Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April...

16
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2015 | 1 REKLAMASI LAHAN GALIAN PASIR DENGAN BUDI DAYA BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DI DESA CIBEREUM WETAN KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG Oleh : F. Aulia, Darsiharjo *) ,Jupri *) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Email : [email protected] , [email protected] , [email protected] ABSTRAK Selain memperbaiki nilai guna lahan pasca penggalian, usaha reklamasi akan berfungsi ganda ketika diikuti dengan usaha budidaya sebagai peningkat penghasilan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis kondisi lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan, 2) Mengidentifikasi tekhnik budidaya buah naga sebagai upaya kegiatan reklamasi lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan, 3) Menganalisis pengaruh kegiatan reklamasi terhadap kondisi lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan. Motode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan cara survei, bertujuan untuk mejelaskan suatu analisis permasalahan dengan cara mengamati langsung di lapangan guna memahami permasalahan secara langsung. Hasil dari penelitian menunjukan kondisi lahan bekas galian pasir mengalami perubahan pada sifat tanah, diantaranya dengan bertambahnya kandungan pasir dalam tekstur tanah, sehingga menyebabkan meningkatnya kandungan P-potensial dan nilai pH karena pemadatan tanah. Sedangkan kandungan C-organik, K, N, dan KTK menurun dari kondisi awal lahan, disebabkan tanah yang tidak bisa mengikat unsur hara. Tekhnik budidaya buah naga pada lahan bekas galian pasir lebih sederhana dilakukan, dengan dibantu oleh pupuk organik dalam kesuburan tanah, sehinggga memiliki daya dukung tumbuh yang baik. Keuntungan budidaya terbukti dengan nilai R/C >1 dalam kurun 5 tahun pada analisi usaha tani. Kondisi sifat tanah semakin membaik dengan diadakan reklamasi dengan perbaikan sifat kimia dan sifat fisik tanah, kandungan mikroorganismepun meningkat. Kata Kunci : Reklamasi, Budidaya, Buah naga, Perubahan kondisi lahan Abstract In addition to improving the post-mining land use, reclamation efforts will result doubles when followed by farming as earnings enhancer. This reaserch aims to 1) analyze the condition of the land in the former mining of Cibereum Wetan village , 2) identify dragon fruit cultivation techniques that made the reclamation of land in the former mining of Cibereum Wetan village, 3) analyze the effects of reclamation activities on land conditions excavated C mining in Cibereum Wetan village. The methods of research is descriptive method by survey, aimed to identify a problem analysis by observing directly in the field in order to understand the problems directly. Results of the reaserch showed the land excavated sand had some changes in soil properties, such as the increase in-sand content in the soil, it is leading to increased of P-potential and pH value due to soil compaction. While C-organic content, K, N, and CEC decreased from the initial condition of the land, because the land can not bind nutrients.

Transcript of Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April...

Page 1: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2015 | 1

REKLAMASI LAHAN GALIAN PASIR DENGAN BUDI DAYA BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DI DESA CIBEREUM WETAN

KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG

Oleh :

F. Aulia, Darsiharjo*),Jupri*)

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas

Pendidikan Indonesia

Email :

[email protected] , [email protected] , [email protected]

ABSTRAK

Selain memperbaiki nilai guna lahan pasca penggalian, usaha reklamasi akan berfungsi ganda ketika

diikuti dengan usaha budidaya sebagai peningkat penghasilan. Penelitian ini bertujuan untuk 1)

Menganalisis kondisi lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan, 2) Mengidentifikasi tekhnik

budidaya buah naga sebagai upaya kegiatan reklamasi lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan,

3) Menganalisis pengaruh kegiatan reklamasi terhadap kondisi lahan bekas galian C di Desa Cibeureum

