Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

13
APLIKASI ETIKA LINGKUNGAN DALAM E-LEARNING DAN E-OFFICE Tugas Kuliah Etika dan Nilai Lingkungan 2013 PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) BINA HUSADA PALEMBANG HiliAulianah, S.Kep, Ners NPM. 12. 13101. 00. 29

Transcript of Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

Page 1: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

APLIKASI ETIKA LINGKUNGAN DALAM E-LEARNING DAN E-OFFICE Tugas Kuliah Etika dan Nilai Lingkungan

2013

PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) BINA HUSADA PALEMBANG

HiliAulianah, S.Kep, Ners

NPM. 12. 13101. 00. 29

Page 2: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

BAB I

PENDAHULUAN

Etika lingkungan hidup, berhubungan dengan perilaku manusia terhadap lingkungan

hidupnya, tetapi bukan berarti bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta

(antroposentris). Lingkungan hidup adalah lingkungan di sekitar manusia, tempat dimana

organisme dan anorganisme berkembang dan berinteraksi, jadi lingkungan hidup adalah

planet bumi ini. Ini berarti manusia, organisme dan anorganisme adalah bagian integral dari

dari planet bumi ini. Hal ini perlu ditegaskan sebab seringkali manusia bersikap seolah-olah

mereka bukan merupakan bagian dari lingkungan hidup.

Secara entimologis manusia dan bumi sama sama mempunyai akar kata yang sama

dalam bahasa semit, yaitu disebut ‘dm, asal kata adam (manusia) dan adamah, artinya tanah.

Manusia adalah lingkungan hidup, sebab dia mempunyai ciri-ciri dimana seluruh komponen

yang yang ada berasal dari alam ini, yaitu ciri-ciri fisik dan biologis.

Istilah lingkungan hidup pertama kali dimunculkan oleh Ernst Haeckel, seorang murid

Darwin pada tahun 1866, yang menunjuk kepada keseluruhan organisme atau pola hubungan

antar organisme dan lingkungannya. Ekologi berasal dari kata oikos dan logos, yang secara

harfiah berarti ‘rumah’ dan ‘lingkungan’. Ekologi sebagai ilmu berarti pengetahuan tentang

lingkungan hidup atau planet bumi ini sebagai keseluruhan. Jadi lingkungan harus selalu

dipahami dalam arti oikos, yaitu planet bumi ini. Sebagai oikos bumi mempunyai dua fungsi

yang sangat penting, yaitu sebagai tempat kediaman (oikoumene) dan sebagai sumber

kehidupan (oikonomia/ekonomi).

Lingkungan hidup di planet bumi dibagi menjadi tiga kelompok dasar, yaitu

lingkungan fisik (physical environment), lingkungan biologis (biological environment) dan

lingkungan sosial (social environment). Di jaman moderen ini teknologi dianggap

mempunyai lingkungannya sendiri yang disebut (teknosfer) yang kemudian dianggap

mempunyai peran penting dalam merusak lingkungan fisik.

Untuk mempertahankan eksistensi planet bumi maka manusia memerlukan

kekuatan/nilai lain yang disebut ‘etosfer’, yaitu etika atau moral manusia. Etika dan moral

bukan ciptaan manusia, sebab ia melekat pada dirinya, menjadi hakikatnya. Sama seperti

bumi bukan ciptaan manusia. Ia dikaruniai bumi untuk dikelola dan pengelolaan itu berjalan

dengan baik dan bertanggung jawab sebab ia juga dikaruniai etosfer.

Page 3: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

Etika adalah hal yang sering dilupakan dalam pembahasan perusakan lingkungan.

Pada umumnya pihak-pihak yang terlibat dalam konflik ini cenderung langsung

menggunakan fenomena-fenomena yang muncul di permukaan dan kemudian mencari

penyebabnya kepada aktivitas yang ada di sekitar fenomena tersebut (misalnya: Logging,

Pertambangan, Industri dll) sebagai tersangka dan untuk mendukung kecurigaan tersebut

digunakanlah bukti-bukti yang dikatakan ilmiah, walaupun sering terjadi data yang

dikemukakan tidak relevan.

