Aplikasi Penjadwalan Linear Scheduling Dengan Pendekatan ...
Transcript of Aplikasi Penjadwalan Linear Scheduling Dengan Pendekatan ...
Aplikasi Penjadwalan Linear Scheduling Dengan Pendekatan Metode Varying Production Rates Pada Proyek Pembangunan
Breakwater Di Pelabuhan Kalibaru
Ledi Khalidannisa1*, Yusuf Latief2, Rully Andhika3
1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok 16424, Indonesia
3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok 16424, Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Pada proyek konstruksi breakwater sebagai komponen pembangunan di Pelabuhan Kalibaru metode penjadwalannya masih konvensional, yaitu dengan menggunakan kurva-S. Sementara, metode yang sesuai untuk pekerjaan repetitive seperti breakwater ini adalah linear scheduling. Dalam perkembangannya, linear scheduling method diteliti dengan berbagai pendekatan, salah satunya adalah pendekatan varying production rates (LSMVPR). Metode LSMVPR ini merupakan metode linear scheduling dengan mengembangkan kerangka untuk mengaplikasikan production rates dari sebuah pekerjaan. Pada penelitian ini ditemukan terdapat 9 faktor dominan dalam membuat model persamaan produktivitas breakwater di Pelabuhan Kalibaru. Sehingga dari model tersebut, kita dapat mengetahui kapan dan dimana variasi produktivitas tersebut terjadi, agar dapat lebih akurat dalam memprediksi jadwal kedepannya. Kata Kunci : Metode penjadwalan, linear scheduling, varying production rate, breakwater Application of Linear Scheduling Method with Varying Production Rates at
Breakwater Construction Project in Port of Kalibaru.
Abxtract
The scheduling method which is used for breakwater construction project as a buliding component in Port of Kalibaru is still convensional which is use S-Curve. While the relevan scheduling method for repetitive work such as breakwater is linier scheduling. Furthermore, liniear scheduling is researched by many approach. One of them is varying production rates (LSMVPR). This LSMVPR is scheduling method of liniear sheduling that developing framework to implement production rates from any work activity, so that LSMVPR to be a method that could be defining a productivity variation of a scheduling. In this research has found 9 dominant factor that we can develop productivity model at breakwater construction project in Port of kalibaru. So, using the model, we can know that when and where the variance in production rates has accoured, in order to more accurate predicted the schedule. Key Words: Scheduling method, linear scheduling, varying production rates, breakwater
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Pendahuluan Dalam upaya pengembangan bisnis di bidang kelautan, dilakukanlah berbagai
pembangunan dan pelebaran pelabuhan. Salah satunya adalah proyek
pengembangan pelabuhan Tanjung Priok atau dikenal dengan New Tanjung Priok,
yang merupakan pelabuhan dengan perputaran uang terbesar di Indonesia. Proyek
pembangunan pelabuhan Kalibaru merupakan salah satu upaya pengembangan
tatanan kepelabuhanan yang telah diatur pada peraturan daerah provinsi DKI
nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 pasal 38 ayat 1.
Pembangunan pelabuhan laut tersebut merupakan bagaian integral dari penataan
ruang wilayah dengan mempertimbangkan kapasitas prasarana penunjangnya.
Pada proyek konstruksi pembangunan pelabuhan tersebut tentunya sering kali
ditemui beberapa kendala. Dimana pada penelitian mengenai identifikasi resiko
pada proyek pelabuhan dermaga ditemukan bahwa, resiko keterlambatan waktu
konstruksi merupakan resiko yang memiliki peringkat tertinggi dengan dampak
yang paling signifikan (Siswanto, 2012, hal 32). Oleh karenanya, diperlukan lah
suatu metode penjadwalan yang tepat dalam mencegah terjadinya resiko tersebut.
Pada proyek konstruksi pelabuhan Kalibaru, metode penjadwalan yang digunakan
adalah metode kurva-S dan bar chart untuk semua item pekerjaan termasuk
breakwater. Sementara, untuk pekerjaan yang repetitive seperti breakwter metode
tersebut masih memiliki kekurangan, yaitu kontinuitas pekerjaan tidak terjamin
(Armeyn, 2003, hal. 19) dan tidak menjelaskan perbedaan produksi rata-rata di
tiap segmen (Andhika, 2006, hal. 1). Menurut Johnston (1981, hal. 247) metode
penjadwalan yang sesuai untuk pekerjaan yang repetitive adalah linear
scheduling, yaitu teknik penjadwalan dengan menggunakan grafik yang bertujuan
untuk memanfaatkan sumber daya yang berkesinambungan pada sebuah proyek
konstruksi linier. Namun, metode linear scheduling Johnston ini masih memiliki
kekurangan, salah satunya adalah belum tergambarnya variasi produktivitas
pekerjaan (Johnston dan Chrzanowski, 1986, hal. 476).
Pada perkembangannya, metode linear scheduling ini terus evaluasi dan
dikembangkan. Salah satu pendekatannya adalah metode varying production rates
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
(LSMVPR). Metode ini telah mengembangkan kerangka untuk pengaplikasian
perubahan production rates. Sehingga, kita dapat mengetahui kapan dan dimana,
variasi produktivitas tersebut terjadi (Duffy, 2011, hal 3). Sehingga, penelitian ini
bertujuan untuk mengaplikasikan metode linear scheduling dengan varying
production rates pada proyek pembangunan breakwater di Pelabuhan Kalibaru.
