Artikel Ajeng
-
Upload
jennifer-tate -
Category
Documents
-
view
389 -
download
0
Transcript of Artikel Ajeng
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIANRUPTUR PERINEUM DI RUMAH BERSALIN DAN BALAI PENGOBATAN MITRA
HUSADA BANGUNREJOLAMPUNG TENGAH
TAHUN 2012
AJENG SARASWATI SUHARNO
11410065 D
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2013
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM DI RUMAH BERSALIN DAN BALAI PENGOBATAN MITRA HUSADA BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013
ABSTRAK
Ruptur perineum adalah salah satu penyebab terjadinya perdarahan. Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang di akibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan, faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian ruptur perineum adalah paritas, usia ibu, bayi dengan berat badan lahir > 4000 gram (makrosomia), waktu persalinan kurang dari tiga jam (partus presipitatus), dan lingkar kepala bayi. Tujuan penelitian diketahui hubungan usia dan paritas ibu bersalin dengan kejadian ruptur perineum di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada Bangunrejo Lampung Tengah tahun 2012.
Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi semua ibu bersalin di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada Bangunrejo Lampung Tengah tahun 2012 yaitu 328 orang dan sampel 328 orang, analisa menggunakan chi square (x2)
Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan usia (p-valeu = 0,000) dan paritas ibu bersalin (p-valeu =0,003 dan OR = 2,193) dengan ruptur perineum di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012
ABSTRACT
Rupture perineum is one cause of the bleeding. Rupture of the perineum perineum is wound that causes damage to tissue by naturally because the pressure of the fetal head or shoulder during birth process, factors - factors related to the incidence of perineal rupture is parity, maternal age, birth weight infants> 4000 grams (macrosomia), delivery time is less than three hours (presipitatus parturition), and head circumference. The purpose of research known relationships maternal age and parity with perineal rupture at Maternity Hospital and Medical Center Partner Husada Bangunrejo Central Lampung in 2012.
This type of research is a cross-sectional quantitative approach. Population of all women giving birth at the Maternity Hospital and Medical Center Partner Husada Bangunrejo Central Lampung in 2012, namely 328 and 328 samples, analyzed using chi square (x2).
The test results found no statistical relationship of age (p-valeu = 0.000) and maternal parity (p-valeu = 0.003 and OR = 2.193) with a perineal rupture at Maternity Hospital and Medical Center Partner Husada in 2012.
Pengantar
Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik dan buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal motality). Kematian maternal adalah kematian seorang wanita sewaktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Wiknjosastro, 2002).
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Juli 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) masih berkisar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah sebenarnya telah bertekad untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 390 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 menjadi menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997, dan menurunkannya lagi menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Tetapi pada kenyataannya Angka Kematian Ibu (AKI) hanya berhasil diturunkan menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003 dan menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Pada tahun 2010 Angka Kematian Ibu (AKI) berhasil diturunkan menjadi 214 per 100.000 kelahiran hidup, penyebab pada kematian ibu yaitu perdarahan (27%), eklamsia (23%), infeksi (11%). (Risekesdas, 2010)
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) periode 2004 sampai dengan 2007 penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 307/100.000 kelahiran hidup menjadi 228/100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2010 yaitu
124 / 100.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Lampung Tengah pada tahun 2006 terdapat 15 kasus (53 / 100.000 kelahiran hidup), pada tahun 2007 adalah 21 kasus (93,54/100.000 kelahiran hidup), tahun 2008 mengalami penurunan yaitu 13 kasus (52,22/100.000 kelahiran hidup), tahun 2009 mengalami penaikan menjadi 18 kasus (79,35/100.000 kelahiran hidup), tahun 2010 mengalami penaikan kembali menjadi 20 kasus (90,61/100.000 kelahiran hidup), tahun 2011 mengalami penurunan di bandingkan tahun 2010, pada tahun 2011 menjadi 17 kasus. (Profil Dinas Kesehatan Lampung Tengah, 2011)
Angka kejadian ruptur perineum yang dialami ibu bersalin di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada masih tinggi yaitu 172 orang (52,4 %) dari 328 persalinan normal (Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada, 2012)
Salah satu penyebab angka kematian ibu adalah perdarahan. Ruptur perineum adalah salah satu penyebab terjadinya perdarahan. Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002)
Ruptur perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama atau tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak
janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia dalam dasar panggul karena diregangkan terlalu lama. (Prawirohardjo, 2007)
Dampak dari ruptur perineum adalah perdarahan postpartum. Bahaya perdarahan postpartum ada dua. Pertama, anemia yang diakibatkan perdarahan tersebut akan memperlemah keadaan pasien, menurunkan daya tahan pasien dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi nifas. Kedua, jika kehilangan darah ini tidak dihentikan, akibat akhir tentu saja kematian. (Oxorn, 2010)
Menurut Oxorn (2010) faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ruptur perineum diantaranya adalah paritas, usia ibu, bayi dengan berat badan lahir >4000 gram (makrosomia), waktu persalinan kurang dari tiga jam (partus presipitatus), dan lingkar kepala bayi.
