A.s.alonemarera, Laporan Ke-1 Ektum
-
Upload
chancharita-sunshinchubby -
Category
Documents
-
view
80 -
download
2
description
Transcript of A.s.alonemarera, Laporan Ke-1 Ektum
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
“Penentuan Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan Herba”
Nama : A.S.Alonemarera
Nim : 101404037
Kelas : A
Kelompok : III
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2012
EKOLOGI TUMBUHAN
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bagian ekologi adalah ekologi tumbuhan yang mempelajari
berbagai komunitas tumbuhan. Setiap mempelajari komunitas tumbuhan kita
tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati suatu
komunitas, terutama apabila area tersebut sangat luas. Kadang kala kita tidak
menggunakan luas minimum atau jumlah minimum yang menggunakan plot
dalam meneliti vegetasi, tetapi menggunakan suatu garis imaginer lurus dengan
penggunakan metode transek.
Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara individu
terisolasi, biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau membentuk
koloni. Kumpulan berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri
atas komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik.
Ketiga macam komunitas itu berhubungan erat dan saling bergantung. Ilmu
untuk menelaah komunitas (masyarakat) ini disebut sinekologi. Di dalam
komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja terjadi, melainkan setiap
spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling mengatur di
antara mereka. Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan
kumpulan individu-individu dari satu macam spesies.
Metode transek digunakan untuk mengetahui persen penutupan dari suatu
vegetasi, sehingga tujuannya pun sama dengan metode-metode yang lain yaitu
untuk mengetahui suatu komunitas tanpa meneliti secara keseluruhan. Oleh
karena itu, maka penting kiranya untuk melaksanakan praktikum ini guna
memperkenalkan kepada mahasiswa tentang bagimana cara untuk mengetahui
suatu komunitas dengan metode transek tanpa meneliti secara keseluruhan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan luas penutupan tajuk
tumbuhan herba dengan menggunakan kisaran penutupan tajuk herba dari Braun
Blanquet dan penentuan indeks nilai penting (INP) tumbuhan herba.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Ekologi adalah ilmu yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, pencetusnya
adalah Ernest Haekel seorang zoologist berkebangsaan Jerman, kata oekologie
berasal dari kata Oikos yang artinya rumah.dan logos yang artinya ilmu sehingga
secara harafiah dimaksudkan kajian mengenai mahkluk hidup di habitat atau dalam
lingkungannya. Pengkajian pada tingkat hirarkhi makluk hidup disamping
memerlukan dukungan dan bantuan dari ilmu lain juga perkembangan teknologi serta
alat, tidak terkecuali dengan ekologi tumbuhan yang sangat terkait dengan
perkembangan ilmu morphologi tumbuhan dan klasifikasi tumbuhalam serta alat yang
dipergunakan untuk kajian lebih dalam (Widoretno, 2012)
Pernyataan organisme-organisme hidup dan lingkungan tidak hidupnya
(abiotik) berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh-mempengaruhi satu
sama lain. Satuan yang mencakup semua organisme di dalam suatu ruang atau daerah
yang saling mempengaruhi dengan lingkungan fisiknya sehingga arus energi
mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik, dan daur-daur bahan yang
jelas. Dari segi fungsional ekosistem dapat dianalisis dengan baik menurut segi: (i)
sirkuit-sirkuit energy, (ii) rantai-rantai makanan, (iii) pola-pola keanekaragaman
dalam waktu dan ruang, (iv) daur-daur makan (biogeokimia, (v) perkembangan dan
evolusi, dan (vi) pengendalian (cybernetics). Baik biotik maupun abiotik
mempengaruhi sifat-sifat lainnya dan kedua perlu pemeliharaan kehidupan seperti
yang kita miliki di atas bumi ini (Odum, 1998).
Sistem kehidupan ini selalu terjadi hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungan/tempat hidupnya
membentuk suatu ekosistem. Salah satu unsur yang paling penting adalah komunitas,
yang dalam dunia tumbuhan lebih dikenal dengan istilah vegetasi (Hariyadi, 1991).
Vegetasi dalam (komunitas) tanaman diberi nama atau digolongkan
berdasarkan spesies atau makhluk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan
yang fungsional. Dalam mempelajari vegetasi, pengamat melakukan penelitian. Unit
penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi. Oleh karena itu semua individu yang
berada di tempat pengamatan dilakukan dengan cara mengamati unit penyusun
vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit dilakukan karena pertimbangan
kompleksitas, luas area, waktu dan biaya. Sehingga pelaksanaanya peneliti bekerja
dengan melakukan pencuplikan(sampling) dalam menganalisa vegetasi dapat berupa
bidang (plot/kuadran) garis atau titik (Suprianto, 2001).
Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam suatu
wilayah (flora) dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang (spatial) dan waktu
(temporal). Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga terdapat berbagai
tipe vegetasi. Tiap tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan (growth form atau
life form) tumbuhan dominan (terbesar, paling melimpah, dan tumbuhan
karakteristik). Contoh bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk herba tahunan
(annual), pohon selalu hijau berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu
kering, tumbuhan dengan umbi atau rhizome, tumbuhan selalu hijau berdaun jarum,
rumput menahun (perennial), dan semak kerdil (Hardjosuwarno, 1990).
Mengamati unit penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit
dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area waktu dan biaya. Oleh karena
itu dalam pelaksanaannya peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan
(sampling). Unit cuplikan atau unit sampling dalam analisis vegetasi dapat berupa
bidang (plot, kuadrat, garis atau titik). Dalam perkembangannya unit cuplikan yang
dipergunakan untuk suatu analisis vegetasi menggambarkan metode yang di gunakan.
Dengan demikian dalam pencuplikan mengenai suatu vegetasi digunakan berbagai
alternative metode diantaranya: metode kuadrat, metode garis dan metode titik
(Suprianto, 2001).
Kimbal (1999) menyatakan bahwa Analisa vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat
kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh
untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik
analisa vegetasi yang digunakan. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random
sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen,
misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan
penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan
“purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Luas daerah
contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk
vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan
contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat
dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas
tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-
individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan
memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang
ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif
bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk
komunitas tersebut (Suprianto, 2001).
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu
luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara
keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara di mana tumbuhan
atau hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebarannya bergantung pada
sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri.
Keragaman itu tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam
secara kasar dapat dikelaskan menjadi tiga kategori: (i) penyebaran teratur atau
seragam, di mana individu-individu terdapat pada tempat tertentu dalam komunitas,
(ii) keberadaan acak atau kebetulan, di mana individu-individu menyebar dalam
beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya, (iii) penyebaran
berumpun, di mana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan
sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah (Michael,1994).
Hipotesis individualistic (individualistric hypothesis), yang pertama kali
diutarakan oleh H.A Gleason, menggambarkan komunitas sebagai suatu persekutuan
yang terjadi secara kebetulan pada spesies-spesies yang ditemukan di daerah yang
sama, yang semata-mata karena spesies-spesies itu kebetulan mempunyai kebutuhan
abiotik yang sama, misalnya suhu, curah hujan, dan jenis tanah. Pandangan
alternative, hipotesis interaktif (interactive hypothesis), yang didukung oleh F.E.
Clements, melihat komunitas sebagai suatu kumpulan spesies yang berhubungan
dekat, yang terlibat persekutuan tersebut karena interaksi biotic yang bersifat wajib,
sehingga menyebabkan komunitas itu berfungsi sebagai suatu unit yang bersatu padu
(Kimbal, 1990).
Menurut Herianto (2009) Bentuk komunitas disuatu tempat ditentukan oleh
keadaan dan sifat-sifat individu sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan yang ada,
dimana individu ini akan membentuk populasi didalam komunitas tersebut.
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (species
richness), jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam
hubungannya dalam kelimpahan relatif (relative abundance) spesies. Beberapa
komunutas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang
jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan
jumlah spesies yang semuanya umum ditemukan. Keanekaragaman jenis seringkali
disebut heterogenitas jenis, yaitu karakteristik unik dari komunitas suatu organisasi
biologi dan merupakan gambaran struktur dari komunitas Komunitas yang
mempunyai keanekaragaman tinggi lebih stabil dibandingkan dengan komunitas yang
memiliki keanekaaragaman jenis rendah. Analisa vegetasi adalah salah satu cara
untuk mempelajari tentang susunan (komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi
(masyarakat tumbuhan). Analisi vegetasi dibagi atas tiga metode yaitu : (1) mnimal
area, (2) metode kuadrat dan (3) metode jalur atau transek. Salah satu metode dalam
analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan menggunakan metode transek. Untuk
mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan
sebelumnya paling baik dilakukan dengan transek.Cara ini paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan
elevasi.
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (spesies
ricaness) jumlah yang mereka miliki. Mereka juga berada dalam dalam kelimpahan
relatif (relatif abdance), spesies, beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies
yang umum dan beberapa spesies yang jarang semenetara yang lainnya mengandung
jumlah spesies yang di dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada
ciri umumnya, konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies
yang sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam. Mepertimbangkan
kedua komponen keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kelimpahan relatif
(Campbell, 2002).
