Artikel Semantik

59
BAB I HAKEKAT SEMANTIK PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Pada pembelajaran semantik pasti muncul pertanyaan apa hakekat semantik? Apa perbedaan antara istilah semntik dengan istilah makna? dan bagaimana hakekat semantik filsafat? Relevansi Materi ini, ada hubungannya dengan pemaknaan tentang bunyi bahasa, kata dan kalimat serta wacana dalam bahasa Indonesia. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan: 1. Hakekat semantk; 2. Perbedaan istilah semantik dan istilah makna ; dan 3. Bagaimana yang dimaksud dengan semantik dan filsafat? 1

Transcript of Artikel Semantik

Page 1: Artikel Semantik

BAB I

HAKEKAT SEMANTIK

PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat

Pada pembelajaran semantik pasti muncul pertanyaan apa hakekat semantik? Apa perbedaan antara istilah semntik dengan istilah makna? dan bagaimana hakekat semantik filsafat?

Relevansi

Materi ini, ada hubungannya dengan pemaknaan tentang bunyi bahasa,

kata dan kalimat serta wacana dalam bahasa Indonesia.

Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:

1. Hakekat semantk;

2. Perbedaan istilah semantik dan istilah makna ; dan

3. Bagaimana yang dimaksud dengan semantik dan filsafat?

URAIAN MATERI

Pengertian Semantik

Kata semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris

‘semantics’ dari bahasa Yunani sema (nomina: tanda); atau dari verba samaino

(menandai, berarti). Semantik ada pada ketiga tataran bahasa (fonologi, morfologi,

1

Page 2: Artikel Semantik

sintaksis, dan leksikon. Morfologi dan sintaksis termasuk ke dalam gramatika atau

tata bahasa.

Menurut Alfred Korzybski (filsuf Amerika), semantik terdiri atas dua

yaitu semantik general dan semantik ukir (dalam Parera, 1990: 13). Pembahasan

ruang lingkup semantik cukup luas, namun ada beberapa topik yang harus

mendapatkan perhatian dan menjadi pokok bahasan dalam pembelajaran

semantik. Berikut ini akan diuraikan topik-topik tentang semantik.

Makna, Arti, dan Erti

Semantik adalah ilmu tentang makna, tetapi kata makna tidak persis

sama dengan kata arti dan erti dalam penggunaannya. Misalnya, dalam kalimat

berikut:

1. Apa arti kata “canggih”?

2. Saya belum menangkap arti kedipan mata ibu tadi.

3. Kata-kata orang itu mempunyai arti tertentu bagi pendengarnya.

4. Itu berarti Anda harus datang pada hari pernikahannya.

5. Usahanya belum berarti apa-apa di masa sekarang ini.

Kata erti hanya didervasikan dalam bentuk “mengerti” dan “pengertian’.

Kata arti dalam kalimat nomor (1), (2), (3), dan (5) di atas masih dapat

disubstitusi dengan kata makna dan bentuk ”berarti” dalam kalimat (4) tidak dapat

digantikan oleh bentuk “bermakna”.

Pemahaman makna (bahasa Inggris: sense) dibedakan dari arti (bahasa

Inggris: meaning) di dalam semantik. Kata makna adalah pertautan yang ada di

antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Menurut Palmer

(1976:30) kata makna hanya menyangkut intra bahasa. Sejalan dengan kata

Lyons (1977: 204) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu

kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-

hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dengan kata-kata yang lain.

Kata arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal yang cenderung terdapat di

dalam kamus sebagai leksikon.

2

Page 3: Artikel Semantik

Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan

kesepakatan para pemakainya agar dapat saling mengerti. Kata makna mempunyai

tiga tingkat keberadaan, yakni:

Pertama : makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan.

Kedua : makna menjadi isi dari suatu kebahasaan.

Ketiga : makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan

informasi tertentu.

Pada tingkat pertama dan kedua makna dilihat dari segi hubungannya

dengan penutur, dan pada tingkat ketiga makna lebih ditekankan pada makna

dalam komunikasi. Sehubungan dengan tiga tingkat keberadaan makna itu,

Samsuri (1985) mengungkapkan adanya garis hubungan antara: makna-

ungkapan-makana. Wallace dan Chafe (1973) mengungkapkan pula bahwa

berpikir tentang bahasa, sekaligus melibatkan makna.

Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana

setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Menyusun

kalimat yang dapat dimengerti pemakai bahasa dituntut untuk menaati kaidah

gramatikal, atau tunduk kepada kaidah pilihan kata menurut sistem leksikal yang

berlaku di dalam suatu bahasa.

Di dalam bahasa Indonesia selain kata arti, ada pula kata bentuk erti, di

samping kata makna. Di dalam studi semantik bahasa Indonesia bentuk dasar erti

pemakaiannya terbatas, dan secara pragmatik ditemukan kata MENGERTI (verba

aktif), DIMENGERTI (sinonim dengan dipahami-verba pasif?), PENGERTIAN

(nominal < mengerti + -an), dan ketiga bentukan mempunyai hubungan makna

generik PAHAM.

Makna sebuah kalimat tidak hanya bergantung pada sistem gramatikal

dan leksikal saja, tetapi bergantung pula kepada kaidah wacana. Makna sebuah

kalimat yang baik pilihan kata (diksi) dan susunan gramatikalnya, sering tidak

dapat dipahami tanpa memperhatikan hubungannya dengan kalimat lain dalam

sebuah wacana. Contoh pemahaman ekspresi “terima kasih” (bahasa Belanda:

DANK) bermakna “tidak mau” (dalam situasi jamuan makan dan minum, bila kita

ditawari sesuatu dalam jamuan tersebut). dalam bahasa serumpun sering pula

situasi dan acuannya berbeda. Bagi masyarakat bahasa yang mengenal tingkat

3

Page 4: Artikel Semantik

sosial (hubungan penyapa/pembicara-pesapa/lawan bicara), bukan hanya ikatan

wacana saja yang menentukan makna kalimat, tetapi faktor ekstralinguistik dapat

menentukan makna kalimat. Faktor penyapa-pesapa menuntut pilihan kata yang

tepat. Masalah tersebut masuk ke dalam bidang sosiolinguistik dilihat dari segi

hubungan masyarakat bahasa yang diatur bahasanya berdasarkan tingkat sosial

para pemakainya, dari segi pemakaian bahasanya termasuk ke dalam bidang

pragmatik (dengan pemahaman pragmatik ‘language in use’). Dalam hal diksi

pilihan laksem berdasarkan makna yang tepat dari segi latar komunikasi.

Semantik menjangkau wawasan yang luas, termasuk di luar j,ngkauan bahasa bila

menyangkut dunia referensi dan inferensi sebagai makna yang dimaksud.

Filosof dan linguis mencoba menjelaskan tiga hal yang berhubungan

dengan makna, yakni:

1. Makna kata secara alamiah (inheren < inherent)

2. Mendeskripsikan makna kalimat secara alamiah termasuk makna

kategorial.

3. Menjelaskan proses komunikasi. (lihat pula Kempson, 1977:1)

Kempson (1977) dalam hal ini melihat kemungkinan untuk menjelaskan

makna dari segi kata, kaliamat, dan apa yang diperlukan penyapa untuk

berkomunikasi. Makna kata dari kamus adalah makna leksikal atau keterangan

dari laksem tersebut. dalam kehidupan sehari-hari makana suatu kata tidak hanya

makna leksikal yang dimilikinya, melainkan menjangkau yang lebih luas.

Menurut Lyons (1977) dan Palmer (1974) mengatakan makna kata tidak lepas

dari makna lain , merupakan makna gramatikal sesuai dengan hubungan antar

unsur, misalnya makna idiom, peribahasa, majas, metafora, dan ungkapan.

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak kata dengan bermacam ragam

makna bila dihubungkan dengan kata lainnya, mengakibatkan suatu kata A

dihubungkan dengan kata B menghasilkan C. Misalnya:

1. Tolong saya belikan amplop

2. Beri saja dia amplop, urusannya akan beres.

Kata amplop pada kaliamat (1) dan (2) sebagai kata A, dan unsur yang

bergantung dapat ditafsirkan B, dan C sebagai keseluruhan ekspresi yang

dihasilkan. Pada kaliamt (1) amplop bermakna “pembungkus surat” , dan pada

4

Page 5: Artikel Semantik

kalimat (2) bermakna “uang suap”. Pada hakikatnya makna muncul karena

hubungan antarunsur. Misalnya, kata PEREMPUAN (per-empu-an < empu: gelar

kehormatan (tuan): orang ahli, terutama membuat keris) yang secara leksikal

memilki makna sama dengan WANITA (wanic- Sansekerta). Kata PEREMPUAN

mempunyai makna yang berbeda bila dipertimbangkan dalam hubungannya

dengan unsur lain secara gramatkal:

(1) Perempuan itu ibu saya.

(2) Ih, dasar perempuan.

(3) Kalian ini perempuan jalanan.