Dimana, pada penelitian ini objek penelitian yang ditinjau dibatasi pada
breakwater tipe C pada disposal A dengan data yang ditinjau dimulai pada bulan
Oktober 2012 hingga Maret 2013.
Tinjauan Teoritis Breakwater merupakan prasaran yang dibangun memecah ombak/gelombang
dengan menyerap sebagian energi gelombang. Pemecah gelombang ini digunakan
uutuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai dan untuk menenangkan
gelombang di pelabuhan, sehingga kapal dapat merapat di pelabuhan dengan lebih
mudah dan cepat (Triatmodjo,1999,hal 15). Breakwater pada pelabuhan Kalibaru
yang ditinjau tergolong breakwater sambung pantai, dengan tipe Rubble Mound
dengan sisi miring dan core sebagai material pembentuk-nya. Kondisi breakwater
tersebut adalah overtopping dengan elevasi + 2,5 LWS.
Gambar 1. Letak dan Potongan Breakwater Tipe C Disposal A
Sumber : Arsip Data PT PP, Tbk
Proyek konstruksi breakwater tipe C disposal A ini memiliki bentang 680 m,
dengan panjang masing-masing segemen 8m. Berikut metode konstruksi dan
sequence dari breakwater ini:
a. Pekerjaan Fabrikasi Bambu Clustering
Merupakan perakitan 7 bambu yang diikat tali ijuk dan diberi PVD dan
ditumpuk dengan tinggi maksimum 6,4 m. Bambu yang digunakan
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Merupakan bambu berdimater 5 cm, berwarna kuning jernih, mengkilat,
padat seratnya,yang berasal dari PT Teguh Karya Sentosa.
b. Pekerjaan Pemancangan Bambu Clustering
Merupakan pemancangan bambu yang telah difabrikasi dengan alat bantu
pipa pancang 40 cm, dailly hammer dan excavator.
c. Pekerjaan Fabrikasi Matras
Merupakan fabrikasi bambu dengan ukuran 8m x 48 m, sebanyak 7 lapis
dengan space bambu 20 cm, yang diberikan geotextile pada lapisan ke-3
sebagai filtrasi pencegah terjadinya erosi. Hasil dari fabrikasi ini ditumpuk,
dengan tumpukan maksimum 7m.
d. Pekerjaan Penenggelaman Matras (Spreading)
Merupakan penenggelaman (spreading) matras yang telah difabrikasi dengan
menggunakan excavator dan batu yang berasal dari quary owner di
Bojonegara. Pekerjaan ini dimulai setelah penacangan bambu 1,5 segmen.
e. Pekerjaan Rockfill
Merupakan pekerjaan pembentukan batu berukuran 50kg-75kg diatas matras
bambu. Pekerjaan ini dimulai setelah pekerjaan matras berjarak 1,5 segmen.
f. Pekerjaan Armour dan A-Jack
Pekerjaan armour merupkan pembentukan batu berukuran 400 kg diatas
rockfill, sementara pekerjaan A-Jack merupakan pekerjaan pemasangan
tetrapod diatas armour. Material tersebut berfungsi untuk mengunci core yang
berada dalam.
Untuk metode penjadwalan yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode
linear scheduling. Dimana, Linear Scheduling merupakan teknik penjadwalan
dengan menggunakan grafik yang bertujuan untuk memanfaatkan sumberdaya
yang berkesinambungan pada sebuah proyek konstruksi linear, dimana
didalamnya terdapat pekerjaan yang berulang atau repetitive. (Mattila dan Park,
2003, hal. 56). Pada awal perkembangannya, linear scheduling masih memiliki
keterbatasan, yaitu tidak dapat menggambarkan hubungan dan urutan dari tiap
pekerjaan (Johnston dan Chrzanowski, 1986, hal. 476). Untuk itu, metode ini
dikembangkan dengan beberapa pendekatan dari zaman ke zaman, untuk
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
memperbaiki kekurangan tersebut. Pada tahun 1995 Hamerlink (1995, hal. 263)
mulai menegmbangkan permodelan Linear Scheduling dengan menggunkan
program dasar Auto-CAD. Penelitian Hamerlink tersebut memfokuskan pada dua
aspek, yaitu meningkatkan komputerisasi Linear Scheduling dan menggambarkan
prosedur untuk mengidentifikasi kontrol dari jalur aktivitas pada jadwal. Pada
penelitian ini menghasilkan hubungan waktu dan sequence aktivitas pada LSM
yang disebut dengan contolling activity path.
