Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

22
DERMATOLOGY By : Rickky_Kurniawan@2008 1 ARTIKEL ILMIAH DERMATOLOGI PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF TINEA PEDIS Oleh : Rickky Kurniawan ABSTRAK Tinea pedis merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh jamur pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tiga genus utama yang menjadi penyebabnya adalah Trichophyton, Epidermophyton dan Microsporum, sedangkan spesies yang paling sering menyebabkan tinea pedis adalah Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes. Penyakit ini dapat menyerang segala usia, tanpa membedakan jenis kelamin. 3 Tinea pedis dapat ditransmisikan melalui kontak langsung, person to person; di kolam renang, penularan terjadi melalui kontak fisik dengan permukaan, seperti lantai kamar mandi umum, ruang ganti dan sebagainya yang terkontaminasi oleh fragmen kulit yang terinfeksi. Gejala yang ditimbulkan antara lain kulit pecah bersisik serta rasa gatal. Kata Kunci : Tinea Pedis- Trichophyton rubrum PENDAHULUAN Prevalensi tinea pedis di Istanbul tidak dapat diketahui dengan pasti karena banyak pasien yang tidak mendatangi pusat pelayanan kesehatan selama kualitas hidup mereka tidak terpengaruh. Ini merupakan salah satu alasan mengapa angka prevalensi berbeda pada setiap penelitian. 5 Di Amerika Serikat, tinea pedis diperkirakan menjadi penyakit kulit kedua terbanyak setelah jerawat. Di Eropa dan Asia Timur, prevalensi tinea pedis diperkirakan sebesar 20%. 1 Sementara di Spanyol, prevalensi tinea pedis adalah sebesar 2,9% (4,2% untuk laki-laki dan 1,7% untuk perempuan). 2 Prevalensi lebih tinggi pada ras yang tinggal di daerah tropis. Udara yang panas, kelembapan tinggi, penggunaan sepatu yang sempit serta bekerja di tempat yang basah seperti ibu rumah tangga dan petani mempermudah terjadinya infeksi. 3

Transcript of Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

Page 1: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 1

ARTIKEL ILMIAH DERMATOLOGI

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF TINEA PEDIS Oleh : Rickky Kurniawan

ABSTRAK Tinea pedis merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh jamur pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tiga genus utama yang menjadi penyebabnya adalah Trichophyton, Epidermophyton dan Microsporum, sedangkan spesies yang paling sering menyebabkan tinea pedis adalah Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes. Penyakit ini dapat menyerang segala usia, tanpa membedakan jenis kelamin.3 Tinea pedis dapat ditransmisikan melalui kontak langsung, person to person; di kolam renang, penularan terjadi melalui kontak fisik dengan permukaan, seperti lantai kamar mandi umum, ruang ganti dan sebagainya yang terkontaminasi oleh fragmen kulit yang terinfeksi. Gejala yang ditimbulkan antara lain kulit pecah bersisik serta rasa gatal. Kata Kunci : Tinea Pedis- Trichophyton rubrum

PENDAHULUAN Prevalensi tinea pedis di Istanbul tidak dapat diketahui dengan pasti karena

banyak pasien yang tidak mendatangi pusat pelayanan kesehatan selama

kualitas hidup mereka tidak terpengaruh. Ini merupakan salah satu alasan

mengapa angka prevalensi berbeda pada setiap penelitian.5 Di Amerika

Serikat, tinea pedis diperkirakan menjadi penyakit kulit kedua terbanyak

setelah jerawat. Di Eropa dan Asia Timur, prevalensi tinea pedis

diperkirakan sebesar 20%.1 Sementara di Spanyol, prevalensi tinea pedis

adalah sebesar 2,9% (4,2% untuk laki-laki dan 1,7% untuk perempuan).2

Prevalensi lebih tinggi pada ras yang tinggal di daerah tropis. Udara yang

panas, kelembapan tinggi, penggunaan sepatu yang sempit serta bekerja di

tempat yang basah seperti ibu rumah tangga dan petani mempermudah

terjadinya infeksi.3

Page 2: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 2

Gambar 1. Trichophyton rubrum

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI Faktor resiko tinea unguium dan tinea pedis lebih tinggi pada laki-laki dari