Makna emotif yang mucul sebagai ekspresi pada kalimat (1) adalah halus

budi bahasanya, dan keibuan. Ekspresi yang muncul pada kalimat (2), dan (3)

adalah makna sebaliknya: makna rakus, tamak, kupu-kupu malam dan lain-lain.

Semantik dan Filsafat

Filsafat sebagai studi tentang kearifan, pengetahuan, hakikat realitas

maupun prinsip, memiliki hubungan sangat erat dengan semantik. Hal itu terjadi

karena dunia fakta yang menjadi objek perenungan adalah dunia simbolik yang

terwakili dalam bahasa. Sementara pada sisi lain, aktifitas berpikir itu sendiri tidak

berlangsung tanpa adanya bahasa sebagai medianya. Pada situasi yang demikian

bahasa pada dasarnya juga bukan hanya sekedar media proses berpikir maupun

penyampai hasil pikiran. W.D Whitney (dalam Aminuddin, 1988:18),

mengungkapkan bahwa ‘language is not only neceassry for the formulation of

thought but is part of the thinking process itself. Lebih lanjut juga dikatakan... we

cannot get outside language to reach thought, nor outside thought to reach

language.

Selain itu filsoof Bertrand Russel mengatakan bahwa ketepatan

menyusun simbol kebahasaan secara logis merupakan dasar dalam memahami

struktur realitas secara benar. Oleh sebab itu kompleksitas simbol juga harus

memiliki kesesuaian dengan kompleksitas realitas itu sendiri agar antara keduanya

dapat berhungan secara tepat dan benar (Alston dalam Aminuddin, 1988:19).

Sehubungan dengan hal tersebut, bahasa memang masih memiliki sejumlah

5

Page 6: Artikel Semantik

kekurangan. Bahasa sehari-hari yang biasa digunakan misalnya, bila dikaitkan

dengan filsafat mengandung kelemahan vagueness (makna samar-samar),

inexplicitness (makna yang tak dimengerti), ambiuguity (makna lebih dari satu),

context-depedence (makna tergantung konteks), end misleadingness (makna

menyesatkan).

Vagueness adalah sifat bahasa yang mengandung makna dalam sustu

bentuk kebahasaan pada dasarnya hanya mewakili realitas yang diacunya.

Misalnya, penjelasan secara verbal tentang aneka warna bunga mawar, tidak akan

setepat dan sejelas dibandingkan dengan bersama-sama mengamati secara

langsung aneka warna bunga mawar.

Ambiuguity berkaitan dengan ketaksaan makna dari suatu bentuk

kebahasaan. Misalnya, kata bunga dapat berkaitan dengan bunga mawar, bunga

melati, bunga anggrek, atau gadis. Demikian pula menentukan makna tinggi,

bisa, mampu, seorang harus mengetahui di mana konteks kata itu berada. Dalam

dunia kepenyairan ketaksaan makna ini dmanfaatkan oleh para penyair untuk

memperkaya gagasan yang disampaikannya. Pernyataan Gunawan Mohammad

melalui puisinya.

Akupun tahu: sepi kita semula

Bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata

Pohon-pohon pun berbagi dingin di luar jendela

Mengekalkan yang esok mungkin tak ada.

Pada sisi lain bukan hanya menggambarkan suasana sepi, dingin yang dibagi

pohon-pohon atau esok yang mungkin tidak ada, melainkan juga mampu

membawa pembaca kepada pemikiran filosofis tentang hakikat keberadaan

manusia serta kehidupan itu sendiri. Berasarkan contoh ini dapat disimpulkan

bahwa kesamaran dan ketaksaan makna suatu bahasa adalah akibat kelebihan

bahasa itu sendiri yang memiliki multifungsi, selain simbolik bahasa itu pula

memiliki fungsi emotif dan afektif. Selain itu adanya sinonimi, hiponimi, dan

polisemi menjadi salah faktor penyebab kesamaran dan ketaksaan makna.

Inexplicitness adalah terjadinya kekaburan dan ketaksaan makna, karena

bahasa sering kali tidak mampu secara eksak, tepat dan menyeluruh mewujudkan

gagasan yang direpresentasikannya. Pemakaian suatu bentuk sering kali

6

Page 7: Artikel Semantik

berpindah-pindah sesuai dengan kontek gramatik, sosial, serta konteks situasional,

dalam pemakaian dan mengalami pula context-dependent. Adanya sejumlah

kekurangan bahasa tersebut, tidak mengherankan apabila paparan melalui bahasa

sering mengandung misleadingness sehubungan keberadaan bahasa itu dalam

komunikasi. Misalnya, pernyataan seperti ‘wah, Ali sudah parah’ dapat saja

dimaknai ‘sakitnya Ali sudah parah’ , sementara yang dimaksud penutur ‘nilai Ali

sangat jelek’, ‘Ali sangat nakal dan sulit dinasihati’ atau ‘hubungan Ali dengan

Ani sudah demikian jauhnya’, serta sejumlah maksud isi pesan lainnya. Dalam

konteks ini pemilihan kata, pengolahan dan penataan unsur gramatikal atau

konteks harus dilakukan secara tepat dan cermat.

Keberadaan bahasa sebagai sesuatu yang khas milik manusia menjadi

media, pengembang pikiran manusia bagi para filsuf Yunani juga digunakan

untuk merumuskan ciri-ciri manusia. Istilah animal rationale, mislanya, dalam

bahasa Yunani berpangkal dari logon ekhoon yang mengandung makna

“dilengkapi dengan tutur kata dan akal budi” (Peursen, 1980: 4). Lebih lanjut

Peursen menjelaskan bahwa istilah logos dalam bahasa Yunani mengandung

makna “isyarat”, “perbuatan” , “inti sesuatu”, “cerita”, “kata tau susunan kata”.

Dari sejumlah fitur semantik itu para filsuf Yunani merumuskan pengertian logos

sebagai kegiatan menyatakan sesuatu yang didukung oleh sejumlah komponen

yang setiap komponen tersebut antara yang satu dengan yang lain memiliki

hubungan dengan menggunakan kata-kata.

Berdasarkan kenyataan ini, baik semantik maupun bahasa pada umumnya

memiliki hubungan dengan cabang-cabang filsafat, seperti antologi, epistimologi

dan metafisika, semantik pada akhirnya memiliki hubunganpaling erat dengan

logika. Sehubungan dengan cabang filsafat yang mengkaji masalah berpikir

secara benar, peranan semantik tampak sekali dalam rangka menentukan

pernyataan yang benar dan yang tidak benar, yang bertolak dari adanya premis

serta kesimpulan yang diberikan. Selain itu, istilah seperti predikat dan preposisi

adalah istilah yang lazim yang digunakan di dala logika. Bentuk negasi seperti

tidak, konjungsi, digunakan di dalam logika. Bentuk seperti atau, implikasi seperti

jika…maka, adalah bentuk-bentuk yang lazim digunakan dalam logika.

7

Page 8: Artikel Semantik

LATIHAN:

1. Jelaskan yang dimaksud dengan kakekat semantk!;

2. Jelaskan perbedaan istilah semantik dan istilah makna! ; dan

3. Jelaskan bagaimana yang dimaksud dengan semantik dan filsafat?

8

RANGKUMAN

Semantik adalah ilmu tentang makna, tetapi kata makna tidak persis sama dengan kata arti dan erti dalam penggunaannya.

Makna sebuah kalimat tidak hanya bergantung pada sistem gramatikal dan leksikal saja, tetapi bergantung pula kepada kaidah wacana. Makna sebuah kalimat yang baik pilihan kata (diksi) dan susunan gramatikalnya, sering tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan hubungannya dengan kalimat lain dalam sebuah wacana.

Sehubungan dengan cabang filsafat yang mengkaji masalah berpikir secara benar, peranan semantik tampak sekali dalam rangka menentukan pernyataan yang benar dan yang tidak benar, yang bertolak dari adanya premis serta kesimpulan yang diberikan.

Page 9: Artikel Semantik

BAB II

UNSUR-UNSUR SEMANTIK

PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat

Pada bab ini akan dibahas tentang: tanda (sign) dan lambang (symbol),

makna leksikal dan hubungan referensial, penamaan (naming), dan pola struktur

leksikal.

Relevansi

Materi ini, ada hubungannya dengan penafsiran makna tentang bunyi

bahasa, kata dan kalimat serta wacana dalam bahasa Indonesia.

Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:

1. Tanda (sign) dan lambang (symbol);

2. Makna leksikal dan hubungan referensial ;

3. Penamaan (naming); dan

4. Pola struktur leksikal.

URAIAN MATERI

A. Tanda (Sign) dan Lambang (Symbol)

Teori tanda dikembangkan oleh Pierce, Saussure, Umberto Eco, dan

Barthes, Ogden & Richards yang dikenal dengan istilah semiotik dibagi dalam

tiga cabang ilmu yaitu: a) ilmu semantik; b) ilmu sintaktik; dan c) ilmu pragmatik.