Berdasarkan hasil survey, angka kejadian ruptur perineum yang dialami ibu bersalin di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada masih tinggi yaitu 172 orang (52,4%) dari 328 persalinan normal. Sedangkan yang tidak mengalami ruptur perineum berjumlah 156 orang. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan usia dan paritas ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada Bangunrejo Lampung Tengah tahun 2012
Bahan dan Metode
Jenis Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian – bagian dan fenomena serta hubungan – hubungan.
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang)
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen) usia dan paritas ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada Bangunrejo Lampung Tengah Tahun 2012
Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. (Suyanto dan Salamah, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di Rumah Bersalin dan Balai
Pengobatan Mitra Husada Bangunrejo Lampung Tengah tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 328 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili populasi. (Suyanto dan Salamah, 2009). Tehnik Sampling dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh ibu bersalin di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada Bangunrejo Lampung Tengah tahun 2012 berjumlah 328 orang.
Variabel penelitian1. Variabel dependen :
persalinan dengan kejadian ruptur perenium
2. Variabel independen : usia dan paritas
Definisi operasional
No Variabel DefinisiOperasional
AlatUkur
Kategori/Hasil Ukur
Skala
1. Variabel dependen
Persalinan dengan kejadian ruptur perenium Jumlah ibu bersalin
yang mengalami ruptur perenium
Lembar observasi
0 : Ruptur1 : Tidak ruptur Ordinal
2 Variabel independen
Usia
Paritas
Usia pada saat ibu melahirkan bayi.
Jumlah anak yang hidup dan mati
Lembar observasi
Lembar observasi
0 : beresiko jika usia < 20 tahun atau > 35 tahun1 : Tidak beresiko usia 20 – 35 tahun
0 : Primipara (jika anak yang dilahirkan satu orang)1: Multipara (jika anak yang dilahirkan lebih dari satu orang
Ordinal
Ordinal
Pengumpulan data
Instrument penelitian yaitu menggunakan rekam medik untuk mengetahui identitas ibu bersalin. Identitas pada ibu yaitu :
1) Nama ibu yang bersalin2) Usia ibu3) Jumlah anak (paritas) 4) Ibu bersalin mengalami ruptur
perineum atau tidak mengalami ruptur perineum
Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Univariat
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Umur ibu
bersalin di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada Tahun 2012
Umur Frekuensi PersentaseBerisiko 117 35,7Tidak Berisiko 211 64,3
Jumlah 328 100
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui bahwa sebagian
besar responden di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012 termasuk dalam kategori umur tidak berisiko yaitu sebanyak 211 orang (64,3%) dan yang berisiko sebanyak 117 orang (35,7%)
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Paritas ibu
bersalin di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada Tahun 2012
Paritas Frekuensi
Persentase
Primipara 89 27,1Multipara 239 72,9
Jumlah 328 100
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui bahwa sebagian besar responden di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012 termasuk dalam kategori paritas multipara yaitu sebanyak 239 orang (72,9%), sedangkan selebihnya adalah primipara yaitu sebanyak 89 orang (27,1%).
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Ruptur Perineum ibu
bersalin di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada Tahun 2012
Ruptur Perineum
Frekuensi Persentase
Ruptur 172Tidak ruptur 156
Jumlah 328
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui bahwa sebagian
besar responden di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012 mengalami ruptur perineum yaitu sebanyak 172 orang (52,4%), sedangkan yang tidak mengalami ruptur sebanyak 156 orang (47,6%).
Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.4Hubungan Usia Ibu Bersalin Dengan Ruptur Perineum di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada
tahun 2012
Usia Ruptur perineum Total
P ValueRuptur Tidak ruptur
N %n % N %
Berisiko 117 100 0 0 117 100
0,000Tidak berisiko
55 26,1 156 73,9 211 100
Jumlah 172 52,4 156 47,6 238 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sejumlah 117 responden dengan usia berisiko yang mengalami ruptur perineum sebanyak 117 orang (100%) dan sejumlah 211 responden dengan usia tidak berisiko yang mengalami ruptur perineum sebanyak 55 orang (26,1%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square diperoleh p-value = 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara usia ibu bersalin dengan ruptur perinium di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012.
Tabel 4.5
Hubungan Paritas Ibu Bersalin Dengan Ruptur Perinium di Rumah
Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012
Paritas Ruptur perineum Total
Ruptur Tidak ruptur n %
n % N %Primipara 59 66,3 30 33,
789 100
Multipara 113 47,3 126 52,7
239
100
Jumlah 172 52,4 156 47,6
238
100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sejumlah 89 responden dengan paritas primipara yang mengalami ruptur perineum sebanyak 59 orang (66,3%) dan sejumlah 239 responden dengan paritas multipara yang mengalami ruptur perineum sebanyak 113 orang (47,3%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square diperoleh p-value = 0,003 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu bersalin dengan ruptur perinium di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012. Kemudian didapatkan OR = 2,193 yang berarti bahwa ibu bersalin dengan paritas primipara mempunyai keeratan hubungan sebesar 2,193 mengalami ruptur perineum dibandingkan dengan ibu bersalin paritas multipara.
Pembahasan
1. UnivariatPada sebagian besar responden di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012 termasuk dalam kategori usia tidak berisiko yaitu
sebanyak 211 orang (64,3%) dan yang berisiko sebanyak 117 orang (35,7%). Dalam kategori paritas multipara yaitu sebanyak 239 orang (72,9%), sedangkan selebihnya adalah primipara yaitu sebanyak 89 orang (27,1%). Dan pada sebagian besar responden di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012 mengalami ruptur perineum yaitu sebanyak 172 orang (52,4%), sedangkan yang tidak mengalami ruptur sebanyak 156 orang (47,6%)
Usia beresiko pada ibu < 20 tahun lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara umur 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk kehamilan sehingga dapat merugikan pertumbuhan janin. Dan pada usia > 35 tahun resiko kehamilan dan persalinan lebih tinggi dikarenakan alat-alat reproduksi mulai terjadi penuaan dan degenerasi sehingga terjadi penurunan fungsi yang dapat menyebabkan gangguan dalam kehamilan dan persalinan. Maka dianjurkan pada ibu usia < 20 tahun dan > 35 tahun dianjurkan untuk senam hamil yang berfungsi untuk mempersiangkan dan melatih otot – otot sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan. (Kusmiati, 2009)
Pada paritas ibu bersalin multipara adalah jika jumlah anak yang dilahirkan lebih dari dua atau seterusnya, sedangkan grandemultipara adalah jika jumlah anak yang dilahirkan lebih dari lima. Pada multipara dan grandemultipara sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut, sehingga pada saat persalinan akan mudah terjadi robekan. (Guraldi, 2008)
2. Bivariat
a. Hubungan usia ibu bersalin dengan ruptur perineum
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square diperoleh p-value = 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara usia ibu bersalin dengan ruptur perinium di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dian (2007) di Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon menyatakan bahwa angka kejadian ruptur perineum yang dialami ibu dengan usia < 20 tahun dan > 35 dari bulan Januari sampai pertengahan Mei 2007 sebanyak 41 kasus dengan rincian pada bulan Januari sebanyak 12 kasus, Februari 8 kasus, Maret 9 kasus, April 8 kasus dan pada pertengahan Mei sebanyak 4 kasus.
Pada hasil penelitian ini ditemukan sebanyak 55 orang (26,1%) dengan usia tidak berisiko dan mengalami ruptur perineum, hal ini menunjukkan bahwa selain faktor usia ruptur perineum terjadi akibat dari faktor lain seperti partus presipitatus, primigravida, persalinan operatif pervaginam, faktor janin (lingkar kepala bayi, presentasi defleksi atau puncak kepala, letak sungsang, makrosomia, dan distosia bahu), dan faktor penolong persalinan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa faktor penyebab ruptur perineum selain faktor usia adalah lingkar kepala bayi yang besar, letak sungsang dan dan distosia bahu.
