APLIKASI KONSEP LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA …
Transcript of APLIKASI KONSEP LEAN SIX SIGMA SEBAGAI UPAYA …
www.company.com
APLIKASI KONSEP LEAN SIX SIGMA SEBAGAI
UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES
PRODUKSI SIKAT GIGI (STUDI KASUS : PT X)
Penyusun Tugas Akhir : Siti Halimah
2509100084
Dosen Pembimbing : H.Hari Supriyanto, Ir., MSIE
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LSS
www.company.com
Content
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PENELITIAN
PENGUMPULAN DAN
PENGOLAHAN DATA
ANALISA DAN USULAN
PERBAIKAN
KESIMPULAN DAN SARAN
www.company.com
Kompetitor
Persaingan
Semakin Tinggi
Latar Belakang
Memiliki 4 Divisi
mempertahankan dan
meningkatkan kualitas
produk
Divisi Injecton Moulding
Divisi Tootbrush
Waste
Kualitas produk
dan efisiensi
produksi yang
dihasilkan belum
optimal
Dalam proses
produksi
Proses produksi berjalan
secara seri
PT X
www.company.com
Con’t
Defect
Waste
Penelitian
belum menggunakan dan
menerapkan konsep 6-sigma
dalam melangsungkan proses
produksi
www.company.com
bagaimana melakukan upaya perbaikan pada proses produksi sikat gigi dengan pendekatan lean six sigma sehingga dapat terjadi reduksi waste kritis dan aktivitas non value added, serta perbaikan aliran proses yang lancar
Permasalahan
www.company.com
• Mengidentifikasi jenis-jenis waste dan aktivitas-aktivitas non value added yang terjadi pada proses produksi sikat gigi
• Mengidentifikasi jenis waste yang paling berpengaruh terhadap proses produksi dan kualitas produk sikat gigi yang dihasilkan
• Menentukan process capability yang dicapai oleh PT X yang ditunjukkan berdasarkan nilai sigma level.
• Mengidentifikasi akar penyebab dari waste yang paling berpengaruh (waste kritis)
• Memberikan usulan perbaikan melalui analisa alternatif solusi sehingga dapat meningkatkan kualitas proses produksi sikat gigi
Tujuan
www.company.com
Peneliti
dapat mengimplemetasikan dan meningkatkan pengetahuan Lean Six Sigma terhadap
kondisi real
Perusahaan
dapat mengetahui waste yang paling sering terjadi dan faktor penyebabnya selama proses produksi sikat gigi beserta informasi kapabilitas
proses yang dicapai perusahaan saat ini
dapat memperoleh masukan usulan untuk melakukan improve sehingga dapat
meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas produk sikat gigi yang dihasilkan.
Manfaat
www.company.com
Ruang Lingkup Penelitian
Batasan
• Penelitian berfokus pada permasalahan kualitas selama proses produksi dan produk sikat gigi yang dihasilkan. Produk sikat gigi yang diteliti merupakan tipe Sikat Gigi A
• Data yang dipergunakan adalah data historis perusahaan sejak periode Januari hingga Desember 2012
• Metodologi six sigma yang digunakan adalah DMAI tanpa tahap control
Asumsi
• Kebijakan operasional yang terkait dengan sistem produksi sikat gigi dan struktur organisasi perusahaan tidak mengalami perubahan secara signifikan selama penelitian berlangsung
• Tidak terjadi perubahan kapasitas produksi secara tiba-tiba yang dapat berpengaruh signifikan pada penelitian
www.company.com
Tinjauan Pustaka
• Konsep Kualitas
• Konsep Lean
• Tipe Aktivitas
• 9 Waste
• Konsep Six Sigma
• Lean Six Sigma
• Tools
• Critical Review
www.company.com
Tools
Big Picture Mapping
Diagram Pareto
Root Cause Analysis
Failure Mode and Effect Analysis
Analytic Hierarchy Process
Value Analysis
www.company.com
Metodologi Penelitian
www.company.com
Con’t
www.company.com
Con’t
www.company.com
BAB IV
DEFINE
www.company.com
Identifikasi Produk Amatan
JUMLAH
PRODUKSI
www.company.com
JUMLAH
DEFECT
www.company.com
PROSENTASE
DEFECT
www.company.com
PPICMarketing
Informasi order (RDS)
Permohonan order sikat gigi
order baru ?
pengolahan request
modifikasi request
ada perubahan?