9

Page 10: Artikel Semantik

Semntik berhubungan dengan tanda-tanda; sintaktik berhubungan dengan

gabungan tanda-tanda (susunan tanda-tanda ); dan pragmatik berhubungan dengan

asal-usul, pemakaian, dan akibat pemakaian tanda-tanda di dalam tingkah laku

berbahasa. Penggolongan tanda dapat dilakukan dengan cara: (1) tanda yang

ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia karena ada pengalaman, misalnya: hari

mendung tanda akan hujan, hujan terus-menerus dapat menimbulkan banjir,

banjir dapat menimbulkan wabah penyakit dan kelaparan, dan seterusnya.; (2)

tanda dapat ditimbulkan oleh bnatang yang diketahui oleh manusia dari suara-

suara binatang tersebut, misalnya: anjing menggonggong tanda ada orang masuk

halaman, kucing bertengkar (mengeong) dengan ramai suaranya tanda ada

wabah penyakit atau keributan atau pertengkaran, dan lain-lain sebagainya; dan

(3) tanda yang ditimbulkan oleh manusia yang dibedakan atas yang bersifat

verbal yaitu tanda yang dihasilkan manusia melalui alat-alat bicara (organ of

speech) dan yang bersifat nonverbal yang digunakan manusia untuk

berkomunikasi, sama halnya dengan tanda verbal.

Tanda nonverbal yang dihasilkan oleh anggota badan (body gesture)

yang disebut dengan bahasa isyarat, misalnya: acungan jempol yang bermakna

hebat, atau bagus; mengangguk bermakna ya, menghormati, atau juga bisa

bermakna sebaliknya dalam budaya tertentu; menggelengkan kepala bermakna

tidak atau bukan; membelalakkan mata bermakna heran, marah; mengacungkan

telunjuk bermakna tidak mengerti atau setuju; menunjuk bermakna itu, atau satu

orang dan lain sebagainya. Tanda nonverbal yang dihasilkan oleh bunyi (suara)

misalnya, bersiul bermakna gembira, memaanggil, ingin kenal; menjerit bermakna

sakit, minta tolong, ada bahaya. Berdehem (batuk-batuk kecil) bermakna ada

orang, ingin kenal, dan lain sebagainya.

Lambang atau simbol memiliki hubungan tidak langsung dengan

kenyataan. Tanda dalam bentuk huruf-huruf disebut lambang atau simbol; apa

yang kita dengar dari seseorang yang berfungsi sebagai alat komunikasi disebut

lambang atau simbol. Perbedaan tanda dan simbol terletak pada hubungannya

dengan kenyataan, tanda menyatakan hubungan langsung dengan kenyataan,

sementara simbol tidak. Bandingkanlah tanda dan lambang berikut ini.

10

Page 11: Artikel Semantik

Tanda Lambang (Simbol)

Lambang menurut Plato adalah kata di dalam suatu bahasa, sementara

makna adalah objek yang dihayati di dunia, berupa rujukan yang ditunjuk oleh

lambang tersebut. Hubungan lambang dengan bahasa dapat dikatakan bahwa

bahasa merupakan alat komunikasi yang terdiri atas tanda & lambang. Lambang-

lambang (simbol-simbol) ini memiliki expressions and contents atau signifier dan

signified. Perhatikan bagan tanda (sign) yang dikemukakan oleh Ferdinand de

Saussure (1916) (dalam Djajasudarma, 2009: 36).

Signifiant (Signifier) “yang menandai” (citra bunyi), misalnya pohon

– [p o h o n]

Sign

Signifie (Signified) “yang ditandai” (pengertian atau kesan makna

yang ada dalam pikiran)

Perhatikan gambar berikut ini

11

Dilarang Masuk

tangkal

Pohon

bungo

Page 12: Artikel Semantik

Perlu diperhatikan bahwa:

1) Hubungan antara signufia dan signifie bersifat arbitrer atau sembarang

saja, dengan kata lain tanda bahasa (signe lingustique atau signe) bersifat

arbitrer. Pengertian pohon tidak ada hubungannya dengan urutan bunyi

b-u-n-g-o dalam bahasa Gorontalo atau bunyi t-a-n-g-k-a-l di dalam

bahasa Sunda atau w-i-t di dalam bahasa Jawa.

2) Significant bersifat linear unsure-unsurnya membentuk satu rangkaian

(unsure yang satu mengikuti unsure lainnya)

B. Makna Leksikal dan Hubungan Referensial

Makna leksikal secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua

kelompok yakni kelompok makna dasar dan makna perluasan atau makna

denotative (kognitif, deskriptif ) atau makna konotatif atau emotif. Hubungan

antara kata, makna kata dan dunia kenyataan disebut hubungan referensial.

Hubungan yang terdapat antara: 1) kata sebagai suatu fonologis, yang membawa

makna; 2) makna atau konsep yang dibentuk oleh kata; 3) dunia kenyataan yang

ditunjuk atau diacu oleh kata merupakan hubungan referensial. Hubugan

referensial adalah hubungan yang terdapat antara sebuah kata dan dunia luar

bahasa yang diacu oleh pembicara, misalnya:

Kamus mengacu kepada sejenis buku tertentu

Tebal mengacu kepada suatu kualitas benda tertentu

Pergi mengacu kepada suatu aktivitas tertentu

Hubungan antara kata (lambang), makna (konsep atau reference dan

sesuatu yang diacu (referent) adalah hubungan tidak langsung. Hubungan tersebut

digambarkan melalui apa yang disebut dengan semiotika (semiotic triangle).

Perhatikan gambar sebagai berikut:

12

Page 13: Artikel Semantik

Meaning (concept) thought of Reference

word

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Word ‘kata’ Referent symbol stands for referent

Symbol atau lambang adalah unsur linguistik berupa kata atau kalimat.

Referent adalah objek atau hal yang ditunjuk (peristiwa, fakta di dalam dunia

pengalaman manusia); konsep (reference) adalah apa yang ada pada pikiran

tentang objek yang diwujudkan melalui lambang (symbol). Berdasarkan teori ini,

hubungan symbol dan referent (acuan) melalui konsep yang bersemayam di dalam

otak, hubungan tersebut adalah hubungan tidak langsung. Jika ada yang

mengatakan [r u m a h ], terbayang pada setiap otak manusia rumah dengan

berbagai ukuran dan jenis atau tipe. Desakan untuk mengatakan bahwa bayangan

itu adalah rumah sudah tersedia di dalam otak. Desakan jiwa untuk menyebut

rumah bekerja sama dengan pusat syaraf di dalam otak, di dalam otak setiap otak

manusia bersemayam konsep rumah dan membutuhkan realisasinya dan makna

konsep rumah siap untuk diujarkan.

C. Penamaan (Naming)

Studi bahasa pada dasarnya merupakan peristiwa budaya, melalui bahasa

manusia menunjuk dunianya. Dunia ini penuh dengan nama-nama yang diberikan

oleh manusia. Manusia tidak hanya memberi nama, tetapi memberi makna pula.

Bahkan dirinya pun diberi nama dan juga bermakna.

Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk benda,

aktivitas, dan peristiwa di dunia ini. Anak-anak mendapat kata-kata dengan cara

belajar, dan menirukan bunyi-bunyi yang mereka dengar untuk pertama kalinya.

Nama-nama ini muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan

beragam yang kadang-kadang manusia sulit memberikan label satu per satu, oleh

13

Page 14: Artikel Semantik

karena itu muncul nama-nama kelompok, misalnya binatang, burung, ikan, dan

lain sebagainya serta jenis tumbuhan yang tak terhitung jumlahnya.

Di dalam kehidupan sehari-hari ada kata yang mudah dihubungakan

dengan bendanya, ada pula yang sulit dan tidak mengacu kepada benda nyata

(konkret) tetapi lebih mengacu kepada pengertiannya. Misalnya, kata-kata

demokrasi, korupsi, partisipasi, deskripsi, argumentasi, dan lain sebagainya.

Kata-kata ini dapat dipahami tetapi tidak dapat dihayati secara nyata. Sebaliknya,

terdapat kata kursi, meja, gunung, papan, rumah, beras, dan lain sebagainya

yang dapat dilihat wujudnya secara nyata.

Nama tertentu yang bersifat khusus untuk setiap bidang ilmu disebut

istilah. Setiap Negara memiliki nama sendiri untuk setiap benda. Tiap Negara

berbeda dengan Negara lain. Tiap daerah memiliki nama-nama yang berbeda untk

benda yang sama, atau kadang-kadang nama dan benda yang ada di suatu daerah

tidak ditemukan di daerah lain. Ekspresi tertentu dapat di dalam bahasa tertentu,

tetapi dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan misalnya, bila seseorang bersin,

orang yang mendengarnya selalu mengatakan: hurip waras! (bahasa Sunda); God

bless you! (bahasa Inggris), Gezondheid (bahasa Belanda); Gesundheit! (bahasa

Jerman)

Nama berupa kata atau kata-kata merupakan label dan makhluk benda,

aktivitas, dan peristiwa. Istilah adalah nama tertentu yang bersifat khusus atau

suatu nama yang berisi kata atau gabungan kata yang cermat, mengungkapkan

makna, konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang tertentu. suatu

nama dapat berfungsi sebagai istilah; istilah-istilah akan menjadi jelas bila diberi

definisi, keduanya berisi pembatasan tentang suatu fakta, peristiwa atau kejadian,

dan proses.