pada wanita. hal ini disebabkan karena pada laki-laki lebih sering terjadi

trauma pada kuku dan menggunakan sepatu yang ketat. pada penelitian

terbaru ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

seringnya melakukan olah raga atau penggunaan pemandian umum dengan

terjadinya tinea pedis akan tetapi terdapat sejumlah kecil objek penelitian

yang ternyata tidak melemahkan pernyataan tersebut. 2

Beberapa factor host yang berpengaruh pada peningkatan terjadinya tinea

pedis diantaranya adalah peningkatan angka kejadian AIDS dan

banyaknya pasien yang menjalani kemoterapi, penggunaan steroids,

transpalntasi organ dan pemberian nutrisi parenteral. pasien yang

mengalami obesitas, penuaan, atau pasien yang mempunyai penyakit

sistemik juga mennyebabkan meningkatnya tinea pedis. selain itu factor

local yang dapat mempengaruhi kejadian tinea pedis adalah trauma,

kelembapan yang berlebihan, pakaian yang ketat dan penggunaan sarana

pemandian umum atau kolam renang umum.penelitian terbaru di Israel

menunjukan bahwa pencucian kaki berulang kali pada anak sekolah dapat

menyebabkan delipidasi dan perubahan pH di stratum corneum yang dapat

memacu pertumbuhan jamur. 6

Tiga spesies jamur, Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes,

dan Epidermophyton floccosum ketigany bertanggung jawab sebagai

penyebab terbanyak terjadinya Tinea Pedis di dunia. diantara ketiga jamur

yang memiliki sifat keratophilic tersebut, Trichophyton rubrum adalah

Page 3: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 3

yang paling umum berhubungan dengan kejadian Tinea Pedis kronis.

Faktor yang mempengaruhi penyebaran dari jamur pathogen ini adalah

tergantung pada sumber infeksinya yang biasanya berasal dari manusia

lain (anthropophilic), hewan (zoophilic) dan dari tanah (geophilic). 6

T. rubrum mempunyai beberapa mikrokonidia sepanjang hifanya yang

membesar pada ujungnya. Konidia meruapakan spora aseksual yang

membentuk ujung dari konidiopor. konidia terdiri dari mikrokonidia dan

makrokonidia. Trichophyton mentagrophytes secara morfologi dan

karakteristik juga hampir sama dengan T. rubrum. Keduanya berbentuk

granul granul dengan ditutupi bulu-bulu halus dan kadang sulit dibedakan

jika diamati dengan dengan mikroskop.Spesies T. mentagrophytes dapat

berwarna kuning pucat di bagian tepinya sedangkan T. rubrum seringnya

tetapi tidak selalu berwarna seperti anggur. T. mentagrophytes adalah

zoophilic dan berefek pada banya spesies hewan diantaranya tikus, kucing,

anjing, dan kuda. 6

Selain itu T. rubrum memiliki sifat-sifat anthropophilic, ectothrix dan tes

urease negative. dari kultur macroconidia jarang dan berbentuk seperti

pensil. Microconidia berbentuk seperti tetesan air mata (tear shape). T.

rubrum juga menghasilkan keratinase yang dapat melisiskan keratin pada

stratum korneum kulit sehingga menimbulkan gejala klinis seperti

timbulnya skuama. Dengan rusaknya stratum korneum jamur ini dapat

menginvasi ke jaringan yang lebih dalam dan menimbulkan reaksi

inflamasi local. 6

Page 4: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 4

GAMBARAN KLINIK Ukk pada tinea pedis :

1. Biasa terlihat pada interdigitalis diantara jari IV dan V serta dapat

meluas hingga subdigital dan sela jari yang lainnya

2. Terlihat fissura yang dilapisi sisik halus dan tipis

3. Terdapat maserasi berupa kulit putih dan rapuh

4. Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga dapat terjadi

selulitis,limfangitis, limfadenitis dan dapat terjadi erisipelas

5. Dapat berbentuk moccasin foot yaitu pada seluruh kaki, dari telapak ,

tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik, dapat

ada eritema yang bersifat ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi.

Vesikel dan papul dapat ditemukan.

- Pada keaadaan subakut dapat terlihat vesikel, vesiko-pustul dan

kadang-kadang bula. Vesikel berisi cairan jernih yang kental,

apabila pecah maka vesikel akan meninggalkan sisik yang

berbentuk lingkaran dan disebut dengan koleret. Infeksi sekunder

data juga terjadi pada keadaan ini sehingga dapat menyebabkan

selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai erisipelas.7

Page 5: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 5

Gambar tinea pedis

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

TERAPI PROMOTIF

Sebagai dokter sebaiknya menanyakan tentang perkembangan penyakit tinea

pedis seperti penggunaan fasilitas olahraga yang dipakai secara umum, tipe

sepatu dan kaos kaki yang sering dipakai, dan pekerjaan yang sehari-hari di

lakukan serta apakah kaki penderita lebih dominan terlibat dalam

pekerjaannya.

Terapi promotif pada penderita Tinea Pedis mengutamakan prinsip pemberian

informasi atau penyuluhan baik pada penderita maupun pada orang-orang

disekitar penderita yang diharapkan dapat mencegah penularan, kekambuhan

serta komplikasi lainnya. Upaya ini antara lain :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat atau penderita tentang

gambaran umum tinea pedis.

2. Memberikan pengetahuan tentang faktor resiko tinea pedis, sehingga

diharapkan dapat melakukan pencegahan.

3. Melakukan penyuluhan untuk tetap menjaga kebersihan pada tubuh dan

lingkungan dimana penderita lebih sering terpapar (rumah, tempat

kerja, dan lain-lain).