Pada sisi lain pihak yang dituduh kemudian juga menyodorkan informasi atau data

yang bersifat teknis yang menyatakan mereka tidak bersalah, akibatnya konflik yang terjadi

semakin panas dan meluas, padahal kalau mereka yang berkonflik memiliki etika yang benar

tentang lingkungan hidup maka konflik yang menuju kearah yang meruncing akan dapat

dicegah.

Lingkungan hidup bukanlah obyek untuk dieksploitasi secara tidak bertanggung

jawab, tetapi harus ada suatu kesadaran bahwa antara manusia dan lingkungan terdapat

adanya relasi yang kuat dan saling mengikat. Rusaknya lingkungan hidup akan berakibat

pada terganggunya kelangsungan hidup manusia. Karena itu setiap kali kita mengeksploitasi

sumberdaya mineral dari alam yang diciptakan oleh Tuhan, kita harus memperhitungkan

dengan seksama manfaat apa yang akan dihasilkannya bagi kemaslahatan manusia. Dengan

demikian pemanfaatan ini tetap dalam tujuan transformasi menjadi manusia yang merdeka,

cerdas, dan setara satu dan lainnya.

1.2. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu etika lingkungan

2. Untuk mengetahui aplikasi etika lingkungan dalam e-office dan e-learning

Page 4: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Lingkungan

Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal

dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori

mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika Keutamaan.

Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan

itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika Teologi adalah baik buruknya suatu tindakan

berdasarkan tujuan atau akibat suatu tindakan. Sedangkan Etika keutamaan adalah

mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi

kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara langsung

maupun secara tidak langsung.

Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul

dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut

lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika

lingkungan sebagai berikut:

a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga perlu

menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.

b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk menjaga

terhadap pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.

c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energy.

Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk

hidup yang lain. Di samping itu, etika Lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku

manusia terhadap alam, namun juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam

semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan

antara manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan.

Page 5: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

2.1.1. Jenis-Jenis Etika Lingkungan

Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan dan

menjadi dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika

lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika

pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk

kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha

pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua makhluk.

2.2. Teori Etika Lingkungan

Hasil analisis kita sampai sekarang adalah bahwa hanya manusia mempunyai

tanggung jawab moral terhadap lingkungan. Walaupun manusia termasuk alam dan

sepenuhnya dapat dianggap sebagai bagian alam , namun hanya dialah yang sanggup

melampaui status alaminya dengan memikul tanggung jawab. Isi tanggung jawabnya dalam

konteks ekonomi dan bisnis adalah melestarikan lingkungan hidup atau memamfaatkan

sumber daya alam demikian rupa sehingga kualitas lingkungan tidak dikurangi, tetapi

bermutu sama seperti sebelumnya. Kegiatan ekonomisnya harus harus memugkinkan

pembangunan berkelanjutan. Di sini kita mencari dasar etika untuk tanggung jawab manusia

itu. Seperti sering terjadi, dasar etika itu disajikan oleh beberapa pendekatan yang berbeda.

2.2.1. Hak dan deontologi

Dalam sebuah artikel terkenal yang untuk pertama kali terbit pada tahun 1974, William

T. Blackstone mengajukan pikiran bahwa setiap manusia berhak atas lingkungan berkualitas

yang memungkinkan dia untuk hidup dengan baik. Lingkungan yang berkualitas tidak saja

merupakan sesuatu yang sangat diharapkan, tetapi juga sesuatu yang harus direalisasikan

karena menjadi hak setiap manusia. Dalam konteks ekonomi pasar bebas, setiap orang berhak

untuk memakai miliknya guna menghasilkan keuntungan. Tetapi hak atas lingkungan yang

berkualitas bisa saja mengalahkan hak seseorang untuk memakai miliknya dengan bebas. Jika

perusahaan memiliki tanah sendiri, ia tidak boleh membuang limbah beracun di situ, karena

dengan itu ia mencemari lingkungan hidup yang tidak pernah menjadi milik pribadi begitu

saja.

Jika kita bisa menyetujui hak atas lingkungan berkualitas ini pada taraf teori, maka

pada taraf praktek masih tinggal banyak kesulitan. Tidak menjadi jelas sejauh mana hak atas

milik pribadi atau hak atas usaha ekonomis harus dibatasi.

Page 6: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

Masalah kontoroversial ini ditanggapi oleh para ahli etika dengan cara yang berbeda.