Wetan. Motode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan cara survei, bertujuan untuk

mejelaskan suatu analisis permasalahan dengan cara mengamati langsung di lapangan guna memahami

permasalahan secara langsung. Hasil dari penelitian menunjukan kondisi lahan bekas galian pasir

mengalami perubahan pada sifat tanah, diantaranya dengan bertambahnya kandungan pasir dalam

tekstur tanah, sehingga menyebabkan meningkatnya kandungan P-potensial dan nilai pH karena

pemadatan tanah. Sedangkan kandungan C-organik, K, N, dan KTK menurun dari kondisi awal lahan,

disebabkan tanah yang tidak bisa mengikat unsur hara. Tekhnik budidaya buah naga pada lahan bekas

galian pasir lebih sederhana dilakukan, dengan dibantu oleh pupuk organik dalam kesuburan tanah,

sehinggga memiliki daya dukung tumbuh yang baik. Keuntungan budidaya terbukti dengan nilai R/C

>1 dalam kurun 5 tahun pada analisi usaha tani. Kondisi sifat tanah semakin membaik dengan diadakan

reklamasi dengan perbaikan sifat kimia dan sifat fisik tanah, kandungan mikroorganismepun

meningkat.

Kata Kunci : Reklamasi, Budidaya, Buah naga, Perubahan kondisi lahan

Abstract

In addition to improving the post-mining land use, reclamation efforts will result doubles when followed

by farming as earnings enhancer. This reaserch aims to 1) analyze the condition of the land in the

former mining of Cibereum Wetan village , 2) identify dragon fruit cultivation techniques that made the

reclamation of land in the former mining of Cibereum Wetan village, 3) analyze the effects of

reclamation activities on land conditions excavated C mining in Cibereum Wetan village. The methods

of research is descriptive method by survey, aimed to identify a problem analysis by observing directly

in the field in order to understand the problems directly. Results of the reaserch showed the land

excavated sand had some changes in soil properties, such as the increase in-sand content in the soil, it

is leading to increased of P-potential and pH value due to soil compaction. While C-organic content,

K, N, and CEC decreased from the initial condition of the land, because the land can not bind nutrients.

Page 2: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

2 | F. Aulia, dkk

Reklamasi Lahan Bekas Galian Pasir dengan Budidaya Buah Naga (Hylocherius polirhizus) di Desa

Cibereumn Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

Dragon fruit cultivation techniques on land excavated sand was more modest, with the assistance of

organic fertilizers in the soil, so as to h;ave the capacity to grow well. Profit cultivation proved with

the R/C value is > 1 over 5 years on the analysis of farming. Soil conditions improved with the

reclamation of the repair chemical and physical properties of soil, and also content of microorganisms

increased.

Keywords: Reclamation, Cultivation, dragon fruit, Change the land

*) Penulis Penanggung Jawab

Page 3: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2015 | 3

PENDAHULUAN

Tidak bisa dipungkiri, Indonesia

sebagai salah satu negara penyumbang

barang tambang yang penting di Dunia

memunculkan banyaknya industri

pertambangan di Indonesia,dan menjadi

industri penunjang perekonomian negara.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

(BPS, 2012), sektor Pertambangan dan

Penggalian tumbuh 1,4 persen selama

pada tahun 2011 dan juga terjadi

peningkatan Peranan Sektor

Pertambangan dan Penggalian terhadap

PBD (Produk Domestik Bruto) yaitu naik

dari 11,1 persen menjadi 11,9. Namun

kondisi negara kita yang masih

berkembang dikatakan belum memiliki

kemampuan yang cukup dalam mengatasi

permasalahan lingkungan yang timbul

pasca eksploitasi pertambangan.Hal

tersebut telah mengurangi fungsi lahan

khususnya dalam bidang pertanian,

padahal Indonesia dikatakan sebagai

negara agraris yang beriklm tropis dapat

menghasilkan banyak manfaat dari hasil

pertanian yang diusahakan. Menurut

Rukmana (2003:1) lahan pertanian di

Indonesia yang dapat digunakan untuk

mengembangkan tanaman buah-buahan

sekitar 33,3 juta hektar, antara lain lahan

kering (tegalan) seluas 16,59 juta kektar

dan lahan pekarangan seluas 4,9 juta

hektar. Meskipun hampir semua jenis

buah-buahan dapat dihasilkan di

Indonesia, namun produktivitas hasil

buah-buahan nasional masih rendah rata-

rata 7,5 ton/ha.

