Arkeologi Sebagai Metodologi Penulisan...
Transcript of Arkeologi Sebagai Metodologi Penulisan...
Arkeologi Sebagai Metodologi Penulisan Sejarah
(Disampaikan dalam SEMINAR NASIONAL REKONSTRUKSI SEJARAH ISLAM
NUSANTARA, diselenggarakan oleh Fakultas Adab & Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, Kamis, tanggal 12 Juni 2014 di Aula Prof. Dr. Bustami A. Ghani Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Prof DR Budi Sulistiono, M.Hum
Guru Besar Sejarah & Kebudayaan Islam
Fakultas Adab & Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
A.Muqaddimah
Segala puja dan puji mari kita panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayat, serta taufiqNya kepada kita semua sehingga kita
dapat berkumpul di tempat yang penuh bahagia ini.
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak di Fakultas Adab yang
telah memberikan kesempatan untuk partisipasi dalam SEMINAR NASIONAL. Dalam
jadwal, tema yang diberikan untuk saya adalah “Arkeologi Sebagai Metodologi
Penulisan Sejarah”, tapi sebelum pentas oleh Panitia saya dihadiahi sebuah buku Fakta
Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam, karya Herman Sinung Janutama, Deputi
Institut of Philosophy Falsafatuna, Jakarta, diterbitkan oleh Noura Books, Jakarta, April
2014. Nah, Alhamdulillah sekarang saya nyata-nyata disandingkan dengan Yth penulis
buku ini. Tentunya, ini sebuah kebanggaan tersendiri buat saya pribadi, semoga saja
perjumpaan ini menjadi jalin silaturrahmi yang positif ke depan untuk sharing hasil
rekonstruksi jejak Islam Nusantara.
Menyebut nama Majapahit, telah menggiring ingatan masa lalu saya di tahun
1993, tiga minggu asyik eksavasi, tapi tidak berhasil menemukan reruntuhan
konstruksi bekas istana Kerajaan Majapahit. Sharing cerita dengan para senior di
lapangan, juga bernasib dapetin info yang sama. Sampai-sampai kami hampir
berkesimpulan, “jangan-jangan Ibukota Majapahit tidak di Trowulan, Mojokerto ini.
Andai saja tidak di sini dimana gantinya ?”. Bagaimana pun kami cukup terhibur,
hingga kini masyarakat Trowulan, Mojokerto mayoritas beragama Islam. Mereka hidup
berdampingan nan damai dengan sejumlah candi : Bajangratu, Wringin Lawang,
Bhrahu, Tikus, situs segaran, dan sejumlah peninggalan lainnya.
B.Kondisi Sebelum Berdirinya Majapahit
Jejak dakwah islamiyah pasca wafatnya Rasulullah saw tidak kenal berhenti.
Betulkah begitu ? Dalam kesempatan ini saat yang tepat tukar info dan /atau saling
memberikan informasi Jalur Perdagangan baik melalui darat mau pun laut, abad ke-13
Masehi. Semoga saja melalui peta ini dapat juga dilacak data jejak Islam pasca
Rasulullah saw. Selain itu, seringkali ada informasi “hubungan kegiatan perdagangan
di Benua Asia, khususnya hubungan antara Cina dan India telah tumbuh sejak awal
tarikh Masehi”.
