ARS01290108.pdf

11
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 64 - 74 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/ 64 KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA Yulianto Sumalyo Staf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur – Universitas Hasanuddin Makasar ABSTRAK Modernisme dalam arsitektur selalu menunjuk pada hal-hal yang bersifat konkrit, profan dan konsep yang jelas. Sebaliknya tradisional seperti arsitektur tradisional menunjuk pada hal-hal yang bersifat abstrak, spiritual dan bahkan konsep religius atau “ way of thinking”. Toraja, sebuah kelompok etnik yang tinggal disebelah utara propinsi Sulawesi Selatan, mempunyai bentuk arsitektur tradisional yang unik dan indah, yang merupakan ekspresi dari “Aluk Todolo”, agama dan “way of life ” nya. Pemikiran kosmologi dan “Aluk Todolo” diekspresikan dalam arsitektur Toraja, baik dalam tata letak ( site plan), orientasi, konstruksi, material bangunan, detail, ornamen dan aspek-aspek arsitektur lainnya. Tulisan ini merupakan hasil ringkasan dari riset, seminar dan studi kepustakaan arsitektur Toraja, yang dilakukan oleh jurusan arsitektur Universitas Hasanuddin, Makasar di tiga desa adat. Palawa (desa tradisional yang besar), Ketekesu (sebuah desa adat yang indah) dan Siguntu (desa adat yang kecil tapi mempunyai banyak bangunan arsitektur tradisional Toraja). Kata kunci: Arsitektur Tradidional, Toraja. ABSTRACT Modernism in architecture always has a concrete, profane and clear concept.On the totally contrary, traditional architecture traditional has an abstract, spiritual and often religious concept or way of thinking. Toraja, an ethnic group in the northern part of South Sulawesi, has a beautiful and unique architecture which is the expression of Aluk Todolo their way of life and religion. The cosmological thinking of Aluk Todolo is expressed in the architecture of Toraja through it’s site plan and units orientation, construction, orientation, material, detail, ornament and other architectural aspects. This article summarises the results of researches, seminars and bibliographical studies on the architecture of Toraja,conducted in the department of architecture University of Hasanuddin Makassar cases from three traditional villages (desa adat): Palawa a big traditional village, Ketekesu' one of the most beautiful traditional villages and Siguntu represent a small desa adat, represent the Toraja traditional architecture. Keywords: Traditional Architecture, Toraja. PENDAHULUAN Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat Arsitektur tradisional berkembang mencapai bentuknya yang sekarang melalui proses dalam kurun waktu lama dan sukar di-ketahui secara pasti sejarah dan konsep-konsep bentuk bangunannya karena diturunkan dari generasi ke generasi tanpa peninggalan baik berupa gambar maupun tulisan. Demikian juga konsep-konsep pola pikir yang abstrak, ke-percayaan, budaya, adat istiadat, iklim, lingkungan dan lain-lain bentuk arsitektural tidak dapat di-ketahui secara pasti. Arsitektur tradisional terbentuk oleh adanya ikatan geografis dari sekelompok manusia atau masyarakat, sehingga terjadi interaksi antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan alam, dari waktu ke-waktu dari generasi ke generasi. Indonesia yang terdiri dari berbagai suku masing-masing mempunyai budaya adat kebiasaan bahkan bahasa, kepercayaan, ter- ungkap secara fisik antara lain dalam bentuk seni, artefak dan arsitektur yang khas. Di banyak tempat, arsitektur tradisional di Indonesia menarik perhatian baik secara nasional maupun internasional, selain karena keunikan juga karena keindahannya. Meskipun mem- punyai persamaan satu bentuk arsitektur tra- disional dengan lain, secara umum antara lain: bentuk konstruksi kolong, meng-gunakan bahan- bahan yang didapat di lingkungan, di latar belakangi kepercayaan dan budaya, namun secara arsitektural satu dengan lain sangat berbeda dan mempunyai ciri tersendiri. Kemajuan teknologi, komunikasi, perhubungan, berbagai arsitektur tradisional mengalami perubahan-perubahan yang cenderung mening- galkan keasliannya. Perubahan-perubahan ter- sebut akan me-ngurangi bahkan dapat meng- hilangkan ke-aslian, keunikan dan keindahan

Transcript of ARS01290108.pdf

Page 1: ARS01290108.pdf

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 64 - 74

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

64

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA

Yulianto SumalyoStaf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur – Universitas Hasanuddin Makasar

ABSTRAK

Modernisme dalam arsitektur selalu menunjuk pada hal-hal yang bersifat konkrit, profan dan konsep yangjelas. Sebaliknya tradisional seperti arsitektur tradisional menunjuk pada hal-hal yang bersifat abstrak, spiritualdan bahkan konsep religius atau “way of thinking”. Toraja, sebuah kelompok etnik yang tinggal disebelah utarapropinsi Sulawesi Selatan, mempunyai bentuk arsitektur tradisional yang unik dan indah, yang merupakanekspresi dari “Aluk Todolo”, agama dan “way of life” nya. Pemikiran kosmologi dan “Aluk Todolo”diekspresikan dalam arsitektur Toraja, baik dalam tata letak (site plan), orientasi, konstruksi, material bangunan,detail, ornamen dan aspek-aspek arsitektur lainnya. Tulisan ini merupakan hasil ringkasan dari riset, seminar danstudi kepustakaan arsitektur Toraja, yang dilakukan oleh jurusan arsitektur Universitas Hasanuddin, Makasar ditiga desa adat. Palawa (desa tradisional yang besar), Ketekesu (sebuah desa adat yang indah) dan Siguntu (desaadat yang kecil tapi mempunyai banyak bangunan arsitektur tradisional Toraja).

Kata kunci: Arsitektur Tradidional, Toraja.

ABSTRACT

Modernism in architecture always has a concrete, profane and clear concept.On the totally contrary,traditional architecture traditional has an abstract, spiritual and often religious concept or way of thinking.Toraja, an ethnic group in the northern part of South Sulawesi, has a beautiful and unique architecture whichis the expression of Aluk Todolo their way of life and religion. The cosmological thinking of Aluk Todolo isexpressed in the architecture of Toraja through it’s site plan and units orientation, construction, orientation,material, detail, ornament and other architectural aspects. This article summarises the results of researches,seminars and bibliographical studies on the architecture of Toraja,conducted in the department of architectureUniversity of Hasanuddin Makassar cases from three traditional villages (desa adat): Palawa a big traditionalvillage, Ketekesu' one of the most beautiful traditional villages and Siguntu represent a small desa adat,represent the Toraja traditional architecture.