Berkaitan dengan ke dua hal tersebut,

perlu adanya pengkajian tentang

pemulihan kondisi lahan pascca

pertambangan , atau yang di sebut dengan

Reklamasi. Kegiatan reklamasi yang

diikuti dengan usaha pertanian suatu

komoditas tanaman tertentu dengan

syarat tumbuh yang baik pada lahan

bekas pertambangan, selain akan

memperbaiki kondsi ekologias, dapat

pula menjadi sumber pendapatan

masyarakat yang baik. Usaha tersebut

telah dilakukan oleh kelompok tani

Simpay Tampomas. Diatas lahan bekas

pertambangan pasir, mereka

mengusahakan penanaman varietas buah

naga merah, yang memiliki kemampuan

hidup yang baik pada lahan bekas

pertambangan pasir tersebut. Sehingga

pentingnya memahami tentang

kemampuan buah naga terhadap kondisi

lahan perambang pasir, dan peranannya

dalam perbaikan kondisi lahan bekas

galian pasir tersebut juga perekonomian

para petani buah naga. Disamping itu,

dengan mengetahui tekhnik

pembudidayaan, hal tersebut akan

menjadi alternatif pemanfaatan lahan

pasca pertambangan pasir, dibeberapa

wilayah pertambangan pasir di Indonesia.

Page 4: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

4 | F. Aulia, dkk

Reklamasi Lahan Bekas Galian Pasir dengan Budidaya Buah Naga (Hylocherius polirhizus) di Desa

Cibereumn Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

METODE

Motode penelitian yang dilakukan

adalah metode kuantitatif deskriptif

dengan cara survei. Metode ini bertujuan

untuk mejelaskan suatu analisis

permasalahan dengan cara mengamati

langsung di lapangan untuk memahami

permasalahan secara langsung. Sedangkan

metode kuantitatif digunakan untuk

memperoleh data sifat tanah dalam

mendeskripsikan lahan bekas

pertambangan pasir yang dimanfaatkan

oleh masyarakat melalui kegiatan budidaya

buah naga serta untuk mendapatkan data

sosial masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

a. Profil Petani Buah Naga

Hasil penelitian terhadap kondisi

petani buah naga di Desa Cibereum Wetan

menunjukan sebagian besar petani berusia

>65 tahun dengan pendidikan setengahnya

merupakan lulusan SD. Lahan buah naga

yang mengalami pengurangan luas, dan

bersisa hanya 3 Ha saja disebabkan oleh

peraturan pertambangan yang belum tegas.

Pengalaman bertani pada umumnya telah

mencapai 6-10 tahun. Karena umur petani

yang sudah kurang produktif, perlunya

pengadaan penyuluhan bagi para pemuda

sebagai penerus bangsa terhadap usaha

reklamasi guna memperbaiki dan

menambah nilai guna lahan pasca

pertambangan pasir.

b. Kesesuaian Lahan Budidaya Buah

Naga

Selanjutnya, hasil dari observasi

lapangan dan pembelajaran literatur,

kemampuan buah naga terhadap lahan

bekas pertambangan memang dapat

dikatakan baik, dengan beberapa tekhnik

pengelolaan lahan, seperti pemberian

pupuk organik, tanaman buah naga dapat

tumbuh pada kondisi lahan bekas galian

pasir tersebut. Mrengingat tanaman buah

naga termasuk ke dalam keluarga kaktus,

kemampuan hidup di tanah yang panas dan

kurang air menjadi hal pendukung tanaman

tersebut dapat tumbuh di atas lahan bekas

pertambangan. Daya dukung lahan

terhadap syarat tumbuh buah nagan dapat

dilihat pada tabel 1.1.