Ada etikawan yang amat yakin tentang adanya hak untuk generasi-generasi yang akan dating

dan malah untuk binatang. Etikawan lain menolak dengan tegas hak-hak serupa itu. Istilah

hak dipakai dalam arti kiasan saja, bila orang berbicara tentang hak generasi-generasi yang

akan dating dan hak binatang. Hak dalam arti sebenarnya selalu mengandaikan subyek yang

rasional dan bebas, jadi manusia yang hidup. Hanya saja, dengan menyangkal adanya hak-

hak ini, kita tidak menyangkal adanya hak-hak ini, kita tidak menyangkal adanya kewajiban

untuk mewariskan lingkungan hidup berkualitas kepada generasi-generasi yang akan dating

dan kewajiban untuk memelihara keanekaan hayati. Walaupun sering kewajiban dengan

pihak satu sepadan dengan hak dari pihak lain, di sini tidak demikian. Sumber bagi kewajiban

kita di sini adalah tanggung jawabkita terhadap generasi-generasi sesudah kita dan keanekaan

hayati bukan hak-hak mereka.

2.2.2. Utilitarisme

Teori utilitarisme dapat dipakai juga guna menyediakan dasar moral bagi tanggung

jawab kita untuk melestarikan lingkungan hidup. Malah utilitarisme bias menunjuk jalan

keluar dari beberapa kesulitan yang dalam hal ini ditimbulkan oleh pandangan hak. Menurut

utilitarisme, suatu perbuatan adalah baik, kalau membawa kesenangan paling besar atau kalau

dengan kata lain kalau memaksimalkan manfaat. Kiranya sudah jelas, pelestarian lingkungan

hidup membawa keadaan paling menguntungkan untuk seluruh umat manusia, termasuk juga

generasi-generasi yang akan datang. Jika kelompok terbatas misalnya, para pemegang hak

pengusahaan hutan (HPH) mengekploitasi alam dengan seenaknya dan dengan demikian

memperoleh untung banyak, hal itu justru bias mengakibatkan kondisi yang membawa

penderitaan besar bagi banyak orang. Jika kita tidak menjalankan pembangunan

berkelanjutan, kita akan merugikan semua generasi sesudah kita. Perhitungan ekonomis tidak

boleh dibatasi pada keuntungan kelompok kecil atau saat sekarang saja.

Dalam perspektif utilitarisme, sudah menjadi jelas bahwa lingkungan hidup tidak lagi

boleh diperlakukan sebagai suatu eksternalitas ekonomis. Perhitungan cost-benefit pada

dasarnya menjalankan suatu pendekatan utilitaristis, tetapi kalau begitu dampak ekonomis

atas lingkungan hidup harus dimasukkan di dalamny. Jika dampak atas lingkungan tidak

diperhitungkan dalam biaya manfaat, pendekatan itu menjadi tidak etis, apalagi jika

kerusakan lingkungan dibebankan pada orang lain.

Page 7: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

2.2.3. Keadilan

Pendasaran bagi tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan hidup, dapat dicari

juga dalam tuntutan etis untuk mewujudkan keadilan. Kalau begitu, keadilan di sini harus

dipahami sebagai keadilan distributive, artinya keadilan yang mewajibkan kita untuk

membagi dengan adil. Sebagaimana sudah kita lihat, lingkungan hidup pun menyangkut soal

kelangkaan dank arena itu harus dibagi dengan adil. Perlu dianggap tidak adil, bila kita tidak

memanfaatkan alam demikian rupa, sehingga orang lain misalnya generasi-generasi yang

akan datang tidak lagi bisa memakai alam untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan baik.

Hal ini dapat dijelaskan dengan pelbagai cara. Di bawah ini kami menyajikan tiga cara, tetapi

tidak mustahil tidak ada cara lain lagi untuk mengaitkan keadilan dengan masalah lingkungan

hidup.

a. Persamaan

Jika bisnis tidak melestarikan lingkungan, akibatnya untuk semua orang tidak sama.

