ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

14
Artefak Emas di Candi Buddha Sintong: Hubungan Fungsi dan Keletakannya-Eka Asih Putrina Taim (17-30) 17 Diterima 18 Januari 2017 Direvisi 16 April 2017 Disetujui 17 April 2017 Eka Asih Putrina Taim ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI DAN KELETAKANNYA GOLD ARTIFACTS FROM SINTONG BUDDHIST TEMPLE: ITS CORRELATION BETWEEN FUNCTION AND LOCATION Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jalan Condet Pejaten No.4, Jakarta Selatan 12510 email: [email protected] PENDAHULUAN Salah satu usaha dalam menyusuri jejak jejak peradaban pengaruh Hindu Buddha di Sumatra yang semasa dengan berlangsungnya kekuasaan Kerajaan Majapahit di Jawa, dapat dilihat dalam sumber tertulis kitab Nagarakrtagama. Dalam kitab Nagarakrtagama, pada pupuh 13, disebutkan kerajaankerajaan di jazirah Melayu selain Jambi dan Palembang, terdapat juga Keritang, Teba, dan Dharmasraya, selanjutnya Kandis, Kahwas, Manangkabwa, Siyak, Rekan (Rokan), Kampar dan Pane, Kampe, Haru, dan Mandhailing, Tumihang, Parlak dan Barat (Barus?) (Pigeaud 1960:13; Zoetmoelder dan Robson 1995: 33; Taim dkk. 2013: 8). Petunjuk bahwa di daerah Sungai Rokan terdapat tinggalan budaya zaman lampau, memang telah dilaporkan oleh Residen Sumatra Timur. Dalam laporannya disebutkan bahwa di suatu tempat yang bernama Kota Benuwang (Sungai Sintung) terdapat monumen Hindu (Oudheidkundig Verslag 1914: 137). Laporan tersebut tidak segera ditindaklanjuti sampai akhirnya ditinjau oleh Satyawati Suleiman pada tahun 1976. Situs Candi Sintong letaknya Abstrak. Candi Sintong adalah candi yang terletak di wilayah muara Sungai Rokan, yang secara administratif termasuk wilayah Desa Sintong, Kecamatan Tanah putih, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Penelitian bersama antara Bidang Sejarah dan Purbakala Pemda TK I Provinsi Riau dan Pusat Arkeologi Nasional, melalui ekskavasi pada tahun 2007 dan 2010 menemukan seperangkat artefak berbahan emas. Temuan tersebut menarik, baik dari segi bentuk maupun keletakannya. Tulisan ini membahas temuan emas tersebut dari segi bentuk dan keletakannya, untuk mengetahui fungsi dan peranan temuan dalam kesejarahan situs Candi Sintong. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan analisis arkeologi ruang, baik dalam skala mikro maupun semi makro. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara keletakan temuan emas dengan fungsi, dan kedudukannya berdasarkan konsep ritual Buddha, seperti yang disebutkan dalam kitab suci agama Buddha. Kata kunci :Artefak emas, Candi Sintong, Buddha, Sungai Rokan, Riau. Abstract. Sintong temple is located in the Rokan River estuary which is administratively included in Sintong Village, Tanah Putih Subdistrict, Rokan Hilir Regency, Riau Province. Joint research between History and Antiquities Affairs of Riau province and the NationalArchaeological Center has found a set of gold findings as results of excavations in 2007 and 2010. Gold is quite interesting in terms of both, form and position. This paper discusses the gold findings in order to recognize its function and role in the history of Sintong temple.The method used is qualitatif with spatial archaeological analysis, in both micro and semi macro scales. The result shows correlation between location and function of the artifacts in ritual concepts, as it is said in the Buddhist holy book. Keywords : Gold artifacts, Sintong Temple, Buddhist, Rokan River, Riau

Transcript of ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Page 1: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Artefak Emas di Candi Buddha Sintong: Hubungan Fungsi dan Keletakannya-Eka Asih Putrina Taim (17-30) 17

Diterima 18 Januari 2017 Direvisi  16 April 2017   Disetujui  17 April 2017

Eka Asih Putrina Taim

ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI DANKELETAKANNYA

GOLD ARTIFACTS FROM SINTONG BUDDHIST TEMPLE: ITS CORRELATIONBETWEEN FUNCTION AND LOCATION

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jalan Condet Pejaten No.4, Jakarta Selatan 12510

email: [email protected]

PENDAHULUAN

Salah  satu  usaha  dalam  menyusuri  jejak­jejak  peradaban  pengaruh  Hindu  Buddha  diSumatra yang semasa dengan berlangsungnyakekuasaan  Kerajaan  Majapahit  di  Jawa,  dapatdilihat  dalam  sumber  tertulis  kitabNagarakrtagama. Dalam kitab Nagarakrtagama,pada pupuh 13, disebutkan kerajaan­kerajaan dijazirah  Melayu  selain  Jambi  dan  Palembang,terdapat juga Keritang, Teba, dan Dharmasraya,selanjutnya  Kandis,  Kahwas,  Manangkabwa,Siyak,  Rekan  (Rokan),  Kampar  dan  Pane,

Kampe, Haru, dan Mandhailing, Tumihang, Parlakdan Barat (Barus?) (Pigeaud 1960:13; Zoetmoelderdan Robson 1995: 33; Taim dkk. 2013: 8).

Petunjuk  bahwa  di  daerah  Sungai  Rokanterdapat tinggalan budaya zaman lampau, memangtelah  dilaporkan  oleh  Residen  Sumatra  Timur.Dalam  laporannya  disebutkan  bahwa  di  suatutempat  yang  bernama  Kota  Benuwang  (SungaiSintung) terdapat monumen Hindu (OudheidkundigVerslag 1914: 137).

Laporan tersebut tidak segera ditindaklanjutisampai akhirnya ditinjau oleh Satyawati Suleimanpada  tahun  1976.  Situs  Candi  Sintong  letaknya

Abstrak. Candi Sintong adalah candi yang terletak di wilayah muara Sungai Rokan, yang secara administratif termasukwilayah Desa Sintong, Kecamatan Tanah putih, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Penelitian bersama antara BidangSejarah dan Purbakala Pemda TK I Provinsi Riau dan Pusat Arkeologi Nasional, melalui ekskavasi pada tahun 2007 dan2010 menemukan seperangkat artefak berbahan emas. Temuan tersebut menarik, baik dari segi bentuk maupun keletakannya.Tulisan ini membahas temuan emas tersebut dari segi bentuk dan keletakannya, untuk mengetahui fungsi dan peranantemuan dalam kesejarahan situs Candi Sintong. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakananalisis arkeologi ruang, baik dalam skala mikro maupun semi makro. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubunganantara keletakan temuan emas dengan fungsi, dan kedudukannya berdasarkan konsep ritual Buddha, seperti yang disebutkandalam kitab suci agama Buddha.

