperawatan IV

Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang

menetap dan nyeri pleuritik.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan

istirahat terpenuhi.

Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan

nyaman tanpa mengalami gangguan, pasien dapat

tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan

24

24

Page 26: Ask Ep Efus i Pleura

pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per

hari.

Rencana tindakan :

a. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.

Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan

akan memperlancar peredaran O2 dan CO2.

b. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan

kebiasaan pasien sebelum dirawat.

Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan

sebelum tidur akan mengganggu proses tidur.

c. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.

Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

d. Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.

Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan

terhadap kondisi pasien.

5. Diagnosa Keperawatan V

Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari sehubungan

dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah).

Tujuan : Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal

mungkin.

Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien

kelihatan segar dan bersemangat, personel hygiene

pasien cukup.

25

25

Page 27: Ask Ep Efus i Pleura

Rencana tindakan :

a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat

aktivitas serta adanya perubahan tanda-tanda vital.

Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam

melakukan aktivitas.

a. Bantu Px memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan

mandiri.

b. Awasi Px saat melakukan aktivitas.

Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam

perawatan selanjutnya.

c. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu beraktivitas

secara penuh.

d. Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara

aktivitas dan istirahat.

Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan

metabolisme.

e. Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara

bertahap.

Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu

mengembalikan pasien pada kondisi normal.

6. Diagnosa Keperawatan VI

26

26

Page 28: Ask Ep Efus i Pleura

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan

sehubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan

pengobatan.

Kriteria hasil :

a. Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.

b. PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang

memerlukan evaluasi medik.

c. Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan

menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah

terulangnya masalah.

Rencana tindakan :

a. Kaji patologi masalah individu.

Rasional : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan.

Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi

dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.

b. Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka

panjang.

Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit

paru infeksi dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.

27

27

Page 29: Ask Ep Efus i Pleura

c. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik

cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).

Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi

medik untuk mencegah, menurunkan potensial komplikasi.

d. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik,

istirahat, latihan).

Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan

penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.

4. Pelaksanaan

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh

perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;

ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan

cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis

klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari

rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan

dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

5. Evaluasi

28

28

Page 30: Ask Ep Efus i Pleura

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana

evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan

melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan

pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).

Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :

a. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.

b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

c. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

d. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk

mengembalikan aktivitas seperti biasanya.

e. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan

seperti sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke

dokter atau perawat yang merawatnya.

f. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

g. Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang

berhubungan dengan penatalaksanaan kesehatan, meliputi kebiasaan

yang tidak menguntungkan bagi kesehatan seperti merokok, minum

minuman beralkohol dan pasien juga menunjukkan pengetahuan

tentang kondisi penyakitnya.

29

29

Page 31: Ask Ep Efus i Pleura

DAFTAR PUSTAKA

Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya ; 1995

Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995

Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995

30

30

Page 32: Ask Ep Efus i Pleura

Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999

Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998

Gibson, John, MD, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ; 1995

Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan, Arcan Jakarta ; 1991

Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR, Dasar – Dasar Diagnostik Fisik Paru, Surabaya; 1994

Lismidar,proses keperawatan H,dkk, Proses keperawatan, AUP, 1990

Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC ; 1999

/.Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi

Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press; 1994

B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat, EGC; 1992

Soeparman A. Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam jilid II ; 1990

Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta EGC ; 1998

Soedarsono, Guidelines of Pulmonology, Surabaya ; 2000

31

31