Dengan cara mengeksploitasi alam ini para pemilik perusahaan termasuk pemegang saham

justru akan maju, tetapi orang kurang mampu akan dirugikan. Dalam studi-studi ekonomi,

sudah sering dikemukakan bahwa akibat buruk dalam kerusakan lingkungan hidup terutama

dirasakan oleh orang miskin. Hal seperti ini harus dinilai tidak adil, karena menurut keadilan

distributive semua orang harus diperlakukan dengan sama jika tidak ada alasan relevan untuk

memperlakukan mereka dengan cara berbeda. Lingkungan hidup harus dilestarikan, karena

hanya cara memakai sumber daya alam itulah memajukan persamaan (equality), sedangkan

cara memanfaatkan alam yang merusak lingkungan mengakibatkan ketidaksamaan, karena

membawa penderitaan tambahan khususnya untuk orang kurang mampu.

b. Prinsip Penghematan Adil

Dalam rangka pembahasannya tentang keadilan distributive, John Rawls pun

berbicara tentang masalah lingkungan hidup, tetapi ia mengaitkannya buan dengan keadaan

sekarang, melainkan dengan generasi-generasi yang akan datang. Kita akan tidak berlaku adil

bila kita mewariskan lingkungan yang rusak kepada generasi-generasi sesudah kita. Oleh itu

kita harus menghemat dalam memakai sumber daya alam, sehingga masih tesisa cukup untuk

generasi mendatang. Keadilan hanya menuntut bahwa kita meninggalkan sumber-sumber

energi alternative bagi generasi-generasi sesudah kita, tetapi prinsip penghematan adil lebih

mendesak untuk diterapkan pada integritas alam. Kita wajib mewariskan lingkungan hidup

yang utuh kepada generasi-generasi mendatang, agar mereka bias hidup pantas seperti kita

sekarang ini.

Page 8: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

c. Keadilan Sosial

Masalah lingkungan hidup dapat disoroti juga dari sudut keadilan social. Pelaksanaan

keadilan individual semata-mata tergantung pada kemauan baik atau buruk dari individu

tertentu. Secara tradisisonal keadilan social hamper selalu dikaitkan dengan kondisi kaum

buruh dalam industrialisasi abad ke-19 dan ke-20. Pelaksanaan keadilan di bidang

kesempatan kerja, pendidikan, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Hal yang sejenis berlaku

juga dalam konteks lingkungan hidup. Jika di Eropa satu perusahaan memutuskan untuk tidak

lagi membuang limbah industrinya ke dalam laut utara, kualitas air laut dan keadaan flora dan

faunanya hampir tidak terpengaruhi, selama terdapat ribuan perusahaan di kawasan itu yang

tetap mencemari laut dengan membuang limbahnya.

Kini sudah tampak beberapa gejala yang menunjukkan bagaimana lingkungan hidup

memang mulai disadari sebagai suatu masalah keadilan social yang berdimensi global. Di

mana-mana ada Lembaga Swadaya Masyarakat yang aktif di bidang lingkungan hidup. Di

beberapa Negara di Eropa Barat malah ada partai politik yang memiliki sebagian program

pokok memperjuangkan kualitas lingkungan hidup. Walaupun di bidang lingkungan hidup

sebagai masalah keadilan social para individu masing-masing tidak berdaya, itu tidak berarti

bahwa manusia perorangan sebaiknya diam saja. Keadilan social dalam konteks lingkungan

hidup barangkali lebih mua terwujud dengan kesadaran atau kerja sama semua individu,

ketimbang keadilan social pada taraf perburuan, karena pertentangan kelas dan kepentingan

pribadi di sini tidak begitu tajam. Masalah lingkungan hidup menyangkut masa depan kita

semua. Jika ada kesadaran umum, bersama-sama akan dicapai banyak kemajuan.

2.2.4. Prinsip-prinsip Etika Lingkungan

Sebagai pegangan dan tuntunan bagi prilaku kita dalam berhadapan dengan alam ,

terdapat beberapa prinsip etika lingkungan yaitu :

1. Sikap Hormat terhadap Alam

Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam

semesta seluruhnya

2. Prinsip Tanggung Jawab

Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individu melainkan juga kolektif yang menuntut

manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata

untuk menjaga alam semesta dengan isinya.

Page 9: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

3. Prinsip Solidaritas

Yaitu prinsip yang membangkitkan rasa solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan

dengan makluk hidup lainnya sehigga mendorong manusia untuk menyelamatkan

lingkungan.