Sebagai gejala budaya, bahasa bersifat dinamis, bahasa tumbuh dan

berkembang sejalan dengan meningkatnya kemajemukan persepsi manusia

terhadap makrokosmos (dunia sekitarnya) dan mikrokosmos (dunia pribadinya).

Apabila diperhatikan nama-nama benda atau peristiwa sekitarnya ada yang

berubah, nama baru, kosa kata baru pun muncul dari zaman ke zaman. Unsure

nama-nama (kosakata) adalah unsure bahasa yang paling labil. Misalnya, dengan

pergeseran, pertahanan, dan perkembangan maknanya antara lain karena: a) akibat

14

Page 15: Artikel Semantik

peristiwa dunia (negosiasi, Malvinas, perang bintang, dsb.); b) akibat kemajuan

teknologi (televisi, computer, satelit, dsb.). kenyataan ini akan menimbulkan

pertanyaan; apakah kita harus bertahan? Atau bergeser dan berkembang dari

khasanah lingkungan sendiri? Apakah kita setelah mendapat sesuatu yang baru

akan melupakan yang lama?. Menurut Marah Rusli “memang kurang baik

membuang yang lama karena mendapat yang baru”. Tetapi, ada di antara adat

dan aturan lama itu yang sesungguhnya baik pada zaman dahulu, tetapi kurang

baik atau tak berguna lagi di zaman sekarang ini. Adalah halnya seperti pakaian

tatkala mula-mula dibeli boleh dan baik dipakai, tetapi semakin lama semakin tua

dan semakin lapuk, yang akhirnya koyak-koyak dan tak dapat digunakan lagi.

Demikian juga adat tersebut bertukar-tukar menurut zaman. Walaupun

tiada disengaja menukarnya, ia akan berganti juga sebab tidak ada yang tetap.

“Sekali air pasang sekali tepian beralih…” (Siti Nurbaya). Pendapat ini,

menyatakan bahwa tidak hanya adat, kata-kata (nama-nama) pun bias berubah,

sesuai dengan alam.

POLA STRUKTUR LEKSIKAL

Makna kata –kata membentuk pola tautan semantik yang terdiri atas

polisemi, sinonim, antonimi, homonim, dan idiom (Alwasilah, 1993: 164).

a) Polisemi ‘polysemi’

Polisemi menunjukkan bahwa suatu kata memiliki lebih dari satu makna.

Misalnya, kata ‘dila’ (bhs. Gorontalo) dapat berarti lidah dan tidak. Polisemi lebih

tepat dikatakan satu leksem mempunyai banyak makna atau arti.

Di samping itu terdapat bermacam-macam cara untuk klasifikasi

hubungan antara makna yang bersifat polisemi, ada yang disebut perbedaan

makna hubungan linear dari non-linear (Cruse dalam Djadjasudarma, 2009: 77).

Hubungan Polisemi Linear

Hubungan polisemi linear terjadi antara kata yang polisemi dan

merupakan hubungan linear antara makna linear yang satu dengan yang lain

secara khusus atau dibedakan antara makna spesifik dan generik, bila diketahui

salah satu makna kata itu lebih mendasar dari yang lain. Bila A lebih mendasar

15

Page 16: Artikel Semantik

dari B, dan B lebih spesifik dari A, maka B merupakan makna khusus (spesifik)

daripada A (mutatis mutandis untuk generalisasi). Berikut diuraikan hubungan

linear polisemi dala autohiponimi, automeronimi, autosuperordinat, dan

autoholonimi.

Autohiponimi terjadi jika sebuah kata tidak memiliki makna generik, dan

memiliki makna tekstual terbatas yang lebih spesifik dan menunjukkan

subvarietas dari makna generik.

Automeronimi terjadi dengan cara yang paralel dengan autohiponimi,

kecuali yang lebih spesifik menunjukkan bagian daripada subtype, meskipun

menentukan apakah akan membicarakan autonomi atau autohiponimi, artinya

tidak mudah melihat mana yang lebih mendasar digunakan. Misalnya, kata ‘pintu’

(door) yang mengacu pada perangkat pintu secara keseluruhan ‘tang pintu’

(jamb); ‘kepingan kayu’ yang melintang ‘di atas pintu’ (lintel), ‘ambang pintu’

(threshold), ‘engsel’ (pintu) (hinge), dan ‘daun pintu’ (the leaf panel).

Autosuperordinat, misalnya penggunaan kata laki-laki yang mengacu

pada ras manusia dan penggunaan maskulin yang menginklusifkan feinim seperti

kata ‘pemuda’ pada ‘sumpah pemuda’ (inklusif pemudi). Hal ini tidk dapat

diraukan yang mengacu pada pembatasan kontekstual. Fakta tersebut mungkin

akan menguatkan argument feminis, bahwa dalam beberapa penggunaan akan

dihilangkan, jika kata betina (gender atau “laki-laki” dapat berkembang kea rah

jenis ketidakmampuan mengungkap gender. Di dalam bahasa Indonesia kata

‘jantan’ untuk laki-laki dan ada ekspresi berhati jantan (pemberani) tidak

berantonim dengan *berhati betina. Kata jantan dan betina yang mengacu gender

hanya digunakan untuk binatang, misalanya ayam jantan dan ayam betina. Tidak

ada ekspresi “ manusia betina itu melahirkan”, tetapi secara inklusif keduanya

(jantan dan betina) dikatakan, seperti dalam ekspresi “kelakuan anak aitu seperti

binatang (jantan dan atau betina)”. Kata ‘binatang’ adalah superordinat dari ayam

jantan dan ayam betina, termasuk jenis lainnya yang disebut unggas.

Autoholonimi merupakan hal yang secara tentatif dapat dipertimbangkan

bahwa dalam mengatakan ‘tangan’ secara inklusif diperlukan di dalam hal

pragmatig dalam semua konteks, seperti pada “Ia kehilangan tangannya pada

kecelakaan itu” (tangan dibedakan dari lengan anggota badan dari siku sampai ke

16

Page 17: Artikel Semantik

ujung jari dari pergelangan sampai ke ujung jari; sedangkan lengan anggota badan

dari pergelangan tangan sampai ke bahu. Hal ini sulit dibedakan dari

automeronimi, karena sering muncul dalam konteks yang berbeda dan tidak

menekankan bagian-bagian dan menyebabkan perbedaan makna. Misalnya kata

‘badan’ atau ‘tubuh’ seperti pada “Ia senang memamerkan badan” mungkin

memamerkan seluruh tubuhnya [telanjang] atau hanya bagian-bagian vitalnya.

Demikian juga dengan ekspresi “sudah makan nasi” (inklusif lauk-pauknya)

b) Sinonim (synonimi)

Kata-kata (leksim) yang berbeda mempunyai arti yang sama atau dengan

kata lain beberapa leksim mengacu pada satu unit semantik yang sama. Relasi ini

dinamai sinonim. Sinonim sendiri diajukan pada kata-kata yang bersamaan arti,

seperti big dan large. Kamus yang lengkap biasanya memuat sinonim-sinonim

tapi tidak berarti bahwa sinonim-sinonim itu bias dipakai bergantian dengan

makna yang persis sama. Kata habitation misalnya bersinonim dengan dwelling,

residence, domicile, home. Kita tidak akan pernah menemui kalimat seperti The

young heiress took up habitation at the mansion. Dalam bahasa Indonesia terdapat

kata mati, mampus, wafat, meninggal, berpulang ke rahmatullah. Dalam bahasa

Inggris kata-kata di atas tersebut akan mendapat padanan yang berbeda. Perhatian

contoh berikut ini.

(1) My old man has kicked the bucket.

(2) My father has died.

(3) My dear father has passed away,

(4) My beloved parent has joined the heavenly choir

Kalimat-kalimat di atas, mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang

sama yaitu kematian. Gagasan sama ungkapan berbeda. Kalmat (1) bernada slang,

(2) biasa, perasaan sipembicara tidak tampak, (3) sederhana, tapi agak emosional,

dan (4) padat arti, muluk, dan puitis. Oleh sebab perbedaan nilai semantic, warna

dan cita rasa makna ini dapatlah disimpulkan bahwa tidak ada sinonim mutlak,

yang ada hanyalah sinonim sebagian. Pemilihan kata-kata ini tentunya. Pemilihan

kata-kata ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti siapa penutur,

siapa penanggap tutur, kapan, di mana mengapa tutur itu terjadi. Perbedaan nilai

konotatif dari sinonim juga menimbulkan kesulitan dalam menerjemahkan.

