Artikel Komunikasi Politik

4
Nama : Putri Giras Hapsari Kelas : 4A NIM : 1306056 Jurusan : Ilmu Komunikasi Satu Jam Bersama Bupati Tasikmalaya H. UU Ruzhanul Ulum, SE, merupakan Bupati Tasikmalaya yang sudah menjabat selama dua periode. Saya dan teman-teman saya diberikan kesempatan untuk bertemu beliau sekaligus mendengarkan langsung penuturan mengenai bagaimana ia bisa menjadi Bupati Tasikmalaya seperti sekarang. Selain menceritakan tentang kisahnya, beliau juga bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mahasiwa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi UPI. Pak UU, begitulah sebutan yang diucapkan dirinya sendirinya, menyatakan bahwa bupati merupakan bukan jabatan politik melainkan sebagai kepala daerah karena apabila bupati diberi label jabatan politik akan berbahaya dan akan kembali kepada politik asli. Maksud dari politik asli yang dikatakan oleh beliau yaitu memberikan dukungan, kebijakan, dan kebijaksanaan kepada mereka para pendukungnya sementara yang bukan menjadi pendukungnya akan diabaikan. Ayahanda Pak UU sendiri merupakan seorang aktivis yaitu menjadi wakil sekretaris di Tasikmalaya. Disaat masih kecil, Pak UU sudah biasa diajak dalam kegiatan politik seperti kampanye ke beberapa daerah. Beliau sendiri tidak mengerti mengapa ayahandanya selalu membawanya ke dalam kegiatan politik. Selain oleh ayahandanya, beliau juga sering dibawa oleh kakeknya dalam kegiatan politik ke beberapa daerah termasuk bertemu dengan orang-orang besar pada waktu itu seperti Menteri Agama. Dari situlah Pak UU berpikir ingin menjadi seseorang yang sudah dikenalkan oleh ayahanda dan kakeknya. Pak UU dari kecil memang tumbuh dan berkembang di daerah pesantren yang biasanya memakai sarung dan kopiah, beliau juga ingin menjadi seseorang yang memakai jas dan dasi. Dari keinginan itulah, di dalam diri beliau timbul Intan Berharga yaitu sebuah harapan. Pada tahun 1997, beliau mencalonkan sebagai anggota dewan tetapi beliau tidak lulus Litsus (Penelitian Khusus). Pada tahun 1999, beliau mencalonkan

description

about komunikasi politik pak uu

Transcript of Artikel Komunikasi Politik

Page 1: Artikel Komunikasi Politik

Nama : Putri Giras Hapsari Kelas : 4A

NIM : 1306056 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Satu Jam Bersama Bupati Tasikmalaya

H. UU Ruzhanul Ulum, SE, merupakan Bupati Tasikmalaya yang sudah menjabat selama dua periode. Saya dan teman-teman saya diberikan kesempatan untuk bertemu beliau sekaligus mendengarkan langsung penuturan mengenai bagaimana ia bisa menjadi Bupati Tasikmalaya seperti sekarang. Selain menceritakan tentang kisahnya, beliau juga bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mahasiwa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi UPI.

Pak UU, begitulah sebutan yang diucapkan dirinya sendirinya, menyatakan bahwa bupati merupakan bukan jabatan politik melainkan sebagai kepala daerah karena apabila bupati diberi label jabatan politik akan berbahaya dan akan kembali kepada politik asli. Maksud dari politik asli yang dikatakan oleh beliau yaitu memberikan dukungan, kebijakan, dan kebijaksanaan kepada mereka para pendukungnya sementara yang bukan menjadi pendukungnya akan diabaikan. Ayahanda Pak UU sendiri merupakan seorang aktivis yaitu menjadi wakil sekretaris di Tasikmalaya. Disaat masih kecil, Pak UU sudah biasa diajak dalam kegiatan politik seperti kampanye ke beberapa daerah. Beliau sendiri tidak mengerti mengapa ayahandanya selalu membawanya ke dalam kegiatan politik. Selain oleh ayahandanya, beliau juga sering dibawa oleh kakeknya dalam kegiatan politik ke beberapa daerah termasuk bertemu dengan orang-orang besar pada waktu itu seperti Menteri Agama. Dari situlah Pak UU berpikir ingin menjadi seseorang yang sudah dikenalkan oleh ayahanda dan kakeknya. Pak UU dari kecil memang tumbuh dan berkembang di daerah pesantren yang biasanya memakai sarung dan kopiah, beliau juga ingin menjadi seseorang yang memakai jas dan dasi. Dari keinginan itulah, di dalam diri beliau timbul Intan Berharga yaitu sebuah harapan. Pada tahun 1997, beliau mencalonkan sebagai anggota dewan tetapi beliau tidak lulus Litsus (Penelitian Khusus). Pada tahun 1999, beliau mencalonkan diri lagi sebagai anggota dewan dan beliau lulus. Pertengahan 2003 mencalonkan diri sebagai bupati dan terpilih hingga sekarang sudah menjabat selama dua periode.

