Artikel Evrog ISPA

11
Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya Periode Juni 2010  Mei 2011 Yoni Vanto Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana  Abstrak- Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Salah satu program Pemberantasan Penyakit Menular yang dilaksanakan di Puskesmas Kutawaluya yaitu Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA) yang belum diketahui keberhasilan program tersebut pada periode tersebut. Berdasarkan masalah tersebut, maka dilakukan evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya Periode Juni 2010 sampai dengan Mei 2011 yang bertujuan untuk menilai tingkat keberhasilan dari program tersebut dengan membandingkan cakupan terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dengan pendekatan sistem. Hasil yang didapatkan pada evaluasi program ini adalah terdapat 768 kasus ISPA pada balita yang terdiri dari 118 kasus pneumonia dan 650 kasus bukan pneumonia. Masalah yang dihadapi adalah : penemuan penderita ISPA (pneumonia) hanya sebesar 39,2 % dari tolok ukur 10%, tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok mengenai P2ISPA, tidak dilaksanakannya pelatihan kader mengenai P2ISPA. Penyebab dari masalah tersebut adalah : tidak adanya pedoman penatalaksanaan ISPA di Puskesmas, tidak adanya metode penentuan diagnosis dan pengobatan penderita yang benar sesuai pedoman, tidak digunakannya alat soundtimer untuk mendiagnosis ISPA, tidak adanya perencanaan dan pelaksanaan penentuan diagnosis dan pengobatan penderita ISPA yang benar sesuai pedoman, tidak direncanakannya penyuluhan kelompok dan pelatihan kader mengenai P2ISPA, tidak dilaksanakannya penemuan, penentuan diagnosis, pelayanan pengobatan penderita ISPA sesuai pedoman, tidak adanya kerja sama antara Puskesmas dengan sarana kesehatan lainnya di Kecamatan Kutawaluya dalam program P2ISPA, tidak dilakukannya umpan balik yang baik untuk memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan program. I. PENDAHULUAN  A. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA terutama pada bayi dan anak balita. kematian bayi dan Balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. 1 Berdasarkan WHO (2005) dalam Depkes RI (2005) dikatakan bahwa PMR

Transcript of Artikel Evrog ISPA

Page 1: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 1/11

Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas

di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya

Periode Juni 2010 – Mei 2011 

Yoni Vanto

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

 Abstrak- Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan salah

satu masalah kesehatan masyarakat yang utama.

Salah satu program Pemberantasan Penyakit

Menular yang dilaksanakan di Puskesmas

Kutawaluya yaitu Program Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA) yang

belum diketahui keberhasilan program tersebut

pada periode tersebut. Berdasarkan masalah

tersebut, maka dilakukan evaluasi Program

Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut di Puskesmas KecamatanKutawaluya Periode Juni 2010 sampai dengan Mei

2011 yang bertujuan untuk menilai tingkat

keberhasilan dari program tersebut dengan

membandingkan cakupan terhadap tolok ukur yang

telah ditetapkan dengan pendekatan sistem. Hasil

yang didapatkan pada evaluasi program ini adalah

terdapat 768 kasus ISPA pada balita yang terdiri

dari 118 kasus pneumonia dan 650 kasus bukan

pneumonia. Masalah yang dihadapi adalah :

penemuan penderita ISPA (pneumonia) hanya

sebesar 39,2 % dari tolok ukur 10%, tidak 

dilaksanakannya penyuluhan kelompok mengenai

P2ISPA, tidak dilaksanakannya pelatihan kader

mengenai P2ISPA. Penyebab dari masalah tersebut

adalah : tidak adanya pedoman penatalaksanaan

ISPA di Puskesmas, tidak adanya metode

penentuan diagnosis dan pengobatan penderita

yang benar sesuai pedoman, tidak digunakannya

alat soundtimer untuk mendiagnosis ISPA, tidak 

adanya perencanaan dan pelaksanaan penentuan

diagnosis dan pengobatan penderita ISPA yang

benar sesuai pedoman, tidak direncanakannya

penyuluhan kelompok dan pelatihan kader

mengenai P2ISPA, tidak dilaksanakannya

penemuan, penentuan diagnosis, pelayanan

pengobatan penderita ISPA sesuai pedoman, tidak 

adanya kerja sama antara Puskesmas dengan sarana

kesehatan lainnya di Kecamatan Kutawaluya dalamprogram P2ISPA, tidak dilakukannya umpan balik 

yang baik untuk memperbaiki kekurangan dalam

melaksanakan program.

I. PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) masih merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat yang utama.

Hal ini disebabkan masih tingginya angka

kematian karena ISPA terutama pada bayi dan

anak balita. kematian bayi dan Balita yang

cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian

yang terjadi.1Berdasarkan WHO (2005) dalam

Depkes RI (2005) dikatakan bahwa PMR

Page 2: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 2/11

(Proportional Mortality Rate) karena

pneumonia untuk regional Asia Tenggara

2000-2003 adalah sebesar 19% atau berkisar

1,6 - 2,2 juta dan sekitar 70% terjadi di negara-

negara berkembang, terutama di Afrika dan

Asia Tenggara. Pada tahun 2006, Indonesia

menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus

pneumonia pada balita dengan jumlah

penderita mencapai enam juta jiwa.2 

Berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan

Dasar) 2007, prevalensi ISPA di Indonesia

sebesar 25,5% , prevalensi pneumonia sebesar

2,13%. Prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada

Balita (>35%), sedangkan terendah pada

kelompok umur 15  –  24 tahun. 3Survei

mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun

2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai

penyebab kematian balita terbesar di Indonesia

dengan persentase 22,30 % dari seluruh kematian

Balita, dan setiap anak diperkirakan mengalami 3 -

6 episode ISPA setiap tahunnya. Selain itu, ISPA

 juga sering berada pada daftar 10 penyakit

terbanyak di rumah sakit, dan 40% - 60% dari

kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit

ISPA.4

Sebagai upaya untuk mewujudkan visi

Indonesia sehat 2010, pemerintah telah menyusun

berbagai program pembangunan dalam bidang

kesehatan antara lain kegiatan Pemberantasan

Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di

semua aspek lingkungan kegiatan pelayanan

kesehatan. Salah satu program Pemberantasan

Penyakit Menular yang dilaksanakan di Puskesmas

Kecamatan Kutawaluya yaitu Program

Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (P2ISPA) yang belum diketahui

keberhasilan program tersebut pada periode Juni

2010 sampai dengan Mei 2011. Di Puskesmas

Kecamatan Kutawaluya, pada periode Juni 2010

sampai Mei 2011 terdapat 2504 kasus Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA), di dalamnya

terdapat 768 kasus pada balita. Kasus ISPA ini

termasuk dalam 10 penyakit terbesar yang

ditemukan di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya5 

 B. Permasalahan

1.  ISPA menyebabkan kematian Balita

yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1dari 4 kematian yang terjadi.

2.  Prevalensi ISPA di Indonesia sebesar

25,5%, prevalensi pneumonia sebesar

2,13%. Prevalensi ISPA tertinggi

terjadi pada Balita (>35%).

3.  ISPA (Pneumonia) sebagai penyebab

kematian balita terbesar di Indonesia

(22,30 % dari seluruh kematian Balita)

4.  Setiap anak diperkirakan mengalami 3

- 6 episode ISPA setiap tahunnya.

Selain itu, ISPA juga sering berada

pada daftar 10 penyakit terbanyak di

rumah sakit, dan 40% - 60% dari

kunjungan di Puskesmas adalah oleh

penyakit ISPA

5.  Belum diketahuinya keberhasilan

Program Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernapasan Akut di

Puskesmas Kecamatan Kutawaluya

periode Juni 2010 sampai dengan Mei

2011.

Page 3: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 3/11

C. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat keberhasilan

program pemberantasan penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) di

Puskesmas Kecamatan Kutawaluya periode

Juni 2010 sampai dengan Mei 2011. 