17

Page 18: Artikel Semantik

Selain itu, sinonimi dalam bahasa Indonesia terdapat pronomina persona

I. Saya bersinonim dengan aku, hamba, patik, beta, kami, gua (sinonim

bergantung pada situasi). Kata-kata dengan nilai rasa yang berbeda. Bandingkan:

pemberian bersinonim dengan sedekah, anugerah,karunia, persembahan, derma,

amal, hadiah, suap dana bantuan, sokongan, iuran (maknanya mirip). Kondisi

sesuatu, yang memliki kemiripan makna. Bandingkan: rumah, gubuk, gedong,

istana. Hubungan. Bandingkan: anak dan putera; kaki tangan dan pembantu,

buruh dan karyawan, penyair dan pujangga.

c) Antonimi (Antonymy)

Istilah antonimi berasal dari kata Yunani Kuno , onoma atau nama dan

anti atau melawan. Secara harfiah adalah nama lain untuk benda yang lain, atau

antonimi adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan

(Kridalaksana, dalam Djadjasudarma, 2009: 73). Hubungan makna yang terdapat

di antara sinonimi, homonimi, hiponimi, dan polisemi adalah hubungan

kesamaan-kesamaan.dan antonimi sebaliknya dipakai untuk menyebut makna

berlawanan. Antonimi merupakan hubungan di antara kata-kata yang dianggap

memiliki pertentangan makna.

Antonimi adalah pasangan kata yang mempunyai arti berlawanan. Relasi

kata juga disebut antonimi serta kata-kata yang berlawanan pula disebut antonimi.

Di dalam bahasa Indonesia ada pasangan rendah-tinggi, kecil-besar, dan mahal-

murah. Dalam hal ini harus cermat memilih perbedaan relasi semantik tiap

pasangan. Dalam pasangan besar-kecil, tinggi-pendek. Kata kedua kebalikan yang

pertama --- besar itu tidak kecil. Sebaliknya dalam pasangan dating-pergi, tidak

dating tidak berarti pergi – di sini titik perbedaan adalah dalam arah gerakan

(mendekat / menjauh). Hal yang sama juga berlaku bagi pasangan membawa-

mengmbil. Lebih jelasnya menurut Lyons (1978: 279-280) pertentangan makna

atau relasi yang ada di dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:

(1) Kontras, segala jenis pertentangan makna, dan tidak membatasi jumlah

kata dalam pasangan yang dipertentangkan (merupakan pengertian yang

paling umum).

(2) Oposisi, pertentangan yang terbatas pada dua unsur saja.

(3) Antonimi, pertentangan yang dapat diukur dan dibandingkan.

18

Page 19: Artikel Semantik

(4) Kejangkapan (complimentary), pertentangan yang tidak dapat diukur atau

dibandingkan.

(5) Kebalikan (converseness), pertentangan yang terdapat dalam hubungan

kata yang berlaku timbal-balik dengan:

a) Antonym

besar : kecil

tinggi : pendek

gemuk : kurus (langsing)

tenteram : gelisah

terang : kabur (mata)

gelap (lampu)

redup (cuaca)

muram (muka)

teram-temaran (cahaya)

asli : palsu

b) Kejangkapan

pria : wanita

laki-laki : perempuan

bujang : gadis

teruna : dara

perjaka : perawan

pemuda : pemudi

kawin : lajang

jantan : betina

c) Kebalikan

masuk : keluar

tinggal : pergi

Meninggalkan

datang : berangkat

pergi

bertanya : menjawab

19

Page 20: Artikel Semantik

meminta : memberi

menaruh : mengambil

mengizinkan : melarang

menyerang : menangkis

guru : murid

dosen : mahasiswa

dokter : pasien

d) Homonim (Homonymy)

Kata-kata yang diucapkan persis sama tetapi artinya bebeda. Relasi ini

disebut homonym, seperti pasangan some-sum dan knew-new. Homonimi dan

polisemi tumbuh oleh faktor kesejarahan dan faktor perluasan makna. Kata bisa

masih jelas sejarahnya. Kata bisa berasal dari bahasa Melayu dengan makna

“racun” tetapi kata bisa yang bermakna “dapat” muncul karena orang Sunda atau

Jawa (bisa-Sunda, dan biso-Jawa) yang berbahasa Indonesia menerjemahkan kata

bisa tersebut menjadi “dapat”, dengan demikian kata bisa menjadi polisemi

(memiliki dua makna). Perhatikan contoh berikut tentang kata aman:

(1) Mereka hidup aman di sebuah kota.

(aman= tenteram, damai, tidak ada kerusuhan)

(2) Oknum itu telah diamankan

(diamankan = ditahan)

Bila diperhatikan perkembangan kata tersebut, bermula dari yang (2)

diamankan dari amukan, dendam, atau proses orang banyak. Kemudian baru

berkembang dengan makna (1) tenteram, damai, tidak ada kerusuhan; tetapi

beberapa tahun kemudian perkembangan makna tersebut akan sulit diingat oleh

pemakai bahasa. Perkembangan makna terasa cukup lama bila diketahui

perkembangan makna baru tersebut.

Menurut Nida (dalam Djadjasudarma, 2009: 66) yang dikembangkannya

dalam rangka identifikasi morfem homofon dapat membantu memisahkan

homofon dari polisemi. Makna-makna yang saling berhubungan dari bentuk yang

sama dapat dianggap satu morfem dengan makna banyak, bila perbedaan makna

di antaranya sejajar dengan perbedaan distribusi”. Perhatikan ekspresi berikut ini:

20

Page 21: Artikel Semantik

(1) Jangan berdiri di jalan masuk!

(2) Jalan dulu, saya menyusul.

Kata jalan pada keduanya berbeda maknanya (dua makna dari satu

bentuk). Makna pertama adalah “tempat berjalan” , dan yang kedua “kegiatan

berjalan”; sejajar dengan distribusinya: yang pertama nama bendanya, dan yang

kedua kegiatannya. Keduanya saling melengkapi dan saling mengecualikan. Hal

tersebut berbeda dengan kata kursi yang bermakna “tempat duduk ” dengan kata

kursi yang bermakna “kedudukan”, “jabatan”; perbedaan maknanya tidak

ssejajar dengan distribusi, sama-sama nama benda (antara keduanya bisa saling

bertuka tempat). Bila kata tersebut terdapat dalam suatu kalimat yang bebas

konteks, tidak dapat dijelaskan maknanya, apakah “tempat duduk” ataukah

“kedudukan”, seperti pada kalimat di bawah ini.

(1) Adik saya telah mendapat kursi.

(2) Mereka sedang berebut kursi.

(3) Kursi mana yang kau inginkan?

(4) Masing-masing mendapat satu kursi.

(5) Kursi tersebut diberikan kepada saudaranya.

e) Idiom

Grup kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna

tiap kata dalam grup kata itu disebut idiom. Dalam bahasa Indonesia mempunyai

idiom panjang tangan, jantung hati, makan hati, dan sebagainya. Orang asing yang

sudah mengerti kata jantung dan hati. Dalam bahasa Inggris mengenal idiom-

idiom by all means, it without saying, in the air dan to kick the bucket dan

sebagainaya.

21

Page 22: Artikel Semantik

22

RANGKUMAN:

Penggolongan tanda dapat dilakukan dengan cara: (1) tanda yang

ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia karena ada pengalaman; (2) tanda

dapat ditimbulkan oleh bnatang yang diketahui oleh manusia dari suara-

suara binatang; dan (3) tanda yang ditimbulkan oleh manusia yang

dibedakan atas yang bersifat verbal yaitu tanda yang dihasilkan manusia

melalui alat-alat bicara (organ of speech) dan yang bersifat nonverbal yang

digunakan manusia untuk berkomunikasi, sama halnya dengan tanda verbal.

Lambang atau simbol memiliki hubungan tidak langsung dengan kenyataan.

Tanda dalam bentuk huruf-huruf disebut lambang atau simbol; apa yang kita

dengar dari seseorang yang berfungsi sebagai alat komunikasi disebut

lambang atau simbol. Perbedaan tanda dan simbol terletak pada

hubungannya dengan kenyataan, tanda menyatakan hubungan langsung

dengan kenyataan, sementara simbol tidak. Lambang menurut Plato adalah

kata di dalam suatu bahasa, sementara makna adalah objek yang dihayati di

dunia, berupa rujukan yang ditunjuk oleh lambang tersebut.

Hubungan lambang dengan bahasa dapat dikatakan bahwa bahasa

merupakan alat komunikasi yang terdiri atas tanda & lambang. Lambang-

lambang (simbol-simbol) ini memiliki expressions and contents atau

signifier dan signified.