Pada perkembangan selanjutnya, El-Sayegh (1998, hal.110) mengembangkan
deterministik dan model peluang untuk menghitung kebutuhan sumber daya dari
Linear Scheduling. Model deterministik ini dapat digunakan untuk mengahasilkan
Linear Scheduling hanya berdasarkan input user, sementara model peluang dapat
digunakan untuk membuat Linear Scheduling yang didasarkan pada simulai
Monte Carlo, dimana terdapat variasi dan ketidak pastian pada sebuah proyek
konstruksi. Pada tahun 2001, Yamin (2001, hal. 72) mengembangkan pendekatan
untuk menganalisa efek kumulatif dari rasio variasi produktivitas (CEPRV) pada
linear activity. Fokus penelitian ini adalah untuk memajukan analisa kapabilitas
resiko pada linear scheduling yang dapat membantu sorang manager dalam
meramalkan kemungkinan keterlambatan pada proyek. Yamin (2001, hal.73) juga
mengembangkan metode unutk menentukan kontrol pada aktivitas sekunder, atau
yang biasa disebut dengan SCAPs. SCAPs dapat terjadi karena aktivitasnya
berdekatan dengan jalur kritis dan memilki rasio variasi produktivitas yang tinggi.
Duffy (2011, hal. 2) menyarankan bahwa metode pendekatan dengan
menggunakan varying production rates (LSMVPR) merupakan metode yang paling
dapat mendefinisikan variasi produktivitas dari sebuah penjadwalan dibandingkan
dengan metode lainnya. (LSMVPR) telah mengembangkan kerangka untuk
pengaplikasian perubahan production rates kapan dan dimana diperlukannya.
LSMVPR merupakan sebuah pengembangan metode linear scheduling dengan
konsep working window. Secara analogi working window dapat dilustrasikan
sebagai Finete Element Method (FEM), dimana sebuah pekeraan dapat
dideskritkan menjadai elemen-elemen kecil yang berkelanjutan. Working window
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
adalah sebuah area dimana waktu dan lokasi pada production variable yang unik
dapat ditetapkan. Selain terbukti lebih akurat dalam memprediksi jadwal, dengan
metode ini juga kita dapat mengukur performa pekerjaan dengan metode API
(activity performance index) dengan menggunakan persamaan berikut:
APIij = PRij/PRUD * 100
Dimana,
APIij = Activity Performance Index
PRij = Production Rates Koordinat i dan j
PRUD = Production Rates Rencana
Tahapan dari aplikasi penjadwalan LSMVPR ini adalah:
a. Mengidentifikasi Faktor yang Berpengaruh
Pada tahap ini, kita akan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap produktivitas pekerjaan breakwater.
b. Membuat Model Produktivitas dengan Metode Regresi
Hasil identifikasi faktor tersebut kemudian dicari data hariannya, dan
digunakan untuk membuat model produktivitas breakwater dengan metode
regresi.
c. Meramalkan Produktivitas dan Membuat Penjadwalan
Setelah model persamaan terbentuk, maka untuk meralkan produktivitas kita
dapat memasukan informasi proyek pada waktu dan tempat yang bersangkutan,
termasuk juga waktu libur. Setelah itu, maka dapat disusun penjadwalan
dengan memperhatikan sequence pekerjaannya.
Untuk mengaplikasikan metode ini, akan dilakukan pengolahan terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas. Oleh karena itu, sebelumnya
dilakukanlah identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tersebut.
Berdasarkan studi literatur dari berbagai referensi, didapatkan identifikasi faktor
yang berpengaruh terhadap produktivitas konstruksi breakwater sebagai berikut:
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Tabel 1. Identifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Produktivitas Konstruksi Breakwater
Kategori Faktor Referensi
Kategori Faktor Referensi
Project Condi-tions
Tinggi Gelombang 1,11
Work Technique
Work Statisfication 8 Arus 1,11
Error and Omission 2
Data Hujan 1,2,5,8,11
Rework 4,8 Kedalaman 11
Creating Competition 8
Tingkat Kesulitan Pekerjaan 8
Construction Management
Manajemen Proyek 1,3,7,9 Bencana Alam 8
Metode Konstruksi yang Digunakan 8
Market Conditions
Ketersediaan Material 1,2,4,5,6,7,9
Schedule yang Terdefinisi 7,8,9 Ketersediaan Peralatan &Perlengkapan 2,4,5,6,9
Ke-efektifan dalam Komunikasi 1,3,5,6,8,9
Kapasitas Peralatan 3
Worker Participation in Decision Making 8 Mobilisasi dan Demobilisasi 2
Disiplin Kerja 8
Kebutuhan material dan peralatan 3,8
Keterampilan dalam Pengawasan Lapangan 1,3,4,9 Pengalaman dalam Desain 1
Kehadiran Supervisor 6
Strategi Kontraktual 3,4