Check persediaan
produk
Pembuatan rencana produksi
Check material?
Pembuatan permintaan pembelian material
Procurement
Pemeriksaan permintaan pemberlian material
ada perubahan?
Konfirmasi PPIC
Pembelian material
Pengiriman material
Penerimaan material
Pembuatan LPM
Penyimpanan material
Penerimaan LPM
Produksi
Penerimaan jadwal produksi
Pembuatan jadwal produksi
MATDEV
Penerimaan MUV
Pembuatan MUV
Pengambilan material
Penimbangan bahan baku
Pencampuran material
Persiapan material
Penerimaan persiapan material
Set up mesin
Check Mesin
Pemanasan mesin
Proses Produksi
Operator Gudang
Pengiriman material
Penyimpanan di Gudang
Supplier
Pemenuhan order
Quality
Check kualitas material
Pengembalian material
Penggantian material
Check kualitas produk
Rework
Check Quality
Check Quantity
YES
NO
YES
NO
Permintaan pengambilan
material
Permintaan pengeluaran barang jadi
YA
NO
YESNO
YES
NO
YES
NO
YES
NO
YES
NO
NO
YES
CustomerPerbaikan
YESNO
Aliran Informasi
www.company.com
CustomerMarketing (sales)PPICProcurement
1 hari
supplier
2-12 minggu
Gudang Material
I
Persiapan dan pencampuran material
MATDEV
Pengisian material pada mesin IM
Pencetakan basic handle
Treatment basic handle
pengepakan basic handle
Pengisian material pada mesin IM
Pencetakan finished handle
Treatment finished handle
Pengepakan finished handle
Pengisian material pada mesin toothbrush
tufting trimming welding Packaging
Gudang WIP
I
Gudang finish goods
I
Produksi
Gudang WIP
I
480 sec
3 shift
6 orang
1 % scrap
240 sec
3 shift
2 orang
25 sec
3 shift
1 orang
30 sec
3 shift
1 orang
2 % rework
2 sec
3 shift
1 orang
120 sec
3 shift
2 orang
25 sec
3 shift
2 orang
2 % rework
31 sec
3 shift
1 orang
7 % scrap
2 sec
3 shift
1 orang
240 sec
3 shift
1 orang
3 sec
3 shift
1 orang
4 % rework
9 sec
3 shift
2% rework
8 sec
3 shift
1 orang
2 % rework
5 sec
3 shift
2 orang
240
15
25 30 2 120 25 31 2 240 3 9 8 5
2 10 4500 15 3 10 4800 5 1 50 35Production lead time
9886
Value Adding time
740
I
5% scrap
Aliran Fisik
www.company.com
VAA NVAA NNVAA
A1Proses menerima OP (order produksi ) dan MUV (material
used voucher ) P
A2 Membuat persiapan pergantian produksi (P3) P
A3 Proses permintaan bahan baku/material/komponen P
A4 Proses set up mould dan mesin P
A5 Proses penuangan bahan baku P
B1 Proses pencetakan basic handle dengan mesin IM P
B2 Proses penampungan basic handle pada box P
C1 Proses pemisahan basic handle dari scrap P
C2 Proses pemilahan produk baik dan reject (sortir produk) P
D1 Proses pengisian basic handle ke dalam dus P
D2 Proses inspeksi produk P
D3 Proses penempatan dus pada pallet kayu P
D4 Proses pengiriman produk ke gudang WIP P
D5 Proses penyimpanan P
E1Proses menerima OP (order produksi ) dan MUV (material
used voucher) P
E2 Membuat persiapan pergantian produksi (P3) P
E3 Proses permintaan bahan baku/material/komponen P
E4 Proses set up mould dan mesin P
E5 Proses penuangan bahan baku P
F1 Proses pengambilan mould P
F2Proses pengisian mould berisi 16 unit dengan basic handle P
F3 Proses pencetakan finished handle dengan mesin IM P
F4 Proses penampungan finished handle pada box P
G1 Proses pemisahan finished handle dari scrap P
G2 Proses pemilahan produk baik dan reject (sortir produk) P
D. Proses pengepakan basic handle
E. Proses pengisian material pada mesin IM (finished handle )
F. Proses pencetakan finished handle
