Antologi Puisiku :)

44
KERINDUAN Mekipun sejenak bertemu Aku bahagia bisa kembali melihatmu Di batas-batas kerinduan dan kehampaanku Tak terasa airmata menetes di pipiku Hati yang mati suri Tiba-tiba dan berkata, sesungguhnya rasa masih ada di hati Baru ku sadari Rasa ini tak pernah pergi Seperti takkan terganti Sekeras apapun ku mencoba Selemah apapun tuk mengingat semuanya Hati bisa menentukan pilihanya sendiri Yang tak bisa diatur oleh akal nurani Kukira.... Aku sudah berhenti berharap disekian waktu yang lalu Kukira.... Aku tak punya lagi hasrat untuk bertemu Kukira.... Aku takkan lagi melihatmu seindah yang dulu Hingga aku tahu Satupun tak ada berubah dari mu Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 1

description

40 puisi karyaku :D

Transcript of Antologi Puisiku :)

Page 1: Antologi Puisiku :)

KERINDUAN

Mekipun sejenak bertemu

Aku bahagia bisa kembali melihatmu

Di batas-batas kerinduan dan kehampaanku

Tak terasa airmata menetes di pipiku

Hati yang mati suri

Tiba-tiba dan berkata, sesungguhnya rasa masih ada di hati

Baru ku sadari

Rasa ini tak pernah pergi

Seperti takkan terganti

Sekeras apapun ku mencoba

Selemah apapun tuk mengingat semuanya

Hati bisa menentukan pilihanya sendiri

Yang tak bisa diatur oleh akal nurani

Kukira....

Aku sudah berhenti berharap disekian waktu yang lalu

Kukira....

Aku tak punya lagi hasrat untuk bertemu

Kukira....

Aku takkan lagi melihatmu seindah yang dulu

Hingga aku tahu

Satupun tak ada berubah dari mu

Hanya setumpuk pikiranku

Salah mengartikan kerinduanku

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 1

Page 2: Antologi Puisiku :)

GEMPA DI PERUTKU

Kini matahari tiga kali memutari siang

Sang bulan pun dua kali memutari malam

Sebutir nasi belum ku makan

ku lahap

ku santap

dan ku nikmati

Tak seperti kau

Yang setiap hari di meja-meja penuh makanan

Hingga tak ada celana seukuran perut

Ikat pinggang pun tak cukup melingkar

Sakit.....

Perih.....

Pedih.....

Ketika gempa melanda di perut ku

Bahkan cacing-cacing menggeliat di perutku

Menutut makan padaku

Dan aku harus menuntut pada siapa

Kau... kau.... kau....

Hanya mata-mata tersorot melihatku saja

Aku tak butuh itu

Hanya sebutir nasi

Untuk meredakan gempa diperutku

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 2

Page 3: Antologi Puisiku :)

Hilang

Sesaat aku termangu

Mengenang kepergian sebuah hal yang sangat indah

Yang dulu menenangkan jiwa

Menyejukkan sukma

Entah kemana pesona itu

Pergi tak bersuara

Selalu hidup di ingatan

Dalam hati sanubari...

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 3

Page 4: Antologi Puisiku :)

Bunyi Mendenggung

Prrtrrrtrrrttttt pet pet...

Dut...

Legah.......

Kumasukkan makanan

Kedalam terowongan penghancur

Dikelola oleh pencernaanku

Membentuk segumpalam angin

Melewati usus besarku

Hingga...

Preeeeet... Duuuuuut... Pret pret preeeet...

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 4

Page 5: Antologi Puisiku :)

Pelangi di Sepanjang Jalan

Ku melewati sepanjang jalan

Penuh warna yang menghiasi

Hingga bosan ku rasakan

Apa sesungguhnya arti semua ini

Pelangimu hanyalah semu

Semua berlomba

Ingin meneriakkan suara

Menyerukan isi hati

Tidak perduli kanan kiri

Main terobos saja

Menaburkan berjuta janji

Bagai embun di ujung dedaunan

Pelangi di mataku

Menebarkan virus dalam benakku

Aku harus memilih yang mana

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 5

Page 6: Antologi Puisiku :)

Bali

Pedas terasa memanaskan lidah

Membuat kadar asam dalam perut meningkat

Berputar angin di dalam lambung

Membuat perut semakin melilit

Warnamu membuat mataku tergoda

Menambahkan rasa semangat

Melahap setiap hidangan

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 6

Page 7: Antologi Puisiku :)

PERGILAH KESEDIHAN!!!

Malam ini... air mataku menetes

Mengapa kesediahan datang menghampiriku lagi...

