Appendicitis - Yudha

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Appendicitis merupakan salah satu jenis penyakit dari sekian banyak penyakit yang banyak diderita oleh manusia pada saat sekarang ini. Dengan saluran pencernaan yang merupakan yang merupakan lokasi appendicitis yaitu appendiks yang merupakan suatu tube dengan panjang kira – kira 9cm dengan mengandung banyak limfe nodes. Appendicitis biasanya menyerang pada usia dewasa antara 20 - 30 tahun. Namun demikian appendicitis dapat menyerang semua kelompok manusia termasuk lanjut usia. Bila terjadi pada lanjut usia maka kemungkinan bisa sangat serius. Tindakan terhadap penyakit Appendicitis atau usus buntu adalah dengan jalan operasi mengambil usus buntu yang disebut Appendectomy. Operasi ini dilakukan jika kondisi peradangan bersifat lokal adan tidak terjadi ruptur. Operasi abdomen yang lebih ekstensif (laparotomi abdominal) harus dilakukan jika usus buntu ternyata pecah. Dengan melihat insiden dan permasalahan yang ditimbulkan sangat kompleks serta merupakan tantangan dalam asuhan keperawatan, maka peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, diharapkan mampu

description

appendicitis

Transcript of Appendicitis - Yudha

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Appendicitis merupakan salah satu jenis penyakit dari sekian banyak penyakit yang banyak diderita oleh manusia pada saat sekarang ini. Dengan saluran pencernaan yang merupakan yang merupakan lokasi appendicitis yaitu appendiks yang merupakan suatu tube dengan panjang kira kira 9cm dengan mengandung banyak limfe nodes. Appendicitis biasanya menyerang pada usia dewasa antara 20 - 30 tahun. Namun demikian appendicitis dapat menyerang semua kelompok manusia termasuk lanjut usia. Bila terjadi pada lanjut usia maka kemungkinan bisa sangat serius.

Tindakan terhadap penyakit Appendicitis atau usus buntu adalah dengan jalan operasi mengambil usus buntu yang disebut Appendectomy. Operasi ini dilakukan jika kondisi peradangan bersifat lokal adan tidak terjadi ruptur. Operasi abdomen yang lebih ekstensif (laparotomi abdominal) harus dilakukan jika usus buntu ternyata pecah. Dengan melihat insiden dan permasalahan yang ditimbulkan sangat kompleks serta merupakan tantangan dalam asuhan keperawatan, maka peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dijumpai dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan, mencegah kambuhnya penyakit serta mengupayakan penyuluhan sehingga dapat terhindar dari komplikasi.

1

BAB II

PEMBAHASAN

AKonsep

1. Pengertian

Appendicitis adalah :

Peradangan pada appendiks vermifornis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.

2.Epidemiologi

Dapat menyerang semua kelompok termasuk lanjut usia. Pada anak-anak dan dewasa muda terinfeksi sistemik seperti infeksi pernapasan dapat menyebabkan hyperplasia jaringan limfoid pada appendiks dimana respon hiperplastik dapat melibatkan lumen appendiks dan mulai terjadi appendicitis. Rata-rata insiden yaitu 1-2 per 1000 dengan dewasa muda antara 20-30 tahun. Namun demikian apendisitis dapat menyerang semua kelompok termasuk lanjut usia. (Doughty, D. B. et al. (1993). 3.Penyebab.

Penyebab yang paling umum dari appendicitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah ad an mengikis mukosa menyebabkan peradangan. Penyebab yang lain adalah feses yang keras atau tumor. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)

Pemberian barium

Berbagai macam penyakit cacing

Tumor

Striktur karena fibrosis pada dinding usus

24. Pathofisiologi

Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen Apeendiks oleh hyperplasia , folikel limfoid, fekalit, benda asing, striptur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.

Obtruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menhambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapidisis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah akan terjadi apendik akut fokal yang ditandai oleh nyeri epdestrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edem bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi invak dinding appendik yang diikuti dengan ganggren (Arif Mansjoer, 2000).3

PATWAY

4

5.Klasifikasi

Apendik dapat dibagi atas dua bagian yaitu.

a.Apendik Akut : jarang ditemui pada anak dibawah 5 tahun dan orang tua diatas 50 tahun. Apendicitis dapat dibagi atas tiga bagian :

1)Apendicitis acut focalik atau segmentalis.

Terjadi pada bagian distal yang meradang seluruh rongga apendiks sepertiga distal berisi nanah.

2)Apendicitis acut purulenta diffusa.

Pembentukan nanah yang berlebihan jika radangnya lebih hebat dan dapat terjadi mikrosis dan pembusukan yang disebut appendicitis gangrenous. Pada appendicitis gangrenous dapat terjadi perfulasi akibat mikrosis kedalam rongga perut dan mengakibatkan peritonitis.3)Apendicitis acut traumatic.