Kata kunci : Artefak emas, Candi Sintong, Buddha, Sungai Rokan, Riau.

Abstract. Sintong temple is located in the Rokan River estuary which is administratively included in Sintong Village, TanahPutih Subdistrict, Rokan Hilir Regency, Riau Province. Joint research between History and Antiquities Affairs of Riauprovince and the National Archaeological Center has found a set of gold findings as results of excavations in 2007 and 2010.Gold is quite interesting in terms of both, form and position. This paper discusses the gold findings in order to recognize itsfunction and role in the history of Sintong temple.The method used is qualitatif with spatial archaeological analysis, in bothmicro and semi macro scales. The result shows correlation between location and function of the artifacts in ritual concepts,as it is said in the Buddhist holy book.

Keywords : Gold artifacts, Sintong Temple, Buddhist, Rokan River, Riau

Page 2: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan18

relatif  dekat  dengan  tepian  Sungai  Rokan  dantidak jauh dari muara sungai di Selat Malaka. Padamasa awal sejarah, garis pantai di mana SungaiRokan bermuara diduga letaknya tidak jauh darilokasi  situs.  Pengendapan  Sungai  Rokan,menyebabkan  material  yang  mengendap  dimuara membuat garis pantai semakin maju danlokasi situs semakin jauh dari pantai.

Sungai Rokan merupakan salah satu sungaipenting yang mengalir ke Selat Malaka. Melaluisungai  ini  barang  komoditas  perdagangandibawa dari dan ke daerah pedalaman Sumatra.Beberapa  tinggalan  budaya  yang ditemukan  dibeberapa tempat di tepiannya, mulai dari muarahingga hulunya di wilayah Kabupaten Pasaman(Sumatra Barat), merupakan suatu bukti bahwasungai  ini  memegang  peranan  penting  sebagaijalur  perekonomian.  Dengan  demikian,  letakSintong  yang  tidak  jauh  dari  laut  ini  didugamerupakan  lokasi  persinggahan.  Di  tempat  inipara  saudagar  dan  pelaut  yang  melalui  SelatMalaka  dapat  singgah  untuk  berniaga  atau

menambah  perbekalan  sebelum  melanjutkanperjalanannya.

Bagian hulu Sungai Rokan bernama SungaiSumpur,  bermata­air  di  daerah  kaki  GunungKelabu  (+2.172  meter),  Gunung  Malenggang(+1.503  meter),  dan  lereng  utara  GunungTalakmau  (+2.912  meter)  di  wilayah  ProvinsiSumatra Barat, Kabupaten Pasaman. Di daerahhulu, sungai ini mengalir di antara dua rangkaianperbukitan bagian dari Pegunungan Bukit Barisanyang membujur arah barat laut­tenggara. Di daerahGou, sungai ini menembus celah pada rangkaiansisi timur Bukit Barisan. Setelah melalui celah diantara rangkaian perbukitan, sungai ini kemudianbergabung dengan Sungai Rokan Kiri. Di sekitarkampung Sikladi sepanjang sungai ini bergabungdengan  Sungai  Rokan  Kanan  dan  akhirnyabergabung menjadi Sungai Rokan yang bermuaradi  Selat  Melaka  di  sekitar  Bagan  Siapi­api.  Dimuara  sungai  ini  terdapat  sebuah  pulau  yangbernama Pulau Alang Besar (lihat gambar 1).

Secara  administratif  situs  Candi  Sintongberada  di  Dusun  Candi,  Desa  Sintong,

Padangsidempuan

Candi Sintong

Pakanbaru

Bangkinang

Bukittinggi

sumber: Taim 2010: 15

Gambar 1. Lokasi Candi Sintong, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau

Page 3: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Artefak Emas di Candi Buddha Sintong: Hubungan Fungsi dan Keletakannya-Eka Asih Putrina Taim (17-30) 19

Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir.Secara astronomis situs ini berada pada koordinat01º30’, 42,7" LU dan 100º 58’39,5" BT. Terletakpada ketinggian 29 m di atas permukaan laut. SitusCandi Sintong kini sudah berada di areal tersendiri(sudah dibebaskan dari pemilik pribadi) terpisahdari perkebunan penduduk yang ditanami pohonkaret dan kebun kelapa sawit, dan Sungai Rokanmengalir pada jarak 200 m di sebelah timur lokasisitus.  Situs  Candi  Sintong  terdiri  dari  duagundukan tanah yang merupakan hasil ekskavasitahun 1993 dan 1994. Sekitar 160 m di bagianbarat  gundukan  struktur  bata  candi  terdapatgundukan  tanah  yang  disebut  oleh  penduduksetempat dengan nama “Tapak Mahligai” seluas16  m2  dan  dikelilingi  semacam  parit  denganorientasi timur ­ barat, bermuara di Sungai Rokan.Pada bagian barat laut gundukan candi terdapatsebuah  kolam  air  yang  disebut  dengan  namakolam  “Putri  Hijau”.  Kondisi  permukaan  tanahtertinggi berada pada lokasi dua gundukan batacandi dan menurun hingga permukaan terendahpada lokasi “Tapak Mahligai” (Darliana dkk. 2007:4; Taim 2010: 15).

Dengan  ditemukannya  seperangkatperhiasan emas di halaman Candi Sintong padatahun  2007  dan 2010,  maka  timbul  pertanyaanapakah  fungsi  dari  perhiasan  ini  sehinggaditemukan di halaman candi Buddha?

METODE

Dalam  penelitian  arkeologi,  tidak  mungkinmenafsirkan temuan tanpa mengaitkannya dengantemuan­temuan lain di sekitarnya, karena sejumlahtemuan yang masih relatif insitu dapat dikatakansebagai  suatu  assemblage/kumpulan  yangberkaitan  satu  dengan  lainnya.  Hubunganantarartefak dan lingkungannya (konteks) dapatditafsirkan  dalam beberapa  tingkat,  yaitu  mikro(dalam kotak ekakavasi), semi makro (antarkotakekskavasi dan lingkungan sekitarnya), dan makro(antarsitus /regional).