G. Proses treatment finished handle
Kode AktivitasTipe Aktivitas
A. Proses pengisian material pada mesin IM (basic handle )
B. Proses pencetakan basic handle
C. Proses treatment basic handle
Identifikasi Tipe Aktivitas
VAA NVAA NNVAA
H1 Proses pengisian finished handle ke dalam dus P
H2 Proses inspeksi produk P
H3 Proses penempatan dus pada pallet kayu P
H4 Proses pengiriman produk ke gudang WIP P
H5 Proses penyimpanan P
I1Proses menerima OP (order produksi ) dan MUV (material used
voucher ) P
I2 Membuat persiapan pergantian produksi (P3) P
I3 Proses permintaan bahan baku/material/komponen P
I4 Proses set up mesin P
I5 Proses pengisian bahan baku/komponen P
J1 Proses positioning handle sikat gigi P
J2Proses tufting yaitu penembakan bristle pada lubang-lubang handle
yang diikat dengan anchor wire P
K1 Proses positioning handle sikat gigi P
K2Proses cutting yaitu pemotongan bristle supaya rata dan sesuai
dengan bentuk yang diiinginkan P
K3Proses grinding yaitu penghalusan ujung bristle supaya tidak kasar
dan berbentuk oval P
K4 Proses stamping yaitu pemberian label P
K5 Proses sortir produk P
K6 Penyimpanan produk P
L1 Proses forming yaitu pembentukan kemasan PVC P
L2Proses pengisian sikat gigi ke conveyor secara manual oleh operator
ke dalam hasil forming P
L3 Proses sealing yaitu penutupan PVC dengan back card carton P
L4Proses welding yaitu pelekatan antara blister (PVC) dan back card
(carton) dengan menggunakan sistem heater (pemanas) P
L5Proses penerimaan kemasan sikat gigi hasil welding dengan
menggunakan conveyor P
L6 Proses punching yaitu pemotongan hasil welding P
L7 Proses sortir produk P
N1 Proses penerimaan barang jadi dari hasil punching P
N2 Proses pengemasan ke dalam dus secara manual P
N3 Proses inspeksi produk P
N4 Proses penempatan dus pada pallet kayu P
N5 Proses pengiriman produk ke gudang finished goods P
N6 Proses penyimpanan P
32.14% 12.50% 55.36%
J. Proses tufting
K. Proses trimming
L. Proses welding
N. Proses packaging
Prosentase Tipe Aktivitas
Kode AktivitasTipe Aktivitas
H. Proses pengepakan finished handle
I. Proses pengisian material pada mesin toothbrush
• value adding activity
32.14 %
• non value adding activity
12.50%
• necessary but non value adding activity
55.36%
www.company.com
Identifikasi Waste
(GASPERSZ, 2007)
MOTION INVENTORY
WAITING TRANSPORTATION NOT UTILIZING
EMPLOYEES K,S,A
EXCESS
PROCESSING
DEFECT OVERPRODUCTION
ENVIRONMENTAL, HEALTH, SAFETY
(EHS)
www.company.com
Pendefinisian Waste
• Prinsip-prinsip EHS yang sudah diterapkan antara lain perusahaan sudah membuat peraturan dan menempelkan poster mengenai pemakaian alat-alat keselamatan kerja, pemberian informasi dan tanda-tanda peringatan pada mesin, penempatan APAR dan kotak obat serta pelaksanaan simulasi kebakaran yang dilakukan setiap enam bulan sekali.
• Kelalaian yang sering terjadi berupa tidak menggunakan semua alat-alat keselamatan kerja yang seharusnya digunakan seperti masker, sarung tangan, dan safety shoes
DEFECT
• Pada basic handle dan finished handle, defect yang terjadi meliputi dimensi, krowak/bram, warna, dan kotor material.
• pada final toothbrush, defect terdapat 2 jenis yaitu moulding/polos dan proses
OVERPRODUCTION
•Toleransi produksi yang digunakan adalah 1-2% untuk mengantisipasi adanya defect dan ketidaktepatan saat perekapan data.