Jejak usaha dakwah Khulafaurrasyidin (632- 661 M) berlanjut ke sejumlah
Khilafah membentang dari Asia Barat, Afrika, Spanyol, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia
Tenggara. Khilafah yang dimaksud, antara lain : Umayyah (Damaskus, Syria, 41-132 H
/ 661-750 M), Abbasiyyah (Baghdad, Iraq,132-656 H / 750-1258 M), Jeumpa (Aceh, 776
M-880 M), Rustamiyyah (Tahart, Aljazair Barat, 160-296 H / 777-909 M), Idrisiyyah
(Maroko, 172-314 H / 789-926 M), Aghlabiyyah (Qairawan, Tunis, 800-909 M),
Samaniyyah (Khurasan dan Transoxania, 204-395 H / 819-1005 M), Thahiriyyah
(Khurasan, 205-259 H / 821-873 M), Peureulak , Aceh Timur (840-1108 M), Shafariyyah
(Sistan1, 253-855 H / 867-1480 M), Thuluniyyah (Mesir dan Suriah, 254-292 H / 868-905
M), Zaidiyyah (Yaman, 246-680 H / 860-1281 M), Qaramithah (Arabia timur dan tengah,
281-366 H / 894-977 M), Hamdaniyyah (Syria, 293-394 H / 905-1004 M), Fathimiyyah
(Mahdia, Tunis, Afrika Utara), Kairo (Mesir), 297-567 H / 909-1171 M), Ikhsyidiyyah
(Mesir dan Suriah, 323-358 H / 935-969 M), Buwaihiyyah (Syiraz, Iran 945 M-1055 M),
Ghaznawiyyah (Ghazni, Afghanistan, 962-1186 M), al-Murabitun (Marokko, 448 H/
1056 M-541 H/1147 M, alMuwahhidun (Sevilla, Spanyol, 1128- 1269 M), alKhawarizmi,
(Khwarizmia,1121- 1219 M), Ayyubiyyah (Mesir, 564-866 H / 1169-1462 M), Mariniyyah
(Maroko, 592-956 H / 1196-1549 M), Mughal/Moghul (Agra,India,1206-1526 M),
Hafshiyyah (Tunisia dan Aljazair Timur, 625-982 H / 1228-1547 M), Mamalik (Mamluk)
(Mesir dan Suriah, 648-922 H / 1250-1517 M), Ilkhaniyyah (Tabriz, Iran, 1258 M – 1343
M), Samudera Pasai (di Pasai, Aceh, 1267 M).
1 Sistan saat ini adalah Kota Provinsi. Provinsi Sistan merupakan satu dari 31 provinsi di Iran.
Provinsi ini terletak di bagian tenggara Iran, berbatasan dengan Pakistan dan Afghanistan.
Andai saja rentetan data ini dapat diaplikasikan dalam peta, kian memperkuat
dugaan, bahwa bentangan laut yang lekat dengan sebutan “Jalur Sutera”, pentas
dakwah islamiyah dari alHaramain (Saudi Arabia), Damaskus (Syria), Baghdad (Iraq)
telah melempangkan dinamika ekonomi, budaya, agama, dan politik. Banyak sumber
menyebutkan bahwa jalan yang ditempuh agar sampai ke tempat tujuan ialah jalan
darat atau jalan laut. Dengan kata lain, keterhubungan satu tempat ke tempat lain, dan/
atau satu Negara ke Negara lain secara nyata adalah suasana dinamika antar jalur
maritime, dan jalan darat paling banyak digunakan sebagai jalur perdagangan.
Keterhubungan ini tidak akan pernah lahir jika tidak ada daya pikat yang
dimiliki oleh satu sama lain. Ambil contoh, kehidupan ekonomi Kesultanan Jeumpa2
(Aceh, 776 M-880 M), Kesultanan Peureulak3, Aceh Timur (840-1108 M), Kesultanan
Samudera Pasai (di Pasai, Aceh, 1267 M) menitikberatkan kepada sektor perdagangan.
Kenyataan ini karena Kesultanan-Kesultanan tersebut secara geografis terletak di jalur
Pelayaran dan Perdagangan Dunia, yaitu Selat Malaka. Perdagangan merupakan
sebuah proses kegiatan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk
memperoleh sebuah keuntungan. Kegiatan perjalanan mengarungi lautan dari satu
tempat ke tempat lain disebut pelayaran. Perdagangan dan pelayaran menjadi kegiatan
yang tidak terpisahkan dalam hubungan antarpusat perekonomian dan perdagangan,
antarpulau dan antarnegara di masa lalu. Kegiatan perdagangan dan pelayaran
tersebut telah membuka jaringan hubungan antar Nusantara dan dunia internasional.