Rahasia dibalik kesuksesan Pak UU sehingga sampai saat ini masih berada di dalam wilayah jabatan politik yang pertama yaitu takdir dari Tuhan YME dan harus bisa bergaul atau dalam bahasa santrinya yaitu silahturami dengan orang lain. Kedua, jangan ada kesombongan yaitu ketika kita sudah memiliki suatu jabatan politik jangan sombong dan terlena dengan apa yang dimiliki. Ketiga, berani berkorban. Dalam politik, apabila kita tidak berani berkorban berarti kita tidak mempertahankan sesuatu. Seni Pak UU dalam memimpin yaitu tidak pernah marah, tidak pernah menunjuk orang dalam forum karena apabila seorang pemimpin sudah mengeluarkan kata-kata kasar maka orang lain akan merasa tidak suka bahkan dendam sehingga mereka akan menjatuhkan citra pemimpin tersebut. Pada awalnya Pak UU dinilai lemah dan lembek tapi karena sebuah prinsip yang membuatnya gigih dalam menentukan sikap. Dalam berpolitik, kita juga jangan saling bertengkar dengan para aktor politik melainkan harus mengatur strategi dan taktik politik. Beliau berharap ketika akan masuk politik tidak akan ada

Page 2: Artikel Komunikasi Politik

pertengkaran maupun pertentangan dengan aktor politik lainnya. Dalam dunia politik, Pak UU memberitahukan bahwa kita juga jangan mendengarkan apapun yang dikatakan oleh orang lain karena apabila kita sudah mempunyai tekad yang kuat kita harus bisa mengejar apa yang kita inginkan.

Roberto, salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi UPI bertanya mengenai bagaimana cara pemerintahan Pak UU bisa membangun partisipasi masyarakat agar program pemerintah bisa diikuti oleh masyarakat. Lalu Pak UU menjawab, “Masalah komunikasi politik dengan pihak pondok pesantren sebenarnya tidak ada hal yang berbeda seperti air mengalir cuma mungkin, mohon maaf, biasanya anak pesantren putra kiyai putra ajengan seperti dihormati karena memang sejak lahir yang dihargai itu santri-santrinya makanya anak kiyai biasanya namanya akang, aceng, ujang, seperti itu. Nah, hal semacam itu yang memang harus dipahami oleh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya bahkan disaat menjadi bupati harus bisa memainkan komunikasi dengan para kiyai suku, kalau ada hal yang bagus atau buruk harus dikomunikasikan. Ada juga para kiyai yang kurang komunikasi dengan baik dengan saya tetapi saya sedang berusaha dengan komunikasi saya sendiri dengan cara pesantren. Dengan masyarakat juga sama saja. Dan selanjutnya tentang program selama kepemimpinan saya yang menaik. Yang saya rasakan dan saya lakukan dalam mempimpin yaitu pemimpin itu harus memiliki jiwa seni. Kalau pemimpin tidak memiliki jiwa seni, gampang marah, sedikit-sedikit main tunjuk, maka kata orang hidup dengan ilmu akan terarah hidup dengan seni akan indah. Maka dari itu pemimpin harus memiliki jiwa seni tapi bukan seniman karena kalau kita tidak memiliki jiwa seni seperti itu adanya dan harus memiliki jiwa seni memimpin. Setiap orang berbeda dalam memimpin. Kemudian dalam memimpin, saya selalu mendelegasikan wewenang secara penuh kepada mereka yang sesuai dengan porsinya. Saya tidak pernah merecoki, kepada dinas pendidikan silahkan urus pendidikan. Kemudian pada dinas PU, saya ingin jalan tiap tahun selama kepemimpinan saya ingin di atas 40%. Alhamdulillah sudah sampai 50%. Jawa Barat program jalan 40% jalan bagus karena ikut program konsep nasional tapi Kabupaten Tasikmalaya sudah 50% jalannya sudah bagus. Ini merupakan sebuah penghargaan. Itu kata Pak Gubernur. Jadi memang ada seni-seni tersendiri dalam memimpin karena memimpin harus bijaksana, makanya saya pemimpin itu gayanya bottom up, tidak top down lagi. Kalau dulu kata saya A laksanakan A, tapi sekarang tidak. Ego pribadi saya simpan diganti dengan ego masyarakat. Keinginan pribadi saya buang diganti dengan keinginan masyarakat. Visi misi pribadi saya buang, saya bawa dan saya ke depankan visi misi masyarakat. Maka masyarakat merasa tersentuh keinginannya, masyarakat akan merasa betah karena didengar dan diperjuangkan oleh kita. Kemudian betul saya menjadi pemerintah ke dua tingkat Jawa Barat dalam era keterbukaan public, ke satu daerah lain, tetapi se-Indonesia, Jawa Barat pertama dalam era keterbukaan public baik dalam anggaran dan dalam kebijakan-kebijakan yang lain. Apa yang menjadi solusinya setiap saya membuat sebuah kebijakan selalu memanggil para camat, selalu memanggil para kepala desa, selalu memanggil para ulama. Jadi sekecil apapun kebijakan pemerintah itu tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat. Kebijakan pemimpin yang ideal dan baik, tanpa dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat kadang-kadang akhirnya akan menjadi fitnah. Oleh karena itu, kebijakan yang baik harus dikomunikasikan dengan baik. Kebijakan ideal komunikasikan dengan ideal”.

Gaya menjawab pertanyaan dari mahasiswa Ilmu Komunikasi UPI juga sudah menggambarkan bahwa Pak UU memang sosok pemimpin yang senang mendengarkan aspirasi masyarakat, terutama masyarakat Tasikmalaya. Benang merah yang dapat disimpulkan dalam

Page 3: Artikel Komunikasi Politik

artikel laporan ini yaitu Pak UU yang merupakan Bupati Tasikmalaya memberikan beberapa masukan dalam untuk bisa menjadi pemimpin yang baik yaitu harus bisa bergaul, jangan ada kesombongan, dan berani berkorban.