Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

25
Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu? DITULIS OLEH WEB ADMINISTRATOR SELASA, 18 AGUSTUS 2009 07:52 Pengertian emosi Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia (Prawitasari,1995) Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu : a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang,

description

ok

Transcript of Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

Page 1: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu?

DITULIS OLEH WEB ADMINISTRATOR    SELASA, 18 AGUSTUS 2009

07:52   

Pengertian emosiKata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia (Prawitasari,1995)

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hatib. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asac. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngerid. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, banggae. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasihf. Terkejut : terkesiap, terkejutg. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak sukah. malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara

Page 2: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).

Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

Pengertian kecerdasan emosionalIstilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai :“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998:8).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998-10).

Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000 :180).

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan

Page 3: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2002 : 52).

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”. (Goleman, 2002 : 53).

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (Goleman, 200:57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Faktor Kecerdasan EmosionalGoleman mengutip Salovey (2002:58-59) menempatkan menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :

a. Mengenali Emosi DiriMengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

Page 4: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

b. Mengelola EmosiMengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002 : 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

c. Memotivasi Diri SendiriPresatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

d. Mengenali Emosi Orang LainKemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002 : 172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

e. Membina HubunganKemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif

Page 5: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Add New

Search

Comments (0)

Page 6: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

Bagaimana Kecerdasan Emosional (EQ) Bekerja Dec 7, '05 8:16 PMfor everyone

Menyambung tulisan saya yang pertama kemarin, berikut ini lanjutannya semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman.

Mungkin kita pernah mendengar apa itu Kecerdasan Emosional, itu dilatihkan oleh

berbagai maca lembaga. Contoh, apabila bertemu dengan orang “keep your eyes

contact”  artinya tatap matanya agar diberi perhatian, itu adalah Kecerdasan Emosional.

Contoh kedua, ketika kita senyum, bibir kanan dua centi bibir kiri dua centi, itu harus

seimbang. Tidak boleh bibir kanan lebih panjang ketika kita tersenyum. Mari kita coba

senyum dengan bibir kanan 3 centi dan bibir kiri 2 centi, lihatlah di kaca, apa yang akan

terjadi.

Selanjutnya disaat kita melihat seseorang yang baru pertama kali bertemu maka jangan

menatap dengan tajam tataplah dengan lembut sambil tersenyum. Ini adalah Kecerdasan

Emosional.

Ketiga, ketika kita berbicara dengan orang lain jangan banyak omong, tapi biarkan orang

lain bicara dan ketika ia berbicara anda harus memberi perhatian, tangan jangan dilipat di

depan dada. Mengapa tidak boleh karena itu artinya “Dipensif” yang artinya “Saya tidak

mau dengar”  Ketika orang lain berbicara kita harus menghadap ke arah dia, jangan

menyamping atau miring. Kemudian jangan memberikan pujian yang terlalu berlebihan,

jadi ketika ia berbicara anda kita jangan berkata “Wah…. Hebat” itu salah, yang harus

anda katakan adalah “begitu ya… saya baru dengar, saya sangat tertarik. Begitulah ini

adalah ilmu Kecerdasan Emosional. Kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan supaya

orang lain bercerita tentang dirinya. Contohnya Pak Azis bisa jadi Presiden Direktur di

PT air putih, bagaimana caranya..?

Dia pasti dengan bangganya akan menceritakan hal itu, dengan semangatnya dia akan

bercerita kepada kita, dan ingat setiap 3 menit kita harus menganggukkan dagu (oohh gitu

ya..) dengan cara seperti itu makan kita akan meraih hatinya, ketika kita telah meraih

Page 7: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

hatinya baru kita ajukan proposal atau keinginan kita terhadapnya. Ini adalah contoh

teknik-teknik Kecerdasan Emosional.

Ada seseorang yang ingin memasarkan Safety Box ke seorang pengusaha hotel, sebut

saja namanya Andi. Saat itu Andi sebagai seorang Pegawai Negeri yang kita tahu gajinya

tidak seberapa, oleh sebab itu Andi ingin mencari uang tambahan maka ia mencoba

memasarkan Safety Box ke pengusaha kaya yang mempunyai banyak hotel di kota Bali.