Makna leksikal secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok

yakni kelompok makna dasar dan makna perluasan atau makna denotative

(kognitif, deskriptif ) atau makna konotatif atau emotif. Hubungan antara

kata, makna kata dan dunia kenyataan disebut hubungan referensial

Page 23: Artikel Semantik

LATIHAN:

1. Jelaskan perbedaan tanda (sign) dan lambang (symbol)!;

2. Jelaskan makna leksikal dan hubungannya dengan referensial! ;

3. Jelaskan penamaan (naming) hubungannya dengan semantik; dan

4. Sebutkan dan jelaskan pola struktur leksikal!

23

Studi bahasa pada dasarnya merupakan peristiwa budaya, melalui bahasa

manusia menunjuk dunianya. Dunia ini penuh dengan nama-nama yang

diberikan oleh manusia. Manusia tidak hanya memberi nama, tetapi

memberi makna pula. Bahkan dirinya pun diberi nama dan juga bermakna.

Pola struktur leksikal terdiri atas makna kata –kata yang membentuk pola

tautan semantik yang terdiri atas polisemi, sinonim, antonimi, homonim,

dan idiom.

Page 24: Artikel Semantik

BAB III

SEMANTIK KOGNITIF DAN GRAMATIKA KATA

(WORD GRAMMAR)

PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat

Pada bab ini akan dibahas tentang: jenis-jenis makna yang terdiri atas

makna sempit, makna luas, makna kognitif, makna konotatif/emotif, makna

gramatikal, makna leksikal, makna konstruksi, makna referensial, makna majas

(kiasan), makna inti, makna idesional, makna proposisi, makna piktorial.

Relevansi

Materi ini, ada hubungannya dengan penentuan makna tentang makna

bunyi bahasa, kata dan kalimat serta wacana dalam bahasa Indonesia.

Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:

1. Makna sempit;

2. Makna luas;

3. Makna kognitif;

4. Makna konotatif/emotif;

5. Makna gramatikal;

6. Makna leksikal;

7. makna konstruksi;

8. Makna referensial ;

9. Makna majas (kiasan);

10. Makna inti;

24

Page 25: Artikel Semantik

11. Makna idesional;

12. Makna proposisi; dan

13. Makna piktorial.

URAIAN MATERI

Semantik leksikal merupakan makna leksikal kata atau leksem.

Dekomposisi leksikal di dalam leksikon ke dalam bagian-bagian adalah masalah

dalam semantik. Leksem merupakan kesatuan (monomorfemis) yang tidak dapat

dianalisis secara menarik. Contoh menurut Hudson, (2001) kata “bunuh” atau

dalam bahasa Inggris ‘kill’ bermakna “cause to become not alive” atau “just

kill”, di dalam bahasa Indonesia (BI) makna “bunuh” secara semantik kognitif

leksikal “menyebabkan seseorang tidak hidup” atau “hanya membunuh”

(hasilnya bisa mati atau hidup). Di dalam Kamus Umum BI tahun 1996 (1668)

korpus) dapat diperhatikan makna kognitif leksikal “membunuh”: (1) mematikan,

menghilangkan nyawa (orang, binatang) dengan sengaja; (2) memadamkan .

secara semantic kognitif konteks sebagai contoh sebagai berikut ini.

(1) Sukar membunuh api yang besar itu (memadamkan).

(2) Membunuh tulisan/membunuh kesan yang buruk (menghapus).

(3) Membunuh hawa nafsu/ membunuh keinginan (melawan/menahan).

(4) Membunuh semangat/membunuh kemauan (membuat jadi lemah).

(5) Membunuh simpul (tali/benang/ikatan) = membuat simpul mati (supaya

lebih kuat).

(6) Membunuh bocor perahu/membunuh pancuran air (menyumbat/menutupi)

Bila dipertimbangkan dari semantik konteks, makna peka konteks

makna “membunuh” tidak lepas dari unsur yang bergabung, dan secara akurat

makna konteks akan menjadi: memadamkan, menghapus, melawan/menahan,

membuat jadi lemah, membuat supaya kuat (pertimbangkan pula strukturalime

Saussurian dan fungsional modern kea rah linguistik kognitif yang mementingkan

prinsip converging evidence (berpusat pada data).

25

Page 26: Artikel Semantik

Gramatika kata (GK) atau word grammar (WG) adalah pengetahuan

tentang jaringan konsep yang saling membatasi satu sama lain dan

mempertimbangkan hubungan makna acuan. Di dalam leksikon BI misalnya, kata

“bunuh” dengan paradigm “membunuh” seperti contoh kalimat di atas secara

semantic kognitif konteks maknanya bermacam-macam. Dalam GK tidak ada

batas antara semantik leksikal dengan pengetahuan umum (dengan acuan secara

umum). Oleh karena dalam makna leksikal (kata) juga baik makna (sense)

maupun konteks secara kognitif dan semantik kognitif yang merupakan jarinagn

makana kata tersebut dalam leksikon suatu bahasa. GK tidak membedakan

gramatika dalam leksikon, perbedaan hanya dalam derajat fakta di dalam

gramatika secara relative umum , dan semua leksikon secara relative menyatakan

makna spesifik.

Kata mempunyai karakter struktur internal, ada kata yang hanya

memiliki satu akar leksikal seperti “bunuh” yang disebut “prototypical”, yang

dapat membentuk paradigma, antara lain “pembunuh” (nomina) “yang

membunuh”, membunuh (verba aktif); dibunuh (verba pasif netral); dan

terbunuh (verba pasif tak disengaja). Ada pula yang dsebut “atypical” yakni

kata-kata di dalam leksikon yang seolah-olah mempunyai lebih dari satu akar

leksikal, seperti pada “matahari, panjang tangan, buta ayam, buta hukum. Akar

yang jelas tersebut tidak mempunyai makna yang otonom secara semantik, tetapi

menjadi akar fusi (makna peka konteks dari semantik kognitif konteks). Kata

yang lain tidak mempunyai akar sama sekali disebut kata “functional” (seperti

pada konjungsi dan preposisi).

JENIS MAKNA

Jenis makna yang dikemukakan dalam tulisan ini antara lain adalah

makna sempit, makna luas, makna kognitif, makna konotatif/emotif, makna

gramatikal, makna leksikal, makna konstruksi, makna referensial, makna majas

(kiasan), makna inti, makna idesional, makna proposisi, makna piktorial. Berikut

akan diuraikan jenis-jenis makna.

26

Page 27: Artikel Semantik

1. Makna Sempit

Makna sempit (narrowed meaning) adalah makna yang lebih sempit dari

keseluruhan ujaran. Makna yang asalnya lebih luas dapat menyempit, karena

dibatasi. Bloomfield (dalam Djadjasudarm, 2009: 8) mengemukakan adanya

makna sempit (narrowed meaning; specialized meaning) dan makna luas (wdned

meaning; extended meaning) di dalam perubahan makna ujaran. Perubahan makna

suatu bentuk ujaran secara semantik berhubungan, tetapi ada juga yang menduga

bahwa perubahan terjadi dan seolah-olah bentuk ujaran hanya menjadi objek yang

relative permanen dan makna hanya menempel seperti satelit yang berubah-ubah.

Sesuatu yang menjadi harapan mereka adalah menemukan alas an mengapa terjadi

perubahan, melalui studi makna dengan segala perubahannya yang terjadi terus-

menerus. Misalnya, perubahan kata dalam bahasa Inggris, meat semula bermakna

food (makanan) berubah menjadi flesh food (daging). Hal ini mengakibatkan

adanya klasifikasi perubahan semantic berdasarkan logika, yang berhubungan

dengan makna berturut: narrowing, widening, metonymy, synecdoche, hyperbole,

litotes, regeneration, dan elevation.

Makna luas dapat menyempit, atau suatu kata yang asalnya emiliki

makna luas (generik) dapat menjadi memiliki makna sempit (spesifik) karena

dibatasi, antara lain di dalam bahasa Inggris lama mete bermakna food (makanan)

menyempit menjadi meat bermakna edible flesh (daging yang dimakan); atau di

dalam bahasa Inggris deor bermakna beast (binatang buas) berubah bentuknya

menjadi deer dengan makna wild ruminant of a particular species (rusa); bahasa

Inggris Kuno hund dengan makna dog (anjing), berubah menjadi hound dengan

makna hunting dog of a particular breed (anjing untuk berburu atau serigala).

Kata-kata bermakna luas di dalam bahasa Indonesia disebut juga makna

umum (generik) digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang umum.

Gagasan atau ide yang umum bila dibubuhi rincian gagasan atau ide, maka

maknanya akan menyempit (memiliki makna sempit).

(1) pakaian dengan pakaian wanita

(2) saudara dengan saudara kandung

saudara tiri

27

Page 28: Artikel Semantik

saudara sepupu

(3) garis dengan garis bapak

garis miring

2. Makna Luas

Makna luas (widened meaning atau extended meaning di dalam bahasa

Inggris) adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang

diperkirakan. Kata-kata yang berkonsep memiliki makna luas dapat muncul dari

makna yang sempit. Contoh:

(1) Bahasa Inggris Pertengahan

Bride maknanya young birdling meluas menjadi bird (burung).