Menurut Anonim (2012) Analisis kuantitatif komunitas tumbuhan.Untuk
analisis ada beberapa metode pengambilan sampel, yaitu:
1. Metode kuadrat (Quadrat methode)
2. Metode transek (Transeck methode)
3. Metode loop (Loop methode)
4. Metode titik (Point less/point methode)
5. Metode Garis (Line method)
Menurut Lestari (2012) Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui
vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya
masih homogen.Terdapat 3 metode transek:
1. Metode Line Intercept (line transect)
Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas
padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat
garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis
transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang
panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. Dalam metode ini garis-garis merupakan petak
contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali
terdapat/ dijumpai. Metode transek-kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis
tegak lurus, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m,
jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan
struktur vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan jumlah
individual (pohon dewasa, pohon remaja, anakan), diameter pohon, dan prediksi
tinggi pohon untuk setiap jenis. pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada
segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang
penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur
panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial
coverage yang terpotong garis transek ketanah.
2. Metode Belt Transect
Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan
belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi. Transek
dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai
atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan
adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000 meter tergantung pada
intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha,
intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %.
Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas
di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan,
transek 10 m yang baik.
3. Metode Strip Sensus
Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja penerapannya
untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode strip sensus
meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-spesies yang
diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi
(indeks kepadatan).
Metode transek sangat baik digunakan Untuk mempelajari suatu kelompok
hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini paling efektif
untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan
elevasi (Lestari, 2012)
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2012
Waktu : Pkl. 09.10 s.d. 15.00 Wita
Tempat : Area Selatan Fakultas Tehnik Universitas Negeri Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
2. Bahan :
a. Tanaman yang ada di dalam plot pada lahan dengan vegetasi yang
heterogen
C. Prosedur Kerja
1. Memilih suatu komunitas dengan tingkat heterogenitas tumbuhannya cukup
tinggi dengan membagi 3 lokasi yaitu daerah terbuka, setengah ternaung, dan
ternaung.
2. Membuat tiang patok garis transek secara vertical atau tegak lurus, dimana
pada kedua titik patok tersebut dihubungkan dengan tali raffia sepanjang 100
meter.
3. Menempatkan plot pada garis transek tersebut dengan ukuran 1 x 1 m .
4. Hal ini dilakukan berulang sebanyak 10 kali pada garis transek tersebut
dengan jarak antar plot yaitu 9 meter
a. Patok
b. Kamera
c. Penggaris
d. Tali raffia
e. Meteran
f. Kayu pasak
g. Plot 1x1 m
h. Alat tulis
5. Mencatat nama tiap spesies herba yang ada dalam satu plot dan menghitung
luas tajuknya
6. Melakukan hal yang sama pada lokasi lain (ternaung dan setengah ternaung).
7. Menganalisis data yang diperoleh dengan parameter frekuensi mutlak dan
relative serta dominansi mutlak dan relative masing-masing spesies guna
memperoleh indeks nilai pentingnya
D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Teknik analisis data yang kami gunakan adalah observasi, sedangkan teknik
pengolahan data yang kami gunakan adalah program R-software.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Daerah terang (transek 1)
2. Daerah terang (transek 2)
3. Daerah terang (transek 3)
4. Tempat terang (transek 4)
5. Daerah terang (transek 5)
6. Daerah setengah ternaung (transek 6)
7. Daerah setengah ternaung (transek 7)
8. Daerah setengah ternaung (transek 8)
9. Daerah setengah ternaung (transek 9)
10. Tempat setengah ternaung (transek 10)
11. Daerah ternaung (transek 11)
12. Daerah ternaung (transek 12)
13. Daerah ternaung (transek 13)
14. Daerah ternaung (transek 14)
15. Daerah ternaung (transek 15)
B. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan indeks nilai penting (INP)
tumbuhan herba dengan memanfaatkan tetapan kisaran penutupan tajuk herba dari
Braun Blanquet.
Ada tiga lokasi yang kami gunakan sebagai area pengamatan, yakni daerah
terang, setengan ternaung dan daerah ternaung.
a. Daerah Terang
Spesies yang memiliki indeks nilai penting pada transek 1 adalah Arondinella
setosa, transek 2 adalah Arondinella setosa, transek 3 adalah Axonopus compressus,
transek 4 Arondinella setosa, dan transek 5 adalah Panicum maximum.
