ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH...

209
ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Transcript of ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH...

Page 1: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

ARAH BARU PEMBANGUNANKESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA

TAHUN 2020 -2024

Page 2: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

ARAH BARU PEMBANGUNANKESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA

2020-2024

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIALBADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIAL

KEMENTERIAN SOSIAL RITAHUN 2019

Tim PenelitiMu’man Nuryana, Nyi R Irmayani, Badrun Susantyo, B. Mujiyadi,

Suradi, Togiaratua Nainggolan, Sugiyanto, Habibullah

KonsultanBagus Aryo, MSW, Ph.D

Page 3: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari Puslitbangkesos, Kementerian Sosial RI.

Konsultan

Bagus Aryo, MSW, Ph.D

Penulis:Mu’man Nuryana

Nyi R IrmayaniBadrun Susantyo

B. Mujiyadi, Suradi

Togiaratua NainggolanSugiyanto

Habibullah

Cetakan : 2019

ISBN : 978-602-53459-8-2

Diterbitkan oleh:

PUSLITBANGKESOS KEMENTERIAN SOSIAL RI.

Jl. Dewi Sartika No. 200 Cawang III Jakarta- Timur. Telp. (021) 8017126E-mail: [email protected]; Website: puslit.kemsos.go.id

ARAH BARU PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA 2020 -2024,- Jakarta,- Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan, Penelitian, dan Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial RI, 2019. xii + 196 hlm. 14,8 cm x 21 cm.

Page 4: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

KONTRIBUTOR

Akademisi Muhammad Fedryasyah, Bagus Adityawan, Gandung Ismanto, Masykur,

Nur Hidayanti, Efri Novianto, Heru Suprapto, Mohamad Fadil, Rosdiana, Asep Jahidin, MC. Candra Rusmala, Ida Bagus Wirawan, Rinikso Kartono, Sugeng Pujileksono, Jarkawi, Muzdalifah, Nasrul Z, Sabirin, Sulaiman Usman, Teuku Syarifuddin, Albiner Siagian, Fikarwin Zuska, Meutia Nauly, Kornelis Balak, Marthina Tjoa, Aholiab Watloly, Agustinus Kastanya, David Victor Mamengko, Mukti Jazir, Febriana FM Sorentou, Hasanudin Haruka, Bogga Pasilong, Rusman, Salim HS, Abdul Wahid, Arsyad Abd Gani, Safrudin ABD Rahman, Amrul Djana, Novaty Eny Dungga, Lomba Sultan, Jayadi Nas, Lasarus Jehamat, Yohannes Jimmy Nami, Didimus Dedi Dhosa, Hendrik

Kubela, La Alimuddin, Sunarko

PraktisiAndi Agustiana, Atik Nurhayati, Yuyun Bahtiar, Ahmad Yani, Dinar

Tricahyani, Ratu Ani Nur’aeni, A.S. Fitriannur Azim, Joni Saputra Dias, Sunarko, CH. Tri Muryatun, Ratnaningtyas, Tyasning Handayani, Sumitro, Ahmad Misbahul Munir, Ardi Anindita, Fahrurrazi, Muhammad Hilmi, Nurhayani, Syamsudin , Hasanudin, Rusdi, Angelina BR Sembiring, Ridha Valenta Yetta, Amrah Sakti, Aprizal, M. Arif Nur, Usman, Norman Sitindaon, Maxmillian R. Hattu, Tajuddin, Philipus Pattikayhatu, Harjanto Ombesapu, Muhamad Mansyur, Muhammad Hasrul, Septiyanti, Muh. Ali Rahman, Khalid SKM, Khalik Saifullah, Muktasimbillah, Lilik Wasis Widiono, Asbullah Iskandar Alam, Asep Heriawan, Abson Pippa, Azis Ajarat, Tamrin Bahara , Azhar Soleman, Heri Purnomo, Victor Frans Hattu, Ulfah, M. Iskandar Lewa, Retnowati, Matheus B.L. Rdjah, Clementina RN Soengkono, Agustinus Hake, Rudy Priyono, Purwanto, Jepry CH. Koloay, Khairul Lie, Frans Y.R. Pepuho, Abdullah M Somara, Achmad Khusairi, Andi Sangkawana, Cepi Setiawan, Diyah Anur Yani, Edi Syahputra Barus, Hoirun Nawalah, Ida Yulisnawati, Josia Jonlie, Martalena, Miznan, Padli Saleh, Agung Priyono, Saifuddin, Saprudin Saida Panda, Suheryanta, Mia Hermini, Abdullah M Somara, A.

Shernylia Maladevi, Naharuddin

Page 5: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

CSO

Adam Pratama, Ali Nurjaman, Juanta, Lis Gistiani, Nandang Suherman, Nurlaela, Achmad, Irfan Hadiyana, Bahrul Alam, Irfan, Jepri Ardian, Rauhah, Kariyati, Muslim Gunawan, Nanang Prayitno, Indiah Wahyu Andari, Haryanto, Sri Widodo, Suyanta, Achmad Nur Falakhudin, Dharmayanti, Dulyakin, Dwi Antini Sunarsih, Sugiono, Sukardi, Badi’ah, Ilyan Noor, Muhammad Aripin, Paizah, Rachmah Norlias, Ferry Hariawan, Khairat, Muhammad Iswanto, Nuraida, Rinaldi Hasan, Ferry Wira Padang, Hotmauli Simanullang, Musaddat Lubis, Rafdinal, Todo Agustinus Pasaribu, ABD Rauf, Wilem Joseph, Franky Tutupary, Mustari A. Muhammad, Mulia Sahatta Saragih, Ronny Tamaela, Nur Rahimi Hastuti, Thresje J. Gaspersz, Risdianto, Mohammad Ugik Sanjaya, Darmawi Darman, Naharuddin, Firdaus, Ruslan, Aminulah, Nurjanah, Joko Jumadi, Yudi Kusnagin, Apip Sutardi, Sadikin Amir, Kinanti Estu Linadi, Arisyono, Edy JusparEdi, Edi Ariadi, A. Syamsari, A. Shernylia Maladevi, Rudi Satria, Sudirman, Emy Rachmi Nurdin, Libby Sinlaeloe, Daud Haga Kore, Yaksih Abelmisraim Nuban Timo, RD. Hadrianus Lahus, Dodik Kurniawa, Roy Marthen Wadi, Raimond Rumere, Naftali

Okoseray, Mansur Alkafi

Asisten Peneliti/Notetaker

Atiek Difa Mufidah, Rati Afina, Tedy Setiadi, Hendi Irawan,

Fajrin Kurnia Putra, Lendi Andita

Page 6: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 v

KATA PENGANTAR

Laporan penelitian ini memuat data dan informasi tentang pembangunan kesejahteraan sosial dengan pokok bahasan: kondisi saat ini, tantangan dan prospek ke depan (arah baru). Penelitian terhadap trend perubahan yang terjadi di tingkat lokal, nasional dan internasional. Lima aspek kunci yang tercakup di dalam pokok bahasan, yaitu pendekatan developmental, investasi sosial, peran tiga sektor (pemerintah, dunia usaha dan organisasi masyarakat sipil), Kementerian Sosial sebagai regulator atau operator dan identifikasi permasalahan kesejahteraan sosial.

Berbeda dari penelitian yang selama ini dilaksanakan Puslitbangkesos, penelitian ini menggunakan metode workshop yang di dalamnya dilaksanakan focus group discussion (FGD), dengan peserta dari kalangan akademisi, praktisi, dan organisasi masyarakat sipil, di wilayah Indonesia Barat dan wilayah Indonesia Timur. Partisipasi dari kalangan akademisi, praktisi dan organisasi masyarakat sipil tersebut dimaksudkan dalam upaya memperoleh informasi yang obyektif dan mendalam berkaitan dengan arah pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia. Untuk memperkuat informasi yang dihasilkan melalui FGD, dilaksanakan survey online kepada masyarakat umum, dan review terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu.

Berdasarkan pendapat dan pemikiran-pemikiran partisipan FGD, survey online dan review literatur, diperoleh informasi bahwa arah pembangunan kesejahteraan sosial, hingga kini belum adaptif dan responsif terhadap perkembangan yang sangat dinamis di masyarakat, hal ini ditandai program belum didukung data yang akurat dan kecenderungan belum didukung Kelompok Penerima Manfaat (KPM) determinasi, dan justru semakin

Page 7: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitianvi

menikmati statusnya sebagai orang miskin. Potensi sosial di tingkat komunitas secara optimal. Demikian juga sumber daya yang ada di badan usaha dan organisasi masyarakat sipil, belum dimanfaatkan secara optimal karena belum terjadi kolaborasi yang baik dengan pemerintah.

Merespon perkembangan yang sangat dinamis di masyarakat, dan tantangan yang dihadapi pembangunan kesejahteraan sosial, baik nasional, regional maupun innternasional, maka diperlukan transformasi pemikiran dari para pemangku kepentingan dan para penyelenggara pembangunan kesejahteraan sosial. Ke depan diperlukan perubahan mendasar menuju program kesejahteraan sosial yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan dan dinamika yang terjadi di masyarakat.

Jakarta, Juli 2019

Kapuslitbangkesos,

Harry Z. Soeratin

Page 8: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................... vii

DAFTAR TABEL ..................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR/DIAGRAM ............................................... ix

BAB I : PENDAHULUAN ....................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................... 1

B. Urgensi Penelitian ................................................... 8

C. Rumusan Masalah .................................................... 11

d. Tujuan ..................................................................... 13

e. Manfaat ..................................................................... 14

f. Metodologi Penelitian ............................................ 14

G. Kerangka Konseptual ........................................... 20

H. Organisasi Penelitian .............................................. 26

I. Tahapan dan Jadwal Penelitian ............................. 27

J. Sistematika Pelaporan ............................................ 28

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ................................................ 291. Program Bantuan Pangan ........................................ 29

2. Program Kelompok Usaha bersama (KUBE) ......... 32

3. Progam Program Keluarga Harapan (PKH) ........... 35

4. Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil .......................................................... 38

5. Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni ...................................................... 39

6. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) .......... 40

7. Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia ................. 43

Page 9: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitianviii

8. Program Pemberdayaan Remaja ............................ 45

9. Program Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza ........................................ 47

10. Program Rehabilitasi Sosial Disabilitas .................. 48

11. Program Rehabiliatsi Sosial Orang Dengan HIV/AIDS ................................................... 49

12. Program Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Tindak Kekerasan ................................ 50

Bab III: HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................... 52

A. Gambaran Informan dan Responden .................... 52

B. Hasil dan Pembahasan ........................................... 59

BAB IV: PENUTUP ................................................................... 103

A. Kesimpulan .............................................................. 103

B. Rekomendasi ............................................................ 104

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 107

Page 10: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Peserta Lokakarya Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2019 ................................... 16

Tabel 1.2 : Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial 25

Tabel 1.3 : Tahapan dan Jadwal Penelitian .......................... 27

Tabel 3.1 : Rekapitulasi Peserta FGD Wilayah Barat dan Timur .................................................... 52

Page 11: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitianx

DAFTAR GAMBAR/DIAGRAM

Gambar 1.1. Dari Model Residual-Institusional Menuju Model Pengembangan ..................... 7

Gambar 1.2 Strategi Triangulasi dalam Penelitian ............. 18

Diagram 3.1 Peserta FGD Wilayah Barat dan Timur ............. 54

Diagram 3.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 56

Diagram 3.3. Responden Berdasarkan Provinsi ...................... 57

Diagram 3.4. Tingkat Pendidikan Responden ........................ 58

Diagram 3.5. Jenis Pekerjaan Responden .............................. 58

Diagram 3.6. Bantuan Sosial Menimbulkan Ketergantungan ................................................. 64

Diagram 3.7. Bansos Memperlemah Tradisi .......................... 65

Diagram 3.8. Pemerintah lebih banyak berperan dalam Penanganan Masalah Sosial .............................. 72

Diagram 3.9. Program untuk Mengurangi Resiko Bencana ... 75

Diagram 3.10. Penyediaan Pendapatan bagi Penyandang Masalah Sosial .................................................... 76

Diagram 3.11. Program Penguatan Masyarakat untuk Menangani Masalah ............................ 76

Diagram 3.12. Program Penanggulangan Kemiskinan ........... 77

Diagram 3.13. Penilaian Terhadap Keberhasilan Kementerian Sosial RI ....................................... 77

Diagram 3.14. Permasalahan Sosial Baru sehubungan dengan Perkembangan Teknologi ..................... 92

Diagram 3.15. Pencegahan lebih diutamakan dalam pencegahan Masalah Sosial .............................. 93

Diagram 3.16. Terobosan Baru dalam peningkatan kapasitas individu, keluarga, komunitas, masyarakat

dan Lembaga Kesejahteraan Sosial .................. 94

Page 12: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 xi

Diagram 3.17. Menyatukan pembangunan ekonomi dan sosial diperlukan terobosan baru agar tidak membebani masyarakat ................. 96

Diagram 3.18. Peran Kementerian Sosial kedepan lebih berorientasi pada penguatan masyarakat untuk menangani masalah sosial ...................... 97

Diagram 3.19. Bantuan Keuangan dari Pemerintah Dana Desa/Kelurahan sebaiknya dapat digunakan untuk mengatasi masalah sosial .... 98

Diagram 3.20. Bantuan Sosial dari Pemerintah sebaiknya terus dilakukan tanpa ada pelatihan keterampilan ...................................................... 101

Diagram 3.21. Prioritas yang perlu ditangani Kementerian Sosial ............................................ 102

Gambar 4.1 Roadmap Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Tahun 2020-2024 ............ 106

Page 13: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024
Page 14: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 1

PENDAHULUANIBab

A. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun, dan merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional. Saat ini, kita berada di penghujung periode RPJMN periode 2015-2019, yang merupakan tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007).

RPJMN 2015-2019, disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden terpilih (Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla), yang dikenal dengan Nawa Cita. Untuk menjamin pencapaian visi dan misi serta konsistensi arah pembangunan nasional, agenda pembangunan nasional ini didistribusikan melalui Kabinet pemerintahan yang telah disusun. Susunan Kabinet ini terjabarkan ke dalam Kementerian maupun Lembaga. Kementerian Sosial merupakan salah satu pilar pencapaian visi dan misi ini, khususnya terkait Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial.

Page 15: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian2

Di dalam dokumen RPJMN (I-III), khususnya dalam bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial, bagian terbesarnya masih terfokus pada penyelesaian risiko-risiko sosial lama. Walaupun memang, diakui, ada juga yang sudah mulai merespon permasalahan sosial kontemporer faktual yang boleh jadi sudah merupakan fenomena adanya permasalahan sosial baru, sebagai bagian dari risiko sosial baru. Permasalahan dalam koridor risiko sosial lama, oleh Kementerian Sosial memasukkannya ke dalam Permasalahan Kesejahteraan Sosial (PMKS), yang terdiri atas 26 (dua puluh enam) dengan tetap mengedepankan penguatan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).

RPJMN III belum secara eksplisit memberikan arahan atas apa dan bagaimana menyikapi masuknya era Revolusi Industri 4.0. Bagaimana dan apa yang harus dilakukan, baik oleh negara (melalui pemerintah), masyarakat dan dunia usaha.

Pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial dewasa ini, terasa dan kasat mata hampir dalam segala lini masih didominasi oleh peran pemerintah pusat. Mulai dari regulasi, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi. Padahal diakui, bahwa pemerintah memiliki keterbatasan pada banyak hal, khususnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan alokasi anggaran. Beban pemerintah yang lebih dominan, pada akhirnya membebani tugas-tugas pemerintah sendiri dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, termasuk di bidang kesejahteraan sosial.

Hingga saat ini, pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia, lebih fokus pada penyelesaian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)1 yang terdiri atas 26

1 Kementerian Sosial RI. (2012). Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 08 tahun 2012 tentang PMKS. Jakarta : Kementerian Sosial RI.

Page 16: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 3

(dua puluh enam) kategori, dengan tetap mengoptimalkan penguatan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Rumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) III tahun 2015-2019 masih fokus pada perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan. Hal tersebut terlihat dari penganggaran Kemensos 2015-2018. Namun demikian, pemerintah sudah merespon permasalahan sosial kontemporer walau hanya dalam skala kecil.

Grafik 1. Anggaran Kemensos 2015-2018

Sumber: Biro Perencanaan Kemsos, 2018

Pasca reformasi, Indonesia dihadapkan pada trend dikotomis antara otonomi daerah dan globalisasi dengan segala konsekuensinya. Otonomi daerah membuka peluang yang besar bagi pengembangan sumber daya lokal. Namun pada saat yang bersamaan, juga memunculkan ekses negatif yang justru kontra produktif dengan makna dan tujuan pembangunan seperti munculnya hegemoni daerah yang berlebihan. Sementara pada level global, perkembangan industri telematika yang diserap arus pasar bebas, memaksa

Page 17: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian4

warga dunia membuka diri dengan segala implikasinya. Arus informasi yang deras memunculkan benturan nilai, keterasingan, sikap permisif hingga perilaku anti sosial.

Memasuki era otonomi daerah, pembangunan kesejahteraan sosial masih didominasi pemerintah pusat. Dominasi ini terlihat dalam peran pemerintah pusat sebagai aktor utama dalam perumusan regulasi, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi. Pemerintah pusat menjalankan peran rangkap sebagai regulator sekaligus operator. Sebaliknya, secara umum pemerintah daerah belum mandiri dan masih sangat tergantung ke pemerintah pusat. Hal ini sejalan dengan hasil studi Background Study Biro Perencanaan Kemensos (2018) yang menyatakan masih lemahnya keberpihakan penganggaran daerah. Di sisi lain penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan urusan wajib namun belum dijalankan dengan baik sehingga penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan pelayanan dasar tidak menjadi prioritas dalam penganggaran daerah.

Sarana prasarana masih menjadi kendala dalam penyelenggaran kesejahteraan sosial khususnya terkait manajemen data yang meliputi belum efektifnya mekanisme pemutahiran data baik dari sisi sistem maupun sisi SDM pelaksana. Aspek lain yang masih menjadi kendala adalah masih terbatasnya kuantitas dan kualitas kelembagaan kesejahteraan sosial sebagai wadah dalam pemberian layanan dan penanganan masalah sosial baik milik pemerintah provinsi, kabupaten/kota maupun masyarakat. Sedangkan masyarakat cenderung berperan sekedar pengikut atas apa yang sudah digariskan oleh pemerintah pusat dan daerah.

Pada level kebijakan, perlindungan sosial di Indonesia sudah diarahkan pada perlindungan sosial komprehensif

Page 18: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 5

dengan menata asistensi sosial berbasis keluarga dan siklus hidup, perluasaan cakupan sistem jaminan sosial nasional, pemenuhan hak dasar penyandang disabililitas, lansia dan kelompok masyarakat marginal dan penguatan kelembagaan sosial.

Namun pada tataran implementasi, program-program perlindungan sosial tersebut belum secara penuh mengarah pada sistem perlindungan sosial komprehensif dan adaptif, sehingga masih menyisakan beberapa persoalan yang menyangkut capaian dampak dari program perlidungan sosial yang belum secara signifikan menuntaskan persoalan kemiskinan.

Jumlah penduduk miskin terus mengalami penurunan menurut BPS sebesar 9,4 % (Maret 2019). Namun demikian sebagian besar penduduk lainnya masih menghadapi kerentanan terhadap berbagai risiko sepanjang siklus hidup. Dengan kata lain capaian program perlindungan sosial masih terkotak-kotak pada capaian per-jenis program/kegiatan dan belum menunjukan dampak berbagai jenis program secara komprehensif.

Grafik 2. Prosentase Penduduk Miskin Tahun 2015-2019

Sumber : BPS, 2019

Page 19: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian6

Grafik diatas mengindikasikan bahwa program penanganan fakir miskin yang dilaksanakan selama ini realtif mampu menurunkan angka kemiskinan. Namun demikian hal ini bukan berarti telah mampu mendorong pengembangan skema program penghidupan berkelanjutan yang diarahkan pada upaya pemberdayaan masyarakat. Terlebih, mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat menjadi lebih layak dan berkelanjutan, antara lain melalui peningkatan akses terhadap kegiatan ekonomi produktif, akses terhadap peningkatan keterampilan kewirausahaan, dan akses permodalan yang disertai dengan bimbingan dan pendampingan usaha serta pemasaran produk.

Skema penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial, idealnya lebih mengedepankan upaya-upaya preventif (prevention service) sebagai arus utama. Namun pada kenyataannya, kita masih lebih mengedepankan pelayanan rehabilitasi dengan basis institusi/panti (alternative state care). Skema penyelenggaraan pelayanan sosial semacam ini jelas memerlukan anggaran yang jauh lebih besar. Sehingga dalam banyak kasus masih ditemukan inefisiensi, efektifitas pelayanan yang belum optimal bahkan adanya penyimpangan (anggaran).

Skema penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial modern dan ideal, mengedepankan upaya pencegahan (prevention service) sebagai pilar utamanya. Kemudian diikuti dengan pelayanan primer (early intervention service), dan dilanjutkan dengan sistem perlindungan (protection service). Sedangkan pelayanan berbasis institusi, misalnya dalam bentuk panti atau lembaga-lembaga lainnya, merupakan pelayanan alternatif terakhir (alternative state care). Keempat komponen skema penyelenggaraan kesejahteraan

Page 20: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 7

sosial modern ini pada dasarnya telah terbangun dalam sistem penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Indonesia (yang utamanya dilaksanakan oleh Kementerian Sosial). Meskipun demikian dalam konstruksi piramida terbalik, dimana pelayanan alternatif akhir (alternative state care) menjadi bagian terbesarnya, sedangkan upaya pencegahan (prevention service), masih mendapatkan proporsi yang relatif kecil. Di dalam konstruksi ini dikenal dengan istilah Residual-Institutional Dichotomy Model (Dutschke, 2007). Sementara itu, penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial modern dan ideal mengarah ke model pengembangan (Developmental Model of Sosial Welfare), sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.1. Dari Model Residual-InstitusionalMenuju Model Pengembangan

Pada konstruksi penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial Residual-Institutional Dichotomy Model, alternative state care menempati posisi atas, dengan salah satu konsekuensinya adalah terjadi penumpukan “activities”

Page 21: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian8

dengan segala konsekuensinya (anggaran besar, perlu SDM banyak, sistem pengelolaan yang rumit dan panjang dan lain-lain). Sementara itu, dalam konstruksi Developmental Model of Sosial Welfare memiliki unsur (komponen) yang sama, hanya posisi strukturnya yang berbeda. Sementara untuk mengubah, menuju struktur yang ideal, langkah transformasi, adalah sebuah keniscayaan.

Bercermin dari kondisi sebagaimana diuraikan di atas, maka ada pertanyaan menggelitik apakah masih ada ruang untuk melakukan transformasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini? Atau secara lebih mendasar, apakah mungkin delivery dalam pelayanan sosial dilaksanakan oleh pihak ketiga, yang bahkan dilakukan oleh bukan instansi pemerintah? Dengan demikian pemerintah pusat (Kementerian Sosial) benar-benar menempatkan diri sebagai regulator dan pembuat kebijakan?

Sebuah contoh proses perjalanan transformasi ini sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh Kementerian Sosial. Penyerahan sebagian anggaran untuk pelayanan sosial ke pihak lain (Pemerintah Daerah ataupun Lembaga Kesejahteraan Sosial) melalui skema Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) atau penyaluran Bantuan Sosial bagi Penerima Manfaat melalui Himpunan Bank Negara (Himbara) dalam Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

B. Urgensi Penelitian

Arah pembangunan nasional di Indonesia era reformasi ini mengacu pada visi dan misi Presiden terpilih sebagaimana disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Namun visi dan misi dimaksud sudah tidak bisa

Page 22: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 9

dijadikan pedoman bagi pembangunan nasional karena memiliki keterbatasan waktu. Sementara itu penyusunan RPJM dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) kurang mewakili kepentingan lintas-generasi karena disusun untuk kepentingan politik Presiden terpilih.

Pembangunan yang dilengkapi dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencerminkan tingkat kesehatan, kesejahteraan dan pendidikan. Selain itu IPM dapat digunakan untuk melihat tingkat ketimpangan yang terjadi pada yang akan menjadi indikator pembangunan di Indonesia. Saat ini, telah terjadi perubahan mendasar pada pengukuran indikator pembangunan, yaitu adanya penambahan dimensi yang diukur pada suatu masa atau ada yang sudah mengarah pada pengukuran seberapa baik masa depan kesejahteraan suatu bangsa. Penambahan dimensi kesejahteraan ini bertujuan mengukur kesejahteraan warga seperti rasa aman dan ketenangan. Sebagai misal, mengukur keberhasilan pembangunan dilihat dari tingkat keberlanjutan ekonomi, tata kelola yang baik, pengembangan kultur, dan pelestarian lingkungan. Kemudian, ada istilah Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan seperangkat program dan target pembangunan untuk semua negara anggota PBB dan termasuk Indonesia. Indonesia terikat secara sosial dan moral untuk melaksanakannya. Indonesia akan menentukan kemampuan dalam memenuhi target pembangunan berkelanjutan mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2030 memiliki cakupan berupa 17 tujuan, 169 target, dan 230 indikator.

Dalam lingkup pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia, negara telah memandatkan kepada Kementerian Sosial untuk mengelola penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi seluruh warga Negara Indonesia, khususnya

Page 23: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian10

warga miskin dan rentan. Oleh Kementerian Sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini terdistribusi melalui empat fungsi: rehabilitasi sosial, perlindungan dan jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan penanganan fakir miskin. Implementasi program kegiatannya dilakukan oleh instansi/dinas sosial secara berjenjang, dari pusat, provinsi, hingga ke kabupaten/kota, yang selanjutnya didistribusikan kepada para Penerima Manfaat (PM) melalui Pendamping Sosial pada setiap Kecamatan/Desa/Kelurahan. Proses penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang berjenjang ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan Penerima Manfaat (warga miskin dan rentan) baik dilakukan secara mandiri atau dengan bantuan kelompok tertentu.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam memberdayakan kehidupan sosial adalah peluang dan menjadi penting dalam penanganan dan pengentasan kemiskinan. Khususnya fakir miskin yang memerlukan bantuan sosial dan pemberdayaan sosial. Sebenarnya peluang disesuaikan dengan situasi dan kondisi keluarga fakir miskin, sehingga fakir miskin layak dibantu dalam kurun waktu tertentu atau berjangka yang memungkinkan mereka akan mandiri. Bantuan sosial sebagai aspek penting penyelenggaraan kesejahteraan sosial, diperlukan bagi penanganan kemiskinan. Bantuan berupa dana untuk perorangan dan kelompok yang sudah memiliki usaha yang dijalankan sejak lama. Jika mereka berhasil, maka akan dilanjutkan dengan program lainnya. Bantuan berupa sarana untuk mendukung kegiatan yang dilakukan dalam bidang yang menghasilkan bagi kehidupan diri sendiri dan keluarga.

Setidaknya ada empat empat pilar yang menjadi tumpuan dalam pengentasan kemiskinan yaitu: penyelenggara,

Page 24: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 11

pendamping, orang/pihak yang peduli, dan penerima manfaat. Penyelenggara menyusun program kegiatan yang dilakukan dan didukung dengan proses pemberdayaan sosial secara berkesinambungan. Pendamping merupakan orang-orang terdepan yang akan melaksanakan kegiatan terhadap penerima manfaat, sehingga ia memiliki kemampuan dalam memberdayakan atau melakukan perubahan di masyarakat. Pelaku di lapangan lain yang sangat penting yaitu orang peduli yang akan memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya dengan memberi bantuan langsung atau tidak langsung. Keempat pilar ini ternyata tidak hanya diperlukan dalam penanganan kemiskinan saja, melainkan juga dalam proses dan sistem penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Ini merupakan tantangan strategis dan sistemik dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Indonesia. Bagaimana pemerintah yang merupakan kepanjangan tangan dari negara memfasilitasi, memediasi serta memberikan dukungan kepada empat pilar ini untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Indonesia yang lebih efektif, lebih efisien serta lebih tepat sasaran. Apakah kiranya diperlukan skema, sistem bahkan arah baru dalam pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia?

C. Rumusan Masalah

Walau sudah ada rujukan seperti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, namun kenyataaan menunjukkan kesejahteraan sosial dimaknai berbeda-beda oleh akademisi, praktisi, klien dan komunitas serta masyarakat pada umumnya. Ini terjadi karena perbedaan latar belakang pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Perbedaan ini mempengaruhi implementasi hingga kinerja program kesejahteraan sosial.

Page 25: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian12

Pada tingkat daerah, kecenderungan otonomi daerah membuka peluang yang besar bagi pengembangan sumber daya lokal, baik sumber daya manusia, sumber daya alam maupun sosial. Namun pada saat yang bersamaan, otonomi daerah juga memunculkan ekses negatif yang justru kontra produktif dengan makna dan tujuan pembangunan nasional seperti munculnya dengan munculnya hegemoni daerah yang berlebihan.

Selanjutnya pada level global, perkembangan industri telematika yang diserap arus pasar bebas, memaksa warga dunia membuka diri dengan segala implikasinya. Arus informasi yang deras memunculkan benturan nilai, keterasingan, sikap permisif hingga perilaku anti sosial dalam bermasyarakat.

Situasi ini membutuhkan arah dan kebijakan yang lebih antisipatif dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Arah dan kebijakan tersebut diharapkan mampu mengantisipasi kompleksitas permasalahan kesejahteraan sosial masa depan. Sejalan dengan hal ini, permasalahan penelitian ini adalah bagaimana arah baru pembangunan kesejahteraan sosial dalam RPJMN tahun 2020-2024.

Penelitian ini berupaya mengungkapkan dan mendalami aspek-aspek kunci yang sangat menentukan arah pembangunan kesejahteraan ke depan, yang terdiri dari lima aspek yaitu (1) pendekatan developmental, (2) investasi sosial oleh negara, (3) partisipasi tiga sektor (pemerintah, dunia usaha dan CSO), (4) peran Kementerian Sosial sebagai regulator atau operator, dan (5) identifikasi permasalahan kesejahteraan sosial 2.

2 Midgley & Conley (2010). Social work and Social Development: Theories and Skills for Developmental Social Work. New York. USA: Oxford University Press.

Page 26: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 13

Penentuan kelima aspek ini modifikasi dari teori yang diungkapkan oleh Midgley & Conley (2010) tentang Social Work and Social Development; Ferguson (2010) tenang Social Development, Social Enterprise and Homeless Youth; serta Kaplan (2010) tentang Social Invesment and Mental Health: The role of Social Enterprise.

Modifikasi ini didasarkan pada pertimbangan tuntutan global seperti Revolusi Industri 4.0, komitmen global SDGs, HAM dan VUCA World (Volatility Uncertainty Complexity and Ambiguity); serta berbagai peraturan perundangan yang berlaku. Selain itu amanat Undang-Undang menyebut pembangunan kesejahteraan sosial dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat (public partnership).

Untuk itu dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian yang meliputi :

1. Bagaimana implementasi pendekatan pembangunan kesejahteraan sosial saat ini?

2. Bagaimana bentuk investasi sosial oleh negara ?

3. Bagaimana partisipasi tiga sektor yaitu pemerintah, dunia usaha dan CSO?

4. Bagaimana peran Kementerian Sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial?

5. Bagaimana permasalahan kesejahteraan sosial saat ini?

Dari lima rumusan ini akan dikemas dari 3 sudut pandang yaitu: kondisi saat ini, tantangan dan prospek.

d. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan arah baru pembangunan kesejahteraan sosial sebagai masukan bagi penyusunan RPJM 2020-2024, yang akan memberikan arahan

Page 27: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian14

kepada pemangku kepentingan utama dalam merumuskan kebijakan sosial inovatif untuk mencapai masyarakat sejahtera.

e. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang ilmu kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi perumusan dan/atau pengembangan kebijakan sosial yang inovatif yang mampu mengantisipasi isu-isu sosial strategis ke depan dan terutama untuk memberikan masukan bagi perumusan RPJM 2020-2024.

f. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kombinasi kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011) bahwa, metode penelitian kombinasi adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif. Berdasarkan pendapat di atas bahwa, metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggunakan dua metode yaitu metode penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk digunakan dalam suatu kegiatan penelitian. Sehingga diperoleh data yang lebih lengkap dan menyeluruh.

Pendekatan kualitatif dilakukan melalui lokakarya sebagai metode penggerak utamanya. Melalui lokakarya ini diharapkan akan mampu menggali isu-isu strategis dalam

Page 28: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 15

domain sosial beserta alternatif solusi. Hasilnya akan menjadi masukan untuk memperbaharui kebijakan sosial ke depan yang tercantum dalam dokumen RPJM 2020-2024.

Penelitian dengan pendekatan lokakarya ini memungkinkan terjadinya peristiwa experience of shared place di antara para peserta di mana hal ini sangat berbeda dengan experience of space yang dipisahkan oleh lokasi fisik dalam jenis penelitian lainnya yang biasa dilakukan di lapangan. Experience of place memungkinkan peserta lokakarya untuk mengalami community of practice shared di antara peserta dalam setting sebuah ruang pertemuan.

Pendekatan kuantitatif, secara teknik dilakukan melalui online survey dengan menggunakan aplikasi Survey Monkey. Survei online dilakukan kepada masyarakat umum melalui pengisian formulir survei yang bisa dilakukan pada masing-masing gadget, smart phone responden.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui pendekatan lokakarya dalam penelitian ini, pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui teknik Focus Group Discussion (FGD), yang akan mengeksplorasi isu-isu sosial strategis dan alternatif solusi dari perspektif peserta lokakarya regional dan konvensi nasional.

Data kuantitatif, diperoleh melalui online survey. Dari data kuantitatif ini nantinya akan dilakukan proses analisis deskriptif.

3. Peserta Lokakarya

Berdasarkan pendekatan ini, penentuan peserta menggunakan pendekatan kewilayahan pulau-pulau terbesar se-Indonesia sebanyak 9 kabupaten dan 8 kota.

Page 29: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian16

Tabel 1.1 Peserta Lokakarya Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2019

No Pulau Kota/Provinsi Kabupaten/Provinsi

1 Sumatera Medan (Sumut) Aceh Besar (Aceh)

Pangkal Pinang (Babel)

2 Jawa Serang (Banten) Sumedang (Jabar)

Yogyakarta (DIY) Sidoarjo (Jatim)

3 Kalimantan Banjarmasin (Kalsel) Kutai Kertanegara (Kaltim)

4 Sulawesi Makassar (Sulsel) Mamuju (Sulbar)

5 Nusa Tenggara Kupang (NTT) Lombok Barat (NTB)

6 Maluku Ambon (Maluku) Halmahera Timur (Maluku Utara)

7 Papua Sentani (Papua)

Manokwari (Papua Barat)

Informan atau peserta penelitian berperan sebagai narasumber dan akan mengikuti proses FGD dalam setiap sesi lokakarya. Ketepatan informan adalah kunci validitas data penelitian. Oleh sebab itu penentuan informan harus diseleksi dengan tepat. Seleksi ini harus didasarkan atas kesepakatan tim peneliti, konsultan, dinas sosial dengan mempertimbangkan kiprah atau kinerja calon peserta.

a. Peserta FGD berasal dari masing-masing provinsi terdiri dari akademisi, praktisi dan Civil Society Organization (CSO).

b. Akademisi sebanyak 3 (tiga) orang yang menekuni bidang ekonomi, sosial, budaya, agama, pendidikan, kesehatan yang berasal dari Perguruan Tinggi/Fakultas berbeda di kabupaten/kota atau ibukota provinsi.

Page 30: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 17

c. Praktisi sebanyak 4 (empat) orang terdiri dari praktisi kesejahteraan sosial unsur pemerintah swasta yang terdiri dari Dinas Sosial Kota/Kabupaten, Bappeda Kota/Kabupaten Bidang Sosial Budaya, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan, UPT Pusat (kalau ada), Forum Corperate Sosial Responsibility (CSR) Provinsi dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah).

d. Civil Society Organization (CSO) di tingkat bawah (grass root) sebanyak 5 (lima) orang, disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing, seperti: Yayasan bidang kesos berskala lokal/regional, KADIN provinsi/kabupaten/kota, Bazda/Komsos (Keuskupan) dan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Kab/Kota.

4. Responden Online Survey

SurveyMonkey merupakan salah satu alat survei online paling populer di dunia (https://www.surveymonkey.com). Mengumpulkan data penelitian melalui pendekatan tradisional (tatap muka, survei pos, atau telepon) memakan biaya dan waktu. Munculnya pendekatan pengumpulan data berbasis internet (misalnya online platform dan email), merupakan sebuah survei alternatif relatif hemat biaya. Strategi baru pengumpulan data ini bisa mengumpulkan data dalam jumlah besar dari para responden dalam jangka waktu singkat.

Strategi pengumpulan data berbasis internet ini juga layak dan efektif dalam mengumpulkan data tentang isu-isu sensitif atau dengan sampel yang umumnya sulit dijangkau. Karena proporsi signifikan dari populasi di dunia terhubung secara digital, pergeseran dari postal (kertas-pensil) atau telepon kepada penggunaan survei online dalam penelitian adalah untuk kepentingan para peneliti di dunia akademisi maupun dunia komersial.

Page 31: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian18

Dibandingkan dengan desain dan melaksanakan versi kertas (kuesioner), ada keterbatasan literatur untuk membantu peneliti dengan rancangan dan penggunaan kuesioner online.

Responden pada survei online adalah masyarakat umum, juga para peserta/narasumber pada saat penyelenggaraan. Semua memiliki kesempatan yang sama untuk mengisi formulir online survey ini. Formulir survei menggunakan sejenis SurveyMonkey. Waktu pelaksanaan survey selama 1 (satu) bulan, sejak pelaksanaan advance. Pelaksanaan survei dimulai sejak 7 Maret 2019 sampai dengan 7 April 2019.

Lokakarya: Suatu penyiapan dengan mana sekelompok orang belajar, mengumpulkan Pengetahuan baru, melakukan pemecahan-masalah, atau berinovasi dalam kaitannya dengan sebuah isu domain-spesifik. (Orngreen dan Levinsen, 2017)

Gambar 1.2 Strategi Triangulasi dalam Penelitian

Page 32: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 19

Triangulasi: Penggunaan berbagai metode atau sumber data dalam penelitian kualitatif untuk mengembangkan pemahaman komprehensif tentang fenomena (Patton, 1999). Triangulasi dipandang sebagai strategi penelitian kualitatif untuk menguji validitas melalui konvergensi informasi dari berbagai sumber. Denzin (1978) dan Patton (1999) mengidentifikasi 4 jenis triangulasi: (a) triangulasi metode, (b) triangulasi peneliti, (c) triangulasi teori, dan (d) triangulasi sumber data. Pada penelitian ini menggunakan trianglasi sumber data yaitu lokakarya, SurveyMonkey dan kajian literatur.

5. Limitasi Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari sejumlah keterbatasan. Kelemahan yang dirasakan oleh peneliti perlu untuk diungkapkan demi kesempurnaan penelitian selanjutnya dalam bahasan yang sama. Diantaranya adalah: 

a. Penelitian ini dibatasi pada 3 jenis informan yaitu akademisi, praktisi dan organisasi sosial masyarakat yang dianggap dapat mewakili ketiga sektor pembangunan kesejahteraan sosial yang berasal dari 19 provinsi wilayah barat dan timur Indonesia.

b. Aspek-aspek kunci yang didiskusikan dalam FGD di workshop dibatasi pada 5 aspek yang menentukan arah pembangunan kesejahteraan sosial ke depan yaitu (1) pendekatan developmental, (2) investasi sosial oleh negara, (3) partisipasi tiga sektor (pemerintah, dunia usaha dan CSO), (4) peran Kementerian Sosial sebagai regulator atau operator, dan (5) identifikasi permasalahan kesejahteraan sosial yang dianalisis melalui 3 sudut pandang yaitu kondisi saat ini, tantangan dan prospek.

Page 33: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian20

c. Penyebaran survey online hanya dilakukan melalui jejaring Kemensos saja tidak dilakukan sosialisasi secara formal.

G. Kerangka Konseptual

Penelitian tentang Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial, berupaya mengungkapkan dan mendalami aspek-aspek kunci yang merupakan aspek yang sangat menentukan arah pembangunan kesejahteraan ke depan. Ada lima aspek yang diungkap dan didalami dalam penelitian ini, yaitu (1) pendekatan developmental, (2) investasi sosial oleh negara, (3) partisipasi tiga sektor (pemerintah, dunia usaha dan CSO), (4) peran Kementerian Sosial sebagai regulator atau operator, dan (5) identifikasi permasalahan kesejahteraan sosial. Kelima aspek tersebut sebagaimana diuraikan di bawah ini:

1. Developmental Approach (Pendekatan Perkembangan)

Pada pendekatan ini yang mengutamakan pentingnya pemberdayaan, pencegahan dan investasi sosial (Midgley & Conley, 2010):

a. Pemberdayaan, preventif dan sosial investment (investasi sosial). Developmental Sosial Work: client strengths, importance empowerment, provide tangible sosial investments that enhance their capability and facilitate their participation in community life and the productive economy, artinya bahwa kekuatan klien, pentingnya pemberdayaan, menyediakan investasi sosial nyata yang meningkatkan kemampuan mereka dan memfasilitasi partisipasi mereka dalam kehidupan masyarakat dan ekonomi produktif

b. Developmentasl sosial work stresses the role of community-based practice interventions, artinya bahwa pengembangan pekerjaan sosial menekankan peran intervensi praktik berbasis masyarakat

Page 34: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 21

c. Poverty/deprivation and despair addressing these challenges is a key element in developmental practice, artinya bahwa adanya kesenjangan/kekurangan dan keputusasaan/kehilangan harapan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini melalui elemen kunci dalam praktik pembangunan

d. Bagaimana program bantuan sosial yang dilaksanakan Kementerian Sosial saat ini (seperti: PKH, Rastra, KUBE), keunggulan dan kelemahannya. Dan bagaimana program bantuan sosial ini ke depan, apakah terus dilanjutkan seperti saat ini, atau perlu dilakukan perbaikan-perbaikan.

e. Kementerian Sosial saat ini memberikan perhatian lebih besar pada upaya penanganan (kuratif, rehabilitatif ). Bagaimana ke depan, apakah model ini masih relevan, atau diperlukan model baru yang berorientasi pada upaya pemberdayaan.

f. Penanganan permasalahan sosial oleh Kementerian Sosial (mis: kemiskinan, ketelantaran, kecatatan, ketunasusilaan, dan lain-lain) saat ini lebih bersifat residual (lebih fokus pada penyandang masalah sosial). Upaya pencegahan terjadi dan meluasnya permasalahan sosial masih kurang memperoleh perhatian. Bagaimana model penanganan permasalahan sosial ke depan?

g. Partisipasi sebagai kata kunci dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Apakah program Kementerian Sosial telah memberi ruang partisipasi secara luas kepada penerima manfaat program? Bagaimana model pembangunan kesejahteraan sosial ke depan, sehingga memperkuat partisipasi penerima program?

Page 35: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian22

2. Investasi negara bidang sosial

a. Sosial investment include: job training, employment placement, adult literacy, micro-enterprise, asset savings account, community development etc, artinya Investasi sosial meliputi: pelatihan kerja, penempatan kerja, literasi orang dewasa, usaha mikro, aset rekening tabungan, pengembangan masyarakat dan sebagainya.

b. Sosial Investment State Lifelong education and an increased government role in the sosial economy as leading sosial investment strategies (Giddens, 1998). Pendidikan sepanjang hayat dan peningkatan peran pemerintah dalam sosial ekonomi sebagai strategi investasi sosial terkemuka

c. Investments in human capital, sosial capital, cost effective programs, employment, individual and community assets, removal of barriers to economic participation that are indeed consistent with a sosial investment approach artinya bahwa investasi dalam sumber daya manusia, modal sosial, program yang hemat biaya, lapangan kerja, aset individu dan masyarakat, penghapusan hambatan partisipasi ekonomi yang memang konsisten dengan pendekatan investasi sosial (Midgley & Sherraden, 2000).

d. Sosial investment aims to offer an effective answer to neo-liberal critiques of sosial spending as wasteful and a source of dependency. For example, Midgley explicitly views the sosial investment state as a model to ‘legitimate’ sosial welfare. Because it attempts to integrate sosial and economic needs, sosial investment seeks sosial programs that advance economic development, artinya bahwa investasi sosial bertujuan untuk menawarkan jawaban efektif terhadap kritik neoliberal tentang pengeluaran sosial sebagai pemborosan dan sumber

Page 36: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 23

ketergantungan. Misalnya, Midgley secara eksplisit memandang keadaan investasi sosial sebagai model untuk “melegitimasi” kesejahteraan sosial. Karena berusaha memadukan kebutuhan sosial dan ekonomi, investasi sosial mencari program sosial yang memajukan pembangunan ekonomi.

3. Partisipasi 3 sektor (pemerintah, dunia usaha dan masyarakat)

Memperkuat pelaku kebijakan sosial dari segi regulasi (termasuk insentif ), mendorong partisipasi aktif, (bila ada) menghilangkan regulasi yang menghambat partisipasi dalam perlindungan sosial. Kondisi saat ini:

a. Pemerintah mendominasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial saat ini.

b. Swasta dan masyarakat kurang berkontribusi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

c. Bantuan sosial dari pemerintah memberikan efek negatif terhadap nilai-nilai kearifan lokal.

d. Dana desa/kelurahan sebagian/keseluruhan belum digunakan untuk mendukung kegiatan kesejahteraan sosial berbasis-komunitas.

4. Peran Kementerian Sosial: regulator atau operator

a. Desain pembagian peran antara pusat dan daerah (UU Pemda no 23 th 2014) masih relevan atau tidak? Bagaimana implementasinya?

b. Saat ini Kementerian Sosial berperan sebagai regulator sekaligus operator, apa kelebihan dan kekurangannya?

c. Peran rangkap Kementerian Sosial menimbulkan ambigusitas dalam hal perencanaan, pelaksana dan evaluator (dinikmati sendiri).

d. Bagaimana sebaiknya pembagian peran ini?

Page 37: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian24

5. Karakteristik masalah sosial

Kondisi yang dirasakan banyak orang. Suatu masalah baru dapat dikatakan sebagai masalah sosial apabila kondisinya dirasakan oleh banyak orang. Namun, tidak ada batasan mengenai berapa jumlah orang yang harus merasakan masalah tersebut. Jika suatu masalah mendapat perhatian dan pembicaraan yang lebih dari satu orang, masalah tersebut adalah masalah sosial.

Kondisi yang dinilai tidak menyenangkan. Menurut paham hedonisme, orang cenderung mengulang sesuatu yang menyenangkan dan menghindari sesuatu yang tidak mengenakkan. Orang senantiasa menghindari masalah, karena masalah selalu tidak menyenangkan. Penilaian masyarakat sangat menentukan suatu masalah dapat dikatakan sebagai masalah sosial.

Kondisi yang menuntut perpecahan. Suatu kondisi yang tidak menyenangkan senantiasa menuntut pemecahan. Umumnya, suatu kondisi dianggap perlu dipecahkan jika masyarakat menganggap masalah tersebut perlu dipecahkan. Pada waktu lalu, masalah kemiskinan tidak dikategorikan sebagai masalah sosial, karena waktu itu masyarakat menganggap kemiskinan sebagai sesuatu yang alamiah dan masyarakat belum mampu memecahkannya. Sekarang, setelah masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menggulangi kemiskinan, kemiskinan ramai diperbicangkan dan diseminarkan, karena dianggap sebagai masalah sosial.

Pemecahan masalah tersebut harus diselesaikan melalui aksi secara kolektif. Masalah sosial berbeda dengan masalah individual. Masalah individual dapat diatasi secara individual, tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui rekayasa sosial seperti aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial, karena penyebab dan akibatnya

Page 38: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 25

bersifat multidimensional dan menyangkut banyak orang

Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012 menyebutkan adanya (26) dua puluh enam jenis permasalahan yang berkembang dalam masyarakat, yang dikenal dengan istilah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

Tabel 1.2 Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

1. Anak Balita Terlantar 14. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan

2. Anak Terlantar 15. Orang dengan HIV/AIDS

3. Anak yang Berkonflik dengan Hukum

16. Korban Penyalahgunaan NAPZA

4. Anak Jalanan 17. Korban trafficking

5. Anak Disabilitas 18. Korban tindak kekerasan

6. Anak korban tindak kekerasan 19. Pekerja Migran Bermasalah Sosial

7. Anak yang memerlukan perlindungan khusus

20. Korban bencana alam

8. Lanjut usia telantar 21. Korban bencana sosial

9. Penyandang disabilitas 22. Perempuan rawan sosial ekonomi

10. Tuna Susila 23. Fakir Miskin

11. Pengemis 24. Keluarga bermasalah sosial psikologis

12. Pemulung 25. Gelandangan

13. Kelompok Minoritas 26. Komunitas adat terpencil

Berdasarkan 26 jenis PMKS diatas, hal yang perlu

dipertanyakan adalah:

1. Apakah masih relevan dengan permasalahan sosial yang berkembang saat ini?

Page 39: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian26

2. Apa masalah sosial yang sedang berkembang saat ini?

3. Bagaimana kecenderungan permasalahan sosial ke depan?

H. Organisasi Penelitian

Penelitian Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial dilaksanakan dengan susunan organisasi sebagai berikut:

Pengarah Kepala Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial

Penanggung Jawab Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Konsultan Bagus Aryo, Ph.D.

Ketua Tim Mu’man Nuryana, Ph.D

Sekretaris Nyi R. Irmayani, SH, M.Si

Anggota Drs. Suradi, M.Si

Drs. Benedictus Mujiyadi, MSW

Badrun Susantyo, Ph.D.

Drs. Togiaratua Nainggolan, M.Si

Sugiyanto, S.Pd, M.Si

Habibullah, S.Sos, M. Kesos

Asisten Peneliti/Notetaker

Atiek Difa Mufidah S. Kesos., M. Kesos

Rati Afina S.Kesos., M.Kesos

Tedy Setiadi S.Sos

Hendi Irawan, S.Pd., M.Kessos.

Fajrin Kurnia Putra, S.H., M.Kesos.

Lendi Andita S. Kesos

Sekretariat

Kepala Bagian Tata Usaha

Kepala Bidang Penelitian Perlindungan dan Jaminan Sosial dan Penunjang

Page 40: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 27

I. Tahapan dan Jadwal Penelitian

Penelitian Arah baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial dimulai sejak Akhir tahun 2018 sampai dengan tahun 2019, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1.3 Tahapan dan Jadwal Penelitian

No Tahapan Penelitian Bulan Tahun

1. Penyusunan Rancangan September 2018

2. Penyusunan Instrumen Oktober 2018

3. Pembahasan Rancangan dan Instrumen Oktober 2018

4. Uji Publik di Bandung Nopember 2018

5. Uji Publik di Yogyakarta Desember 2018

6. Brainstorming antar K/L Januari 2019

7. Penyempurnaan Rancangan dan Instrumen

Februari 2019

8. Pengumpulan dan Review Literatur Februari – Maret

2019

9. Penjajagan Lokasi/Advance Maret 2019

10. Pengumpulan Data Survey Online Maret – April 2019

11. Lokakarya Regional Barat di Jakarta 25 – 29 Maret 2019

12. Lokakarya Regional Timur di Makassar 3 – 6 April 2019

13. Pengolahan Data FGD Mei 2019

14. Pengolahan Data Survey Online Mei 2019

15. Pengolahan Data Literatur Mei 2019

16. Penyusunan Draft Laporan I Juni 2019

17. Penyusunan Draft Laporan II Juni 2019

No Tahapan Penelitian Bulan Tahun

18. Konvensi Nasional 30 Juni – 3 Juli 2019

19. Penyampaian Laporan Terbatas Ke Menteri Sosial dan Pejabat Eselon I

11 Juli 2019

Page 41: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian28

20. Penyusunan Draft Laporan III 22 – 26 Juli 2019

21. Finalisasi Laporan Agustus 2019

22. Penyusunan Executive Summary Agustus 2019

23. Penyusunan Policy Brief Agustus 2019

24. Pencetakan Laporan September 2019

25. Diseminasi Laporan September 2019

J. Sistematika Pelaporan

Bab I : Pendahuluan, mendeskripsikan tentang latar belakang, rumsuan masalah, tujuan, metode, kerangka konseptual, tahapan dan jawal, organisasi penelitian dan sistematika laporan.

Bab II : Tinjauan Pustaka, menyajikan hasil-hasil penelitian terdahulu terkiat dengan program yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial.

Bab III : Temuan dan Pembahasan, mendeskripsikan data dan informasi hasil FGD dan survey online tentang Kondisi Saat Ini, Tantangan dan Prospek ke Depan pembangunan kesejahteraan sosial.

Bab IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, mendeskripsikan kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi serta implikasi kebijakan.

Lampiran

Laporan FGD wilayah BaratLaporan FGD wilayah TimurLaporan FGD KonvensiKontributor Penelitian (Akademisi, Praktisi dan CSO)

Page 42: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 29

TINJAUAN PUSTAKAII

Bab

Tinjauan pustaka ini menyajikan hasil-hasil penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial (Puslitbangkesos) dan lembaga-lembaga penelitian lain, yang relevan dengan tujuan penelitian arah baru pembangunan kesejahteraan sosial. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentang program-program yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial menjadi background study, dan sebagai dasar untuk menentukan aspek-aspek kunci dalam penelitian ini. Program dan kegiatan yang menjadi background study dalam penelitian ini, yaitu:

1. Program Bantuan Pangan

Program bantuan pangan yang dikelola oleh Kementerian Sosial RI telah mengalami beberapa pergantian nama. Program Subsidi Beras Miskin (Raskin) kemudian berubah menjadi Beras Sejahtera (Rastra) dan saat ini bertranformasi menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Berdasarkan hasil penelitian mengenai program bantuan pangan yang pernah dilakukan (Sitepu, dkk. 2014; Jayaputra, dkk. 2017; World Bank, 2017; Wahyudi, dkk, 2018), menyebutkan bahwa

Page 43: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian30

masih terdapat beberapa permasalahan di lapangan, antara lain:

a. Belum ada basis data terpadu untuk penerima program bantuan pangan, sehingga masih sering terjadi kesalahan pada sasaran penerima bantuan.

b. Kuantitas bantuan pangan dalam hal ini beras, yang diterima oleh Rumah Tangga Penerima Manfaat (RTPM) tidak sesuai dengan kuantitas jumlah yang telah ditentukan. Misalnya RTPM hanya mendapatkan 5,5 Kg beras yang seharusnya setiap RTPM mendapatkan kuota beras sebesar 10 Kg.

c. Alokasi dan distribusi Rastra berbeda menurut wilayah.

d. Harga tebus raskin di masyarakat sangat variatif bahkan cenderung lebih mahal dan tidak sesuai dengan harga yang telah ditetapkan.

e. Kualitas raskin yang diterima oleh RTPM sebagian besar kurang baik dan layak.

f. Waktu pendistribusian tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

g. Prosedur penyaluran Rastra dipersulit oleh pemberian kewenangan pengelolaan yang cukup besar kepada para pelaku di daerah.

h. Sistem pelaporan pertanggungjawaban yang buruk sehingga tidak dapat merepresentasikan pelaksanaan program yang dijalankan dengan semestinya.

i. Adanya daerah yang menetapkan waktu pengambilan bantuan, sehingga masyarakat memiliki keterbatasan waktu untuk mengambil bantuan sehingga bantuan tidak optimal diserap oleh masyarakat.

j. Program bantuan pangan belum dapat mencukupi kebutuhan gizi masyarakat.

Page 44: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 31

k. Masih banyak ditemukan saldo yang masih kosong pada bantuan non tunai.

l. Signal GPRS masih sulit dijangkau terutama untuk wilayah terpencil.

Adapun rekomendasi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada program bantuan pangan adalah sebagai berikut:

a. Redisain program seperti: mengganti komoditi dengan kartu, menyesuaikan jumlah raskin sesuai dengan jumlah anggota keluarga, dan melanjutkan program raskin dengan dana APBD.

b. Penyaluran bahan pangan perlu melibatkan satu agen penjualan yang ditetapkan dengan jumlah sesuai dengan pedoman.

c. Mengirimkan surat undangan kepada penerima sebagai bentuk sosialisasi dan edukasi tentang program.

d. Pemda perlu melakukan pemantauan secara lebih menyeluruh agar dapat berjalan secara optimal.

e. Sosialisasi dan pengawasan dalam penentuan Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

f. Pemutakhiran basis data terpadu yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan KPM.

g. Modal/alat transaksi, registrasi dan aktivasi: yaitu KK dan KTP saja.

h. Membuat aturan yang jelas tentang titik distribusi Bulog ke KPM.

i. Meningkatkan pelibatan peran pemerintah daerah dari titik distribusi Bulog ke KPM.

j. Pengawasan pelaksanaan penyaluran Rastra dari titik distribusi Bulog sampai ke KPM.

Page 45: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian32

k. Melakukan pengecekan di lokasi akhir titik distribusi (warung desa/kelurahan atau ketua RT setempat) terhadap beras sebelum diserahkan kepada KPM

l. Adanya layanan untuk penerima jika ada keluhan seperti adanya perlakukan khusus bagi Lansia.

m. Ketersediaan dan penyebaran merchant/agen/toko perlu ditambahkan dan terdata.

n. Perdagangan voucher makanan dan pencairan pembayaran digital.

o. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembayaran digital.

p. Penambahan jumlah dan sebaran e-warong.

q. Fasilitasi signal GPRS yang memadai dari provider.

r. Peningkatan keterlibatan pemerintah daerah.

Meskipun mekanisme bantuan pangan sering berganti-ganti mekanisme program padahal intinya sama, ketidaktepatan sasaran penerima bantuan masih tinggi, pencairan program yang terlambat, kualitas beras banyak yang kurang baik, jumlah bantuan yang diterima tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya, beras belum memenuhi standar gizi karena kualitas beras banyak yang kurang baik. Bantuan pangan belum mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. Penelitian sebelumnya merekomendasikan perlu pendampingan yang lebih mengenai kondisi sosial yang kurang mendukung dengan diadakannya program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan perlu transparansi dan pangawasan yang lebih ketat agar tidak terjadi penyimpangan.

2. Program Kelompok Usaha bersama (KUBE)

Dari beberapa kajian mengenai KUBE yang pernah dilakukan (Shrader, Leesa W, et. al., 2007; Roebyantho, dkk. 2011; Widiyanti, SYM & Hidayatulloh, Nurrochman,

Page 46: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 33

A, 2015; Sitepu, A, 2017), terdapat beberapa permasalahan dari program KUBE yang telah dijalankan oleh Kementerian Sosial. Beberapa Permasalahan tersebut antara lain:

a. Masih rendahnya tingkat pendidikan anggota kelompok sehingga kemampuan mengelola KUBE menjadi kurang.

b. Kemampuan mengembangkan usaha di dalam kelompok KUBE masih kurang.

c. Masih rendahnya mobilitas anggota KUBE sehingga menghambat pemasaran.

d. Masih terdapat dana bantuan yang digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga.

e. Masih kurangnya keterbukaan antar pengurus dan anggota KUBE.

f. Permasalahan geografis dan budaya yang dihadapi antara kelompok KUBE dengan pendamping.

g. Kurangnya assessment terhadap potensi dan kebutuhan anggota KUBE pada saat pertama kali membentuk KUBE.

h. Sistem kerja dalam kelompok yang belum berjalan dengan baik.

i. Manajemen pengelolaan dan sistem administrasi KUBE yang masih sangat sederhana.

j. Peran pendampingan kepada peserta KUBE belum dilakukan secara optimal.

k. Kapasitas SDM tenaga pendamping untuk program KUBE masih rendah dalam menjalankan tugas pendampingan kepada peserta KUBE.

l. Program KUBE masih bersifat top down dan belum banyak menyentuh aspek pemberdayaan masyarakat khususnya pemberdayaan ekonomi.

m. Bantuan dana yang diberikan tidak diberikan sepenuhnya dan dilakukan oleh pihak ketiga.

Page 47: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian34

n. Pengawasan terhadap program KUBE masih kurang optimal.

o. Pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang masih kurang.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan dalam rangka perbaikan dalam penyelenggaran program KUBE diantaranya adalah:

a. Perlu ditekankan pada perbaikan aspek ekonomi dan kelembagaan dalam pengelolaan KUBE.

b. Perlu ditingkatkan pendampingan bagi kelompok KUBE agar lebih profesional.

c. Dinas Sosial setempat diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait lainnya.

d. Perlunya peningkatan kualitas SDM bagi anggota dan pengurus KUBE.

e. Komitmen bersama antar stakeholder terkait, seperti komitmen antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah mengenai pelaksanaan program KUBE secara optimal sesuai dengan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah.

f. Sosialiasi program KUBE kepada masyarakat dengan memperhatikan potensi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ada di masyarakat.

g. Strategi perencanaan program KUBE yang baik dan matang, sehingga pelaksanaan KUBE lebih terarah dan terukur kinerjanya.

h. Meningkatkan peran pendampingan sejak proses perencanaan dan pelaksanaan sehingga KUBE dapat berkembang dan berkelanjutan.

Page 48: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 35

i. Seluruh proses kegiatan, mulai dari sosialiasi hingga evaluasi, perlu dilakukan secara matang dan terarah.

j. Diharapkan setiap pihak yang terlibat dalam program KUBE merupakan seorang profesional.

3. Progam Program Keluarga Harapan (PKH)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yaitu Bappenas, 2009; Nazara, S & Rahayu, SK, 2013; UNICEF, 2016; World Bank, 2017; Cahyadi, N, 2018 mengenai Program Keluarga Harapan (PKH) permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:

a. Terkait ekspansi PKH, program akan jauh lebih sulit untuk dikelola dari tingkat pusat, dan merevisi strategi sumber daya manusia (SDM) saat ini, khususnya yang berkaitan dengan peran dan fungsi lembaga fasilitator program.

b. PKH dapat menimbulkan kecemburuan sosial antara masyarakat yang menerima program dan yang tidak menerima program.

c. Kurangnya sistem pengaduan atau mekanisme GRS (Grievance Redress System) terutama di tingkat lokal. Sebetulnya Penerima PKH dapat menyampaikan pengaduan ke fasilitator namun hal ini tidak efektif. Keluhan hanya dicatat di lembaga sosial namun tidak ada tindakan lanjutan yang efektif.

d. Terkait dengan sistem pembayaran melalui bank, masih banyak penerima program yang tidak memiliki dokumen legal seperti NIK. Masyarakat nomaden, pelaut, dan petani serta pekerja temporer dan pekerja migran merupakan masyarakat yang dapat terkendala hal ini.

e. PKH tidak secara signifikan memberikan dampak pada pemberdayaan perempuan dan status sosialnya dalam rumah tangga.

Page 49: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian36

f. Hasil Program Keluarga Harapan paling terlihat di aspek pendidikan dan kesehatan. Meski begitu, salah satu penelitian menyebutkan bahwa PKH tidak memiliki dampak apapun terhadap konsumsi rumah tangga, meningkatnya aset dan pekerjaan penerima program. Ini menunjukkan PKH belum memiliki efek pengentasan kemiskinan yang transformasional bagi penerima manfaat.

g. Pelaksanaan PKH terutama di bidang kesehatan dan pendidikan amat tergantung pada sarana dan prasarana di wilayah masing-masing seperti keberadaan sekolah (untuk wajib belajar 9 tahun), lokasi puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya sehingga perlu kordinasi yang baik dengan pemerintah daerah.

h. Secara teoritis, sasaran PKH adalah keluarga yang sangat miskin. Sedangkan dalam pelaksanannya, penerima PKH masih tetap berada di program yang sama meskipun kondisi ekonomi mereka telah meningkat. Padahal di sisi lain, masih ada masyarakat yang berada pada bottom decile tidak terjangkau oleh PKH

i. Kelompok tahun 2007 (gelombang pertama penerima PKH) seharusnya tidak lagi menjadi sasaran program sejak 2013 (batas 6 tahun) namun hal ini belum bisa dilakukan karena belum adanya strategi pengakhiran (exit strategy) dan lepas dari program. Kementerian Sosial perlu membuat strategi transformasi untuk mempersiapkan penerima bantuan lepas dari program

j. Fasilitator seringkali memiliki kekurangan pengetahuan serta keterampilan baik keterampilan teknik maupun soft skill seperti kemampuan komunikasi, fasilitator dan konseling. Sehingga perlu adanya upaya peningkatan kapasitas. Tenaga kesehatan, kader serta tokoh masyarakat juga dapat menjadi salahsatu stakeholder yang perlu diberikan pemahaman dan peningkatan kapasitas terkait program PKH.

Page 50: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 37

k. PKH juga tidak memiliki dampak apapun terhadap berkurangnya jumlah pekerja anak karena mekanisme PKH kurang memadai dalam mengatasi persoalan ini.

l. Jumlah bantuan PKH tidak cukup memberikan insentif bagi pekerja anak untuk berhenti kerja dan kembali sekolah.

Adapun rekomendasi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan PKH di lapangan adalah sebagai berikut:

a. Kementerian Sosial harus membuat roadmap yang jelas untuk mengidentifikasi dan memastikan inklusivitas penerima bantuan terutama yang berada di daerah-daerah terpencil di Papua dan kelompok penerima manfaat yang baru (lansia dan disabilitas).

b. Perlu peninjauan manajemen sistem data terkait ekspansi program PKH dan memastikan bahwa sistem data yang dimiliki mampu mendukung pelaksanaan program PKH yang diperluas sasarannya tersebut.

c. Kementerian Sosial perlu segera memperkenalkan sistem pembayaran berbasis bank.

d. Perubahan aturan dan peningkatan program, membutuhkan sistem pengaduan yang lebih baik.

e. Perlu strategi yang menyeluruh agar perubahan yang terjadi dalam Program PKH dapat dikomunikasikan dengan baik pada penerima manfaat.

f. Diperlukan training untuk meningkatkan kapasitas fasilitator, pekerja kesehatan dan kader baik hard skill maupun soft skill.

g. Perlu adanya capacity building kepada tokoh agama melalui NU terkait pemahaman mengenai gizi dan kesehatan.

h. Perlu peningkatan jumlah fasilitator.

i. Memperluas cakupan dan pendirian kelembagaan

Page 51: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian38

j. Perlu adanya strategi pengakhiran dan lepas dari program (exit strategy).

k. Ada resertifikasi pada tahun kelima program.

l. Terkait sarana dan prasarana bagi terlaksananya program PKH, Dalam banyak kasus, prasarana juga merupakan tanggung jawab pemerintah daerah; karenanya, kerja sama dengan pemerintah daerah merupakan langkah yang sangat penting.

4. Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Puslitbangkesos, 2015 dan B2P3KS Yogyakarta, 2018 menyimpulkan terdapat beberapa permasalahan selama pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, yaitu sebagai berikut:

a. Cakupan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil masih sangat rendah jika dibandingkan dengan jumlah PMKS yang ada di lokus penelitian.

b. Cakupan program masih rendah, di mana salah satu penelitian menyatakan cakupan program per tahun pada lokus penelitiannya hanya sebesar 3% dari keseluruhan PMKS, ditambah dengan asumsi adanya pertambahan jumlah PMKS per tahun, maka tanpa perubahan rancangan program, dapat dipastikan PPKAT tidak akan mampu untuk menyelesaikan masalah sosial yang terjadi di lokus penelitian.

Rekomendasi utama yang dihasilkan dalam penelitian-penelitian di atas, antara lain:

a. Integrasi program-program yang diterima PMKS.

b. Koordinasi antar struktur Pusat dan Daerah.

c. Pelibatan unsur lain di luar Pemerintah, termasuk di

Page 52: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 39

dalamnya integrasi program yang diterima PMKS yang dilakukan oleh unsur lain di luar Pemerintah.

d. Peningkatan peran dan kontribusi Pemerintah Daerah dalam mendukung program Pemerintah Pusat, dalam hal ini PPKA.

e. Meningkatkan profesionalitas Sumber Daya Manusia yang berinteraksi langsung dengan penerima manfaat (benificiaries), seperti Sakti Peksos dan/atau LKSA dalam, dan tenaga pendamping (fasilitator pemberdayaan masyarakat) dalam PPKAT.

5. Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni

Pelaksanaan program rehabilitasi rumah tidak layak huni di daerah tidak hanya dijalankan oleh Kementerian Sosial melalui Dinas Sosial. Program serupa juga dijalankan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, program CSR maupun program daerah terkait. Adapun rehabilitasi rumah yang dilakukan oleh Dinas Sosial di beberapa daerah memiliki beberapa evaluasi. Evaluasi yang umumnya disebutkan dalam penelitian Roebyantho, H & Unayah, N, 2012; Suradi, 2012; Nugraha, 2014; Heny, 2017 di beberapa daerah adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi mengenai program RS-RTLH tidak terjalin dengan baik. Hal ini melemahkan koordinasi antar instansi baik dari pihak pusat yaitu Kementerian Sosial maupun dari pihak daerah yaitu Dinas Sosial dengan instansi terkait lainnya. Masyarakat penerima bantuan dan non penerima bantuan juga belum memiliki pemahaman yang baik mengenai program. Bahkan penerima program tidak mengetahui berapa jumlah bantuan yang seharusnya mereka terima

Page 53: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian40

b. Beberapa daerah yang dijadikan lokasi penelitian seperti Banjarmasin dan Garut tidak memiliki pedoman teknis bagi pelaksanan RTLH sehingga mereka umumnya. Instrument kerja juga masih bersifat general tidak disesuaikan dengan wilayah masing-masing.

c. Kualifikasi pendamping masih kurang baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan.

d. Dana yang diberikan sebanyak Rp.10.000.000,- yang tidak mencukupi untuk memperbaiki rumah hingga tuntas. Sehingga masyarakat masih harus berhutang dengan pihak lain atau menggunakan alternatif bahan lain yang tidak sesuai standar namun lebih murah harganya. Hal ini justru menimbulkan masalah baru.

e. Tidak ada petunjuk operasional yang rinci dan sosialisasi program mengenai pemahaman fungsi rumah sehingga pelaksana kegiatan biasanya hanya memperhatikan aspek fisik dari rumah sedangkan aspek sosial dan psikologis dari fungsi rumah belum tercapai. Kurangnya dana juga menyebabkan hanya target fisik yang terkejar.

f. RTLH dianggap melunturkan kearifan lokal karena mengganti rumah panggung dengan rumah konvensional sesuai dengan standar program.

6. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)

Dalam hal efektivitas, PKSA telah menunjukkan bahwa pendekatan dasarnya, yaitu kombinasi bantuan uang tunai dengan panduan intensif dan pengasuhan melalui pekerja sosial dan lembaga-lembaga pengasuhan anak, yang memfasilitasi akses pada layanan sosial dan mempromosikan pengasuhan berbasis keluarga, cukup baik. Bila pendekatan ini telah diimplementasikan sesuai dengan panduan dan secara profesional, maka hal ini akan membuahkan hasil yang positif. Pendekatan ini meningkatkan pemanfaatan layanan

Page 54: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 41

sosial dasar, meningkatkan perilaku anak dan pengasuh dan berkontribusi pada kesejahteraan anak dalam hal kesehatan, nutrisi, dan pendidikan. Tetapi PKSA hanya memiliki 686 pekerja sosial untuk 5.563 Lembaga Kesejahteraan Sosial anak (LKSA) yang mengimplementasikan PKSA. LKSA memiliki sejumlah pekerja sosial sementara kebanyakan tidak memiliki latar belakang pekerja sosial. Ini berarti bahwa kurang dari 10 persen penerima manfaat PKSA yang bisa dijangkau oleh pendekatan PKSA secara utuh yaitu – integrasi uang tunai, pekerja sosial, dan akses pada layanan sosial.

Anak-anak yang menjadi penerima bantuan tunai tanpa dukungan kesejahteraan sosial yang memadai telah kehilangan layanan rehabilitatif yang diberikan untuk memfasilitasi keluarga dan anak untuk mendapatkan kembali kemampuan untuk berfungsi – elemen utama dari rancangan program. Kenyataan bahwa jumlah anak yang tidak terlayani oleh pekerja sosial relatif besar dibandingkan dengan kelompok yang menerima dukungan penuh dari PKSA menimbulkan pertanyaan serius tentang efektivitas program.

Tujuan utama PKSA, yaitu penurunan persentase anak yang memiliki masalah sosial (Kementerian Sosial, 2011), masih belum tercapai. PKSA hanya mencakup 3 persen dari kelompok targetnya yang sebesar 4,3 juta anak kurang beruntung. Berdasarkan asumsi bahwa jumlah anak yang berisiko dan anak dalam krisis telah meningkat lebih dari 3 persen sejak tahun 2010 (populasi meningkat sebesar 8 persen), kita dapat menyimpulkan bahwa persentase anak yang memiliki masalah sosial justru meningkat, bukannya menurun. Hal ini ditambah lagi dengan kenyataan bahwa 3 persen anak-anak yang terjangkau oleh PKSA bukanlah anak yang betul-betul membutuhkan perlindungan sosial.

Page 55: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian42

Rendahnya cakupan dan kekeliruan dalam menetapkan target sebagian disebabkan oleh tidak tercapainya tujuan lain dari PKSA, yaitu meningkatnya jumlah pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) yang mensinergikan PKSA dengan program-program kesejahteraan yang ada dan perlindungan untuk anak yang didanai oleh APBD (Kementerian Sosial, 2011).

Beberapa LKSA ditemukan tidak memiliki infrastruktur dan fasilitas dasar yang memadai untuk memberikan layanan dan pengasuhan yang memadai untuk anak, meskipun mereka telah lama terlibat dalam PKSA. Beberapa dari mereka juga beroperasi tanpa transparansi dan akuntabilitas. Banyak anak-anak yang direkrut itu masih memiliki orangtua dan keluarga yang masih mampu mengasuh mereka. Bekerja dengan LKSA semacam itu jelas tidak konsisten dengan tujuan mempromosikan pengasuhan berbasis keluarga. Kebanyakan LKSA melaksanakan program tanpa pekerja sosial professional. Secara ringkas, tujuan untuk mensinergiskan PKSA dengan program kesejahteraan Pemerintah Daerah belum tercapai.Tujuan PKSA untuk memperkuat kerangka hukum hanya baru bisa dicapai sebagian. Program ini perlu mengembangkan, melalukan advokasi, dan memberlakukan lebih banyak aturan/regulasi baik di tingkat pusat maupun tingkat lokal yang melindungi dan mempromosikan hak-hak anak (Schubert, 2015).

Dampak PKSA terhadap Penguatan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Anak jumlah LKSA yang telah diintervensi untuk mengelola PKSA jauh lebih banyak dibandingkan jumlah Sakti Peksos (SDM) yang difasilitasi sebagai pelaksana pendampingan dalam melaksanakan PKSA. Pada tahun 2012 terdapat 6.728 PKSA pelaksana PKSA,

Page 56: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 43

sedangkan pendampingnya yang berasal dari Sakti Peksos hanya 1.111 orang. Hal ini berarti bahwa sebagian besar LKSA tidak memiliki pendamping yang berasal dari Sakti Peksos. Bagi mereka yang tidak memiliki Sakti Peksos, pendampingan dilakukan oleh SDM yang dimiliki dan difasilitasi oleh LKSA jumlahnya cukup banyak yaitu sekitar 83,5 %. Hal ini akan berpengaruh pada hasil yang dicapai (Astuti, dkk 2015)

7. Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia

Pada beberapa hasil penelitian mengenai program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia yaitu Sumarno, dkk. 2011; Kusuma, W, 2012; TNP2K, 2013; Bappenas, 2014; Astuti, dkk. 2016; TNP2K, 2017 menyebutkan beberapa permasalahan-permasalahan yang terjadi sebagai berikut:

a. Lansia sering mengalami stress karena panti tidak memiliki kegiatan yang produktif. Seperti minimnya kegiatan yang mengasah keterampilan lansia.

b. Semakin banyaknya lansia terlantar karena kapasitas panti semakin sempit.

c. Sangat minimnya SDM yang professional mengakibatkan pelayanan panti tidak optimal. Kebijakan sosial khusus untuk lanjut usia belum tersedia, akibatnya kebijakan yang ada masih sangat parsial dan tumpang tindih dengan kebijakan kemiskinan sehingga pelaksanaannya tidak sensitif lansia.

d. Dana dan infrastruktur yang tersedia baik di panti dan non panti masih sangat minim dibandingkan dengan jumlah total LUT.

e. Evaluasi setiap kegiatan jarang dilakukan dan hasil yang dilakukan kurang menyeluruh.

Sementara rekomendasi yang ditawarkan untuk perbaikan ke depannya adalah sebagai berikut:

Page 57: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian44

a. Pengembangan kebijakan sosial yang bersifat integratif dan kolaboratif secara multisektoral serta melibatkan pemangku kepentingan dari pemerintah, swasta, keluarga, dan masyarakat. Seperti menginisiasi program-program pengelolaan dan pelayanan lansia berbasis keluarga dan masyarakat sekitar.

b. Kebijakan sosial terkait jaminan sosial, jaringan pengaman sosial, asuransi sosial, dan pendampingan sosial adalah model kebijakannya perlu ditingkatkan agar di masa tua para lansia dapat terjamin. Seperti dengan merumuskan kebijakan tunjangan hari tua bagi semua lansia karena setiap orang berhak menerima tunjangan hari tua secara layak. Jaring pengaman sosial diorientasikan untuk pemenuhan kebutuhan fisik. Asuransi sosial diorientasikan untuk perlindungan sosial dalam kondisi kegawatdaruratan seperti penurunan kondisi kesehatan drastis yang membutuhkan pengobatan yang mahal, kebutuhan peralatan yang spesifik ketika terjadi kecelakaan, dan biaya perubahan lingkungan untuk disesuaikan dengan kondisi lanjut usia. Pendampingan sosial berkaitan dengan pengadaan tenaga pendamping khusus maupun relawan baik dari keluarga atau masyarakat sekitar yang mampu melakukan pendampingan baik fisik, sosial maupun kebutuhan lainnya agar lansia dapat tersejahterakan secara sosial serta pentingnya penguatan tenaga pendamping yang ada.

c. Sangat perlu diterbitkannya peraturan daerah dan peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia.

d. Inovasi kebijakan lansia sangat dibutuhkan karena peraturan perundang-undangan terakhir dikeluarkan pada tahun 1998 (Undang-Undang No. 13 Tahun 1998) sehingga dinilai kurang akomodatif dalam merespons permasalahan lansia terkini.

Page 58: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 45

e. Menilai pengelolaan lansia sebagai beban dan bukan investasi sosial yang menguntungkan dalam kebijakan karena hanya melihat lansia dari perspektif produktivitas dan jaminan perlindungan sosial.

f. Moral will dan political will dari setiap pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk dapat menjadi komitmen bersama dalam mengelola lansia dengan melibatkan pemerintah, organisasi kemasyarakatan, swasta dan masyarakat secara kolaboratif serta integratif.

g. Lansia dimasukkan sebagai prioritas dalam proyeksi model kebijakan meliputi peningkatan: prioritas alokasi anggaran yang pro lansia khususnya untuk penanganan lansia, kualitas pelayanan publik dan fasilitas publik yang ramah lansia.

h. Edukasi dan pendampingan terhadap keluarga lansia dan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial dan asistensi lanjut usia terlantar.

i. Menginisiasi dan mendukung pembangunan nursing home (rumah sakit yang khusus menangani lansia dalam kondisi apapun secara paripurna) di tingkat kabupaten dan kota.

j. Mengintegrasikan kerjasama antar daerah dalam menangani lansia karena penanganan lansia bersifat multisektoral dan borderless.

8. Program Pemberdayaan Remaja

Hasil laporan penelitian sebelumnya terkait dengan program pemberdayaan remaja adalah sebagai berikut:

a. Data alumni tidak terkelola bahkan tidak terdata dengan baik padahal banyak alumni yang sukses.

b. Kurangnya pembina atau pelatih dalam panti untuk mengembangkan remaja binaan.

Page 59: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian46

c. Kurangnya jaringan dan kerjasama dengan pihak luar atau lembaga kerja guna membuka peluang masyarakat untuk memberikan kontribusi membina remaja binaan.

d. Metode bimbingan keterampilan dan bimbingan sosial yang menyebabkan proses pembinaan belum berjalan optimal dan terkesan masih sangat tradisional.

e. Rendahnya kualitas dan minimnya alat/kelengkapan/fasilitas pada panti sehingga membuat keterampilan klien kurang terasah dengan baik.

f. Masih sangat minimnya pelibatan masyarakat sekitar atau lingkungan panti dalam kegiatan yang ada dalam panti dan tidak berbasis pendidikan kesejahteraan sosial.

g. Masih rendahnya kualitas SDM dalam panti membuat panti tidak berjalan dengan maksimal.

h. Kurangnya pro aktif dan perhatian dari dinas sosial kabupaten/kota dalam menyalurkan eks binaan ke tempat kerja setalah pulang ke orang tua.

Rekomendasi yang ditawarkan untuk perbaikan ke depannya di antaranya adalah:

a. Peningkatan sosialisasi pada masyarakat sekitar dan melibatkan masyarakat sekitar dalam kegiatan yang ada pada panti. Hal ini dalam rangka meningkatkan pemahaman peran yang dilakukan panti sosial bina remaja dalam pemberdayaan remaja terlantar.

b. Perlu pembuatan data alumni yang berfungsi untuk meningkatkan tali silaturahmi terhadap alumni guna untuk membantu mengarahkan remaja binaan agar dapat menjadi remaja yang sukses dan saling bekerjasama dengan baik.

c. Rutin melakukan monitoring dan evaluasi untuk mendapatkan informasi perkembangan eks binaan, serta untuk menjadi bahan evaluasi dan kebijakan bimbingan

Page 60: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 47

lanjut apabila tidak sesuai dengan tujuan dari pelayanan panti.

d. Melakukan banyak kerjasa dengan eksternal mitra seperti dunia usaha untuk membantu dalam pelatihan dan penyerapan tenaga kerja.

e. Peningkatan program “pelatihan di tempat kerja” dengan biaya rendah melalui pengusaha, melalui sekolah, atau melalui lembaga kemasyarakatan dapat memberi jalur pendidikan selepas pendidikan dasar untuk mendapatkan pekerjaan yang berkualitas lebih tinggi (Anam, 2016; Ikhsan, 2016; Harun 2018; Yossi, 2018).

9. Program Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza

Komponen kegiatan pada IPWL, yang meliputi aspek kelembagaan, sumber daya manusia, sarana prasarana dan dana membuktikan bahwa IPWL sudah memiliki kapasitas sebagai lembaga pelaksana rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan napza. Meskipun demikian, untuk pekerja sosial masih diperlukan penambahan jumlah, sehingga memehuhi rasio, dan mutunya pun perlu ditingkatkan di bidang konseling dan pendampingan. IPWL dalam melaksanakan rehabilitasi sosial telah mengembangkan metode, teknik, pendekatan dan tahapan kegiatan yang bervariasi. Secara substantif kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan upaya pemulihan korban. Pada pelaksanaan kegiatan, IPWL membangun kemitraan dengan sistem sumber, seperti rumah sakit, perguruan tinggi, lembaga profesi, instansi pemerintah terkait, tokoh masyarakat dan orang tua/keluarga korban. Sehubungan dengan itu, IPWL sudah siap sebagai lembaga pelaksana rehabilitasi sosial korban penyelahgunaan napza.

Korban yang mendapatkan pelayanan IPWL mengalami perubahan pada kondisi fisik, sikap mental dan perilaku

Page 61: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian48

sosialnya berkisar 70 persen. Hal ini membuktikan, bahwa IPWL berhasil dalam melaksanakan rehabilitasi sosial korban penyelahgunaan napza (Suradi dkk, 2015).

Dalam kerangka penanggulangan penyalahgunaan NAPZA program RBM lebih efektif diselenggarakan di tingkat desa dibandingkan dengan penyelenggaraan RBM di tingkat provinsi. Penyelenggaraan RBM di tingkat desa/kelurahan mempunyai keuntungan:

a. Ada akses untuk hubungan lembaga RBM dengan pemerintah desa/kelurahan;

b. Ada akses hubungan RBM dengan masyarakat;

c. Mempermudah pelaksanaan fungsi lembaga dalam menggerakkan masyarakat sebagai kontrol sosial dalam perkembangan penyalahgunaan NAPZA dan penanggulangannya;

d. Ada akses untuk penghimpunan dana dari masyarakat;

e. Masyarakat sebagai basis kekuatan (energi) baik dalam penghimpunan dana RBM RBM, penyelenggaran RBM maupun kontrol sosial atas aktivitas dan alokasi dana yang disalurkan masyarakat;

f. Lembaga RBM dapat menyelenggarakan program pemberdayaan dari instansi sektoral sebagai kegiatan penunjang dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA (Gunawan dkk, 2013).

10. Program Rehabilitasi Sosial Disabilitas

Isu disabilitas masih belum banyak dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat dan pelaksana program, sehingga cakupan program masih belum dapat meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Sarana dan prasarana yang aksesibel bagi penyandang disabilitas masih sangat terbatas. Aspek

Page 62: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 49

kelembagaan, anggaran dan kualitas SDM pelaksana masih sangat terbatas. Peran pemerintah masih sangat dominan dalam penyelenggaraan program, sehingga keterlibatan keluarga dan masyarakat masih rendah. Implementasi peraturan perundang-undangan masih belum optimal. Anggaran untuk rehabilitasi sosial di pemerintah daerah masih belum memadai. Peran sektor swasta (CSO dan dunia usaha) masih belum dapat optimal (Kemensos, 2019). Program kurang efisien dari segi waktu pemberian dana dan jumlah yang dirasakan tidak sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari bagi klien. Masih belum ada keterlibatan bantuan dari APBD maupun dunia usaha dalam program ini (Puslitbangkesos, 2014).

11. Program Rehabiliatsi Sosial Orang Dengan HIV/AIDS

Kurang optimalnya praktik manajemen kasus di Rumah Perlindungan Sosial ODHA Phala Martha Sukabumi adalah akibat dari beberapa faktor yaitu:

a. Belum adanya SOP pelaksanaan manajemen kasus.

b. Kurangnya tenaga pekerja sosial yang memiliki kompetensi dalam melakukan praktik manajemen kasus.

c. Kurangnya fasilitasi departemen pusat mengenai manual pelaksanaan manajemen kasus dalam lembaga pelayanan sosial terkit HIV/AIDS.

d. Tidak ada pemahaman mengenai manajemen kasus yang seharusnya dilakukan untuk kelompok berkebutuhan khusus seperti ODHA terlantar.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis, maka dibuatlah beberapa rekomendasi yang ditujukan untuk Kementerian Sosial bagian Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, Kepala dan Staf Pengelola RPS serta para pekerja sosial pada umumnya (Susilawati, 2012).

Page 63: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian50

12. Program Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Tindak Kekerasan

Dari Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO yang telah disusun ini, dapat disimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO dapat berjalan dengan baik, lancar dan mencapai hasil yang diharapkan. 2) Program dan kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO telah meletakkan dasar-dasar bagi pengembangan program di masa yang akan datang. 3) Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO pada tahun 2018 ini cukup baik yaitu dengan realisasi progam mencapai 100% dengan realisasi keuangan mencapai 90, 92 %.

Berdasarkan telaah hasil-hasil penelitian, secara umum pembangunan kesejahteraan sosial mengalami perkembangan yang sangat dinamis, seiring dengan perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial, baik disebabkan situasi nasional, regional dan internasional. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial tersebut membawa implikasi pada aspek regulasi, program, data, kelembagaan, sumber daya manusia, manajemen pelayanan, evaluasi, pendanaan dan pembagian kewenangan mulai tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Kontribusi dunia usaha dan organsiasi masyarakat sipil juga menuntut lebih dioptimalkan, dan potensi masyarakat di akar rumput didayagunakan secara efektif, sehingga terbangun kolaborasi yang semakin kokoh antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

Kajian terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu menyadarkan bagi semua pihak, bahwa “pembangunan kesejahteraan sosial arah lama”, sudah tidak relevan lagi pada

Page 64: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 51

zaman yang mengalami perubahan yang sangat dinamis ini. Pemikiran-pemikiran yang berorientasi pada proyek atau penyerapan anggaran semata, sudah saatnya dikurangi.

Selain diperlukan transformasi pemikiran, program kesejahteraan sosial hendaknya disusun berbasis pada hasil-hasil penelitian. Hal ini dengan harapan, bahwa program-program tersebut adaptif dan responsif terhadap perkembangan yang sangat dinamis, dan kebutuhan riil masyarakat. Sehubungan dengan itu, perlunya revitalisasi lembaga kelitbangan yang didukung oleh SDM peneliti yang profesional dan teknologi informasi yang modern. Pada konteks ini, maka dukungan pada aspek investasi sosial, secara khusus untuk peningkatan kompetensi SDM peneliti - sebaiknya menjadi prioritas kementerian.

Page 65: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian52

HASIL DAN PEMBAHASANIII

Bab

A. GAMBARAN INFORMAN DAN RESPONDEN

1. Informan

Penelitian Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2020-2024 ini melibatkan setidaknya 193 Informan, yang tersebar dari delapan belas daerah sampel. Daerah sampel ini mewakili wilayah Indoesia Barat dan Indonesia Timur (sebagaiamana Tabel 3.1). Informan yang dimaksud adalah peserta Workshop atau FGD yang diambil dari 17 provinsi, dan dibagi dalam 2 wilayah (barat dan timur) sebagaimana terlihat dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rekapitulasi Peserta FGD Wilayah Barat dan Timur

No. Propinsi/Kabupaten/Kota Akademisi Praktisi CSO

1 Yogyakarta/Kota Yogyakarta 3 4 5

2 Banten/Kota Serang 3 4 5

3 Kalsel/Kota Banjarmasin 4 3 5

4 Jabar/Kabupaten Sumedang 3 4 5

No. Propinsi/Kabupaten/Kota Akademisi Praktisi CSO

Page 66: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 53

5 Kaltim/Kab.Kutai Kartanegara 5 6 2

6 Jatim/Kab. Sidoarjo 3 3 5

7 Nangrou Aceh/Kab.Aceh Besar 4 3 5

8 Sumut/Kota Medan 3 4 5

9 Babel/Kota Pangkal Pinang 0 2 0

10 Maluku/Kota Ambon 3 6 4

11Maluku Utara/Kab.Halmahera Timur

1 6 3

12 NTB/Kab.Lombok Barat 3 5 3

13 NTT/Kota Kupang 3 5 4

14 Papua/Kab.Jayapura 3 4 5

15 Papua Barat/Kab.Manukwari 5 4 5

16 Sulawesi Barat/Kab.Mamuju 3 4 4

17 Sulawesi Selatan/Kota Makasar 3 4 5

JUMLAH 52 71 70

Sumber : Hasil Penelitian 2019

Pemilihan peserta didasarkan pada perwakilan pulau-pulau besar di Indonesia, karakteristik sosial budaya (permasalahan dan kebutuhan). Proses penentuan peserta dipilih berdasarkan rekomendasi Dinas Sosial Provinsi, yang kemudian diwawancarai oleh tim peneliti untuk mempertimbangkan kelayakannya sebagai sumber informasi. Wilayah Barat terdiri dari 9 lokasi: Yogyakarta/Kota Yogyakarta, Banten/Kota Serang, Kalsel/Kota Banjarmasin, Jabar/Kabupaten Sumedang, Kaltim/Kab.Kutai Kartanegara, Jatim/Kab. Sidoarjo, Nangrou Aceh/Kab.Aceh Besar, Babel/Kota Pangkal Pinang. Wilayah Timur terdiri dari 8 lokasi: Maluku/Kota Ambon, Maluku Utara/Kab.Halmahera Timur, NTB/Kab.Lombok Barat, NTT/Kota Kupang, Papua/Kab.Jayapura,

Page 67: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian54

Papua Barat/Kab. Manukwari, Sulawesi Barat/Kab.Mamuju, dan Sulawesi Selatan/Kota Makasar. Dengan jumlah peserta wilayah Barat 98 orang (28 orang Akademisi, 33 orang Praktisi, 37 orang CSO), wilayah Timur 95 orang (24 orang Akademisi, 38 orang Praktisi, 33 orang CSO).

Dalam workshop di wilayah Barat dan Timur masing-masing FGD dilakukan dalam 6 kelompok (Akademisi 1 dan 2, Praktisi 1 dan 2, dan CSO 1 dan 2) dipimpin oleh tim peneliti didampingi notetaker. Hasil FGD diplenokan dan ditanggapi oleh perwakilan dari unit kerja di lingkungan Kementerian Sosial sebagai penyelenggara utama pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia.

Gambaran informan peserta Workshop atau FGD wilayah Barat dan Timur berdasar pendidikan, adalah sebagaimana terlihat pada diagram 3.1 sebagai berikut:

Diagram 3.1. Peserta FGD Wilayah Barat dan Timur

Sumber: Hasil Penelitian 2019

Diagram 3.1 Persebaran Informan Peserta Workshop atau FGD Wilayah Barat Dan Timur Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Page 68: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 55

Berdasarkan data persebaran informan peserta workshop atau FGD wilayah Barat dan Timur berdasarkan tingkat pendidikan, dari kalangan Akademisi yang berpendidikan paling tinggi, dari 52 peserta sebagian besar (53,85%) berpendidikan S2, berpendidikan S3 (28,85%), serta Profesor (13,46%), dan berpendidikan S1 (3,84%). Sedangkan dari kalangan Praktisi dari 71 peserta sebagian besar (49,30) berpendidikan S1, selanjutnya yang berpendidikan S2 (46.47%), dan yang berpendidikan S3 (4,23%). Demikian juga dari kalangan CSO 70 peserta, sebagian besar (42,86%) berpendidikan S1, berikutnya berpendidikan SLTA (40,00%), dan berpendidikan S3 (1,43%).

Sedangkan persebaran informan peserta workshop atau FGD wilayah Barat dan Timur berdasarkan tingkat asal pekerjaan dan jabatannya, sebanyak 52 peserta dari Akedemisi berasal dari kalangan dunia pendidikan Perguruan Tinggi baik negeri (PNS. Sebesar 78,85%) maupun swasta (Non PNS. sebesar 21,15%). Dengan jenis jabatanya sebagian besar (48,08%) menjadi dosen, seterusnya menjabat sebagai rektor (25.00%), menjabat sebagai Kepala LPM (13,46%), menjabat sebagai Guru Besar (9,62%), dan menjabat sebagai Dekan (3,84%).

Persebaran informan peserta workshop atau FGD wilayah Barat dan Timur berdasarkan tingkat asal pekerjaan dan jabatannya, sebanyak 71 peserta dari Praktisi berasal dari kalangan SKPD kabupaten/kota setempat dan pekerjaan terkait dengan kegiatan pengembangan masyarakat dengan istilah Community Development Suplerintendent (CDS), 100% sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan jenis jabatanya sebagian besar (39,44%) menjadi Kepala Seksi di berbagai SKPD, seterusnya menjabat sebagai Kepala Bidang (32,39%), menjabat sebagai Kepala Dinas (18,31%), menjabat sebagai

Page 69: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian56

Sekretaris (7,04%), dan menjabat di lingkungan CSD (2,82%).

Demikian juga persebaran informan peserta workshop atau FGD wilayah Barat dan Timur berdasarkan tingkat asal pekerjaan dan jabatannya, sebanyak 70 peserta CSO berasal dari kalangan Yayasan atau Panti Sosial. Sebagian besar (95,71%) non PNS, namun ada sebagian kecil (4,29%) PNS yang diperbantukan. Dengan jenis jabatanya sebagian besar (70,00%) sebagai pimpinan atau ketua yayasan atau panti sosial, seterusnya menjadi karyawan (22,86%), dan menjabat sebagai skretaris atau wakil (7,14%).

2. Gambaran Responden

Responden pada survey online adalah masyarakat umum. Mereka mengisi formulir online survey (link survey monkey) yang diadakan selama 1 bulan ( periode 7 Maret - 7 April 2019) di seluruh Indonesia. Respondennya, mencapai 4.754 responden (dengan 3.931 komplet respon), terdiri dari 58 persen laki-laki dan 42 persen perempuan, seperti terdapat dalam diagram 3.2 tersebut di bawah ini.

Diagram 3.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Page 70: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 57

Sedangkan persebaran responden pada survey online ini meliputi seluh wilayah provinsi di Indonesia (33 provinsi). Secara rinci seperti pada diagram 3.3 di bawah ini.

Diagram 3.3. Responden Berdasarkan Provinsi

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Diagram 3.3 menunjukkan bahwa responden kebanyakan berasal dari Pulau Jawa, khususnya Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Gambaran responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat dalam diagram 3.4 berikut :

Page 71: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian58

Diagram 3.4. Tingkat Pendidikan Responden

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Diagram 3.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (hampir 78 persen) tamat pergurun tinggi dan SLTA (hampir 21 persen). Ini berarti bahwa responden memberikan tanggapannya dengan pertimbangan pemikiran yang relatif memadai.

Selanjutnya gambaran persebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat digambarkan dalam diagram berikut.

Diagram 3.5. Jenis Pekerjaan Responden

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Page 72: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 59

Diagram ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden berasal dari sektor non PNS, walau sebagian diantaranya bekerja sebagai pegawai pemerintah non PNS (26,99 persen) dan pegawai swasta 12,16 persen. Sementara PNS/TNI/Polri hanya 22,04 persen.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Arah Lama

Kementerian Sosial sudah berusaha optimal menjadi penyelenggara pembangunan kesejahteraan sosial. Namun kenyataannya belum sepenuhnya memberikan respons yang tepat dan memadai terhadap kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan harapan dan tuntutan masyarakat. Meskipun masyarakat membuat usulan kebutuhan (proposal), pada akhirnya otoritas keputusan masih didominasi dari Pemerintah Pusat dan atau instansi sosial di daerah, sehingga pada hakikatnya program masih bersifat top down dan non partisipatif. Akibatnya, manfaat program yang dilaksanakan tidak sesuai.

Program pembangunan kesejahteraan sosial sudah memiliki indikator output dan outcome, namun pencapaiannya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Ruang lingkup dan sasaran pelayanan program pembangunan kesejahteraan sosial terlalu luas dan variatif sehingga tidak semua permasalahan dapat ditangani dengan baik atau tidak intensif. Kemanfaatan program pembangunan kesejahteraan sosial tidak dapat dirasakan secara segera melainkan butuh waktu karena menyangkut perubahan perilaku manusia, sedangkan penilaian keberhasilan program lebih menekankan pada output karena didasarkan pada periode tahun anggaran, terbukti dari keberfungsian sosial dan peran peserta program yang belum maksimal ketika dievaluasi.

Page 73: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian60

Kelembagaan kesejahteraan sosial sudah terbentuk di tingkat desa/kelurahan atas inisiasi Kementerian Sosial. Namun demikian, kelembagaan tersebut belum memperoleh penguatan secara optimal sehingga kelembagaan tersebut belum berfungsi secara optimal dalam mendekatkan layanan sosial kepada masyarakat.

Infrastruktur sosial, tenaga kesejahteraan sosial, dan tenaga pendamping berbagai program pembangunan kesejahteraan sosial telah terbangun dengan segala kelengkapan yang telah diinvestasikan. Namun demikian belum tertata dengan baik, belum sistematis, dan tanpa didukung SOP dan Panduan yang aplikatif. Program kesejahteraan sosial banyak beririsan dengan program lain seperti pendidikan, kesehatan, perlindungan hukum, pemberdayaan keluarga dan masyarakat, tetapi upaya ini masih dipandang ‘sebelah mata’.

Sementara itu, peran Kementerian Sosial menjalankan fungsi sebagai regulator sekaligus operator sehingga bebannya sangat berat. Akibatnya implementasi kebijakannya tidak optimal, SOP tidak berjalan/ dikerjakan dengan baik oleh Dinas Sosial, dan tidak memungkinkan melakukan pelayanan pencegahan karena sumber daya sudah habis terkuras untuk melakukan rehabilitasi sosial dan intervensi lainnya yang bersifat karitatif.

Data merupakan bahan dasar (row material) dalam proses perencanaan hingga evaluasi suatu kegiatan. Data yang tidak valid akan menghasilkan dokumen perencanaan yang tidak optimal. Saat ini Kementerian Sosial sudah mempunyai Aplikasi Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS-NG), yang dikelola oleh oleh Pusdatin Kesos. Aplikasi ini dimanfaatkan untuk pembaharuan Data Terpadu yang memuat data penduduk yang membutuhkan

Page 74: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 61

pelayanan sosial. Saat ini penetapan sasaran pembangunan kesejahteraan sosial lebih didasarkan pada data terpadu ini.

Namun mekanisme atau prosedur pembaharuan datanya belum bisa menjawab tuntutan perubahan atau dinamika yang terjadi di masyarakat secara tepat. Akibatnya aksesibilitas pada distribusi pelayanan sosial menghadapi permasalahan, di mana warga masyarakat yang memenuhi kriteria, justru belum memperoleh pelayanan sosial, dan sebaliknya masyarakat yang sesungguhnya belum memenuhi kriteria malah memperoleh bantuan sosial. Hal ini disebabkan oleh lambatnya pemutakhiran data dalam verifikasi dan validasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten/Kota. Hal ini terkait dengan tuntutan pengalokasian sumberdaya (finansial dan sumber daya manusia) yang sangat besar untuk mendukung pelaksanaan verifikasi dan validasi yang canggih untuk melakukan pembaharuan (updating data), sementara sumber daya yang tersedia sangat terbatas.

Keterbatasan juga terlihat dalam alokasi anggaran untuk mendukung pembangunan kesejahteraan sosial lebih menekankan pelayanan residual, dan cenderung menyamaratakan atau menyeragamkan masalah kesejahteraan sosial antar wilayah tanpa memperhatikan perbedaan karakteristik, kondisi, dan lokalitas sehingga membatasi inovasi pemerintah daerah dan menyulitkan individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat dalam memberikan dukungan.

Waktu dan proses intervensi pekerjaan sosial terhadap mereka yang membutuhkan pelayanan sosial lebih banyak ditentukan oleh siklus anggaran dari pada mekanisme standar proses intervensi sosial itu sendiri. Kebijakan dan program kesejahteraan sosial lebih bersifat karitatif sehingga

Page 75: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian62

menimbulkan ketergantungan penerima manfaat terhadap bantuan sosial dari pada pemberdayaan sosial.

Menyiasati keterbatasan anggaran ini, program pemerintah pusat seringkali mensyaratkan adanya cost sharing dari pemerintah daerah. Beberapa daerah siap untuk menyediakan tersebut, sementara sebagian lainnya belum mengalokasikannya. Akibatnya program dijalankan apa adanya.

Secara umum pembangunan kesejahteraan dengan pendekatan residual yang dominan. Pendekatan tersebut belum mampu mengantisipasi ‘risiko sosial baru’ karena intervensinya bersifat reaktif dan tidak proaktif. Sementara perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi saat ini berlangsung sangat cepat, disruptif, dan memunculkan ‘risiko sosial baru’ yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pendekatan developmental yang dianggap ideal untuk pembangunan kesejahteraan sosial, belum berjalan optimal dengan porsi yang memadai. Ide dasar program pemberdayaan belum sejalan dengan pelaksanaannya. Situasi ini sedikit banyak justru mengakibatkan lemahnya modal sosial, menimbulkan kecemburuan antar kelompok, hingga ketergantungan masyarakat pada bantuan sosial pemerintah. .

Program Kementerian Sosial lebih didominasi pemberian bantuan sosial dalam bentuk barang dan/atau uang. Sementara peningkatan kapasitas masyarakat sangat kurang. Kalau pun ada pelatihan bagi penerima manfaat program, kurang optimal karena tidak dapat digunakan di lokasi/daerah asal penerima prorgam. Akibatnya, penerima prorgam tidak mengalami peningkatan kesejahteraan sosial yang signifikan.

Page 76: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 63

Pilar-pilar sosial di masyarakat, seperti Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Taruna Siaga Bencana, dan Penyuluh Sosial Masyarakat; belum diberdayakan secara optimal. Padahal posisi mereka sangat strategis, terutama dalam pelayanan sosial dini atau pencegahan terjadinya permasalahan sosial di akar rumput. pelayanan dengan pelibatan masyarakat, dan pemerintah memberikan stimulans saja.

Paradigma perundang-undangan dan peraturan pemerintah mengarah kepada pembangunan kesejahteraan sosial model residual, sehingga kurang memberikan ruang untuk melakukan pelayanan pencegahan, pelayanan intervensi dini dan pelayanan perlindungan. Eksistensi lembaga kesejahteraan sosial yang ada tidak terjamin keberlanjutannya karena lebih banyak mengandalkan dukungan dan bantuan pemerintah untuk memberikan pelayanan sosial kepada mereka yang rentan dan membutuhkan pelayanan khusus.

Dinas Sosial provinsi dan kabupaten/kota belum optimal dalam mensinergikan kegiatan Kementerian Sosial, CSO dan badan usaha/swasta. Bahkan saat ini masih ada anggota forum CSR yang belum mengetahui program dinas sosial kabupaten/kota atau sebaliknya. Kemudian, masih ada sebagian CSO yang belum mengetahui bahwa legalitas organisasinya harus didaftarkan di dinas sosial setempat (kabupaten/kota). Hal ini mengakibatkan kebijakan dan program Kementerian Sosial kurang dipahami dengan baik oleh CSO maupun badan usaha. Pada sisi lain peran CSO belum dianggap sebagai mitra strategis oleh pemerintah

Individu dengan perilaku menyimpang cenderung ditempatkan sebagai korban/masalah, yang bertentangan

Page 77: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian64

dengan pendekatan developmental. Model pemberdayaan yang dilakukan untuk individu dengan perilaku menyimpang belum tepat karena masih memerlukan pelayanan sosial (rehabilitasi) untuk menghilangkan stigma.

Dalam aspek regulasi, masih terdapat ketidakharmonisan antar regulasi kesejahteraan sosial sehingga menimbulkan kesalahpahaman, bahkan menghambat inovasi dalam pelayanan sosial. Di sisi lain, bantuan sosial belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan, baru sebatas pemenuhan kebutuhan dasar, dan belum memandirikan penerima manfaat, bahkan dapat mengakibatkan ketergantungan penerima manfaat. Hal ini didukung hasil survey online, dimana 35,26 persen responden menyatakan setuju dan 10,37 persen menyatakan sangat setuju bahwa bantuan sosial yang diterima oleh para penerima manfaat menimbulkan ketergantungan.

Diagram 3.6. Bantuan Sosial Menimbulkan Ketergantungan

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Diagram 3.6 Bantuan sosial dari pemerintah menimbulkan ketergantungan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, kesehatan,dan lain-lain)

Page 78: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 65

Bahkan dalam beberapa kasus, justru memperlemah nilai-nilai kearifan lokal sebagaimana hasil survey dimana 22,73 persen responden menyatakan setuju dan 8,04 persen menyatakan sangat setuju bahwa Bantuan sosial dari Pemerintah memperlemah tradisi/kebiasaan setempat seperti gotong royong, tolong menolong, tenggang rasa dan lain-lain.

Diagram 3.7. Bansos Memperlemah Tradisi

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Diagram 3.7 Bantuan sosial dari Pemerintah memperlemah tradisi/kebiasaan setempat seperti gotong royong, tolong menolong, tenggang rasa dan lain-lain.

Masalah kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab bersama, antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Masing-masing memiliki potensi dan strategi yang berbeda-beda, namun sinergi dan kolaborasi belum maksimal. Bahkan di lingkungan Kementerian Sosial, sinkronisasi dan sinergi program antar satuan kerja (satker) belum optimal. Ada kesan satker tidak mau tahu kelanjutan program dari satker yang lain, padahal masih dalam satu alur dan memungkinkan untuk disinergikan.

Page 79: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian66

Kementerian Sosial belum memberikan respons secara tepat terhadap kebutuhan riil penerima program. Meskipun penerima program membuat usulan kebutuhan (proposal), pada akhirnya keputusan ditentukan dari Pusat dan atau instansi sosial di daerah, sehingga pada hakikatnya program masih bersifat top down dan non partisipatif. Akibatnya, program yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kebutuhan penerima program, dan akhirnya program tidak dikelola dengan baik dan tidak berkelanjutan.

Program yang berkelanjutan memerlukan dukungan pendamping sosial yang memadai dari sisi kuantitas dan kualitas sekaligus. Kementerian Sosial dalam rekrutmen pendamping sosial belum sepenuhnya menunjukkan keberpihakan pada keilmuan pekerjaan sosial. Di lapangan, banyak pendamping sosial dari berbagai latar belakang pendidikan non pekerjaan sosial kurang memahami intervensi pekerjaan sosial dengan baik, meskipun mereka memperoleh pelatihan dan bimbingan teknis. Akibatnya, di lapangan ditemukan berbagai kendala dalam melaksanakan intervensi sosial. Selain permasalahan kompetensi, insentif yang diberikan kepada pendamping sosial berbeda secara signifikan pada setiap program. Hal ini dapat memengaruhi situasi psikis dan kinerja pendamping sosial.

Kelembagaan kesejahteraan sosial sudah terbentuk di tingkat desa/kelurahan atas inisiasi Kementerian Sosial. Namun demikian, kelembagaan tersebut belum memperoleh penguatan secara optimal sehingga kelembagaan tersebut belum berfungsi secara optimal dalam mendekatkan layanan sosial kepada masyarakat.

Sudah ada inisiasi pendekatan developmental yang dianggap ideal untuk pembangunan kesejahteraan sosial,

Page 80: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 67

namun saat ini pelaksanaannya masih bersifat simbolis dan insidental. Masih dimaknai sebagai proyek (bersifat insidental dan hanya mengikuti siklus penganggaran) belum sebagai pemberdayaan yang sesungguhnya dan dapat menyebabkan ketergantungan masyarakat

Ide dasar program pemberdayaan di Kementerian sosial belum sejalan dengan pelaksanaannya sehingga masih ada yang mengakibatkan melemahnya modal sosial, menimbulkan kecemburuan, berpotensi konflik, dan menimbulkan individualisme dan ketergantungan.

Individu dengan perilaku menyimpang cenderung ditempatkan sebagai korban/masalah, yang bertentangan dengan pendekatan developmental. Model pemberdayaan yang dilakukan untuk individu dengan perilaku menyimpang belum tepat karena masih memerlukan pelayanan sosial (rehabilitasi) untuk menghilangkan stigma.

Program pembangunan kesejahteraan sosial sudah memiliki indikator output dan outcome, namun pencapaiannya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Ruang lingkup dan sasaran pelayanan program pembangunan kesejahteraan sosial terlalu luas dan variatif sehingga tidak semua permasalahan dapat ditangani dengan baik atau tidak intensif. Kemanfaatan program pembangunan kesejahteraan sosial tidak dapat dirasakan secara segera melainkan butuh waktu karena menyangkut perubahan perilaku manusia, sedangkan penilaian keberhasilan program lebih menekankan pada output karena didasarkan pada periode tahun anggaran, terbukti dari keberfungsian sosial dan peran peserta program yang belum maksimal ketika dievaluasi.

Page 81: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian68

Infrastruktur sosial, tenaga kesejahteraan sosial, dan tenaga pendamping berbagai program pembangunan kesejahteraan sosial telah terbangun dengan segala kelengkapan yang telah diinvestasikan. Namun demikian belum tertata dengan baik, belum sistematis, dan tanpa didukung SOP dan Panduan yang aplikatif. Program kesejahteraan sosial banyak beririsan dengan program lain seperti pendidikan, kesehatan, perlindungan hukum, pemberdayaan keluarga dan masyarakat, tetapi upaya ini masih dipandang ‘sebelah mata’. Perlu adanya peningkatan alokasi dana khusus untuk mendukung pembangunan kesejahteraan sosial model developmental yang mengedepankan pelayanan pencegahan pada tingkat komunitas di daerah melalui pemberdayaan.

Program-program yang dilaksanakan Kementerian Sosial lebih banyak melalui pendekatan bantuan sosial, yang mengutamakan distribusi bantuan dalam bentuk barang dan/atau uang. Sementara itu, program dengan pendekatan pemberdayaan yang di dalamnya diikuti dengan bantuan stimulan, tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas penerima program. Kalau pun ada pelatihan bagi penerima program, kurang memberikan manfaat karena tidak dapat digunakan di lokasi/daerah asal penerima prorgam. Akibatnya, penerima program tidak mengalami peningkatan kesejahteraan sosial yang signifikan.

Informasi yang berkaitan dengan kebijakan, regulasi dan program pelayanan sosial dari Kementerian Sosial masih terbatas atau lambat. Hal ini berakibat pada lambatnya respons daerah terhadap kebijakan dan program Kementerian Sosial. Program perlindungan sosial bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana (alam dan sosial) belum melahirkan komunitas tanggap bencana, bahkan gagap dalam

Page 82: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 69

menghadapi bencana karena masih mengandalkan pada pendekatan residual.

Kapasitas SDM kesejahteraan sosial di lembaga pelayanan sosial belum memadai. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan yang sebagian besar non pekerjaan sosial/Kesejahteraan sosial. Mereka pada umumnya baru memperoleh pelatihan pelayanan sosial tingkat dasar. Sementara, permasalahan sosial bersifat dinamis dan kompleks yang memerlukan kompetensi intervensi sosial terkini.

Pilar-pilar sosial di masyarakat, seperti Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Taruna Siaga Bencana, dan Penyuluh Sosial Masyarakat; belum diberdayakan dan didayagunakan secara optimal. Padahal posisi mereka sangat strategis, terutama dalam pelayanan sosial dini atau pencegahan terjadinya permasalahan sosial di akar rumput. Pemerintah mestinya bisa memperluas jangkauan pelayanan dengan pelibatan masyarakat, dan pemerintah memberikan stimulans saja.

Paradigma perundang-undangan dan peraturan pemerintah mengarah kepada pembangunan kesejahteraan sosial model residual, sehingga kurang memberikan ruang untuk melakukan pelayanan pencegahan, pelayanan intervensi dini dan pelayanan perlindungan. Eksistensi lembaga kesejahteraan sosial yang ada tidak terjamin keberlanjutannya karena lebih banyak mengandalkan dukungan dan bantuan pemerintah untuk memberikan pelayanan sosial kepada mereka yang rentan dan membutuhkan pelayanan khusus. Karena regulasi (perundang-undangan) sebagai basis dalam merencanakan kebijakan kesejahteraan sosial di Indonesia, ada kesan tarik

Page 83: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian70

ulur antara prespektif sosialis versus konvensional, dalam konsepsi Negara Kesejahteraan (welfare state) dalam Undang Undang Dasar 1945, antara yang sebelum diamanademen dengan pasca amandemen sebagaiamana kajian Susetio (2007).

Dana Desa hampir secara eksklusif digunakan untuk pembangunan infrastruktur desa/kelurahan dan pembayaran honorarium aparatur atau ‘elite’ desa/kelurahan karena lemahnya kualitas sumber daya manusia desa, dan tidak adanya arahan dan pedoman/panduan bagi komunitas untuk menangani masalah kesejahteraan sosial.

Sebagian badan usaha sudah menyelenggarakan program Corporate Sosial Responsibility (CSR) untuk penanganan kemiskinan dan permasalahan sosial lainnya. Sebagian badan usaha sudah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dalam pemberdayaan. Namun demikian, masih banyak badan usaha tersebut yang menyelenggarakan program CSR berdasarkan visi dan misinya sendiri, belum disinergikan secara optimal dengan program pemberdayaan oleh pemerintah.

Kementerian Sosial RI telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Organisasi Masyarakat Sipil/CSO untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan di bidang kesejahteraan sosial. Berkenaan dengan itu Kementerian Sosial telah menetapkan berbagai regulasi terkait dengan pemberdayaan dan pendayagunaan CSO dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Partisipasi CSO ini dinilai telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kepercayaan masyarakat pada program-program Kementerian Sosial. Sebagian CSO belum secara optimal membangun hubungan yang baik dengan

Page 84: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 71

Dinas Sosial di wilayah setempat (Provinsi/Kabupaten/Kota). Hal ini menyebabkan terjadinya mispersepsi dalam mengimplementasikan kebijakan dan program kesejahteraan sosial.

Dinas Sosial provinsi dan kabupaten/kota belum optimal dalam mensinergikan kegiatan Kementerian Sosial, CSO dan badan usaha/swasta. Bahkan saat ini masih ada anggota forum CSR yang belum mengetahui program dinas sosial kabupaten/kota atau sebaliknya. Kemudian, masih ada sebagian CSO yang belum mengetahui bahwa legalitas organisasinya harus didaftarkan di dinas sosial setempat (kabupaten/kota). Hal ini mengakibatkan kebijakan dan program Kementerian Sosial kurang dipahami dengan baik oleh CSO maupun badan usaha. Pada sisi lain peran CSO belum dianggap sebagai mitra strategis oleh pemerintah.

Hampir seluruh permasalahan sosial ditangani oleh pemerintah, hal demikian menjadikan penanganan belum maksimal. Oleh sebab itu pelibatan sektor swasta dan masyarakat diharapkan dapat lebih menjangkau luas, serta dapat membagi beban tanggungjawab yang selama ini dijalankan oleh pemerintah. Baik pemerintah, swasta dan masyarakat masing-masing memiliki sumberdaya manusia, dana, data dan informasi dalam menangani masalah sosial, hanya saja kerjasama belum dapat terwujud dengan baik. Organisasi sosial di masyarakat sangat memahami kondisi dan situasi sekitar sehingga mempunyai kepedulian dan komitmen dalam hal melakukan kegiatan pencegahan dan penanganan masalah sosial. Kuatnya dominasi Negara/pemerintah ini tercermin juga dalam hasil survey online dimana 56,74 persen menyatakan setuju dan 13,53 persen menyatakan sangat setuju yang ditunjukkan pada diagram 3.8.

Page 85: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian72

Selama ini, pemerintah/negara lebih banyak berperan dalam penanganan masalah sosial  (kemiskinan, ket-erlantaran, gelandangan, cacat/disabilitas, jompo/lansia, korban bencana)

Diagram 3.8. Pemerintah lebih banyak berperandalam Penanganan Masalah Sosial

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Diagram 3.8 pemerintah/negara lebih banyak berperan dalam penanganan masalah sosial (kemiskinan, keterlantaran, gelandangan, cacat / disabilitas, jompo / lansia, korban bencana)

Dalam penentuan indikator kemiskinan, target dan sasaran bantuan sosial, masyarakat perlu dilibatkan agar memperoleh pemahaman dan persepsi yang sama, karena terkadang data yang ada sudah tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Pelibatan sektor swasta dan masyarakat masih sebatas di perencanaan (musrenbang) tetapi implementasi program di lapangan belum sesuai yang diharapkan.

Kementerian Sosial menjalankan peran sebagai Regulator sekaligus sebagai Operator sehingga bebannya sangat berat. Akibatnya implementasi kebijakannya tidak optimal, SOP tidak berjalan/ dikerjakan dengan baik oleh Dinas Sosial, dan tidak memungkinkan melakukan pelayanan pencegahan

Page 86: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 73

karena sumber daya sudah habis terkuras untuk melakukan rehabilitasi sosial dan intervensi lainnya yang bersifat karitatif.

Karena sebagian tugas Kementerian Sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial didelegasikan kepada Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tetapi tidak semua Pemerintah daerah memiliki komitmen yang tinggi dan siap melaksanakan tugas tersebut karena kualitas dan kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang sangat terbatas. Ini menjadi salah satu alasan rekrutmen pendamping sosial belum mengikutsertakan dinas sosial kabupaten/kota. Hal ini menciptakan hubungan kerja yang kurang kondusif. Karena merasa tidak diikutisertan dari awal rekrutmen, maka dinas sosial kabupaten/kota lepas tangan ketika ada permasalahan pada pendamping sosial. Konsekuensinya Kemensos harus melakukan monev, bantuan teknis, supervisi, pengawasan, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sehingga semua program seolah-olah dapat dilaksanakan dengan ‘berhasil’. Oleh karena itu, Kementerian Sosial perlu menyerahkan tugas dan fungsi sebagai Operator kepada pihak ketiga yang dapat dipercaya dan memiliki kemampuan profesionalisme yang tinggi, dalam bentuk Quasi Autonomous Non-Government Organisations (QUANGOs) seperti Centrelink di Australia, atau Non-Departmental Public Bodies (NDPBs) atau Arms Length Bodies (ALBs) di Inggris.

Terkait dengan QUANGO atau QUANGOS ini, tidak ditemukan satu definisi yang universal yang diakui secara internasional. Di Indonesia sendiri, istilah QUANGO tidak dikenal secara eksplisit dalam peraturan perundang-undangan yang ada. Van Thiel (2004) menyebutkan QUANGO atau quasi autonomous non government adalah sebagai “organizations which as their main task, are charged with the implementation

Page 87: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian74

of one or more public policies, and which are funded publicly but operate at arm’s length from the central goverment, without an immediate hierarchical relationship existing with a minister or a parent department”

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa QUANGO adalah sebuah organisasi yang memiliki tugas utama untuk melaksanakan satu atau lebih fungsi kebijakan publik dan didanai oleh publik namun bekerja sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat, tanpa memiliki hubungan hierarkis secara langsung dengan kementerian yang ada diatasnya. Definisi lain dari Quango adalah lembaga yang menerima sebagian besar sumber dayanya dari dana masyarakat atau publik. Sumber daya manusia organisasi selalu menegaskan bahwa selama dukungan finansial mereka tanpa ikatan dan prioritas mereka sendiri dengan tidak mengikuti arahan dan didominasi oleh pemerintah sebagai donor, tidak akan menjadikan arahan donor menjadi sebuah masalah yang berarti.

Salah satu bentuk penting dari QUANGO adalah lembaga ini dikenal sebagai badan publik atau public body. Organisasi-organisasi tersebut dikenal di Inggris sebagai British Non Deparmental Public Bodies dan Belanda sebagai Dige Bestuursorganen atau organ pemerintahan independen yang tidak memiliki keterikatan menjadi bagian dari pemerintah. Meskipun demikian, mereka didanai publik melalui alokasi anggaran, pajak atau fees. Di Belanda, badan publik dibiayai melalui anggaran pemerintah. Hal tersebut pada perkembangannya dapat diatur oleh negara atau badan publik

Setidaknya terdapat empat jenis organisasi yang bisa diklasifikasikan sebagai QUANGO (Van Thiel, 2004), yaitu:

Page 88: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 75

1) Agen kontrak atau conctract agencies (contoh: British Next Steps Agencies), 2) Badan publik atau public bodies (contoh: non departmental public bodies, the Dutch zelfstandige bestuursorganen atau ZBO), 3) Organisasi sukarela atau amal, dan 4) Badan Usaha Milik Negara atau State-owned enterprises (BUMN atau SOEs).

Diagram 3.9. Program untuk Mengurangi Resiko Bencana

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Penanggulangan bencana diperlukan model yang lebih bernuansa mitigasi. Selama ini penggulangan bencana lebih diutamakan pada waktu setelah terjadi bencana. Untuk mengurangi resiko diperlukan penanganan dini seperti pemetaan daerah rawan bencana, Kampung Siaga Bencana, peyiapan petugas yang tanggap darurat. Hal ini terkuatkan dengan hasil survey bahwa penaggulangan saat ini dianggap kurang berhasil seperti diagram 3.9

Page 89: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian76

Diagram 3.10. Penyediaan Pendapatan bagiPenyandang Masalah Sosial

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Program perlindungan sosial yang ada, lebih bernuansa konsumtif bahkan menimbulkan ketergantungan. Program yang demikian dinyatakan oleh responden kurang berhasil. Hal ini berkaitan dengan jenis bantuan langsung habis.

Penyandang 3.11. Program Penguatan Masyarakatuntuk Menangani Masalah

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Terkesan bahwa program pemberdayaan sama dengan program bantuan sosial dan hanya terbatas pada bantuan ekonomi. Selain itu program penguatan masyarakat terkesan disamakan untuk seluruh wilayah baik jenis maupun jumlahnya. Idealnya bantuan disesuaikan dengan kondisi wilayah dan nominalnya, untuk jenis panen jangka panjang

Page 90: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 77

(long yielding) dan cepat menghasilkan (quick yielding). Misalnya bantuan untuk wilayah perdesaan dipilih bantuan yang lama menghasilkan seperti ternak kambing atau sapi. Untuk wilayah perkotaan dipilih jenis bantuan yang cepat menghasilkan seperti tambal ban, jualan bakso.

Diagram 3.12. Program Penanggulangan Kemiskinan

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Selama program penganggulangan kemiskisan terkesan hanya memberikan bantuan sosial yang langsung habis, tidak mengubah perilaku dan pengembangan usaha.

Diagram 3.13. Penilaian Terhadap KeberhasilanKementerian Sosial RI

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Page 91: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian78

Berdasarkan penilaian respoden terhadap seluruh program Kementerian Sosial diagram 3.6 sampai 3.12, persepsi responden hingga saat ini baru mencapai 62,18 persen.

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa bidang sosial merupakan urusan wajib dan merupakan pelayanan dasar yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Sementera Kemensos hanya menetapkan norma, standar dan prosedur kerja (NSPK) dan melaksanakan urusan konkuren (yang dikerjakan bersama). Sudah ada PP pembagian kewenangan dan Permensos tentang SPM sosial sudah ada. Meskipun sudah ada berbagai peraturan yang mendukung untuk pemerintah daerah lebih berperan dalam pembangunan kesejahteraan sosial namun dalam implementasinya komitmen pemerintah daerah masih rendah. Kemampuan SDM kesos di daerah juga masih rendah, bahkan masih banyak yang tergantung pada Kementerian Sosial dan atau Pemerintah Pusat.

Program pemerintah pusat seringkali mensyaratkan cost sharing dari pemerintah daerah. Beberapa daerah siap untuk menyediakan dana cost sharing sedangkan daerah yang lain belum mengalokasikannya.

Penamaan atau pemberian istilah pada penduduk rentan dan kurang beruntung dan kemudian disebut Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sesuai Permensos Nomor 8 Tahun 2012 sangat dipengaruhi oleh pendekatan residual dan medical model of disability sehingga menimbulkan banyak tumpang-tindih dan stigmatisasi kepada penerima manfaat. Penamaan ini juga menghambat kemungkinan diakui dan diakomodasinya jenis-jenis ‘risiko sosial baru’ untuk dilayani. Oleh karena penanganan masalah sosial ini selalu bertumpu penerima manfaat yang sudah terpapar,

Page 92: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 79

maka pembangunan kesejahteraan sosial tidak pernah bisa menyentuh akar masalahnya.

Penyebutan sebagai penyandang masalah, masih berkesan bahwa pembangunan kesejahteraan sosial adalah hanya merupakan usaha kuratif atas orang yang sudah terkena masalah. Penyebutan ini masih seperti warisan dari awal dirintisnya Kementerian Sosial yang hanya menangani korban perang. Masalah sosial terus berubah, seiring dengan perkembangan zaman. Untuk Negara yang menganut sistem kesejahteraan, maka mestinya juga memikirkan orang yang rentan. Pembangunan sosial mestinya merupakan usaha preventif, yang berupaya mencegah terjadinya masalah. Untuk itu, maka perlu sentuhan yang bersifat pemberdayaan. Meskipun demikian, upaya pemberdayaan dan upaya perlindungan sosial dapat berjalan seiring. Pembangunan kesejahteraan sosial yang bersifat perlindungan dimaksud tetap menempatkan seluruh warga Negara mendapatkan perlindungan dari Negara.

Pengalaman menunjukkan, bahwa negara-negara yang memiliki program perlindungan sosial (berlaku secara nasional) cenderung memiliki posisi yang lebih baik dalam mengatasi krisis, dibandingkan yang belum/tidak (Davies dan McGregor, 2009). Peningkatan pengeluaran sosial dan peningkatan system perlindungan sosial secara empiris mampu meredam dampak di banyak negara (UNDESA, 2011). Bahkan, pada saat kondisi krisis sekalipun, sebenarnya masih terbuka ruang (dan kesempatan) untuk merealisasikan program perlindungan sosial universal. Hal ini untuk mencapai kemajuan sosial yang inklusif, yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan komitmen untuk mencapai pembangunan ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan

Page 93: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian80

(UNDESA, 2011). Pun demikian, perlindungan sosial juga memainkan peran penting dalam memperkuat resiliensi anak-anak, keluarga dan masyarakat dalam mencapai kesetaraan yang lebih baik, dan dukungan terhadap pembangunan manusia dan juga pembangunan ekonomi nasional (Winder dan Yablonski, 2012).

2. Tantangan

ASEAN Declaration on Strengthening Sosial Protection 2013. Deklarasi ini memfasilitasi tindakan nyata menuju peningkatan kualitas, cakupan, dan keberlanjutan perlindungan sosial di negara-negara anggota ASEAN, termasuk untuk menggali dan mengembangkan alat penilaian dan indikator statistik regional yang sesuai untuk mengukur secara holistik dan akurat dampak perlindungan sosial terhadap kelompok rentan (The ASEAN Secretariat, 2018).

Sustainable Development Goals 2015 – 2030. Pemimpin dari 193 negara di dunia pada tahun 2015 berkumpul untuk menghadapi masa depan, menciptakan rencana yang disebut tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Mereka mengetahui memiliki cukup makanan untuk memberi makan manusia di dunia, tetapi itu tidak dibagikan. Mereka mengetahui ada obat untuk HIV dan penyakit lain, tetapi harganya sangat mahal. Mereka tahu bahwa gempa bumi dan banjir tidak dapat dihindari, tetapi jumlah kematian yang tinggi tidak dapat dihindari. Maka para pemimpin negara-negara di dunia tersebut, menyusun rencana menetapkan 17 agenda yang dalam jangka 15 tahun (2015-2030) akan menghilangkan kemiskinan dan kelaparan, dan aman dari dampak terburuk perubahan iklim. Ketujuh belas tujuan tersebut berkenaan dengan kemiskinan, kelaparan, kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan, kesetaraan jender, air bersih dan sanitasi, energi, pekerjaan yang layak,

Page 94: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 81

pertumbuhan ekonomi, industri, inovasi dan infrastruktur, ketidaksetaraan, keberkelanjutan kota dan masyarakat, konsumsi dan distribusi, iklim, air dan tanah, perdamaian, keadilan, institusi yang kuat dan kemitraan (United National, 2015). Hal demikian dipertegas lagi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam Arah dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan 2020 – 2024; Menuju Indonesia Bebas Kemiskinan (Bappenas, 2019). Ini merupakan estafet ke 4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

Globalisasi dan revolusi teknologi. Teknologi mengakibatkan pergerakan orang, barang dan jasa berlangsung sangat cepat, dan dipertegas dengan sarana transportasi dan komunikasi digital. Teknologi terus menerus mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan pemikiran di tingkat global. World Economic Forum pada 22-25 Januari 2019 mengadakan Annual Meeting, di Davos-Klosters, Switzerland. Pada konvensi tersebut dilakukan pembasan: power, community engagement, insight generation, platform technology, untuk membentuk kerangka kerja baru kerjasama global. Pertemuan fokus pada konsekuensi strategis dari “Globalization 4.0” dan dampaknya terhadap kerjasama global dan Fourth Industrial Revolution (4IR) (Feby Novalius, 2019). Fourth Industrial Revolution (4IR) adalah revolusi teknologi yang dapat mengubah ummat manusia menjadi lebih baik. Manusia akan memperoleh manfaat dari revolusi industri ini. Pekerjaan menjadi mudah, target tercapai secara maksimal dan masif serta terjadi penghematan waktu yang sangat besar. Manusia dengan robot

Page 95: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian82

akan ” berteman” baik untuk menghasilkan sebuah barang dan jasa tertentu. Di samping bermanfaat bagi manusia, revoluasi teknologi juga membawa ekses dalam kehidupan manusia. Kehangatan dalam relasi sosial akan sulit dijumpai manakala manusia sudah menyatukan diri sepenuhnya dengan teknologi, terjadinya dekadensi moral, perubahan sikap dan perilaku hedonisme dan destruktif. Maka, revolusi industri juga merupakan revolusi sosial inheren, karena baik masyarakat maupun teknologi menjadi semakin erat. Ini berarti bahwa orang, dengan segala keyakinan, nilai, persepsi, aspirasi, keinginan, ketakutan dan kerinduan, adalah bagian integral dari bagaimana revolusi itu akan berlangsung.

Situasi yang berubah-ubah (Volatility), Ketidakpastian (Uncertainity), Kompleksitas (Complexity), Ambiguitas (Ambiguity)/VUCA, adalah situasi yang dibawa oleh globalisasi dan revoluasi teknologi (U.S. Army Heritage and Education Center, 2018). Teknologi, desentralisasi, kebangkitan aktor-aktor dari non-pemerintah dan faktor-faktor lain telah mempercepat kebangkitan VUCA di setiap domain. Tantangannya adalah bagaimana sektor publik agar tetap gesit dan bisa melewati krisis dengan mulus. Ketika ekonomi manufaktur zaman industri diubah menjadi ekonomi digital dari era informasi, maka organisasi sektor publik menghadapi banyak sekali tekanan baru yang semakin meningkat. Kita merasakan tekanan “do more with less”, untuk mengatasi berbagai masalah yang kompleks dan terus berkembang, serta untuk mengatasinya lebih cepat daripada sebelumnya. VUCA yang menyusup ke semua dimensi kehidupan manusia, menyebakan kita adanya ‘perubahan yang melelahkan’. Sepertinya ada rentetan prakarsa perubahan terus-menerus satu-demi-satu yang tiada henti. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan pergeseran pikiran seismik dari change management kepada

Page 96: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 83

pendekatan platform perubahan itu sendiri yang tentunya harus lebih gesit dan lebih cepat. Dalam merespons situasi VUCA sebagaimana disebutkan diatas, perlu dilawan dengan VUCA juga. Namun VUCA dalam hal ini adalah VUCA Skills (Johansen, 2019), yang meliputi Vision (visi), Understanding (pemahaman), Clarity (jelas) , dan Agility (lincah/gesit).

Konsep Anthropocene didasarkan pada asumsi, bahwa karena efek peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi di lingkungan global, manusia dianggap sebagai faktor geologis dan geobiologis utama di bumi. Perubahan yang disebabkan oleh manusia dalam sistem bumi memiliki dampak yang mendalam dengan durasi panjang, sehingga orang dapat berbicara tentang ‘zaman baru’ dalam sejarah bumi. Anthropocene memberikan perspektif yang lebih komprehensif dengan memperhatikan semua dampak yang mungkin terjadi dari tindakan manusia di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Saat ini, para pakar lingkungan memandang konsep ini sebagai pendekatan yang baik untuk menggabungkan tindakan perlindungan dengan strategi mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi perubahan global dan regional. Karakteristik kunci Anthropocene adalah dampak yang signifikan pada geologi dan ekosistem yang akan mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi. Kita telah banyak berhasil memanfaatkan energi penggunaan batubara, minyak bumi, dan nuklir, tetapi energi yang dihasilkan tidak ramah lingkungan. Di negara-negara berkembang cenderung menggunakan bahan bakar yang lebih murah, cepat, dan merusak lingkungan, daripada alternatif yang ramah lingkungan. Manusia dewasa ini telah mengubah cara menggunakan bahan bakar fosil, di mana pemakainnya tanpa memikirkan konsekuensi jangka-panjang. Tiga abad yang

Page 97: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian84

lalu kita melihat bahwa tidak ada polusi dalam jumlah besar dibandingkan dengan saat ini dan itu sama dengan deforestasi.

Perubahan struktur usia penduduk dapat memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Kondisi demografis Indonesia saat ini sudah matang untuk mengambil keuntungan dari “demographic bonus” atau “demographic dividend’. Faktanya, kondisi yang menguntungkan telah terjadi selama beberapa waktu, tetapi peluang akan mulai menutup setelah satu dekade atau lebih. Jika kita ingin memperoleh manfaat dari kondisi demografis (bonus demografi), maka pemerintah hendaknya memastikan, bahwa kondisi dan kebijakan pendukung tertentu sudah ada dan beroperasi secara efektif.

Berkaitan dengan struktur usia penduduk Indonesia, di mana 73 persen berada pada usia sangat produktif, bahwa pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Pada tahun 2017, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 70,81 (BPS, 2017). Angka ini meningkat sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen dibandingkan tahun 2016.  Meskipun demikian, IPM Indonesia tersebut masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Untuk itu, investasi sosial dalam rangka membangun SDM (termasuk SDM bidang Kesos) yang berdaya saing hendaknya tetap menjadi prioritas nasional.

Generasi Milenial mendominasi segalanya dalam beberapa tahun mendatang, sebagaimana Baby Boomer dalam tiga dekade terakhir. Milenial adalah generasi yang paling banyak dipelajari dan dibicarakan orang saat ini. Mereka adalah generasi pertama dalam sejarah yang berkembang penuh dalam dunia teknologi digital, membentuk identitas mereka dan menciptakan sikap politik, sosial dan budaya yang

Page 98: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 85

berbeda dengan generasi sebelumnya. Seperti setiap generasi lainnya, generasi milenial menampilkan sifat-sifat umum dan unik yang membuat mereka berbeda dari pendahulunya.

Kondisi geografi Indonesia masih banyak yang sulit dijangkau dengan moda transportasi apapun seperti: pulau-pulau kecil, pulau terluar dan perbatasan antar negara. Penduduk di lokasi-lokasi tersebut banyak yang belum memperoleh akses terhadap program pemerintah, sehingga mereka itu hidup dalam kondisi marginal. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan pelayanan sosial, mereka tidak sedikit yang melakukan transaksi dengan warga negara lain. Hal ini membuka kemungkinan tumbuh dan berkembangnya permasalahan sosial antar negara. Berkaitan dengan kondisi geografi, pada Potensi Desa (Podes) 2018 terdapat Indeks Pembangunan Desa (IPD) yang merupakan satuan untuk menunjukkan tingkat perkembangan desa dengan tiga status, yaitu tertinggal, berkembang, dan mandiri. Suatu desa ditetapkan sebagai desa tertinggal berdasarkan kriteria perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan, aksesibililitas dan karakterisitik desa. Melalui Podes 2018, kemudian dikategorikan IPD menjadi tiga dan diperoh data desa tertinggal sebanyak 14.461 desa (19,17 persen), desa berkembang sebanyak 55.369 desa (73,4 persen), dan desa mandiri sebanyak 5.606 desa (7,43 persen). Desa tertinggal tersebut tersebar di 122 kabupaten (BPS, 2018). Data tersebut menunjukkan, bahwa masih banyak permasalahan kesejahteraan sosial yang dihadapi pemerintah, dan hal ini tentu akan membebani keuangan negara. Kondisi geografi ini juga memengaruhi sistem informasi berbasis teknologi. Banyak wilayah di Indonesia yang masih blankspot, sehingga penduduk di wilayah itu terhambat memperoleh informasi dan mengakses berbagai pelayanan. Terjadi disparitas yang cukup

Page 99: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian86

signifikan, antara penduduk di wilayah yang sudah memiliki jaringan sistem informasi, dengan penduduk di wilayah lain. Program kesejahteraan sosial yang didesain berbasis teknologi (mis, bantuan sosial non tunai), belum menjangkau warga masyarakat yang berada di wilayah tanpa jaringan informasi.

Kondisi geologi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai negara yang akrab dengan bencana alam, seperti: gunung api, likuifaksi, tsunami dan gempa bumi. Jenis bencana tersebut ditambah dengan tanah lonsor dan banjir akibat kesalahan pengelolaan lingkungan hidup. Kesalahan pengelolaan lingkungan hidup juga mengakibatkan terjadinya pemanasan global, dan perubahan iklim secara ekstrem yang menyebabkan gelombang pasang dan banjir bandang menyebabkan kerugian sangat besar dan berlangsung dalam waktu lama bagi manusia. Bencana-bencana tersebut memerlukan manajemen mitigasi dan pengendalian risiko bencana yang adaptif dengan dukungan sumber daya manusia (SDM Kesos) yang profesional.

Masyarakat Indonesia hidup dalam keragaman suku, ras dan budaya yang merupakan warisan leluhur. Keragaman tersebut menjadi modal sosial yang besar dalam memperkokoh kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kondisi ini sekaligus menyemai benih-benih konflik sosial, ketika hak-hak masyarakat atas identitas dan budayanya tersebut tidak memperoleh pengakuan dan perlindungan dari pihak lain. Oleh karena itu, menghendaki pendekatan budaya, atau tidak menasionalisasi pendekatan dalam mendistribusikan pelayanan sosial.

Kolaborasi, negosiasi dan pertukaran sumber daya dalam implementasi kebijakan kesejahteraan sosial pada tingkat Pusat, Pusat dengan Daerah maupun di tingkat

Page 100: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 87

Daerah, sampai saat ini belum dapat diselenggarakan secara optimal. Ada kesan kuat, bahwa masing-masing instansi pada semua tingkatan “merasa mampu” bekerja sendiri-sendiri dengan sumber daya dan instrumen yang dikuasai. Padahal, sumber daya dan instrumen yang dikuasai itu tidak cukup menghadapi kompleksitas permasalahan sosial yang domainnya senanatiasa beririsan pada beberapa instansi. Perilaku birokrasi yang demikian ini tentu tidak akan efektif dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.

Sistem informasi antara Pusat dengan Daerah belum dibangun dengan baik, sehingga masih terjadi pemahaman yang tidak sama antara dua pihak. Masih terjadi, di mana daerah berupaya mencari tafsir sendiri terhadap regulasi yang disusun Pusat (Kementerian Sosial) berdasarkan kapasitas nalarnya. Terjadinya keterlambatan pelaporan kegiatan, kesalahan adminisrtasi pertanggungjawaban, program tidak terealisasi dan lain-lain, ditengarai dari sistem informasi yang tidak optimal ini.

Perilaku birokrasi di Pusat maupun di Daerah yang tidak efektif juga terjadi dengan badan usaha dan organisasi masyarakat sipil. Hal ini terjadi karena birokrasi merasa paling mengetahui dan merasa paling mampu untuk menangani semua permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Maka sumber daya pada badan usaha dan organisasi masyarakat sipil di bidang kesejahteraan sosial tidak optimal, karena persoalan administratif maupun sosiologis. Intinya, bahwa ada perilaku birokrasi saat ini yang menekan hadirnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Program Kementerian Sosial dengan pendekatan bantuan sosial, pada akhirnya menjadi bumerang bagi Kementerian Sosial sendiri. Masyarakat sebagai penerima program

Page 101: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian88

kesejahteraan sosial atau Kelompok Penerima Manfaat (KPM), menjadi bergantung pada bantuan sosial tersebut, dan tidak merasa berdaya ketika exit program. Tentu ini menjadi dasar untuk mengembangkan pendekatan baru yang mampu membantu KPM semakin berdaya setelah menerima program.

Pekerjaan Sosial Fungsional dan Penyuluh Sosial Fungsional, belum memiliki daya tarik bagi pegawai di instansi sosial Daerah. Bahkan sebagian dari mereka memilih untuk melepaskan jabatan fungsional tersebut karena dirasa kurang menguntungkan sebagai pilihan karier. Tidak berkembangnya dua jabatan fungsional yang menjadi urusan Kementerian Sosial tersebut tentu menjadi persoalan, karena dapat memengaruhi distribusi pelayanan sosial di masyarakat. Hal demikian diperkuat hasil penelitian Habibullah dkk (2018), dimana memang kedua jabatan fungsional dalam lingkup pembinaannya oleh Kementerian Sosial tersebut kurang mendapat respon minat dari kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN). Walaupun telah dikeluarkan kebijakan tentang Impassing Pegawai Negeri Sipil ke Jabatan fungsional, khususnya Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dan Jabatan Fungsional Penyuluh Sosial.

Otonomi Daerah dimaksudkan untuk mendekatkan berbagai pelayanan yang disediakan oleh negara kepada warga negaranya. Kebijakan ini tidak akan dapat diwujudkan apabila tidak ada komitmen Daerah. Pada saat ini masih berkembang isu yang menandai ada tidaknya komitmen Daerah, dan ini menjadi tantangan tersendiri terkait distribusi pelayanan sosial. Berbagai isu dimaksud, seperti: politisasi program, instansi sosial belum didukung sumber daya manusia (SDM Kesos) yang memadai, sasaran program tidak tepat, program berorientasi pada kepentingan, implementasi pembagian

Page 102: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 89

kewenangan Pusat – Daerah dan rendahnya komitmen pemerintah Daerah. Rendahnya komitmen pemerintah Daerah dapat ditengarai dari sebagian besar pemerintah Daerah belum memiliki regulasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial, rendahnya alokasi APBD untuk program kesejahteraan sosial, penempatan SDM tidak mempertimbangkan pendidikan, pengisian formasi dan dukungan terhadap pekerja sosial dan penyuluh sosial fugsional.

Bidang Sosial (Kesejahteraan Sosial) merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah, dan tentunya menjadi proiritas pembangunan daerah. Faktanya, masih ada pemikiran pada elite di Daerah, bahwa bidang kesejahteraan sosial tidak memberikan dampak langsung terhadap petumbuhan ekonomi, sehingga belum ditempatkan sebagi prioritas program. Meskipun perataruran perundang-undangan dan Standar Pelayanan Minimal telah disiapkan oleh Kementerian Sosial, tetapi masih banyak Daerah yang belum memberikan respon yang menggembirakan.

Data kemiskinan dan PMKS lain perlu tersedia secara valid untuk menghasilkan sebuah kebijakan kesejahteraan sosial dan rencana intervensi sosial yang tepat. Isu yang terkait dengan data saat ini adalah akurasi data, validasi dan verifali, kualitas SDM pengelola data dan manajemen pengelolaan data, serta unit organisasi pengelola data di Pusat. Berbagai isu tersebut sebenarnya lebih tepat disebut sebagai ‘masalah’, karena terus menerus disuarakan oleh mitra kerja, klien/KPM dan pihak-pihak terkait lainnya.

Masyarakat merupakan subyek/pelaku utama dalam paradigma pembangunan berkelanjutan. Di masyarakat masih terlembaga dengan baik nilai, norma dan kearifan lokal, meskipun ada gejala-gejala mengalami pelemahan.

Page 103: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian90

Penempatan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan menghendaki sumber daya manusia dengan kapasitas yang baik. Faktanya, masih banyak sumber daya manusia di masyarakat yang belum memiliki kapasitas yang memadai sebagai pelaku utama pembangunan. Hal ini merupakan bagian dari investasi sosial dalam Pembangunan Sosial. Investasi sosial ini sebe4narnya merupakan bagian dari bidang praktik dalam Pekerjaan Sosial, dimana hal ini merupakan merupakan strategi investasi sosial (Conley, 2010). Rendahnya sumber daya manusia di masyarakat, dapat diketahui dari rata-rata lama pendidikan di Indonesia adalah 7,6 tahun. Artinya, rata-rata masyarakat Indonesia tidak lulus SMP. Pada tahun 2010, hanya 7,2 persen masyarakat yang lulus pendidikan tinggi, 22 persen pendidikan menengah dan sisanya berpendidikan dasar. Data ini menunjukkan, bahwa rata-rata pendidikan penduduk Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Padahal, suatu negara bisa dikatakan maju apabila 40 persen penduduknya berpendidikan tinggi 30 persen, berpendidikan menengah dan 20 persen berpendidikan dasar.

Pada 2018, jumlah angkatan kerja sebanyak 131,01 juta orang, dan penduduk yang bekerja sebanyak 124,01 juta orang. Dari jumlah penduduk yang bekerja tersebut, sebanyak 70,49 juta orang (56,84 persen) bekerja pada kegiatan informal. Tingkat  Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2019 masih cukup tinggi, yaitu sebesar 5,01 persen. Penggangguran yang tinggi dan tidak dapat diatasi, tentu akan menjadi penyebab lahirnya permasalahan sosial (BPS, 2018).

Berbagai tantangan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial tersebut di atas, perlu tanggapan dengan cepat oleh pemerintah (Kementerian Sosial) yang melibatkan para

Page 104: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 91

pemangku kepentingan. Pada konteks ini, maka kolaborasi dan pertukaran sumber daya antara pemerintah dengan para pemangku kepentingan, merupakan kata kunci untuk menemukan solusi yang tepat.

3. Prospek

Program pembangunan kesejahteraan sosial diutamakan ke kegiatan preventif, promotif, dan developmental yang bersifat suistainable serta terkoneksi dengan program Suistanable Development Goals (SDGs). Hal ini mendorong pergeseran pembangunan kesejahteraan sosial dari pendekatan residual kepada pendekatan developmental yang memprioritaskan pelayanan pencegahan pada basis keluarga, komunitas dan masyarakat pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/ kota dengan tujuan untuk mencegah muncul dan berkembangnya ‘risiko sosial baru’ maupun ‘risiko sosial lama’. Pendekatan pemberdayaan sebaiknya menjadi pendekatan utama dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pendekatan ini akan mengantarkan penerima program lepas dari ketergantungan dan siap hidup secara mandiri di masyarakat.

Pendekatan pemberdayaan memberikan kesempatan yang luas kepada penerima program untuk berpartisipasi di dalam tahapan dan pelaksanaan program, dilakukan dengan berbasis pada kearifan lokal dan potensi wilayah dalam rangka peningkatan kondisi ekonomi masyarakat. Pendekatan pemberdayaan mempunyai prospek diselenggarakan secara kolaboratif antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Optimalisasi peran relawan dan potensi sumber kesejahteraan sosial dengan Kementerian Sosial tidak melaksanakan secara langsung program pemberdayaan tetapi lebih kepada pembuatan regulasi, kebijakan dan standar prosedur kerja

Page 105: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian92

yang berkaitan dengan program pemberdayaan sosial. Strategi pemberdayaan dilakukan dalam lingkup kecil dan memperhatikan kearifan lokal, dengan melakukan penguatan kelembagaan masyarakat sampai struktur paling rendah/bawah (RT/Dusun/Nagari).

Perlunya merumuskan regulasi baru untuk mendukung pergeseran paradigma pembangunan kesejahteraan sosial dari residual kepada developmental dan regulasi yang mendorong investasi sosial. Regulasi ini mendorong partisipasi masyarakat pada tingkat komunitas dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Khususnya dalam berbagai upaya pencegahan atas kemungkinan munculnya ‘risiko sosial lama’ maupun ‘risiko sosial baru’, termasuk ekses dari perkembangan teknologi. Hal serupa didapat dari survey online yang menyatakan Kementerian Sosial RI perlu menangani permasalahan sosial baru sehubungan dengan perkembangan teknologi. Dari 3.934 responden sebanyak 59,81 persen setuju dan 31,09 persen sangat setuju

Diagram 3.14. Permasalahan Sosial Baru sehubungandengan Perkembangan Teknologi

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Pencegahan perlu memperoleh perhatian besar di dalam arah kebijakan dan program Kementerian Sosial. Pencegahan

Page 106: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 93

agar tidak terjadi dan meluas permasalahan sosial dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi dan sumber yang ada di masyarakat akar rumput. Dari 3.934 responden sebanyak 49,49 persen setuju dan 44,91 persen sangat setuju Pencegahan lebih diutamakan dalam penanganan masalah sosial  (kemiskinan, keterlantaran, gelandangan, cacat/disabilitas, jompo/lansia, korban bencana).

Diagram 3.15. Pencegahan lebih diutamakandalam pencegahan Masalah Sosial

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Sehubungan dengan itu, maka kader-kader penyuluh sosial masyarakat perlu dihadirkan bersama dengan potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang lain untuk melakukan pencegahan. Optimalisasi peran potensi dan sumber kesejahteraan sosial (Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat, Taruna Siaga Bencana, dan Penyuluh Sosial Masyarakat) dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Masyarakat terutama komunitas perlu diberikan kepercayaan dan didorong untuk lebih bertanggung jawab. Komunitas memiliki berbagai indikator keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial sesuai dengan persepsi dan kepentingan komunitas. Intervensi pemerintah lebih diarahkan dan ditekankan pada peningkatan capacity building dan investasi sosial.

Page 107: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian94

Merumuskan kembali sistem rekrutmen dan metode pelatihan pendamping untuk mendapatkan pendamping sosial yang kompeten sehingga bisa memberikan pendampingan pada program pengentasan kemiskinan dan PMKS yang lain. Rekrutmen pendamping sosial dari orang-orang dengan latar belakang pendidikan pekerjaan sosial dan/atau non pekerjaan sosial. Rekruitmen pendamping sosial melibatkan Dinas Sosial kabupaten/kota dengan mengedepankan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas. Dalam rangka melakukan integrasi program, maka diperlukan sinergitas antar pendamping sosial (PKH, BPNT, Desa, dll) melalui Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT).

Pilar-pilar partisipan masyarakat perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan serta teknologi dalam rangka meningkatkan ketahanan sosial keluarga dan komunitas dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil survey online yang menyatakan bahwa dari 4.302 responden sebanyak 53,63 persen setuju dan 42,91 persen sangat setuju bahwa salah satu terobosan baru tersebut adalah peningkatakan kapasitas individu, keluarga, komunitas, masyarakat, dan lembaga kesejahteraan sosial

Diagram 3.16. Terobosan Baru dalam peningkatankapasitas individu, keluarga, komunitas, masyarakat

dan Lembaga Kesejahteraan Sosial

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Page 108: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 95

Diperlukan adanya penguatan nilai-nilai sosial budaya lokal yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesejahteraan sosial yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Pelatihan dan bimbingan teknis bagi pekerja sosial dan penyuluh fungsional di Dinas Sosial provinsi dan Dinas Sosial kabupaten/kota, sehingga mereka dapat terus berkarier di jabatan fungsional tertentu.

Mengoptimalkan balai besar pendidikan dan pelatihan (Diklat) kesejahteraan sosial sebagai pusat pengembangan kapasitas sumber daya manusia kesejahteraan sosial di daerah. Diklat melalui model e-learning dapat dikembangkan dengan dukungan SDM dan peralatan yang memadai. Melalui model ini setiap SDM kesos daerah akan mendapatkan kemudahan mengakses pengetahun baru yang berkaitan dengan bidang kesejahteraan sosial. Selain sebagai pusat diklat, balai besar diklat ke depan ditingkatkan fungsinya sebagai penghubung antara Kementerian Sosial dengan pemerintah daerah di wilayah regional.

Pembangunan kesejahteraan sosial perlu dilaksanakan secara terpadu dengan prinsip ketuntasan. Keterpaduan dimaksud, bahwa pada tahap perencanaan dan pelaksanaan ditetapkan sasaran dan wilayah yang dikoordinasikan bersama secara lintas program. Kemudian ketuntasan dimaksud bahwa pada satu keluarga dapat diberikan beberapa program bagi ayah, ibu dan anak disesuaikan dengan kebutuhan. Hal tersebut sesuai dengan hasil survey online dari 4.302 responden sebanyak 58,81 persen setuju dan 34,40 persen sangat setuju untuk menyatukan pembangunan ekonomi dan sosial diperlukan terobosan baru agar tidak membebani negara.

Page 109: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian96

Diagram 3.17. Menyatukan pembangunan ekonomidan sosial diperlukan terobosan baru agar

tidak membebani masyarakat

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Sistem rehabilitasi sosial berbasis masyarakat dengan mengedepankan peran kelembagaan adat dan agama. Pendekatan developmental bisa dilakukan pada sistem rehabilitasi sosial dengan melibatkan semua pihak, keluarga selaku family support. Program dan bantuan sosial dari pemerintah maupun dari dunia usaha, berbasis pada keluarga, dengan melaksanakan pembinaan dan penguatan keluarga menjadi fondasi dasar dalam menanggulangi masalah sosial.

Pendekatan pemberdayaan mengutamakan pengembangan kapasitas dan peningkatan pendapatan penerima program. Oleh karena itu, Kementerian Sosial RI perlu mengalokasikan sumber dayanya dalam pengembangan kapasitas penerima program dalam bentuk pelatihan, bimbingan teknis atau magang kerja.Kondisi ini sesuai dengan hasil survey online dari 3.934 responden sebanyak 58,90 persen menyatakan dan bahkan 37,11 persen menyatakan sangat setuju dengan Peran Kementerian Sosial RI ke depan lebih berorientasi pada penguatan masyarakat untuk menangani masalah sosial.

Page 110: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 97

Mengikuti alur pemikiran bahwa penetapan kebijakan berbasis riset, maka penyusunan program ditetapkan dari hasil assesmen. Selanjutnya pendanaan mengikuti program, bukan sebaliknya.

Diagram 3.18. Peran Kementerian Sosial kedepanlebih berorientasi pada penguatan masyarakat

untuk menangani masalah sosial

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Pendanaan dari sebuah program, dapat melibatkan dunia usaha dan masyarakat pada umumnya. Badan pengelola zakat, infaq dan sodaqoh bisa berpartisipasi dalam program bagi masyarakat. Sedangkan bantuan keuangan dari pemerintah (dana desa/kelurahan) sebaiknya dapat digunakan untuk mengatasi masalah sosial. Hal tersebut diperkuat dengan hasil survey online dari sebanyak 4.302 responden sebesar 51,93 persen setuju dan 37,54 persen sangat setuju bantuan keuangan dari pemerintah (dana desa/kelurahan) sebaiknya dapat digunakan untuk mengatasi masalah sosial.

Page 111: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian98

Diagram 3.19. Bantuan Keuangan dari PemerintahDana Desa/Kelurahan sebaiknya dapat digunakan

untuk mengatasi masalah sosial

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Mengembangkan bisnis sosial dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membuka peluang bagi masyarakat secara individu, keluarga dan komunitas untuk berpartisipasi dan berkolaborasi dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Perlu ada jejaring kelembagaan lokal sehingga membentuk sebuah sistem jaringan kerja dan mampu memberikan kontribusi dalam pelayanan sosial di tingkat lokal. Kearifan lokal akan sangat berperan dalam pemberdayaan sosial. Pelibatan masyarakat seperti di Yogyakarta dengan “sistem gandeng gendong”. Pelibatan banyak pihak dalam pengentasan masalah dan pemberdayaan masyarakat. Dalam prakteknya menggandeng pihak dunia usaha dan masyarakat mampu untuk menggandeng masyarakat lemah, akan dapat mewujudkan kesetiakawanan sosial serta penguatan yang lemah. Pembagian peran (sektor publik, sektor swasta, sektor organisasi masyarakat sipil) sebagai delivery service system untuk memberikan pelayanan sosial dengan cara-cara lebih efisien, efektif, cepat, tepat, tanggap, transparan, akuntabel dan berkelanjutan.

Page 112: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 99

Kementerian Sosial perlu melakukan perubahan mendasar pada arah kebijakan dan strategi, dari bertindak reaktif, menuju kebijakan dan strategi yang responsif terhadap dinamika yang berkembang di masyarakat karena perubahan di tingkat nasional maupun global. Peningkatan anggaran dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK) sehingga Dinas Sosial memiliki keleluasaan dalam mengelola program dan anggaran untuk program kesejahteraan sosial. Memperkuat sistem koordinasi pusat dengan daerah untuk mendorong respon daerah terhadap kebijakan dan program Kementerian Sosial RI. Kementerian Sosial perlu melakukan sosialisasi kepada daerah tentang arah baru kesejahteraan sosial agar memiliki pemahaman yang tepat terkait kebijakan dan program kesejahteraan sosial.

Kementerian Sosial diharapkan mendorong pemerintah daerah untuk menerbitkan regulasi tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Seiring dengan terjadinya permasalahan kesejahteraan sosial yang cenderung kompleks, maka Kementerian Sosial perlu mengembangkan kebijakan (Peraturan Menteri Sosial RI) dalam kerangka sinergitas antara instansi sosial, badan usaha dan CSO, baik di pusat maupun di daerah. Berdasarkan kebijakan itu, maka daerah juga sebaiknya memiliki regulasi sebagai turunannya, yang mengatur secara spesifik sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

Kementerian Sosial RI sebagai penanggung jawab pembangunan kesejahteraan sosial berperan sebagai policy maker, regulator, pemantau dan evaluator dan auditor. Sedangkan peran sebagai operator sebagian besar diserahkan kepada pemerintah daerah, lembaga kesejahteraan sosial, organisasi sosial kemasyarakatan, dan unit pelayanan teknis. Pergeseran peran ini membawa implikasi pada reorganisasi

Page 113: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian100

instansi bersangkutan. Adanya peluang lebih besar bagi instansi penanggung jawab pembangunan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan peranannya kepada kolaborasi dan negosiasi untuk mendorong partisipasi lebih besar dari pemerintah daerah, sektor swasta dan CSO.

Perubahan dari dua peran (regulator dan operator) menjadi satu peran sebagai regulator, menghendaki pelimpahan pembiayaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Sehubungan dengan itu, maka distribusi anggaran melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) ke Dinas Sosial Kabupaten/Kota merupakan konsekuensi yang harus dipenuhi oleh Kementerian Sosial. Kementerian Sosial juga dituntut untuk mengontrol pemerintah daerah dalam pelaksanaaan pembangunan kesejahteraan sosial dengan cara memberikan sanksi dan penghargaan kepada daerah.

Kementerian Sosial sudah menetapkan Peraturan Menteri Sosial No. 9 tahun 2018 tentang standar teknis pelayanan dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial di daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, namun untuk penerapannya diperlukan asistensi ke daerah agar SPM dapat dicapai. Kementerian Sosial berkomitmen untuk melaksanakan mandat peraturan perundang-undangan terkait dengan PMKS yang menjadi sasaran program kesejahteraan sosial. Struktur organisasi di Kementerian Sosial yang menjadi rujukan penyusunan struktur organisasi di daerah, sebaiknya mewadahi semua PMKS yang sudah dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan. Kesesuaian struktur organisasi pusat dengan daerah ini merupakan salah satu komponen yang mendukung pencapaian tujuan program kesejahteraan sosial secara optimal.

Page 114: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 101

Kementerian Sosial bersama-sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) merumuskan kembali indikator kemiskinan, dengan mempertimbangkan karakterisitik wilayah dan sosial budaya penduduk Indonesia di wilayah barat dan timur. Indikator kemiskinan perlu mengakomodasi indikator lokal, sehingga dapat memotret kemiskinan di masyarakat. Indikator kemiskinan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Dalam mengatasi permasalahan sosial agar tidak sentralistik, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Pendekatan bantuan dalam menangani kemiskinan dan permasalahan sosial lain sebaiknya diperkecil, karena tidak sesuai dengan filosafi intervensi pekerjaan sosial “help people, help themselve”.

Diagram 3.20. Bantuan Sosial dari Pemerintah sebaiknyaterus dilakukan tanpa ada pelatihan keterampilan

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Bantuan sosial diperlukan untuk orang-orang dalam kondisi kedaruratan sosial atau situasi kritis dan bersifat sementara atau jangka pendek. Hal tersebut sesuai dengan hasil survey online dari 4.302 responden menyatakan bahwa 34,52 persen sangat tidak setuju dan 35,63 persen tidak setuju. Persyaratan penerima program mempertimbangkan kondisi

Page 115: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian102

geografis dan karakteristik sosial budaya masyarakat, sehingga dimungkinkan ada kebijakan atau diberlakukan persyaratan khusus untuk masyarakat tertentu.

I. Perlu dilakukan kajian tentang bagaimana mengidentifikasi dan mendefinisikan ‘risiko sosial baru’ untuk mendukung pelayanan pencegahan. Puslitbang kesejahteraan sosial diharapkan mengambil peranan yang besar dalam merumuskan kebijakan sosial ini. Perlunya interagency meeting, agar bisa merumuskan kebijakan sosial yang komprehensif dan partisipatif.

II. Prioritas yang perlu ditangani Kementerian Sosial RI di masa mendatang menurut hasil survey online tampak kemiskinan menjadi prioritas. Secara berurutan dapat dilihat pada diagram 3.21

Diagram 3.21. Prioritas yang perlu ditanganiKementerian Sosial

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Page 116: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 103

PENUTUPIVBab

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Program Pembangunan Kesejahteraan Sosial masih bersifat parsial, dan belum memiliki indikator outcome dan dampak yang dapat diukur.

2. Pendekatan residual dalam pembangunan kesejahteraan sosial tidak mampu mengantisipasi “risiko sosial baru”, karena intervensinya bersifat reaktif dan tidak proaktif

3. Pemberdayaan masih dimaknai sebagai proyek, bukan sebagai pemberdayaan yang sesungguhnya dan menyebabkan ketergantungan masyarakat

4. Pembentukan KUBE pada kenyataannya melemahkan modal sosial karena penunjukan didasarkan pada kesamaan marga, kerabat, dan kedekatan wilayah.

5. Kementerian Sosial menjalankan peran sebagai regulator sekaligus operator sehingga bebannya sangat berat.

6. Masih banyak badan usaha yang menjalankan CSR berdasarkan visi dan misinya sendiri, lepas dari target / tujuan yang ditetapkan Pemerintah.

Page 117: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian104

7. Komitmen Pemerintah Daerah (Dinsos) masih sangat rendah dalam implementasi program pembangunan kesejahteraan sosial.

8. Model pemberdayaan kelompok rentan dan mereka yang membutuhkan perlakuan khusus harus disesuaikan dengan kondisi penerima manfaat. Bantuan sosial belum sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas dan hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan dasar yang kadang tidak sesuai dengan kondisi lokal.

9. Pemberian bantuan sosial selama ini tidak memandirikan rumah tangga miskin bahkan menyebabkan ketergantungan pada bantuan sosial yang diberikan pemerintah. Program pemberdayaan yang didalamnya diikuti dengan bantuan stimulan tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas penerima program.

10. Belum optimalnya sinkronisasi dan sinergi program antar Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Sosial.

11. Pemerintah kurang melibatkan kearifan lokal (melalui musyawarah desa/kelurahan) dalam menentukan penerima manfaat dan penanganannya.

12. Belum ada standar kompetensi pendamping sosial oleh Kementerian Sosial.

B. Rekomendasi

Berdasarkaan kesimpulan penelitian ini maka direkomendasikan sebagai berikut:

1. Pendekatan pemberdayaan sebaiknya menjadi pendekatan utama dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial agar penerima program lepas dari ketergantungan dan siap hidup secara mandiri di masyarakat; tanpa mengabaikan pendekatan residual kepada penerima manfaat yang memang perlu layanan secara khusus.

Page 118: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 105

2. Pendekatan developmental dengan didukung oleh semangat kolaborasi dan keterlibatan antara pemerintah, swasta dan masyarakat membuat pelaksanaan pemberdayaan semakin baik. Salah satunya melalui pencegahan terutama dalam penanganan sosial.

3. Kementerian Sosial perlu merumuskan regulasi dalam menangani permasalahan sosial baru sehubungan dengan perkembangan teknologi.

4. Optimalisasi sistem rehabilitasi sosial berbasis masyarakat.

5. Kementerian Sosial sebagai regulator, pembuat kebijakan, pemantau dan evaluator, sedangkan operatornya diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Lembaga Kesejahteraan Sosial, Organisasi Masyarakat Sipil dan Unit Pelaksana Teknis Daerah.

6. Pembangunan Kesejahteraan Sosial dilaksanakan secara terpadu dengan prinsip ketuntasan.

7. Merumuskan kembali metode dan sistem perekrutan dan pelatihan pendamping untuk mendapatkan pendamping sosial yang kompeten dan sesuai latar pendidikan.

8. Sinkronisasi dan sinergi progam antar satuan kerja di lingkungan Kementerian Sosial dan koordinasi dengan pemerintah daerah.

9. Konstruksi Model Pengembangan (Model of Sosial Welfare) dalam pelayanan kesejahteraan sosial, digambarkan sebagai berikut:

Page 119: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian106

Gambar 4.1 Roadmap Arah BaruPembangunan Kesejahteraan Sosial Tahun 2020-2024

Page 120: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 107

DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, S. M., Howell, F., McPherson, A., & Priebe, J. (2013). Asistensi Sosial Untuk Usia Lanjut Di Indonesia: Kajian Empiris Program Aslut (TNP2K Working Paper 05 - 2013). Jakarta: TNP2K.

Amalia, A. D. (2014). Evaluasi Outcomes Bagi Individu Program Rehabilitasi Sosial Disabilitas Netra: Studi Kasus Empat Alumni PSBN Wiyata Guna Bandung. Sosio Informa, 19(3), 260-283.

Anam, W. A. (2016). Peran Panti Sosial Bina Remaja Dalam Pem-berdayaan Remaja Terlantar Di Daerah Istimewa Yogya-karta (Skripsi sarjana tidak dipublikasikan). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia.

Andari, S. (2014). Efektivitas Program Asistensi Sosial Orang dengan Kecacatan. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengem-bangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial.

Andri, A., & Harun, A. (2018). Evaluasi Pelaksanaan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Panti Sosial Bina Remaja Rumbai Kota Pe-kanbaru. KEMUDI: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 2(2), 42-59.

Astuti, M. (2013). Kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak: Studi Kasus Evaluasi Program Kesejahteraan Sosial Anak di Provinsi DKI Jakarta, DI. Yogyakarta, dan Provinsi Aceh. Ja-karta: P3KS Press.

Astuti, M., Sauqi, & Ariani, D. (2015). Implementasi Kebijakan Asis-tensi Sosial Lanjut Usia Terlantar. Sosio Konsepsia, 5(1), 248-259.

Azhar, M. (2017). Evaluasi Program Pelayanan Sosial Dasar Pada Lanjut Usia Di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut

Page 121: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian108

Usia Pagar Dewa Kota Bengkulu (Skripsi sarjana tidak di-publikasikan). Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia.

Badan Pusat Statistik. (2017). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2018). Jumlah Angkatan Kerja Indonesia pada tahun 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2018). Potensi Desa (Podes) Indonesia pada tahun 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bappenas (2019). Menuju Indonesia Bebas Kemskinan. Arah dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan 2020 – 2024. Dipub-likasikan oleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial, Kementerian PPN/Bappenas.

Cahyadi, N., Hanna, R., Olken, B. A., Prima, R. A., Satriawan, E., & Syamsulhakim, E. (2018). Cumulative Impacts of Condition-al Cash Transfer Programs: Experimental Evidence from In-donesia (NBER Working Paper No. 24670). Cambridge: The National Bureau of Economic Research.

Conley, A. (2010). Sosial Development, Sosial Investment, and Child Welfare. Dalam bunga Rampai, Sosial Work and So-ciaol Development. Theories and Skills for Develoipmental Sosial Work. Migdley, J. dan Conley, A (Ed.). Oxford Univer-sity Press, 2010.

Davies, M., & McGregor, J. A. (2009). Sosial Protection: Responding to a Global Crisis. Retrieved from Institute of Development Studies: http://www.ids.ac.uk/files/dmfile/SosialProtec-tionDaviesandMcGregor.pdf

Denzin, N. K. (1978). Sociological Methods. New York: McGraw-Hill.

Dutschke, M. (2007). Rights in Brief: Defining Childrens Constitu-tional Right to Sosial Services. Cape Town: Children’s Insti-tute, UCT.

Page 122: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 109

Fickiansyah, N. (2016). Evaluasi Proses Tahapan Pelaksanaan Re-habilitasi Sosial Bagi Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1 Klender (Skripsi sarjana tidak dipub-likasikan). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ja-karta, Indonesia.

Fuady, R. L., & Abadi, A. M. (2017). Penentuan Penerimaan Ban-tuan Pangan Non Tunai (BPNT). Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta (pp. 203-210). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta .

Gunawan, Sugiyanto, & Roebyantho, H. (2013). Eksistensi Rehabili-tasi Sosial Berbasis Masyarakat bagi Korban Penyalahgu-naan NAPZA. Jakarta: P3KS Press.

Habibulah, Irmayani, Mujiyadi, B., Susantyo, B., Sugiyanto, Naing-golan, T., & Suradi (2018). Kinerja Sumber Daya Kesejahter-aan Sosial di Daerah. Studi di empat Provinsi. Puslitbangke-sos.

Herunnisa. (2016). Peranan Panti Asuhan Dalam Membina Ke-mandirian Anak (Studi Kasus UPTD Panti Sosial Asuhan Anak Harapan Kota Samarinda). eJournal Ilmu Administra-si Negara Fisip Universitas Mulawarman, 4(3), 4560-4570.

Ikhsan, M. F. (2016). Evaluasi Dampak Pelatihan Keterampilan Ser-vis Sepeda Motor Berdasarkan Pengguna Jasa Dari Lulusan PSBR Bambu Apus Jakarta Timur (Skripsi sarjana tidak di-publikasikan). Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indone-sia.

Irmansyah, Darwis, H., & Muhammad, H. R. (2012). Evaluasi Pro-gram Pelayanan Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Seroja Kabupaten Bone. Jurnal Analisis, 1(1), 92-100.

Irmawan. (2018). Pemberdayaan Suku Kaili Da’a Di Kabupaten Sigi. Sosio Konsepsia, 7(2), 91-100.

Page 123: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian110

Irwanto, Kasim, E. R., Fransiska, A., Lusli, M., & Okta, S. (2010). Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia: Se-buah Desk Review. Depok: Pusat Kajian Disabilitas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Jayaputra, A., Muhtar, Syawie, M., Pudjianto, B., Amalia, A. D., & Belanawane, M. (2017). Kepuasan Keluarga Penerima Man-faat Bantuan Tunai dan Non Tunai: Kajian Tiga Kota. Ja-karta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial.

Jelita, I. (2015). Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Non Formal di Panti Asuhan Uswatun Hasanah Samarinda. eJournal Sosiatri-Sosiologi Fisip Universitas Mulawarman, 3(3), 65-78.

Junaidi, M. S. (2017). The Satisfaction Comparison Of Bantuan Pan-gan Non Tunai Recipients And Rastra Recipients In Cakung District, East Jakarta. Jurnal Ilmiah Econosains, 15(2), 273-288.

Johansen, B. (2009). Leaders Make The Future: Ten New Leadership Skills for Uncertain World. San Fransisco. 2009.

Kementerian Keuangan. (2015). Kajian Program Keluarga Hara-pan: Efektifitas Penggunaan Anggaran PKH. Jakarta: Direk-torat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI.

Kementerian PPN/Bappenas. (2013). Masyarakat Adat di Indone-sia: Menuju Perlindungan Sosial yang Inklusif. Jakarta: Di-rektorat Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat Ke-menterian PPN/Bappenas.

Kementerian PPN/Bappenas. (2014). Evaluasi Pelaksanaan Pem-bangunan Sosial Tahun 2010-2014: Capaian Prioritas Na-sional Kinerja Kementerian dan Daerah. Jakarta: Kement-erian PPN/Bappenas.

Page 124: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 111

Kementerian Sosial. (2017). Monitoring Dan Evaluasi Bantuan Sos-ial Non Tunai PKH 2017. Jakarta: Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial RI.

Kementerian Sosial. (2018). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan. Jakarta: Direktorat Rehabilitasi Sos-ial Lanjut Usia Kementerian Sosial RI.

Kementerian Sosial. (2018). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja. Jakarta: Direktorat Rehabili-tasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial RI.

Kharismawati, I. S., & Rosdiana, W. (2018). Implementasi Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) Melalui E-Warung Di Kelura-han Sidosermo Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya. Pub-lika: Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 6(8), 1-7.

Kurniasih, D. (2016). Pembinaan Lanjut Usia Melalui Day Care Ser-vice Di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Jurnal Elektronik Mahasiswa PLS Univer-sitas Negeri Yogyakarta, 5(5), 69-77.

Maulidina, S. (2018). Analisis Korelasi Program Bantuan Pangan Non Tunai Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tang-ga Miskin (Studi Kasus Pada Masyarakat Penerima Pro-gram Bantuan Pangan Non Tunai Di Kecamatan Bojongloa Kaler) (Skripsi sarjana tidak dipublikasikan). Universitas Pasundan, Bandung, Indonesia.

Mawardi, M. S., Ruhmaniyati, Tamyis, A. R., Usman, S., Kurniawan, A., & Budiani. (2017). Kajian Awal Pelaksanaan Program e-Warong Kube-PKH. Jakarta: The SMERU Research Institute, Bappenas, & KOMPAK.

Midgley, J., & Conley, A. (Eds.). (2010). Sosial Work and Sosial De-velopment: Theories and Skills for Developmental Sosial Work. New York: Oxford University Press.

Page 125: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian112

Naibaho, O. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spritual) Holistik Terhadap Residen Penyalah-gunaan NAPZA Di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan (Skripsi sarjana tidak dipublikasi-kan). Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

Nainggolan, T. (2014). Pemberdayaan Diri Lanjut Usia Peserta Pro-gram Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar di Kabupaten Bangli. Sosio Konsepsia, 3(3), 142-156.

Nazara, S., & Rahayu, S. K. (2013). Program Keluarga Harapan (PKH): Program Bantuan Dana Tunai Bersyarat di Indone-sia. Research Brief. Brasília: International Policy Centre for Inclusive Growth.

Novalius, F. (2019, Januari 23). Pertemuan WEF 2019, RI Dorong Investasi di Industri 4.0. Retrieved from Okezone: https://economy.okezone.com/read/2019/01/23/320/2008493/pertemuan-wef-2019-ri-dorong-investasi-di-industri-4-0

Nugraha, A. F. (2014). Implementasi Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang (Skrip-si sarjana tidak dipublikasikan). Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Indonesia.

Ørngreen, R., & Levinsen, K. (2017). Workshops as a Research Methodology. The Electronic Journal of e-Learning, 15(1), 70-81.

Patton, M. Q. (1999). Enhancing the Quality and Credibility of Qual-itative Analysis. HSR: Health Services Research, 34(5), 1189-1208.

Pramuwito, C. (1999). Penelitian Ujicoba Model Pelayanan Kes-ejahteraan Sosial Lanjut Usia Berbasis Masyarakat. Yogya-karta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial.

Page 126: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 113

Pratama H.R., A. (2017). Evaluasi Program Pembinaan Anak Ter-lantar Putus Sekolah di PPSBR Makkareso Kabupaten Ma-ros (Tesis master tidak dipublikasikan). Universitas Negeri Makassar, Makassar, Indonesia.

Purwanto, S. A., Sumartono, & Makmur, M. (2013). Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Me-mutus Rantai Kemiskinan (Kajian di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto). Wacana: Jurnal Sosial dan Hu-maniora, 16(2), 79-96.

Puslitbangkesos. (2015). Evaluasi Kebijakan Pemberdayaan Sosial bagi Peserta Program Keluarga Harapan melalui Kelompok Usaha Bersama. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengemban-gan Kesejahteraan Sosial.

Rachman, B., Agustian, A., & Wahyudi. (2018). Efektivitas Dan Per-spektif Pelaksanaan Program Beras Sejahtera (Rastra) Dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). Analisis Kebijakan Pertanian, 16(1), 1-18.

Roebyantho, H., & Unayah, N. (2015). Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Rehabili-tasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Di Kota Garut, Provinsi Jawa Barat. Sosio Konsepsia, 4(1), 311-330.

Roebyantho, H., Setiti, S. G., & Rahman, A. (2013). Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE. Jakarta: P3KS Press.

Roebyantho, H., Sitepu, A., Widodo, N., & Amalia, A. D. (2017). Dampak KUBE dalam Penangulangan Kemiskinan. Ja-karta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial.

Rohmah, Y. A. (2015). Analisis Akuntabilitas Program Keluarga Ha-rapan (Studi Deskriptif Akuntabilitas Administrasi Pelak-

Page 127: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian114

sanaan Program Keluarga Harapan Bidang Pendidikan di Kecamatan Semampir Surabaya). Jurnal Aplikasi Adminis-trasi, 18(1), 1-9.

Sari, A. F., Yanzi, H., & Nurmalisa, Y. (2017). Peran Orang Tua Me-manfaatkan Dana Bantuan Program Asistensi Sosial Pe-nyandang Disabilitas Berat. Jurnal Kultur Demokrasi, 5(4), 1-14.

Sari, W. Y., & Nurhamlin. (2018). Peran Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Rumbai Dalam Pembinaan Remaja Putus Sekolah. Jurnal Online Mahasiswa FISIP Universitas Riau, 5(1), 1-15.

Savica. (2106). Report to UNICEF: Monitoring and Evaluation of PKH Prestasi, Pilot Project Brebes, Central Java. Jakarta: Savica Public Health and Communication Consultancy.

Schubert, B., Rusyidi, B., Pratiwi, A. P., & Halim, M. A. (2015). Pe-nilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Jakarta: Kementerian Sosial RI & UNICEF.

Siswoyo, M. E., & Hardi, J. (2016). Evaluasi Pasca Huni Pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan. Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan, 5(3), 105-162.

Sitepu, A. (2016). Analisis Efektivitas Kelompok Usaha Bersama Se-bagai Instrumen Program Penanganan Fakir Miskin. Sosio Informa, 2(1), 53-68.

Sitepu, A., Sumarno, S., Nainggolan, T., & Murni, R. (2014). Evaluasi Implementasi Kebijakan Raskin 2014. Jakarta: Pusat Peneli-tian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial.

Sugina, P. M. (2012). Implementasi Kebijakan Penanggulangan Ke-miskinan Melalui Program Pemberdayaan Ekonomi Kelom-pok Usaha Bersama (KUBE) di Jakarta Selatan (Tesis mas-ter tidak dipublikasikan). Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.

Page 128: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 115

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.

Sumarno, S., Nainggolan, T., Gunawan, & Murni, R. (2011). Evaluasi Program Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU). Jakarta: P3KS Press.

Sunge, N. W. (2017). Perbandingan Implementasi Program Beras Sejahtera (Rastra) dengan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Sumatera Barat (Tesis master tidak dipub-likasikan). Universitas Andalas, Padang, Indonesia.

Supriyanto, R. W., Ramdhani, E. R., & Rahmadan, E. (2014). Perlind-ungan Sosial Di Indonesia: Tantangan dan Arah ke Depan. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.

Suradi. (2017). Studi Evaluasi Dampak Kebijakan Sosial: Rehabili-tasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni bagi Keluarga Miskin Di Kota Banjarmasin. Sosio Konsepsia, 17(2), 205-220.

Suradi, Sumarno, S., Roebyantho, H., SUgiyanto, & Unayah, N. (2015). Kapasitas Institusi Wajib Lapor Dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial.

Susetio, W. (2007). Konsep Welfare State dalam Amandemen UUD 1945: Implementasinya dalam Peraturan Perundang-Un-dangan (Beberapa Tinjauan dari Putusan MKRI). Lex Jurn-alica, 4(2), 56-69.

Susilowati, E. (2015). Pekerjaan Sosial pada Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Kota Bandung. Sosio Konsepsia, 5(1), 237-247.

Susilowati, E., Rinda, R. H., Sutisna, N., & Irianti, D. (2012). Mana-jemen Kasus Bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Di Rumah Perlindungan Sosial Phalamartha Sukabumi. Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial, 11(2), 1-17.

Page 129: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian116

Suyanto, & Mujiyadi, B. (2015). Pemberdayaan Komunitas Adat Ter-pencil Melalui Pelayanan Terpadu Di Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sosio Konsepsia, 4(2), 15-36.

The ASEAN Secretariat. (2018). ASEAN Declaration on Strengthen-ing Sosial Protection and Regional Framework and Action Plan to Implement the ASEAN Declaration on Strengthening Sosial Protection. Jakarta: The ASEAN Secretariat.

TNP2K. (2017). Penduduk Lanjut Usia dan Keterjangkauan Pro-gram Perlindungan Sosial bagi Lansia. Jakarta: TNP2K.

U.S. Army Heritage and Education Center. (2018, Juli 10). “Who first originated the term VUCA (Volatility, Uncertainty, Com-plexity and Ambiguity)?” USAHEC Ask Us a Question. Re-trieved from libanswers: http://usawc.libanswers.com/faq/84869

United Nations. (2015). Transforming Our World: The 2030 Agenda For Sustainable Development. New York: United Nations.

United Nations Department of Economic and Sosial Affairs. (2011). The Global Sosial Crisis: Report on the World Sosial Situa-tion 2011 (ST/ESA/334). Retrieved from United Nations: http://sosial.un.org/index/LinkClick.aspx?fileticket= v0LQqd2FT3k%3d&tabid=1561

Utami, S. H. (2012). Implementasi Kebijakan Program Bantuan Rehabilitasi Sosial Rumah Tak Layak Huni (RS-RTLH) Di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Tesis master tidak dipublikasikan). Universitas Terbuka, Batam, Indo-nesia.

Van Thiel, S. (2004). Trend in The Public Sector, Why Policitians Pre-fer Quasi Autonomous Organization. Journal of Theoritical Politics, 16(2), 175-201.

Page 130: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 117

Wediawati, B., & Setiawati, R. (2015). IbM Kelompok Usaha Ber-sama Perempuan Kepala Keluarga (KUBE-PEKKA) di Ke-camatan Telanai Pura Kota Jambi. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 30(1), 10-17.

Widiyanti, S. Y., & Hidayatulloh, A. N. (2015). Kinerja Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam Pengentasan Kemiskinan. Jurnal PKS, 14(2), 163 - 180.

Widodo, N. (2015). Evaluasi Program Subsidi Panti dalam Mendu-kung Kelangsungan Pelayanan Panti Sosial. In P. Kessos, Evaluasi Program Subsidi Panti (pp. 129-151). Jakarta: Pus-litbang Kessos.

Widyakusuma, N. (2013). Peran Pendamping Dalam Program Pendampingan Dan Perawatan Sosial Lanjut Usia Di Ling-kungan Keluarga (Home Care): Studi Tentang Pendamping Di Yayasan Pitrah Sejahtera, Kelurahan Cilincing, Keca-matan Cilincing Jakarta Utara. Sosio Informa, 18(3), 211-224.

Wigianti, E., & Marom, A. (2018). Evaluasi Program Pembinaan Anak Terlantar Di Sasana Pelayanan Sosial Anak Kasih Mesra Demak. Journal of Public Policy and Management Review, 6(3), 115-127.

Winder, M., & Yablonski, J. (2012). Integrated Sosial Protection Systems: Enhancing Equity for Children (Sosial Protection Strategic Framework). Retrieved from UNICEF: http://www. unicef.org/sosialprotection/framework/files/ UNI-CEF_Sosial_Protection_Strategic_Framework_full_doc_std%281%29.pdf

World Bank. (2007). Laporan kajian cepat terhadap government community development operations: microfinance and mi-crocredit projects - dipresentasikan kepada Bappenas dan

Page 131: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian118

World Bank - decentralization support facility. Jakarta: MI-CRA.

World Bank. (2017). Menuju sistem bantuan sosial yang menyelu-ruh, terintegrasi, dan efektif di Indonesia. Washington, D.C.: World Bank Group.

Yanti, R. D. (2013). Studi Tentang Pelayanan Lanjut Usia Pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Sosial Tresna Werd-ha Nirwana Puri Di Kota Samarinda. eJournal Ilmu Admin-istrasi Negara Fisip Universitas Mulawarman, 1(2), 749-762.

Yanuardi, Fitriana, K. N., & Ahdiyana, M. (2017). Evaluasi Kebijakan Sosial Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia Terlantar (LUT). Jurnal PKS, 16(1), 1-10.

Yossi, S. (2018). Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Menteri Sosial Nomor 106/HUK 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial (Tesis mas-ter tidak dipublikasikan). Universitas Islam Riau, Pekan-baru, Indonesia.

Page 132: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 119

LAPORAN HASIL FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

PENELITIAN ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2020 – 2024

WILAYAH BARAT

DI HOTEL REDTOP, JAKARTA

TANGGAL 25-28 MARET 2019

Page 133: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian120

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam dokumen RPJMN (I-III), khususnya dalam bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial, bagian terbesarnya masih terfokus pada penyelesaian resiko-resiko sosial lama. Walaupun memang, diakui, ada juga yang sudah mulai merespon permasalahan sosial kontemporer faktual yang boleh jadi sudah merupakan fenomena adanya permsalahan sosial baru, sebagai bagian dari resiko rosial baru. Permasalahan dalam koridor resiko sosial lama, oleh Kementerian Sosial memasukkannya kedalam Permasalahan Kesejahteraan Sosial (PMKS), yang terdiri atas 26 (dua puluh enam) dengan tetap mengedepankan penguatan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). RPJMN III belum secara eksplisit memberikan arahan atas apa dan bagaimana menyikapi masuknya era Revolusi Industri 4.0. Bagaimana dan apa yang harus dilakukan, baik oleh Negara (melalui pemerintah) masyarakat juga dunia usaha?

Pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial dewasa ini, masih terasa dan kasat mata akan adanya didominasi peran pemerintah pusat, hampir dalam segala lini. Mulai dari regulasi, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi. Walaupun kita sadari bersama pemerintah memiliki keterbatasan, khususnya SDM disamping pembiayaan.

Idealnya, skema penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial lebih mengedepankan upaya-upaya prefentif (prevention service) sebagai arus utama. Namun pada kenyataannya, kita masih lebih mengedepankan pelayanan rehabilitasi dengan basis institusi/panti (alternate state care). Skema penyelenggaraan

Page 134: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 121

pelayanan sosial semacam ini jelas memerlukan anggaran yang jauh lebih besar. Sehingga dalam banyak kasus masih ditemukan inefisiensi, efektifitas pelayanan yang belum optimal bahkan adanya penyimpangan (anggaran). Skema penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial modern secara ideal semestinya mengedepankan upaya pencegahan (prevention service) sebagai pilar utamanya, baru disusul pelayanan primer (early intervention service), yang dilanjutkan dengan adanya system perlindungan (protection service). Sedangkan pelayanan dalam basis institusi oleh Negara/pemerintah (entah dalam bentuk panti atau lembaga-lembaga lainnya) merupakan pelayanan alternatif akhir (alternate state care). Keempat komponen skema penyelenggaraan kesejahteraan sosial modern ini pada dasarnya telah terbangun dalam sitem penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Indonesia (yang utamanya dilaksanakan oleh Kementerian Sosial), namun dalam konstruksi piramida terbalik, dimana pelayanan alternatif akhir (alternate state care) menjadi bagian terbesarnya. Sedangkan upaya pencegahan (prevention service), masih mendapatkan proporsi yang relatif kecil. Dimana dalam konstruksi ini dikenal dengan istilah Residual-Institutional Dichotomy Model (Duetsche M, 2007). Konstruksi penyelenggaraan kesejahteraan sosial modern idealnya mengarah ke Model pengembangan (Developmental Model of Social Welfare).

Page 135: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian122

BAB II

KONDISI PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL SAAT INI

A. Aspek Developmental Approach

Perubahan kondisi masyarakat yang terjadi saat ini begitu cepat menimbulkan berbagai permasalahan sosial dalam masyarakat. Proses penyelesaian permasalahan sosial tidak jarang diselesaikan dengan menggunakan penyamarataan metode pendekatan. Pendekatan yang digunakan cenderung bersifat rehabilitatif, residual, karitatif, preventif (sangat minim), atau seperti “pemadam kebakaran” contohnya bantuan sosial. Dalam perkembangnya zaman, pendekatan tersebut dianggap belum efektif, membuat orang ketergantungan pada program, dan tidak partisipatif. Berdasarkan fakta tersebut, maka pendekatan residual dianggap belum sepenuhnya bisa menangani permasalahan kemiskinan di Indonesia

Page 136: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 123

Praktisi Akademisi CSO

Kondisi saat ini dipan-dang sebagai suatau masalah :

Kondisi saat ini dipan-dang sebagai suatau masalah :

Kondisi saat ini dipandang sebagai suatau masalah :

1. Perubahan yang cepat menimbul-kan masalah baru dan sering terjadi Penyamarataan masalah dan loka-litas

2. Pendekatan cender-ung Rehabilitative, Residual, Karitatif, Preventif (sangat minim), Non parti-sipatif

3. Akurasi data ren-dah

4. Belum ada evalu-asi pada program dan meantest pada penerima bantuan. Pember-dayaan SDM dan kelembagaan serta program overlap-ping, jangka waktu, tujuan dan capaian target belum jelas

5. Terjadi ketergantun-gan pada penerima manfaat terhadap program

1. Pendekatan Cen-derung Residual atau seperti “pem-adam kebakaran” contohnya bantuan sosial.

2. Keterbatasan ke-wenangan daerah dan pembagian kewenangan belum jelas atau masih ada ego sektoral

3. Data kemiskinan yang masih memb-ingungkan, banyak yang tidak valid, belum sinkron data antar lembaga terkait.

4. Anggaran program terbatas

5. Banyak program yang tidak member-dayakan dan terke-san hanya “proyek” saja.

6. Terjadi ketergantun-gan pada penerima manfaat terhadap program

1. Mindset Pember-dayaan masih simbolis/belum menyentuh sub-tansi

2. Kapasitas SDM pada aparat masih rendah untuk menyusun kegiatan pember-dayaan

3. Rendahnya komitmen pemda dalam urusan sosial

Page 137: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian124

Praktisi Akademisi CSOKondisi saat ini dipandang sebagai suatau potensi :1. Sudah ada

SIKS (Sistem Informasi Kesos) dan BDT (Sensus 2010, update terakhir 2015)

2. Sudah tersedianya program dan anggaran khusus program, serta sistem Monev.

Kondisi saat ini dipandang sebagai suatau potensi yaitu adanya Kampung Batik, Kampung Kuliner, dan Gandeng Gendong di Yogyakarta

Kondisi saat ini dipandang sebagai suatau potensi :1. Program edukasi

dan pencegahan sudah berlangsung di CSO

2. Pihak CSO sudah bekerjasama dengan PMKS dan keluarga

3. Eksistensi CSO:Kredibel, akuntabel, dan terpercaya, memiliki sumber daya (dana dan manusia), dan mewadahi PMKS

B. Aspek Investasi Negara di Bidang Sosial

Pemerintah Indonesia belum memiliki pemetaan sosial yang menggambarkan permasalahan sosial dan potensi (SDM dan Modal Sosial) yang terdapat di daerah serta mendukung pembangunan kesejahteraan sosial. Kondisi tersebut menyebabkan investasi sosial yang dilakukan oleh pemerintah melalui program-program pembangunan kesejahteraan sosial masih menggunakan pendekatan residual yang penanggulannnya bersifat parsial, reaktif dan cenderung kuratif.

Masih banyak ditemukan tumpang tindih terkait program-program serupa yang ada di lembaga pemerintah lainnya. Sementara program-program yang sudah ada tersebut terkadang sulit diakses oleh penerima manfaat. Namun disisi lain terdapat penerima manfaat yang tidak sesuai dengan kriteria dari sasaran

Page 138: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 125

program, namun mendapatkan layanan program tersebut (tidak tepat sasaran).

Praktisi Akademisi CSO•Pelatihan yang

diadakan kurang tepat sasaran (program dan objeknya)

•Kurangnya pendamping yang kompeten untuk bisa mendampingi didalam program pengentasan kemiskinan.

•Program-program pembangunan kesejahteraan sosial masih bersifat parsial dan reaktif. Salah satu contohnya: Investasi sosial belum menjadi prioritas, Rendahnya akses masyarakat dalam mengakses layanan-layanan sosial yang berbentuk investasi sosial seperti pelatihan dan layanan-layanan pengembanga SDM lainnya.

•Negara sudah melaksanakan investasi sosial, namun pendekatannya masih kuantitatif. Namun porsinya lebih banyak untuk birokrasi.

•Isu Pendidikan: Investasi sosial tidak mudah diakses dan belum membuat anak nyaman untuk sekolah.

Praktisi Akademisi CSO•Belum adanya

pemetaan potensi daerah (modal manusia, modal social) dalam mendukung pembangunan kesos

•Isu Kesehatan: lebih bersifat kuratif (pengobatan) dan belum mengedepankan pencegahan (preventif dan promotif)

•Masih banyak tumpang tindih kegiatan sesama Lembaga pemerintah

Page 139: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian126

C. Aspek Partisipasi 3 Sektor (Pemerintah, Dunia Usaha dan Masyarakat)

Saat ini integrasi peran Pemerintah, Swasta dan CSO dalam pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia masih lemah, baik pada tingkat Pusat maupun Daerah. Lemahnya integrasi peran sektor CSO dapat terlihat dari bervariasinya kegiatan CSO yang tidak dikoordinasikan dengan instansi terkait. Selain itu, peran CSO juga dipandang masih terbatas dan tidak berkelanjutan, mengingat belum semua CSO memiliki kapasitas dan performa organisasi yang baik.

Sedangkan lemahnya integrasi sektor swasta dapat terlihat dari masih adanya program-program CSR yang belum mendukung sasaran/tujuan Pemerintah dan masih adanya daerah yang belum tersentuh dana CSR. Umumnya program CSR yang digulirkan perusahaan di daerah hanya menyentuh isu-isu lingkungan yang dilakukan di daerah operasinya, belum ditujukan untuk menyelesaikan masalah sosial di masyarakat. Tidak dipungkiri bahwa ada juga perusahaan yang telah menyelaraskan program CSR-nya dengan sasaran/tujuan Pemerintah dan bahkan melakukan pemberdayaan. Namun program-program tersebut memiliki kriteria dan aturannya sendiri, yang membatasi program CSR tersebut dalam menjangkau penerima manfaat.

Page 140: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 127

Praktisi Akademisi CSOKondisi saat ini dipandang sebagai masalah :• Sinergitas dan

partisipasi 3 sektoral masih kurang optimal

• Selama ini yang lebih dominan untuk upaya pengentasan kemiskinan hanya kemensos atau pemerintah pusat saja

• Terdapat beberapa daerah yang belum mendapatkan bantuan dari dunia usaha (CSR)

Kondisi saat ini dipandang sebagai masalah :• Koordinasi yang

lemah antar 3 sektor

• Masih banyak lembaga non pemerintah keberadaanya tidak sustain

• Kelembagaan sosial yang tumbuh dari inisiatif lokal, perannya masih terbatas

• Rendahnya partisipasi dunia usaha dalam penyelesaian masalah sosial.

Kondisi saat ini dipandang sebagai masalah :• Pemerintah:

Pendekatan yang dipakai oleh Negara masih residual.

• Belum semua CSO memiliki kapasitas dan performa organisasi yang baik.

• Mayoritas CSR diberikan hanya fokus menyelesaikan isu-isu lingkungan alam

KondisiKondisi saat ini dipandang sebagi potensi :

Kondisi saat ini dipandang sebagi potensi :• Sudah adanya

aturan dalam regulasi mengenai TJSP yang mendukung program sosial

• Organisasi sosial yang berpartisipasi dalam usaha kesejahteraan sosial, sangat variatif motif dan kondisinya

Kondisi saat ini dipandang sebagi potensi :• Forum CSR baru

terbentuk di tingkat provinsi kabupaten/ kota belum terbentuk.

• Dana Desa: Rata2 dana desa 1,4M

• Astra memiliki kontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia

• Sudah mulai ada kolaborasi dari tiga sektor (Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat)

D. Aspek Peran Kemensos

Saat ini Kementerian Sosial menjalankan peran rangkap sebagai

Page 141: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian128

regulator sekaligus operator. Kementerian Sosial melakukan perencanaan, merumuskan, melaksanakan, memonitor, sekaligus melakukan evaluasi kebijakan. Pernyataan ini didukung oleh hasil diskusi dengan beberapa kelompok baik praktisi, akademisi, dan CSO sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :

Praktisi Akademisi CSO• Kemensos

masih berperan sebagai regulator, operator.

• Biasnya regulasi antara stakeholder terkait dengan kemensos

• Kemensos selaku regulator juga merencanakan, melaksanakan program-programnya, sekaligus melakukan monitoring dan evaluasi (UU Kesos Pasal 25), sehingga program-program yang dilaksanakan seolah-olah semuanya ‘berhasil’.

• Adanya peran ganda dari Kemensos membuat implementasi program-program belum optimal dan belum banyak terlaksananya program-program yang berbentuk pencegahan.

• Arah kebijakan nasional.

• Fungsi koordinator menjadi lebih efektif.

• Pemerintah Pusat sebagai pembuat regulasi dan menjadi operator.

E. Aspek Karakteristik Masalah Sosial

Dengan perkembangan informasi dan teknologi yang semakin pesat, secara langsung maupun tidak langsung turut menambah munculnya permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam proses diskusi kelompok yang telah dilakukan pada workshop di Jakarta, dijelaskan bahwa pada saat ini permasalahan ketergantungan dengan gadget, korban terpapar sosial media, permasalahan terorisme, dan permasalahan sosial lainnya belum dimasukkan kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Dalam Peraturan Menteri Sosial

Page 142: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 129

(Permensos) No. 8 Tahun 2012 telah dijelaskan bahwa terdapat 26 jenis PMKS yang dijadikan dasar pelaksanaan bagi program-program Kementerian Sosial. Namun dengan munculnya permasalahan-permasalahan sosial yang baru menyebabkan kategorisasi jenis PMKS dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi pada masyarakat saat ini sehingga perlu dilakukan evaluasi.

Praktisi Akademisi CSO• Dari 26 jenis PMKS

sebagaimana yang diatur di dalam Permensos No. 8 Tahun 2012 perlu dilakukan evaluasi dan perlu dirubah penyebutan istilah yang ada di dalamnya

• Beberapa jenis PMKS yang ditangani oleh Dinsos atau Kemensos sebenarnya juga dapat ditangani oleh lembaga lain.

• Penggunaan istilah “masalah sosial” seringkali masih tumpang tindih dengan instansi lain.

• Karakteristik 26 PMKS sebagaimana yang diatur di dalam Permensos No. 8 Tahun 2012 masih kurang relevan dan perlu ditambahkan masalah-masalah sosial yang kontemporer

• Penerima manfaat mendapatkan stigma dengan adanya pengkategorian 26 jenis PMKS sebagaimana yang diatur dalam Permensos No.8 Tahun 2012 serta adanya jenis-jenis PMKS baru yang belum dimasukkan ke dalamnya.

Page 143: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian130

BAB III

TANTANGAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL SAAT INI

A. Aspek Developmental Approach

Terdapat tantangan yang harus dihadapi oleh Kemensos ketika terjadi pergeseran pendekatan yaitu tantangan secara global misalnya saja menghadapi Revolusi Industri 4.0, Generasi Millenial, dan Otonomi Daerah (Koordinasi antar stakehorlder). Tantangan dari internal Kemensos seperti terjadi resistensi menghadapi pergeseran dan perubahan pendekatan, membuat Basis Data Terpadu yang kredible. Kemudian tantangan yang berasal dari budaya masyarakat itu sendiri.

Page 144: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 131

Praktisi Akademisi CSOTantangan Bagi Internal Kemensos:• Resistensi

menghadapi pergeseran dan perubahan pendekatan dari residualè development, rehabilitatiè preventif dan supportif, karitatifè pengembangan kapasitas

• Merubah mindset penerima dan pemberi

• Rendahnya kepercayaan penerima manfaat terhadap institusi pelaksana program

• Pembuatan data faktual• Menyamakan pemikiran,

pendapat, dan metode antara pusat dan daerah terkait penanganan kemiskinan, mengurangi ego sektoral

• Memperjelasn kewenangan yang yang diberikan oleh Kemensos pada daerah/kota (data dan regulasi) dan sebaliknya

• Angka kemiskinan tidak kunjung turun karena belum tertangani secara maksimal

• Anggaran untuk honor yang harus diperbanyak karena jumlah pendamping akan diperbanyak

• Peningkatan kualitas pendamping dan TKSK

• Menyatukan/ memetakan terkait banyaknya berbagai macam model dan metode pendekatan untuk menangani masalah sosial

• Tingkat kepedulian dan kontribusi masyarakat dalam penanganan PMKS meningkat karena kepercayaan terhadap CSO dibandingkan kepada pemerintah

Lingkungan Sosial• Aspek budaya

yang kurang mendukung maka perlu merubah budaya yang cukup sulit

Page 145: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian132

Praktisi Akademisi CSOGlobal• Tuntutan

kesepakatan internasional dan regional terkait pembangunan sosial (SDG’s, WSSD, WEF 2019, ASEAN EM, ASEAN CP), Globalisasi 4.0 dan Revolusi Industri 4.0, Generasi Millenial, Bonus Demografis, VUCA dan Otonomi Daerah (Koordinasi antar stakehorlder).

B. Aspek Investasi Negara di Bidang Sosial

Investasi pemerintah dalam bidang sosial tidak hanya dibahas dalam rapat kordinasi saja, melainkan harus secara nyata dimasukkan ke dalam penganggaran pemerintah. Untuk itu diperlukan pemetaan sosial yang melibatkan semua pemangku kepentingan baik yang ada di pusat maupun di daerah dengan tetap memperhatikan keragaman kondisi daerah dan kearifan lokal. Untuk itu, diperlukan regulasi pembangunan kesejahteraan sosial( baik di tingkat pusat maupun di daerah) berdasarkan kebutuhan sesungguhnya di masyarakat (pemetaan sosial), sumber daya manusia pendamping program yang memiliki kompetensi, menyesuaikan kondisi kekinian dengan menggunakan literasi media sosial dan pemanfaatan IT untuk menunjang keberfungsian sosial dan membangun jejaring, serta program yang tidak “project oriented”.

Page 146: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 133

Praktisi Akademisi CSO• Pemetaan terhadap

kebutuhan pelatihan (need assessment)

• Proses pemetaan yang harus melibatkan unsur wilayah

• Edukasi yang dilakukan secara terus menerus pada pendamping.

• Pembuatan regulasi yang bisa mendorong wilayah melakukan pemetaan potensin wilayah

• Egosektoral dari lembaga Internal maupun antar kementerian

• Project oriented• Regulasi

pembangunan kesejahteraan sosial kurang memperhatikan keragaman kondisi daerah dan kearifan lokal.

• Kompetensi SDM penyelenggara kesejahteraan sosial masih rendah.

• Literasi media sosial dan pemanfaatan IT untuk menunjang keberfungsian sosial dan membangun jejaring sosial.

Investasi sosial tidak hanya dibahas dalam Rakor, melainkan harus dilaksanakan dalam peng-anggaran.

C. Aspek Partisipasi 3 Sektor (Pemerintah, Dunia Usaha dan Masyarakat)

Dalam arah baru pembangunan kesejahteraan sosial yang mengedepankan partisipasi dari ketiga sektor, tantangan ego sektoral dan koordinasi pusat-daerah menjadi tantangan yang perlu segera diselesaikan. Berdasarkan sektornya, tantangan pembangunan kesejahteraan sosial dapat diperinci sebagai berikut:

1. Pada sektor Pemerintah, Kementerian Sosial di tingkat Pusat dipandang masih kaku dalam merespon perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Sedangkan Kepala Daerah dinilai banyak yang belum memiliki kepedulian dan komitmen dalam menangani masalah sosial di wilayahnya.

Page 147: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian134

2. Pada sektor swasta, perusahaan dipandang masih belum seluruhnya concern/ peduli dan belum seluruhnya menggulirkan dana CSR untuk mengatasi masalah sosial yang terjadi di Daerah.

3. Sedangkan pada sektor CSO, masih banyak CSO yang belum memiliki kapasitas pengelolaan program kesejahteraan sosial yang mumpuni, baik dari sisi profesionalisme hingga sisi akuntabilitasnya.

Praktisi Akademisi CSO• Masih terdapatnya ego

sektoral pada masing-masing Kementerian/ Lembaga

• Tidak seluruh daerah memiliki perusahaan yang dapat menjalankan program CSR dalam jumlah yang cukup besar

• Permasalahan data dirasakan cukup menyulitkan sehingga tidak jarang pihak perusahaan melakukan pendataan secara door to door.

• Masih banyak Lembaga Kesejahteraan Sosial yang belum memiliki kualitas yang baik dalam penyelenggaraan program dan kegiatannya

• Belum seluruh Kepala Daerah memiliki komitmen yang tinggi di dalam penanganan masalah sosial yang ada di wilayahnya.

• Permasalahan koordinasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dirasakan masih sangat kaku dan terlalu birokratis dalam memberikan respon terhadap setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat

• Permasalahan akuntabilitas pada CSO yang masih belum dapat ditangani dengan baik

• Belum seluruh perusahaan mengeluarkan anggaran CSR untuk kepentingan sosial seperti pendidikan, kesehatan, perbaikan lingkungan hidup, dan lainnya.

• Perlu dilakukan audit terhadap dana CSR yang telah dikeluarkan oleh pihak swasta

• Masih banyak CSO yang belum professional dalam menjalankan program dan kegiatannya

Page 148: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 135

D. Aspek Peran Kemensos

Peran ganda sebagai regolator dan operator yang dimiliki oleh Kementerian Sosial tidak sedikit menimbulkan kekurangan dalam mencapai target. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Kementerian Sosial dalam melaksanakan program untuk pengentasan kemiskinan. Dari tantangan inilah diperlukan penataan peraturan undang-undang yang mendukung peran Kementerian Sosial sebagai regulator tanpa meninggalkan peran kemensos sebagai operator untuk kasus-kasus tertentu. Dengan kata lain kemensos dapat memberikan kepercayaan lebih terhadap pihak lain baik sektor swasta maupun pemerintah daerah dalam melaksanakan program.

Sejalan dengan aspirasi berbagai pihak untuk beralih dari pendekatan residual ke developmental, terdapat beberapa tantangan yang dikemukakan oleh kalangan praktisi, CSO, dan akademisi. Tantangan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Praktisi Akademisi CSO- Kemensos harus

memberikan kepercayan kepada daerah sebagai operator dengan disupport anggaran dari pusat

- Melibatkan semua sektor dalam penyusunan regulasi dan program, termasuk penerima manfaat

- Pemilahan tugas harus jelas/diperlukan, dalam peran mana Kemensos menjadi regulator dan mana operator.

- Diperlukan penataan peraturan undang-undang untuk memperkuat peran Kemeterian Sosial sebagai regulator tanpa meninggalkan peran operator untuk kasus-kasus tertentu, namun tetap dalam semangat pemberdayaan.

Page 149: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian136

E. Aspek Karakteristik Masalah Sosial

Terjadinya permasalahan sosial baru di dalam masyarakat juga menjadi tantangan bagi pihak Kementerian Sosial maupun Dinas-Dinas Sosial (Dinsos) yang ada di tingkat Kabupaten dan Kota. Hal ini dikarenakan, permasalahan sosial baru tersebut belum dimasukkan ke dalam 26 jenis PMKS sebagaimana yang diatur dalam Permensos No. 8 Tahun 2012. Dalam hal ini, permasalahan sosial yang baru tersebut dalam hal penanganannya lebih dibebankan kepada pihak Dinsos yang ada di Kabupaten/Kota.

Selain itu dengan adanya perubahan-perubahan istilah yang terjadi di dalam peraturan perundang-undangan seringkali membuat kesulitan dalam masyarakat. Hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat. Dalam hal ini dicontohkan adanya perubahan istilah dari “Panti” menjadi “Lembaga Kesejahteraan Sosial” pada saat ini.

Praktisi Akademisi CSO• Banyak

permasalahan sosial yang terjadi namun bukan berasal dari wilayah yang ditangani oleh Dinsos Kab/Kota setempat serta secara kasuistik juga terdapat permasalahan di luar kriteria PMKS namun penangananya juga dilakukan oleh Dinsos Kab/Kota.

• Kementerian Sosial sebagai operator, memiliki keterbatasan dalam melakukan penanganan 26 jenis PMKS, baik dari finansial, SDM serta sarana dan prasarana

• Seringkali terjadi perubahan istilah dalam peraturan namun tidak tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Sebagai contoh perubahan istilah dari Panti menjadi Lembaga Kesejahteraan Sosial

Page 150: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 137

BAB IV

PROSPEK PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

A. Aspek Developmental Approach

Di masa yang akan datang, program pembangunan Kesejahteraan Sosial diharapkan dapat mengarah ke developmental approach yang mengutamakan program-program yang bersifat pemberdayaan dan preventif. Untuk mendukung upaya ini pemerintah tidak bisa berdiri sendiri. Diperlukan partisipasi dari masyarakat dan dunia usaha dengan menguatkan modal sosial dan kelembagaan yang ada di masyarakat. Selain itu, untuk mendukung perubahan arah pembangunan, harus ada pembenahan data. Data ini harus terus diperbaharui agar program efisien dan tepat sasaran.

Praktisi Akademisi CSO• Kemensos tidak

lagi bertindak seperti pemadam kebakaran melainkan lebih banyak melakukan tindakan pencegahan

• Kemensos mengedepankan konsep pemberdayaan yang didukung oleh data yang tepat dan terus diperbaharui

• Program pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan ke preventif, promotif, dan developmental yang bersifat sustainable serta terkoneksi dengan program SDGs

• Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan masyarakat harus dilakukan sampai struktur paling rendah/bawah (RT/Dusun/Nagari)

Page 151: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian138

• Pembaharuan data agar program pengentasan kemiskinan tepat dan efisien sehingga tingkat kemiskinan dapat diselesaikan dan juga program pemberdayaan masyarakat dapat berhasil

• Program pembangunan mengutamakan pemberdayaan dan penguatan lembaga dengan mengedepankan potensi/modal sosial di masyarakat.

• Memperkuat nilai-nilai sosial budaya lokal yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan sosial. Pemanfaatan potensi dan sumber-sumber lokal yang dapat digunakan dalam menangani permasalahan sosial.

• Pemberdayaan dilakukan dengan kesepakatan kerjasama antar sektor publik, privat, dan CSO, agar mekanisme berjalan baik.

B. Aspek Investasi Negara di Bidang Sosial

Dengan adanya pemetaan sosial, program pembangunan kesejahteraan sosial sesuai kebutuhan, lebih tepat sasaran , berkelanjutan, pengentasan kemiskinan dapat dipercepat, sinergitas program antar lembaga lebih terarah (tidak tumpang tindih anggaran), dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Pemetaan sosial juga dapat meningkatkan kompetensi dan kualifikasi SDM melalui lembaga sertifikasi profesi.

Selain itu adanya regulasi yang mendukung pembangunan kesejahteraan sosial secara holistik dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, maka indikitaor keberhasilan dan dampak program dapat terukur. Sehingga negara lain yang memiliki modal sosial besar mau ikut berinvestasi secara sosial untuk mendukung program.

Page 152: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 139

Praktisi Akademisi CSO• Program tersebut

akan lebih tepat sasaran dan sesuai kebutuhan

• Mempercepat Pengentasan kemiskinan (PMKS)

• Peningkatan kapasitas SDM dan kelompok masyarakat

• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

• Sinergitas program antar Lembaga sehingga tidak ada tumpang tindih anggaran

• Ada lembaga lain di luar negara yang mau ikut berinvestasi

• Regulasi yang mendukung investasi sosial secara holistic.

• Tersusunnya indikator outcome dan dampak yang terukur.

• Meningkatnya kompetensi dan kualifikasi SDM melalui Lembaga Sertifikasi Profesi dan Person.

• Meningkatnya peran organisasi dan layanan sosial sesuai standar pelayanan dan terakreditasi oleh Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial.

• Sinergi antar kementerian dalam investasi bidang sosial harus ditingkatkan.

• Program (sebagai realisasi investasi sosial) harus menyentuh kebutuhan penerima manfaat, harus berkelanjutan.

• Pelatihan dari kemensos tidak hanya tergantung dengan dana

• System gandeng –gendong

• Setelah pelatihan dikoordinasikan dengan Kadin

• Peserta pelatihan harus sesuai dengan minat

C. Aspek Partisipasi 3 Sektor (Pemerintah, Dunia Usaha dan Masyarakat)

Peningkatan peran Pemerintah, Swasta dan CSO dalam pembangunan kesejahteraan sosial bukanlah merupakan hal yang mustahil untuk diwujudkan. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di Daerah, saat ini mulai terlihat munculnya beberapa Daerah yang memiliki tingkat kesadaran penanganan masalah sosial yang baik, seperti terlihat dari komitmen Kepala Daerah dalam bentuk kebijakan dan komitmen perusahaan dalam bentuk pemberian dana CSR. Namun demikian, peningkatan peran ini

Page 153: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian140

perlu dipelihara dan diperkuat, yaitu dengan segera memperbaiki koordinasi dan sinergi antar instansi maupun antar sektor yang menjadi permasalahan/tantangan pembangunan kesejahteraan sosial saat ini. Perbaikan koordinasi dan sinergi tersebut dapat diupayakan dengan mengoptimalkan fungsi Forum CSR yang ada saat ini.

Dalam arah baru pembangunan kesejahteraan sosial, Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Sosial, diharapkan mengurangi fungsinya sebagai operator dan mulai memaksimalkan perannya sebagai regulator, yaitu dengan melakukan koordinasi dan memperkuat jejaring dengan Pemerintah Daerah. Selain itu, kedepannya diharapkan Kementerian Sosial dapat melibatkan sektor lainnya dalam menyusun sasaran (goals) program-programnya, sehingga nantinya dapat terwujud program-program kesejahteraan sosial yang bersifat program sharing, cost sharing, dan knowledge sharing (khususnya transfer keahlian dari sektor swasta). Pada sektor CSO secara khusus, untuk mewujudkan perbaikan kualitas layanan sosial oleh CSO dapat dilakukan dengan mendorong akreditasi CSO. Di sisi lain, diperlukan juga adanya sistem reward and punishment bagi sektor Swasta dan sektor CSO yang menyelenggarakan program-program kesejahteraan sosial.

Page 154: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 141

Praktisi Akademisi CSO• Diperlukan

adanya kerjasama lintas sektor serta lebih melibatkan peranan akademisi dan komunitas

• Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan penyusunan sasaran program (goals) dengan melibatkan peranan seluruh pihak, salah satunya Forum CSR

• Baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, diharapkan dapat membentuk sebuah program yang bersifat sharing program & sharing cost dengan pihak swasta ataupun dunia usaha.

• Kementerian Sosial diharapkan dapat mengurangi peranan sebagai operator program dan memaksimalkan peranan sebagai regulator dengan memperkuat koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah daerah

• Diperlukan adanya akreditasi organisasi sosial (CSO) sebagai bentuk pertanggung-jawaban lembaga

• Perlu diarahkannya program-program pada CSR supaya lebih menunjang SDG`s

• Dengan melibatkan peranan CSO dalam penanggulangan masalah sosial diharapkan mampu mengurangi angka PMKS dan dapat berjalan lebih efektif dan efisien

• Diharapkan dapat terwujudnya forum pertemuan antara pemerintah, swasta dan CSO dalam melakukan pengawasan, evaluasi dan pengembangan sistem kerjasama yang difasilitasi oleh pihak pemerintah

• Perlunya sebuah regulasi baru di dalam mensinergiskan kerjasama diantara tiga pihak, sehingga tidak hanya bertumpu kepada CSR semata.

• Adanya apresiasi kepada pihak perusahaan (swasta) maupun CSO yang telah melakukan usaha kesejahteraan sosial.

Page 155: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian142

E. Aspek Peran Kemensos

Seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi masyarakat, Kementerian Sosial diharapkan lebih konsisten dalam melaksanakan perannya sebagai regulator, sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang No. 23 Tahun 2014 dan undang-undang No. 11 Tahun 2009. Sejalan dengan konsep arah baru pembangunan kesejahteraan sosial ini juga, maka kemensos dapat melibatkan pihak-pihak terkait selaku pemangku kepentingan sehingga implementasi program terlaksana secara berkelanjutan. Harapan ini muncul dalam diskusi kelompok yang melibatkan kalangan praktisi, akademisi, dan CSO sebagaimana tabel di bawah ini :

Praktisi Akademisi CSO- Kemensos

berperan sebagai regulator

- Kemensos menyusun regulasi mengenai program yang dilakukan oleh Daerah

- Porsi regulator lebih diperbesar dan peran operator dikurangi dan dilimpahkan pada dinas terkait/UPT Layanan Sosial. Tanpa menghilangkan peran operator dalam kasus/situasi tertentu. Kemensos juga berperan dalam melakukan MONEV.

- Peran operator juga dapat dilimpahkan kepada lembaga atau organisasi masyarakat sipil.

- Kebijakan yang berbasis riset melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

- Hubungan kerjasama bersifat kemitraan.

- Harus ada penegasan yang jelas kewenangan antara pusat dan daerah.

- Kemensos menetapkan NSPK

F. Aspek Karakteristik Masalah Sosial

Dengan adanya perkembangan teknologi pada saat ini, merupakan salah satu modal bagi Kementerian Sosial dalam menangani permasalahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat

Page 156: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 143

pada masa yang akan datang. Salah satunya adalah dengan mengembangkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) sebagai sumber pendataan PMKS di Indonesia.

Kemudian juga diharapkan bahwa pada masa yang akan datang, dalam melakukan penanganan masalah sosial juga turut melibatkan peranan dari pihak di luar pemerintah. Dalam hal ini, dapat dilakukan dengan cara penguatan terhadap keluarga, lembaga-lembaga adat serta CSO yang ada di setiap daerah. Serta diharapkan juga bahwa program bantuan yang diberikan tidak lagi bersifat charity namun lebih kepada upaya pemberdayaan bagi penerima manfaat.

Praktisi Akademisi CSO• Dapat dibangun

sebuah Sistem Informasi Manajemen (SIM) sebagai sumber pendataan PMKS di Indonesia

• Penanganan masalah sosial tidak lagi ditangani oleh Dinas Sosial ataupun Kementerian Sosial saja tetapi juga oleh lembaga lainnya.

• Diharapkan pada masa yang akan mendatang ada kajian (study) yang membahas mengenai jenis-jenis permasalahan sosial baru yang dapat dimasukkan ke dalam kategori PMKS

• Meningkatkan peranan keluarga sebagai basis penanganan masalah sosial.

• Penanganan masalah sosial dapat dilakukan dengan melakukan inovasi program yang terintegrasi serta dapat mentransformasikan bantuan menjadi program yang lebih memberdayakan

Page 157: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian144

BAB V

KESIMPULAN

A. Aspek Developmental Approach

Kesimpulan dari hasil diskusi di antara praktisi, akademisi dan CSO mengenai developmental approach adalah diperlukan perubahan konsep pemberian bantuan dengan mengurangi porsi bantuan yang bersifat residual dan mulai mengarahkan kepada upaya pencegahan dan pemberdayaan. Upaya ini diharapkan mampu mengurangi efek ketergantungan dari bantuan sosial.

Praktisi Akademisi CSO- Konsep

pemberian bantuan dalam menangani permasalahan sosial harus mulai diarahkan kepada usaha pencegahan dan pemberdayaan agar tidak terjadi ketergantungan sasaran penerima bantuan

- Kemensos lebih terbuka terhadap usulan perubahan pendekatan dan model pembangunan kesejahteraan sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial lebih diarahkan pada developmental approach.

- Mengurangi program-program karitatif, mengembangkan sistem perlindungan sosial, mengembangkan pelayanan intervensi dini dan memperbesar program layanan yang bersifat preventif.

- Pembangunan kesejahteraan sosial melibatkan partisipasi masyarakat dengan mengoptimalkan kelembagaan masyarakat dan modal sosial yang ada

- Pembangunan kesejahteraan sosial tidak meninggalkan pendekatan residual namun proporsi pendekatan developmental lebih diperbesar dan tidak hanya bersifat karitatif

Page 158: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 145

B. Aspek Investasi Negara di Bidang Sosial

Perlu adanya revisi peraturan perundang-undangan yang mendukung investasi sosial untuk kemudahan dan keterbukaan akses layanan program, penguatan kelembagaan, peningkatan SDM penyelenggara (pendamping) yang berkualitas/kompeten, program yang mengutamakan kemandirian masyarakat dengan pendekatan developmental.

Praktisi Akademisi CSOInvestasi bidang social perlu ditingkatkan, dimulai dari pemetaan kebutuhan program/ kegiatan, penyedian SDM pendamping yang kompeten dan sinergitas program antar lembaga. 

- Revitalisasi peraturan perundang-undangan yang mendukung investasi sosial untuk meningkatkan kapasitas dan kemandirian individu, kapasitas kelembagaan, kemandirian masarakat dan keberlangsungan program yang bersifat developmental.

- Adanya penguatan kelembagaan, peningkatan SDM Kesejahteraan Sosial yang berhubungan dengan layanan-layanan investasi sosial.

- Peningkatan akses masyarakat pada layanan yang berbentuk investasi sosial dipermudah, diperjelas dan terbuka.

Investasi sosial tidak hanya dibahas dalam Rakor, melainkan harus dilaksanakan dalam peng-anggaran.

C. Aspek Partisipasi 3 Sektor (Pemerintah, Dunia Usaha dan Masyarakat

Peran Pemerintah, Swasta dan CSO dalam pembangunan sosial kedepannya tetap membutuhkan Negara/Pemerintah sebagai penanggung jawab utamanya. Sektor Pemerintah dalam hal ini Kementerian Sosial dapat berperan dalam menetapkan

Page 159: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian146

regulasi, serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program-program dan isu kesejahteraan sosial. Sektor swasta dapat didorong perannya untuk mendukung program melalui pendanaan dan keahlian. Sedangkan peran CSO dapat diarahkan untuk membantu Pemerintah dalam melakukan program-program yang sifatnya karitatif dan residual.

Guna mendukung keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial kedepannya, maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:

1. Memperbaiki sinergi dan koordinasi antara ketiga sektor yang disertai dengan peningkatan pemahaman atas definisi kesejahteraan sosial secara komprehensif/ tidak parsial;

2. Menegakkan sistem reward and punishment untuk merangsang partisipasi aktif dari ketiga sektor dalam penanganan masalah sosial, seperti dengan memberikan insentif atau stimulan kepada dunia usaha dan/atau cso yang menyelenggarakan program-program kesejahteraan sosial;

3. Menerbitkan payung hukum yang mengatus secara jelas dan tegas mengenai bagaimana sektor pemerintah, swasta dan cso berkolaborasi dalam pembangunan kesejahteraan sosial;

4. Melibatkan akademisi, komunitas dan media dalam tahap rancangan, penerapan dan pengawasan program-program kesejahteraan sosial;

Page 160: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 147

Praktisi Akademisi CSO• Melibatkan/

menumbuhkan sinergi dan partisipasi 5 sektor (pemerintah, swasta/ dunia usaha, masyarakat, perguruan tinggi dan komunitas)

• Meningkatkan koordinasi antar pemerintah, usaha, dan masyarakat

• Penguatan peran daerah dalam mengatasi permasalahan sosial

• Lebih intens untuk menekan dunia usaha untuk berpartisipasi dalam masalah sosial

• Negara memberikan stimulant/ pengurangan pajak pada perusahaan yang mengelola dana CSR nya lebih banyak.

• Kepala Daerah perlu didorong untuk berkomitmen menekan dunia usaha dalam pengentasan masalah sosial dan pembangunan kesejahteraan sosial

• Dibuatkan Per UU sebagai payung hukum bagi Pemda, dunia usaha maupun masayarakat dalam melakukan kolaborasi dalam upaya peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial

• Pemerintah bertugas membuat regulasi, monev

• Swasta lebih pada support pendanaan, keahlian,

D. Aspek Peran Kemensos

Kesimpulan yang dapat ditarik alam aspek peran Kementerian Sosial Republik Indonesia secara umum dapat dikatakan saat ini masih sebagai regulator sekaligus operator. Peran ganda yang dimiliki oleh Kemensos berdampak pada kurang maksimalnya implementasi program sehingga urgensi permasalahan di masyarakat belum selesai. Porsi Kemensos sebagai regulator saat ini dapat dimanfaatkan secara lebih efisien dengan melibatkan dan melimpahkan wewenang pada pemerintah daerah atau dinas terkait, pihak swasta, CSO, dan bahkan akademisi guna mewujudkan implementasi program yang berkelanjutan.

Page 161: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian148

Dalam mendukung Kementerian Sosial sebagai regulator, tentunya Kementerian Sosial diharapkan lebih konsisten dalam melaksanakan perannya sebagai regulator, sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang No. 23 Tahun 2014 dan undang-undang No. 11 Tahun 2009. Walaupun peran kemensos saat ini sebagai regulator, namun juga tidak meninggalkan perannya sebagai operator dalam kasus-kasus tertentu.

Praktisi Akademisi CSO- Saat ini

Kementerian Sosial menjalankan peran rangkap sebagai regulator sekaligus operator.

- Dapat melimpahkan wewenang terhadap daerah sehingga BDT dapat di sinkronkan dalam pelaksanaan program

- Peran ganda yang dimiliki pemerintah dalam hal ini Kementerian Sosial merdampak pada implementasi program belum maksimal.

- Pemerintah dapat melibatkan berbagai macam sektor mulai pemerintah daerah, akademisi, dan lembaga lain yang konsen terhadap permasalahan di masyarakat

- Kementerian Sosial dapat lebih konsisten dalam melaksanakan undang-undang No. 23 Tahun 2014 sebagai regulator

- Dalam menyusun kebijakan harus berbasis riset dan dapat melibatkan seluruh pemangku kepentingan serta melakukan kerjasama berbasis kemitraan

E. Aspek Karakteristik Masalah Sosial

Kesimpulan yang dapat diambil diantaranya adalah kategorisasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sebanyak 26 jenis sebagaimana yang diatur di dalam Permensos No. 8 Tahun 2012, perlu dilihat dan dilakukan pengkajian kembali karena dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada pada saat ini. Kementerian Sosial juga perlu meningkatkan kerjasama multisektor, baik dengan Kementerian/Lembaga lain maupun CSO, yang memiliki kesamaan program dengan

Page 162: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 149

Kementerian Sosial.

Kemudian Kementerian Sosial juga diharapkan dapat lebih responsif dalam menanggapi perubahan-perubahan dan perkembangan permasalahan sosial yang terjadi pada saat ini. Selain itu diharapkan juga bahwa penanganan masalah PMKS dapat lebih jelas serta mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

Praktisi Akademisi CSO• Perlu dilakukan

pengkajian ulang terhadap Permensos No.8 Tahun 2012, terkait dengan jenis dan karakteristik PMKS.

• Perlunya meningkatkan kerjasama lintas sektor, baik dengan Kementerian/Lembaga maupun CSO yang memiliki kesamaan program dengan Kemensos.

• Perlu dilakukan peninjauan dan kajian kembali mengenai definisi dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta perlu dilakukan juga penelitian dasar mengenai permasalahan sosial

• Kemensos diharapkan dapat lebih responsif dalam menanggapi perkembangan permasalahan sosial yang terjadi pada saat ini

• Penanganan PMKS diharapkan dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat serta dapat berjalan secara efektif dan efisien

Page 163: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian150

BAB VI

REKOMENDASI

Dari hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan, telah banyak masukan dan pendapat dari berbagai akademisi, praktisi maupun para ahli di bidang kesejahteraan sosial. Sehingga dalam laporan ini, akan dijelaskan beberapa rekomendasi dari hasil diskusi yang telah dilakukan :

a. Perlu dikembangkan penanganan masalah sosial dari yang bersifat kuratif dan rehabilitatif menjadi kepada penanganan yang lebih memfokuskan kepada pemberdayaan (developmental)

b. Perlunya meningkatkan kegiatan-kegiatan pelatihan, baik bagi penerima program bantuan maupun bagi pelaksana program, untuk mengoptimalisasikan kualitas SDM agar lebih bermutu dan berdaya saing.

c. Perlunya meningkatkan sinergitas antara pihak pemerintah, swasta dan CSO dalam melakukan penanganan masalah sosial dengan membuat komitmen bersama diantara seluruh pihak.

d. Kementerian Sosial diharapkan dapat bertransformasi menjadi regulator program dengan lebih mendorong peranan sektor swasta dan CSO

e. Perlunya dilakukan pengkajian kembali mengenai karakteristik Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) agar lebih relevan dan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan yang ada pada saat ini.

Page 164: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 151

LAPORAN HASIL FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

PENELITIAN ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2020 – 2024

WILAYAH TIMUR

DI HOTEL FOUR POINT, MAKASAR

TANGGAL 3-6 APRIL 2019

Page 165: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian152

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam dokumen RPJMN (I-III), khususnya dalam bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial, bagian terbesarnya masih terfokus pada penyelesaian resiko-resiko sosial lama. Walaupun memang, diakui, ada juga yang sudah mulai merespon permasalahan sosial kontemporer factual yang boleh jadi sudah merupakan fenomena adanya permsalahan sosial baru, sebagai bagian dari resiko rosial baru. Permasalahan dalam koridor resiko sosial lama, oleh Kementerian Sosial memasukkannya kedalam Permasalahan Kesejahteraan Sosial (PMKS), yang terdiri atas 26 (dua puluh enam) dengan tetap mengedepankan penguatan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).RPJMN III belum secara eksplisit memberikan arahan atas apa dan bagaimana menyikapi masuknya era Revolusi Industri 4.0. Bagaimana dan apa yang harus dilakukan, baik oleh Negara (melalui pemerintah) masyarakat juga dunia usaha?

Pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial dewasa ini, masih terasa dan kasat mata akan adanya didominasi peran pemerintah pusat, hampir dalam segala lini. Mulai dari regulasi, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi. Walaupun kita sadari bersama pemerintah memiliki keterbatasan, khususnya SDM disamping pembiayaan.

Idealnya, skema penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial lebih mengedepankan upaya-upaya prefentif (prevention service) sebagai arus utama. Namun pada kenyataannya, kita masih lebih mengedepankan pelayanan rehabilitasi dengan basis institusi/panti (alternate state care). Skema penyelenggaraan

Page 166: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 153

pelayanan sosial semacam ini jelas memerlukan anggaran yang jauh lebih besar. Sehingga dalam banyak kasus masih ditemukan inefisiensi, efektifitas pelayanan yang belum optimal bahkan adanya penyimpangan (anggaran). Skema penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial modern secara ideal semestinya mengedepankan upaya pencegahan (prevention service) sebagai pilar utamanya, baru disusul pelayanan primer (early intervention service), yang dilanjutkan dengan adanya system perlindungan (protection service). Sedangkan pelayanan dalam basis institusi oleh Negara/pemerintah (entah dalam bentuk panti atau lembaga-lembaga lainnya) merupakan pelayanan alternatif akhir (alternate state care). Keempat komponen skema penyelenggaraan kesejahteraan sosial modern ini pada dasarnya telah terbangun dalam sitem penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Indonesia (yang utamanya dilaksanakan oleh Kementerian Sosial), namun dalam konstruksi piramida terbalik, dimana pelayanan alternatif akhir (alternate state care) menjadi bagian terbesarnya. Sedangkan upaya pencegahan (prevention service), masih mendapatkan proporsi yang relatif kecil. Dimana dalam konstruksi ini dikenal dengan istilah Residual-Institutional Dichotomy Model (Duetsche M, 2007). Konstruksi penyelenggaraan kesejahteraan sosial modern idealnya mengarah ke Model pengembangan (Developmental Model of Social Welfare).

Page 167: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian154

BAB II

KONDISI PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL SAAT INI

A. Aspek Developmental Approach

Permasalahan sosial yang semakin komples dan besarnya tanggungjawab yang dimiliki pemerintah membuat pemerintah melakukan berbagai macam upaya untuk menyelesaikannya sehingga terlihat adanya dominasi peran dari pemerintah dalam upaya tersebut. Adanya dominasi peran yang dilakukan pemerintah menimbulkan berbagai macam dampak di antaranya pemerintah cenderung menggunakan metode pendekatan residual jadi bantuan sosialnya terkesan lebih bersifat kuratif, melahirkan ketergantungan, rendahnya tingkat ke validtan data, banyak program yang salah sasaran, kurangnya upaya pada tingkatan pencegahan dan hanya fokus pada penanganan PMKS dan masih banyak lagi.

Adanya fokus pemerintah untuk menangani permasalahan tersebut membuat pemerintah tidak melihat atau mengabaikan banyaknya potensi yang dimiliki oleh setiap daerah yang berbeda-beda. Potensi ini dapat berbentuk kearifan lokal, selain itu dapat juga dengan cara membuat program pemberdayaan (pendekatan developmental) yang tidak hanya berorientasi ekonomi, melakukan perencanaan hingga monev dengan baik, membuat regulasi bagi semua sektor agar terbangun kerjasama dan integrasi data melalui BDT, dan masih banyak lagi.

Page 168: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 155

Akademisi Praktisi CSOKondisi saat ini dipandang sebagai suatu masalah:• Masalah

sosial menjadi tanggungjawab negara

• Bantuan sosial yang melahirkan ketergantungan

• Mengabaikan Kearifan Lokal dan keikutsertaan masyarakat.

• Data dan identifikasi masalah sosial sangat eksklusif.

• Tidak ada regulasi yang berkesinam-bungan

Kondisi saat ini dipandang sebagai suatu masalah:• Adanya

fragmentasi horizontal dan vertikal, penurunan angka kemiskinan lamban

• Kurangnya upaya pada tingkatan pencegahan dan fokus pada penanganan PMKS

• Penanganan keluh kesah masyarakat belum terintegrasi

• Bantuan sosial yang melahirkan ketergantungan

• Bentuk bantuan adalah residual jadi terkesan lebih bersifat kuratif

Kondisi saat ini dipandang sebagai suatu masalah:• Pemerintah selalu

mendominasi dalam hal penanganan masalah sosial dan menyeragamkan strategi penyelesaian masalah

• Masih banyak permasalahan sosial terkait perempuan, napza, ODHA, disabilitas, lansia, anak.

• Ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan swasta seperti bantuan uang dan infrastruktur fisik.

• Rendahnya komitmen masyarakat dalam mengikuti program dan pemahanan terkait indikator yang digunakan oleh semua pihak berbeda-beda

Page 169: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian156

Akademisi Praktisi CSOKondisi saat ini dipandang sebagai suatau potensi:• Basis data terpadu

menjadi rujukan oleh semua sektor, dan sudah ada pemutakhiran data oleh PUSDATIN KEMENSOS melalui inovasi aplikasi SIKS NG, Webgis

• Pemahaman Masyarakat terhadap program pemberdayaan hanya terbatas kepada bantuan ekonomi (finansial) bukan pada makna pemberdayaan sesungguhnya

Kondisi saat ini dipandang sebagai suatu potensi:• Perda hak pengakuan

tanah adat.• Adanya perseketuan

berupa Latu pati di masyarakat Ambon yang merupakan persekutuan masyarakat adat yang melestarikan tradisi dan budaya adat maluku.

B. Aspek Investasi Negara di Bidang Sosial

Investasi negara dalam bidang sosial sudah dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk regulasi, program-program, tempat rehabilitasi serta prasarana lain yang mendukung penanganan masalah PMKS seperti pendamping PMKS. Bantuan yang diberikan pemerintah atau negara dalam pembangunan kesejahteraan sosial sangat dominan. Dalam membuat regulasi tentang PMKS, pemerintah tidak melibatkan pemerintah daerah dan tidak mempertimbangkan kondisi masyarakat di masing-masing daerah. Sehingga regulasi tersebut menempatkan negara sangat dominan dalam penyusunan program dan pelaksanaan program.

Page 170: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 157

Beberapa program-program PMKS yang dibuat oleh pemerintah atau negara saat ini masih banyak yang belum dipahami oleh masyarakat. Informasi dan sosialisasi mengenai program-program yang dibuat oleh pemerintah tidak dilakukan secara optimal. Adanya kesenjangan kapasitas yang lebar antara masyarakat desa dan masyarakat kota membuat pemahaman masyarakat pada masing-masing daerah tidak sama terhadap program yang diberikan. Program yang dibuat oleh pemerintah sebagian besar melihat penerima manfaat sebagai obyek tidak sebagai subyek yang dilibatkan dalam penyusunan maupun pelaksanaan program. Selain itu, program yang dibuat oleh pemerintah lebih banyak kepada bantuan yang bersifat sosial, sehingga sering membuat penerima manfaat merasakan ketergantungan, menimbulkan kecemburuan bahkan kesenjangan sosial. Permasalahan lainnya adalah basis data penerima program yang masih belum tepat sasaran akibat dari kepemilikan identitas dari penerima manfaat yang belum memiliki dokumen identitas.

Investasi negara bidang sosial lainnya yang sudah dilakukan oleh pemerintah adalah membangun tempat-tempat rehabilitasi sosial. Namun tempat-tempat rehabilitasi sosial ini letaknya sebagian besar berada di kota besar. Sehingga keterjangkauan distribusi pelayanan sosial secara nasional masih sangat terbatas. Disamping itu, permasalahan pendamping program juga banyak ditemukan di lapangan. Kapasitas pendamping lapangan yang masih rendah dan tidak kompeten bahkan bukan berasal dari latar belakang kesejahteraan sosial; sehingga program tidak berjalan secara efektif dan efisien.

Page 171: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian158

AK

AD

EM

ISI

PR

AK

TIS

IC

SOIn

divi

du•

Kap

asit

as in

div

idu

: K

emam

pu

an o

ran

g p

er o

ran

g d

alam

men

guru

s d

irin

ya.

•K

apas

itas

ind

ivid

u k

ura

ng,

m

isal

kan

: gap

an

tara

ka

pas

itas

mas

yara

kat d

esa

den

gan

mas

yara

kat k

ota

•In

div

idu

pad

a d

asar

nya

p

un

ya p

oten

si•

Ku

alit

as S

DM

lem

ah d

i b

idan

g K

esos

ek, b

erd

amp

ak

pad

a in

vest

asi n

egar

a•

Lite

rasi

ind

ivid

u le

mah

•In

ten

sifi

kasi

pen

did

ikan

le

mah

dan

tid

ak m

erat

a•

Pu

nya

kec

erd

asan

pot

ensi

al

tap

i tid

ak p

un

ya k

ecer

das

an

aktu

al•

Aks

es te

rhad

ap

pem

ban

gun

an e

kon

omi d

an

sosi

al te

rbat

asN

egar

a•

Neg

ara

(Gov

erm

ent)

te

rlal

u D

omin

an d

alam

p

emb

angu

nan

Kes

os

•D

istr

ibu

si p

elay

anan

sos

ial d

ari

kem

enso

s m

asih

terb

atas

•In

form

asi t

tg p

rogr

am

per

lind

un

gan

sos

ial b

elu

m

mak

sim

al•

Ku

alit

as S

DM

di l

emb

aga

pel

ayan

an s

osia

l mas

ih

terb

atas

men

gaki

bat

kan

ku

ran

g m

aksi

mal

nya

pel

ayan

an

sosi

al y

ang

dir

asak

an o

leh

m

asya

raka

t(m

asih

ban

yak

yan

g b

elu

m p

aham

ten

tan

g p

rogr

am-

pro

gram

per

lind

un

gan

sos

ial d

ari

kem

enso

s)•

Ban

yak

SDM

di l

emb

aga

sosi

al d

an p

end

amp

ing

sosi

al

yan

g ti

dak

ber

lata

r b

elak

ang

kess

os(p

end

amp

ing

sosi

al b

erla

tar

kess

os te

rbat

as)

•K

ura

ngn

ya p

elib

atan

Pem

da

dal

am p

rose

s p

erek

ruta

n

pen

dam

pin

g so

sial

•K

ura

ngn

ya k

oord

inas

i an

tara

p

end

amp

ing

sosi

al d

enga

n

pem

erin

tah

set

emp

at•

Mas

ih k

ura

ngn

ya a

pre

sias

i ke

men

sos

un

tuk

TK

SK d

an

pen

dam

pin

g so

sial

lain

nya

•P

emer

inta

h p

usa

t su

dah

m

elak

uka

n s

iste

m p

end

ataa

n

terp

adu

sam

pai

ke

tin

gkat

d

esa.

•P

emer

inta

h p

usa

t su

dah

m

elak

uka

n r

ekru

tmen

ten

aga

pen

dam

pin

g u

ntu

k p

rogr

am-

pro

gram

di m

asya

raka

t.•

Pro

gram

-pro

gram

p

emer

inta

h m

asih

ban

yak

yan

g m

enem

pat

kan

sas

aran

p

rogr

am s

ebag

ai o

byek

, tid

ak

seb

agai

su

byek

.

•R

egu

lasi

un

tuk

men

gako

mod

ir

PM

KS

su

dah

ad

a.

•P

emer

inta

h p

usa

t su

dah

m

emb

angu

n R

ehso

s P

MK

S d

i b

eber

apa

dae

rah

.•

Pro

gram

pem

erin

tah

yan

g b

aik

di m

asya

raka

t d

ihap

usk

an

oleh

pem

erin

tah

sen

dir

i.s

(Reh

abili

tas

Ber

bas

is

Mas

yara

kat/

RB

M)

•In

vest

asi n

egar

a d

i bid

ang

sosi

al ti

dak

sem

uan

ya g

agal

Page 172: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 159

Mas

yara

kat

•R

esp

on d

an p

eran

m

asya

raka

t dal

am

pen

ingk

atan

kes

os b

lm

opti

mal

.•

Ket

erga

ntu

nga

n m

asya

raka

t te

rhad

ap n

egar

a te

rlal

u b

esar

•P

rila

ku in

div

idu

dan

m

asya

raka

t dal

am

men

jala

nka

n p

rogr

am

kad

ang

men

yim

pan

gK

omu

nit

as•

Ket

erga

ntu

nga

n k

omu

nit

as

terh

adap

neg

ara

terl

alu

bes

arLe

mba

ga K

esos

Ren

dah

nya

sin

ergi

tas

anta

r LK

S (S

was

ta, l

amb

aga

adat

)•

Neg

ara:

dom

inas

i neg

ara

p

ada

inve

stas

i sos

ial,

bai

k d

alam

reg

ula

si d

an

imp

lem

enta

si.

•K

ehid

up

an s

osia

l yan

g se

mak

in in

div

idu

alis

tik.

•K

omu

nit

as d

an le

mba

ga

kese

jah

tera

an s

osia

l: ya

ng

kura

ng

ber

per

an d

an ti

dak

fu

ngs

ion

al.

•P

end

amp

ing

PK

H te

rkes

an

eksk

lusi

f dib

and

ingk

an d

enga

n

pen

dam

pin

g so

sial

lain

nya

kar

ena

per

ekru

tan

nya

lan

gsu

ng

oleh

K

emen

sos

•B

elu

m a

dan

ya p

enyu

luh

sos

ial

yan

g b

isa

mem

ber

ikan

info

rmas

i le

ngk

ap te

nta

ng

pro

gram

-pro

gram

d

ari k

emen

sos

•M

asih

ku

ran

gnya

pen

gem

ban

gan

ka

pas

itas

dan

pen

day

agu

naa

n

pila

r-p

ilar

sosi

al, m

isal

nya

P

SM, t

okoh

-tok

oh lo

kal d

alam

p

agu

yub

an, t

okoh

-tok

oh a

dat

dan

le

mb

aga

keag

aam

aan

seh

ingg

a p

elib

atan

mas

yara

kat d

alam

la

yan

an k

esso

s m

asih

ku

ran

g m

aksi

mal

•B

elu

m a

da

kete

rpad

uan

pro

gram

d

an k

egia

tan

lin

tas

sekt

or a

nta

r le

mb

aga

dan

kem

ente

rian

•G

erak

an s

adar

ad

min

istr

asi

kep

end

ud

uka

n (

Akt

e ke

lah

iran

, K

TP,

KK

, KIA

).

•Si

fat k

omp

lem

enta

rita

s p

rogr

am d

alam

PK

H, d

alam

p

rakt

ekn

ya m

enim

bulk

an

kece

mbu

ruan

sos

ial,

kese

nja

nga

n s

osia

l, d

iper

par

ah

den

gan

pen

erim

a m

anfa

at

yan

g b

elu

m te

pat

sas

aran

(dat

a ti

dak

sel

uru

hn

ya v

alid

)•

Jum

lah

PB

I JK

N s

ud

ah s

anga

t b

esar

, nam

un

cak

up

an

pro

gram

BP

JS m

asih

ren

dah

, m

isal

nya

di H

alm

aher

a T

imu

r m

asih

ad

a 35

% w

arga

bel

um

m

emili

ki ja

min

an k

eseh

atan

, b

aik

kare

na

tid

ak te

rjan

gkau

P

BI m

aup

un

kar

ena

ren

dah

nya

ke

sad

aran

ata

s p

enti

ngn

ya

jam

inan

kes

ehat

an•

Inve

stas

i neg

ara

di b

idan

g so

sial

bel

um

did

uku

ng

den

gan

d

ata

yan

g va

lid•

Mas

ih d

item

uka

n w

arga

ya

ng

bel

um

mem

iliki

dat

a K

epen

du

du

kan

(A

kta

Kel

ahir

an, N

IK/K

TP

),

seh

ingg

a h

ak m

asya

raka

t tid

ak

terp

enu

hi

Page 173: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian160

•K

erja

sam

a an

tara

pem

erin

tah

dan

d

un

ia u

sah

a d

alam

men

erap

kan

p

rogr

am p

emb

erd

ayaa

n d

ibid

ang

pen

did

ikan

dan

kes

ehat

an y

ang

dap

at m

enu

nja

ng

pen

ingk

atan

ek

onom

i mas

yara

kat

•In

vest

asi k

emen

sos

di

kele

mb

agaa

n k

esej

ahte

raan

so

sial

din

ilai s

ud

ah te

pat

•P

SM d

i lap

anga

n h

amp

ir

mat

i su

ri, m

embu

tuh

kan

re

gen

eras

i/p

erek

ruta

n b

aru

•K

aran

g ta

run

a se

bag

ai s

aran

a p

olit

ik (

mak

assa

r)•

Inve

stas

i sos

ial b

elu

m

terd

oku

men

tasi

den

gan

bai

k

Page 174: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 161

C. Aspek Partisipasi 3 Sektor (Pemerintah, Dunia Usaha dan Masyarakat)

Peran pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dinilai belum sinergis satu sama lain. Saat ini Kementerian Sosial masih menjadi pihak yang dominan dalam pelaksanaan pembangunan. Hal tersebut dianggap melemahkan kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahannya sendiri. Terkait peran CSO, pemerintah telah memberikan peluang bagi CSO untuk terlibat dalam pembangunan. Kelompok praktisi berpendapat bahwa peluang ini sudah dimanfaatkan dengan baik sehingga keberadaan CSO telah menimbulkan dampak positif bagi masyarakat. Sedangkan kelompok akademisi sepakat bahwa selama ini pihak CSO masih belum maksimal dalam melaksanakan perannya. Begitu pula dengan kegiatan CSR yang dilakukan dunia usaha. Meskipun begitu, terdapat salah satu wilayah yang peran ketiga sektornya sudah berjalan baik yaitu Halmahera Timur. Terkait dana desa, saat ini penggunaannya masih dominan pada pembangunan infrastruktur dan honorarium aparatur. Penggunaan dana desa untuk pemberdayaan sudah dijalankan namun tidak ada keberlanjutan program.

Praktisi

• Kordinasi antara dunia usaha, organisasi sosial danpemerintah belum optimal. Dinas sosial belum optimal untuk mensinergikan kegiatan Kemensos, CSO, dan dunia usaha

• SudahadakontribusiduniausahamelaluiCSRmisalnyabekerjasama dengan perguruan tinggi untuk melakukan pemberdayaan UKM namun masih ada pemanfaatan dana CSR yang tidak sesuai peruntukannya

• CSO sudah diberikan peluang untuk terlibat dalampembangunan kesos. CSO juga telah memberikan dampak

Page 175: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian162

positif terhadap keepercayaan masyrakat pada program-program Kemensos namun masih terdapat CSO yang kurang berkoordinasi dengan Dinas Sosial

• Dana Desa lebih banyak digunakan bagi pembangunaninfrastruktur

Akademisi

• Selama ini peran negara masih mendominasi dalampembangunan. Hal ini melemahkan kapasitas masyarakat dalam menyelesaikan masalah

• Kordinasiantara3aktormasihrendah

• Duniausahakurangterlibatdalamusahapembangunan

• Organisasi kemasyarakatan, LSM belum maksimalmenjalankan peran pembangunan

• Dalam penggunaan dana desa, persentase dana bagiinfrastruktur dan honorarium aparatur masih dominan. Selain itu SDM dan pemahaman aparatur desa mengenai regulasi dana desa masih rendah

CSO

• Peran sektor belum terintegrasi. Peran Kemensos masihdominan. Namun di Halmahera timur, peran 3 sektor sudah berjalan baik

• Peran 3 sektor yang hanya sekedar “slogan” dimanamasyarakat merasa sudah terlibat di perencanaan daerah tetapi implementasi di lapangan tidak sesuai yang diharapkan.

• Kasus di Kupang: tenaga kesehatan yang tradisional bisabekerjasama dengan tenaga kesehatan pemerintah.

• ForumCSRsudahterbentukdiprovinsi,tapibelummemilikimekanisme kerja dalam pencapaian kesejahteraan sosial. Selain itu, CSR lebih mengutamakan ring 1

• Kurangnya sosialisasi dari setiap sektor terkait program

Page 176: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 163

kesejahteraan sosial, misalnya dunia usaha tidak mengkomunikasikan penerima manfaatnya, dst.

• Dibeberapadaerah,peranPemdakurangjustruTNIlebihberperan

• Danadesasudahadapemberdayaantapitidakadakegiatanberkelanjutan

Page 177: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian164

LAPORAN HASIL DISKUSI PADA KONVENSI

PENELITIAN ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2020 – 2024

DI HOTEL CROWN, BANDUNG

TANGGAL 3O JUNI – 3 JULI 2019

Page 178: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 165

HASIL DISKUSI KONVENSI

ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHETRAAN SOSIAL INDONESIA 2020-2024: PENGARUSUTAMAAN

PENDEKATAN DEVELOPMENTAL

(INDONESIA NEW DIRECTION OF SOCIAL WELFARE DEVELOPMENT 2020-2024: MAINSTREAMING

DEVELOPMENTAL APPROACH)

A. ARAH LAMA

1. Penetapan sasaran pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia saat ini, lebih didasarkan pada basis data terpadu yang memuat data penduduk yang membutuhkan pelayanan sosial terutama rehabilitasi sosial melalui perawatan negara alternatif (panti sosial). Perawatan negara alternatif (basis residensial) masih sangat diperlukan, tetapi lebih sebagai ‘the last resort’ apabila jalan lain (pelayanan perlindungan, pelayanan intervensi dini, pelayanan pencegahan) yang dilakukan oleh keluarga, komunitas dan masyarakat pada tingkat desa/ kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi sudah tidak mampu mengatasinya.

2. Data merupakan bahan dasar (row material) dalam proses perencanaan dan evaluasi. Data yang tidak valid akan menghasilkan dokumen perencanaan yang tidak optimal. Evaluasi program akan sulit memperoleh data yang obyektif. Aplikasi Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS’NG) yang disediakan oleh Pusdatin Kesos Kementerian Sosial masih belum bisa menjawab perubahan data yang dinamis di daerah. Akibatnya sasaran

Page 179: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian166

penerima program di lapangan kurang tepat.

3. Aksesibilitas pada distribusi pelayanan sosial menghadapi permasalahan, di mana warga masyarakat yang memenuhi kriteria tidak memperoleh pelayanan sosial, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh lambatnya pemutakhiran data dan kegiatan verifikasi dan validasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten/Kota belum memenuhi standar.

4. Hal tersebut mendorong pengalokasian sumberdaya (finsansial dan sumber daya manusia) yang sangat besar untuk mendukung pelaksanaan verifikasi dan validasi yang canggih untuk melakukan pembaharuan (updating data), sementara alokasi sumber daya yang tersedia sangat terbatas. Alokasi dana yang besar untuk proses verifikasi dan validasi ternyata belum secara signifikan meminimalisir terjadinya bias (inclussion/exclusion errors), sehingga berpotensi menimbulkan instabilitas sosial terkait dengan keadilan sosial.

5. Sistem penganggaran untuk mendukung pembangunan kesejahteraan sosial lebih menekankan pelayanan residual yang menyamaratakan dan menyeragamkan masalah kesejahteraan sosial tanpa memperhatikan perbedaan karakteristik, kondisi, dan lokalitas sehingga membatasi inovasi pemerintah daerah dan menyulitkan individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat dalam memberikan dukungan upaya pencegahan, intervensi dini, perlindungan, dan perawatan yang diperlukan

6. Waktu dan proses intervensi pekerjaan sosial terhadap mereka yang membutuhkan pelayanan sosial lebih banyak ditentukan oleh siklus anggaran dari pada mekanisme standar proses intervensi sosial itu sendiri. Kebijakan dan program kesejahteraan sosial lebih bersifat karitatif sehingga menimbulkan ketergantungan penerima manfaat

Page 180: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 167

terhadap bantuan sosial daripada pemberdayaan sosial.

7. Perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi saat ini berlangsung sangat cepat, disruptive, dan memunculkan ‘risiko sosial baru’ yang tidak diperkirakan sebelumnya. Sementara itu, pendekatan residual dalam sistem kesejahteraan sosial tidak mampu mengantisipasi ‘risiko sosial baru’ karena intervensinya bersifat reaktif dan tidak proaktif.

8. Masih terdapat ketidaksinambungan dalam regulasi kesejahteraan sosial sehingga menimbulkan kesalahpahaman, bahkan menghambat inovasi dalam pelayanan sosial. Di sisi lain, bantuan sosial belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan, baru sebatas pemenuhan kebutuhan dasar, dan belum memandirikan penerima manfaat, bahkan dapat mengakibatkan ketergantungan penerima manfaat. Hal ini didukung hasil survey online, dimana 45,63% responden menyatakan bahwa bantuan sosial yang diterima oleh para penerima manfaat menimbulkan ketergantungan. Bahkan dalam beberapa kasus, justru memperlemah nilai-nilai kearifan lokal sebagaimana hasil survey dimana 30,77 persen responden menyatakan persetujuannya. Pemerintah belum mengoptimalkan kearifan lokal dalam penanganan PMKS.

9. Masalah kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab bersama, antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Masing-masing memiliki potensi dan strategi yang berbeda-beda, namun sinergi dan kolaborasi belum maksimal. Bahkan di lingkungan Kementerian Sosial, sinkronisasi dan sinergi program antar satuan kerja (satker) belum optimal. Ada kesan satker tidak mau tahu kelanjutan program dari satker yang lain, padahal masih dalam satu alur dan memungkinkan untuk disinergikan.

Page 181: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian168

10. Kementerian Sosial belum memberikan respons secara tepat terhadap kebutuhan riil penerima program. Meskipun penerima program membuat usulan kebutuhan (proposal), pada akhirnya keputusan ditentukan dari Pusat dan atau instansi sosial di daerah, sehingga pada hakikatnya program masih bersifat top down dan non partisipatif. Akibatnya, program yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kebutuhan penerima program, dan akhirnya program tidak dikelola dengan baik dan tidak berkelanjutan.

11. Program yang berkelanjutan memerlukan dukungan pendamping sosial yang memadai dari sisi kuantitas dan kualitas sekaligus. Kementerian Sosial dalam rekrutmen pendamping sosial belum sepenuhnya menunjukkan keberpihakan pada keilmuan pekerjaan sosial. Di lapangan, banyak pendamping sosial dari berbagai latar belakang pendidikan non pekerjaan sosial kurang memahami intervensi pekerjaan sosial dengan baik, meskipun mereka memperoleh pelatihan dan bimbingan teknis. Akibatnya, di lapangan ditemukan berbagai kendala dalam melaksanakan intervensi sosial. Selain permasalahan kompetensi, insentif yang diberikan kepada pendamping sosial berbeda secara signifikan pada setiap program. Hal ini dapat memengaruhi situasi psikis dan kinerja pendamping sosial.

12. Kelembagaan kesejahteraan sosial sudah terbentuk di tingkat desa/kelurahan atas inisiasi Kementerian Sosial. Namun demikian, kelembagaan tersebut belum memperoleh penguatan secara optimal sehingga kelembagaan tersebut belum berfungsi secara optimal dalam mendekatkan layanan sosial kepada masyarakat.

13. Sudah ada inisiasi pendekatan developmental yang dianggap ideal untuk pembangunan kesejahteraan sosial, namun saat ini pelaksanaannya masih bersifat simbolis dan insidental. Masih dimaknai sebagai proyek (bersifat

Page 182: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 169

insidental dan hanya mengikuti siklus penganggaran) belum sebagai pemberdayaan yang sesungguhnya dan dapat menyebabkan ketergantungan masyarakat

14. Ide dasar program pemberdayaan di Kementerian sosial belum sejalan dengan pelaksanaannya sehingga masih ada yang mengakibatkan melemahnya modal sosial, menimbulkan kecemburuan, berpotensi konflik, dan menimbulkan individualisme dan ketergantungan.

15. Individu dengan perilaku menyimpang cenderung ditempatkan sebagai korban/ masalah, yang bertentangan dengan pendekatan developmental. Model pemberdayaan yang dilakukan untuk individu dengan perilaku menyimpang belum tepat karena masih memerlukan pelayanan sosial (rehabilitasi) untuk menghilangkan stigma.

16. Program pembangunan kesejahteraan sosial sudah memiliki indikator output dan outcome, namun pencapaiannya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Ruang lingkup dan sasaran pelayanan program pembangunan kesejahteraan sosial terlalu luas dan variatif sehingga tidak semua permasalahan dapat ditangani dengan baik atau tidak intensif. Kemanfaatan program pembangunan kesejahteraan sosial tidak dapat dirasakan secara segera melainkan butuh waktu karena menyangkut perubahan perilaku manusia, sedangkan penilaian keberhasilan program lebih menekankan pada output karena didasarkan pada periode tahun anggaran, terbukti dari keberfungsian sosial dan peran peserta program yang belum maksimal ketika dievaluasi.

17. Infrastruktur sosial, tenaga kesejahteraan sosial, dan tenaga pendamping berbagai program pembangunan kesejahteraan sosial telah terbangun dengan segala kelengkapan yang telah diinvestasikan. Namun demikian

Page 183: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian170

belum tertata dengan baik, belum sistematis, dan tanpa didukung SOP dan Panduan yang aplikatif. Program kesejahteraan sosial banyak beririsan dengan program lain seperti pendidikan, kesehatan, perlindungan hukum, pemberdayaan keluarga dan masyarakat, tetapi upaya ini masih dipandang ‘sebelah mata’. Perlu adanya peningkatan alokasi dana khusus untuk mendukung pembangunan kesejahteraan sosial model developmental yang mengedepankan pelayanan pencegahan pada tingkat komunitas di daerah melalui pemberdayaan.

18. Program-program yang dilaksanakan Kementerian Sosial lebih banyak melalui pendekatan bantuan sosial, yang mengutamakan distribusi bantuan dalam bentuk barang dan/atau uang. Sementara itu, program dengan pendekatan pemberdayaan yang di dalamnya diikuti dengan bantuan stimulan, tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas penerima program. Kalau pun ada pelatihan bagi penerima program, kurang memberikan manfaat karena tidak dapat digunakan di lokasi/daerah asal penerima prorgam. Akibatnya, penerima prorgam tidak mengalami peningkatan kesejahteraan sosial yang signifikan.

19. Informasi yang berkaitan dengan kebijakan, regulasi dan program pelayanan sosial dari Kementerian Sosial masih terbatas atau lambat. Hal ini berakibat pada lambatnya respons daerah terhadap kebijakan dan program Kementerian Sosial. Program perlindungan sosial bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana (alam dan sosial) belum melahirkan komunitas tanggap bencana, bahkan gagap dalam menghadapi bencana karena masih mengandalkan pada pendekatan residual.

20. Kapasitas SDM kesejahteraan sosial di lembaga pelayanan sosial belum memadai. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan yang sebagian besar non pekerjaan sosial/Kesejahteraan sosial. Mereka pada umumnya baru

Page 184: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 171

memperoleh pelatihan pelayanan sosial tingkat dasar. Sementara, permasalahan sosial bersifat dinamis dan kompleks yang memerlukan kompetensi intervensi sosial terkini.

21. Pilar-pilar sosial di masyarakat, seperti Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Taruna Siaga Bencana, dan Penyuluh Sosial Masyarakat; belum diberdayakan dan didayagunakan secara optimal. Padahal posisi mereka sangat strategis, terutama dalam pelayanan sosial dini atau pencegahan terjadinya permasalahan sosial di akar rumput. Pemerintah mestinya bisa memperluas jangkauan pelayanan dengan pelibatan masyarakat, dan pemerintah memberikan stimulans saja.

22. Paradigma perundang-undangan dan peraturan pemerintah mengarah kepada pembangunan kesejahteraan sosial model residual, sehingga kurang memberikan ruang untuk melakukan pelayanan pencegahan, pelayanan intervensi dini dan pelayanan perlindungan. Eksistensi lembaga kesejahteraan sosial yang ada tidak terjamin keberlanjutannya karena lebih banyak mengandalkan dukungan dan bantuan pemerintah untuk memberikan pelayanan sosial kepada mereka yang rentan dan membutuhkan pelayanan khusus.

23. Dana Desa hampir secara eksklusif digunakan untuk pembangunan infrastruktur desa/kelurahan dan pembayaran honorarium aparatur atau ‘elite’ desa/kelurahan karena lemahnya kualitas sumber daya manusia desa, dan tidak adanya arahan dan pedoman/panduan bagi komunitas untuk menangani masalah kesejahteraan sosial.

24. Sebagian badan usaha sudah menyelenggarakan program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk penanganan

Page 185: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian172

kemiskinan dan permasalahan sosial lainnya. Sebagian badan usaha sudah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dalam pemberdayaan. Namun demikian, masih banyak badan usaha tersebut yang menyelenggarakan program CSR berdasarkan visi dan misinya sendiri, belum disinergikan secara optimal dengan program pemberdayaan oleh pemerintah.

25. Kementerian Sosial RI telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Organisasi Masyarakat Sipil/CSO untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan di bidang kesejahteraan sosial. Berkenaan dengan itu Kementerian Sosial telah menetapkan berbagai regulasi terkait dengan pemberdayaan dan pendayagunaan CSO dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Partisipasi CSO ini dinilai telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kepercayaan masyarakat pada program-program Kementerian Sosial. Sebagian CSO belum secara optimal membangun hubungan yang baik dengan Dinas Sosial di wilayah setempat (Provinsi/Kabupaten/Kota). Hal ini menyebabkan terjadinya mispersepsi dalam mengimplementasikan kebijakan dan program kesejahteraan sosial.

26. Dinas Sosial provinsi dan kabupaten/kota belum optimal dalam mensinergikan kegiatan Kementerian Sosial, CSO dan badan usaha/swasta. Bahkan saat ini masih ada anggota forum CSR yang belum mengetahui program dinas sosial kabupaten/kota atau sebaliknya. Kemudian, masih ada sebagian CSO yang belum mengetahui bahwa legalitas organisasinya harus didaftarkan di dinas sosial setempat (kabupaten/kota). Hal ini mengakibatkan kebijakan dan program Kementerian Sosial kurang dipahami dengan baik oleh CSO maupun badan usaha. Pada sisi lain peran CSO belum dianggap sebagai mitra strategis oleh pemerintah.

27. Hampir seluruh permasalahan sosial ditangani oleh

Page 186: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 173

pemerintah, hal demikian menjadikan penanganan belum maksimal. Oleh sebab itu pelibatan sektor swasta dan masyarakat diharapkan dapat lebih menjangkau luas, serta dapat membagi beban tanggungjawab yang selama ini dijalankan oleh pemerintah. Baik pemerintah, swasta dan masyarakat masing-masing memiliki sumberdaya manusia, dana, data dan informasi dalam menangani masalah sosial, hanya saja kerjasama belum dapat terwujud dengan baik. Organisasi sosial di masyarakat sangat memahami kondisi dan situasi sekitar sehingga mempunyai kepedulian dan komitmen dalam hal melakukan kegiatan pencegahan dan penanganan masalah sosial. Kuatnya dominasi Negara/pemerintah ini tercermin juga dalam hasil survey online dimana 70,27 persen menyatakan hal senada.

28. Dalam penentuan indikator kemiskinan, target dan sasaran bantuan sosial, masyarakat perlu dilibatkan agar memperoleh pemahaman dan persepsi yang sama, karena terkadang data yang ada sudah tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Pelibatan sektor swasta dan masyarakat masih sebatas di perencanaan (musrenbang) tetapi implementasi program di lapangan belum sesuai yang diharapkan.

29. Kementerian Sosial menjalankan peran sebagai Regulator sekaligus sebagai Operator sehingga bebannya sangat berat. Akibatnya implementasi kebijakannya tidak optimal, SOP tidak berjalan/ dikerjakan dengan baik oleh Dinas Sosial, dan tidak memungkinkan melakukan pelayanan pencegahan karena sumber daya sudah habis terkuras untuk melakukan rehabilitasi sosial dan intervensi lainnya yang bersifat karitatif.

30. Karena sebagian tugas Kementerian Sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial didelegasikan kepada Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tetapi tidak semua Pemerintah daerah memiliki komitmen yang tinggi dan siap melaksanakan tugas tersebut karena kualitas

Page 187: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian174

dan kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang sangat terbatas. Ini menjadi salah satu alasan rekrutmen pendamping sosial belum mengikutsertakan dinas sosial kabupaten/kota. Hal ini menciptakan hubungan kerja yang kurang kondusif. Karena merasa tidak diikutisertan dari awal rekrutmen, maka dinas sosial kabupaten/kota lepas tangan ketika ada permasalahan pada pendamping sosial. Konsekuensinya Kemensos harus melakukan monev, bantuan teknis, supervisi, pengawasan, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sehingga semua program seolah-olah dapat dilaksanakan dengan ‘berhasil’. Oleh karena itu, Kementerian Sosial perlu menyerahkan tugas dan fungsi sebagai Operator kepada pihak ketiga yang dapat dipercaya dan memiliki kemampuan profesionalisme yang tinggi, dalam bentuk Quasi Autonomous Non-Government Organisations (QUANGOs) seperti Centrelink di Australia, atau Non-Departmental Public Bodies (NDPBs) atau Arms Length Bodies (ALBs) di Inggris. Menurut hasil suvey online, keberhasilan program Kementerian Sosial ini tidak sampai 50 persen (49, 24 persen, Survey Online, 2019).

31. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa bidang sosial merupakan urusan wajib dan merupakan pelayanan dasar yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Sementera Kemensos hanya menetapkan norma, standar dan prosedur kerja (NSPK) dan melaksanakan urusan konkuren (yang dikerjakan bersama). Sudah ada PP pembagian kewenangan dan Permensos tentang SPM sosial sudah ada. Meskipun sudah ada berbagai peraturan yang mendukung untuk pemerintah daerah lebih berperan dalam pembangunan kesejahteraan sosial namun dalam implementasinya komitmen pemerintah daerah masih rendah. Kemampuan SDM kesos di daerah juga masih

Page 188: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 175

rendah, bahkan masih banyak yang tergantung pada Kementerian Sosial dan atau Pemerintah Pusat.

32. Program pemerintah pusat seringkali mensyaratkan cost sharing dari pemerintah daerah. Beberapa daerah siap untuk menyediakan dana cost sharing sedangkan daerah yang lain belum mengalokasikannya.

33. Penamaan atau pemberian istilah pada penduduk rentan dan kurang beruntung dan kemudian disebut Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sesuai Permensos Nomor 8 Tahun 2012 sangat dipengaruhi oleh pendekatan residual dan medical model of disability sehingga menimbulkan banyak tumpang-tindih dan stigmatisasi kepada penerima manfaat. Penamaan ini juga menghambat kemungkinan diakui dan diakomodasinya jenis-jenis ‘risiko sosial baru’ untuk dilayani. Oleh karena penanganan masalah sosial ini selalu bertumpu penerima manfaat yang sudah terpapar, maka pembangunan kesejahteraan sosial tidak pernah bisa menyentuh akar masalahnya.

34. Penyebutan sebagai penyandang masalah, masih berkesan bahwa pembangunan kesejahteraan sosial adalah hanya merupakan usaha kuratif atas orang yang sudah terkena masalah. Penyebutan ini masih seperti warisan dari awal dirintisnya Kementerian Sosial yang hanya menangani korban perang. Masalah sosial terus berubah, seiring dengan perkembangan zaman. Untuk Negara yang menganut sistem kesejahteraan, maka mestinya juga memikirkan orang yang rentan. Pembangunan sosial mestinya merupakan usaha preventif, yang berupaya mencegah terjadinya masalah. Untuk itu, maka perlu sentuhan yang bersifat pemberdayaan. Meskipun demikian, upaya pemberdayaan dan upaya perlindungan sosial dapat berjalan seiring. Pembangunan kesejahteraan sosial yang bersifat perlindungan dimaksud tetap menempatkan seluruh warga Negara mendapatkan perlindungan dari Negara.

Page 189: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian176

B. TANTANGAN

1. ASEAN Declaration on Strengthening Social Protection 2013. Deklarasi ini memfasilitasi tindakan nyata menuju peningkatan kualitas, cakupan, dan keberlanjutan perlindungan sosial di negara-negara anggota ASEAN, termasuk untuk menggali dan mengembangkan alat penilaian dan indikator statistik regional yang sesuai untuk mengukur secara holistik dan akurat dampak perlindungan sosial terhadap kelompok rentan.

2. Pemimpin dari 193 negara di dunia pada tahun 2015 menyusun rencana yang disebut tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Developmetn Goals). Mereka mengetahui memiliki cukup makanan untuk memberi makan manusia di dunia, tetapi itu tidak dibagikan. Mereka mengetahui ada obat untuk HIV dan penyakit lain, tetapi harganya sangat mahal. Mereka tahu bahwa gempa bumi dan banjir tidak dapat dihindari, tetapi jumlah kematian yang tinggi tidak dapat dihindari. Maka para pemimpin negara-negara di dunia tersebut, menyusun rencana menetapkan 17 tujuan yang dalam jangka 15 tahun (2015-2030) akan menghilangkan kemiskinan dan kelaparan, dan aman dari dampak terburuk perubahan iklim. Ketujuh belas agenda tersebut berkenaan dengan kemiskinan, kelaparan, kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan, kesetaraan jender, air bersih dan sanitasi, energi, pekerjaan yang layak, pertumbuhan ekonomi, industri, inovasi dan infrastruktur, ketidaksetaraan, keberkelanjutan kota dan masyarakat, konsumsi dan distribusi, iklim, air dan tanah, perdamaian, keadilan, institusi yang kuat dan kemitraan.

3. Teknologi mengakibatkan pergerakan orang, barang dan jasa berlangsung sangat cepat, dan dipertegas dengan sarana transportasi dan komunikasi digital. Teknologi terus menerus mengalami kemajuan seiring dengan

Page 190: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 177

perkembangan pemikiran di tingkat global. World Economic Forum pada 22-25 Januari 2019 mengadakan Annual Meeting, di Davos-Klosters, Switzerland. Pada konvensi tersebut dilakukan pembasan: power, community engagement, insight generation, platform technology, untuk membentuk kerangka kerja baru kerjasama global. Pertemuan fokus pada konsekuensi strategis dari “Globalization 4.0” dan dampaknya terhadap kerjasama global dan Fourth Industrial Revolution (4IR). Fourth Industrial Revolution (4IR) adalah revolusi teknologi yang dapat mengubah umat manusia menjadi lebih baik. Manusia akan memperoleh manfaat dari revolusi industri ini. Pekerjaan menjadi mudah, target tercapai secara maksimal dan masif serta terjadi penghematan waktu yang sangat besar. Manusia dengan robot akan ”berteman” baik untuk menghasilkan sebuah barang dan jasa tertentu. Di samping bermanfaat bagi manusia, revoluasi teknologi juga membawa ekses dalam kehidupan manusia. Kehangatan dalam relasi sosial akan sulit dijumpai manakala manusia sudah menyatukan diri sepenuhnya dengan teknologi, terjadinya dekadensi moral, perubahan sikap dan perilaku hedonisme dan destruktif. Maka, revolusi industri juga merupakan revolusi sosial inheren, karena baik masyarakat maupun teknologi menjadi semakin erat. Ini berarti bahwa orang, dengan segala keyakinan, nilai, persepsi, aspirasi, keinginan, ketakutan dan kerinduan, adalah bagian integral dari bagaimana revolusi itu akan berlangsung.

4. Situasi yang berubah-ubah (Volatility), Ketidakpastian (Uncertainity), Kompleksitas (Complexity), Ambiguitas (Ambiguity)/VUCA, adalah situasi yang dibawa oleh globalisasi dan revoluasi teknologi. Teknologi, desentralisasi, kebangkitan aktor-aktor dari non-pemerintah dan faktor-faktor lain telah mempercepat kebangkitan VUCA di setiap domain. Tantangannya adalah

Page 191: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian178

bagaimana sektor publik agar tetap gesit dan bisa melewati krisis dengan mulus. Ketika ekonomi manufaktur zaman industri diubah menjadi ekonomi digital dari era informasi, maka organisasi sektor publik 5menghadapi banyak sekali tekanan baru yang semakin meningkat. Kita m6erasakan tekanan “do more with less”, untuk mengatasi berbagai masalah yan7g kompleks dan terus berkembang, serta untuk mengatasinya lebih cepat8 daripada sebelumnya. VUCA yang menyusup ke semua dimensi kehidu9pan manusia, menyebakan kita adanya ‘perubahan yang melelahkan’. Sepertinya ada rentetan prakarsa perubahan terus-menerus satu-demi-satu yang tiada henti. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan pergeseran pikiran seismik dari change management kepada pendekatan platform perubahan itu sendiri yang tentunya harus lebih gesit dan lebih cepat.

5. Konsep Anthropocene didasarkan pada asumsi bahwa karena efek peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi di lingkungan global, manusia dianggap sebagai faktor geologis dan geobiologis utama di bumi. Perubahan yang disebabkan oleh manusia dalam sistem bumi memiliki dampak yang mendalam dengan durasi panjang, sehingga orang dapat berbicara tentang ‘zaman baru’ dalam sejarah bumi. Anthropocene memberikan perspektif yang lebih komprehensif dengan memperhatikan semua dampak yang mungkin terjadi dari tindakan manusia di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Saat ini, para pakar lingkungan memandang konsep ini sebagai pendekatan yang baik untuk menggabungkan tindakan perlindungan dengan strategi mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi perubahan global dan regional. Karakteristik kunci Anthropocene adalah dampak yang signifikan pada geologi dan ekosistem yang akan mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi. Kita

Page 192: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 179

telah banyak berhasil memanfaatkan energi penggunaan batubara, minyak bumi, dan nuklir, tetapi energi yang dihasilkan tidak ramah lingkungan. Di negara-negara berkembang cenderung menggunakan bahan bakar yang lebih murah, cepat, dan merusak lingkungan, daripada alternatif yang ramah lingkungan. Manusia dewsa ini telah mengubah cara menggunakan bahan bakar fosil, di mana pemakainnya tanpa memikirkan konsekuensi jangka-panjang. Tiga abad yang lalu kita melihat bahwa tidak ada polusi dalam jumlah besar dibandingkan dengan saat ini dan itu sama dengan deforestasi.

6. Perubahan struktur usia penduduk dapat memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Kondisi demografis Indonesia saat ini sudah matang untuk mengambil keuntungan dari “demographic bonus” atau “demographic dividend’. Faktanya, kondisi yang menguntungkan telah terjadi selama beberapa waktu, tetapi peluang akan mulai menutup setelah satu dekade atau lebih. Jika kita ingin memperoleh manfaat dari kondisi demografis (bonus demografi), maka pemerintah hendaknya memastikan, bahwa kondisi dan kebijakan pendukung tertentu sudah ada dan beroperasi secara efektif.

7. Berkaitan dengan struktur usia penduduk Indonesia, di mana 73 persen berada pada usia sangat produktif, bahwa pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Berdasarkan data BPS (2018), pada tahun 2017, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 70,81. Angka ini meningkat sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen dibandingkan tahun 2016.  Meskipun demikian, IPM Indonesia tersebut masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Untuk itu, investasi sosial dalam rangka membangun SDM (termasuk SDM bidang Kesos) yang berdaya saing hendaknya wajib

Page 193: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian180

menjadi prioritas nasional.

8. Generasi Millennial mendominasi segalanya dalam beberapa tahun mendatang, sebagaimana Baby Boomer dalam tiga dekade terakhir. Millennial adalah generasi yang paling banyak dipelajari dan dibicarakan orang saat ini. Mereka adalah generasi pertama dalam sejarah yang berkembang penuh dalam dunia teknologi digital, membentuk identitas mereka dan menciptakan sikap politik, sosial dan budaya yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Seperti setiap generasi lainnya, generasi Millennial menampilkan sifat-sifat umum dan unik yang membuat mereka berbeda dari pendahulunya.

9. Kondisi geografi Indonesia masih banyak yang sulit dijangkau dengan moda transportasi apapun seperti: pulau-pulau kecil, pulau terluar dan perbatasan antar negara. Penduduk di lokasi-lokasi tersebut banyak yang belum memperoleh akses terhadap program pemerintah, sehingga mereka itu hidup dalam kondisi marginal. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan pelayanan sosial, mereka tidak sedikit yang melakukan transaksi dengan warga negara lain. Hal ini membuka kemungkinan tumbuh dan berkembangnya permasalahan sosial antar negara. Berkaitan dengan kondisi geografi, pada Potensi Desa (Podes) 2018 terdapat Indeks Pembangunan Desa (IPD) yang merupakan satuan untuk menunjukkan tingkat perkembangan desa dengan tiga status, yaitu tertinggal, berkembang, dan mandiri. Suatu desa ditetapkan sebagai desa tertinggal berdasarkan kriteria perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan, aksesibililitas dan karakterisitik desa. Melalui Podes 2018, IPD dikategorikan menjadi tiga dan diperoleh data desa tertinggal sebanyak  14.461 desa (19,17 persen), desa berkembang sebanyak 55.369 desa (73,4 persen), dan desa mandiri sebanyak 5.606 desa

Page 194: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 181

(7,43 persen). Desa tertinggal tersebut tersebar di 122 kabupaten. Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan kesejahteraan sosial yang dihadapi pemerintah, dan hal ini tentu akan membebani keuangan negara. Kondisi geografi ini juga mempengaruhi sistem informasi berbasis teknologi. Banyak wilayah di Indonesia yang masih blankspot, sehingga penduduk di wilayah itu terhambat memperoleh informasi dan mengakses berbagai pelayanan. Terjadi disparitas yang cukup signifikan, antara penduduk di wilayah yang sudah memiliki jaringan sistem informasi, dengan penduduk di wilayah lain. Program kesejahteraan sosial yang didesain berbasis teknologi (misal: bantuan sosial non tunai), belum menjangkau warga masyarakat yang berada di wilayah tanpa jaringan informasi.

10. Kondisi geologi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai negara yang akrab dengan bencana alam, seperti: gunung api, likuifaksi, tsunami dan gempa bumi. Jenis bencana tersebut ditambah dengan tanah longsor dan banjir akibat kesalahan pengelolaan lingkungan hidup. Kesalahan pengelolaan lingkungan hidup juga mengakibatkan terjadinya pemanasan global, dan perubahan iklim secara ekstrem yang menyebabkan gelombang pasang dan banjir bandang menyebabkan kerugian sangat besar dan berlangsung dalam waktu lama bagi manusia. Bencana-bencana tersebut memerlukan manajemen mitigasi dan pengendalian risiko bencana yang adaptif dengan dukungan sumber daya manusia (SDM Kesos) yang profesional.

11. Masyarakat Indonesia hidup dalam keragaman suku, ras dan budaya yang merupakan warisan leluhur. Keragaman tersebut menjadi modal sosial yang besar dalam memperkokoh kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kondisi ini

Page 195: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian182

sekaligus menyemai benih-benih konflik sosial, ketika hak-hak masyarakat atas identitas dan budayanya tersebut tidak memperoleh pengakuan dan perlindungan dari pihak lain. Oleh karena itu, menghendaki pendekatan budaya, atau tidak menasionalisasi pendekatan dalam mendistribusikan pelayanan sosial.

12. Kolaborasi, negosiasi dan pertukaran sumber daya dalam implementasi kebijakan kesejahteraan sosial pada tingkat Pusat, Pusat dengan Daerah maupun di tingkat Daerah, sampai saat ini belum dapat diselenggarakan secara optimal. Ada kesan kuat, bahwa masing-masing instansi pada semua tingkatan “merasa mampu” bekerja sendiri-sendiri dengan sumber daya dan instrumen yang dikuasai. Padahal, sumber daya dan instrumen yang dikuasai itu tidak cukup menghadapi kompleksitas permasalahan sosial yang domainnya senantiasa beririsan pada beberapa instansi. Perilaku birokrasi yang demikian ini tentu tidak akan efektif dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.

13. Sistem informasi dan komunikasi antara Pusat dengan Daerah belum dibangun dengan baik, sehingga masih terjadi pemahaman yang tidak sama antara dua pihak. Masih terjadi, di mana daerah berupaya mencari tafsir sendiri terhadap regulasi yang disusun Pusat (Kementerian Sosial) berdasarkan kapasitas nalarnya. Terjadinya keterlambatan pelaporan kegiatan, kesalahan adminisrtasi pertanggungjawaban, program tidak terealisasi dan lain-lain, ditengarai dari sistem informasi dan komunikasi yang efektif.

14. Perilaku birokrasi di Pusat maupun di Daerah yang tidak efektif juga terjadi dengan badan usaha dan organisasi masyarakat sipil. Hal ini terjadi karena birokrasi merasa paling mengetahui dan merasa paling mampu untuk menangani semua permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Maka sumber daya pada badan usaha dan

Page 196: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 183

organisasi masyarakat sipil di bidang kesejahteraan sosial tidak optimal, karena persoalan administratif maupun sosiologis. Intinya, bahwa ada perilaku birokrasi saat ini yang menekan hadirnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

15. Program Kementerian Sosial dengan pendekatan bantuan sosial, pada akhirnya menjadi bumerang bagi Kementerian Sosial sendiri. Masyarakat sebagai penerima program kesejahteraan sosial atau Kelompok Penerima Manfaat (KPM), menjadi bergantung pada bantuan sosial tersebut, dan tidak merasa berdaya ketika exit program (memasuki tahap graduasi). Hal ini menjadi alasan yang mendasar untuk mengembangkan pendekatan baru yang mampu membantu KPM semakin berdaya dan mandiri setelah terminasi.

16. Pekerjaan Sosial Fungsional dan Penyuluh Sosial Fungsional belum memiliki daya tarik bagi pegawai di instansi sosial Daerah. Bahkan sebagian dari mereka memilih untuk melepaskan jabatan fungsional tersebut karena dirasa kurang menguntungkan sebagai pilihan karier. Tidak berkembangnya dua jabatan fungsional yang menjadi urusan Kementerian Sosial tersebut tentu menjadi persoalan, karena dapat memengaruhi distribusi pelayanan sosial di masyarakat.

17. Otonomi Daerah dimaksudkan untuk mendekatkan berbagai pelayanan yang disediakan oleh negara kepada warga negaranya. Kebijakan ini tidak akan dapat diwujudkan apabila tidak ada komitmen Daerah. Pada saat ini masih berkembang isu yang menandai ada tidaknya komitmen Daerah, dan ini menjadi tantangan tersendiri terkait distribusi pelayanan sosial. Berbagai isu dimaksud, seperti: politisasi program, instansi sosial belum didukung sumber daya manusia (SDM Kesos) yang memadai, sasaran program tidak tepat, program berorientasi pada

Page 197: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian184

kepentingan, implementasi pembagian kewenangan Pusat–Daerah dan rendahnya komitmen pemerintah Daerah. Rendahnya komitmen pemerintah Daerah dapat ditengarai dari sebagian besar pemerintah Daerah belum memiliki regulasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial, rendahnya alokasi APBD untuk program kesejahteraan sosial, penempatan SDM tidak mempertimbangkan pendidikan, pengisian formasi dan dukungan terhadap pekerja sosial dan penyuluh sosial fungsional.

18. Bidang Sosial (Kesejahteraan Sosial) merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah, dan tentunya menjadi prioritas pembangunan daerah. Faktanya, masih ada pemikiran pada elite di Daerah, bahwa bidang kesejahteraan sosial tidak memberikan dampak langsung terhadap petumbuhan ekonomi, sehingga belum ditempatkan sebagi prioritas program. Meskipun perataruran perundang-undangan dan Standar Pelayanan Minimal telah disiapkan oleh Kementerian Sosial, tetapi masih banyak Daerah yang belum memberikan tanggapan yang menggembirakan.

19. Data kemiskinan dan PMKS lain perlu tersedia secara valid untuk menghasilkan sebuah kebijakan kesejahteraan sosial dan rencana intervensi sosial yang tepat. Isu yang terkait dengan data saat ini adalah akurasi data, validasi dan verivali, kualitas SDM pengelola data dan manajemen pengelolaan data, serta unit organisasi pengelola data di Pusat. Berbagai isu tersebut sebenarnya lebih tepat disebut sebagai ‘masalah’, karena terus menerus disuarakan oleh mitra kerja, klien/KPM dan pihak-pihak terkait lainnya.

20. Masyarakat merupakan subyek/pelaku utama dalam paradigma pembangunan berkelanjutan. Di masyarakat masih terlembaga dengan baik nilai, norma dan kearifan lokal, meskipun ada gejala-gejala mengalami pelemahan. Penempatan masyarakat sebagai pelaku utama

Page 198: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 185

pembangunan menghendaki sumber daya manusia dengan kapasitas yang baik. Faktanya, masih banyak sumber daya manusia di masyarakat yang belum memiliki kapasitas yang memadai sebagai pelaku utama pembangunan. Rendahnya sumber daya manusia di masyarakat, dapat diketahui dari rata-rata lama pendidikan di Indonesia adalah 8,23 tahun. Artinya, rata-rata masyarakat Indonesia tidak lulus SMP (BPS, 2018). Dikemukakan oleh Prof Akhmaloka dari Universitas Pertamina (2016), bahwa suatu negara bisa dikatakan maju apabila 40 persen penduduknya berpendidikan tinggi, 30 persen berpendidikan menengah dan 20 persen berpendidikan dasar.

21. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2018 jumlah angkatan kerja sebanyak 131,01 juta orang, dan penduduk yang bekerja sebanyak 124,01 juta orang. Dari jumlah penduduk yang bekerja tersebut, sebanyak 70,49 juta orang (56,84 persen) bekerja pada kegiatan informal. Tingkat  Pengangguran  Terbuka (TPT) per Februari 2019 masih cukup tinggi, yaitu sebesar 5,01 persen. Penggangguran yang tinggi dan tidak dapat diatasi, tentu akan menjadi penyebab lahirnya permasalahan sosial.

22. Berbagai tantangan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial tersebut di atas, perlu tanggapan dengan cepat oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang melibatkan para pemangku kepentingan. Pada konteks ini, maka kolaborasi dan pertukaran sumber daya antara pemerintah dan pemerintah daerah dengan para pemangku kepentingan, merupakan kata kunci untuk menemukan solusi yang tepat.

C. PRPSPEK KE DEPAN

1. Program pembangunan kesejahteraan sosial diutamakan ke kegiatan preventif, promotif, dan developmental yang

Page 199: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian186

bersifat suistainable serta terkoneksi dengan program Suistanable Development Goals (SDGs). Hal ini mendorong pergeseran pembangunan kesejahteraan sosial dari pendekatan residual kepada pendekatan developmental yang memprioritaskan pelayanan pencegahan pada basis keluarga, komunitas dan masyarakat pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota dengan tujuan untuk mencegah muncul dan berkembangnya ‘risiko sosial baru’ maupun ‘risiko sosial lama’.

2. Pendekatan pemberdayaan sebaiknya menjadi pendekatan utama dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pendekatan ini akan mengantarkan penerima program lepas dari ketergantungan dan siap hidup secara mandiri di masyarakat. Pendekatan pemberdayaan memberikan kesempatan yang luas kepada penerima program untuk berpartisipasi di dalam tahapan dan pelaksanaan program, dilakukan dengan berbasis pada kearifan lokal dan potensi wilayah dalam rangka peningkatan kondisi ekonomi masyarakat.

3. Pendekatan pemberdayaan mempunyai prospek diselenggarakan secara kolaboratif antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Optimalisasi peran relawan dan potensi sumber kesejahteraan sosial dengan Kementerian Sosial tidak melaksanakan secara langsung program pemberdayaan tetapi lebih kepada pembuatan regulasi, kebijakan dan standar prosedur kerja yang berkaitan dengan program pemberdayaan sosial.

4. Strategi pemberdayaan dilakukan dalam lingkup kecil dan memperhatikan kearifan lokal, dengan melakukan penguatan kelembagaan masyarakat sampai struktur paling rendah/bawah (RT/Dusun/Nagari).

5. Perlunya merumuskan regulasi baru untuk mendukung pergeseran paradigma pembangunan kesejahteraan

Page 200: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 187

sosial dari residual kepada developmental dan regulasi yang mendorong investasi sosial. Regulasi ini mendorong partisipasi masyarakat pada tingkat komunitas dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Khususnya dalam berbagai upaya pencegahan atas kemungkinan munculnya ‘risiko sosial lama’ maupun ‘risiko sosial baru’, termasuk ekses dari perkembangan teknologi.1

6. Pencegahan perlu memperoleh perhatian besar di dalam arah kebijakan dan program Kementerian Sosial. Pencegahan agar tidak terjadi dan meluas permasalahan sosial dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi dan sumber yang ada di masyarakat akar rumput.2 Sehubungan dengan itu, maka kader-kader penyuluh sosial masyarakat perlu dihadirkan bersama dengan potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang lain untuk melakukan pencegahan. Masyarakat terutama komunitas perlu diberikan kepercayaan dan didorong untuk lebih bertanggung jawab. Komunitas memiliki berbagai indikator keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial sesuai dengan persepsi dan kepentingan komunitas. Intervensi pemerintah lebih diarahkan dan ditekankan pada peningkatan capacity building dan investasi sosial.

7. Merumuskan kembali sistem rekrutmen dan metode pelatihan pendamping untuk mendapatkan pendamping sosial yang kompeten sehingga bisa memberikan pendampingan pada program pengentasan kemiskinan dan PMKS yang lain.

1 Pernyataan serupa juga didapat dari hasil survey online, yang menyatakan bahwa Kementerian Sosial RI perlu menangani permasalahan sosial baru sehubungan dengan perkembangan teknologi. Dari 3.934 responden sebanyak 59,81% menjawab setuju dan 31,09% lainnya menjawab sangat setuju. Adapun strategi dilakukan dengan mendayagunakan sebesar-besarnya sumber dan potensi masyarakat (sektor publik, sektor swasta, sektor organisasi masyarakat sipil)

2 Hasil FGD tersebut sesuai dengan hasil survey online yang telah dilakukan yaitu dari 3.934 responden sebanyak 49,49% diantaranya menjawab setuju dan 44,91% lainnya menjawab sangat setuju

Page 201: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian188

8. Rekrutmen pendamping sosial dari orang-orang dengan latar belakang pendidikan pekerjaan sosial dan/atau non pekerjaan sosial. Rekruitmen pendamping sosial melibatkan Dinas Sosial kabupaten/kota dengan mengedepankan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas.

9. Dalam rangka melakukan integrasi program, maka diperlukan sinergitas antar pendamping sosial (PKH, BPNT, Desa, dll) melalui Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT)

10. Pilar-pilar partisipan masyarakat perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan serta teknologi dalam rangka meningkatkan ketahanan sosial keluarga dan komunitas dalam pembangunan kesejahteraan sosial.3

11. Diperlukan adanya penguatan nilai-nilai sosial budaya lokal yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesejahteraan sosial yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

12. Pelatihan dan bimbingan teknis bagi pekerja sosial dan penyuluh fungsional di Dinas Sosial provinsi dan Dinas Sosial kabupaten/kota, sehingga mereka dapat terus berkarier di jabatan fungsional tertentu.

13. Mengoptimalkan balai besar pendidikan dan pelatihan (Diklat) kesejahteraan sosial sebagai pusat pengembangan kapasitas sumber daya manusia kesejahteraan sosial di daerah. Diklat melalui model e-learning dapat dikembangkan dengan dukungan SDM dan peralatan yang memadai. Melalui model ini setiap SDM kesos daerah akan mendapatkan kemudahan mengakses pengetahun baru

3 Pernyataan ini diperkuat oleh hasil survey online yang menyatakan bahwa dari 4.302 responden sebanyak 53,63% menyatakan setuju dan 42,91% menyatakan sangat setuju mengenai pernyataan bahwa salah satu terobosan baru tersebut adalah usaha untuk meningkatkan kapasitas individu, keluarga, komunitas, masyarakat, dan lembaga kesejahteraan sosial

Page 202: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 189

yang berkaitan dengan bidang kesejahteraan sosial. Selain sebagai pusat diklat, balai besar diklat ke depan ditingkatkan fungsinya sebagai penghubung antara Kementerian Sosial dengan pemerintah daerah di wilayah regional.

14. Pembangunan kesejahteraan sosial perlu dilaksanakan secara terpadu dengan prinsip ketuntasan. Keterpaduan dimaksud, bahwa pada tahap perencanaan dan pelaksanaan ditetapkan sasaran dan wilayah yang dikoordinasikan bersama secara lintas program. Kemudian ketuntasan dimaksud bahwa pada satu keluarga dapat diberikan beberapa program bagi ayah, ibu dan anak disesuaikan dengan kebutuhan.4

15. Sistem rehabilitasi sosial berbasis masyarakat dengan mengedepankan peran kelembagaan adat dan agama. Pendekatan developmental bisa dilakukan pada sistem rehabilitasi sosial dengan melibatkan semua pihak, keluarga selaku family support.

16. Program dan bantuan sosial dari pemerintah maupun dari dunia usaha, berbasis pada keluarga, dengan melaksanakan pembinaan dan penguatan keluarga menjadi fondasi dasar dalam menanggulangi masalah sosial.

17. Pendekatan pemberdayaan mengutamakan pengembangan kapasitas dan peningkatan pendapatan penerima program. Oleh karena itu, Kementerian Sosial RI perlu mengalokasikan sumber dayanya dalam pengembangan kapasitas penerima program dalam bentuk pelatihan, bimbingan teknis atau magang kerja.5

4 Dari hasil survey online yang telah dilakukan kepada 4.302 responden, sebanyak 58,81% menyatakan setuju dan 34,40% lainnya menyatakan sangat setuju untuk menyatukan pembangunan ekonomi dan sosial yang diperlukan suatu terobosan baru agar tidak membebani negara.

5 Dari hasil survey online yang telah dilakukan kepada 3.934 responden, sebanyak 58,90% menyatakan setuju dan 37,11% lainnya menyatakan sangat setuju dengan Peran Kementerian Sosial RI ke depan lebih berorientasi pada penguatan masyarakat untuk menangani masalah sosial.

Page 203: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian190

18. Pendekatan pemberdayaan mengutamakan pengembangan kapasitas dan peningkatan pendapatan penerima program. Oleh karena itu, Kementerian Sosial RI perlu mengalokasikan sumber dayanya dalam pengembangan kapasitas penerima program dalam bentuk pelatihan, bimbingan teknis atau magang kerja.6

19. Mengikuti alur pemikiran bahwa penetapan kebijakan berbasis riset, maka penyusunan program ditetapkan dari hasil assesmen. Selanjutnya pendanaan mengikuti program, bukan sebaliknya. Pendanaan dari sebuah program, dapat melibatkan dunia usaha dan masyarakat pada umumnya. Badan pengelola zakat, infaq dan sodaqoh bisa berpartisipasi dalam program bagi masyarakat. Sedangkan bantuan keuangan dari pemerintah (dana desa/kelurahan) sebaiknya dapat digunakan untuk mengatasi masalah sosial.7

20. Meningkatkan aksesebilitas penerima manfaat program pada layanan pendidikan, kesehatan, peluang usaha dan kerja serta pelayanan sosial.

21. Optimalisasi peran potensi dan sumber kesejahteraan sosial (Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat, Taruna Siaga Bencana, dan Penyuluh Sosial Masyarakat) dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

22. Mengembangkan bisnis sosial dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membuka peluang bagi masyarakat secara individu, keluarga dan komunitas untuk berpartisipasi dan berkolaborasi dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

6 Dari hasil survey online yang telah dilakukan kepada 3.934 responden, sebanyak 58,90% menyatakan setuju dan 37,11% lainnya menyatakan sangat setuju dengan Peran Kementerian Sosial RI ke depan lebih berorientasi pada penguatan masyarakat untuk menangani masalah sosial.

7 Menurut hasil survey online, dari 4.302 responden sebesar 51,93% menyatakan setuju dan 37,54% menyatakan sangat setuju mengenai pernyataan bahwa bantuan keuangan dari pemerintah (dana desa/kelurahan) sebaiknya dapat digunakan untuk mengatasi masalah sosial.

Page 204: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 191

23. Perlu ada jejaring kelembagaan lokal sehingga membentuk sebuah sistem jaringan kerja dan mampu memberikan kontribusi dalam pelayanan sosial di tingkat lokal. Kearifan lokal akan sangat berperan dalam pemberdayaan sosial. Pelibatan masyarakat seperti di Yogyakarta dengan “sistem gandeng gendong”. Pelibatan banyak pihak dalam pengentasan masalah dan pemberdayaan masyarakat. Dalam prakteknya menggandeng pihak dunia usaha dan masyarakat mampu untuk menggandeng masyarakat lemah, akan dapat mewujudkan kesetiakawanan sosial serta penguatan yang lemah.

24. Pembagian peran (sektor publik, sektor swasta, sektor organisasi masyarakat sipil) sebagai delivery service system untuk memberikan pelayanan sosial dengan cara-cara lebih efisien, efektif, cepat, tepat, tanggap, transparan, akuntabel dan berkelanjutan.

25. Kementerian Sosial perlu melakukan perubahan mendasar pada arah kebijakan dan strategi, dari bertindak reaktif, menuju kebijakan dan strategi yang responsif terhadap dinamika yang berkembang di masyarakat karena perubahan di tingkat nasional maupun global. Peningkatan anggaran dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK) sehingga Dinas Sosial memiliki keleluasaan dalam mengelola program dan anggaran untuk program kesejahteraan sosial. Memperkuat sistem koordinasi pusat dengan daerah untuk mendorong respon daerah terhadap kebijakan dan program Kementerian Sosial RI. Kementerian Sosial perlu melakukan sosialisasi kepada daerah tentang arah baru kesejahteraan sosial agar memiliki pemahaman yang tepat terkait kebijakan dan program kesejahteraan sosial.

26. Kementerian Sosial diharapkan mendorong pemerintah daerah untuk menerbitkan regulasi tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Seiring dengan

Page 205: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian192

terjadinya permasalahan kesejahteraan sosial yang cenderung kompleks, maka Kementerian Sosial perlu mengembangkan kebijakan (Peraturan Menteri Sosial RI) dalam kerangka sinergitas antara instansi sosial, badan usaha dan CSO, baik di pusat maupun di daerah. Berdasarkan kebijakan itu, maka daerah juga sebaiknya memiliki regulasi sebagai turunannya, yang mengatur secara spesifik sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

27. Kementerian Sosial RI sebagai penanggung jawab pembangunan kesejahteraan sosial berperan sebagai policy maker, regulator, pemantau dan evaluator dan auditor. Sedangkan peran sebagai operator sebagian besar diserahkan kepada pemerintah daerah, lembaga kesejahteraan sosial, organisasi sosial kemasyarakatan, dan unit pelayanan teknis. Pergeseran peran ini membawa implikasi pada reorganisasi instansi bersangkutan. Adanya peluang lebih besar bagi instansi penanggung jawab pembangunan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan peranannya kepada kolaborasi dan negosiasi untuk mendorong partisipasi lebih besar dari pemerintah daerah, sektor swasta dan sektor ormasip.

28. Perubahan dari dua peran (regulator dan operator) menjadi satu peran sebagai regulator, menghendaki pelimpahan pembiayaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Sehubungan dengan itu, maka distribusi anggaran melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) ke Dinas Sosial Kabupaten/Kota merupakan konsekuensi yang harus dipenuhi oleh Kementerian Sosial. Kementerian Sosial juga dituntut untuk mengontrol pemerintah daerah dalam pelaksanaaan pembangunan kesejahteraan sosial dengan cara memberikan sanksi dan penghargaan kepada daerah.

29. Kementerian Sosial sudah menetapkan Peraturan Menteri Sosial No 9 tahun 2018 tentang standar teknis pelayanan

Page 206: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 193

dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial di daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, namun untuk penerapannya diperlukan asistensi ke daerah agar SPM dapat dicapai.

30. Kementerian Sosial berkomitmen untuk melaksanakan mandat peraturan perundang-undangan terkait dengan PMKS yang menjadi sasaran program kesejahteraan sosial. Struktur organisasi di Kementerian Sosial yang menjadi rujukan penyusunan struktur organisasi di daerah, sebaiknya mewadahi semua PMKS yang sudah dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan. Kesesuaian struktur organisasi pusat dengan daerah ini merupakan salah satu komponen yang mendukung pencapaian tujuan program kesejahteraan sosial secara optimal.

31. kementerian Sosial bersama-sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) merumuskan kembali indikator kemiskinan, dengan mempertimbangkan karakterisitik wilayah dan sosial budaya penduduk Indonesia di wilayah barat dan timur. Indikator kemiskinan perlu mengakomodasi indikator lokal, sehingga dapat memotret kemiskinan di masyarakat. Indikator kemiskinan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Dalam mengatasi permasalahan sosial agar tidak sentralistik, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.

32. Perlu dilakukan kajian tentang bagaimana mengidentifikasi dan mendefinisikan ‘risiko sosial baru’ untuk mendukung pelayanan pencegahan. Puslitbang kesejahteraan sosial diharapkan mengambil peranan yang besar dalam merumuskan kebijakan sosial ini. Perlunya interagency meeting, agar bisa merumuskan kebijakan sosial yang komprehensif dan partisipatif.

Page 207: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Laporan Hasil Penelitian194

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Terminologi bahasa dalam penulisan laporan harus disesuaikan dengan bidang kesejahteraan sosial dan tidak menggunakan bahasa yang biasa digunakan oleh kementerian lain. Hal ini dikarenakan dapat terjadi klaim bahasa yang mengakibatkan penyusunan biaya, regulasi dan program dapat dialihkan kepada kementerian lain. Misalnya kata “perawatan” yang sudah “diklaim” milik kementerian kesehatan. Sehingga, apabila terdapat kalimat perawatan harus disesuaikan dengan bidang kesejahteraan sosial.

2. Harus dibuat naskah akademik yang dapat menjadi landasan/dasar dari penelitian sehingga setiap orang dapat memahami dasar/landasan bahwa penyusunan kebijakan yang dibuat berdasarkan hasil riset/penelitian.

3. Kewenangan dari pihak ketiga baik berupa lembaga yang dikelola pemerintah daerah tingkat propinsi, kabupaten dan QUANGOs harus memiliki kekuatan hukum, jelas namun tetap terbatas dari segi peran dan fungsinya sesuai dengan bidang yang didalami/ditanganinya.

4. Perlu dipertimbangkan dan disepakati mengenai bentuk lembaga pihak ketiga (QUANGOs) tersebut sesuai dengan regulasi yang ada maupun jika ada perubahan regulasi.

5. Partisipasi lembaga masyarakat lainnya baik di bidang agama, budaya, kelompok sosial (NGO) dan Civil Society Organization (CSO) yang telah menyelenggarakan pelayanan sosial sesuai dengan bidang yang dijalani, diberikan ruang yang luas dan jelas sehingga dapat mengurangi permasalahan sosial yang ada baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

6. Peran pemerintah sebagai regulator tidak hanya terbatas kepada penyusunan regulasi saja, tetapi juga dapat berperan sebagai pendukung terlaksananya penanganan

Page 208: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Arah Baru Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indonesia 2020-2024 195

permasalahan sosial dengan pendekatan developmental.

7. Perlu dipertimbangkan “akreditasi” terhadap lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pelayanan sosial yang dapat menjaga kualitas lembaga dan sekaligus sebagai bentuk seleksi dan evaluasi terhadap lembaga-lembaga pelayanan sosial tersebut.

8. Regulasi yang sudah ada perlu dikaji dan di perbaharui untuk mendukung pelayanan sosial dengan pendekatan developmental, sehingga penyelenggaraannya memiliki landasan hukum yang kuat.

Page 209: ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1e869ef8a38096...ARAH BARU PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA TAHUN 2020 -2024

Pencegahan, pemberdayaan, ruang luas bagi badan usaha dan organisasi masyarakat sipil, dan peran Pusat sebagai regulator dalam kerangka penyelenggaraan kesejahteraan sosial, merupakan langkah taktis yang bisa menyelesaikan berbagai masalah dan melewati tantangan yang dinamis.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial oleh pemerintah telah menunjukkan hasilnya yang ditandai dengan t e r j a d i n y a p e n u r u n a n a n g k a k e m i s k i n a n d a n

permasalahan sosial lainnya. Tetapi penurunan angka kemiskinan yang dicapai pada lima tahun terakhir ini sesungguhnya bisa lebih tinggi lagi dari penurunan angka yang dicapai saat ini. Kondisi yang dinilai menyebabkan belum optimalnya kinerja pemerintah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial terletak pada regulasi, sumber daya manusia kesejahteraan sosial, kewenangan Pusat dan Daerah, peran Pusat, pengelolaan data, pendekatan program, dan sinergitas.

Pendekatan developmental menawarkan sebuah arah untuk mengoptimalkan kinerja penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pendekatan ini menekankan pada pentingnya pemberdayaan, pemerintah sebagai regulator, pengarusutamaan masyarakat dalam pembangunan, investasi sosial , perencanaan dari bawah, sinergi/kolaborasi, dan prevensi.

Berbagai tantangan menyertai berbagai permasalahan dan tidak bisa dihindari, baik dari internal, kawasan regional maupun internasional, seperti struktur demografi, kondisi geografi, revolusi industri (4.0), globalisasi dan Social Development Goals (SDGs) serta berbagai deklarasi di tingkat ASEAN maupun Internasional terkait dengan pembangunan sosial dan kemanusiaan.