Keadaan itu juga sangat mendukung kreativitas masyarakatnya untuk terjun langsung
ke bidang perdagangan, hingga diraihlah “kekuatan politik-ekonomi”. Melalui
kekuatan politik ekonomi ummat, telah menghantarkan terwujudnya pemerintahan
Kesultanan-Kesultanan itu berkembang sedemikian rupa menjadi Kesultanan yang
makmur dan memiliki pertahanan yang sangat kuat.
Rentetan era ini, khusus di sebagian wilayah Nusantara adalah seiring zaman
telah hadirnya Buddha dan Hindu. Bukti kehadiran Buddha dan Hindu, antara lain
berdirinya kerajaan, misalnya : Raja Sanjaya memerintah di Kerajaan Mataram Kuno
pada tahun 732 M. Wilayahnya sekarang ini adalah daerah Yogyakarta. Abad ke-7 M
2Lokasi Istana Jeumpa di Desa Blang Seupeueng sekarang disebut Cot Cibrek Pinto Ubeut. Masa
itu Desa Blang Seupeueng merupakan permukiman yang padat penduduknya dan juga merupakan kota
bandar pelabuhan besar, yang terletak di Kuala Jeumpa. Ibukota Kesultanan pernah pindah ke Birueun,
Aceh Utara. 3 Nama Peureulak, saat ini menjadi sebuah kota Kecamatan dalam wilayah administratif Aceh
Timur.
atau diperkirakan 671 M Kerajaan Sriwijaya, berdiri yang tumbuh dan berkembang
sampai abad dua belas, atau hingga tahun 1409 M4. Pada tahun 1019 Airlangga
mendirikan Kerajaan Kahuripan, dengan pusatnya di Kahuripan Sidoarjo, wilayahnya
membentang dari Pasuruan di timur hingga Madiun, Jawa Timur.5
C.Kondisi Sezaman Majapahit
Melalui “kekuatan politik-ekonomi’ ummat telah memberikan sumbangan
pengalaman yang tidak kecil antara lain dalam pentas-pentas dakwah islamiyah yang
tak kenal henti, dan hasilnya dapat dibuktikan dengan munculnya sejumlah
khilafah/Kesultanan di berbagai tempat yang lain, antara lain Khilafah Ghuriyyah
(Herat, Afghan, 680-1342 H / 1282-1924 M), Utsmaniyah (Istanbul, Turki, 680-1342 H /
1282-1924 M), Timuriyah (Samarkand, Uzbekistan, 1370-1506), Malaka (1402 – 1511 M),
Sulu (1450 M-skrg.). Data-data ini ketika dapat diaplikasikan dalam peta di atas, kian
membangun sejumlah asumsi yang diperkokoh sejumlah bukti, antara lain sebelum
Islam datang dan berkembang di wilayah Asia Tenggara, Malaysia berada di jalur
perdagangan dunia yang menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India
dengan wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat
perdagangan yang amat penting.6
Karena letaknya yang strategis di jalur lalu lintas perdagangan internasional
yang menghubungkan Mediterania, Afrika, Asia Barat, Asia Selatan, dan Cina, maka
Malaka berkembang pesat menjadi bandar internasional yang besar dan makmur serta
menjadi pusat pertemuan segala bangsa dan kebudayaan. Malaka juga menjadi pusat
bermukimnya para saudagar Islam yang ikut berperan dalam penyiaran Islam di
Nusantara.
Dari pesisir Aceh-Malaka-Sumatera, Islam kemudian menyebar ke berbagai arah
Timur ke daerah-daerah di pantai Utara Jawa seperti Surabaya, Gresik, Tuban,
4 Kerajaan Sriwijaya mulai ditaklukkan oleh berbagai kerajaan di Jawa, pertama oleh kerajaan
Singosari (Singhasari). Tahun 1275 Singhasari penerus kerajaan Kediri di Jawa melakukan suatu
ekspedisi dalam Pararaton selanjutnya disebut semacam ekspansi dan menaklukan Bhumi Malayu yg
dikenal dgn nama Ekspedisi Pamalayu. Penaklukkan dilakukan oleh Kerajaan Majapahit, tahun 1339.
Dan sejak itu Srwijaya sudah tidak disebut-sebut lagi dalam pentas politik.