Aku sangat merindukan kehadiran seorang sahabat dalam hidupku...

Seseorang yang bisa merangkul aku disaat aku bersedih...

Seseorang yang bisa meraih tanganku saat aku meminta bantuan...

Seseorang yang menemani aku...

Tidak hanya saat aku senang...

Tapi dia juga bersedia menemani aku disaat sedih...

Sayangnya... aku tidak mudah untuk bisa percaya pada orang lain...

Kekecewaanku pada seorang sahabat saat itu, masih sangat melekat dalam hati dan benakku...

Aku seseorang yang tidak mudah untuk memaafkan

Tidak mudah untuk melupakan

Rieswanti, 27 September 2013

23.16 pm

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 7

Page 8: Antologi Puisiku :)

S E M U

Badai menerpa ketenangan jiwaku...

Gemerlap bintang tersapu oleh angin yang sangat kencang...

Senyum sang bulan tak dapat lagi aku lihat...

Gelapnya langit seakan menjadi warna terindah bagiku...

Aku bukan batu karang...

Hatiku tak terbuat dari baja...

Air mata ku tak seperti mutiara...

Aku hanya manusia yang tak sempurna...

Sangat berat menerima kenyataan hidup ini...

Namun apa arti kata SABAR jika aku menyerah?

Kebahagiaan...

Kata yang semu bagiku

Rieswanti, 28 September 2013

20.39 pm

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 8

Page 9: Antologi Puisiku :)

Hujan

Ketika langit mulai gelap

Pepohonan menyuarakan dedaunannya

Seiring angin berhembus

Meneteslah air mata dari langit

Sumber dari segala mata air

Kegembiraan menyerbu semua makhluk

Flora... Fauna...

Semua aktifitas terancam terhenti

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 9

Page 10: Antologi Puisiku :)

Matahari

Indah sinarnya mulai memancar

Menerangi kehidupan

Memberikan energi

Semangat baru

Pikiran sehat

Tenaga kuat

Menembus mimpi yang tenggi

Bekal masa depan

Menuju kebahagian

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 10

Page 11: Antologi Puisiku :)

Hidup

Nikmati saja kehidupan

Walapun diterpa banyak ujian

Tiada batas untuk kesabaran

Meski hati menjerit meronta

Ingat selalu

Dia ada dimmanapun kamu

Ikhlas salah satu kuncinya

Jadikan semua penguat kehidupan

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 11

Page 12: Antologi Puisiku :)

Malam Itu

Gemerlap lampu kota

Cahaya bintang dan bulan di langit

Menjadi penerang

Sepanjang jalan yang ku lalui

Panggilan memori jangka panjang

Menguji kedalaman ilmu

Mendebarkan detak jantung

Dihibur nyanyian binatang malam

Cengkrama aku, dia, dan mereka

Diselimuti oleh angin malam

Canda dan tawa bersama

Tak terbatasi oleh waktu

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 12

Page 13: Antologi Puisiku :)

Cinta

Tiada kata mampu bercerita

Tentang indahnya

Tetang pedihnya

Tentang rindunya

Tentang pengorbanannya

Tentang kasih sayangnya

Tentang gundahnya

Tentang bencinya

Tentang marahnya

Tentang apapun yang dirasa...

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 13

Page 14: Antologi Puisiku :)

Hampa

Habis sudah tenaga

Tekuras oleh problematika

Hanya tersisa kertas bera

Dan coretan tinta tak bermakna

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 14

Page 15: Antologi Puisiku :)

Kasih Ibu

Letih ini mulai melemahkan

Kepalaku pecah tak sanggup membendung

Lalu berkobar semangatku

Dalam sekejap hilang lagi

Seberapa besar kekuatanku

Masih terkalahkan oleh lemahku

Tiada kasih yang lebih indah

Selain kasih sayang Ibu...

Hilang

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 15

Page 16: Antologi Puisiku :)

Kau telah meninggalkannya

Menanggap aku tiada

Air mata telah menjadi permata

Kebimbangan jua yang terjaga

Saat sepi kau meninggalkanku

Tersenyum bahagia tanpa aku disisimu

Meski hatiku menjerit

Kau tetap tak melihat aku

Kemanakah kamu yang dulu

Yang selalu menemani aku

Membuatku mengerti arti sebuah kebersamaan

Yang akan abadi hingga akhir waktu

Hati ini...

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 16

Page 17: Antologi Puisiku :)

Heningnya malam

Mengisyaratkan hatiku

Walau diam

Hatiku menjerit!!!