Dongge maknanya dogg of a particular (ancient) breed meluas

menjadi dog (anjing)

(2) Bahasa Latin:

Vitus maknanya quality of man (vir) atau manliness, di dalam bahasa

Prancis vertu, di dalam bahasa Inggris virtue maknanya meluas

menjadi good quality (kualitas yang baik).

(3) Bahasa Indonesia:

pakaian dalam dengan pakaian

kursi roda dengan kursi

menghidangkan dengan menyiapkan

memberi dengan menyumbang

warisan dengan harta

mencicipi dengan makan

Kata-kata yang memiliki makna luas digunakan untuk mengungkapkan

gagasan atau ide yang umum, dan makna sempit adalah kata-kata yang bermakna

khusus atau kata-kata bermakna sempit digunakan untuk menyatakan seluk-beluk

atau rincian gagasan (ide) yang bersifat umum.

28

Page 29: Artikel Semantik

3. Makna Kognitif

Makna kognitif disebut juga makna deskriptif atau denotative adalah

makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia

kenyataan. Makna kognitif adalah makna lugas, makna apa adanya. Makna

kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi

mengacu pula pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus, antara lain itu,

ini, ke sana, ke sini; numeralia antara lain satu, dua, tiga, empat, lima, dan

seterusnya; dan termasuk pula partikel yang memiliki makna relasional, antara

lain dan (aditif), atau (alternative), tetapi (konstratstif), dan lain sebagainaya.

Makna kognitif sering digunakan di dalam istilah teknik. Makna kognitif

dengan sebutan bermacam-macam, antara lain deskriptif, denotative, dan kognitif

konsepsional. Makna ini tidak pernah dihubungkan dengan hal-hal lain secara

asosiatif , makna tanpa tafsiran hubungan dengan benda lain atau peristiwa lain.

Makna kognitif adalah makna sebenarnya, bukan makna kiasan atau

perumpamaan. Contoh:

(1) Hei, mana matamu?

(2) Orang itu mata duitan.

(3) Laki-laki mata keranjang tidak disukai perempuan.

(4) Nilai mata uang dolar naik terus-menerus.

(5) Siapa yang ingin telur mata sapi?

4. Makna Konotatif dan Emotif

Makna konotatif yang dibedakan dari makna emotif karena yang disebut

pertama bersifat negative dan yang disebut kemudian bersifat positif. Makna

konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan terhadap apa yang diucapkan

atau apa yang didengar. Makna konotatif adalah makna yang muncul dari makna

kognitif (lewat makna kognitif), ke dalam makna kognitif tersebut ditambahkan

komponen makna lain. Contoh:

(1) Perempuan itu ibu saya.

(2) Ah, dasar perempuan.

29

Page 30: Artikel Semantik

Makna kognitif tentu didapatkan pada contoh: (1) pada ekspresi (2) kata

perempuan selain bermakna kognitif, dan yang ditambahkan memiliki makna

konotatif, antara lain secara psikologis perempuan mengandung makna suka

bersolek, suka pamer, egoistis. Pada nomor (1) makna perempuan mengandung

sifat keibuan, kasih sayang, lemah lembut, barhati manis.

Makna konotatif atau emotif sangat luas dan tidak dapat diberikan secara

tepat. Sebagaimana contoh yang dikemukakan di atas kata perempuan dapat pula

dihubungkan dengan kedudukannya yang khusus dalam masyarakat. Unsur-unsur

tersebut dapat menumbuhkan makna konotatif atau emotif.

Makna kognitif diedakan dari makna konotatif dan emotif berdasarkan

hubungannya, yakni hubungan antara kata dengan acuannya (referent) atau

hubungan kata dengan denotasinya (hubungan antara kata, ungkapan dengan

orang , tempat, sifat, proses, dan kegiatan luar bahasa atau denotata katal); dan

hubungan antara kata atau ungkapan dengan cirri-ciri tertentu disebut konotasi

kata atau ungkapan atau sifat emotif kata dan ungkapan.

Makna konotatif dan makna emotif dapat dibedakan berdasarkan

masyarakat yang menciptakannya atau menurut individu yang menciptakannya

atau menghasilkannya, dan dapat dibedakan berdasarkan media yang digunakan

(lisan atau tulisan), serta menurut bidang yang menjadi isinya. Makna konotatif

berubah dari zaman ke zaman. Makna konotatif dan emotif dapat bersifat

incidental. Banyak makna konotatif dan emotif yang tumbuh di dalam bahasa

Indonesia, misalnya diamankan, diciduk, atau dirumahkan, di-PHK.

Makna emotif (emotive meaning) adalah makna yang melibatkan

perasaan (pembicara dan pendengar; penulis dan pembaca) ke arah yang positif.

Makna ini berbeda dengan makna kognitif (denotative) yang menunjukkan adanya

hubungan antara dunia konsep (reference) dengan kenyataan, makna emotif

menunjuk sesuatu yang lain yang tidak sepenuhnya sama dengan yang terdapat

dalam dunia kenyataan.

Suatu kata dapat memiliki makna emotif dan bebas dari makna kognitif,

atau dua kata dapat memiliki makna kognitif yang sama, tetapi kedua kata dapat

memiliki makna emotif yang berbeda. Makna emotif dalam bahasa Indonesia

cenderung berbeda dengan makna konotatif; makna emotif cenderung mengacu

30

Page 31: Artikel Semantik

pada hal-hal (makna) yang positif, makna konotatif cenderung mengacu kepada

hal-hal (makna) yang negative. Beberapa makna kootatif atau emotif dapat

muncul sebagai akibat perubahan tata nilai masyarakat bahasa. Perhatikan contoh

berikut ini.

(1) Sudahkah Anda petik bunga di kebun itu?

(2) Ini adalah bunga di kampong itu.

(3) Bicaranya berbunga-bunga sampai tidak tahu lagi apa maksudnya.

(4) Mereka yang kelak akan menjadi bunga bangsa Negara kita.

(5) Katakanlah dengan bahasa bunga!

5. Makna Gramatikal danMakna Leksikal

Makna leksikal atau leksikal meaning, semantic meaning, external

meaning adalah makna unsur-unsur bahasa secara tersendiri, lepas dari konteks.

Misalnya, kata budaya atau culture disebutkan sebagai nomina (kb) dan artinya:

kesopanan, kebudayaan,(1); pemeliharaan biakan (biologi) (2). Di dalam Kamus

Bahasa Indonesia I (p.38), budaya adalah nomina, dan maknanya: 1. Pikiran;

akal budi; 2. Kebudayaan; 3. Yang mengenai kebudayaan; yang sudah

berkembang (beradab, maju). Semua makna baik bentuk dasar maupun bentuk

turunan yang ada dalam kamus disebut makna leksikal.

Makna gramatikal atau grammatical meaning; functional meaning;

stuructural meaning; internal meaning adalah makna yang menyangkut hubungan

intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di

dalam kalimat. Di dalam semantik makna gramatikal dibedakan dari makna

leksikal. Sejalan dengan pemahaman makna atau sense (pengertian); makna

dibedakan dari arti. Makna merupakan pertautan yang ada antara satuan bahasa,

dapat dihubungkan dengan makna gramatikal, dan arti adalah pengertian satuan

kata sebagai unsur yang dihubungkan.

Makna leksikal dapat berubah ke dalam makna gramatikal secara

operasional. Sebagai contoh dapat dipahami makna leksikal kata belenggu adalah

(1) alat pengikat kaki atau tangan; borgol; atau (2) sesuatu yang mengikat (tidak

bebas). Perhatikan ekspresi berikut ini.

31

Page 32: Artikel Semantik

(1) Polisi memasang belenggu pada kaki dan tangan pencuri yang baru

tertangkap itu.

(2) Mereka terlepas dari belenggu penjajahan.

Perubahan makna leksikal ke arah makna gramatikal dapat diperhatikan

ekspresi berikut:

(1) Hei, mana matamu!

mata – alat; cara melihat.

- mencari; mengerjakan.

Mata (makna leksikal) adalah alat pada tubuh manusia, berfungsi untuk

melihat, contoh:

(2) Anak itu ingin telur mata sapi.

Makna pada (1) mata sebagai makna gramatikal yang masih berhubungan

erat dengan makna leksikal “berfungsi untuk melihat”, makna pada (2) mata

benar-benar sebagai makna gramatikal, yakni “goring telur” (mungkin rupanya

mirip mata sapi – mata milik sapi?). perhatikan contoh di bawah ini makna yang

sejalan (berasosiasi) dengan makna leksikal mata.

(1) Mata pisau

(2) Mata uang

(3) Mata keranjang

(4) Mata duitan

(5) Mata air.

6. Makna Konstruksi

Makna konstruksi atau construction meaning adalah makna yang terdapat

di dalam konstruksi, misalnya makna milik yang diungkapkan dengan urutan kata

di dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, makna milik dapat diungkapkan

melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukkan kepunyaan. Contoh:

(1) Itu buku saya.