5 Sebelum turun takhta tahun 1042, Airlangga dihadapkan pada masalah persaingan antara kedua
putranya. Maka, ia pun membelah wilayah kerajaannya menjadi dua, yaitu Kadiri dan Janggala. Peristiwa
ini diberitakan dalam Kitab Nagarakretagama dan Serat Calon Arang, serta diperkuat oleh prasasti Turun
Hyang (1044).
6 Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah dan
Perkembangannya Hingga Abad Ke-19, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1990), h. 24-30.
kemudian terus ke arah Timur hingga ke sejumlah kepulauan berikutnya, yakni
Kalimantan, Sulawesi, Ternate dan Tidore di kepulauan Maluku, Nusatenggara, Bali,
Papua. Islam datang di Papua tahun 1360 yang disebarkan oleh muballigh asal Aceh,
Abdul Ghaffar. Pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh
putra bungsu Raja Rumbati ke-16 (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H.
Ismail Samali Bauw). Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di
Rumbati dan sekitarnya. Ia kemudian wafat dan dimakamkan di belakang masjid
kampung Rumbati tahun 1374.7
Mendasarkan data berupa angka tahun, hingga tahun 1360 M Islam telah datang
di Tanah Papua. Data ini semakin memperkuat dugaan bahwa dakwah Islam sudah
merambah di hampir pelosok Nusantara. Ingat, di Gresik, Jawa Timur telah ditemukan
makam Fatimah binti Maemun bin Hibatallah (wafat, 1086 M). Karenanya, taklah
berlebihan untuk dikatakan bahwa keberadaan Majapahit (1293 M-1478 M) di
Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, adalah nyata-nyata didukung oleh peran aktif
masyarakat Muslim yang telah memberikan keteladanan dalam menciptakan kekuatan
politik-ekonomi Maritim yang bersinergis dengan realitas Agraris.
Bukti daya dukung itu dapat kita cermati dan seakan menggiring pengingatan
kita ke arah keberadaan para Auliya, kasus di Jawa dikenal nama Wali Songo. Menurut
tradisi, di antara tokoh Wali Songo datang dari Samarkand8 adalah Maulana Malik
Ibrahim (Sunan Gresik), atau Makdum Ibrahim As-Samarqandy, yang dalam Babad
Tanah Jawi disebut Makdum Brahim Asmara, dan sesekali disebut Asmarakandi,9
mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarqandy, berubah menjadi
Asmarakandi. Dalam buku The History of Java, Stamford Raffles menyatakan bahwa
menurut penuturan para penulis lokal, "Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal
berasal dari Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu raja Chermen (sebuah
negara Sabrang), telah menetap bersama masyarakat Muslim lainnya yang lebih dahulu
tinggal di Desa Leran10 di Janggala.11
7 Bambang Budi Utomo. 2011. Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam. Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata 8 Kota Samarkand merupakan ibukota propinsi Transoksania (sekarang Uzbekistan). Kota
Samarkand menjadi saksi sejarah kekuasaan Alexander The Great (Iskandar Dzu Al-Qarnain), putra
Philip dari Makedonia, ketika berhasil menaklukan Dinasti Achameneids. Kota ini telah melahirkan para
Ilmuwan Muslim pada masa Dinasti Saman, seperti: Muhammad Addi As-Samarkandi, Abu Manshur Al-
Maturidi, Abu Al-Hasan Maidani, Ahmad ibn Umar, Abu Bakr As-Samarkandi, Muhammad ibn Mas’ud
As-Samarkandi, Alauddin As-Samarkandi, Najibuddin As-Samarkandi, dan Abu Al-Qasim Al-Laitsi As-
Samarkandi. 9Babad Tanah Jawi, versi J.J. Meinsma, USA Paris Publication, 1987, h.20
10 Leran, kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Menurut tradisi, aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah
berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok
dengan harga murah. Jika upaya membuka warung sebagai salah satu strategi
dakwahnya, setidaknya untuk merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan
dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati
masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Menurut tradisi, setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim
kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Kerajaan Majapahit di Trowulan. Raja
Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan
memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang
sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga
mengandung unsur-unsur kebenaran, mengingat saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di
ibukota Kerajaan Majapahit telah banyak orang Asing termasuk dari Asia Barat, untuk
berdagang.