•Produksi berlebih dapat terjadi jika defect yang terjadi melebihi batas toleransi produksi yang telah ditetapkan
EHS
www.company.com
WAITING
• Indikasi waiting yang terjadi meliputi waktu menunggu komponen, setting mesin, troubleshooting dan maintenance, serta colouring.
NOT UTILIZING
EMPLOYEES K,S,A
• jarang terjadi karena untuk pekerjaan pengoperasian mesin sudah meggunakan operator dengan skill yang sesuai,
• perencanaan jumlah dan shift tenaga kerja yang cukup baik,
• serta mengalokasikan pekerja non skill ke pekerjaan lain jika ada mesin yang sedang tidak beroperasi seperti seperti membantu packaging
TRANSPORTATION
• pengambilan material hasil mixing di box ke area injection moulding menjadi lebih lama dan terlalu sering karena kapasitas hand trolley yang digunakan kecil dan lokasi mixing terletak di sebelah area produksi blow moulding.
• layout yang buruk dan dan jumlah hand trolley yang minim pada area toothbrush mengakibatkan jarak dan frekuensi tempuh dari gudang WIP ke lantai produksi dan area packaging ke gudang finished goods menjadi lebih besar
www.company.com
MOTION
• terdapat pegawai yang melakukan aktivitas-aktivitas seperti bersenda gurau, meninggalkan pekerjaannya pada saat jam kerja, dan mondar-mandir di sekitar area kerja tanpa tujuan
EXCESS
PROCESSING • Berupa proses tambahan yang
tidak efisien. Pada proses produksi sikat gigi adanya defect mengakibatkan perlu dilakukan rework dan reproses untuk produk yang masih memungkinkan untuk diperbaiki.
• cutting bram, cutting bristle, dan penggilingan dan cetak IM
INVENTORY
• Kelebihan inventory bisa disebabkan oleh ketidaksesuaian atau adanya perubahan antara order/RDS per triwulan yang di-update per bulan maupun per minggu sehingga terjadi inventory WIP dan finished goods.
• Dapat disebabkan pula oleh adanya MOQ (minimum order quantity) pembelian material padahal jumlah order berkurang/jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya
www.company.com
BAB IV
MEASURE
www.company.com
Pengukuran Waste
www.company.com
CTQ Proses Produksi Sikat Gigi Tipe A
DEFECT
•Dimensi
•Moulding/polos
•Kotor material
•Proses
EXCESS
PROCESSING
•penggilingan
dan cetak IM
•cutting bram
WAITING
troubleshooting
dan
maintenance
www.company.com
Pengukuran Kapabilitas Proses Produksi
Sikat Gigi Tipe A
www.company.com
BAB V
ANALYZE
www.company.com
RCA Waste Defect
Waste Subwaste Akar Penyebab
tegangan PLN tidak stabil
operator teknik kurang teliti saat proses filter oli
memanfaatkan jumlah afval yang banyak hasil produksi dengan
komposisi sebelumnya
Kotor materialmesin penggilingan dan pencampuran digunakan untuk semua produk
dan kondisi ruangan kurang tertutup
perhitungan DPD kurang mempertimbangkan adanya defect dan
keberadaan plastik dalam dus yang juga mengurangi volume dus
pekerja kurang teliti saat melakukan perhitungan pengemasan
pengemasan basic handle dan finished handle tidak menggunakan pallet
penggunaan dus yang tidak layak pakai
manpower (petugas setting) kurang teliti
operator tidak mengetahui/menyadari adanya baut kendor
kondisi lingkungan lembab
terjadi keausan spare part mesin pemotong bristle
Defect
Dimensi
Moulding /polos
Proses
www.company.com
RCA Waste Waiting
Waste Subwaste Akar Penyebab
kelalaian operator saat memasang selang oli kurang benar
kualitas selang kurang bagus sehingga pecah karena tidak kuat dengan
tekanan
ada kebutuhan urgent untuk produksi
kualitas material komponen mesin kurang bagus
pipa air pendingin pada tangki oli mengembun dan air embun bercampur
dengan oli
operator tidak mengetahui adanya baut kendor saat proses produksi atau
kurang teliti saat pengecekan mesin pada awal shift
waktu untuk dilakukan perawatan rutin oleh tim maintenance
inspektor kurang teliti saat proses inspeksi
sudah waktunya dilakukan penggantian komponen motor stammping
WaitingTroubleshooting
dan maintenance
www.company.com
RCA Waste Excess Processing
Waste Subwaste Akar Penyebab
tegangan PLN tidak stabil
operator teknik kurang teliti saat filter oli