4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian

Prinsip satu arah , menuju yang lain tanpa mengaharapkan balasan, tidak didasarkan kepada

kepentingan pribadi tapi semata-mata untuk alam.

5. Prinsip “No Harm”

Yaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai kewajiban moral dan

tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan mau merugikan alam secara

tidak perlu

6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam

Ini berarti , pola konsumsi dan produksi manusia modern harus dibatasi. Prinsip ini muncul

didasari karena selama ini alam hanya sebagai obyek eksploitasi dan pemuas kepentingan

hidup manusia.

7. Prinsip Keadilan

Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota

masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian

alam, dan dalam ikut menikmati manfaat sumber daya alam secara lestari.

8. Prinsip Demokrasi

Prinsip ini didsari terhadap berbagai jenis perbeaan keanekaragaman sehingga prinsip ini

terutama berkaitan dengan pengambilan kebijakan didalam menentukan baik-buruknya,

tusak-tidaknya, suatu sumber daya alam.

9. Prinsip Integritas Moral

Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku moral yang terhormat

serta memegang teguh untuk mengamankan kepentingan publik yang terkait dengan sumber

daya alam.

Marilah kita pekakan hati dan perilaku anak cucu kita, generasi muda bangsa kita pada

etika lingkungan yang benar. Biarlah hati mereka peka akan kelestarian lingkungan, agar

kelak Indonesia boleh lestari kembali dengan berjuta kekayaan alamnya yang luar biasa

indahnya. Hutan adalah ’sahabat’ kita, yang harus selalu terjaga kebersamaannya dengan

kita..

Page 10: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

2.3. E-learning atau pembelajaran maya adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan

menggunakan internet. istilah yang makin populer saat ini adalah e-learning, yaitu suatu

model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi

khususnya internet.

Menurut rossenberg (2001:28), e-learning merupakan suatu penggunaan internet

dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria,

yaitu:

1. E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan.

mendistribusikan danmembagikan materi ajar atau informasi

2. Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan

teknologi internet yang standar

3. Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma

pembelajaran tradisional. saat ini e-learning telah berkembang dengan berbagai model

pembelajaran berbasis TIKseperti CBT (Computer Based Training), CBI (Computer based

instruction), Distance learning,Distance Education,CLE (Cybernetic learning Environtment),

Desktop videoconferencing dan lain sebagainya.

Secara ilustratif M. Surya (2006) menyebutkan bahwa dimasa-masa mendatang isi tas

anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini. akan tetapi, berupa

notebook dengan akses internet tanpa kabel yang bermuatan materi belajaran berupa bahan

bacaan yang dapat dilihat dan didengar dilengkapi dengan kamera digital serta perekam

suara, jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk

masuk rumah dan kalkulator digital. atau videophone bentuk saku dengan perangkat lunak,

akses internet, permainan, permainan, musik dan tv. hal ini menunjukkan bahwa dimasa

mendatang segala kelengkapan anak sekolah bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.

Sehingga dimasa mendatang seorang guru akan selalu bersinggungan dengan teknologi dalam

proses pembelajarannya. Terutama dalam proses penggalian informasi tentu saja akan selalu

melibatkan akses internet sebagai medianya.

2.4. Penerapan Etika lingkungan dalam e-office dan e-learning

Remaja sekarang dengan remaja jaman dulu udah memiliki lifestyle yang beda

khususnya dalam teknologi. Apalagi sekarang akses internet udah mudah dan ada di mana-

mana, di tambah lagi internet udah bisa diakses lewat hape dan smartphone. Kalo dulu,

laptop adalah barang yang “lumayan” mewah, sekarang pada rame-rame beli laptop. Ini

adalah pengaruh kehadiran internet. Kalo dulu internet cuma identik dengan search engine, e-

Page 11: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

mail, chatting, dan game online, sekarang lagi booming Social Networking yang serasa udah

jadi dunia sendiri di dunia maya. Emang sih dulu Friendster sempat jadi tren, tapi sekarang

Facebook seakan-akan menjadi killer application di internet. Selain itu Twitter juga menjadi

social networking yang menjadi tren juga.