SEMANGAT PAGI

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 17

Page 18: Antologi Puisiku :)

Dingin udara pagi

Menusuk pori-pori

Melintasi jalan yang sunyi

Di iringi semangat api

Tiba saat untuk berperang tanpa henti

Mengukur besarnya dedikasi

Kejujuran dan profesionalitas yang pasti

Sebagai ukuran setiap pribadi

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 18

Page 19: Antologi Puisiku :)

MENUNGGU TERANG

Aroma ampuh menusuk hidungku

Saat air mulai membasahi bumi

Suasana sendu

Hening dan tentram

Ada aku dan mereka

Bersama-sama tertawa bahagia

Berbagi rasa di ruang yang sederhana

Sampai hujan ini meredah

DUKA LUKA

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 19

Page 20: Antologi Puisiku :)

Hujan ini mengingatkan aku

Memanggil kenanganku

Yang dulu sangat indah

Namun kini menjadi duka

Duka membuat luka

Luka...

Duka....

Du....lu.....

Duka....

Du.....lu.....

Luka...

Duka....luka.....

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 20

Page 21: Antologi Puisiku :)

TINGGAL JEJAK

Saat kita bersama

Saat yang paling bahagia

Saat kita tersenyum

Saat aku melihat senyummu

Saat aku memandangmu

Saat rindu membaur

Saat kasih sayang melebur

Saat waktu menjadi saksi kita

Namun saat kau pergi

Hanya ada aku sendiri

Berteman dengan kesedihan

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 21

Page 22: Antologi Puisiku :)

TAK SEPERTI DULU

Dulu kau begitu sempurna

Kau selalu ada

Kau selalu buatku bahagia

Kau selalu temani aku

Kau selalu sayangi aku

Kau selalu buatku tersenyum

Tapi semua itu tak lagi kurasakan

Setelah kau menjauh dariku...

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 22

Page 23: Antologi Puisiku :)

AKU INGIN SEPERTIMU

Andaikan engkau disini

Tak akan ada rasa sedih

Andaikan engkau bukan jodohku

Mengapa aku bertemu denganmu

Masih terselip keraguan

Dalam relung hati yang terdalam

Ajari aku untuk bisa sepertimu

Yang selalu kuat meski ujian menerpamu

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 23

Page 24: Antologi Puisiku :)

PENANTIAN

Tidakkah engkau mendengar

Jeritan hati ini memanggila kau disana

Letih hati ini menanti

Menanti hadirmu lagi

Memadu kasih

YANG TERINDAH

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 24

Page 25: Antologi Puisiku :)

Rasaku kini terbelenggu

Dalam sunyi aku menangis

Diamku kini menjadi hal yang terbaik

Berselimut angin malam

Aku termenung mengenangmu

Masih ada rindu dalam lubuk hatiku

Untuk dirimu yang terindah

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 25

Page 26: Antologi Puisiku :)

MESIN TENAGA DUNIA

Globalisasi tahun serba mesin

Demi kemajuan

Di atas kerusakan

Di ujung penghancuran

Globalisasi mesin

Sawah ditanami mesin

Laut berdirikan mesin

Gunung dipanjat mesin

Angin menghembuskan mesin

Bahkan manusia pun menjadi mesin

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 26

Page 27: Antologi Puisiku :)

KTP ISLAM

Sahadat diujung lidah saja

Solat formalitas saja

Puasa mengeringkan bibir saja

Zakat untuk pujian saja

Haji atau mobil atau hanya panggilan saja

Kartu Tanda Pemeluk Islam saja

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 27

Page 28: Antologi Puisiku :)

SARJANA MUDA

Empat tahun kau teteskan kerangat

Empat tahun kau mangarung ilmu

Empat tahun kau habiskan rupiah

Empat tahun kau bermimpi

Empat tahun kau berhasil

Mendapatkan gelar

Gelar sarjana

Akhlak

Kau dapatkan?

Ilmu pengetahuan

Kau miliki?

Ijasah

Jelas kau bawa kesana-kesini

Agar nama dan geklar tak tertulis

Di buku pengangguran

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 28

Page 29: Antologi Puisiku :)

MANUSIA BERKAKI EMPAT

Sombong sakali kau

Mentang-mentang kaki empat

Kau lewat saja

Tak lihat kiri kana

Angkuh sekali kau

Mentang-mentang kaki empat

Kau pepet saja

Hingga aku terjatuh

Tak punya hati kau

Mentang-mentang kaki empat

Kau trobos genangan air

Hingga percikannya menyirami tubuhku

Manusia dan Bumi

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 29

Page 30: Antologi Puisiku :)

Kau tak bersahabat lagi

Hingga ujung kemarahanku

Banjir

Stunami

Angin gila

Gempa bumi

Hutan gundul

Gunung meletus

Ketika kau

Apa aku salah

Ketika kau bertanya aku tak bersahabat lagi?