(2) Saya baca buku saya.

(3) Perempuan itu ibu saya.

(4) Rumahnya jauh dari sini.

32

Page 33: Artikel Semantik

(5) Di mana rumahmu?

7. Makna Referensial

Makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan

kenyataan atau referent (acuan), makna referensial disebut juga makna kognitif,

karena memiliki acuan. Makna ini memiliki hubungan dengan konsep tentang

sesuatu yang telah disepakati bersama oleh masyarakat bahasa seperti terlihat di

dalam hubungan antara konsep (reference) dengan acuan (referent) pada segitiga

di bawah ini.

(b) Konsep

-------------------------------------

(a) Kata (b) Acuan

Hubungan yang terjalin antara sebuah bentuk kata dengan barang, hal,

atau kegiatan (peristiwa) di luar bahasa tidak bersifat langsung, ada media yang

terletak di antaranya. Kata merupakan lambing (symbol) yang menghubungkan

konsep dengan acuan. Contoh:

(1) Orang itu menampar orang

1 2

(2) Orang itu menampar dirinya.

Pada (1) orang 1 dibedakan maknanya dari orang2 karena orang1

sebagai pelaku (agentif) dan orang2 sebagai pengalam yang mengalami makna

kategori yang berbeda, tetapi makna referensial mengacu kepada konsep yang

sama (orang = manusia). Pada (2) orang memiliki makna referensial yang sama

33

Page 34: Artikel Semantik

dengan orang1 dan orang2 pada (1) dan pada (2) orang dengan makna kategori

yang sama dengan orang1 (agentif). Bagaimana halnya bila orang ini sinonim

dengan manusia, sinonim mana yang berlaku. Contoh:

(1) Manusia itu menampar manusia.

(2) Manusia itu menampar dirinya.

Tentukanlah di mana terjadi ketaksaan makna, dan apa makna ganda

yang terdapat pada ekspresi (1), serta apa makna ekspresi (2).

8. Makna Idesional

Makna idesional atau ideational meaning adalah makna yang muncul

sebagai akibat penggunaan kata yang berkonsep. Kata yang dapat dicari

konsepnya atau ide yang terkandung di dalam satuan kata-kata, baik bentuk dasar

maupun turunan. Ide yang terkandung di dalam kata demokrasi, yakni istilah

politik: (1) bentuk atau system pemerintahan, segenap rakyat turut serta

memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya; pemerintahan rakyat; (2)

gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan

kewajiban serta perlakuan ayang sama bagi semua warga negara.

9. Makna Proposisi

Makna proposisi atau propositional meaning adalah makna yang muncul

apabila dibatasi pengertian tentang sesuatu. Kata-kata dengan makna proposisi

ditemukan di bidang matematika, atau bidang eksakta. Makna proposisi

mengandung pula saran, hal, rencana, yang dapat dipahami melalui konteks.

Di bidang eksakta dikenal apa yang disebut sudut siku-siku makna

proposisinya adalah Sembilan puluh derajat. Makna proposisi dapat diterapkn

pula ke dalam sesuatu yang pasti, tidak mungkin dapat diubah lagi, misalnya di

dalam bahasa yang dikenai proposisi:

(1) Satu tahun sama dengan dua belas bulan.

(2) Matahari terbit di ufuk timur.

(3) Satu hari sama dengan dua belas jam.

34

Page 35: Artikel Semantik

(4) Makhluk hidup akan mati.

(5) Surga adalah tempat yang baik.

Makna proposisi ini sejalan dengan apa yang disebut tautology di dalam

bahasa Inggris yang merupakan aksioma bahasa.

10. Makna Pusat

Makna pusat atau central meaning adalah makna yang dimiliki setiap

kata yang terjadi inti ujaran. Setiap ujaran (klausa, kalimat, wacana) memiliki

makna yang menjadi pusat atau inti pembicaraan. Makna pusat disebut juga

makna tak berciri. Makna pusat dapat hadir pada konteksnya atau tidak hadir pada

konteks.

Seorang yang berdialog dapat komunikatif tentang inti suatu

pembicaraan, dan pembicara dan kawan bicara akan memahami makna pusat

suatu dialog karena penalaran yang kuat.

11. Makna Piktorial

Makna piktorial adalah makna suatu kata yang berhubungan dengan

perasaan pendengar atau pembaca. Misalanya, pada situasi makan berbicara

tentang sesuatu yang menjijikkan dan menimbulkan perasaan jijik bagi

sipendengar, dan kemudian ia menghentikan kegiatan (aktivitas) makan.

Perasaan muncul segera setelah mendengar atau membaca suatu ekspresi

yang menjijikan , atau perasaan benci. Perasaan dapat pula berupa perasaan

gembira di samping perasaan yang disebutkan di atas, perhatikan contoh di bawah

ini.

(1) Kenapa kau sebut nama dia.

(2) Kakus itu kotor sekali.

(3) Ah, konyol dia.

(4) Ia tinggal di gang yang becek itu.

(5) Mobil itu hamper masuk jurang.

35

Page 36: Artikel Semantik

12. Makna Idiomatik

Makna idiomatik adalah makna leksikal terbentuk beberapa kata. Kata-

kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna

yang berlainan. Sebagian idiom merupakan bentuk beku tidak berubah, artinya

kombinasi kata-kata dalam idiom dalam bentuk tetap. Bentuk tersebut tidak dapat

diubah berdasarkan kaidah sintaksis yang berlaku bagi suatu bahasa.

Makna idiomatik didapatkan di dalam ungkapan dan peribahasa. Contoh:

(1) Ia bekerja membanting tulang bertahun-tahun.

(2) Aku tidak akan bertekuk lutut di hadapan dia.

(3) Kasihan, sudah jatuh dihimpit tangga pula.

(4) Seperti ayam mati kelaparan, di atas tumpukan padi.

(5) Tidak baik menjadi orang cempala mulut (lancang).

36

RANGKUMAN:

Makna sempit (narrowed meaning) adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Makna yang asalnya lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi.

Makna luas (widened meaning atau extended meaning di dalam bahasa Inggris) adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan.

Makna kognitif disebut juga makna deskriptif atau denotative adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna kognitif adalah makna lugas, makna apa adanya.

Makna konotatif yang dibedakan dari makna emotif karena yang disebut pertama bersifat negative dan yang disebut kemudian bersifat positif.

Makna leksikal atau leksikal meaning, semantic meaning, external meaning adalah makna unsur-unsur bahasa secara tersendiri, lepas dari konteks.

Page 37: Artikel Semantik

LATIHAN:

1. Jelaskan makna sempit dan berikan contoh!;

2. Jelaskan makna luas dan berikan contoh! ;

3. Jelaskan makna kognitif dan berikan contoh!;

4. Jelaskan makna konotatif/emotif dan berikan contoh!;

5. Jelaskan makna gramatikal dan berikan contoh!;

6. Jelaskan makna leksikal dan berikan contoh!;

7. Jelaskan makna konstruksi dan berikan contoh!;

8. Jelaskan makna referensial dan berikan contoh! ;

9. Jelaskan makna majas (kiasan) dan berikan contoh!;

10. Jelaskan makna inti dan berikan contoh!;

11. Jelaskan makna idesional dan berikan contoh!;

37

Makna konstruksi atau construction meaning adalah makna yang terdapat di dalam konstruksi, misalnya makna milik yang diungkapkan dengan urutan kata di dalam bahasa Indonesia.

Makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent (acuan), makna referensial disebut juga makna kognitif, karena memiliki acuan.

Makna idesional atau ideational meaning adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang berkonsep.

Makna proposisi atau propositional meaning adalah makna yang muncul apabila dibatasi pengertian tentang sesuatu.

Makna pusat atau central meaning adalah makna yang dimiliki setiap kata yang terjadi inti ujaran.

Makna piktorial adalah makna suatu kata yang berhubungan dengan perasaan pendengar atau pembaca.

Makna idiomatik adalah makna leksikal terbentuk beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan.

Page 38: Artikel Semantik

12. Jelaskan makna proposisi dan berikan contoh!; dan

13. Jelaskan makna piktorial .

38

Page 39: Artikel Semantik

DAFTAR PUSTAKA

Alston, P. William.1974. Philosophy of Language. London. Prentice. Hall.

Alwasilah, A Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Angkasa. Bandung

Aminuddin. 1988. Semantik. Pengantar Studi Tentang Makna. Sinar Baru. Bandung

Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 1. Makna Leksikal dan Gramatikal. PT Refika Aditama. Bandung

__________________. 2009. Semantic 2. Pemahaman Ilmu Makna. PT Refika Aditama. Bandung

Fishman, Joshua A. 1972. Sociolinguistik. Newbury House Publishers. Massachusets

Samsuri. 1981. Analisis Bahasa. Erlangga. Jakarta

39