Keywords: Traditional Architecture, Toraja.

PENDAHULUAN

Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat

Arsitektur tradisional berkembang mencapaibentuknya yang sekarang melalui proses dalamkurun waktu lama dan sukar di-ketahui secarapasti sejarah dan konsep-konsep bentukbangunannya karena diturunkan dari generasi kegenerasi tanpa peninggalan baik berupa gambarmaupun tulisan. Demikian juga konsep-konseppola pikir yang abstrak, ke-percayaan, budaya,adat istiadat, iklim, lingkungan dan lain-lainbentuk arsitektural tidak dapat di-ketahui secarapasti.

Arsitektur tradisional terbentuk oleh adanyaikatan geografis dari sekelompok manusia ataumasyarakat, sehingga terjadi interaksi antaramanusia dengan manusia dan antara manusiadengan alam, dari waktu ke-waktu dari generasike generasi. Indonesia yang terdiri dari berbagai

suku masing-masing mempunyai budaya adatkebiasaan bahkan bahasa, kepercayaan, ter-ungkap secara fisik antara lain dalam bentukseni, artefak dan arsitektur yang khas.

Di banyak tempat, arsitektur tradisional diIndonesia menarik perhatian baik secara nasionalmaupun internasional, selain karena keunikanjuga karena keindahannya. Meskipun mem-punyai persamaan satu bentuk arsitektur tra-disional dengan lain, secara umum antara lain:bentuk konstruksi kolong, meng-gunakan bahan-bahan yang didapat di lingkungan, di latarbelakangi kepercayaan dan budaya, namunsecara arsitektural satu dengan lain sangatberbeda dan mempunyai ciri tersendiri.Kemajuan teknologi, komunikasi, perhubungan,berbagai arsitektur tradisional mengalamiperubahan-perubahan yang cenderung mening-galkan keasliannya. Perubahan-perubahan ter-sebut akan me-ngurangi bahkan dapat meng-hilangkan ke-aslian, keunikan dan keindahan

Page 2: ARS01290108.pdf

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA (Yulianto Sumalyo)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

65

yang sebetul-nya justru menjadi daya tariknya.Proses atau kecenderungan semacam ituberlangsung di banyak tempat termasuk diToraja.

Masalah dikaji dalam arsitektur Toraja padapenelitian ini adalah kaitan antara aspek fisikarsitektural (tata letak, tata ruang, konstruksi,struktur, ornamen, dll) dengan pola hidup, adat,religi dan pola pikir masyarakat-nya yaituterutama adat dan religi Aluk Todolo.

Nilai budaya, latar belakang spiritual, sosial,adat, kepercayaan dan fisik lingkungan hidupyang diidentifikasi dalam penelitian inidiarapkan dapat menjadi dasar dalam pe-lestarianbudaya Toraja dalam menghadapi arusmodernisasi. Selain itu, diharapkan pula hasilpenelitian ini mendorong peningkatan apresiasimasyarakat terhadap arsitektur, khususnyaarsitektur tradisional.

Metode Pembahasan

Analisis bersifat kualitatif dipakai untukmelihat hubungan antara konsep, filosofi darinilai-nilai spiritual untuk melihat hubungannyadengan arsitektur dalam hal ini khusus mengenaitata-letak dan tata-ruang. Berbagai desa adatdikaji masing-masing dari segi letak geografisdan arsitektur mulai dari aspek ruang sebagaiwadah kehidupan kelompok adat ataupunkeluarga hingga bagian-bagiannya dalam hal initerkait dengan kosmologi masyarakat Toraja.Dalam artikel ini diwakili oleh tiga desa yaituPalawa, Ketekesu' dan Siguntu. Hasil bentuk atauungkapan fisik arsitektural tersebut, dibanding-kan antara satu dengan lainnya.

Pandangan masyarakat Toraja terhadapruang baik yang bersifat makro kosmos, tata-ruang dan fisik arsitektur di-pelajari dengan studipustaka sebagai sumber sekunder dikaitkandengan wawancara dengan para ahli bangunan,pemuka adat dan warga masyarakat dan narasumber lainnya.

Tinjauan Pustaka

Nguyen Van Huyen (1987) mengelompok-kan arsitektur rumah panggung di Asia Tenggaraberdasarkan kriteria bentuk melingkar, segiempat, bujur sangkar dll, dikaitkan dengan adatistiadat pola hidup maupun kepercayaanpenghuninya (aspek antropologis)1. Rumah dan

1 Nguyen van Huyen, Habitation sur pilotis dans l’Asie duSud-Est , Librarie Orientaliste Paul Geuthner, 1983.

kampung adat Toraja seperti pada kebanyakanarsitektur tradisional umumnya, selain berfungsisebagai tempat tinggal juga mempunyai berbagaifungsi lainnya, termasuk sosial dan spiritual2.Buku tersebut di atas menganalisis dengan baiksecara global dalam lingkup Asia Tenggara,bentuk-bentuk arsitektur dalam wilayah luas danmenyimpulkan bahwa bentuk rumah panggungdibangun karena berbagai aspek dari luar antaralain : pengaruh alam (banjir, lahan tidak rata ,berbukit-bukit, kelembaban, keamanan dll).Faktor dari dalam yang berperan sangatmenentukan adalah adat, kepercayaan dan religi. 3

Peneliti lain dari Jerman Gaudenz Domenigdalam bukunya Arsitektur Primitif yang TahanGempa (1980), menekankan berdasarkan analisisstruktur bahwa rumah panggung merupakankonstruksi tahan gempa, dan menganalisis cukupbaik kaitan antara bentuk dengan aspeksosiologis dan antropologis 4. Kenyataan inimenunjukkan bahwa arsitektur tradisional dalamproses evolusi pembentukan hingga sekarangmendasarkan pada pengalaman empiris sehinggabetul-betul merupakan cerminan budaya, polahidup, pola pikir penduduk dan sangat sesuaibahkan menyatu dengan alam dan lingkungan.