Beberapa kondisi lahan yang tercipta

akibat kegiatan pertambangan, seperti

kondisi iklim mikro yang mengubah

kondisi suhu rata-rata di sekitar daerah

pertambangan menjadi salah satu daya

dukung kegiatan pembudidayaan buah

naga, mengingat buah naga merupakan

tanaman kaktus yang lebih menyukai

kondisi lahan dengan suhu tinggi. Selain

itu kondisi lahan yang didominasi pasir

merupakan daya dukung lain dalam

pemenuhan syarat media tanam buah naga.

Page 5: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2015 | 5

Tabel 1.1 Daya dukung daerah

penelitian terhadap syarat tumbuh

buah naga

Kriteria Syarat

tumbuh

Kondisi

daerah

penelitian

Ket

Iklim;

-Curah hujan -Suhu

-Kelembapan

-780-1800

mm/thn -25º-36ºC

-70%-90%

-2000-2500

mm/thn -23º-29ºC

-80% - 82%,

-Tanaman bisa

tumbuh jika tidak tergenang

air/pengairan

tidak berlebihan -Cocok

-Cocok

Kriteria Syarat

tumbuh

Kondisi

daerah

penelitian

Ket

Tanah pH 5-7.5 dan kondisi tanah

yang bersifat

porous

pH 7.5, media pasir membantu

tanah semakin

porous

Cocok dapat tumbuh, asalkan

tetap diberi

bantuan pupuk organik

pengganti liat

Ketinggian tempat

0-350mdpl 750-800mdpl Kurang

cocok, namun

suhu di daerah

penelitian

mendukung

syarat tumbuh

Sumber : Hasil penelitian 2015

Selanjutnya, kondisi lahan seperti

kelembapan udara dan pH tanah memenuhi

syarat tumbuh buah naga. Tekhnologi yang

semakin maju diharapkan dapat merekayasa

lebih baik kondisi lahan yang kurang dalam

peruntukannya di dunia pertanian.

2. Pembahasan

a. Kondisi Lahan Bekas Pertambangan

Pasir

Kondisi Lahan Bekas Pertambangan

Pasir di Desa Cibereum Wetan menggunakan

tekhnik open pit meaning, artinya

pertambangan dilakukan dengan membuka

lapisan atas tanah atau topsoil, untuk

mendapatkan bahan galian. Vegetasi yang

ada ditebang atau dihilangkan bersama-sama

saat dilakukan pengupasan lapisan top soil

dengan alat berat (traktor).

Kondisi lahan bekas pertambangan

menunjukan kondisi kemiringan lereng yang

terganggu akibat kegiatan pertambangan.

Kondisi tanah yang berperan sebagai media

tanam pun mengalami perubahan kandungan

akibat kegiatan pertambangan tersebut. Dari

sempel tanah yang diambil berdasarkan

satuan lahan bekas pertambangan pasir,

dengan kondisi tanah yang seragam, berjenis

tanah regosol dengna kemiringan 8-15%.

Lahan bekas penggalian pasir di daerah

Desa Cibereum Wetan termasuk ke dalam

jenis lahan pasir dan pasir-batu. Ciri lahan

tersebut bertekstur kasar/pasir hingga

berbatu, tidak mempunyai kemampuan

menahan air dan mengikat unsur hara atau

mempunyai kemampuan kecil; struktur lepas

sehingga sangat peka terhadap erosi

(syekhfani 1993:2).