Mari kita mulai dengan membahas Facebook, karena sebagian besar remaja dan

pelajar pasti udah kenal sama aplikasi itu. Dari blog seorang teman, kalo Indonesia pengguna

Facebook terbesar kedua di dunia. Wuih, mungkin karena Facebook itu cocok dengan kultur

Indonesia yang suka berinteraksi satu sama lainnya. Facebook sebagai sebuah teknologi tentu

ada dampak positif dan negatifnya tergantung siapa yang menggunakan. Banyak orang yang

sukses membangun relasi kerja dengan FB, tapi banyak juga orang bermasalah gara-gara FB.

Tak jarang kasus remaja bermunculan gara-gara FB. Yang penculikan lah, pencemaran nama

baik lah, dikeluarkan dari sekolah gara-gara status yang jelek lah, dan banyak lagi.

Ini nih pentingnya pemberian materi etika pada pendidikan IT di sekolah-sekolah.

Jadi mata pelajaran IT gak melulu tentang dunia komputer, tapi perlu juga tentang beretika

tentang penggunaan teknologi. Adalah penting membuat pelajar melek IT untuk bisa

menunjang prestasi belajarnya, tapi percuma saja jika mereka memanfaatkan IT untuk hal-hal

yang melanggar norma kita. Contoh kecilnya saja, mengupload foto pribadi yang terlalu

vulgar, update status Facebook dengan kata-kata kotor, atau caci maki yang tidak seharusnya

diungkapkan di sana. Gak hanya di social networking sih, nulis sesuatu yang berbau adu

domba SARA di dalam blog atau forum itu harusnya gak boleh. Oke, mungkin kita

beranggapan kalo “itu kan di dunia maya” tapi justru dari sana bisa berakibat buruk di dunia

nyata.

Pembekalan etika berteknologi ini sebenarnya gak harus pada saat remaja sih. Sejak

umur anak-anak juga bisa, cuma masa remaja itu kan masa pencarian jati diri sehingga perlu

adanya bimbingan ini. Di sini peran guru IT sangat diperlukan. Kurikulum pendidikan IT di

sekolah kayak gimana, kalo hal etika tidak ada maka pembimbing IT perlu menambahkan

materi ini. Gak harus tiap minggu ngajarin etika, disesuaikan dengan materi yang ada juga.

Jadi bisa sebulan sekali atau dua minggu sekali, tergantung enaknya gimana.No offense

misalkan ada yang gak setuju sama opini ane ini. Kalaupun ada kritik dan saran silahkan

dilayangkan saja di blog ini, ane bakalan terima dengan senang hati. Lagipula saya juga

bukan orang yang paham benar tentang dunia pendidikan dan teknologi, masih belajar juga.

Tentunya para pakar lah yang mempunyai opini lebih baik.

Page 12: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

BAB III PENUTUP

Etika adalah hal yang sering dilupakan dalam pembahasan perusakan lingkungan.

Pada umumnya pihak-pihak yang terlibat dalam konflik ini cenderung langsung

menggunakan fenomena-fenomena yang muncul di permukaan dan kemudian mencari

penyebabnya kepada aktivitas yang ada di sekitar fenomena tersebut (misalnya: Logging,

Pertambangan, Industri dll) sebagai tersangka dan untuk mendukung kecurigaan tersebut

digunakanlah bukti-bukti yang dikatakan ilmiah, walaupun sering terjadi data yang

dikemukakan tidak relevan.

Page 13: Aplikasi Etika Lingkungan Dalam e

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, A. Sonny, Etika Lingkungan (Jakarta ; Kompas, 2006) Kurniawan, Ehwan , Panduan Mendaki Gunung Dalam Infografis (PT Tunas Bola;2004) Kuswahyudi, Etika Kita Untuk Lingkungan Hidup, 2008 Putri, Vincencia Septaviani Issera Sulistya , Mendidik Generasi Muda dengan Pendidikan Lingkungan (2006). PHPA, Departemen Kehutanan , Panduan Mendaki Gunung (Bogor : 1992) Wahyono, Edy Hendras, Belajar Dari Nol Sebuah Pengalaman Megembangkan Pendidikan Konservasi Alam (Concervation International :Bogor, 2004) http://penjelajahan.blogspot.com/2009, Agus Dianto, Aplika Etika Lingkungan Pendidikan http://penjelajahan.blogspot.com/2011, Didik Tri Susanto, Pendidikan Etika Berteknologi Untuk Pelajar dan Remaja