Wolff Schoemaker5 seorang arsitekKolonial Belanda banyak meneliti tentangarsitektur tradisional di Indonesia mengatakanbahwa cirinya yang menonjol adalah adanyaunsur horizontal dan vertikal terbentuk olehkolom dan balok, lambang dari integritasmanusia dan alam. Kedua unsur tersebut danbahan-bahan lainnya langsung di ambil dari alamdengan proses sederhana juga menjadi ciripenting dari arsitektur tradisional di Indonesia.Alain M. Viero6 peneliti dari Brasilia, men-jabarkan secara lebih mendetail dalam sebuahstudi kasus suatu arsitektur rumah adat di Nias,menyimpulkan adanya kaitan langsung antaraarsitektur, budaya dan alam. Iowa Imre Kis-Jovak dari Austria juga mengadakan studi kasusarsitektur tradisional masyarakat Siberut (1980).

2 Rapoport Amos, Antropology of the house . DunondParis, 1982.3 Domenig Gaudenz, Tektonik im primitiven dachbau ,Göttersitz und Menschenhaus, Zürich, 1980. Religi adalahsesuatu yang dipercaya, mengikat dan dianut oleh oleh suatumasyrakat.4 Kis-Jovak Imre Jova Autochthone Archite-cture AufSibert. Dokumentation Von Baunahen. Zürich . 1980.5 Yulianto Sumalyo, Arsitektur Kolonial Belanda,GAMAPRESS, Yogyakarta. 1993.6 Alain M. Viero, Arsitektur Perkampungan adat di PulauNias, UNESCO, Paris. (1985).

Page 3: ARS01290108.pdf

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 64 - 74

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

66

Kajian-kajian antropologis-arsitektural darikasus berbeda tersebut di atas menunjukkanbahwa arsitektur tradisional selain satu dan lainmempunyai kesamaan, tetapi latar belakang,letak geografis budaya dan pola pikir, meng-ungkapkan bentuk arsitektur secara detailperbedaan yang tidak sedikit dan sangat prinsip.

Berbagai kajian tersebut selain dapatmenjadi acuan dalam metode analisis, juga dapatmenjadi bahan perbandingan antara satu denganlainnya. Kepercayaan Aluk Todolo sangatberpengaruh, bahkan menjadi faktor penentudalam arsitektur Toraja. Jean Koubi dalambukunya berjudul Rambu Solo (1982), meng-uraikan banyak sekali aspek antropologis yangjuga mengungkap pandangan makro kosmosmasarakat Toraja, yang sangat menentukandalam pemunculan arsitektural sebagai wadahfisik dalam kehidupan dari pemeluknya7.

TANA TORAJA

Geografis, Topografis dan Administratif

Tana Toraja sering disebut singkatan-nyaTator, adalah sebutan oleh orang-orang Torajasendiri untuk wilayahnya. Saat ini Tator secaraadministrasi masuk dalam Kabupaten Toraja,terdiri dari 9 kecamatan dan 32 desa. Luaswilayah 3178 Km2, sebagian besar (40%) terdiridari pegunungan dan dataran tinggi (25%).Wilayah Tator terletak sekitar 350 Km di utarakota Makassar, antara 2°40'-3°25' lintang selatandan 119°30'-120°25' bujur timur. Di tengah-tengah wilayah berbukit-bukit tersebut mengalirdari utara-selatan Sungai Sa'dang yang ber-pengaruh secara sosial, budaya dan ekonomimasyarakat Toraja Istilah Toraja Sa'dang dipakaiuntuk menyebut wilayah dan kelompok etnis dikawasan Sungai Sa'dang. Sebutan tersebut untukmem-bedakan dengan kelompok dan tempatdengan sebutan Toraja-Mamasa, berada disebelah baratnya beberapa puluh kilometer,dipisahkan oleh lembah dan gunung. Menurutlegenda suku Toraja-Mamasa berasal dari sukuToraja-Sa'dang yang merantau ke arah barat,tidak kembali dan membentuk masyarakat Torajadi tempatnya yang baru.

Di Tana Toraja terdapat dua pusat be-rupakota kembar, yang satu Makale berfungsi sebagaipusat administrasi di selatan, lainnya Rantepao 7 Koubi Jeannie Rambu Solo’ . Edition du CNRS, Paris1982.

18 Km di utaranya, lebih berfungsi sebagai pusatpelayanan dan jasa .

Gambar 1. Peta Sulawesi Menujukkan LokasiTana Toraja.

Adat dan Kebudayaan Toraja

Masyarakat Toraja saat ini, sekitar 66%beragama Kristen, 12% Roma Katolik, sekitar7% Muslim, hanya 16% masih memeluk agama-adat disebut Aluk Todolo. Namun demikian,secara bersamaan masih banyak anggotamasyarakatnya melaksanakan adat-kepercayaanAluk Tomatua upacara ritual bagian dari AlukTodolo. Dalam kehidupan sehari-hari adattersebut antara lain terungkap dalam berbagaiupacara seperti misalnya Rambu Tuka berartisuka cita atau dalam hal ini perkawinan, upacaramemasuki rumah baru. Menurut adat Torajayang paling penting adalah upacara Rambu Soloyaitu upacara pemakaman.

Aluk Todolo kepercayaan dianut olehmasyarakat Toraja artinya adalah agama/Aturandari leluhur (aluk = agama/aturan, todolo =nenek moyang) 8. Aluk Todolo menurutpenganutnya diturunkan oleh Puang Matua atauSang Pencipta mulanya pada le-luhur pertamaDatu La Ukku' yang kemudian menurunkan

8 L. I. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya , Yalabu,Tana Toraja, 1975. hal. 50-55.

Page 4: ARS01290108.pdf

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA (Yulianto Sumalyo)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

67

ajarannya kepada anak cucunya9. Oleh karena itumenurut kepercayaan ini, manusia harusmenyembah, memuja dan me-muliakan PuangMatua atau Sang Pencipta diwujudkan dalamberbagai bentuk sikap hidup dan ungkapan ritualantara lain berupa sajian, persembahan maupunupacara-upacara. Se-telah Puang Matua menu-runkan Aluk kepada Datu La Ukku sebagaimanusia pertama, ke-mudian memberikankekuasaan kepada para Deata atau Dewa untukmenjaga dan me-melihara manusia. Oleh karenaitu Deata di-sebut pula sebagai Pemelihara yangmenurut Aluk Todolo tidak tunggal tetapi digolongan menjadi tiga yaitu: Deata Langi' (SangPe-melihara Langit menguasai seluruh isi langitdan cakrawala), Deata Kapadanganna (SangPemelihara Bumi, menguasai semua yang ada dibumi) dan Deata Tangngana Padang (SangPemelihara Tanah, menguasai isi bumi).Masing-masing golongan terdiri dari beberapaDeata yang menguasai bagian-bagian tertentumisalnya gunung, sungai, hutan dan lain-lain10.Selain kepada Deata dengan kekuasa-an masing-masing Puang Mattua atau Sang Penguasa jugamemberikan kepercayaan kepada To MembaliPuang atau Todolo (Leluhur) yang jugadiwajibkan dipuja dan disembah karenamerekalah yang memberi berkah kepada paraketurunannya 11.