Disebabkan oleh karena trauma karena kecelakaan pada operasi didapatkan tampak lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan.

b.Appendicitis kronik.

Appendicitis kronik dibagi atas dua bagian antara lain :

1)Appendicitis cronik focalis.

Secara mikroskopis nampak fibrosis setempat yang melingkar, sehingga dapat menyebabkan stenosis.

2)Appendicitis cronik obliterative.

Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendiks pada jaringan sub mukosa dan sub serosa, sehingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen) terutama dibagian distal dengan menghilangnya selaput lender pada bagian tersebut.

5

6.Manifestasi Klinis

Sakit di sekitar umbilicus dan epigastrium disertai anoreksia, nausea dan vomiting. Beberapa jam kemudian diikuti oleh sakit perut di kanan bawah dengan diser atai kenaikan suhu tubuh yang ringan.

Pada bayi dan anak anak (balita) tidak menunjukkan letak sakit tapi dirasakan menyentuh. Dalam 2 12 jam nyeri akan beralih kekwadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperbilat bila berjalan atau batuk. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap, namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing positif akan semakin meyakinkan diagnose klinis appendicitis.7.Pemeriksaan fisik. (Posisi klien berbaring)

Inspeksi :

a.Klien nampak kesakitan, penampilan (expresi) yang tidak ceria.

b.Pergerakan sangat hati-hati pada yang acut.

c.Bila berbaring kaki kanan sedikit ditekuk.

d.Klien merasa sakit kalau disuruh menekuk kaki kanan.

Palpasi :

a.Suhu badan hangat diukur berkisar 37 38 C

b.Pemeriksaan pada perut akan menunjukkan nyeri tekan pada perut kanan bawah.

c.Palpasi ringan abdomen dari sisi kiri ke kanan memungkinkan pemeriksa vigiditas atau devans muskuler ringan.d.Bila appendiks yang meradang terletak didalam pelpis maka nyeri tekan dapat dideteksi dengan cara rektaltose.

Perkusi :

Bila diketuk pada kuadran kanan bawah klien akan menjerit, meringis karena sakit yang hebat.68.Studi Diagnostik dan Hasil

a. Hitung sel daarah putih = meningkat 10.000 16.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri (75% neutrofil).

b. X ray perut = menunjukkan fecalith pada kuadran kanan bawah atau daerah ileus untuk membedakan appendicitis dengan ulser perforasi (udara bebas di bawah diafragma indikasi perforasi).

c. Urnalisis = tidak ada atau sedikit leukositosis dan sel darah merah, digunakan untuk membedakan appendicitis dengan penyakit saluran kemih.

9.Manajemen Medis

a.Sebelum operasi :

1)Observasi.

Dalam 8 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendicitis sering kali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan di puasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendicitis ataupun bentuk perinitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rekal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic.

Foto Abdomen dan thorax tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain, pada kebanyakan kasus didiagnosis ditegakkan dengan lokasi nyeri di daerah kanan bawah 12 jam setelah timbulnya keluhan. Status puasa cairan dan elektrolit perlu, persiapan untuk pembedahan (informed consent, pendidikan preoperasi).b.Terapi obat = anibiotik seperti metronidasole atau cofamandole biasanya dosis tunggal sebelum pembedahan, dilanjutkan setelah pembedahan bila perforasi dengan kontaminasi peritoneal diberikan setelah pembedahan.2)Pembedahan = appendictomy.3)Pasca operasi. Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam shock, hiperternia, atau ganguan pernapasan. 7

Pasien dikatakan baik bila 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml per jam selama 4 5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml per jam dan setelahnya berikan makanan saring dan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit dan hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh angkat jahitan.B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajiana.Data Subyektif1)Sebelum operasi. mengatakanNyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah mual, muntah, kembung Tidak nafsu makan, demam Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.

2)Sesudah operasi. mengatakan- Nyeri daerah operasi

- Lemas

- Haus

- Mual, kembung

- Pusing. b.Data Obyektif.

1)Sebelum operasi

Nyeri tekan di titik Mc. Burney Wajah mengkerut

Perilaku distraksi

Respon otomatis Spasme otot

Takhikardi, takipnea

Pucat, gelisah

Bising usus berkurang atau tidak ada Demam 38 - 38,5 ( C

8 2)Sesudah operasi

- Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen

-Terpasang infus

-Terdapat drain/pipa lambung

-Bising usus berkurang

-Selaput mukosa mulut kering

2. Diagnosa Keperawatan

Sebelum Operasi

Nyeri abdomen b.d distensi jaringan usus.DS : Mengeluh nyeri di daerah pusar menjalar ke daerah kanan bawah,menjadi lebih berat saat melakukan aktivitasDO : Nyeri tekan di titik Mc Burney, wajah pasien meringis menunjukan expresi nyeri,tungkai kanan tidak dapat diluruskan , pergerakan terbatas , abdomen ditahan agar tidak nyeri

Hiperthermi b. d respon inflamasiDS : Mengeluh badan demamDO : Peningkatan suhu tubuh 37 38,kulit teraba hangat

Resiko kekurangan volume cairan b.d mual, muntah.DS : Mengeluh mual dan muntahDO : - Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.DS : Pasien mengatakan cemas,dan menanyakan hal hal yang belum diketahui.DO : Gelisah,sering bertanya tentang prosedur pembedahan.