Angin

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 30

Page 31: Antologi Puisiku :)

Kau ada setiap waktu

Dapat kurasa

Namun tak dapat ku lihat

Kehadiranmu membuatku merasa sejuk

Meski terkadang kau membuatku kedinginan

Nenek

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 31

Page 32: Antologi Puisiku :)

Kulitmu sudah tak lembut lagi

Kecantikan parasmu tak dapat terlihat lagi

Keindahan tubuhmu tak tampak lagi

Kamu sudah tak sedap lagi

Tapi kebaikanmu senantiasa menemani

Meski usiamu tak semuda yang dulu

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 32

Page 33: Antologi Puisiku :)

Guruku Yang Setia

Guru…Kau telah mengajariku semuanyaApa yang belum aku ketahuiDari yang tidak bisa menjadi bisa Setiap hari kau datang ke sekolahMembawa Ilmu untuk Bangsa dan NegerikuKesetiaanmu, pengorbanananmu terhadap bumi iniMencoba bersabar untuk mengorbankan semua ilmuGuru tetaplah kau mengajarkan semua yang kau milikiUntuk Kami, Kita muridmu tercintaSedikit Namun pasti

Rindu untuk Ayah

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 33

Page 34: Antologi Puisiku :)

Meski suaramuTak semerdu nyanyian lembut seorang ibuKau membingkaiku dengan nada nada ketulusanYang mengantarkan hatikuMenuju lembah tinggiBernama kedamaianMeski sentuhanmu tak selembut belaian suci seorang ibuNamun dengan dekapanmuKu terhangatkan dengan kasihmuKu terlenakanDengan cintamu

Semangat Sang PetaniPagi dingin kau tinggalkan desa

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 34

Page 35: Antologi Puisiku :)

Kau bawa segenggam perbekalanPagi cerah engkau pergiHanya untuk mengejar satu cita-cita

Kau gantungkan hidup dibawah terik matahariKau pikul beban yang berattapi kau tempuh dengan sabar

Ingin rasanya menyerahTapi kau tak bisa

Ingin terus berjuangTapi ini terlalu berat

PetaniJasamu sungguh sangat muliaTanpa muTakkan ada hari esok

Orang Pinggiran

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 35

Page 36: Antologi Puisiku :)

Diantara mereka

Ada kurus tak terurus

Hitam dan dekil

Coba-coba bertahan keras

Di dunia si penguasa buta

Sayang sayang

Tak seorang memandang

Hanya gumpalan debu aspal

Yang setia di sisinya

Denganmu Nenekku

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 36

Page 37: Antologi Puisiku :)

Nenekku sayang

Kusayangmu tak dapat terungkap memlalui kata

Kurindumu sepanjang masa

Segala budimu kuingat hingga kini

Lucu kerenahmu menghiburkan hatiku

Nasihatmu bagaikan mutiara

Kenangan bersamamu sangatlah  indah

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 37

Page 38: Antologi Puisiku :)

Surga AlamKupejamkan mataku sejenakKurentangkan tanganku sejenakSejuk , tenang , senang kurasakanMembuatku seperti melayang kegirangan       

Desiran angin yang berirama di pegunungan Tumbuhan yang menari-nari di pegununganBegitu indah rasanyaBak indahnya taman di surga

Keindahan alam terasa sempurnaMembuat semua orang terpanaMembuat semua orang terkesimaTetapi, kita harus menjaganyaAgar keindahannya takkan pernah sirna

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 38

Page 39: Antologi Puisiku :)

Malam yang Beku

Malam minggu kelabu

Semua kegiatan terasa beku

Hanya karena kamu

Tak ada disampingku

Tak habis pikir

Ada apa dengan diriku

Kesendirian masih menyelimutiku

Dari jalan gelap sampai jalan lurus

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 39

Page 40: Antologi Puisiku :)

Galau

Ku tak sanggup berkata kataWalau ku tau rasa sakitnyaNamun ku terus mencobaUntuk tak memikirkannya

NamunMulut bisa berdustaTapi rasa sakit dihati iniMembuat semuanya nyata

Aku tak sanggup kehilangan muAku tak rela melepas mu Namun kau memilih dirinyaBukan diriku…

Antologi puisi, Dwi Ery Riswanti | 40