Pemujaan kepada ketiga unsur yangmasing-masing berupa kelompok Deata ter-sebut, oleh masyarakat penganut Aluk Todolodiungkapkan dalam bentuk upacara-upacararitual dengan berbagai sajian, persembahan ataukorban. Persembahan ini bermacam-macambentuk, tempat dan arahnya disesuai-kan denganketiga unsur tersebut di atas.

Kepada Para Deata atau Pemelihara,dipersembahkan babi atau ayam denganmengambil tempat di sebelah timur rumah/Tongkonan dan untuk Tomembali Puang/Todoloatau Leluhur sebagai pengawas manusiadipersembahkan babi atau ayam di sebelah baratTongkonan atau di tempat kuburan.12

Adanya kepercayaan terhadap para Dewatersebut terkait dengan pandangan masyarakatToraja terhadap tata-ruang jagad raya ataumakrokosmos yang dipandang terdiri dari tigaunsur yaitu: langi' (sorga), lino atau padangberarti bumi dan Deata to Kengkok atau Puang 9 Ibid.10 Ibid.11 Ibid. hal. 52.12 Ibid. hal. 53.

to Kebali'bi' (Dewa Berekor) artinya bagian dibawah bumi. 13

Gambar 2. Skema kedudukan tiga unsuryang dipuja dalam Aluk Todolo,menurut Tangdilintin14.

Legenda:----------- Garis proses yang dilalui dengan

upacara persembahan dengan pemuja-an dari permulaan sampai tertinggi15

_______ Garis Proses langsung dengan upacarakurban persembahan kepada yangmula-mula di-hajatkan.

Menurut Tangdilintin, skema kosmo-logidari masyarakat Toraja digambarkan: PuangMatua (Sang Pencipta) di Utara/atas/langit tigakelompok Deata berada di Timur, TomembaliPuang/Todolo di Barat dan bumi tempatkehidupan manusia di bawah.

Jowa Imre Kis-Jovak peneliti dari Belanda,membuat intepretasi kosmologi dari Aluk Todolodengan gambaran terlihat dalam gambar 3.Ulluna Langi digolongkan ke dalam dunia atas,berada di titik Zenith atau puncak dari bolalangit. Permukaan bumi dipandang sebagaiDunia Tengah atau dalam bahasa Toraja disebutLino sering pula disebut Padang, terletak padabidang potong tengah bola langi' yang berartilangit. Dalam hal ini langit diartikan udara atauPuya tempat tinggal jiwa. Di dunia tengah inilahterdapat kehidupan manusia termasuk didalamnya tongkonan. Menurut interpretasi Kis- 13 Ibid. hal. 70.14 Tangdilintin. Op. Cit., hal. 54.15 Tangdilintin. Op. Cit., hal. 55. Pemujaan pada Dewa(Deata) dipandang lebih tinggi harus melalui tingkat dibawahnya.

Page 5: ARS01290108.pdf

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 64 - 74

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

68

Jovak dari hasil penelitian antropologisnya,dunia tengah dalam hal ini terletak di sebelahtimur Gunung Bamba Puang dan pohon-pohonpalem sebagai pintu keluar-masuk para Dewa disebelah barat.16 Dunia Bawah terdiri dari PongTulak Padang dan roh-roh dalam tanahmendukung dunia tengah rumah dan kediamanmanusia di muka bumi.

Menurut Kis-Jovak, di luar sistem bolalangit di sebelah barat terdapat Pongko', yangdalam mitos merupakan asal orang Toraja, di-batasi oleh tasik atau laut dengan ketiga bagiandunia tersebut di atas. Cakrawala adalahkeseluruhan sebagai pembungkus dunia tengahdipandang sebagai palullungan yang artinyaatap. Dunia bawah dipikul oleh Tulakpadangartinya Ia yang memikul bumi dengan kepala danpohon-pohon palem di tangannya. Ia menjagakeseimbangan dan bermukim 12 tingkat dibawah bumi. Meski-pun demikian, kadang-kadang terjadi ketidak seimbangan karena Indo'Ongan-ongan istrinya yang suka bertengkar,mengganggu hingga terjadi gempa bumi. Duniabawah dapat dicapai melalui lobang-lobangbelahan dan jurang-jurang. "Rongga-rongga"dalam perut bumi ini merupakan suatu ciptaanyang luar biasa, mengagumkan dan ditakutimanusia.17

Gambar 3. Pandangan kosmologi atau jagadraya masyarakat Toraja ber-dasarkan analisis Kis-Jovak dankawan-kawan.

Legenda: a. Pangko'. b. Tasik (laut). c. Gunung BambaPuang. d. Puya (Tanah dari semua yang berjiwa).

16 Jowa Imre Kis-Jovak, Banua Toraja, Royal TropicalInstitude The Netherlands, Amsterdam. 1988. hal. 36.17 Ibid.

e. Padang/lino Dunia Tengah/dunia manusia.f. Langi. g. Dunia Bawah. h. Pong Tulak Padang.i. Roh di dalam bumi. j. Puang Matua di Zenithatau Ulunna Langi. k. Tongkonan.

Sungai Sa'dang dipandang oleh masyarakatToraja mengalir dari utara ke selatan melintasTana Toraja, kemudian berbelok ke arah barat.18

Hal ini menunjukkan bahwa arah air yangkebetulan dari utara ke selatan (tepatnya dariutara-timur ke arah selatan-barat) menjadi arahpenting dalam orientasi kehidupan. Hal tersebutdapat dianalisis menurut logika bahwa airmenjadi sumber kehidupan mengalir dari daaatau utara ke arah lao' atau selatan merupakanunsur utama dalam menanam padi selain pulasangat vital dalam kehidupan sehari-hari.