Sebelum bertemu dengan pengusaha itu Andi mempelajari bukunya bahwa keputusan di

dalam bisnis 80 % adalah Emosional dan 20 % adalah Intelektual maka dipelajari jurus-

jurus tadi. Jika pertama bertemu maka mata harus santai dan lembut, dan senyum harus

seimbang antara bibir kiri dan bibir kanan, kemudian siap badan tegak dan ketika orang

itu berbicara kita harus menatapnya dengan tegap, dan tangan tidak boleh di lipat didepan

dada.

Ketika Andi dipersilahkan masuk ke ruangan Pengusaha tersebut, ia melihat sekeliling

ruangan yang luas itu terdapat banyak foto-foto pengusaha tersebut dengan para pejabat

dan dengan rekan-rekan bisnisnya yang lain. Pengusaha tersebut mempersilahkan Andi

untuk berbicara 10 menit, tetapi Andi meminta waktu 2 menit saja untuk bertanya

masalah pribadi, pengusaha itu pun menyanggupinya. Andi mulai melancarkan jurusnya.

Pertama kali saya ingin mengucapkan selamat dulu karena bapak telah dilantik sebagai

Ketua sebuah Organisasi sosial yang terkemuka.

“Loh anda tahu darimana”

Pengusaha tersebut mulai terpancing

“Saya kan juga ikut mengikuti perkembangan politik” nampaknya pengusaha tersebut

sudah terkena ilmu Kecerdasan Emosi dari Andi.

Page 8: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

Kemudian Andi bertanya lagi “mengapa bapak masih mau mengajar di kampus-kampus,

masih mau bekerja sosial untuk orang banyak padahal Bapak sudah memiliki hotel,

perusahaan, mobil mewah dll”. Boleh saya tahu pak, saya ingin belajar..

Wah rupanya pengusaha tersebut semakin tertarik, kemudian ia bercerita “saya kira kita

tidak cukup hanya dengan mempunyai uang dan harta yang berlimpah, kita harus peduli

dengan sosial, dengan orang lain, kita harus melihat orang disekeliling kita.

Pada saat pengusaha itu berbicara, Andi melancarkan Ilmu EQ, dengan tersenyum

kemudian badan Andi di majukan dua centi kedepan, kesannya supaya Andi berminat

dan setiap ia berbicara Andi menganggukkan dagunya setiap 3 menit sekali.

Dengan cara seperti itu pengusaha tersebut semakin bersemangat, foto-foto ia tunjukkan

semuanya dan tanpa terasa ia memberhentikan pembicaraanya karena tak terasa sudah 2

jam lamanya ia berbicara tentang dirinya sendiri.

Kesimpulannya Andi Baru saja mempergunakan Ilmu Kecerdasan Emosional,

kemampuan membaca hati seseorang, kemampuan membaca harapan orang.

Dapat disimpulkan ada 4 jurus dalam Kecerdasan Emosianal

1000 sungai gunung turun ke laut

Maksudnya, kalau kita merendah menjadi lembah yang landai kemudian mereka

berada di tempat yang tinggi, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang

rendah.

Berikan Pujian

Memberikan orang pujian ibarat lentingan Harfa di pagi hari dan itu adalah sangat

indah. Berikan pujian penghargaan bukan pujian dari “gigi” tapi pujian dari “hati”

Page 9: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

Sebutkan namanya berkali-kali

Maka itu adalah musik yang paling indah yang tak pernah ia dengar sepanjang

hidupnya.

Mengakui kesuksesan orang lain

Maka itu adalah air sejuk dari surga yang pernah ia peroleh.

Setelah melakukan 4 jurus diatas barulah ajukan proposal atau keinginan kita insyaalah

akan diterima dengan senang hati.