 D. Tujuan Khusus

1.  Diketahuinya cakupan penemuan

penderita ISPA di Puskesmas

Kecamatan Kutawaluya periode Juni

2010 sampai dengan Mei 2011.

2.  Diketahuinya cakupan penentuan

diagnosis penderita ISPA di

Puskesmas Kecamatan Kutawaluya

periode Juni 2010 sampai dengan Mei

2011.

3.  Diketahuinya cakupan pengobatan

penderita ISPA di Puskesmas

Kecamatan Kutawaluya periode Juni

2010 sampai dengan Mei 2011

4.  Diketahuinya jumlah rujukan kasus

ISPA di Puskesmas Kecamatan

Kutawaluya periode Juni 2010 sampai

dengan Mei 2011.

5.  Diketahuinya cakupan penyuluhan

baik secara kelompok maupun

perorangan mengenai ISPA di

Puskesmas Kecamatan Kutawaluya

periode Juni 2010 sampai dengan Mei

2011.

6.  Diketahuinya cakupan pelatihan kader

untuk deteksi dini penderita ISPA di

Puskesmas Kecamatan Kutawaluya

periode Juni 2010 sampai dengan Mei

2011.

7.  Diketahuinya cakupan pencatatan dan

pelaporan penderita ISPA di

Puskesmas Kecamatan Kutawaluya

periode Juni 2010 sampai dengan Mei

2011.

 E. Sasaran

Semua balita yang datang periksa dan

bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kutawaluya periode Juni 2010

sampai dengan Mei 2011.

II. MATERI DAN METODE

 A. Materi

Laporan bulanan program Pemberantasan

Penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan

Kutawaluya periode Juni 2010 sampai dengan

Mei 2011, yaitu :

1.  Penemuan penderita ISPA

a.  Pneumonia

b.  Bukan pneumonia

2. Penentuan diagnosis ISPA.

3. Pengobatan untuk penderita ISPA.

4. Rujukan penderita ISPA.

5. Penyuluhan tentang ISPA :

a.  Penyuluhan perorangan

b.  Penyuluhan kelompok 

6.  Peran serta masyarakat melalui

pelatihan dan pendidikan kader

tentang ISPA

7.  Pencatatan dan pelaporan penderita

ISPA.

Page 4: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 4/11

 B. Metode

Evaluasi program Pemberantasan

Penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan

Kutawaluya periode Juni 2010 sampai dengan

Mei 2011 digunakan pendekatan sistem dengan

membandingkan cakupan terhadap tolok ukur

yang telah ditentukan, sehingga dapat diketahui

permasalahan, sebab, dan cara penyelesaian

permasalahan tersebut.

III. KERANGKA TEORITIS

 A. Kerangka Teoritis

Masukan ( input  ) adalah kumpulan

bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem

dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya

sistem tersebut, terdiri dari tenaga ( man ),

dana ( money ), sarana ( material ), dan metode

( method ).

Proses (  process ) adalah kumpulan

bagian atau elemen yang terdapat di dalam

sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan

menjadi keluaran sesuai dengan yang

direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan

(planning), organisasi (organizing),

pelaksanaan (actuating) dan pengawasan

(controling).

Keluaran ( output  ) adalah kumpulan

bagian atau elemen yang yang dihasilkan dari

berlangsungnya suatu proses dalam sistem.

Umpan balik (  feed back  ) adalah

kumpulan bagian atau elemen yang

merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus

sebagai masukan bagi sistem tersebut.

Dampak ( impact  ) adalah akibat yang

dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

Lingkungan ( environment ) adalah dunia

di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem

tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap

sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non

fisik.

 B. Tolok Ukur Keberhasilan

Tolok Ukur yang dipakai dalam

mengevaluasi program P2ISPA ini adalah

sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

IV. PENYAJIAN DATA

 A. Data Umum

Data Geografis

Wilayah Puskesmas Kecamatan Kutawaluya

 Gedung Puskesmas Kecamatan Kutawaluya

terletak di Jl.Raya Simpalan, Kutawaluya,

Karawang 41355.

 Batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kutawaluya:

  Batas Utara : Kecamatan Pedes

  Batas Timur : Kecamatan Cilebar

  Batas Selatan : Kecamatan Karawang

Barat

  Batas Barat : Kecamatan

Rengasdengklok 

Luas wilayah kerja

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kutawaluya memiliki luas 5.006 Ha, terdiri

dari 7 desa.

Page 5: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 5/11

Data monografi

a.  Jumlah penduduk di Kecamatan Kutawaluya

adalah 57.406 jiwa 

b.  Jumlah Kepala Keluarga : 20.917 orang 

c.  Tingkat pendidikan yang paling banyak 

adalah tingkat pendidikan rendah sebanyak 

48.505 jiwa (83,13 %).

d.  Jenis mata pencaharian yang terbanyak 

adalah sebagai petani sebanyak 16.202 jiwa

(42,07 %) 

e.  Jumlah balita di Kutawaluya adalah 3.001 balita 

f.  Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah

kerja Puskesmas kutawaluya, antara lain :

Puskesmas, Posyandu, poliklinik, balai

pengobatan, praktik dokter umum swasta, dan

praktik bidan.

Tabel 1.1. Klasifikasi Jumlah Penduduk 

Menurut Usia di Kecamatan Kutawaluya

Tahun 2010.

5

 No Usia (tahun) Jumlah (orang)

1 0-5 5337

2 6-11 5396

3 12-17 5430

4 18-23 5875

5 24-29 5459

6 30-35 5376

7 36-40 5208

8 41-45 4620

9 46-50 4210

10 51-55 4089

11 56-60 3676

12 60 ke atas 3671

Total 58347

Sumber : Kecamatan Kutawaluya

Tabel 1.2 . Klasifikasi Penduduk Berdasarkan

Pendidikan di Kecamatan Kutawaluya Tahun

2010.5 

No PendidikanJumlah

(orang)

1 Tidak Tamat SD 12259

2 Tamat SD 21636

3 Tamat SLTP 14610

4 Tamat SLTA 8553

5 Tamat D III 776

6 Sarjana 513

Total 58347

Sumber : Kecamatan Kutawaluya

Tabel 1.3. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan

Mata Pencaharian di Kecamatan Kutawaluya

Tahun 2010.5 

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Petani 16202 42,07 %

2 Buruh Pabrik 11415 29,64 %

3 Pegawai

Negeri

2619 6,8 %

4 Pedagang 4248 11,03 %

5 Lain-lain 4029 10,46 %

Total 38513 100 %

Sumber : Kecamatan Kutawaluya

Page 6: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 6/11

Tabel 1.4. Jenis Sarana Kesehatan di

Kecamatan Kutawaluya Tahun 2010.5 

No Sarana Kesehatan Jumlah

(buah)

1 Puskesmas 2

2 Puskesmas Pembantu

(Pustu)

12

3 Poliklinik 1

4 Balai Pengobatan 4

5 Praktek Dokter Umum 1

6 Praktek Bidan 14

7 BKIA 1

8 Posyandu 48

Jumlah 83

Sumber : Kecamatan Kutawaluya

 B. Data Khusus

Pada masukan terdapat perbedaan

dengan tolok ukur dimana Puskesmas tidak 

memiliki buku pedoman penatalaksanaan.

Pada bagian proses penentuan diagnosis

dan pengobatan tidak sesuai dengan pedoman

serta tidak ada perencanaan dalam penyuluhan

kelompok dan pelatihan kader.

Pada keluaran terdapat perbedaan

dengan tolok ukur dalam hal cakupan

penemuan tersangka sebesar 39,2 % dari tolok 

ukur 10 %, penyuluhan kelompok 0 % dari

tolok ukur 100 % dan pelatihan kader 0 % dari

tolok ukur 100 %.

Pada faktor lingkungan didapatkan

tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain

dengan Puskesmas dalam program P2ISPA

sehingga tidak ada koordinasi cakupan

penemuan pneumonia bagi balita yang berobat

ke sarana kesehatan lainnya, cakupan

penemuan pneumonia balita di Kecamatan

Kutawaluya > 10%.