ARSITEKTUR TORAJA

Desa Adat

Dalam kompleks rumah adat terdapatbeberapa tipe unit bangunan yang masing-masing mempunyai ukuran, bentuk dan lain-lainelemen arsitektural berbeda. Secara garis besar,dari segi fungsinya, terdapat dua jenis bangunanadat berbeda. Tongkonan atau rumah untuktempat tinggal dalam arti tidur, makan, istirahat,di mana pada umumnya mempunyai tado'-tado'(teras depan), tado' (ruang tamu), ba'ba atautambing (ruang tidur) dan lambun (dapur). Jenisunit lainnya adalah alang se-macam lumbungberbentuk mirip dengan tongkonan tetapi lebihkecil dan hanya terdiri dari satu ruang di atasuntuk menyimpan padi.

Kuburan juga merupakan elemen pentingdalam kehidupan masyarakat Toraja. Jenasahanggota masyarakat Toraja yang meninggal tidakdikebumikan sebelum upacara kematian. Mayatsebelum upacara kematian dianggap dandiperlakukan, disimpan dalam rumah atautongkonan, diberimakan seperti layaknya orangmasih hidup. Upacara ritual kematian menurutadat Toraja cukup kompleks, melibatkan semuamasyarakat memakan waktu berhari-hari.Barulah acara terakhir dari upacara ritual sangatkompleks tersebut jenasah dimakamkan sebetul-nya lebih tepat disemayamkan di lobang dipahatdi tebing atau lereng bukit membentuk semacamgoa19. 18 Ibid. hal. 37.19 Cukup banyak makam di Toraja, menggunakan goadikaki bukit sudah ada atau terbentuk secara alami. Saat iniada yang menggunakan "goa bauatan" terbuat dari betonbertulang. Jadi hal yang unik dalam pemakaman adat

Page 6: ARS01290108.pdf

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA (Yulianto Sumalyo)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

69

Secara detail arsitektur tongkonan dan alangatau semacam lumbung, mempunyai beberapatipe atau jenis yang meskipun secara keseluruhanbentuknya sama tetapi ada per-bedaan dalambesaran (ukuran), tata ruang (denah), bentuk,bahan, konstruksi, dekorasi dan lain-lain aspekarsitektural. 20

Gambar 4. Tana Toraja dengan desa-desanyadi mana tersebar desa adat.

Legenda: 1. Palawa. 2.Ketekesu’ . 3. Siguntu.

Tata unit

Tiga desa adat yaitu Palawa salah satukompleks desa adat terbesar, Ketekesu' di-anggap terindah dari desa-desa adat di Torajadan Siguntu kompleks desa adat berukuransedang (dari segi luas, jumlah alang danlumbung) mempunyai pola, tata-letak danorientasi kosmis sama. Ketiganya terdiri darisejumlah tongkonan, berderet dalam arahmatahari terbit dan matahari tenggelam21.Deretan tongkonan menghadap ke sebuahhalaman luas memanjang terbentuk oleh deretan

Toraja, jenasah tidak dikubur, melainkan di semayam-kandalam sebuah lubang di atas tanah.20 Kelompok Toraja. Op., Cit. hal. 52-60.21 Arah matahari terbit dan arah matahari tenggelam samadengan arah timur dan barat. Namun dalam membahasarsitektur tradisional istilah modern barat, timur dll tidaktepat untuk dipakai.

tongkonan tersebut dengan deretan lumbung ataualang. Halaman ini berupa ruang terbuka (+)positif, istilah dipakai untuk menyebut ruang luarterbentuk oleh dua dinding berhadapan, bilatongkonan dan lumbung dipandang sebagaidinding.

Bila dereten tongkonan dipandang sebagaiunsur pertama dalam kompleks rumah adatToraja, deretan lumbung atau alang sebagaiunsur ke dua, halaman di antara kedua deretansebagai unsur ke tiga, maka unsur ke empatadalah kuburan telah disebut di atas tempatpemakaman di lobang-lobang dipahat di tebingbiasanya batu karang. Kuburan berada dibelakang dari deretan tongkonan, berupatebing22. Bila dalam tata-letak ketiga kampungadat ditarik garis melebar sejajar dengan deretantongkonan, lumbung dan halaman di antaranya,maka akan terbentuk garis sumbu arah matahariterbit-tenggelam atau arah timur barat. Biladitarik garis tegak lurus dari sumbu timur-barattersebut maka akan terbentuk sumbu lainnyamelintang utara-selatan.

Halaman tengah di antara deretan alang dantongkonan, mempunyai funsgi majemuk, antaralain tempat bekerja, menjemur padi, bermainanak-anak selain pula menjadi "ruang pengikat"dan penyatu dalam kompleks. Yang terpentingdalam kaitan dengan Aluk Todolo, halaman inimenjadi tempat melangsungkan berbagaikegiatan ritual terutama dalam upacara kematianatau pe-makaman jenasah. Kenyataan inimembuktikan adanya fungsi mejemuk dariunsur-unsur ada di dalam arsitektur tradisionaltermasuk fungsi sosial23.

Dalam kosmologi dari Aluk Todolo arahmatahari tenggelam (barat) dipandang tempatbersemayam arwah leluhur, sebagai arahkematian dan masa lampau. Ke-mungkinan besarpandangan ini terbentuk karena selama puluhantahun, ratusan bahkan beberapa ribu tahunmasyarakat Toraja tradisional selalu "menyaksi-kan" tenggelamnya matahari yang berartiperubahan dari terang ke gelap malam.

22 Secara geografis yang disebut belakang dari Tongkonanadalah selatan dari kompleks secara keseluruhan. Halamanberada di sebelah utara dari deretan tongkonan. Padakenyataa-nya, arah lumbung dan tongkonan tidak tepattegak lurus arau matahari terbit-tenggelam, namun adapenyimpangan beberapa derajat ke barat atau timur.Mungkin karena peralatannya tidak memadai untuk ini.23 Dalam upacara-upacara adat selalu melibatkanmasyarakat dalam lingkungan tidak kacil, merupakanungkapan sifat sosial dari masyarakat tradisional, tercemindalam arsitektur.