memanfaatkan jumlah afval yang banyak hasil produksi dengan
komposisi sebelumnya
material yang digunakan beragam (pp homo dan pp copo) berasal dari
beberapa supplier dan juga menggunakan afval
cutting bram selector kurang teliti saat sortir dan inspeksi produk
Excess
Processing
penggilingan dan
cetak IM
www.company.com
FMEA Waste Defect
WasteSubwaste/ Potensial
Failure Mode
Potensial effect of
failureSev Potensial root cause Occ
Current
Process
Control
Det RPN
Penambahan biaya dan
waktu produksitegangan PLN tidak stabil 3
visual
(avometer)8 168
operator teknik kurang teliti saat proses filter
oli2 visual 8 112
memanfaatkan jumlah afval yang banyak hasil
produksi dengan komposisi sebelumnya9 visual 1 63
Kotor material
Penambahan biaya
produksi dan
pemborosan material
8
mesin penggilingan dan pencampuran
digunakan untuk semua produk dan kondisi
ruangan kurang tertutup
4 visual 2 64
Penambahan biaya dan
waktu produksi
perhitungan DPD kurang mempertimbangkan
adanya defect dan keberadaan plastik dalam
dus yang juga mengurangi volume dus
3 visual 5 135
Pemborosan materialpekerja kurang teliti saat melakukan
perhitungan pengemasan3 visual 6 162
pengemasan basic handle dan finished handle
tidak menggunakan pallet2 visual 3 54
penggunaan dus yang tidak layak pakai 5 visual 4 180
manpower (petugas setting) kurang teliti 1 visual 7 63
operator tidak mengetahui/menyadari adanya
baut kendor2 visual 7 126
kondisi lingkungan lembab 1 visual 10 90
terjadi keausan spare part mesin pemotong
bristle3 visual 6 162
9
Menimbulkan stop time
dan gangguan pada
proses selanjutnya
Proses
Penambahan biaya dan
waktu produksi
9
Tidak dapat memenuhi
kepuasan pelanggan
Defect
Dimensi 7Dapat menimbulkan
defect pada proses
selanjutnya
Moulding /polos
www.company.com
FMEA Waste Waiting
WasteSubwaste/ Potensial
Failure Mode
Potensial effect of
failureSev Potensial root cause Occ
Current
Process
Control
Det RPN
kelalaian operator saat memasang selang oli
kurang benar3 visual 2 54
kualitas selang kurang bagus sehingga pecah
karena tidak kuat dengan tekanan7 visual 2 126
ada kebutuhan urgent untuk produksi 8 visual 8 576
kualitas material komponen mesin kurang
bagus
4 visual 4 144
pipa air pendingin pada tangki oli mengembun
dan air embun bercampur dengan oli5 visual 4 180
operator tidak mengetahui adanya baut kendor
saat proses produksi atau kurang teliti saat
pengecekan mesin pada awal shift
5 visual 5 225
waktu untuk dilakukan perawatan rutin oleh
tim maintenance3 visual 1 27
inspektor kurang teliti saat proses inspeksi 7 visual 3 189
sudah waktunya dilakukan penggantian
komponen motor stammping5 visual 4 180
WaitingTroubleshooting
dan maintenance
Terjadi waktu tunggu
yang mengakibatkan
gangguan pada proses
selanjutnya maupun
lead time produksi
(waktu produksi)
menjadi lebih lama9
Menimbulkan loss
product
www.company.com
WasteSubwaste/ Potensial
Failure Mode
Potensial effect of
failureSev Potensial root cause Occ
Current
Process
Control
Det RPN
tegangan PLN tidak stabil 3visual
(avometer)8 168
operator teknik kurang teliti saat filter oli 2 visual 8 112
memanfaatkan jumlah afval yang banyak hasil
produksi dengan komposisi sebelumnya9 visual 1 63
material yang digunakan beragam (pp homo
dan pp copo) berasal dari beberapa supplier dan
juga menggunakan afval
3 visual 9 189
cutting bramselector kurang teliti saat sortir dan inspeksi
produk3
visual dan
ditimbang7 147
Excess
Processing
penggilingan dan
cetak IMPenambahan biaya dan
waktu produksi karena
terjadi rework
7
FMEA Waste Excess Processing
www.company.com
ANALISA KAPABILITAS PROSES
Kapabilitas proses selama satu
tahun
•Berdasar waste defect = 4.2 sigma
dengan 4006 DPMO
•Berdasar waste waiting = 4.1
sigma dengan 4459 DPMO
•Berdasar waste excess
processing = 4.2 sigma dengan
3543 DPMO
Masih terdapat cacat dan
belum bisa mencapai zero defect pada proses produksi
sikat gigi
Terdapatnya aktivitas yang
tergolong non-value added
(NVA) = 12.5% maupun
necessary but non-value added (NNVA) = 55.36%.