Pada umpan balik tidak didapatkan

laporan tribulanan dan dampak yang beum

dapat dinilai.

Tabel 1.5. Insidensi Penderita ISPA Bayi dan

Balita di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya

Tahun 2010.5 

Bula

n

Jumlah Penderita Usia

Balita

Tota

l

Buk

an

Pne

umo

nia

Tota

l

Pne

umo

nia

0 bulan -

<1tahun

1tahun  –  

4 tahun

Pn

eu

mo

nia

Bkn

Pne

umo

nia

Pn

eu

mo

nia

Bkn

Pne

umo

nia

Juni 6 24 8 42 66 14

Juli 5 21 6 40 61 11

Agu 5 21 6 40 61 11

Sep 6 20 7 35 55 13

Okt 5 22 4 35 57 9

Nov 2 22 3 32 54 5

Des 0 26 3 40 66 3

Jan 1 12 4 14 26 5

Feb 3 13 6 19 32 9

Mar 4 18 6 28 46 10

April 5 25 8 35 60 13

Mei 7 28 8 38 66 15

Total 49 252 69 398 650 118

Page 7: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 7/11

Sumber : Laporan bulanan P2ISPA Puskesmas

Kecamatan Kutawaluya Periode Juni 2010

sampai dengan Mei 2011

V. PEMBAHASAN

Pada keluaran terdapat perbedaan dengan

tolok ukur dalam hal cakupan penemuan

tersangka sebesar 39,2 % dari tolok ukur 10 %,

penyuluhan kelompok 0 % dari tolok ukur 100

% dan pelatihan kader 0 % dari tolok ukur 100

%.

Pada masukan terdapat Puskesmas

tidak memiliki buku pedoman penatalaksanaan

ISPA.

Pada bagian proses penentuan diagnosis

dan pengobatan tidak sesuai dengan pedoman

serta tidak ada perencanaan dalam penyuluhan

kelompok dan pelatihan kader.

Pada faktor lingkungan didapatkan

tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain

dengan Puskesmas dalam program P2ISPA

sehingga tidak ada koordinasi cakupan

penemuan pneumonia bagi balita yang berobat

ke sarana kesehatan lainnya, cakupan

penemuan pneumonia balita di Kecamatan

Kutawaluya > 10%.

VI. PERUMUSAN MASALAH

 A. Masalah Sebenarnya

1.  Cakupan penemuan tersangka penderita

Pneumonia sebesar 39,2 % dari tolok ukur

10 %.

2. Cakupan penyuluhan kelompok sebesar 0 %dari tolok ukur 100 %.

3.  Cakupan pelatihan kader ISPA yaitu 0 % %

dari tolok ukur 100%.

 B. Penyebab Masalah

 Masukan

1.  Tidak adanya pedoman penatalaksanaan

ISPA

 Proses

1.  Penentuan diagnosis tidak sesuai dengan

pedoman

2.  Pelayanan pengobatan tidak sesuai dengan

pedoman3.  Tidak terdapat struktur organisasi tertulis

dan pembagian tugas teratur dalam

menjalankan program P2 ISPA 

4.  Tidak adanya perencanaan penyuluhan

kelompok 

5.  Tidak adanya perencanaan pelatihan kader

 Lingkungan

A. Lingkungan Fisik

1.  Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan

lain dengan Puskesmas dalam program

P2ISPA

B. Lingkungan non Fisik

1.  Kurangnya perilaku masyarakat dalam

memanfaatkan Puskesmas sebagai tempat

yang utama dalam mendapatkan

pelayanan kesehatan.

VII. PRIORITAS MASALAH

1.  Penemuan penderita ISPA (pneumonia) di

Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2010  –  

Mei 2011 sebesar 39,2 % dari tolok ukur

10%.

Page 8: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 8/11

2.  Tidak dilaksanakannya penyuluhan secara

kelompok mengenai P2ISPA di Puskesmas

Kutawaluya periode Juni 2010  –  Mei 2011

sebesar 0% dari tolok ukur 100%.

VIII. PENYELESAIAN MASALAH

Masalah

1.  Penemuan penderita ISPA (pneumonia)

sebesar 39,2 % dari tolok ukur 10%.