Berdasarkan uraian di atas, maka menurut (Kusmiati, 2009) resiko pada kehamilan < 20 tahun lebih tinggi dibandingkan usia
reproduksi sehat antara umur 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk kehamilan sehingga dapat merugikan pertumbuhan janin. Pada umur > 35 tahun resiko kehamilan dan persalinan lebih tinggi dikarenakan alat-alat reproduksi mulai terjadi penuaan dan degenerasi sehingga terjadi penurunan fungsi yang dapat menyebabkan gangguan dalam kehamilan dan persalinan. Pada ibu usia > 35 tahun. Pada ibu usia < 20 tahun dan > 35 tahun senam hamil sangat di butuhkan untuk mencegah terjadinya ruptur perineum. Senam hamil berfungsi untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam pesalinan. (Kusmiati, 2009)
b. Hubungan paritas ibu bersalin dengan ruptur perineum
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square diperoleh p-value = 0,003 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu bersalin dengan ruptur perinium di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012. Kemudian didapatkan OR = 2,193 yang berarti bahwa ibu bersalin dengan paritas primipara mempunyai keeratan hubungan sebesar 2,193 mengalami ruptur perineum dibandingkan dengan ibu bersalin paritas multipara.
Pada penelitian ini didapatkan data sebanyak 113 orang (47,3%) dengan paritas multipara mengalami ruptur perineum, hal ini disebabkan oleh lingkar kepala bayi yang besar, letak sungsang dan dan distosia
bahu. Sedangkan sebanyak 30 orang (33,7%) responden dengan paritas primipara dan tidak mengalami ruptur perineum yang disebabkan oleh penolong persalinan yang tepat yaitu oleh tenaga kesehatan dan tidak ditemukannya faktor lain seperti partus presipitatus dan persalinan operatif pervaginam
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ade (2010) di BPS Martini Raja Basa, menyatakan 61 ibu yang mengalami ruptur perineum sebanyak 26 orang (42,6%) ibu primipara yang mengalami ruptur perinum, dan sebanyak 35 orang (57,3%) ibu multipara yang mengalami ruptur perineum.
Berdasarkan uraian di atas, maka menurut (Guraldi, 2008) paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seseorang ibu baik hidup maupun mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian ruptur perineum. Pada ibu multipara pada perineum ibu multipara terdapat jaringan parut dikarenakan persalinan sebelumnya, maka memiliki resiko lebih besar untuk mengalami robekan perineum karena terdapat jaringan parut sehingga pada persalinan akan mudah terjadi robekan. (Guraldi, 2008)
KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012 mengalami ruptur perineum yaitu sebanyak 172 orang (52,4%).
2. Ada hubungan usia ibu bersalin dengan ruptur perinium di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012 (p-value = 0,000).
3. Ada hubungan paritas ibu bersalin dengan ruptur perineum di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Mitra Husada tahun 2012 (p-value = 0,003 dan OR = 2,193)
DAFTAR PUSTAKA
Ade. 2010. Karakteristik Ibu Bersalin Yang Mengalami Ruptur Perineum Di BPS Martini Rajabasa Raya Bandar Lampung Tahun 2010.
Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Vm Rineka Cipta. Jakarta
Depkes RI (2010) Hasil Riskesdes 2010.Jakarta
Desi. 2009. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ruptur Perineum Di RS Pelni Jakarta Tahun 2008.
Http://Alumni.Unair.Ac.Id/Kumpulanfile/5399849111_Abs.Pdf; 5 Desember 2012
Dian. 2007. Hubungan Usia Dengan Kejadian Ruptur Perineum Di RS Krakatau Medika Tahun 2007 Periode Januari-Mei.
Http://Www.Osun.Org/Rupture Perineum-Doc.Hcml; 5 Desember 2012
Dinas Kesehatan Lampung Tengah (2011). Profil Kesehatan Lampung Tengah Tahun 2011.
Lampung
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2010). Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun
2010. Lampung
Hamilton, Persis. 2002. Dasar- Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta; EGC
Kusmiati Yuni Dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).Yogyakarta;
Fitramaya.
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta; Muha Medika
Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan Human
Labour And Birth. Yayasan Essentia Medika Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan.
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Sarifuddin Dan Hamidah. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta; EGC
Suyanto Dan Umi Salamah. 2009. Riset Kebidanan Metodologi Dan Aplikasi. Jogjakarta; Mitra Cendikia Offset
Wiknjsastro, Guraldi. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta; JNPK-KR