Menurut tradisi, Malik Ibrahim seorang yang ahli pertanian, dan sejak berada di
Gresik, hasil pertanian rakyat Gresik12 meningkat tajam. Ia juga dikenal ahli
pengobatan, menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Orang-orang
yang sakit banyak disembuhkannya dengan daun-daunan tertentu. Sebagai tabib, ia
pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa. Besar
kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Sifat lemah lembutnya, belas
kasih dan ramah kepada semua orang, baik sesama muslim atau non muslim
membuatnya terkenal sebagai tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati.
Kepribadiannya yang baik itulah semakin mendapat simpatik dari penduduk setempat
sehingga mereka berbondong-bondong dengan suka rela untuk masuk agama Islam
dan menjadi pengikut yang setia.
Malik Ibrahim menetap di Gresik , kemudian ia merintis pendirian mesjid dan
pesantren untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sampai ia wafat.
Maulana Malik Ibrahim wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 822 H/ 1419 M, dan
dimakamkan di Gapura Wetan (Gapurosukolilo), Gresik, Jawa Timur. Pada nisannya
terdapat tulisan Arab yang menunjukkan bahwa dia adalah seorang penyebar agama
yang cakap dan gigih, asal Kasyan, Iran.
11
Raffles, Sir Thomas Stamford, F.R.S., 1830. The History of Java, from the earliest Traditions
till the establisment of Mahomedanism. Published by John Murray, Albemarle-Street. Vol II, 2nd Ed,
Chap X, page 122. 12
Secara perlahan tapi pasti, Gresik menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dari Maluku, Lihat
B.J.O. Schrieke, Perebutan Kekuasaan Ekonomi di Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,1957, hal. 13.
Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat
sebagai sesepuh Wali Songo, sebagai mufti atau pemimpin agama Islam di Pulau Jawa.
Menurut Solichin Salam, Raden Rahmat diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Campa
(1960:30).13 Menurut Prof. Dr. B.J.O. Schrieke, sebagaimana dikutip oleh Amen
Budiman, Makdum Ibrahim, sebagai putra Raden Rahmat lahir paling awal pada tahun
1465.14 Tentang nama Campa ini, menurut Ensiklopaedi Van Nederlandsch-Indie adalah
suatu negeri kecil yang terletak di Kamboja (Indocina) yang kemudian dikuasai oleh
bangsa Khmer dari Vietnam.15 Menurut Raffles yang dimaksud Campa adalah Jeumpa-
Aceh (suatu tempat kini masuk dalam wilayah administrative Aceh Utara).
Menurut tradisi, Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana
Majapahit, bahkan isterinya pun berasal dari kalangan istana, bernama Nyai Ageng
Manila putri seorang Adipati di Tuban, bernama Arya Teja. la dikaruniai beberapa
putera dan puteri, yaitu: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan
Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Syarifah, yang merupakan isteri dari Sunan
Kudus. Di antara murid/santri yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan
Sunan Drajat. Kedekatan Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat penyebaran
Islam di daerah kekuasaan Majapahit, khususnya di pantai utara Pulau Jawa tidak
mendapat hambatan yang berarti, bahkan mendapat restu dari penguasa kerajaan.
Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan sebutan Sunan
merupakan gelar kewaliannya, dan nama Ampel atau Ampel Denta, atau Ngampel
Denta (menurut Babad Tanah Jawi versi Meinsma), itu dinisbahkan kepada tempat
tinggalnya, sebuah nama tempat dekat Surabaya. Di Ampel Denta ini lah ia mendirikan
pondok pesantren. Agar pesantren yang didirikan di Ampel Denta yang berawa-rawa -
merupakan daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit sebagai tanda simpatik, sejak
mula ia merangkul masyarakat sekitarnya.
Pada pertengahan abad ke-15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan
yang sangat berpengaruh. Para pemuda-pemudi Islam dididik sebagai kader, untuk
kemudian disebarkan ke berbagai tempat di seluruh Pulau Jawa. Di antara muridnya
Raden Paku yang kemudian terkenal dengan sebutan Sunan Giri, Raden Fatah (Raden
Fatah, putera Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit) yang kemudian menjadi Sultan
Pertama Kesultanan Islam di Bintoro Demak (1475 M.), Raden Makdum Ibrahim yang
dikenal dengan Sunan Bonang (putera Raden Rahmat), Raden Kosim Syarifuddin yang
dikenal dengan Sunan Drajat (putera Raden Rahmat), Maulana Ishak yang pernah
diutus ke daerah Blambangan untuk dakwah islamiyah disana, dan banyak lagi
13
Solichin Salam,(1960).Sekitar Walisanga. Kudus : Menara Kudus, hlm.30 14
Amen Budiman, (1978). Semarang Riwayatmu Dulu, Jilid I, Semarang: Tanjung Sari, hlm.88 15
Solichin Salam, Sekitar Wali Songo, (Menara Kudus, 1960), h.28
muballig yang mempunyai andil besar dalam dakwah Islam di Pulau Jawa, dan
Madura.
Sunan Ampel turut membidani lahirnya Kesultanan Islam pertama di Pulau
Jawa dengan ibukota di Bintoro, Demak, tahun 1477 atau 1479 M. la pula yang
menunjuk muridnya Raden Fatah, putra Prabu Brawijaya V Majapahit, menjadi Sultan
Demak tahun 1475 M dengan gelar: Sultan Alam Akbar AI Fattah. Kota Demak terletak
sekitar 25 km di selatan Kota Kudus. Karenanya, tidaklah berlebihan jika kemudian
Sunan Ampel dipandang punya jasa paling besar dalam meletakkan peran politik umat
Islam di Nusantara.
Di samping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan Mesjid Agung Demak pada
tahun 1479 M. bersama para wali yang lain. Ketika mendirikan masjid tersebut, para
wali mengadakan pembagian tugas. Sunan Ampel diserahi tugas membuat salah satu
dari saka guru (tiang kayu raksasa) yang kemudian dipasang di bagian tenggara,
hingga sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang membuatnya yaitu Sunan
Ampel.
Sunan Ampel mendirikan masjid, yang kini dikenal dengan nama Masjid Ampel,
dibangun pada tahun 1421, lokasinya di Kelurahan Ampel, Kecamatan Pabean
Cantikan, daerah Surabaya utara. Masjid ini didesain dengan arsitektur Jawa kuno,
menggunakan atap tumpang tiga, tidak memiliki kubah seperti bangunan Timur
Tengah.
Di kampung Ampel, sekitar kompleks Masjid Agung Sunan Ampel, terdapat 5
gapura (sbg simbol Rukun Islam):
1. Gapura Peneksen (Syahadat, bersaksi tiada Tuhan selain Allah SWT)
2. Gapura Madep (Sholat, melaksanakan sholat menghadap kiblat)
3. Gapura Ngamal (Zakat, menunaikan zakat/shodaqoh bagi yg mampu)
4. Gapura Poso (Puasa, puasa seperti di bulan suci Ramadhan)
5. Gapura Munggah (Haji, menunaikan haji bagi yg mampu)
Menurut tradisi, Sunan Ampel dianggap tokoh pertama kali yang menciptakan
Huruf Pegon16 atau tulisan Arab berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf pegon ini, ia dapat
menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya.
Generasi pelanjut Sunan Ampel17 adalah Sunan Giri (lahir di Blambangan - nama
lama dari daerah Banyuwangi, tahun 1442M). Dalam bahasa Sansekerta, kata ‘giri’
16
Kata pegon berasal dari bahasa Jawa ‘pego’ yang artinya tidak lazim dalam mengucapkan
bahasa Jawa.
berarti ‘gunung’ atau ‘bukit’. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan
Giri. Di Perbukitan itulah yang kemudian ditempati untuk mendirikan sebuah
pesantren Giri di Desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada tahun Saka nuju tahun Jawi
Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren pertama yang ada
di kota Gresik. Zainal Abidin Sultan Ternate (1486 - 1500) adalah salah seorang yang pernah
menuntut ilmu di Giri dan menjadi murid Sunan Giri Prabu Satmata.18
Pesantren Giri tidak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti
sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Pesantren ini kemudian
menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan
pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa, Sumba, Flores,
Ternate, Sulawesi dan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri
Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima. Para santri
pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau,
seperti Bawean (nama pulau dalam wilayah administrasi Jawa Timur), Kangean
(Kepulauan Kangean adalah gugusan pulau yang merupakan bagian paling timur
Pulau Madura, Laut Jawa), Madura (dalam wilayah administrative Jawa Timur),
Haruku (nama pulau di Maluku Tengah), Ternate (Maluku Utara), hingga Nusa
Tenggara19. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan20, Datuk Ri Bandang dan dua
sahabatnya, menurut tradisi adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau21.
Melalui sejumlah keteladanan para Auliya di bawah kepemimpinan Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri telah membawa suasana pergeseran kekuatan
politik dari Kerajaan Majapahit ke Kesultanan Demak 22(Demak, 1478 -1556 M), dalam
17
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M 18
H.J.de Graaf, “South East Asian Islam to The Eighteenth Century”, The Cambridge History of
Islam, Editor PM Holt, Ann K.S.Lambton, Berbad Lewis, Cambridge at the University Press, 1970,
hal.136 19
G. Th. Theodore Pigeaud, H.J. De Graaf, Islamic States In Java 1500-1600, The Hague - Martinus Nijhoff,
1976, hal.15. 20
Dari Sulawesi Islam berkembang ke Nusatenggara (Himpunan pulau antara lain : Lombok, Bima, Sumbawa,
Sumba, Timor, Solor Alor, dan lain sebagainya) yang dibawa oleh orang-orang Bugis yang banyak berhubungan dengan
Gresik dan Giri. 21
J. Noorduyn, Islamisasi Makasar, Bhratara, Jakarta, 1972, hal. 33 22 Demak semula adalah daerah yang tidak subur, penuh rawa dan sering dilanda banjir. Akan
tetapi, berkat kerja keras Raden Fatah, Demak menjadi daerah yang cukup penting. Sebagai
Kesultanan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, Demak memperhatikan masalah pertanian,
sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi andalan komoditi dagang. Dengan
demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian. Strategi selanjutnya Demak
memfungsikan Jepara sebagai Kota Pelabuhan. Kedudukan Jepara sebagai pelabuhan kemudian
memiliki hubungan dengan berbagai pelabuhan lainnya yaitu Aceh, Semenanjung Melayu,
Kalimantan, Malaka dan beberapa daerah lainnya di Asia Tenggara, jelas-jelas telah mendatangkan
keuntungan bagi Demak. Keputusan Sultan ke arah strategi politik ekonomi dan peradaban
keadaan damai. Suasana damai tetap terjaga andai saja mau mencermati dan mau
mengerti untuk kemudian lebih memahami wujud budaya (material, dan non-
material) yang sudah mengalami proses akulturasi dapat dicermati, antara lain :
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada ciri, antara lain:
a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil
dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan
biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya
yang disebut dengan Mustaka.
b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di
luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug
untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan
budaya asli Indonesia.
c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang
menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan. Agar didapat
keserasian, di tengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir. Ukiran
ataupun hiasan selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau
pada pintu dan tiang.
3. Aksara dan Seni Sastra
wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang
dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya
juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk
seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam
bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu
Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat
Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa
sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
kemaritiman, telah menghantar Demak nyata-nyata berperan sebagai penghubung antara daerah
penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat, dan
telah memperkokoh kekuatan perdagangannya secara signifikan. Karenanya, tidak berlebihan jika
kemudian eksistensinya didukung oleh pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai Kepulauan
Nusantara.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk
Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab
yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
4. Sistem Pemerintahan
Wujud akulturasi dalam sistem pemerintahan terlihat seperti apa yang pernah
diterapkan di Kesultanan Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem
pemerintahan Kesultanan Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para
wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi
dimakamkan secara Islam.
Fenomena tersebut di atas juga dapat dilacak di sejumlah peninggalan
Kesultanan Nusantara di Ternate, Maluku Utara (1486 - skrg.), Banjar, ( Banjarmasin,
Kalimantan Selatan 1490—1595 M), Tidore, Maluku Utara (1495 – skrg), Aceh
Darussalam (Banda Aceh, 1514-1903 M), Banten, (Banten, 1520- 1808 M), dan
seterusnya.
Selanjutnya, keadaan damai tidak harus diartikan MAJAPAHIT KERAJAAN
ISLAM, dengan pertimbangan :
1. Lambang Majapahit dikenal dengan istilah “Surya Majapahit”. Entah dengan
alasan apa ada kemiripan Surya Majapahit muncul pada logo yang digunakan oleh
Ormas Islam Muhammadiyah (didirikan 1912 M). Logo Universitas Gadjah Mada
(UGM) Yogyakarta juga membuat kemiripan dengan Surya Majapahit. Menurut
catatan Bapak Herman Sinung Janutama, logo yang berupa delapan sinar matahari
terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah,
tauhid dan dzat. Logo UGM mirip Surya Majapahit lengkap dengan tulisan Arab,
semoga saja sebagai hasil kreasi & motivasi seiring pendirian UGM, 1950-an, masa awal
Kemerdekaan RI. Bandingkan dengan hiasan Surya Majapahit yang ada di Komplek
Makam Tujuh, Trowulan, Mojokerto, juga dengan gambar yang serupa ada di dinding
atas Mihrab Masjid Demak, Jawa Tengah.
2. Belajar dari sejumlah situs bekas Kesultanan Islam, hamper pasti ditemukan
makam Sultan dan/ atau Komplek Makam Keluarga para Sultan. Apa pun kondisi
makam yang ditengarai adanya bangunan nisan, sangat penting untuk rekonstruksi
peristiwa sejarah. Nah, ada dimanakah makam dan/atau komplek makam para Raja
Majapahit ? Kata 'nisan' terdapat berbagai pendapat dan tafsiran. L.Ch. Damais telah
mencatat berbagai pendapat para peneliti terhadap asal mula kata nisan ditinjau dari
berbagai bahasa dan akar katanya,23 misalnya pendapat Van der Tuuk, yang
menyatakan bahwa 'nisan', bahasa asalnya dari Persia. Dalam arti umum 'nisan' adalah
'tanda'.24 Nisan dapat pula disebut 'maesan' atau 'maejan'. Kata 'maesan', berasal dari
kata 'mahisa' - merupakan bahasa Sansekerta yang berarti kerbau. Pendapat tersebut
dianalogkan pada tradisi dalam agama Hindu - berupa persembahan untuk kerbau
dalam upacara-upacara kematian. Kerbau tersebut diikat pada tiang dan setelah
upacara selesai, tiang tersebut dijadikan tanda peringatan bagi si mati.25 Adakalanya
dibuat dari batu dan ada pula yang dibuat dari kayu. Sedangkan gaya atau bentuknya
bermacam-macam.26
Sekian dan Terima kasih
Wassalam,
Tebet, 11-6-2014
23 Damais, L.Ch., (1957), "Etudes Javanaises I, Les Tombes Musulmans datees de Tralaja",
BEFEO, XLVIII, Fase 2, Paris, hlm.353-415 24 Kreemer, J., Atjeh Algemeen Samenvattend Overzicht van Land en Volk van Atjeh en
Onderhoorigheden, vol.I,Leiden, E.J.Brill, 1922 :515-516 25
Damais, L.Ch., (1957), "Etudes Javanaises I, Les Tombes Musulmans datees de Tralaja", BEFEO,
XLVIII, Fase 2, Paris, hlm.359 26 Santoso Azis, Halina Budi, "Catatan tentang Perbandingan Nisan Kubur dari Beberapa
Daerah Indonesia", dalam PIA I, Jakarta: Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional, 1986:247.