Konsep  dan  teori  yang  digunakan  dalammelakukan  pendekatan  untuk  menghasilkanpernafsiran  adalah  konsep  spatial  archaeology(Clark 1977:9) dan prosesual archaeology (Hodder

1985:  1­26;  Hodder  dan  Scott  2003:  15­35).Pendekatan  prosesual  merupakan  pandangandalam  penelitian  arkeologi  yang  melihatperubahan dalam kebudayaan karena didorongoleh  proses  evolusi    dalam    perkembangankebudayaan  dan  juga  melalui  proses  adaptasidengan lingkungan. Salah satu tokoh penerapanarkeologi prosesual  ini adalah David Clark yangmengeluarkan  konsep  spatial  arkeologi  atauarkeologi  ruang.  Arkeologi  ruang  (spatialarchaeology) merupakan pengambilan informasidari hubungan  ruang arkeologi  dan studi  ruangdari jejak pola aktivitas manusia di dalam dan diantara situs, situs sistem, dan lingkungan. Studitentang aliran dan integrasi dari rangkaian kegiatandi  dalam  dan  antarstruktur,  situs,  dan  ruangsumber daya  dalam skala  mikro,  dan  agregasidalam skala semi mikro dan makro (Clark 1977:9).

Langkah­langkah dalam menganalisis artefakemas  temuan  Candi  Sintong  hampir  samadengan  temuan  lainnya.  Terdiri  dari  klasifikasibentuk  dan  analisis  komparasi/perbandingandengan temuan­temuan sejenis baik dari bentukyang sama,  periode  yang  sama,  lokasi  temuanberlatar  belakang  yang  sama,  juga  dilakukananalisis bentuk dan etnogafi pada koleksi emasdi  Museum  Nasional  dan  buku­buku  yangmembahas mengenai temuan artefak emas padasitus­situs  purbakala  di  Nusantara.  Langkahterakhir  adalah  mencari  interpretasi  mengenaikeberadaannya  pada  situs  candi  berdasarkanbuku­buku  agama  Hindu­Buddha  dan  tulisan­tulisan  yang  mengulas  mengenai  hal  yangberhubungan dengan artefak emas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Kunjungan  ke  situs  Sintong  dilakukanarkeolog  untuk  pertama  kalinya oleh  SatyawatiSuleiman  dari  Lembaga  Purbakala  danPeninggalan  Nasional  pada  tahun  1976.Kemudian berturut­turut pada tahun 1991 oleh timdari Direktorat Perlindungan Peninggalan Sejarahdan Purbakala dan tahun 1992 oleh tim dari Suaka

Page 4: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan20

Peninggalan  Sejarah  dan  Purbakala  ProvinsiSumatra Barat dan Riau. Penelitian arkeologi yangberupa  ekskavasi  untuk  pertama  kalinya  barudilakukan pada tahun 1993 dan 1994 oleh tim dariPusat  Penelitian  Arkeologi  Nasional  denganhasilnya adalah dua runtuhan bangunan bata sertapecahan keramik dan tembikar.

Runtuhan  Bangunan  I  mempunyai  bentukdenah bujur sangkar dengan ukuran 5,30 x 5,30meter dengan bagian yang masih tersisa adalahsisi timur laut dan sudut utara, sudut barat daya,dan sudut tenggara. Tinggi bangunan yang masihtersisa 0,55 meter. Pada  runtuhan bangunan  initidak  ditemukan  indikator  tangga  naik  yangditandai dengan bangunan penampil sisa bangunancandi.  Runtuhan  Bangunan  II  terletak  4  metermenuju arah tenggara dari runtuhan Bangunan I.Keadaan runtuhan ini sudah sangat rusak. Bagianyang masih tersisa adalah sebagian sisi timur laut,sedikit sisi  tenggara, dan sedikit sisi barat daya.Berdasarkan bagian­bagian yang tersisa ini masihdapat  diketahui  bentuk  dan  ukurannya.  Candiberbentuk bujur­  sangkar dengan ukuran 5,10 x5,10  meter,  dengan  tinggi  yang  masih  tersisaadalah 0,6 meter.

Kedua  bangunan  tersebut  hanya  tersisabagian  kaki  yang  terdiri  dari  7­9  lapis  bata.Dindingnya  rata  tanpa  hiasan  pelipit.  Keduabangunan  tersebut  berorientasi  timur  laut­baratdaya tanpa bangunan penampil yang merupakanindikator  tangga  naik.  Dilihat  dari  bentuk  denahdan  kedalaman  fondasi,  dapat  diduga  bahwabangunan  ini  tidak  tinggi.  Bentuknya  mungkinseperti bangunan mandapa yang tidak mempunyaidinding  tubuh  bangunan.  Tetapi  dapat  jugabangunan ini merupakan lapik stûpa.

Beberapa Pendapat Mengenai Fungsi danKeletakan Emas pada Candi

Definisi candi oleh Sir T.S. Raffles, merupakantempat disimpannya abu pembakaran mayat dariseorang pemimpin atau yang dihormati, dengankata lain candi adalah makam (Raffles1971: 372).Akan tetapi, definisi ini kemudian bergeser denganadanya arca perwujudan tokoh raja tertentu yangdiabadikan dalam candi (Groeneveldt 1960:142).

N.J Krom, dalam bukunya “Inleiding tot de Hindu­Javansche  Kunst”  berpendapat  bahwa  candimemiliki dua  fungsi,  yaitu  sebagai makam danjuga  sebagai  perdharmaan  (kuil)  bagi  seorangraja  (Krom  1920:  108).  Pada  penelitianselanjutnya  unsur  makam  dalam  candi  mulaidihilangkan dan digantikan dengan element yangmewakili unsur dewa ataupun wujud tokoh leluhur,hal ini terdapat pada unsur­unsur yang terdapatpada perigi dalam sumuran pusat candi. Dengandemikian  pada  akhirnya  fungsi  candi  bukanlahpemakaman tetapi tempat pemujaan dewa ataukuil (Soekmono 1974: 301).