Sekarang yang menjadi pertanyaan untuk kita semua

“Apakah cukup hanya dengan dua kecerdasan tadi IQ dan EQ”

Intelektualitas, otak pintar.

Kecerdasan Emosi, mampu merayu seperti cerita diatas, apakah cukup ?

Kita bisa bayangkan apa yang terjadi, entah bagaimana menurut kita semua, kita masih

membutuhkan satu Kecerdasan lagi, kita masih butuh satu kecerdasan lain yang disebut

SQ atau Kecerdasan Spritual. Yang mampu menjawab untuk apa Kecerdasan

Intelektual saya ini, untuk apa Kecerdasan Emosional ini dan untuk apa semua ini terjadi.

Perlu kita ketahui dua kecerdasan (IQ dan EQ) tidaklah cukup dan bahkan takkan pernah

bahagia.

Kita semua bisa melihat bagaimana contoh-contoh orang yang begitu sukses yang sudah

kaya raya tapi kemudian ia loncat dan bunuh diri dari lantai 56. Kita masih ingat Presiden

Direktur Hyundai, ia bunuh diri. Bahkan juga beberapa orang yang sudah sukses,

bagaimana mereka bunuh diri dan tidak pernah merasa puas dengan kesuksesannya.

Page 10: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

Dua kecerdasan ini tidak bisa membuat kita bahagia, bahkan yang paling menyedihkan

kasus Harianto, seorang anak 12 tahun yang bunuh diri karena tidak bisa membayar uang

untuk mengikuti Ekstrakurikuler sebesar 2.500 (dua ribu lima ratus) dan kita lihat remaja-

remaja sekarang lari ke Narkoba karena ia tak mampu menemukan untuk apa saya hidup,

dimana saya hidup dan kita lihat orang-orang tua yang begitu gemar bermewah-mewahan

gemar bersenang-senang, ia mencari bagaimana kebahagian.

Karena itu kita masih memerlukan satu Kecerdasan lagi yaitu Kecerdasan Spritual.

Untuk membahas Kecerdasan ini akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya :)

Page 11: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

Mengembangkan Kecerdasan Sosial Oleh Hadi Suyono   

Kamis, 12 Maret 2009 10:00 Indeks Artikel

Mengembangkan Kecerdasan Sosial

Mengembangkan Kecerdasan Sosial (Lanjutan)

Page 12: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

Semua Halaman

Halaman 1 dari 2

       Kekerasan dalam rumah tangga, tawuran antarkampung, perkelahian antarpelajar atau

mahasiswa, bentrok antarkelompok politik, etnik, atau agama makin sering menghiasi

media.

       Serentetan peristiwa tersebut menjadi bukti, bahwa tindakan brutal sering dijadikan

alternatif untuk memecahkan masalah. Seakan tidak ada upaya yang lebih manusiawi,

santun, dan berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan untuk menyelesaikan problem yang

terjadi. Mengapa kecenderungan seperti ini begitu marak? Salah satu variabel penyebab

anak bangsa ini menggunakan cara anarkis guna menyelesaikan berbagai persoalan atau

mencapai tujuan adalah tumpulnya kecerdasan sosial.

       Hal yang menyebabkan kecerdasan sosial tumpul dilatarbelakangi oleh  proses

pendidikan di keluarga maupun masyarakat mengalami salah arah. Penanaman nilai-nilai

pendidikan di keluarga, acapkali hanya mengejar status dan materi. Orang tua

mengajarkan pada anaknya bahwa keberhasilan seseorang itu ditentukan oleh pangkat

atau kekayaaan yang dimilikinya. Masyarakat juga begitu, mendidik orang semata

mengejar tahta dan harta.  Proses ini tampak pada masyarakat yang lebih menghargai

orang dari  jabatan dan kekayaan yang digenggamnya. Kondisi ini membuat orang

terobsesi untuk memperoleh kedudukan tinggi dan kekayaan yang berbuncah-buncah agar

terpandang di masyarakat. Untuk mengejar ambisi tersebut orang kadang menanggalkan

etika dan moral, bahwa cara yang ditempuh untuk mewujudkan impiannya itu bisa

menyengsarakan orang lain.