Pencapaian PCE perusahaan
sebesar 7.49 % dan masih
lebih rendah daripada 30 %
sehingga masih Un-Lean
Masih terdapat rework dan
reproses
Faktor penyebab level sigma
perusahaan belum mencapai
6 sigma:
www.company.com
BAB V
IMPROVE
www.company.com
Usulan Perbaikan
www.company.com
Kriteria Performansi
No Kriteria
1 Kualitas Produk (Output Produksi)
2 Efisiensi Proses Produksi
3 Biaya Produksi
www.company.com
Pemilihan Usulan Perbaikan
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
0.794 0.091 0.115
Kondisi Awal 18 20 19 18.297 88,494,248.35Rp 88,494,248.35Rp 1.000
1 25 22 23 24.497 93,963,625.75Rp 118,480,822.09Rp 1.261
2 23 22 22 22.794 124,749,252.73Rp 110,244,187.40Rp 0.884
3 26 22 22 25.176 91,794,248.35Rp 121,764,835.57Rp 1.326
1,2 24 22 21 23.473 130,218,630.13Rp 113,528,200.88Rp 0.872
1,3 27 23 22 26.061 97,263,625.75Rp 126,045,177.15Rp 1.296
2,3 25 24 24 24.794 128,049,252.73Rp 119,917,275.71Rp 0.936
1,2,3 27 25 23 26.358 133,518,630.13Rp 127,481,630.76Rp 0.955
Alternatif
Bobot KriteriaPerformance
(P)Cost (C )
Konversi Nilai Performance
dalam satuan uangValue
Performance Terbesar
• kombinasi alternatif 1 dan 3 yaitu pembuatan standarisasi penggunaan kardus untuk proses pengepakan dan pembongkaran serta pelaksanaan checklist pada kardus untuk pengunaan kardus returnable beserta penggunaan material homogen dan pengadaan box untuk tiap jenis afval.
• Nilai performansi yang dihasilkan sebesar 26.061 atau menimbulkan peningkatan performansi sebesar 7.764 dari performansi kondisi awal
Cost Terendah
• alternatif 3 yaitu penggunaan material homogen dan pengadaan box untuk tiap jenis afval
• Total biaya sebesar Rp 91,794,248.35
Value Terbesar
• alternatif 3 yaitu penggunaan material homogen dan pengadaan box untuk tiap jenis afval.