Temuan  emas  telah  banyak  ditemukan  diberbagai  situs  arkeologi,  pada  situs  berlataragama  Hindu  Buddha  sebagian  besar  emasditemukan dalam bentuk lempengan emas berisimantra­mantra agama dan fragmen­fragmen emassebagai isi peripih di dalam sumur/bagian tengahcandi  (Soekmono  1974:  5).  Selain  berfungsisebagai salah satu unsur dalam keagaman (salahsatu  elemen  suci  yang  berada  dalam  peripihcandi),  temuan  emas  juga  berfungsi  profanberupa  perhiasan­perhiasan  yang  ditemukandengan jejak dan sisa abu pembakaran di dalamtanah, seperti yang ditemukan di wilayah CandiSurogedug  (Leemans  1873:  433;  Soekmono1974:  6).  Dengan  demikian,  temuan  emasditemukan baik berfungsi keagamaan/sakral (isiperipih)  dan  sebagai  media  prasasti  berisimantra­mantra, maupun profan berupa perhiasansisa pembakaran mayat.

Jenis Temuan Emas di Candi Sintong

Setelah  ditinggalkan  lebih  dari  10  tahunlamanya, pada  tahun 2007 Dinas KebudayaanKesenian dan Pariwisata Provinsi Riau bekerjasama dengan  Suaka  Pelestarian  PeninggalanSejarah dan Purbakala Sumatra Barat, Riau, danRiau Kepulauan, melakukan penelitian di CandiSintong  berupa  ekskavasi  pada  halaman  didepan dua runtuhan candi bata. Pada penelitiantahun  2007  ini  dibuka  enam  kotak  ekskavasipada permukaan tanah yang relatif lebih rendahdari temuan struktur candi. Temuan yang cukupmengejutkan pada penelitian ini adalah sejumlah

Page 5: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Artefak Emas di Candi Buddha Sintong: Hubungan Fungsi dan Keletakannya-Eka Asih Putrina Taim (17-30) 21

artefak emas, baik lempengan, kerincing, kawat,manik­manik,  dan  anting­anting  (liontin?),  darisalah satu kotak ekskavasi, yaitu kotak J1 padakedalaman 90­100 cm (spit (4)­(5)), dalam lapisanlempung  pasiran bercampur arang. Pada  kotakselanjutnya,  yaitu  kotak  J1’  yang  merupakanperluasan  kotak  sebelumnya  pada  grid  yangsama, emas ditemukan pada kedalaman 80 cmatau spit (4), dalam lapisan tanah berupa lempungpasiran  warna  abu­abu  kehitaman  bercampurarang dengan fragmen­fragmen tulang. Emas dikotak J1’  tidak sebanyak yang ada di kotak J1,di kotak ini ditemukan dua manik­manik, fragmenkawat,  dan    satu  bulir  kerincing  (Darliana  dkk.2007: 6­12). Artefak­artefak emas ini ditemukantidak berjauhan dan pada stratigrafi yang  relatifsama, yaitu spit (4) hingga (5) dengan kedalamanmasing­masing spit 20 cm. Secara keseluruhanjumlah  temuan  emas  di  Candi  Sintong    dapatdilihat pada tabel 1.

dan S1 B11, sedangkan di luar pagar keliling candiberhasil  dibuka  dua  kotak,  yaitu  kotak U4  B21dan U7 B20. Penggalian dilakukan menggunakansistem  spit  dan  temuan  emas  ditemukan  padakotak S1B11.

Kotak S1  B11 berdampingan  dengan kotakJ1, yaitu di sebelah baratnya, yang diekskavasitahun  2007.  Permukaan  kotak  sebelum  digaliberupa tanah yang ditumbuhi rumput dengan titiktertinggi  permukaan  tanahnya  berada  di  sudutbarat laut. Spit (1) berupa tanah gembur berwarnacoklat. Di akhir spit (1) atau pada kedalaman ­20cm terdapat serakan bata candi yang berada 74cm dari dinding timur dan satu meter dari dindingselatan.  Pada  akhir  spit  (2)  diketahui  bahwaserakan  bata  yang  hanya  terdiri  dari  1  lapistersebut  membentuk  lingkaran  memanjangdengan  diameter  sekitar  30  cm,  terkonsentrasidalam keadaan  tidak  teratur  dan  tidak  satupunbata  dalam  keadaan  utuh.  Oleh  karena  itu,dipastikan hanya merupakan runtuhan, maka bata­bata  tersebut  disingkirkan.  Pada  spit  (3)  kotakhanya digali setengahnya, yaitu di bagian utara.Lapisan  tanahnya  mulai  berubah,  dari  warnacoklat  menjadi  hitam  yang  merupakan  lapisanarang.

Pada tepi kotak bagian utara di kedalaman ­62  cm  atau  pada  spit  (4),  berjarak  18  cm  daridinding  selatan  terdapat  temuan  logam  (emas)berbentuk  naga  yang  di  bagian  tengahnyaberlubang. Temuan  tersebut  berada  di  lapisantanah  yang  mengandung  arang,  tepat  diperbatasan dengan Kotak J1. Di kotak J1 padaekskavasi 2007 ditemukan fragmen tulang yangberada  pada  lapisan  arang.  Di  sekitar  tulangtersebut  ditemukan  beberapa  perhiasan  dariemas (Darliana dkk. 2007: 6­12) (lihat gambar 2).Oleh  karena  temuan  di  kotak  S1B11  berada  dibawah  plastik  yang  digunakan untuk  menutupitulang hasil temuan 2007, maka dibuka kembalilahKotak  J1.  Di  bawah  fragmen  tulang  tersebutditemukan beberapa artefak berbahan emas yangberbentuk  cincin  besar  dan  kecil,  lempenganemas berlubang, dan giwang emas berpermata(lihat gambar 3).

Tabel 1. Temuan Emas dan Permata di Candi Sintong

No. Temuan Jumlah 1.  Bulir kerincing   10 buah 

2.  Kawat   12 buah 

3.  Lempengan   5 buah 

4.  Lempengan Berukir  3 buah 

5.  Lempengan lebar  2 buah 

6.  Batu Permata   2 buah 

7.  Manik­mani k   2 buah 

8.  Anting­anting/Liontin ?  1 buah 

 sumber: hasil penelitian

Pada  tahun  2010,  Bidang  Sejarah  danPurbakala,  Dinas  Kebudayaan  dan  PariwisataPemerintah  Daerah  Tk  I,  Provinsi  Riauberkerjasama dengan Pusat Arkeologi Nasional,kembali  melakukan  penelitian  di  situs  CandiSintong.