Page 7: ARS01290108.pdf

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 64 - 74

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

70

Sebaliknya arah matahari tenggelam dipandangsebagai arah kelahiran, masa datang karenaterjadi perubahan dari gelap menjadi terang.Arah matahari terbit dalam Aluk Todolodipandang sebagai tempat bersemayam tigaDewa (Deata) yang ketiganya berkaitan dengankehidupan dan pemelihara bumi.

Gambar 5. Tata-letak desa adat Palawa(atas), Ketekesu' (tengah) danSiguntu (bawah).

Legenda: T. Tongkonan. L. Lumbung (Alang).A. Unit-unit baru (tidak mengikuti tradisi).

Rumah-rumah atau tongkonan dan lumbungatau alang dalam sebuah desa adat Toraja, tidakdibangun dalam sekali waktu, namun bertahapdan satu dengan lain berbeda waktu pem-bangunan cukup lama. Jumlah masing-masingmenunjukkan kategori sosial-ekonomi darikeluarga pemiliknya. Rumah tertua berada diujung arah matahari tenggelam atau barat, danberturut-turut ke arah mata hari terbit yang lebihbaru dari sebelumnya24. Di sini terlihat kembaliproses pembangunan tongkonan dan lumbungdalam kaitannya dengan kosmologi adat Toraja,

24 Adat ini rupanya saat ini sudah tidak terlalu diperhatikan,mungkin karena hal-hal lebih praktis dan keterikatan denganlahan tersedia.

Tata-letak desa adat Toraja berjejer berhadapanmembentuk halaman pemersatu di tengah. Polaini identik dengan cukup banyak arsitekturtradisional dan bahkan yang primitif, di banyaktempat di dunia ini. Halaman semacam initerbentuk oleh naluri kelompok masyarakatuntuk menjadi tempat berkumpul, melangsung-kan upacara, bekerja, bermain dan aktifitas sosiallainnya 25.

Dari segi tata-letak tersebut maka teorimenyatunya manusia dengan manusia, manusiadengan dalam arsitektur alam juga jagad raya26,pada tata-letak kompleks kampung atau desa adatToraja adalah nyata.

Bentuk dan konsturksi

Unit untuk tidur, istirahat, memasak danmakan atau tongkonan,27 berbentuk segi empatpanjang dengan sisi panjang berada pada arahmatahari terbit dan tenggelam28. Dalamlingkungan tiga desa adat dibahas di sini sisiterpendek yang berada di depan dan belakang,berukuran bervariasi antara 3-4 M. Lebardibanding panjang bervariasi antara 1 : 2 hinggasatu dibanding 2, 5, jadi panjang sekitar 8 Mhingga 10 M29.

Tongkonan selalu berbentuk kolong, hanyabervariasi pada tinggi rendah. Konstruksi kolomdan balok dari kayu mem-bentuk elemenhorizontal dan vertikal, merupakan ciri umumdari arsitektur tradisional lambang dari ikatan

25 Rapoport Amos, Antropology of the house . DunondParis, 198226 Antara lain dengan tata-letak mendasarkan pada arahmatahari terbit dan tenggelam.27 Pemakaian istilah tongkonan, untuk meng-hindarikerancuan dengan istilah rumah yang dalam bahasatorajanya banua, yang mempunyai arti keseluruhanlingkungan tempat tinggal termasuk halaman, alang,kuburan dan bagian-bagian lain menyangkut kehidupansehari-hari.28 Menghindari istilah timur dan barat yang tidak dikenaldalam konotasi adat Toraja, maka dipakai istilah lebih tepatyaitu arah matahari tenggelam dan matahari terbit.Selanjutnya arah utara disebut depan dan selatan disebutbelakang untuk menghindari hal yang sama.29 Tangdilintin. Op. Cit., hal. 43. Ukuran ini kemungkinanbesar terbentuk oleh keterikatan bahan dan peralatan.Bervariasinya ukuran panjang lebar yang tidak terlaluberbeda banyak, mungkin karena alat untuk mengukurmasih primitif. Namun yang jelas perbanding-an panjang-lebar membentuk suatu proporsi yang serasi dan indah.Cukup disayangkan bahwa saat ini di kompleks desa adatKetekesu' dibangun sebuah tongkonan yang sangat besardan tidak proporsional dibanding dengan yang kuno dansudah ada sebelumnya, sehingga merusak ke-selarasan dankeharmonisan lingkungan adatnya.

Page 8: ARS01290108.pdf

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA (Yulianto Sumalyo)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

71

antara manusia dan alam. Dari segi konstruksi,jumlah dan besaran kolom dapat disebut overdesign, artinya terlalu kuat untuk menyanggabagian di atasnya. Seperti terdapat dalam banyakhal rumah tradisional, secara jelas tongkonan ter-bagi tiga di mana terlihat sebagai menifestasidari kosmologi adanya dunia atas, dunia tengahdan dunia bawah. Selain itu terlihat jelas adanyapersonifikasi rumah terdiri dari kepala, badandan kaki. Bagian-bagian dari konstruksi hinggadetail dan kecil mempunyai sebutan baku, jugasebagai ungkapan adanya personifikasi di manarumah seperti manusia juga mempunyai bagian-bagian dengan sebut-an dan fungsi masing-masing (gambar 6)

Di antara tiang kolong, yaitu di tengah agakke belakang ada yang disebut a'riri (tonggak)posi (pusat) dihias dan diukir berbeda denganlainnya. A'riri posi yang artinya adalah tonggak-pusat, dalam adat Toraja lambang dari menyatu-nya manusia dengan bumi. Biasanya berukuran22x22 Cm, dibagian atas sedikit mengecil sekitar20x20 Cm30.

Gambar 6. Persektip konstruksi tongkonandan alang.