Labor
Ketersedian Jumlah Tenaga Kerja 7,11 Campur Tangan Pihak Lain 4
Efisiensi Pekerja 1,2,8
Design and
Procur-ment
Jumlah Aktivitas 8 Efektivitas penugasan personil 1 Slope 8
Perbedaan Kebudayaan 8
Standarisasi dan Spesifikasi 5
Pengalaman Kerja 8 Keakuratan Site Investigation 3
Moral dan Perilaku 2
Ketepatan Desain yang Dipilih 8
Kelelahan 2 Banyaknya Perubahan Desain 1,2,5,6
Keterlambatan Penugasan Pekerja 2
Work Charac-teristic
Keterbatasan Area Kerja 2,8
Absensi dan Rotasi Pekerja 2,4,6 Site Layout yang Memadai 2
Kemogokan Pekerja 6
Letak Area Kerja dari Population Center 2
Pergantian Pekerja 5 Letak Site dari Tempat Tinggal 8
Pergantian Mandor 5
Jalan Akses Menuju Site 2,9
Peraturan yang Diberlakukan 9 Site Congestion 8
Goverment Pengaruh Pemerintahan 3
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Kategori Faktor Referensi
Kategori Faktor Referensi Overtime 2,5,8
Policy Lamanya Perizinan 1,2,8
Penumpukan Pekerja 2
Education and
Training
Jenjang Pendidikan Pekerja 8 Pengulangan Aktivitas Pekerjaan 8 Knowledge of Work 9
Work Technique
Information Technology 8
Management Training Supervisi 1,8,9 Sistematika Pekerjaan 8
Motivasi Pekerja 8,9
Joint Occupancy 2
Learnig Curve 1 Benefical Occupancy 2
Safety Keselamatan dan Kesehatan Pekerja 8,9
Concurrent Occupancy 2
Area Kerja yang Berbahaya 2 Work Continuity 8
Economic
Factor
On-Time Payment 8,9 Start/Stop 2
Amount of Salary 8
Waktu Instruksi 5
Asuransi Pekerja 8 Jumlah Shift Kerja 2,5,8
Keterhambatan Finansial dari Owner 6
Keterlambatan inspeksi 2,9
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Keterangan referensi
1. Dozzi S P dan M S Abourizk (1993) 5. Arub Makulswatudom, et al (2004) 9. Nabil Ailbouni dan Kassim Gidado (2012)
2. Intergraph USA (2012) 6. Soekiman, K. S. Pribadi, et al (2011) 10. Casey Jo Kuykendall (2007)
3. George Jergeas (2009) 7. Abdul Kadir, Lee, Jaafar et al (2011) 11 Duffy (2011)
4. Alwi S (2003) 8. Bui Trung kien (2012)
Tabel 1. (Lanjutan)
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Metode Penelitian Mengacu pada strategi penelitian yang disarankan oleh Yin (1994, hal. 73) dan
berdasarkan latar belakang rumusan masalah, yaitu untuk mengaplikasikan metode
LSMVPR pada proyek breakwater di Pelabuhan Kalibaru maka dipilihlah metode analisa
arsip, survey dan studi kasus sebagai metode penelitian ini, dengan alur sebagai berikut:
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data Primer
dengan Kuisioner
Survey Lapangan
Analisa Hasil
Penarikan Kesimpulan
Selesai
Pembahasan
Pengumpulan Data Sekunder dengan Arsip
Data
Identifikasi faktor dengan Analisa
Regresi
Analisa Activity Performance Index
Identifikasi Faktor dengan AHP
Analisa Regresi pada Data Harian Faktor Dominan
Forecasting Produktivitas
Pembuatan LSM Aktual
Identifikasi Faktor
Ya
Tidak
Gambar 2. Diagram Alir Tahapan penelitian
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Pada penelitian ini, untuk mengidentifikasi faktor digunakan instrumen penelitian
kuesioner dengan skala ordinal, dan diolah dengan menggunakan metode regresi dengan
bantuan SPSS. Namun, apabila hasil identifikasi tidak dapat dicari data hariannya maka
identifikasi faktor akan diolah menggunakan AHP. Hasil identifikasi ini kemudian akan
dibuat penjadwalannya dengan LSMVPR dan dibandingkan antara penjadwalan dan
aktualnya.
Hasil Penelitian Berikut hasil identifikasi faktor dengan metode regresi:
Tabel 2 Hasil Identifikasi Faktor yang Paling Berpengaruh dengan Metode Regresi
Faktor Indikator Keterangan
FA (Manajemen Konstruksi)
X16 Keakuratan Site Investigation X41 Schedule yang Terdefinisi X42 Ke-efektifan dalam Komunikasi X44 Disiplin Kerja X58 Management Training untuk Supervision X6 Bencana Alam
FB (Work Technique)
X8 Ketersediaan Peralatan dan Perlengkapan X27 Sistematika Pekerjaan X36 Error and Omission
Sumber : Hasil Olahan sendiri
Karena dari faktor-faktor tersebut hanya poin X8 yang bisa diolah, maka hasil kuesioner
diolah kembali dengan menggunakan metode AHP sehingga menghasilkan identifkiasi
faktor, yaitu tinggi gelombang untuk F1, ketersediaan material untuk F2, keakuratan site
investigation untuk F3, overtime untuk F4, error and omission untuk F5, metode
konstruksi untuk F6, moral dan prilaku untuk F7, motivasi pekerja untuk F9 dan amount
of salary untuk F9.
Pada hasil olahan tersebut, dilihat kembali faktor mana saja yang bisa dicari data
hariannya dan kemudian diolah. Mengingat batasan penelitian ini terkait data bulan
Oktober 2012 hingga Maret 2013, sehingga data yang tersedia adalah data pekerjaan
fabrikasi cluster bambu, pemancangan cluster bambu, fabrikasi matras dan
penenggelaman matras dan pada pada F1 dan F4 faktor yang terpilih tidak berpengaruh
secara langsung maka diberikan lah dua alternatif dalam pembuatan model produktivitas
breakwater ini. Dimana,pada alternatif 2 untuk pekerjaan fabrikasi, tinggi gelombang
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
dan overtimedigantikan oleh data hujan dan pengulangan aktivitas pekerjaan yang
digambarkan dengan tabel berikut:
Tabel 3 Identifikasi Faktor Paling Berpengaruh yang Akan Diolah Data Hariannya
Alternatif 1 Alternatif 2 F1 X1 Tinggi Gelombang X3 dan X1 Data Hujan dan Tinggi Gelombang F2 X9 Peralatan yang Tersedia X9 Peralatan yang Tersedia F4 X25 Overtime X24 dan X25 Pengulangan Aktivitas dan Overtime F5 X28 Jumlah Shift Kerja X28 Jumlah Shift Kerja F7 X49 Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja X49 Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja
Sumber : Hasil Olahan sendiri
Setelah diolah data harian dari masing-masing alternatif, maka didapatkanlah model
produktivitas dari kedua alternatif tersebut:
Tabel 4 Model Persamaan Produktivitas Konstruksi Breakwater di Pelalabuhan Kalibaru
Item Pekerjaan Alternatif-1
Moel Persamaan R2
Fabrikasi Bambu Y = (84,29A+262,24T-55,79 G +59,93)WD 0,544
Pemancangan Bambu Y = (75,2A+10,3O+26,3S+57,5T–26,6G+189,2)WD 0,541
Fabrikasi Matras Y = (46,07A+62,83T –7,83G +138,37)WD 0,816
Penenggelaman Matras Y = (31,5A+15,8O+42,9T–122,3G+412,4)WD 0,526
Item Pekerjaan Alternatif-2
Moel Persamaan R2
Fabrikasi Bambu Y = (89,27A+44,65P+237,1T-18,3H+353,8) 0,504
Pemancangan Bambu Y = (75,2A+10,3O+26,3S+57,5T–26,6G+189,2)WD 0,541
Fabrikasi Matras Y = (38,27A +0,22 P + 54,68 T - 38,383 H +112,11)WD 0,723
Penenggelaman Matras Y = (31,5A+15,8O+42,9T–122,3G+412,4)WD 0,526 Sumber : Hasil Olahan sendiri
Keterangan:
A = Jumlah Alat (X9) T = Jumlah Tenaga Kerja (X49 ) G = Tinggi Gelombang (X1)
H = Data Hujan (X3) O = Overtime (X25) P=Pengulangan Aktivitas (X24)
S = Shift Kerja (X28)
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Dari model persamaan tersebut kemudiaan dibuat penjadwalan dengan metode LSMVPR
dengan cara memasukan informasi data harian kedalam model persamaan diatas, dan
pengukuran APInya, sehingga menghasilkan LSMVPR seperti gambar berikut ini:
Gambar 2. Grafik LSMVPR dengan Alternatif 1
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Gambar 3. Grafik LSMVPR dengan Alternatif 2
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Pada kedua alternatif diatas, masing-masing aktivitasnya dibandingkan antara prediksi
dan aktualnya. Dimana, hasil perbandingannya digambarkan dengan API (Activiy
Performance Index.) yang ditandai dengan fill warna di tiap segmennya. Baik-buruknya
performa produktivitas tersebut dapat menyebabkan perbedaan waktu penyelesaian
pekerjaan (aktivitas). Dari kedua alternatif tersebut, kemudian dibuat prediksi
penjadwalan dengan LSMVPR dari alternatif 1 untuk memprediksi selesainya pekerjaan
breakwater tersebut. Alternatif 1 dipilih karena memiliki nilai r2 yang lebih tinggi,
sehingga dinilai lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dimana, dari hasil
analisa diketahu faktor pada alternatif 1 memiliki autokorelasi positif dan negatif.
Sementara dari uji t, diketahui masing-masing fsktor di masing-masing model memiliki
pengaruh parsial yang signifikan. Pada uji F juga diketahui, faktor tersebut bersamaan
memiliki pengaruh simultan yang signifikan.
Input yang digunakan pada model adalah perkiraan cuaca yang diterbitkan TNI AL dan
metode konstruki dari PT PP, sehingga mengahasilkan penjadrediksi walan sebagai
berikut:
Gambar 4. LSMVPR Prediksi Proyek Konstruksi Breakwater Pelabuhan Kalibaru
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Pembahasan Dari ke-empat model persamaan tersebut, kita dapat mengetahui prediksi produktivitas
dari perencanaan dan ramalan kondisi dari faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas masing-masing pekerjaan. Dimana, pada masing-masing model
persamaan tersebut terdapat unsur WD (working day). Working day, ini adalah unsur
penentu ada dan tidaknya suatu pekerjaan pada hari yang bersangkutan, yang ditandai
dengan adanya garis lurus pada grafik penjadwalan tersebut. Ada tidaknya suatu
pekerjaan tersebut dapat disebabkan dari beberapa hal, bisa dikarenakan faktor-faktor
tersebut memang berada diluar batas minimum atau maksimum pekerjaan tersebut,
misalnya tinggi gelombang, yang mana pekerjaan di laut dapat dilaksanakan apabila
tinggi gelombangnya dibawah 1 m, ataupun memang terdapat faktor-faktor dominan
lain yang mempengaruhi aktivitas pekerjaan tersebut yang memang bisa menyebabkan
aktivitas tersebut terhambat, misalnya keterlambatan material yang mana pada
konstruksi breakwater ini dapat menghambat pekerjaan hingga satu bulan.
Sementara, pada grafik LSMVPR yang diuraikan pada bab sebelumnya juga ditemukan
adanya perbedaan antara aktualisasi pekerjaan dan perencanaan yang dinilai dengan API
(activity performance index). Perbedaan performa produktivitas rencana dan aktual
tersebut disebabkan karena terdapat faktor-faktor dominan lain yang belum
digambarkan pada model, baik karena keterbatasan data harian, ataupun memang faktor
tersebut tidak dapat diamati variasi produktivitas hariannya. Dari hasil temuan ini, diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan ini
terdiri dari beberapa unsur yang telah diuraikan sebelumnya, yang memang ada yang
dapat diamati variasi produktivitasnya, ataupun terdapat faktor yang tidak dapat diamati
variasi produktivitas hariannya. Pada penelitian ini, memang terdapat perbedaan hasil
identifikasi antara faktor dominan yang didapatkan dari hasil analisa regresi dan analisa
AHP. Hal tersebut dikarenakan, pada analisa regresi kita bisa melihat hubungan anatara
variabel dependent dan independent yamg memiliki korelasi kuat. Sementara pada
faktor dominan yang didapatkan dari hasil AHP merupakan variabel yang memiliki
bobot tertinggi. Hal tersebut, berarti penilaian faktor dominan tersebut menggambarkan
pendapat responden terhadap variabel mana yang paling dominan mempengaruhi
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
produktivitas dimasing-masing kategorinya, namun belum menggambarkan korelasi
terhadap produktivitasnya. Namun, sebenarnya faktor-faktor tersebut saling berkaitan.
Salah satu faktor yang paling penting adalah site investigation. Hal ini dikarenakan,
untuk pekerjaan breakwater, dipengaruhi oleh project condition. Ketepatan perkiraan
terhadap project condition tersebut ini akan menentukan berbagai hal yang dilakukan
pada tahapan selanjutnya (eksekusi). Maka, ketidak tepatan terhadap site investigation
tersebut dapat menyebabkan kesalahan pada tahap perencanaan yang menyebabkan
aktualiassai tidak sesuai dengan perencanaan. Faktor pada project condition yang paling
penting untuk pekerjaan breakwater adalah tinggi gelombang. Tinggi gelombang dapat
mempengaruhi produktivitas pekerjaan, semakin kecil gelombangnya maka
produktivitasnya semakin baik. Hal tersebut dibuktikan dengan model persamaan yang
dihasilkan pada penelitian ini, yang mana tinggi gelombang tersebut memilki tanda (-)
pada model. Selain itu, pada project condition juga terdapat faktor bencana alam.
Kemungkinan dari faktor ini memang kecil, namun jika terjadi dampaknya tentu akan
menjadi besar. Oleh karena kemungkinannya yang kecil, bencana alam menjadi faktor
yang kurang signifikan terhadap produktivitas.
Dalam membuat prediksi jadwal, hendaknya pengumpulan data mengenai project
condition dilengkapi selengkap-lengkapnya. Agar perencanaan yang dibuat dapat
disesuaikan dengan ramalan aktual kondisi yang akan datang. Pada proyek
bersangkutan, site investigation-nya masih kurang baik, dimana pada pengukuran tinggi
gelombangnya masih menggunakan rambu ukur, yang kurang akurat. Sementara, alat
pengukuran gelombang baru dipasang tertanggal 14 Februari 2014,yang mana pekerjaan
breakwater ini sudah berjalan sekita 1 tahun. Pada pengukuran project condition yang
lain seperti pengukuran curah hujan, angin, arus dan lainnya pun belum dilaksanakan.
Sementara, hal tersebut, dapat mempengaruhi history data yang akan digunakan untuk
perencanaan selanjutnya juga menjadi kurang akurat.
Faktor dominan lainnya adalah schedule yang terdefinisi, dimana seiring dengan
berjalannya proyek, perencanaan penjadwalan proyek dapat berubah disesuaikan
dengan kondisi pelaksanaannya. Dimana, schedule yang baik dapat menggambarkan
hubungan antar kegiatan dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang terkait. Sementara,
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
untuk pekerjaan breakwater yang repetitive ini metode penjadwalan yang sesuai adalah
metode penjadwalan LSM, yang lebih menggambarkan hubungan antara waktu dan
lokasi pekerjaan yang lebih mudah diamati.
Untuk pembuatan schedule tersebut juga hendaknya memperhatikan beberapa hal
seperti ketersediaan material (kapan material tersebut akan tersedia), dan metode
konstruksi serta sistematika pekerjaan yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk
mengantisipasi terjadinya penundaan pekerjaan yang dapat terjadi seperti pada
aktulisasi pekerjaan ini. Apabila aktual memang sudah melenceng dari jadwal maka
hendaknya dilakukan tindakan koreksi untuk menghambat terjadinya keterlambatan
proyek, yaitu dengan melakukan pekerjaan di jam lembur atau meningkatkan
produktivitas pekerjaan dengan saah satu caranya adalah menambahkan jumlah alat
yang digunakan pada pekerjaan tersebut.
Pada proyek yang bersangkutan, hal yang paling signifikan dalam penundaan pekerjaan
breakwater ini adalah ketersediaan material. Baik itu material bambu, maupun
penyediaan bambu untuk pekerjaan penenggelaman matras. Material bambu didapatkan
dari supplier bambu dari PT MTU dan PT TKS. Yang mana, material bambu yang
digunakan adalah bambu pilihan berserat padat, kuat, berwarna kuning jernih, dan
mengkilat. Dimana, sekali pengangkutan material bambu ke lokasi dapat mencapai 400
hingga 800 kg. Sementara, untuk material batu diambil dari quary owner di Bojonegara.
Pada penyediaan material bambu, masalah yang dihadapi adalah pencarian terhadap
material bambu yang sesuai spesifikasi yang sesuai, sehingga sebagai solusinya pihak
kontraktor mencari supplier tambahan untuk menghindari keterlamnatan. Sementara
pada penyediaan batu, permasalahan yang dihadapi adalah masalah perizinan daerah
quary. Dimana, masyarakat sekitar tidak meneytujui adanya pengambilan material pada
daerah tersebut. Sebagai solulsinya, masalah proses perizinan dan penyediaan material
sebaiknya dilakukan diawal agar tidak menghambat pekerjaan.
Dari faktor pelaksana pekerjaan hal yang penting untuk diperhatikan adalah disiplin
kerja. Pada proyek konstruksi, disiplin kerja berpengaruh terhadap irama produktivitas.
Semakin tinggi disiplin kerjanya, maka produktivitasnya lebih menentu, sehingga lebih
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
mudah diprediksi. Disiplin kerja ini juga berkaitan moral dan prilaku indvidu pihak
yang terkait dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Dimana, untuk meningkatkan
disiplin kerja dibutuhkan pengikatan terhadap pengawasan yang ketat, dengan
memberikan improvement pada pihak supervisi. Selain itu disiplin kerja juga dapat
ditingkatkan dengan menambah motivasi bekerja pihak yang bersangkutan. Salah satu
cara yang mempengaruhi motivasi bekerja dari hasil identifikasi faktor ekonomi
penelitian ini adalah amount of salary. Hendaknya hal tersebut juga diperhatikan untuk
mengamati apakah amount of salary yang diberikan telah sesuai dengan hal yang
dikerjakan.
.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas, ditemukan terdapat 9 faktor dominan yang mempengaruhi
produktivitas proyek konstruksi breakwater di Pelabuhan kalibaru. Dimana, dari faktor
dominan tersebut dapat dilakukan aplikasi LSMVPR (Linear Scheduling Metthod with
Varying Production Rates) untuk membuat perencaan jadwal yang lebih
menggambarkan variasi produktivitas pekerjaan pada proyek tersebut. Dari hasil
perbandingan antara perencaaan dan aktualisasi proyek penjadwalan proyek breakwater
dengan metode tersebut, didapatkan bahwa masih adanya perbedaan. Dimana,
perbedaan tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan API (Analytical Performance
Index), untuk menentuka baik atau buruknya performa kinerja pada proyek tersebut.
Dari hasil perbandingan perencanaan dari model diatas dan aktualisai, diketahui bahwa
performa aktivitas pada pekerjaan breakwater ini adalah, baik untuk pekerjaan fabrikasi
bambu, buruk untuk pekerjaan pemancangan bambu, sangat baik untuk pekerjaan
fabrikasi matras dan sangat buruk untuk pekerjaan penenggelaman matras.
Untuk perencanaan jadwal yang dibuat selanjutnya dengan metode LSMVPR ini,
memiliki asumsi bahwa pekerjaan berjalan dengan semenstinya tanpa ada permasalahan
yang dapat menyebabkan penundaan pekerjaan, seperti permasalahan ketersediaan
material diatas. Penentu ada tidaknya pekerjaan pada metode ini hanya dibatasi pada
tinggi gelombang maksimal untuk pekerjaan pemancangan bambu dan penenggelaman
matras.
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Saran Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah:
• Dalam proyek konstruksi, hendaknya dokumentasi proyek dibuat selengkap dan
sebaik mungkin sebagai bahan pembelajaran untuk perencanaan kedepannya
• Penyediaan material hendaknya dilakukan diawal, dengan melakukan pemesanan
material bambu pada supplier yang bersangkutan dan mengurus perizinan pada
daerah quairy untuk pengambilan material batu. Hal tersebut untuk menghindari
penundaan pekerjaan seperti yang terjadi pada proyek ini. Dimana, pada kasus ini,
tindakan koreksi yang dapat dilakukan adalah dengan mencari supplier tambahan
apabila 1 supplier dirasa tidak mencukupi, dan juga membuat adendum kontrak
dengan owner apabila perizinan tersebut tidak kunjung selesai.
• Untuk pekerjaan dengan performa produktivitas yang masih kurang, hendaknya
diperbaiki dengan menekankan pada faktor-faktor dominan yang berpengaruh
terhadap produktivitas pekerjaan ini, salah satu diantaranya adalah meningkatkan
disiplin kerja dengan pengawasan yang ketat dari supervisi.