Ekskavasi  dilakukan  di  dalam  dan  di  luar(sebelah barat) pagar candi. Titik nol (Datum Point)berada di sebelah utara gundukan Candi 1. Dalampenelitian ini berhasil dibuka  delapan kotak yangberada di dalam area  candi, yaitu Kotak  U6 B12,U2 B7, U2 B8, U1 B7, U1 B12, U2 T7, S1 B12,

Page 6: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan22

Analisis Temuan Emas di Candi Sintong

Bentuk­bentuk temuan emas hasil penelitiandi  Candi  Sintong  pada  tahun  2007  dan  2010,adalah sebagai berikut :

Temuan Kepala NagaBentuk  ini  yang  semula  diduga  merupakan

hulu keris atau tongkat, ternyata lebih cenderungmirip  dengan  bentuk  “gagang”  (pegangan)gayung  (lihat  gambar  4  dan  5).  Bentuk  sepertihulu atau pegangan keris dengan  rongga padabagian dalamnya. Ukuran artefak naga ini terdiridari  panjang  9,5  cm,  tinggi  4,5  cm,  diameterkepala 3 cm, diameter badan 2,5 cm, dan tebal 4mm.

Bila dianalogikan fungsi dari bentuk naga (diatas)  mirip  dengan  bentuk  pegangan  gayungemas dari Wonoboyo (di bawah), meski berasaldari  abad  yang  berbeda,  tetapi  hanya  bentuktersebut yang paling mendekati, karena keduanyaterbuat dari bahan emas.

sumber: dok. Dinas BudPar Prov. Riau 2010

Gambar 2. Tanda panah warna kuning berupalapisan arang tempat ditemukan artefak berbahan

emas

sumber: dok. Dinas BudPar Prov. Riau 2010

Gambar 3. Artefak berbentuk naga , cincin besar,cincin kecil, perhiasan berbentuk mirip sendok, dangiwang yang ditemukan di bawah fragmen tulang di

Kotak J1 (S1B11)

Gambar 4. Bentuk kepala naga emas dari CandiSintong

sumber: dok. Dinas BudPar Prov. Riau 2010

sumber: Koleksi Emas Museum Nasional

Gambar 5. Bentuk gayung emas temuan situsWonoboyo, Jawa Tengah

Temuan Liontin dan Anting Emas BerpermataBentuk temuan anting dan liontin emas di situs

Candi Sintong memiliki kemiripan bentuk dengananting­anting yang disebut “Sumping Gajah Giling”dari abad 13­15 M di situs Trowulan. Anting­antingemas berbentuk kulit kerang dari Sintong ini tidakdiketahui  asal  dan  masa  pembuatannya  tetapimenurut Jan Fointen bentuk  anting­anting sepertiini  sudah  dibuat  sejak  masa Majapahit  (Miksic

sumber: dok. Dinas BudPar Prov. Riau 2010

Gambar 6. Anting emas berpermata dari situs

Candi Sintong

Page 7: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Artefak Emas di Candi Buddha Sintong: Hubungan Fungsi dan Keletakannya-Eka Asih Putrina Taim (17-30) 23

1990: 90; Fontein dkk. 1971: 162) (lihat gambar 6dan 7). Jenis perhiasan ini umumnya dimiliki dandigunakan oleh wanita kalangan bangsawan dangolongan kelas atas masyarakat masa itu.

Lempengan atau Lembaran EmasLempengan emas yang ditemukan di Candi

Sintong memiliki jejak buat berupa takikan, ukiran,dan  lubang  yang  mengindikasikan  sebagaibagian dari suatu rangkaian bentuk tertentu (lihatgambar 8).

Artefak  emas  bertakik,  berlubang,  danberhias  ukiran  jarang  ditemukan  di  situs­situsarkeologi  lain.  Bentuk  lempengan  emas  yangada  di Candi  Sintong  mengindikasikan  sebagaibagian  dari  dekorasi  atau  bagian  rangkaianbentuk hiasan, seperti bagian dari hiasan bunga

penghias kemuncak payung, bagian dari hiasanbusana  yang  umumnya  dirangkai  dengaipenghubung kawat­kawat emas, dan dapat jugabagian dari rangkaian hiasan bunga padma (lihatgambar 10) seperti yang ditemukan di Trowulan.

Bentuk  lempengan  emas  mengindikasikansebagai  bagian  dari  dekorasi  atau  bagianrangkaian bentuk hiasan seperti bagian dari hiasanbunga penghias kemuncak payung, bagian darihiasan busana yang umumnya dirangkai denganpenghubung kawat­kawat emas (lihat gambar 11),dan dapat juga bagian dari rangkaian hiasan bungapadma (lihat gambar 9) seperti yang ditemukandi  Trowulan.  Lempengan  emas dengan  lubangdan hiasan ukiran atau takikan umumnya berfungsisebagai  sarana  kegiatan  profan  atau  sebagaipenghias atribut­atribut keagamaan (hiasan baju,mahkota  pendeta,  payung  kerajaan  ataukeagamaan).

Artefak  lempengan  emas  berbentuk  polos,juga ditemukan di situs­situs masa Hindu Buddhadi  Jawa,  sebagian  besar  umumnya  berupa  isiperipih candi atau sebagai lembaran prasasti (lihatgambar 10).

Bukti­bukti  arkeologi  yang  berupa  emassebagai isi peripih candi sering ditemukan dalambentuk  lempengan  dengan  hiasan  gambarbinatang  dan  gambar  tumbuh­tumbuhan(Soekmono 1974: 34; Miksic 1988: 101; Soeroso1993: 25­37).

sumber: Koleksi Emas Museum NasionalGambar 7. Anting-anting emas berbentuk kulit

kerang

sumber: dok . Bidang Sejarah dan Purbakala Prov Riau 2007- 2010

Gambar 8. Temuan-temuan Lempengan Emas di situs Candi Sintong

Page 8: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan24

Kawat  EmasKawat  emas merupakan  salah  satu  artefak

yang  ditemukan  berdekatan  dengan  temuanemas lainnya pada penelitian tahun 2007. Jenisartefak  ini  biasanya  ditemukan  dalam  peripih,akan  tetapi  kawat  emas  di  Candi  Sintongditemukan  di  luar  bangunan  candi  dan  tidakdalam peripih. Dugaan sementara, kawat emasini juga dapat berfungsi sebagai pengikat antarabentuk  hiasan  lembaran  emas  yang  memilikilubang (lihat gambar 11).