Page 6: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 6

4. Jika terdapat penyakit lain yang menyertai seperti diabetes mellitus,

segera ke dokter. Karena orang dengan penyakit diabetes lebih rentan

terpapar infeksi kulit daripada orang normal.

5. Pada tinea pedis yang kronik dan relapse (kambuh), membutuhkan

perawatan kaki yang intensif dan pengobatan untuk kesembuhan

beberapa minggu.

Prinsip utama untuk upaya pencegahan terhadap tinea pedis adalah

tetap menjaga kaki penderita agar tetap bersih dan kering, antara lain :

1. Mencuci seluruh kaki setiap hari dan menggunakan kaos kaki yang bersih

setelah mandi atau terpapar air (berenang, hujan, banjir, dan lain-lain).

2. Menjaga agar kaki tetap kering terutama pada setiap sela jari kaki sehabis

mandi atau terpapar air (berenang, hujan, banjir, dan lain-lain).

3. Jika pekerjaan penderita berkaitan dengan penggunaan tempat yang

lembab seperti kolam renang umum, sebaiknya menggunakan sandal atau

alat perlindungan lain agar kaki tidak kontak langsung dengan lantai yang

terkontaminasi dengan jamur lainnya.

4. Memilih sepatu kulit daripada sepatu dari bahan vinyl, karena sepatu kulit

lebih menyerap keringat sehingga menjaga kaki tetap kering.

5. Menggunakan kaos kaki yang dapat menyerap keringat.

6. Jika memungkinkan, jangan menggunakan sepasang sepatu yang sama

dalam dua hari berturut-turut. Karena memberikan kesempatan sepatu

dalam 24 jam agar tetap kering.

7. Jangan bergantian menggunakan sepatu dengan orang lain.

TERAPI PREVENTIF

1. Cuci tangan dan kaki secara rutin tiap harinya dengan sabun.

2. Keringkan seluruh kaki setelah dicuci. Jangan mengenakan kaos kaki

dalam keadaan kaki yang basah karena akan menyebabkan jamur mudah

tumbuh.

Page 7: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 7

3. Jangan gunakan handuk yang sama dengan orang lain tanpa terlebih

dahulu dicuci.

4. Ganti kaos kaki setiap hari. Kaos kaki berbahan cotton dan kulit lebih baik

dari pada yang berbahan nilon dan plastik karena keduanya menyebabkan

kaki lebih banyak berkeringat.

5. Gantilah sepatu setiap 2-3 hari dengan sepatu lain agar masing-masing

sepatu benar-benar kering setelah dipakai.

6. Gunakan sandal apabila berkunjung ke tempat pemandian umum atau

tempat ganti umum untuk menghindari kontak kaki dengan lantai yang

mngkin telah terkontaminasi kulit orang yang menderita tinea pedis.

7. Ketika di dirumah, biarkan kaki kontak dengan udara dan jangan terlalu

sering menggunakan kaos kaki atau sepatu di dalam rumah.

Page 8: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 8

TERAPI KURATIF SECARA UMUM DERMATOFITOSIS

I. Pengobatan Topikal

ada dua pedoman dalam pengobatan topikal, yaitu : 7

a. Basah dengan basah Berarti jika dermatosis basah (eksudatif)

diobati dengan kompres terbuka. Tetapi prinsip ini tidak mutlak,

kompres terbuka juga digunakan pada dermatosis dengan

peradangan hebat.

b. Kering dengan kering Berarti jika dermatosis kering diobati dengan

vehikulum yang kering, misalnya salep.

2. Makin akut suatu dermatosis, makin lemah bahan aktif yang dipakai

Berarti pada dermatosis yang akut jangan diberi terapi dengan bahan

aktif yang kuat, yakni dengan konsentrasi yang tinggi karena akan

menghebat. Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas dua bagian

yaitu bahan dasar (vehikulum) dan bahan aktif dengan penjelasan

sebagai berikut : 1. Bahan dasar (vehikulum) Memilih bahan dasar

(vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting yang

harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai

pegangan ialah pada keadaan yang membasah dipakai bahan dasar yang

cair atau basah, misalnya kompres; dan pada keadaan kering dipakai

bahan dasar padat atau kering, misalnya salep. Secara sederhana bahan

dasar dibagi menjadi tiga yaitu cairan, bedak dan salep. Disamping itu

ada dua campuran atau lebih bahan dasar, yaitu bedak kocok (lotion),

krim, pasta dan linimen.8

a. Cairan

Cairan terdiri atas solusio (larutan dalam air) dan tinctura (larutan

dalam alkohol). Solusio dibagi dalam kompres, rendam (bath) dan

mandi (full bath). Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit

yang sakit dari debris (pus, krusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat

topikal yang pernah dipakai. Disamping itu terjadi perlunakan atau

pecahnya vesikel, bula dan pustula. Hasil akhir pengobatan ialah

Page 9: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 9

keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih

sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses

epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan

gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-

macam dermatosis. Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan

dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan

cairan harus dipantau secara teliti. Kalau keadaan sudah mulai kering,

maka pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan untuk

diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai

daripada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat

pendinginan dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan

mandi terjadi proses maserasi. Bahan aktif yang dipakai dalam

kompres ialah biasanya bersifat astringen dan antimikrobial. Astringen

mengurangi eksudat akibat presipitasi protein. Kompres terdiri dari

dua macam, yaitu kompres terbuka dan kompres tertutup. Kompres

terbuka dasarnya adalah penguapan cairan kompres disusul oleh

absorbsi eksudat atau pus. Indikasinya meliputi dermatosis madidans,

infeksi kulit dengan eritem yang mencolok (misalnya erisipelas) dan

ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.8

Cara kompres bekerja pada radang akut melalui:

1) Penguapan air akan menarik kalor dari lesi, sehingga terjadi

vasokonstriksi yang mengakibatkan eritem berkurang.9

2) Vasokonstriksi memperbaiki permeabilitas vaskuler, sehingga

pengeluaran serum dan udem berkurang.9

3) Air melunakkan dan melarutkan krusta pada permukaan kulit,

sehingga mudah terangkat bersama kain kasa. Pembersihan krusta ini

akan mengurangi sarang makanan untuk bakteri dari cairan yang

terperangkap di bawah krusta. Kompres tertutup (kompres

impermeabel) dasarnya adalah vasodilatasi, bukan untuk penguapan.

Indikasinya ialah kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma

venereum.8

Page 10: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 10

b. Bedak

Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang

tidak melekat erat sehingga penetresinya sedikit sekali. Efek bedak

ialah mendinginkan, antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek

vasokonstriksi, antipruritus lemah, mengurangi pergeseran pada kulit

yang berlipat (intertrigo) dan proteksi mekanis. Pengobatan dengan

bedak yang diharapkan terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah

talkum venetum. Bedak biasanya dicampur dengan seng oksida, sebab

zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik

lemah dan antipruritus lemah. Indikasi pemberian bedak ialah

dermatosis yang kering dan superfisial, mempertahankan vesikel atau

bula agar tidak pecah. Kontraindikasinya adalah dermatitis yang basah,

terutama bila disertai dengan infeksi sekunder (Hamzah, 2005). Jika

terjadi eksudat atau pus, maka campuran bedak dengan eksudat

merupakan adonan yang memudahkan terjadinya infeksi.7

c. Salep

Salep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar

berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi

dapat pula lanolin atau minyak. Indikasinya adalah dermatosis yang

kering dan kronik, dermatosis yang dalam dan kronik dan dermatosis

yang bersisik dan berkrusta. Kontraindikasinya adalah dermatitis

madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang

berambut, penggunaan salep tidak dianjurkan dan salep jangan dipakai

di seluruh tubuh.8

d. Bedak kocok

Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak yang biasanya

ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat, supaya bedak tidak

terlalu kental dan cepat menjadi kering maka jumlah zat padat

maksimal 40 % dan jumlah gliserin 10 – 15 %. Hal ini berarti jika

beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka prosentase tersebut jangan

Page 11: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 11

terlampaui. Indikasi digunakan bedak kocok adalah dermatosis yang

kering, superfisial dan agak luas, serta dermatosis pada keadaan sub

akut. Kontraindikasinya ialah dermatitis madidans dan daerah badan

yang berambut.8

e. Krim

Krim adalah emulsi O/W (oil in water) atau W/O (water in oil).

Kombinasi antara minyak dengan air ditambah emulgator

menghasilkan emulsi W/O atau O/W, bergantung pada susunan

komponen di atas. Krim W/O (cold cream) lebih cocok dipakai waktu

malam karena melengket lebih lama di kulit. Krim O/W (vanishing

cream) lebih cocok dipakai waktu siang karena lebih cair dan tidak

lengket.10 Indikasi digunakan krim ialah indikasi kosmetik, dermatosis

yang subakut dan luas, dan boleh digunakan di daerah yang berambut.

Kontraindikasi untuk krim W/O ialah dermatitis madidans.8

f. Pasta

Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat

protektif dan mengeringkan. Indikasi penggunaan pasta ialah

dermatosis yang agak basah. Kontraindikasinya ialah dermatosis yang

eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna

dan lipatan-lipatan badan, pasta tidak dianjurkan karena terlalu

melekat.8 Sekarang pasta jarang dipakai karena pengolesan dan

pembersihannya lebih sulit.10

g. Linimen

Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salep.

Indikasi penggunaanya yaitu pada dermatosis yang subakut.

Kontraindikasinya yaitu dermatosis madidans. Ada vehikulum lain

yaitu gel. Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspensi

yang dibuat dari senyawa organik. Zat untuk membuat gel di antaranya

ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat-zat tersebut

Page 12: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 12

dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbentuk gel.