3. Perencanaan Keperawatan

Sebelum Operasi Nyeri abdomen b.d distensi jaringan usus.

Goal dan obyektif : Pasien akan mempertahankan kenyamanan selama 9

perawatan dengan kriteria evaluasi dalam 1 2 jam intervensi penghilangan nyeri, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator indikator obyektif, seperti men\ringis, wajah dan posisi tubuh relaks (tidak ada/menurun).

Intervensi Keperawatan

1. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan skala nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada nyeri) 10 (nyeri paling buruk). Waspada tentang karakteristik ketidaknyamanan selama tahap tahap berikut dari appendicitis.

Tahap Awal : Nyeri abdomen (baik epigastrik atau umbilikal) mungkin tidak jelas atau menyebar, mual dan muntah : demam : sensitifitas di atas area appendiks.

Tahap Intermediet (akut) : Nyeri berpindah dari epigastrium ke kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney dan meningkat dengan berjalan atau batuk. Nyeri dapat disertai dengan sensasi konstipasi, anoreksia, malaise, kadang kadang diare, penurunan peristaltik usus juga terjadi.

Appendicitis akut dengan perforasi : peningkatan kekakuan abdomen.R /.Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,kemajuan penyembuhan.Perubahan pd karakteristik nyeri menunjukan terjadinhya abses atau pertonitis memerlukan upaya evaluasi medis dan intervensi.

2. Berikan tindakan kenyamanan.latihan relaksasi,napas dalam.R /. Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping pasien .

3. Pertahankan pasien puasa sebelum pembedahan R/. Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dini dan iritasi gaster/muntah.

104. Bantu posisi pasien untuk kenyamanan optimal. R/.menemukan kenyamanan pada posisi miring dengan lutut ditekuk, sedangkan yang lain merasa nyerinya hilang apabila terlentang dengan bantal di bawah lutut.5. Kompres es pada daerah yang sakit.R/. Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.

Hiperthermi b.d respon inflamasi.Gold an obyektif : Pasien akan mempertahankan suhu tubuh yang normal selama dalam perawatan dengan criteria 1-2 jam intervensi di berikan dapat dilihat tanda sebagai berikut;suhu tubuh dalam batas normal 36-37,bebas dari kedinginan.1. Pantau suhu tubuh pasien

R/ Suhu 38 menunjukan proses penyakit infeksi

2.Berikan kompres hangat ,hindari penggunaan alcohol

R/ dapat membantu mengurangi demam, 3.kolaborasi pemberian anti piretik

R/ di gunakan utk mengurangi demam dgn aksi sentralnya pada hipotalamus.

3.Kekurangan volume cairan b.d mual, muntah.

Goal dan obyektif : Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang normal selama perawatan dengan kriteria evaluasi dalam 1 2 jam intervensi diberikan dapat dilihat tanda sebagai berikut : bibir tiadak kering, mukosa membran lembab, turgor kulit baik, tidak kering.

Intervensi Keperawatan :

1. Kontrol TTV terhadap peningkatan suhu, peningkatan frekwensi nadi, hipotensi tiap 4 jam.R/. Tanda yang membantu mengindentifikasi volume intravascular112. Auskultasi bising usus catat kelancaran flastus dan gerakan usus.R/. Indikator kembalinya peristaltic,kesiapan untuk pemasukan peroral3. Pasang infus dan pipa lambung sesuai dengan program medik.R/. Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.4. Kontrol cairan keluar dan masuk bila urin < 30/jam, laporkan dokter.R/. Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan pengantian .5. Berikan sejumlah kecil minuman dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.R/. Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan Kecemasan b.d penurunan status kesehatan.Goal dan obyektif : Pasien akan meningkatkan pengetahuannya dengan kriteria evaluasi pasien mengungkapkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan termasuk persiapan preoperasi dan sensasi dan perawatanoperasi dan mendemonstrasikan latihan pascaoperasi dan menggunakan alat sebelum prosedur pembedahan atau pada kedaruratan selama periode pascaoperasi segera.Intervensi Keperawatan :

1. Kaji pemahaman pasien tentang diagnosis, prosedur bedah, ritunitas preoperasi dan program pascaoperasi. Evaluasi tenatang hasrat pasien terhadap informasi tentang diagnosa dan prosedur.R/.Memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat pilihan utk informasi .2. Jelaskan tentang diagnosa dan prosedu pembedahan sesuai kebutuhan.R/ Informasi me3nurunkan cemas.