       Akibat yang ditimbulkan dari kecerdasan sosial yang tidak terasah  pada individu

adalah memberi kontribusi pada perilaku anarkis. Hal ini dikarenakan individu yang

kecerdasan sosialnya rendah tidak akan mampu berbagi dengan orang lain dan ingin

menang sendiri. Kalau dia gagal akan melakukan apa saja,  asal   tujuannya bisa tercapai,

tak peduli tindakannya merusak lingkungan, dan tidak merasa yang dikerjakannya

menginjak harkat dan martabat kemanusiaan. Sehingga diskripsi kepribadian seperti ini,

berpotensi melakukan perilaku anarkis, ketika hasrat pribadinya tidak tercapai atau sedang

menghadapi masalah dengan orang atau kelompok lain.

        Betapa pentingnya peranan kecerdasan sosial untuk mencegah perilaku anarkis, maka

perlu dicari solusi untuk mengembangkan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial menjadi

solusi efektif meredam anarkis, karena orang yang memiliki kecerdasan sosial tinggi,

mempunyai seperangkat keterampilan psikologis untuk memecahkan masalah dengan

santun dan damai.

       Keterampilan psikologis itu berkaitan dengan kecakapan keterampilan sosial yang

perlu dimiliki oleh seseorang.  Keterampilan sosial merupakan indikator untuk melihat

seseorang kecerdasan sosialnya tinggi atau rendah. Seseorang memiliki kecerdasan sosial

tinggi, apabila dalam dirinya memiliki keterampilan sosial yang terdiri dari  sejumlah sikap.

Sikap tersebut adalah  pertama, tumbuh social awareness (kesadaran situasional atau

sosial). Maksud dari social awareness adalah kemampuan individu dalam mengobservasi,

Page 13: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

melihat, dan mengetahui suatu konteks situasi sosial,  sehingga mampu mengelola orang-

orang atau peristiwa.

       Kedua, punya kemampuan charity. Yaitu kecakapan ide, efektivitas, dan pengaruh kuat

dalam melakukan komunikasi dengan orang atau kelompok  lain.

       Ketiga, berkembang empathy. Kemampuan individu melakukan hubungan dengan

orang lain pada pada tingkat yang lebih personal.

       Keempat, terampil interaction  style. Individu memiliki banyak skenario saat

berhubungan dengan orang lain, luwes, dan adaptif memasuki situasi berbeda-beda.

Page 15: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

Written by Yodhia Antariksa Posted March 2, 2009 at 2:02 am

Di suatu pagi yang cerah di sebuah gedung perkantoran yang menjulang, saya bergegas memasuki sebuah lift yang sudah penuh sesak terisi. Terlihat wajah-wajah segar dengan semangat pagi untuk segera menyambut tugas yang sudah menanti. Di dalam lift, semua terdiam, mungkin benak mereka tengah dipenuhi dengan beragam rencana yang hendak didapuk pagi itu. Mendadak – sekonyong-konyong – bau tak sedap merebak di ruang lift yang sempit dan penuh sesak itu. Segera semua penghuni lift menutup hidungnya, ada yang dengan tisu, dengan saputangan, atau dan dengan jari-jarinya.

Saya tak tahu siapa yang di pagi nan cerah itu, di sebuah lift yang penuh sesak, dan dengan tanpa rasa dosa, mengeluarkan gas dengan amat sempurna dari perutnya. Sebuah serangan pagi yang mendadak membuat semangat saya seperti lenyap dilumat oleh bau gas yang amat menyengat. Siapapun orangnya, ia mungkin termasuk golongan orang yang memiliki kecerdasan sosial yang pas-pasan.

Kecerdasan sosial (atau social intelligence) kini tampaknya kian menduduki peran yang amat penting ketika kita hendak membangun sebuah relasi yang produktif nan harmonis. Relasi kita dengan kerabat, dengan tetangga, dengan rekan kerja atau juga dengan atasan mungkin bisa berjalan dengan lebih asyik kalau saja kita mampu mendemonstrasikan sejumlah elemen penting dalam kecerdasan sosial.

Dalam konteks itulah, kehadiran buku bertajuk Social Intelligence : The New Science of Success karya Karl Albrecht ini patut disambut dengan penuh antusiasme (buku yang amat memikat ini telah diterjemahkan ke dalam edisi bahasa Indonesia oleh Penerbit PPM dengan judul Cerdas Bergaul : Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat).

Secara garis besar, Albrecht menyebut adanya lima elemen kunci yang bisa mengasah kecerdasan sosial kita, yang ia singkat menjadi kata SPACE. Kata S merujuk pada kata

Page 16: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu

situational awareness (kesadaran situasional). Makna dari kesadaran ini adalah sebuah kehendak untuk bisa memahami dan peka akan kebutuhan serta hak orang lain. Orang yang tanpa rasa dosa mengeluarkan gas di lift yang penuh sesak itu pastilah bukan tipe orang yang paham akan makna kesadaran situasional. Demikian juga orang yang merokok di ruang ber AC atau yang merokok di ruang terbuka dan menghembuskan asap secara serampangan pada semua orang disekitarnya.

Elemen yang kedua adalah presense (atau kemampuan membawa diri). Bagaimana etika penampilan Anda, tutur kata dan sapa yang Anda bentangkan, gerak tubuh ketika bicara dan mendengarkan adalah sejumlah aspek yang tercakup dalam elemen ini. Setiap orang pasti akan meninggalkan impresi yang berlainan tentang mutu presense yang dihadirkannya. Anda mungkin bisa mengingat siapa rekan atau atasan Anda yang memiliki kualitas presense yang baik dan mana yang buruk.

Elemen yang ketiga adalah authenticity (autensitas) atau sinyal dari perilaku kita yang akan membuat orang lain menilai kita sebagai orang yang layak dipercaya (trusted), jujur, terbuka, dan mampu menghadirkan sejumput ketulusan. Elemen ini amat penting sebab hanya dengan aspek inilah kita bisa membentangkan berjejak relasi yang mulia nan bermartabat.

Elemen yang keempat adalah clarity (kejelasan). Aspek ini menjelaskan sejauh mana kita dibekali kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan ide kita secara renyah nan persuasif sehingga orang lain bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Acap kita memiliki gagasan yang baik, namun gagal mengkomunikasikannya secara cantik sehingga atasan atau rekan kerja kita ndak berhasil diyakinkan. Kecerdasan sosial yang produktif barangkali memang hanya akan bisa dibangun dengan indah manakala kita mampu mengartikulasikan segenap pemikiran kita dengan penuh kejernihan dan kebeningan. (Saya sendiri sudah pernah mengulas teknis mengartikulasikan gagasan secara efektif ini, dan ulasannya bisa dibaca disini).

Elemen yang terakhir adalah empathy (atau empati). Aspek ini merujuk pada sejauh mana kita bisa berempati pada pandangan dan gagasan orang lain. Dan juga sejauh mana kita memiliki ketrampilan untuk bisa mendengarkan dan memahami maksud pemikiran orang lain. Kita barangkali akan bisa merajut sebuah jalinan relasi yang guyub dan meaningful kalau saja kita semua selalu dibekali dengan rasa empati yang kuat  terhadap sesama rekan kita.

Demikianlah lima elemen kunci yang menurut Karl Albrecht merupakan aspek penting yang layak diperhatikan untuk bisa menenun bingkai kecerdasan emosional secara optimal. Tentu saja kita harus selalu menyempurnakan diri dalam kelima dimensi penting ini, supaya kita semua juga bisa menjadi pribadi-pribadi yang cerdas secara sosial. Dan bukan seperti orang yang kentut di pagi hari nan cerah di sebuah lift yang penuh sesak itu……

Page 17: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu
Page 18: Apa Sih Kecerdasan Emosial Itu