Karbomer akan membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel

segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu

lapisan. Absorbsi per kutan lebih baik daripada krim. 2. Bahan aktif

Pemilihan obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif

yang dimasukkan ke dalam vehikulum, yang mempunyai khasiat

tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif

topikal dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia permukaan kulit, di

samping komposisi formulasi zat yang dipakai. Penetrasi bahan aktif

melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk konsentrasi

obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas dan

efek vehikulum terhadap kulit. Bahan-bahan aktif yang biasa

digunakan pada penyakit kulit secara umum di antaranya ialah

alumunium asetat, asam asetat, asam benzoat, asam borat, asam

salisilat, asam undesilenat, asam vitamin A (tretionin, asam retinoat),

benzokain, benzil benzoat, camphora, kortikosteroid topikal, mentol,

padofilin, selenium disulfid, sulfur, ter, tiosulfas natrikus, urea, zat

antiseptik, antibiotik dan antifungal.7,8

I. 2. Obat Antijamur Topikal , obat antijamur topikal yang ideal adalah obat

yang aktif pada konsentrasi sangat rendah, mempunyai formula yang

beragam, efek samping minimal atau bahkan tidak ada, dengan formula

yang spesifik (misalnya untuk kuku dan mukosa) dan mempunyai

manfaat tambahan untuk kelainan yang biasa menyertai infeksi jamur

(misalnya antiinflamasi, keratolitik dan antibakteri). Obat topikal yang

diperuntukkan pada infeksi dermatofita berdasarkan mekanisme

kerjanya meliputi :11

1. Bahan kimia antiseptic Mempunyai sifat antibakteri dan antijamur

ringan serta bersifat mengeringkan, misalnya Cestallani paint

(solusio carbol fuchsin) dapat digunakan untuk kasus tinea kruris dan

kandidosis intertriginosa. Selain itu juga dapat dindikasikan untuk

tinea unguium, tinea imbrikata dan tinea korporis.11,12

Page 13: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 13

2. Bahan keratolitik Yaitu bahan yang meningkatkan eksfoliasi stratum

korneum. Misalnya salep Whitefield mengandung asam salisilat 3 %,

asam benzoat 6 % dalam petrolatum, dikatakan efektif bagi tinea

pedis dan asam undesilenat krim dan bedak 3 %. Asam salisilat pada

konsentrasi rendah (1 – 2 %) berefek keratoplastik, konsentrasi

tinggi (3 – 20 %) berefek keratolitik dan dipakai pada keadaan

dermatosis yang hiperkeratotik dan pada konsentrasi sangat tinggi

(40 %) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam. Asam salisilat

berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3 – 6 %

dalam salep, selain itu berkhasiat bakteriostasis lemah. Asam salisilat

tidak dapat dikombinasikan dengan seng oksida karena akan

terbentuk garam sengsalisilat yang tidak aktif. Asam benzoat

mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Salep Whitefield

dapat juga berguna untuk pengobatan topikal pada tinea kruris, tinea

unguium dan tinea korporis. Asam undesilenat dalam bentuk cairan

dapat digunakan pada tinea unguium.8,11,12

3. Golongan allilamin, Golongan ini bekerja dengan menghambat

enzim epoksidase skualen pada proses pembentukan ergosterol

membran sel jamur. Allilamin memiliki efektivitas klinis yang tinggi

dengan angka kesembuhan berkisar 70 – 100 %. Naftitin merupakan

obat antijamur berspektrum luas dan derivat allilamin yang sintetis.

Dapat menurunkan ergosterol yang menghambat pertumbuhan sel

jamur. Pada konsentrasi 1 % memiliki daya antiinflamasi. Tersedia

dalam bentuk krim, gel atau solusio 1 %. Penderita tinea korporis

dewasa maupun anak-anak cukup dioleskan 4 kali sehari pada sekitar

lesi selama 2 minggu dalam bentuk krim 1 %. Tinea kruris 4 kali

sehari selama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 %. Tinea pedis

dioleskan 4 kali sehari dalam bentuk krim 1 % atau 2 kali sehari

dalam bentuk gel 1 %. Terbinafin merupakan derivat allilamin yang

sintetis yang menghambat epoksidase skualen, sebuah enzim penting

dalam biosintesis sterol pada jamur yang menghasilkan defisiensi

ergosterol, penyebab kematian sel jamur. Penelitian menemukan

Page 14: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 14

bahwa obat ini efektif dan tertoleransi dengan baik oleh anak-anak.