Legenda:1.Lentong Garopang. 2.Lentong bamban.3.A’riri posi. 4.Roroan baba. 5.Roroan lambe’.6.Tangdan. 7.Tangdan Lambe’. 8.Pata’.9.Pangngosokan. 10.Sali. 11.Sangkinan Rinding.12.Rinding. 13.Pangngosokan Rinding.14.Sambo Rinding. 15.Sangka’. 16.Kadangpamiring. 17. Pata’sere. 18. Tulak sumba. 19.Katorok. 20. Parampak. 21. Pangngoton. 22.Takek longa. 23. Lemba. 24. Katarok. 25.Rampan longa. 26. Bantuli

30 Tangdilintin. Op. Cit., hal. 46.

Metabolisme 31 dalam arsitektur Toraja

Bagian dari tongkonan cukup me-nonjoladalah atap di mana ujung depan dan belakangmenjorok disebut longa. Sebagian besarpunggung atau semacam nok dari tongkonan,berbentuk hiperbolik. Di dalam ke-tiga kompleksdusun adat (Palawa, Ketekesu’, Siguntu) danjuga tongkonan pada umumnya di Tana Toraja,bervariasi pada kecembungan-nya, mulai yangdatar hingga melengkung tajam.

Ada teori mengemukakan32 bahwa bentukatap berevolusi mulai dari datar, sedikitmelengkung hingga melengkung cukup dalam,seperti terlihat di gambar 7. Namun teori inikelihatannya kurang dapat diterima, karena padakenyataannya hingga saat ini bentuk-bentuksemacam itu masih dibuat berdasarkan fungsi,kemampuan ekonomi dan tidak ada patokannya.

Dari segi konstruksi bentuk me-lengkunghiperbolik lebih menguntungkan karena kon-struksi atap pada bagian punggung semuanyamenerima gaya tarik yang sesuai dengankekuatan bahan bangunan yaitu dari kayu danbambu. Kenyataan ini memperlihat-kan bahwakadang-kadang naluri dari suatu tradisimenghasilkan sesuatu yang logis me-nurutperhitungan modern dan dapat me-nampilkankeindahan tersendiri.

Longa yaitu ujung-ujung atap daritongkonan dan alang menjorok ke muka dan kebelakang sedikit mengecil di ujung-ujungmembuatnya menjadi unik dan indah. Ke-beradaannya tidak dapat dianalisis hinggamendapat kesimpulan yang pasti. Perbanding-anantara panjang longa dan badan tongkonan lebihkurang 1 : 1,4 yaitu misalnya panjang tongkonan10 M, maka panjang longa sekitar 7 M danpanjang atap manjadi 24 M33. Longa di-sanggaoleh tiang tinggi disebut tulak somba. Pada tulaksomba, biasanya dipasang tanduk kerbau yangdikorbankan pada saat upacara kematian. Selainmenjadi hiasan juga secara adat jumlah dari 31 Yulianto Sumalyo, Arsitektur Modern, GAMA-PRESS,Yogyakarta. 1997.Metabolisme adalah aliran dalam arsitektur modernberkembang di Jepang pada tahun 70an, dengan konsepbangunan adalah sesuatu yang hidup bahkan dalam prosestumbuh dan berkembang. Dalam aliran ini bagian-bagiankadang hingga saluran mekanikal-elektrikal bangunanditonjolkan seperti organ hidup, tanaman, binatang ataumanusia.32 Teori ini banyak dikemukakan oleh berbagai peneliti danpemerhati baik orang Toraja, dari luar Toraja dan dari luarnegeri.33 Tangdilinting. Op. Cit., hal. 54.

Page 9: ARS01290108.pdf

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 64 - 74

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

72

tanduk kerbau dipasang pada tulak sombamenunjukkan status sosial-ekonomi pemilik-nya34. Dari segi konstruksi atap tongkonan yanghiperbolik punggung atau noknya, sebetulnyatidak memerlukan penyangga atau tulak somba.

Gambar 7. Teori tentang evolusi bentukrumah adat Toraja.

Legenda:1.Banua lentong a’pa’, (bentuk awal). 2.Banuatamben (perkembangan II). 3.Banua di sandaa’riri (perkembangan III). 4.Tongkonanberpunggung atap melengkung dalam..

Keberadaan tulak somba dan longa dalamarsitektur Toraja, juga tidak dapat di-terangkansecara rasional dan pasti. Arsitektur Torajasemacam ini identik dengan konsep aristekturmodern-metabolisme di Jepang tahun 70an.Bagian-bagiannya tidak ada yang ditutup mulaidari balok, kolom, atap hingga detail konstruksi,bahkan menjadi elemen dekorasi dan tidaksedikit yang menjadi simbol, bernilai spiritualdan menujukkan kategori atau status sosialpemiliknya. Longa seolah-olah seperti sesuatusedang dalam proses tumbuh dan berkembangseperti meta-bolisme dari sesuatu yang hidup.Longa seolah-olah hasil dari proses daya tarikme-narik dua kutup yang bertentangan, yaitu

34 Sebagai bukti bahwa telah melangsungkan upacarakematian dengan jumlah korban sesuai dengan tandukdipasang.

arah tegak lurus dari matahari terbit-tenggelam.Yang satu tempat bersemayam Puang Matua atauYang Maha Kuasa (utara), lainnya tempat yangkotor termasuk antara lain untuk kuburan(selatan). Jelas hal ini merupakan kaitan erat danlangsung dari kosmologi dengan arsitekturToraja.

Denah

Tongkonan atau rumah adat Toraja, selaluberbentuk segi empat, ukuran panjang dan lebartelah disebut di atas. Pada kolong bagian depanterdapat teras disebut tangdo, fungsinya untukduduk-duduk, bagian yang biasa ter-dapat padaarsitektur adat tropis sebagi ruang peralihan luar-dalam. Lantai utama di atas kolong dibagimenjadi tiga 35 bagian : depan36 disebut paluang,tengah disebut Sali, belakang disebut sambung.

Tata letak atau denah rumah adat Torajasangat ditentukan oleh kosmologi Aluk Todolodengan faktor utama arah matahari terbit (tempatpara Deata) dan matahari tenggelam (tempatbersemayam arwah leluhur). Arah matahari terbitdipandang se-bagai bagian dari kelahiran dankehidupan. Oleh karena itu tangga, dapur didalam di-letakkan pada arah (timur) ini.Upacara-upacara berkaitan dengan kelahiran di-laksanakan pada bagian di arah matahari terbit,termasuk tangga.