Penyebab:

  Tidak adanya pedoman penatalaksanaan

ISPA di Puskesmas Kecamatan

Kutawaluya.

  Tidak terdapat metode penentuan

diagnosis ISPA yang sesuai dengan

pedoman penatalaksanaan ISPA.

  Perencanaan penentuan diagnosis ISPA

(Pneumonia dan bukan pneumonia) tidak 

memakai pedoman serta fasilitas yang

ada (soundtimer) sehingga

memungkinkan terjadinya kesalahan

pelaksanaan penentuan diagnosis dan

akhirnya terjadi kesalahan penentuan

diagnosis.

  Tidak adanya kerjasama antara

Puskesmas dengan fasilitas kesehatan

lainnya yang berada di Kutawaluya

sehingga balita yang berobat ke sarana

kesehatan lain tersebut tidak terdata di

Puskesmas.

  Pada pelaksanaan, dokter umum tidak 

setiap hari hadir (tidak menentu), dan

biasanya tiap kali kehadirannya hanya

antara pk 09.00-12.00. Selebihnya

penemuan penderita ISPA, penentuan

diagnosis, pelayanan pengobatan ISPA

hanya dilakukan oleh perawat. Hal

tersebut memungkinkan terjadinya

kesalahan terutama dalam penentuan

diagnosis ISPA (pneumonia) sehingga

cakupan penemuan penderita ISPA

(pneumonia) 39,2 % dari tolok ukur 10

%. Selain itu, hal tersebut juga dapat

membuat kepercayaan masyarakat

berkurang terhadap Puskesmas sehingga

mendorong perilaku masyarakat tidak 

datang berobat ke Puskesmas.

  Tidak dilakukannya pencatatan hasil

pertemuan bulanan yang membahas

keberhasilan sementara hasil laporan

kegiatan P2ISPA sehingga pengawasan

tidak efektif.

Penyelesaian:

  Membuat pedoman penatalaksanaan

ISPA sesuai pedoman yang benar di

Puskesmas Kutawaluya sehingga dapat

dipakai sebagai pedoman dalam

penentuan diagnosis dan pengobatan

penderita ISPA.

  Membina kerjasama yang baik antara

Puskesmas dengan sarana kesehatan

lainnya yang berada di Kutawaluya dan

membuat lembar laporan bagi sarana

kesehatan tersebut sebagai laporan

tertulis kepada Puskesmas.

Page 9: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 9/11

  Dokter umum hadir di Puskesmas sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan dan

melaksanakan tugasnya dengan baik dan

benar.

  Melakukan pencatatan hasil pertemuan

bulanan yang membahas keberhasilan

sementara hasil laporan kegiatan P2ISPA

sehingga dapat dipakai sebagai umpan

balik yang efektif.

2.  Tidak dilaksanakannya penyuluhan secara

kelompok mengenai P2ISPA sebesar 0%

dari tolok ukur 100%.

Penyebab:

  Tidak adanya perencanaan yang pasti

mengenai pelaksanaan penyuluhan

P2ISPA.

  Kurangnya tenaga pelaksana (kader)

yang terlatih untuk penyuluhan kelompok 

Penyelesaian:

  Membuat perencanaan yang pasti untuk 

mengadakan penyuluhan kelompok 

sesuai dengan tolok ukur yaitu 1 x/ bulan.

  Merencanakan pelaksanaan pelatihan

kader untuk membina peran serta

masyarakat dalam program P2ISPA.

  Memberikan pelatihan kepada kader

yang ada tentang P2ISPA agar dapat

menjadi tenaga-tenaga penyuluh.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

 A. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi program yang telah

dilakukan maka dapat disimpulkan Program

Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut di Puskesmas Kecamatan

Kutawaluya periode Juni 2010  – Mei 2011,

didapatkan :

1.  Penemuan penderita ISPA (pneumonia)

sebesar 39,2 % dari tolok ukur 10%.