Dari sederet nama spesies yang memiliki nilai indeks penting dari 5 transek pada
daerah terang, maka spesies Arondinella setosa yang lebih mendominasi dalam
pemerolehan indeks nilai penting tertinggi. Maka dapat dikatakan bahwa spesies
Arondinella setosa adalah spesies yang paling mendominasi seluruh plot di daerah
terang.
b. Daerah setengah ternaung
Spesies yang memiliki indeks nilai penting pada transek 6 adalah Imperata
cylindrica, transek 7 adalah Passiflora foetida, transek 8 adalah Arondinella setosa,
transek 9 Passiflora foetida, dan transek 10 adalah Imperata cylindrica.
Dari sederet nama spesies yang memiliki nilai indeks penting dari 5 transek pada
daerah terang, maka spesies Imperata cylindrica yang lebih mendominasi dalam
pemerolehan indeks nilai penting tertinggi. Maka dapat dikatakan bahwa spesies
Imperata cylindrica adalah spesies yang paling mendominasi seluruh plot di daerah
setengah ternaung.
c. Daerah ternaung
Spesies yang memiliki indeks nilai penting tertinggi dari transek 11 sampai
transek 15 adalah Imperata cylindrica. Maka dapat dikatakan bahwa spesies Imperata
cylindrica adalah spesies yang paling mendominasi seluruh plot di daerah ternaung
Analisa vegetasi adalah suatu cara untuk mempelajari struktur (bentuk) dan
komposisi (jenis) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Sedangkan komposisi
adalah jenis-jenis yang membangun suatu komunitas hutan. Untuk mengetahui
komposisi dari suatu vegetasi terlebih dahulu diketahui sejumlah karakteristik tertentu
dari vegetasi tersebut diantaranya; kerapatan, penyebaran, dominansi dan nilai
penting dari masing-masing jenis. Dominasi suatu jenis ditentukan oleh indeks nilai
pentingnya. Jenis vegetasi yang dominan adalah yang paling tinggi indeks nilai
pentingnya. Indeks nilai penting adalah jumlah dari frekuensi relatif, dominasi relatif
dan kerapatan relatif. Namun dalam praktikum ini, hanya menggunakan 2 variabel
untuk menghitung indeks nilai penting, yakni frekuensi relatif dan dominansi relatif
Sebaran suatu spesies dikontrol oleh faktor lingkungannya terutama berlaku bagi
organisme yang mempunyai kisaran kemampuan adaptasi yang sempi. Tumbuhan
dalam fase awal kehidupannya sering mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap
lingkungan. Faktor-faktor yang membatasi distribusi antara lain iklim, faktor edafis
dan interaksi dengan tumbuhan lain..
BAB VKESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang kami peroleh pada masing-masing transek di
3 area pengamatan, dengan menggunakan kisaran penutupan tajuk dari Braun
Blanquet dalam penentuan luas penutupan tajuk tumbuhan herba, maka diperoleh
indeks nilai penting tertinggi masing-masing transek adalah: transek 1 adalah
Arondinella setosa, transek 2 adalah Arondinella setosa, transek 3 adalah Axonopus
compressus, transek 4 Arondinella setosa, dan transek 5 adalah Panicum maximum,
transek 6 adalah Imperata cylindrica, transek 7 adalah Passiflora foetida, transek 8
adalah Arondinella setosa, transek 9 Passiflora foetida, dan transek 10 adalah
Imperata cylindrical, transek 11 sampai transek 15 adalah Imperata cylindrical.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Analisis Kuantitatif Komunitas Tumbuhan. http://ekologi.edu.net. Diakses 01 Oktober 2012
Campbell, Neil A, Reece, Mitchell. 2002. Biologi Edisi V Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Hariyadi, Wito. 1991. Biologi. Surabaya: SIC Surabaya.
Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Negeri Gadjah Mada.
Heriyanto. 2009. Ekologi tumbuhan. http://heriyanto-riyan.blogspot.com/. Diakses 01 Oktober 2012
Kimball. 1999. Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta : Erlangga
Kimball, John W. 1990. Biologi. Jakarta: Erlangga
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Dinas Kehutanan. Jakarta.
Odum, Eugene P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. UGM Press. Jogjakarta.
Suprianto. 2001. Pengantar Praktikum Ekologi Tumbuhan. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI.
Widoretno. 2012. Ekologi Tumbuhan. http://sriwidoretno.staff.fkip.uns.ac.id/ekologi-tumbuhan/. Diakses 01 Oktober 2012
Lestari, Endah. 2012. Metode Transek. http://ndhh-lestari.blogspot.com/2012/02/metode-transek.html. diakses 01 Oktober 2012