Kerincing (Bulir­bulir) dan Manik­manik EmasPada ekskavasi tahun 2007 yang dilakukan

oleh Dinas kebudayaan dan Pariwisata ProvinsiRiau  dan  Balai  Pelestarian  Cagar  Budaya

sumber: Fadli Rex 2015

Gambar 9. Bunga Padma Era Majapahit ditemukandi situs Trowulan, terbuat dari Rangkaian

Lempengan Emas

sumber: dok. Museum Nasional

Gambar 10.Temuan lempengan emas di situs-situsJawa

Batusangkar,  ditemukan  10  bulir  kerincing  dandua manik­manik emas (lihat gambar 12). Keduajenis  temuan  ini diduga  merupakan bagian  darialat upacara keagamaan dan salah satu bendapersajian.

Cincin EmasSepasang cincin emas yang terdiri dari dua

cincin emas bermata (batu hilang) dan cincin emaspolos ditemukan bersama­sama dengan temuanemas  lainnya pada  penelitian  tahun  2010  (lihatgambar  13).  Artefak  cincin  sejenis  banyakditemukan di situs­situs arkeologi di Jawa, salahsatunya di wilayah Trowulan dan sekitarnya.

Keletakan Temuan    Emas    di Kompleks  CandiSintong

Hasil ekskavasi tahun 1993 diketahui bahwacandi ini memiliki dua fondasi struktur bata dengandenah bujur sangkar, struktur pertama berukuran3,9 m x 3,9 m dan struktur kedua berukuran 5,25x 5,25 m. Kedua struktur bangunan ini diduga kuatberlatar  belakang  agama  Buddha  karenaberasosiasi dengan temuan fragmen dasar stupa(Suhadi dan Hardiati 1993:13).

Kompleks  Candi  Sintong  terdiri  dari  duagundukan  tanah  berisi  struktur  bata  candi.Gundukan  lain  di  sebelah  barat  daya  bernamaKuta Mahligai dan kolam air besar bernama KolamPutri Hijau terletak di sebelah barat  struktur candi.Selain  itu,  terdapat  sisa  struktur  bata  yang

sumber: dok . Bidang Sejarah dan Purbakala Prov. Riau

2007- 2010

Gambar 11. Temuan kawat-kawa temas di situsCandi Sintong

Page 9: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Artefak Emas di Candi Buddha Sintong: Hubungan Fungsi dan Keletakannya-Eka Asih Putrina Taim (17-30) 25

mengindikasikan  kompleks  ini  dahulu  dikelilingioleh  parit  yang  kemudian  bermuara  di  SungaiRokan  (lihat gambar 14).

Berdasarkan kontur permukaan tanah, diketahuibahwa lokasi gundukan struktur candi merupakanlokasi  tertinggi,  yang  kemudian  semakin  rendahke  arah  lokasi  Tapak  Mahligai  dan  akhirnyamengarah  ke  tepi  Sungai  Rokan.  Sepertiditunjukkan pada gambar 15.

Sebagian besar  candi­candi  agama  Buddhadi Sumatra,  khususnya  di  wilayah Riau  memilikilatar belakang agama Buddha Mahayana dari aliranvajrayana. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanyatemuan­temuan yang bercirikan aliran tersebut padasitus Padang Candi, Kuantan Sengingi, dan CandiMuaratakus,  Provinsi  Riau.  Pada  Candi Sintong,adanya  temuan  perhiasan  emas  juga  dapatdikatakan  sebagai  salah  satu  ciri  khas  BuddhaMahayana.

Komposisi  kompleks  bangunan  agamaBuddha Vajrayana (yang banyak terdapat di Pulau

Sumatra)  apabila  dihubungkan  dengan  kom­posisi  arah  mata  angin  “Astadikpalaka”(Wessels­Mevissen  2001:  6­13),  maka    posisistruktur candi merupakan pusat mata anginnya,yang dalam agama Hindu ditempati oleh Siwa(tempat  tersuci),  arah  barat  merupakan  lokasikolam adalah sebanding dengan Varuna (DewaLaut); arah barat daya merupakan lokasi TapakMahligai  adalah  sebanding  dengan  Nrtti  yangmerupakan  posisi  manusia  dan  biasanyadihubungkan  dengan hal­hal  yang  tidak  suci/profan atau permukiman, sedangkan arah selatanmerupakan tempat mukimnya Dewa Yama (dewakematian) (lihat gambar 16).

Gambar  14  dan  15  menunjukkan  posisistruktur candi yang terletak pada lokasi tertinggi.Hal  ini  dapat  dihubungkan  dengan  tingkatkesucian dalam agama Hindu dan Buddha, yangmenempatkan  tempat  tertinggi  adalah  tempattersuci dan membagi menjadi tiga bagian atautingkat kesucian alam, yaitu Bhurloka, Bhuarloka,

sumber: dok . Bidang Sejarah dan Purbakala Prov. Riau 2007- 2010

Gambar 12.Temuan gerincing/kerincing dan manik-manik/butir emas di situs Candi Sintong

sumber: dok . Bidang Sejarah dan Purbakala Prov. Riau 2007- 2010

Gambar 13. Sepasang temuan cincin emas di Candi Sintong

Page 10: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan26

dan  Swarloka.  Swarloka  merupakan  tempattertinggi dan paling suci seperti juga pada candi­candi  Hindu­Buddha  lainnya,  sedangkanBhuarloka adalah perantara antara dunia “bawah”(Bhur) dan “atas” (Swarloka). Bhurloka adalahalam  bawah  yang  dihuni  oleh  jiwa­jiwa  yangbathinnya dalam avidya dan semasa hidupnyabanyak  melakukan  pelanggaran  dharma.Umumnya  kita  menyebut  mereka  sebagaimakhluk­makhluk alam bawah. Bhurloka adalah

Kolam Putri Hijau 

Utara 

Tapak Mahligai 

candi/Struktur I 

Candi/ Struktur II 

Lokasi Temuan Emas 

Gambar 14. Komposisi temuan di kompleks Candi Sintong

Kolam Putri Hijau 

Struktur bata candi  

Emas Tapak Mahligai 

Gambar 15. Posisi irisan ketinggian permukaan tanah antar temuan di Sintong

alam­alam dengan suasana yang remang­remangatau gelap (Soekmono 1974: 293­311). Keletakantemuan emas berada di depan  lokasi  kolam putrihijau,  yang  dapat  diposisikan  berdasarkankeletakan  ketinggian permukaan  tanah  berada  diposisi Bhuarloka atau tempat perantara dunia bawahdan dunia atas.

Keberadaan  Candi  Sintong  sendiri  mulaimuncul namanya setelah abad ke­14 M, terutamadengan disebutkannya wilayah Rokan dalam kitab

Page 11: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Artefak Emas di Candi Buddha Sintong: Hubungan Fungsi dan Keletakannya-Eka Asih Putrina Taim (17-30) 27

Nagarakertagama  yang  ditulis  Mpu  Prapancatahun 1365 M, pada pupuh 13, bait pertama yangmenyebutkan Rokan, yang kini mengalir SungaiRokan  lokasi  Candi  Sintong  berada,  sebagaisalah satu wilayah dalam pengawasan KerajaanMajapahit di Jazirah Melayu (Sumatra) masa itu(Pigeaud 1960:13).  Data  dari  kitab  Jawa  kunotersebut  telah  menunjukkan  bahwa  adanyakekuasaan atau  kerajaan  di  tepi Sungai  Rokanpada pertengahan abad ke­14 M, namun dimanaletak pusat kerajaan yang dimaksud masih belumdiketahui pasti.

Melihat  komposisi  temuan  yang  ada  dilingkungan halaman Candi Sintong, maka lokasitemuan  emas  di  candi  ini  memang  mendekatiposisi arah angin Dewa Yama atau disebut jugadewa  kematian.  Kondisi  lapisan  tanah  tempatditemukannya temuan emas merupakan lapisanlempung  pasiran  yang  berwarna  abu­abu  tuabercampur  dengan  lapisan  arang  dan  temuantulang.  Meskipun  demikian  hal  yang  menarikpada artefak emas yang ditemukan pada lapisanini  tidak  terdapat  adanya  sisa  atau  jejakpembakaran.

Pada  candi,  emas  juga  berfungsi  sebagaisalah satu sarana dalam upacara penetapan sima,sebagai persembahan atau hadiah pejabat yangmenerima  sima  dan  sebagai  bagian  dari  sesaji(Haryono 2001: 83). Emas sebagai persembahandalam  prasasti  tidak  banyak  disebut  bentuknyahanya beratnya, kecuali pada beberapa prasastiantara  lain  prasasti  Polengan  I  disebutkanpersembahan emas berupa butiran dengan istilah“mas  cuwi”  dan  cincin  (simsis)  dengan  istilah“simsis  prasada  who”  yang  diartikan  sebagai“cincin emas berhiaskan prasada (candi) (Barrettdan Antoninette  1984:  94;  Winter  1993:  341;Haryono 2001: 87).

Lalu milik  siapakah  perhiasan  dan  temuan­temuan emas di candi ini? Menilik kembali  latarbelakang keagamaan dan priodesasi  relatif dariCandi  Sintong,  diketahui  Sintong  berlatarbelakang  agama  Buddha  dengan  indikasi  kuatberupa bagian dari struktur stupa yang ditemukanpada penelitian tahun 1993 (Suhadi dan Hardianti1993: 23). Emas pada masa Hindu Buddha selainsebagai  isi peripih candi  juga berfungsi sebagaihadiah.  Periode  keberadaan  Candi  Sintong

Gambar 16. Pola Astadikpalaka (delapan dewa penjaga arah mata angin).

sumber: Ilustrasi dari keterangan Wessels –Mevissen

Page 12: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan28

sendiri mulai muncul namanya setelah abad ke­14  M,  terutama  dengan  disebutkannya  wilayahRokan dalam kitab Nagarakertagama yang ditulisMpu Prapanca tahun 1365 M pada pupuh 13 baitpertama yang menyebutkan Rokan, lokasi CandiSintong berada, sebagai salah satu wilayah dalampengawasan  Kerajaan  Majapahit  di  JazirahMelayu (Sumatra) masa itu (Pigeaud 1960: 13).Data  dari  kitab  Jawa  kuno  tersebut  telahmenunjukkan  bahwa  adanya  kekuasaan  ataukerajaan di tepi Sungai Rokan pada pertengahanabad ke­14 M, namun dimana letak pusat kerajaantersebut masih belum diketahui pasti.

PENUTUP

Artefak emas memang seringkali ditemukandalam konteks arkeologi, baik situs keagamaan(sakral)  maupun  permukiman  (profan).  Padaumumnya  temuan  emas  di  situs  keagamaansangat berhubungan dengan fungsi keagamaan,antara lain sebagai isi dari sumuran candi (peripih)pada  Candi  Hindu,  dan  lembaran­lembaranbertulisan mantra­mantra (terkadang dalam stupakecil/stupika) pada Candi Buddha.

Emas  di  Candi  Sintong  dapat  dikatakanbukan merupakan benda sakral (suci) seperti isiperipih  ataupun  lembaran  prasasti  bertulisanmantra,  namun  lebih  cenderung  kepada  fungsipraktis  dan  estetis  (fungsi  profan).  Biladihubungkan  dengan  keletakannya  di  tingkatBhuarloka, maka artefak­artefak emas ini beradadi tingkat perantara antara dunia bawah Bhurlokadengan dunia atas (suci) Swarloka. Dengan variasibentuk yang ada seperti bentuk gagang gayungemas,  bulir­bulir  kerincing  (diduga  merupakanbagian  dari  kerincing  untuk  alat  upacara),lembaran emas dan kawat emas yang merupakanbagian dari bentuk hiasan seperti hiasan bungapadma pada puncak penghias payung upacara.Dengan demikian artefak­artefak emas di CandiSintong  bukanlah  benda­benda  harian    namunmerupakan benda sebagai bagian dari upacarasakral.

Kedudukan  ini  sesuai  dengan  fungsi  emasdalam upacara penetapan “sima”,  yaitu sebagaipersembahan/hadiah  pejabat  penerima  “sima”dan  pelengkap  sesaji  upacara,  seperti  yangdisebut  dalam  prasasti.  Hadiah  yang  berupaemas tersebut antara lain dalam bentuk butir­butir(manik­manik) emas yang disebut dengan “mascuwi”  (Prasasti  Polengan  I)  dan  cincin  emasdengan  istilah  “simsis  prasada  who  (PrasastiPolengan I, Prasasti Taji, Prasasti Ramwi 882 M,Prasasti  Kayu  Ara  Hiwang  823  Saka,  danPagumulan 824 Saka) (Nastiti dkk.1982: 23; Barretdan Antoniette 1984: 107; Boechari 1985­1986:39; Winter 1993: 341; Haryono 2001: 84­87).