2.  Tidak dilaksanakannya penyuluhan secara

kelompok mengenai P2ISPA di Puskesmas

Kutawaluya sebesar 0% dari tolok ukur

100%.

3.  Tidak dilaksanakannya pelatihan bagi kader

mengenai Pemberantasan Penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan akut di Puskesmas

Kutawaluya sebesar 0% dari tolok ukur

100%.

Dari hasil penetapan prioritas masalah

terdapat 2 masalah yang menjadi prioritas :

1.  Penemuan penderita ISPA (pneumonia)

sebesar 39,2 % dari tolok ukur 10%.

2.  Tidak dilaksanakannya penyuluhan secara

kelompok sebesar 0% dari tolok ukur 100%

 B. Saran

Agar Program P2ISPA di Puskesmas

Kutawaluya di periode yang akan datang dapat

berhasil dan berjalan dengan baik, maka

Puskesmas sebaiknya memperbaiki masalah

yang ada dengan penyelesaian masalah sebagai

berikut :

1.  Membuat bagan tatalaksana ISPA sesuai

pedoman yang benar di Puskesmas sehinnga

dapat dipakai sebagai salah satu pedoman

dalam penentuan diagnosis dan

penatalaksanaan ISPA sehingga

Page 10: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 10/11

perencanaan dan pelaksanaannya dapat

sesuai dengan pedoman yang benar.

2.  Dokter umum hadir di Puskesmas sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan dan

melaksanakan tugasnya dengan baik dan

benar

3.  Membuat perencanaan yang pasti untuk 

mengadakan penyuluhan kelompok sesuai

dengan tolok ukur yaitu 1 x/ bulan dan

mengadakan pelatihan kader 1x / tahun.

4.  Memberikan pelatihan kepada kader yang

ada tentang P2ISPA agar dapat menjadi

tenaga-tenaga penyuluh.

5.  Mengadakan penyuluhan kelompok tentang

Pemberantasan Penyakit ISPA.

6.  Membina kerjasama yang baik antara

Puskesmas dengan sarana kesehatan lainnya

yang berada di Kutawaluya untuk 

mendapatkan data laporan mengenai

penemuan kasus ISPA khususnya

pneumonia yang tidak berkunjung ke

Puskesmas.

7.  Melakukan pencatatan hasil pertemuan

bulanan sehingga dapat dipakai sebagai

umpan balik yang efektif dalam

memperbaiki kekurangan yang ada.

Apabila saran ini dilaksanakan maka

diharapkan masalah tersebut tidak akan

terulang pada pelaksanaan program P2ISPA di

Puskesmas Kecamatan Kutawaluya pada

periode mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

1.  Depkes RI. Direktorat Jenderal PPM &

PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA). Jakarta. 1992. Diunduh dari :

http://www.klinikita.co.id/?pilih=news

&mod=yes&aksi=lihat&id=25. 

2.  DJ, Sihotang. hubungan tingkat

keparahan ISPA dengan status gizi pada

balitadi Kelurahan Tangkahan

Kecamatan Medan Labuhan Tahun

2009. Sumatera Utara; 2010. Diunduh

dari :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123

456789/16314/5/Chapter%20I.pdf  

3.  Depkes RI. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

Nasional. Jakarta; 2007, p :102-5

4.  Chalik, dkk. Standar Penanggulangan

Penyakit Pneumonia Volume 8 Edisi 1.

Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta.

Jakarta; 2002.

5.  Laporan akhir tahun 2010 Puskesmas

Kecamatan Kutawaluya.

6.  MN, Hidayati. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian

Penyakit Ispa Pada Balita Di Kelurahan

Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto

Tangah Kota Padang. Sumatera Barat;

2002. Diunduh dari :

http://www.researchgate.net/publication

 /42356067_Faktor-

Faktor_Yang_Berhubungan_Dengan_K

ejadian_Penyakit_Ispa_Pada_Balita_Di

_Kelurahan_Pasie_Nan_Tigo_Kecamat

an_Koto_Tangah_Kota_Padang

Page 11: Artikel Evrog ISPA

7/29/2019 Artikel Evrog ISPA

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-evrog-ispa 11/11