Terbinafin dioleskan 4 kali sehari pada penderita tinea kruris dan

tinea korporis baik dewasa maupun anak-anak dalam waktu 1 – 4

minggu. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak (>12 tahun)

diberikan olesan sebanyak 2 kali sehari dalam bentuk krim.3,9,12

Contoh nama merk dagang obat naftitin yaitu exoderil dan contoh

nama merk dagang obat terbinafin yaitu interbi, lamisil dan termisil. 13

Golongan benzilamin, Butenafin merupakan obat anti jamur baru,

termasuk golongan benzilamin yang bersifat fungisidik terhadap

dermatofit, seperti Trichophyton mentagrophytes, Microsporum

canis dan Trichophyton rubrum yang menyebabkan infeksi-infeksi

tinea. Butenafin bekerja pada stadium yang lebih dini dalam alur

metabolisme sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi skualen

dan kematian sel jamur. Sifat fungisidik butenafin menyebabkan

masa pengobatan yang pendek dengan angka kesembuhan yang

tinggi dan angka kekambuhan yang rendah. Penderita tinea korporis

dewasa dan anak-anak (> 12 tahun) dioleskan sebanyak 4 kali sehari

selama 2 minggu dalam bentuk krim 1 %. Penderita tinea kruris

dewasa dan anak-anak (> 12 tahun) dioleskan sebanyak 4 kali sehari

selama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 %. Penderita tinea pedis

dewasa dan anak-anak (> 12 tahun) dioleskan sebanyak 2 kali sehari

selama 1 minggu atau 4 kali sehari selama 2 – 4 minggu dalam

bentuk krim 1 %. Contoh nama merk dagang obat butenafin adalah

mentax.12

4. Golongan imidazol Umumnya senyawa imidazol ini berkhasiat

fungistatis dan pada dosis tinggi bekerja fungisid terhadap fungi

tertentu. Imidazol memiliki efektivitas klinis yang tinggi dengan

angka kesembuhan berkisar 70 – 100 %. Mekanisme kerjanya

dengan menghambat sintesis ergosterol, suatu unsur penting untuk

integritas membran sel.12 Golongan imidazol meliputi :

Page 15: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 15

a. Mikonazol.

Derivat mikonazol ini berkhasiat fungisid kuat dengan spektrum kerja

lebar sekali. Lebih aktif dan efektif terhadap dermatofit biasa dan kandida

daripada fungistatika lainnya. Zat juga bekerja bakterisid pada dosis terapi

terhadap sejumlah kuman Gram positif kecuali basil-basil Doderlein yang

terdapat dalam vagina. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak

diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 2 %,

bedak kocok ataupun bedak. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak

diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 2 – 6 minggu dalam bentuk krim 2

% atau bedak kocok. Jika menggunakan bedak, maka cukup ditaburkan 2

kali sehari selama 2 – 4 minggu.14Contoh nama merk dagang obat

mikonazol yaitu micoskin, mexoderm dan daktarin.13

b. Klotrimazol.

Derivat imidazol ini memiliki spektrum fungistatis yang relatif lebih

sempit daripada mikonazol. Pada konsentrasi tinggi, zat ini juga berdaya

bakteriostatis terhadap kuman Gram positif. Penderita tinea pedis dan tinea

korporis dewasa diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 2 – 6 minggu

dalam bentuk krim 1 % atau solusio, sedangkan pada anak-anak tidak

tersedia. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak diberikan sebanyak

2 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 1 %, solusio ataupun

bedak kocok.14Contoh nama merk dagang obat klotrimazol yaitu canesten,

lotremin dan fungiderm.13

c. Ketokonazol.

Fungistatikum imidazol pertama yang digunakan per oral (1981).

Spektrum kerjanya mirip dengan mikonazol dan meliputi banyak fungi

patogen. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2

kali atau 4 kali sehari selama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 %.

Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kali

atau 4 kali sehari selama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 2 %. Penderita

Page 16: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 16

tinea korporis dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 4 kali sehari

selama 2 minggu dalam bentuk krim 2 %.14 MIMS tahun 2005

menyebutkan contoh nama merk dagang obat ketokonazol yaitu formyco,

nizoral dan mycozid.13

d. Ekonazol.

Ekonazol adalah derivat mikonazol, tetapi satu dari empat atom klor

diganti oleh atom H. Spektrum kerjanya lebih kurang sama, hanya lebih

aktif terhadap Aspergillus. Obat ini efektif untuk infeksi kutaneus. Titik

tangkapnya berhubungan dengan metabolisme sintesis RNA dan protein,

mengganggu permeabilitas dinding sel jamur sehingga menyebabkan

kematian sel jamur. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskan

sebanyak 2 kali atau 4 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 1

%. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kali

atau 4 kali sehari dalam bentuk krim 1 %. Contoh nama merk dagang obat

ekonazol adalah pevaryl.14

e. Oksikonazol

Oksikonazol merupakan obat jamur yang memiliki spetrum luas. Titik

tangkapnya yaitu menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan

kematian sel jamur. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskan

sebanyak 4 kali sehari selama 2 minggu dalam bentuk krim 1 %. Penderita

tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 4 kali sehari selama

2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 % atau bedak kocok. Contoh nama

merk dagang obat oksikonazol adalah oxistat.14

f. Sulkonazol

Sulkonazol merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik

tangkapnya yaitu menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan

kebocoran komponen sel, sehingga menyebabkan kematian sel jamur.

Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak (> 12 tahun) dioleskan

Page 17: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 17

sebanyak 4 kali sehari selama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 % atau

solusio. Contoh nama merk dagang obat sulkonazol adalah exelderm.

g. Sertakonazol.