123. Jelaskan tentang peristiwa preoperasi :

Dimana pasien akan berada sebelum, selama dan segera setelah operasi.

Obat obatan preoperasi dan waktu pembedahan.

Penatalaksanaan nyeri, termasuk sensasi yang akan dirasakan.

Pemasangan kateter, selang dan ala pemberian oksigen.

Perubahan aktivitas posisi.

Perlunya menghindari merokok selama periode preoperasi.

Jam kunjungan dan lokasi ruang tunggu.R/ Mengetahui apa yg diharapkan dapat menurunkan kecemasan4. Jelaskan aktivitas, latihan dan kewaspadaan pascaoperasi. Izinkan pasien kembali mendemonstrasikan alat dan latihan berikut dengan cepat :

Napas dalam dan latihan batuk. . Gerakkan naik turun dari tempat tidur.

R/ Mencegah kelemahan dan perasaan sehat.

5.Sebelum pasiena pulang, anjurkan tentang aktivitas yang akan dilakukan :

Meningkatkan aktivitas secara bertahap, menghindari secara bertahap sesuai toleransi, menghindari mengangkat beban (> 5Kg), menghindari mengemudi mobil (sering selama 4 6 minggu).R/ Menghindari peningkatan tekanan intra abdomen yg tidak perlu.

6.Berikan waktu pada pasien untuk mengajukan pertanyaan dan mengekspresikan perasaan :.R/ Meningkatkan proses belajar dan mengambil keputusan dan menurunkan kecemasan.134. Evaluasi1. Nyeri pasien berkurang

2.suhu tubuh dalam batas normal

3 Mempertahankan keseimbangan cairan

4. Mengatakan tidak cemas lagi.

5. Pendidikan Pasien Keluarga dan Rencana Penulangan

Berikan psien dan orang terdekat informasi verbal dan tertulis mengenai hal berikut :

1. Obat - obatan termasuk nama obat, tujuan, dosis, jadwal, kewaspadaan, interaksi obat obatan dan makanan/obat dan potensial efek samping.

2. Perawatan insisi, termasuk penggantian balutan dan pembatasan mandi bila tepat.

3. Indikator - indikator infeksi : demam, menggigil, nyeri insisi, kemerahan, bengkak dan keluar drainase purulent.

4. Menghindari enema untuk beberapa minggu pasca operasi, waspadakan pasien tentang perlunya memeriksa pada dokter sebelum melakukan enema.5. Kewaspadaan pascabedah : Menghinadari mengangkat objek berat (> 4,5kg) selama 6 minggu pertama.

14

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Appendicitis merupakan penyakit yang bisa terjadi pada anak, orang dewasa dan lanjut usia. Untuk mengatasi penyakit ini salah satu alternatif pemecahan masalah adalah dengan tindakan pembedahan atau appendectomy.

Masalah yang timbul setelah pasien mengalami pembedahan mempengaruhi seluruh sistem tubuh diantaranya sistem pernapasan, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan rasa nyaman serata masalah masalah post operasi lainnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, tidak hanya tergantung pada dokter, tetapi juga sangat tergantung pada pelayanan perawat dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

15

DAFTAR PUSTAKAEngram, Barbara. (1991) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Suharyati Samba, Volume I, EGC, Jakarta

Dougthy, D. B. et al (1993) Gastrointestinal Disorders, Mosby, Toronto

Doengoes, M. E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Perencanaan untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC, Jakarta.

Reeves, J. C. dkk (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Penerjemah Joko Setyono, Salemba Medika, Jakarta.

Mansjoer Arif dkk.( 2000) Kapita Selekta Kedokteran,jilid 2 FKUI.Carpenito Lynda Juall .(2000) Diagnosa Keperawatan ,Edisi 6 EGC16

Hyperplasia folikel limfoid

Tumor

Fecalith

(feses keras)

peradang an

Obstruksi Intralumen

Bendungan sekresi mucus

Aliran limfe tersumbat

Odema appendiks

PK PAI

Nyeri

Hipertermia

Respons Inflamasi

Peningkatan Suhu Tubuh

striktur

Perubahan status kesehatan

DS : Mengeluh demam,haus,berkeringat banyak.

DO

Tekanan intra lumen meningkat

Aliran darah terganggu

iskemia

Aktivitas bakteri

Nekrosis

Appendik Perforasi

cemas

cacing

Mual,Muntah

Hipertermia

Hipertermia

Hipertermia

Distensi jar. Usus

Kurang Volume Cairan

PAGE