Pemilik  dari  perhiasan­perhiasan  tersebut,meski  belum  dilakukan  kajian  secara  lebihmendalam,  diduga  kuat  berasal  dari  golonganmasyarakat kelas atas, baik seorang bangsawan/pejabat kerajaan maupun pendeta utama. Dapatdikatakan  milik  pendeta  bila  diasumsikan  daritemuan  kerincing  emas,  yang  kemungkinanbesar  merupakan  kerincing  dari  tongkat  yangbiasa  dibawa  oleh  para  pendeta  Buddha.Pengaruh bentuk perhiasan masa Majapahit dapatdilihat pada bentuk perkembangan anting­antingemas permata yang merupakan perkembangananting  bentuk  kerang  pada  masa  Majapahit(Fontein dkk. 1971: 162).

Temuan  emas  di  halaman  Candi  Sintongmasih  belum  jelas  apakan  merupakan  hasilpembakaran atau tidak, karena tidak terdapat jejaksisa  pembakaran  pada  bagian  permukaanperhiasan emas tersebut. Salah satu unsur yangmengindikasikan  adanya  kegiatan  pembakaranadalah  temuan  emas  tersebut  berada  padalapisan tanah pasir hitam mengandung arang dandiantara sisa tulang (hewan?) yang terdapat jejakpembakaran. Akan  tetapi  melihat  dari  posisikeletakan  temuan  artefak  emas,  makakemungkinan besar emas  tersebut   merupakanbagian  dari  ritual  upacara  keagamaan    baikberupa sarana ataupun bagian dari sajian upacara.

Page 13: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Artefak Emas di Candi Buddha Sintong: Hubungan Fungsi dan Keletakannya-Eka Asih Putrina Taim (17-30) 29

DAFTAR PUSTAKA

Barrett, Jones dan M. Antoniette. 1984. Early TenthCentury  Java  from  The  Inscriptions,VKI,107. Dordrecth: Foris Publication.

Boechari.1985­1986.  Prasasti  Koleksi  MusiumNasional    Jilid  I.  Jakarta:  ProyekPengembangan Museum Nasional.

Clarke, David L. (Ed.). 1977. Spatial Archaeology.Chicago: Academic Press Inc. First Edition.

Darliana, Bambang Rudianto dan Andrison. 2007.“Laporan  Penelitian Arkeologi  Klasik  diSintong, Kabupaten  Rokan  Hilir,  ProvinsiRiau,  Dinas  Kebudayaan  dan  PariwisataPemda  Tk  1  Provinsi  Riau”.  LaporanPenelitian  Arkeologi.  Riau:  Dinaskebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau.

Fontein, Jan,  Soekmono, dan Satyawati Suleiman.1971. Kesenian Indonesia Purba: Zaman-Zaman Jawa Tengah dan Jawa Timur. NewYork:  Graphic Society LTD.

Groeneveldt,  W.P.1960.  Historical  Notes  onIndonesia  and  Malaya  Compiled  fromChinese Sources. Jakarta: C.V. Bhratara.

Haryono, Timbul.  2001. Logam dan PeradabanManusia. Yogyakarta  :Philosophy  Press.

Hodder, Ian  dan HutsonScott. 2003. Reading thePast: Current Approaches to Interpretationin Archaeology (3rd  ed.).  Cambridge:Cambridge  University  Press. 

Krom, NJ . 1920. Inleiding tot de Hindu-JavanscheKunst. Batavia: Martinus Nijhof.

Leemans. 1873. Boroboedoer op het eiland Java.Leiden:  E.J.Brill

Miksic,  John.  N.  1988.Small  Finds AncientJavanese  Gold.  Singapore:  NationalMusem.

———. 1990.  Old  Javanesse  Gold.  Singapore:Tein Wah Press.

Nastiti, Surti Titi, MachiSuhadi, Richadiana K,. 1982.Tiga  Prasasti  Masa  Balitung.  Jakarta:Puslitarkenas

Oudheidkundig Verslag.1914.  Batavia  Genoot­schap; Oudheidkundig Dienst, hlm. 137.

Pigeaud, Th.G.Th. 1960. Java in the 14th Century,Volume IThe Hague: Martijnus Nijhoff.

Raflles, T.S.  1971.  The  History of  Java,  2  vols.London:  Oxford

Rex,  Fadli.  2015.  “Perhiasan  Era  Majapahit”.Diunduh  16  Mei  2015  (http://faldirex.­blogspot.co.id/2015/12/perhiasan­era­majapahit.html)

Soekmono.  1974.  “Candi  Fungsi  dan  Penger­tiannya”.  Disertasi.  Jakarta:  UniversitasIndonesia.

Suhadi,  Machi  dan  Endang  Sri Hardiati.  1993.“Laporan Penelitian Situs Candi Sintong”.Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: PusatPenelitian Arkeologi Nasional, DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Soeroso. 1993. Pengaruh Metalurgi dalam PeripihCandi. AHPA Kuningan: Puslitarkenas

Taim, Eka Asih Putrina, dan Ery Soedewo. 2010.Laporan  Penelitian Arkeologi  Klasik  diKabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, DinasPariwisata dan Kebudayaan Pemda TK I,Provinsi Riau . Laporan Penelitian Arkeologi.Riau:  Dinas  kebudayaan  dan  PariwisataProvinsi Riau.

Taim, Eka Asih Putrina, Darliana, dan BambangBudi  Utomo.  2013.  “Laporan  PenelitianArkeologi  Klasik  di  Sintong,  KabupatenRokan  Hilir  ,  Provinsi  Riau”.  LaporanPenelitian Arkeologi.Riau:  Dinas  Kebu­dayaan  dan  Pariwisata  Pemda  Tk  1Provinsi Riau.

Page 14: ARTEFAK EMAS CANDI BUDDHA SINTONG: HUBUNGAN FUNGSI …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan30

Winter, C.F. 1993.Kamus Jawi-Jawa, Cetak UlangProyek  Javanologi.  Jakarta:  DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Wessels­Mevissen, Corinna. 2001. The Gods ofthe Directions in Ancient India. Origin and

Early Development  in  Art  and Literature (until c. 1000 A.D.). Berlin: Dietrich Reimer

Zoetmulder dan S.O.Robson. 1995. Kamus JawaKuna-Indonesia, terjemahan  DarusupraptaSumatri  Suprayitna.  Jakarta:  GaramediaPustaka.