Bentuk krim sertakonazol nitrat merupakan antijamur yang aktif melawan

Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton

floccosum. Diindikasikan untuk tinea pedis dengan dioleskan 2 kali sehari

baik dewasa maupun anak-anak (> 12 tahun). Contoh nama merk dagang

obat sertakonazol adalah ertaczo.

h. Bifonazol

Bifonazol merupakan derivat imidazol yang berkhasiat terhadap beberapa

jenis jamur dan ragi yang patogen terhadap manusia serta terhadap

beberapa kuman Gram positif. Bifonazol bermanfaat pada pengobatan

tinea unguium dalam bentuk losio atau krim yang dikombinasikan

bersama urea 40 % dengan bebat.10,14Contoh nama merk dagang obat

bifonazol yaitu mycospor.13

6. Golongan lainnya

a. Siklopiroks.

Senyawa hidroksipiridon ini berspektrum luas. Senyawa ini berkhasiat

fungisid terhadap Candida albican dan Trichophyton rubrum, fungistatis

terhadap Malassezia furfur (panu), lagi pula bekerja bakteriostatis lemah.

Walaupun struktur kimianya berbeda dengan zat-zat imidazol, tetapi

mekanisme kerjanya diperkirakan sama, yaitu terhadap membran plasma

sel jamur. Mungkin juga mekanisme kerjanya berdasarkan perintah

transpor dari asam-asam amino dan ion-ion melalui membran sel. Daya

kerjanya diperkuat bila dibuat ester oalmin. Siklopiroks khusus digunakan

secara dermal. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak (> 10 tahun)

dioleskan sebanyak 2 kali sehari dalam bentuk krim 1 %, jika tidak ada

perbaikan setelah 4 minggu maka perlu dievaluasi lagi. Hal tersebut juga

berlaku pada penderita tinea kruris dan tinea kapitis. Solusio siklopiroks

Page 18: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 18

telah dilaporkan dapat berpenetrasi melalui semua lapisan kuku pada kasus

tinea unguium namun memiliki efikasi yang rendah sehingga perlu

kombinasi dengan obat antijamur oral.14 MIMS tahun 2005 menyebutkan

contoh nama merk dagang obat siklopiroks yaitu batrafen dan loprox nail

lacquer.13

b. Tolnaftat

Tonaftat termasuk golongan tiokarbonat dan merupakan antijamur yang

sangat efektif terhadap dermatofitosis dan infeksi Pityrosporum orbiculare

tetapi tidak terhadap Candida. Mekanisme kerjanya adalah dengan

menghambat epoksidasi skualen pada membran sel jamur. Biasanya

digunakan 2 kali sehari selama 2 – 4 minggu dan dilanjutkan 2 minggu

setelah gejala klinis hilang. Penderita tinea kruris dewasa dan anak anak

dioleskan sebanyak 2 kali sehari. Tersedia dalam bentuk krim 1 %, solusio

dan bedak. Tolnaftat dapat diindikasikan pada pengobatan topikal untuk

tinea korporis dan tinea unguium. Contoh nama merk dagang obat

tolnaftat adalah tinactin.3,9

c. Haloprogin.

Haloprogin berkhasiat fungisid terhadap Epidermophyton, Pityrosporum,

Trichophyton dan Candida. Kadang-kadang terjadi sensitasi dengan

timbulnya gatal gatal, perasaan terbakar dan iritasi kulit. Penderita tinea

kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 3 kali sehari. Tersedia

dalam bentuk krim 1 % dan solusio. Biasanya digunakan dalam waktu 2 –

4 minggu. Contoh nama merk dagang obat haloprogin adalah halotex.11,14

Pengobatan pada tinea unguium sangat memerlukan kombinasi dengan

obat antijamur oral terutama generasi baru seperti itrakonazol dan

terbinafin, karena jika hanya mengandalkan obat topikal saja maka daya

penetrasi terhadap kuku sangat terbatas sehingga tidak efektif. Pengobatan

tinea manus pada prinsipnya sama dengan pengobatan yang dilakukan

pada tinea pedis.10

Page 19: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 19

TERAPI KURATIF KHUSUS TINEA PEDIS

Pengobatan pada umumnya cukup topical saja dengan obat-obat anti jamur

untuk bentuk interdigital dan vesicular. Lama pengobatan 4-6 minggu.

Bentuk Moccasin foot yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih

lama, apalagi bila disertai dengan tinea unguiujm, pengobatan diberikan

paling sedikit 6 minggu dan kadang-kadang memerlukan anti jamur per

oral, misalnya grisofulvin, intrakonazol, atau terbenafin. Bentuk klinik

akut yang disertai selulitis memerlukan pengobatan antibiotic, misalnya

penisilin V, fluklosasilin, eritromisin atau spiramisin dengan dosis yang

adekuat

TERAPI REHABILITATIF

Rehabilitasi medik pada pasien tinea pedis pada dasarnya tergantung pada

penyebab dasar yang menyertai penyakit tersebut, misalnya diabetes

mellitus, HIV AIDS.