• Pada model produktivitas yang ditemukan pada penelitian ini, masih terdapat faktor
dominan yang belum dapat digambarkan baik karena keterbatasan data dan variasi
data yang tidak dapat digambarkan secara harian. Oleh karena itu, model
produktivitas ini masih dapat dikembangkan agar dapat lebih menggambarkan
produktivitas yang lebih akurat. Dimana, sebaiknya proyek yang ditinjau adalah
proyek yang memiliki uncertainty tinggi dan identifikasi faktor yang akan diolah
lebih menekankan terhadap faktor uncertainty pada proyek konstruksi tersebut agar
penjadwalannya menjadi lebih akurat.
Daftar Referensi Agrama, Fatma A. (2012). Multi-objective genetic optimization of linear construction
projects. HBRC Journal (2012) 8, 144–151 Ailabouni, Nabil & Gidado, Kassim. (2012). Evaluation of Factors Affecting
Productivity in the UAE Costruction Industry: Regression Models. Brighton: University of Brighton
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Andhika, Rully. 2006. Pengkajian Pemanfaatan Idle Time dalam Linear Scheduling Method- Studi Kasus pada Proyek Pemipaan di Indonesia. Tesis Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Alwi, s (2003). Factors influencing Canstruction Productivity in the Indonesian Context. Fukuoka: QUT Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta Armeyn . 2003. Manfaat Repetitive Project Modeling (RPM) pada Penjadwalan
Pekerjaan Pembangunan Jembatan. Jurnal R & B Volume 3, Nomor 1. Bornstein M Harvey, Russo A Michele (2011). Mittigation of Risk in Construction :
Strategies for Reducing Risk and Maximizing Profitability. Bedford: McGraw Hill Construction:
Callahan, M.T., Quackenbush D.O., & Rowings, J.E. (1992). Construction Project
Scheduling. Singapore : McGraw-Hill Duffy, Gregory A., Oberlender, Garold D., and David Hyung Seok Jeong. 2011. Linear
Scheduling Model with Varying Production Rates. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, 137: 574-582.
Duffy, Gregory A., Oberlender, Garold D., and David Hyung Seok Jeong. 2012.
Advanced Linear Scheduling Program with Varying Production Rates for Pipeline Construction Projects . Journal of Construction Engineering and Management, ASCE,
Istianjo, 2001. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum Jergeas, George. (2009). Improving Construction Productivity on Alberta Oil and Gas
Capital Projects. Canada: University of Calgary Kadir, Abdul et al. (2005). Factors Affecting Construuction Labour Productivity for
Malaysian Residential Projects. Maysia: Universiti Putra Malaysia. Kien, Bui Trung. (2012). Factors Affecting the Fluctuation pf Labour Productivity in
the Construction Projects. Ho Chi Minh City: University of Economics Ho Chi Minh City.
Kuykendall, Casey Jo. (2007). Key Factors Affecting Labor Productivity in the
Construction Industry. Florida: University of Florida. Larson, Erik W. dan Gray, Clifford F. (2010). Project Management: The Managerial
Process, 5th edition. New York: McGraw-Hill
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014
Lucko, Gunnar. (2011). Integrating Efficient Resource Optimization and Linear Schedule Analysis with Singularity Function. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, 137: 45-55.
M Haseeb, Xinhai-Lu, Aneesa bibi (2011). Causes and Effects of Delays in Large
Construction Projects of Pakistan. Istambul : National University of Sciences and Technology.
Mubarak, Saleh. (2010). Construction Project Scheduling and Control, 2nd Edition.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc Murniat P. Monkai,. 2013. Alat Pengujian Hipotesis. Semarang: Unika Soegijapranata Nazir, M. (1983). Metode Penelitian. Jakarta : Balai Aksara P Dozzi, M S Abourizk (1993) . Productivity in Construction. Ottawa: National
Research Council Canada Pai, S.K., Verguese P. & Rai S. (2013). Application of Line of Balance Scheduling
Technique (LOBST) for a Real estate sector. International Journal of Science, Engineering and Technology Research (IJSETR), 2, 2278-7798.
Peraturan Daerah provinsi DKI nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 pasal 38 ayat 1. Prodan, A. & Prodan, R. (2002). Stochastic simulation and modelling. Computational
Science—ICCS 2002. Berlin Heidelberg: Springer Russell, A. & Caselton, W.(1988). Extensions to linear scheduling optimization. Journal
of Construction Engineering and Management, ASCE, 114: 36-52. Rezakhani Pejman (2012). Classifting Key Risk Factors in Construction Projects. Korea
: Kyungponk National University Setianto, A. (2004). Evaluasi Pengendalian Waktu dan Biaya (Studi Kasus Proyek
Pembangunan Jembatan Ngantru Desa Gabus Kabupaten Pati Jateng). Tesis Universitas Islam Sultan Agung. Semarang.
Siswanto, 2012. Analisa Risiko Proyek Pembangunan Dermaga Multipurpose Teluk
Lamongan Surabaya. Tesis Institut Teknologi Surabaya Soekiman, A et al. (2011). Factors Relating to Labor Productivity Affecting the Project
Schedule Performance in Indonesia. Indonesia: Departement of civil Engineering, Parahyangan Catholic University.
Yin, R. K. (1994). Case Study Research: Design and Methods, p.36. London: SAGE
Publication.
Aplikasi penjadwalan…, Ledi Khalidannisa, FT UI, 2014