• Nilai value yang dhasilkan 1.326 atau menimbulkan peningkatan value sebesar 0.326 dari value kondisi awal
www.company.com
Usulan Perbaikan Terbaik
Alternatif 3
menghasilkan nilai value terbesar
menimbulkan pengeluaran biaya atau cost terkecil
performansi yang dihasilkan yaitu sebesar 25.176 tidak terlampau
jauh dengan kombinasi alternatif
1 dan 3 yang menghasilkan nilai
performansi sebesar 26.061
www.company.com
Kelebihan dan Kekurangan
Campuran dan melting material bisa lebih merata sehingga memperkecil kemungkinan terjadi defect terutama defect dimensi dan krowak
Proses rework dan reproses yang dilakukan semakin kecil karena berkurangnya jumlah defect sehingga biaya produksi juga menjadi lebih kecil
Penggunaan dan penelusuran hasil afval menjadi lebih mudah sehingga proses produksi dapat berjalan lebih lancar
Dapat mengatasi permasalahan akibat waste excess processing dan defect
Kelebihan
Memerlukan space untuk menempatkan setiap box jenis afval yang dihasilkan
Tidak menghasilkan nilai performance yang terbesar
Kekurangan
www.company.com
Berdasarkan
Waste Excess Processing
0.2 sigma
Berdasarkan
Waste Defect
0.1 sigma
Perbandingan Nilai Sigma Level Kondisi Awal dengan Alternatif Usulan Perbaikan
www.company.com
KESIMPULAN
•Hasil identifikasi waste yang terjadi pada proses produksi sikat gigi tipe A di PT X ditemukan 9 waste (E-DOWNTIME)
•Hasil identifikasi tipe aktivitas yang terjadi pada proses produksi sikat gigi tipe A menunjukkan value adding activity (32.14 %), non value adding activity (12.50%), necessary but non value adding activity (55.36%). Aktivitas yang tergolong non value added ini berupa proses perpindahan seperti pengiriman dan penyimpanan produk ke gudang
•Waste kritis adalah defect dengan bobot AHP sebesar 0.243 dan menimbulkan kerugian biaya sebesar Rp 349,608,075.00, •waiting dengan bobot sebesar 0.223 dan kerugian biaya yang ditimbulkan sebanyak Rp 323,812,440.00 •excess processing dengan bobot sebesar 0.187 serta menimbulkan kerugian biaya sebanyak Rp 55,443,028.00
www.company.com
•kapabilitas proses selama periode produksi tahun 2012, nilai sigma level perusahaan untuk tiap waste masih berada dibawah kinerja six sigma, •Untuk waste defect didapatkan nilai 4.2 sigma dengan 4006 DPMO , pada waste waiting dicapai nilai 4.1 sigma dengan 4459 DPMO, dan untuk waste excess processing didapatkan tingkat sigma sebesar 4.2 sigma dengan jumlah DPMO sebanyak 3543
•Hasil analisa RCA Defect
a. Defect dimensi disebabkan oleh beberapa penyebab yaitu: •Tegangan PLN tidak stabil. •Operator teknik kurang teliti saat proses filter oli. •Memanfaatkan jumlah afval yang banyak hasil produksi dengan komposisi sebelumnya.
b. Defect kotor material disebabkan karena mesin penggilingan dan pencampuran digunakan untuk semua jenis produk dan kondisi ruangan kurang tertutup. c,Defect moulding disebabkan oleh beberapa penyebab yaitu: •Perhitungan DPD kurang mempertimbangkan adanya defect dan keberadaan plastik dalam dus yang juga mengurangi volume dus. •Pekerja kurang teliti saat melakukan perhitungan pengemasan. •Pengemasan basic handle dan finished handle tidak menggunakan pallet. •Penggunaan dus yang tidak layak pakai.
d. Defect proses disebabkan oleh beberapa penyebab yaitu: •Manpower (petugas setting) kurang teliti. •Operator tidak mengetahui/menyadari adanya baut kendor. •Kondisi lingkungan lembab. •Terjadi keausan spare part mesin pemotong bristle
www.company.com
•Hasil analisa RCA Waiting
a. Troubleshooting dan maintenance disebabkan oleh beberapa penyebab antara lain: •Kelalaian operator saat memasang selang oli kurang benar. •Kualitas selang kurang bagus sehingga pecah karena tidak kuat dengan tekanan. •Ada kebutuhan urgent untuk produksi. •Pipa air pendingin pada tangki oli mengembun dan air embun bercampur dengan oli. •Operator tidak mengetahui adanya baut kendor saat proses produksi atau kurang teliti saat pengecekan mesin pada awal shift. •Waktu untuk dilakukan perawatan rutin oleh tim maintenance. •Inspector kurang teliti saat proses inspeksi. •Sudah waktunya dilakukan penggantian motor stammping
•Hasil analisa RCA Excess Processing