Sali atau lantai tengah, meskipun tidak adasama sekali pembatas, menurut adat Torajaberdasarkan pandangan kosmologi dan secaraabstrak dibagi menjadi dua. Kedua bagian dalamsatu ruang tanpa pembatas ini masing-masingdipandang berfungsi bertolak belakang. Bagiankanan (kalau seorang menghadap ke depan) yaitusisi di mana arah matahari terbit, sebagai bagiandari kehidupan, di mana ter-dapat dapo ataudapur untuk masak dan makan. Sisi kiri atauarah matahari tenggelam dipandang sebagaibagian terkait dengan ke-matian, sehingga padabagian ini pada rumah masyarakat tradisionalToraja disemayamkan mayat dari anggotakeluarga 37. Nantinya mayat disemayamkan

35 Pembagian lantai ada yang empat, tiga, dua dan satu,menujukkan kategori sosial pemiliknya, paling tinggiempat, terendah satu. Selain itu masing-masing bagianlantai mempunyai ketinggian berbeda dari permukaantanah.36 Depan dalam arsitektur tradisional Toraja adalah utara,dan belakang adalah selatan, kata utara dan selatan tidakdipakai dalam hal ini karena istilah tersebut tidak dikenal.37 Dalam adat berdasarkan Aluk Todol’, jenasah dianggapmasih hidup sebelum dilaksanakan upacara kematian.

Page 10: ARS01290108.pdf

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA (Yulianto Sumalyo)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

73

secara tetap di lobang-lobang goa setelah melaluiupacara rambu solo’ atau upacara kematian yangsangat kompleks memakan waktu berhari-hari(tergantung kemampuan dan kategori sosial-ekonomi). Pada bagian sebelah mataharitenggelam terdapat pintu khusus untukmembawa jenasah ke luar.

Gambar 8. Denah sebuah Tongkonan diPalawa.

Legenda:A.Tangdo. B.Paluang. C.Sali. D.Sambung.1.Ariri posi. 2.Kundai. 3.Tulak somba. 4.LentongGaropang. 5.Eran (tangga). 6.Dapo’ (dapur).7.Ba’ba sade (pintu khusus mengeluarkan mayat.8.Jenasah disemayamkan. 9.Tempat tidur

RANGKUMAN DAN KESIMPULAN

Seperti pada masyarakat tradisional padaumumnya, pandangan terhadap ruang semesta,mendasarkan pada unsur-unsur alam sepertigunung, sungai, matahari terbit, mataharitenggelam, laut dan lain-lain. Masyarakattradisional lazimnya memandang bumi tidakbulat, melainkan datar, sangat luas, berbatas laut.Kepercayaan masyrakat Toraja tradisional,memandang bumi sebagai suatu lempengan luas,terdiri dari dataran, bukit, gunung dan sungai,disangga salah satu Dewa.

Mengenai arah di mana arwah Todolo ataunenek moyang berada dan para Deata atau Dewayang berada masing-masing di Barat dan Timur,mendasarkan pada arah matahari terbit danmatahari tenggelam (gambar 9). Kedua arah

terkait dengan Aluk Todolo, Timur arahkelahiran dan kehidupan, barat adalah arahkematian, sesuai dengan adanya matahari terbitdan tenggelam tersebut. Semua itu menjadifaktor penentu arsitektur adat Toraja, mulaibentuk, tata-letak, denah, konstruksi, hinggadetail-detail termasuk ornamen.

A

B

C

D

E

1 23

Gambar 9. Superposisi dari Kosmologi Tra-disional Toraja oleh Tangdilintingdan Kis-Jovak.

Legenda:A.Arah matahari terbit di mana bersemayam:1.Deata Langi’. 2.Deata Kapadangana. 3.DeataTangngana Pada. B.Arah matahari tenggelamtempat bersemayam leluhur (Todolo). C. PuangMatua. D.Tolino (bumi) E.Dunia bawah.

Arah matahari terbit dan tengelam dan arahtegak lurus padanya menjadi kutup-kutup sangatkuat karena masing-masing dipandang sebagaisesuatu yang satu dengan lain bertolak belakang.Terbentuknya longa, bukan tidak mungkinkarena “tarikan” kutup-kutup tersebut. Pandang-an primitif lainnya timbul karena terbatasnyalingkup kehidupan masyarakat tradisional dalamhal ini Toraja, adalah pembagian bumi menjaditiga yaitu dunia atas atau langit, dunia tengahatau permukaan dan dunia bawah yaitu semuayang ada di dalam perut bumi. Rumah jugaterbagi menjadi tiga, atas (atap), tengah (dindingdan lantai), bawah (kolong).

Meskipun secara teoritis berbagai bentukarsitektur tradisonal mempunyai persamaan,namun masing-masing mempunyai ciri yang satudengan lain sangat berbeda dan khas. Hal ituterjadi karena meskipun masing-masing mem-punyai pandangan terhadap alam, namun“interpetasi”nya satu dengan lain berbeda. Olehkarena itu arsitektur tradisional ataupun primitifdi Nusantara hendaknya dikaji kasus-perkasus.

Page 11: ARS01290108.pdf

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 64 - 74

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

74

DAFTAR PUSTAKA

Domenig Gaudenz, Tektonik im primitivendachbau, Göttersitz und Menschenhaus,Zürich, 1980.

Huyen van Nguyen, Habitation sur pilotis dansl’Asie du Sud-Est, Librarie OrientalistePaul Geuthner, Paris. 1983.

Kendern WalterStructure and Setlement inCentral Celebes , Gotebarg, Berlin. 1990.

Kis-Jovak Imre Jova Autochthone Architec-ture Auf Sibert. Dokumentation VonBaunahen. Zurich. 1980.

_________ Banua Toraja. Royal TropicalInstitude, The Netherlands, Amsterdams.1988.

Koubi Jeannie Rambu Solo’. Edition du CNRS,Paris 1982.

Mardanas Izarwisma Arsitektur TradisionalDaerah Sulawesi Selatan. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, UjungPandang. 1987.

Maryono Irwan. Pencerminan Budaya dalamArsitektur di Indonesia , Penerbit Djam-batan. Jakarta. 1982.

Rapoport Amos Antropology of the house.Dunond Paris, 1982.

Rasualy Moh Nur. Rumah Adat Toraja.(Tongkonan). Proyek Rehabilitasi dan

Tangdilinting L. T. Tongkonan (Rumah AdatToraja) dengan Struktur, Seni danKonstruksinya , Yayasan Lepongan Bulan.Tana Toraja 1978.

Viaro M. Alain Urbanisme et ArchitectureTradisionels du Toraja Sadang etMamasa. Unesco, Paris. 1989.