Adapun langkah-langkah dalam rehabilitasi sebagai berikut :

a. Anamnesis ( faktor resiko, adanya penyulit misalnya ulkus

diabetik)

b. Pemeriksaan fisik : keadaan umum pasien, mobilitas/gerak, fungsi

neurologis, sensorik, motorik.

c. Pemeriksaan psikis : jika pasien mengalai depresi, stress maka

dilakukan model pendekatan baik secara personal maupun kepada

keluarga untuk menjelaskan penyakitnya.

d. Evaluasi fungsi nutrisi agar adekuat

e. Latihan jalan/gerak

f. Mengembalikan fungsi aktivitas kehidupan sehari-hari agar dapat

maksimal.

g. Mencegah kembalinya penyakit dan mengobati faktor resiko.

Target rehabilitasi medik secara umum :

1. Mandiri total, dapat bekerja kembali seperti semula

Page 20: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 20

2. Mandiri untuk aktivitas kehidupan sehari-hari, bekerja dengan

supervisi dalam proses pekerjaan / bekerja paruh waktu

3. Mandiri untuk aktivitas kehidupan sehari-hari , tidak bekerja

4. Mandiri untuk aktivitas kehidupan sehari-hari dengan pengawasan

5. Tergantung sebagian ( Dibantu sebagian )

6. Tergantung total ( Dibantu seluruhnya )

KESIMPULAN 1. Tinea pedis merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh

jamur pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.

2. manifestasi klinis berupa fisura, maserasi, dpt berupa maccosin foot,

bisa terjadi infeksi sekunder.

3. T. rubrum juga menghasilkan keratinase yang dapat melisiskan

keratin pada stratum korneum kulit sehingga menimbulkan gejala

klinis seperti timbulnya skuama. Dengan rusaknya stratum korneum

jamur ini dapat menginvasi ke jaringan yang lebih dalam dan

menimbulkan reaksi inflamasi local.

4. Penatalaksanaan perlu dilakukan secara komprehensif.

Page 21: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 21

DAFTAR PUSTAKA

1) Abbas Ali Mansour dan Khalil I Hamdi. (2007). Tinea Pedis Among

Diabetics in Basrah: prevalence and predictors. Journal of Chinese

Clinical Medicine 2, 9.

2) Sofia Perea, Maria Jose Ramos, Margarita Garau, Alba Gonzalez,

Antonio R. Noriega, and Amalia Del Palacio. (2000). Prevalence and

Risk Factors of Tinea Unguium and Tinea Pedis in the General

Population in Spain. Journal Of Clinical Microbiology 38, 9.

3) Siregar, R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit dalam

Penyakit Jamur. Edisi 2. Jakarta. EGC, Hal.23.

4) WHO. (2006) Guidelines for safe recreational water environments. Hal

52.

5) Hapcioglu. (2005). The Prevalence Of Superficial Mycosis (Tinea

Pedis And Onychomycosis) In Elementary School Children In

Istanbul. J Ist Faculty Med 68, 113-8.

6) Muhannad Al Hasan, S Matthew Fitzgerald, Mahnaz Saoudian, Guha

Krishnaswamy. Dermatology for the practicing allergist: Tinea pedis

and its complications alvailable at

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=419368

accessed on September 3rd 2008.

7) Djuanda adhi et al. ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ke 4. balai

penerbit FKUI, jakarta 2005 : 93

8) M Hamzah. (2005), Dermatoterapi, dalam Djuanda, A., Hamzah, M.

dan Aisah, S. (eds), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. 4th ed,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

9) Hardyanto.(1990).Antijamur Dalam Dermatologi, dalam Ednawati dan

Soedarmadi (eds), Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin,

Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta. Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah mada. Hal. 41 – 58.

10) F Madani. (2000). Infeksi Jamur Kulit, dalam Harahap, M. (ed), Ilmu

Penyakit Kulit. Jakarta. Penerbit Hipokrates. Hal. 73 – 87.

Page 22: Artikel Ilmiah Dermatologi Tinea Pedis

DERMATOLOGY

By : Rickky_Kurniawan@2008 22

11) Kuswadji., Bramono, K., Menaldi, S.L., Dwihastuti, P. dan Widaty, S.

(eds), Dermatomikosis Superfisialis Pedoman Untuk Dokter dan

Mahasiswa Kedokteran.Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Hal. 1 – 6.

12) M Cholis.(2001). Penatalaksanaan Tinea Glabrosa Dan Perkembangan

Obat Antijamur baru. Malang. Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Brawidjaja Hal. 21 – 24.

13) Evaria.(2005). MIMS Edisi Bahasa Indonesia, 6th vol. Jakarta. PT

InfoMaster.Hal. 395 – 398.

14) T H Tjay dan K Rahardja.(2003). Obat-Obat Penting, 5th. Jakarta.

Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 91 –

104.