a. Penggilingan dan cetak IM disebabkan oleh beberapa penyebab yaitu: • Tegangan PLN tidak stabil. • Operator teknik kurang teliti saat proses filter oli. • Memanfaatkan jumlah afval yang banyak hasil produksi dengan komposisi
sebelumnya. • Material yang digunakan beragam (pp homo dan pp copo) berasal dari
beberapa supplier dan juga menggunakan afval. b.Cutting bram disebabkan karena selector kurang teliti saat proses sortir dan inspeksi produk
www.company.com
•Alternatif usulan perbaikan yang dapat digunakan adalah pembuatan standarisasi penggunaan kardus untuk proses pengepakan dan pembongkaran serta pelaksanaan checklist pada kardus untuk penggunaan kardus returnable; penerapan kebijakan safety stock untuk produk dengan demand tinggi dan relatif kontinu seperti sikat gigi tipe A; penggunakan material homogen beserta pengadaan box untuk tiap jenis afval
•Usulan perbaikan terbaik yang dapat diimplentasikan karena dapat menghasilkan value terbesar dengan cost terendah adalah alternatif 3 yaitu penggunakan material homogen beserta pengadaan box untuk tiap jenis afval
www.company.com
Saran
• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan hingga tahap
control untuk mengetahui perbedaan dari sebelum dan sesudah usulan perbaikan dan konsep lean six sigma diterapkan oleh perusahaan
• Penelitian untuk perbaikan kualitas pada produksi sikat gigi tipe A di PT X sebaiknya dilakukan secara berkala sebagai bentuk evaluasi
www.company.com
Daftar Pustaka
• Burlikowska, M.D. (2011). Application of FMEA method in enterprise focused on quality. vol 45 issue 1.
• Crosby, Philip B. 1979. Quality Is Free. New York: New American Library • Dennis, P. (2005). Lean Production Simplied : A Plain Languange Guide to the World's
Most Powerful Production System. Second Edition.New York: Productivity Press. • Gaspersz, V. (2007). Lean Six Sigma for Manufacturing and Services Industrial
(Strategy Dramatik Reduksi Cacat/ Kesalahan Biaya, Inventory, Lead Time dalam Waktu Kurang dari 6 Bulan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• Gaspersz, V. (2002). Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi Dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta: Gramedia.
• Gasperz, V. (2006). Continuous Cost Reduction Trough Lean Sigma Approach. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• George, M. L. (2002). Lean Six Sigma : Combining Six Sigma Quality with Lean Speed. New York : McGraw-Hill
• Hines, P. and Taylor, D. (2000). Going Lean : A Guide to Implementation. Lean Enterprise Research Centre, Cardiff Business School, UK .
• IMCA, T. I. (2002). Guidance on Failure Modes & Effects Analyses (FMEAs).
www.company.com
• Jucan, G. (2005). Root Cause Analysis for IT Incidents Investigation. • Kwak,Y.H., and Anbari, F.T. (2006). Benefits, obstacles, and future of six sigma
approach. Technovation 26, pp 708–715 • Montgomery, D. C. (1993). Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. • Pande, Peter S, Neuman Robert P, and Roland R.Cavanagh. 2002. The Six Sigma Way
: Bagaimana GE, Motorola, dan Perusahaan Terkenal Lainnya Mengasah Kinerja Mereka. Edisi Bahasa Indonesia.Yogyakarta : ANDI
• Rich, N. (2000). Value Analysis , Value Engineering.Lean Enterprise Research Centre. Cardiff,UK.
• Rooney, J.J., and Heuvel, L.N.V. (2004). Root Cause Analysis for Beginner • Saaty, T. L. (1990).How to make a decision:The Analytic Hierarchy Process. European
Journal of Operational Research vol 48, pp 9-20. • Saaty, T. L. (2008). Decision making with the analytic hierarchy process. International
Journal Services Sciences vol 1 no 1. • Satrio, B. B. (2007). Implementasi Pendekatan Lean Six Sigma Pada Produksi Garam
Dengan Metode FMEA (studi kasus pada PT Susanti Megah). Surabaya: Tugas Akkhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember .
• Snee, R.D. 2010. Lean Six Sigma – getting better all the time. International Journal of Lean Six Sigma, vol. 1 no. 1, pp. 9-29
• Womack, J.P., and Jones, D.T. (2003). Lean Thinking : Banish Waste and Create Wealth in Your Corporation). New York: Simon & Schuster, Inc.
•
www.company.com
TERIMA KASIH
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER