APRESIASI NOVEL
description
Transcript of APRESIASI NOVEL
APRESIASINOVEL
Disusun Oleh :
Nama : Ani MinartiNIM : 0803227No. Absen : 02
Kelas : 3 Bahasa
APRESIASINOVEL
Judul : Atheis Pengarang : Achdiat K. Mihardja Penerbit : PT. Percetakan dan Penerbitan Balai
Pustaka Tebal Buku : 250 Halaman Tema : “ Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa”
Sinopsis :
Dalam novel ‘Atheis’ menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang
bernama Hasan yang lahir dari sebuah keluarga yang sangat taat kepada
agamanya yaitu Islam. Hasan adalah anak tunggal dari pensiunan manteri guru
yang tinggal di lereng gunung Telaga Bodas ditengah-tengah pegunungan
priangan yang indah bernama kampung panyeredan di wilayah Bandung yang
pada waktu itu masih dalam keadaan dijajah pemerintahan Jepang.
Kedua orang tua Hasan bangga melihat Hasan tumbuh dewasa dengan kadar
keimanan yang cukup tinggi. Kini Hasan harus terpisah dengan kedua orang
tuanya, karena pekerjaannya berada didaerah yang jauh dari desa tempat
kelahirannya dulu. Walaupun Hasan jauh dari kedua orang tuanya dan bekerja
pada orang-orang Jepang tetapi Hasan masih memegang teguh agamanya dan
masih menjadi pribadi dengan keimanan yang kuat.
Suatu ketika,Hasan bertemu sahabat lamanya bernama Rusli. Dalam waktu yang
bersamaan,Rusli mengenalkan seorang perempuan bernama Kartini yang bersamanya
pada waktu itu kepada Hasan. Akhirnya, Hasan pun sering datang kerumah Rusli,
Kartini pun selalu ada disana. Hasan sangat senang bertemu dengan sahabat lamanya itu,
ditambah lagi dengan adanya Kartini yang menurut Hasan adalah sesosok perempuan
yang sangat mirip dengan Rukmini, kekasihnya dulu pada waktu dikampung.
Kedua sahabat Hasan beranggapan bahwa sebenarnya Tuhan itu tidak ada. Hal itulah
yang membuat Hasan berniat untuk mengIslamkan kedua temannya itu, tapi niat
baiknya itu semakin terkikis oleh kebaikan Rusli dan Kartini. Hasan sedikit melalaikan
niat awalnya itu karena sering berdiskusi tentang berbagai hal dengan Rusli ataupun
Kartini. Walaupun niat Hasan mulai luntur tapi dia masih taat pada ajaran Agamanya.
Perasaan lain pun datang kepada Hasan untuk Kartini,dia pun menerima perasaan
Hasan.
Sejak saat itu mereka semakin dekat dan akrab,tapi sering pula Hasan berfikir, mengeluh, hatinya bimbang, terombang-ambing antara dua pilihan. Tetap berada di jalan yang telah diajarkan oleh orang tuanya sejak kecil yaitu jalan agama atau memasuki dunia yang baru saja ia kenal dari sahabatnya Rusli dan Kartini namun telah menariknya dengan kuat menjadi seorang Atheis.Kehadiran Kartini memaksa Hasan untuk berusaha menyesuaikan diri dengan pergaulan Kartini dan paham yang diyakininya. Hasan mengalami berbagai konflik yang menyebabkan pertentangan hebat didalam batinnya. Hingga akhirnya ia berani untuk melawan orang tuanya. Masalah meruncing ketika muncul Anwar,seorang seniman dan sekaligus teman Rusli, Anwar dikenalkan Rusli kepada Hasan dan Kartini ketika mereka berada disebuah Restoran. Sejak saat itu Hasan telah mengetahui bahwa Anwar menaruh hati kepada Kartini. Mengetahui keadaan seperti itu, akhirnya Hasan menikahi Kartini yang sudah menjadi cita-citanya dari sejak ia mengenalnya. Padahal orang tuanya menginginkan ia menikah dengan Fatimah.
Rumah tangga yang semula diselimuti kabahagiaan harus berakhir dengan perceraian, Hasan pun menceraikan Kartini karena dia beranggapan bahwa Kartini telah berselingkuh dengan Anwar karena Kartini selalu pergi dengan Anwar ketika meninggalkan rumah. Begitulah pemikiran Hasan yang pada saat itu keadaannya yang sedang sakit TBC, dia sangat sedih dan menyesal karena dia sudah melukai hati kedua orang tuannya dengan menjadi Atheis dan menikahi Kartini. Akhirnya Ayah Hasan harus meninggal dunia dengan membawa penyesalan yang mendalam karena perbuatan anaknya. Hasan sangat menyesal dengan apa yang telah dipilih dalam hidupnya. Dengan penyakit TBC yang dideritanya ditambah dengan penyesalan yang sangat dalam maka Hasan pun semakin lemah dan harapannya telah kosong. Hidupnya berakhir oleh peluru tentara Jepang yang ditujukkan kepadanya ketika dia berjalan sempoyongan di jalan yang pada waktu itu sedang mambabi buta di jalanan sekitar perumahannya karena mendengar kabar mengenai Kartini dan Anear yang pernah berada dalam satu kamar hotel. Hasan pun tersungkur bermandikan darah dan meninggal dengan mengucapkan kata takbir.
Alur : Campuran , yakni dalam novel ini menceritakan kehidupan dirinya sendiri pada jaman sekarang kemudian mundur dengan
menceritakan kehidupan pada masa lalu. Hingga akhirnya menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya sekarang.
Tokoh :
a. Aku j. Fatimah
b. Hasan k. Rukmini
c. Kartini l. Minah
d. Rusli m. Bung parta
e. Anwar n. Pak Artasan
f. Raden Wiradikarta o. Pak Ahim
g. Ibu Hasan
i. Kiyai. Mahmud
Watak Tokoh :1. Aku
baik hati, pandai memahami
perasaan orang lain, ramah dan
pandai mengarang
2. Hasan
rendah hati, tidak punya
pendirian, penuh kecurigaan,
memaksakan kehendak, mudah
dipengaruhi orang lain, ringan
tangan, cepat marah dan
pencemburu
3. Kartini
memiliki pola fakir modern,
bersahabat, pandai memikat
hati pria, mudah tersinggung
serta tidak tegas dalam
mengambil keputusan.
4. Rusli
tidak percaya akan adanya
Tuhan, pandai berkomunikasi
dan mempengaruhi orang lain,
baik hati serta menghormati
persahabatan.
5. Anwar
tidak percaya Tuhan, periang,
pemberani, rendah hati, namun
tidak menghormati wanita
6. R. Wiradikarta
teguh pendirian terhadap
agama yang dianutnya serta
menjungjung tinggi adat.
7. Ibu Hasan
taat kepada agama yang
dianutnya serta penyayang
kepada anaknya.
8. Kiyai Mahmudsangat taat dan patuh terhadap agamanya sehingga menjadi panutan atau guru bagi orang-orang.
9. Fatimahpemalu, taat kepada agamanya serta hormat kepada orang tua.
10. Minahpenurut kepada majikannya.
11. Bung Partapandai bercerita dan bersemangat tinggi dalam berjuang membela Negara.
12. Pak Artasantaat kepada adat yang berlaku di daerahnya.
Setting :– Lereng Gunung Telaga Bodas bernama Kampung Panyeredan,
Bandung.
– Rumah Rusli ( Kebon Manggu 11 )
– Rumah Hasan ( Sasak Gantung 18 )
– Rumah Kartni ( Lengkong Besar 27 )
– Kerata Api
– Restoran
– Bioskop
– Wilayah Bandung
Sudut Pandang :
Novel “Atheis” ini menggunakan sudut pandang orang pertama, yakni
pengarang terlibat dalam cerita. Dalam hal ini pengenalan tokoh utama
diperkenalkan oleh tokoh Aku ( Pengarang ).
Gaya Penulisan :
Masih tercampur oleh bahasa asing ( Jepang – Belanda ).
Amanat :
Sebagai umat beragama janganlah mudah terpengaruh oleh pandangan
orang lain yang belum sepenuhnya kita pahami, tetapi berpegang
teguhlah pada iman dan ajaran yang kita anut.
Komentar :
Novel atheis ini sangat menarik. Terlebih bentuk novel ini
menggunakan tekhnik berlapis, yakni pengenalan tokohnya dilakukan
lewat tokoh lain. Namun pada novel ini terdapapat beberapa kalimat
dalam bahasa asing ( Jepang-Belanda ) yang sulit dimengerti.
SELESAI