Maka kendala yang dihadapi bila lahan

bekas penggalian pasir akan dijadikan lahan

pertanian adalah daya pegang air rendah,

miskin unsur hara dan mudah mengalami

erosi. Reklamasi lahan meliputi perbaikan

sifat tanah agar tata air dan udara tanah

menjadi baik serta konsistensi lebih mantap,

kapasitas penahanan ion lebih besar, dan sifat

kimia berupa penambahan unsur-unsur hara

secara alami maupun masukan pupuk yang

seimbang. Perubahan kondisi tanah tersebut

dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perubahan kondisi tanah

bekas pertambangan pasir

Page 6: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

6 | F. Aulia, dkk

Reklamasi Lahan Bekas Galian Pasir dengan Budidaya Buah Naga (Hylocherius polirhizus) di Desa

Cibereumn Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

Sample

Reterensi

hara Kandungan hara

pH KTK C

% P N % K %

Lahan

sebelum

di

tambang

7,31 11,82 1,61 65,1 0,17 110,1

Lahan

bekas

galian C

7,54 11,75 0,57 71,5 0,02 44,7

Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Tabel 2.1 menunjukan berkurangnya

sebagian besar unsur hara tanah yang

disebabkan kegiatan pembukaan lahan dan

penggalian pasir/kegiatan pertambangan.

Kondisi tanah yang tidak bisa mengikat

unsur hara, mempengaruhi berkurangnya

kandungan unsur C%, KTK, N%, dan K%.

Sedangkan kandungan P pada tanah pasca

tambang atau pada tanah bertekstur pasir

lebih tinggi dari pada tanah bertekstur

halus, hal tersebut diperkuat oleh pendapat

Olsen dan Watanabe (1963, dalam Utami

2009), dikarenakan kondisi tektur dan

kandungan air yang sedikit, pospor yang

pada umumnya dalam keadaan tidak larut,

tidak memungkinkan untuk masuk ke

dalam sel-sel akar. Selain kandungan P,

kandungan pH pun mengalami kenaikan,

diduga penambahan nilai pH disebabkan

oleh pemadatan tanah, tanah di lokasi,

paska penambangan pasir tergolong alkalis

atau pun cukup netral, Purwowidodo

(2005).

Daerah penelitian yang berupa lahan

bekas pertambangan memiliki kondisi

lahan yang sudah tidak memiliki topsoil,

dan didominasi pasir-bebatuan, sehingga

lahan sangat tidak cocok bagi pertumbuhan

tanaman. Lahan yang terbengkalai lama

hanya ditumbuhi oleh alang-alang dan

rerumputan liar. Pada gambar 2.1 kawasan

usaha pertambangan sebenarnya telah

melanggar aturan persebaran lahan

pertambangan yang telah ditentukan,

kawasan tersebut yang berpotensi menjadi

lahan buah naga. Kawasan tersebut

memiliki kemiringan yang relatif rendah

hingga sedang, dengan jenis tanah regosol

dan jenis iklim tipe C, menurut Schimdt

Ferguson.

Gambar 2.1 Peta Kawasan Tambang

Desa Cibereum Wetan

Page 7: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2015 | 7

b. Tekhnik Pembudidayaan Buah Naga

pada lahan bekas pertambangan pasir

Umumnya proses pembudidayaaan

buah naga pada laan bekas pertambangan

sama seperti proses budidaya yang lain,

namun yang membedakan adalah pada

proses persiapan lahan, penanaman, dan

pemiliharaan.

1) Tahap persiapan

Tahan persiapan lahan dimulai dengan

kegiatan perataan lahan bekas

pertambangan menggunakan Excavator/

alat perata tanah, penggunaan alat ini dapat

mempercepat waktu perataan pada proses

persiapan lahan.

Umumnya kondisi lahan bekas

pertambangan diatur dengan membuat

teras atau jenjang menggunakan back hoe.

Dalam proses terasering dilakukan

pengerukan pada lereng bagian atas dan

samping, hasil penggerukan digunakan

untuk menimbun lubang bekas tambang.

Pengerukan dilakukan pada lereng bagian

atas dan samping. Hasil pengerukan

digunakan untuk menimbun lubang bekas

tambang dan pembuatan jenjang/teras pada

lahan. Skema bentuk teras dalam

penggarapan kebun reklamasi dapat dilihat

pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Illusi Skema Bentuk Teras

Kebun Reklamasi

Sumber : Hasil analisis 2015 diolah

(KPP Konservasi, 2006)

Keterangan :

A : Bentuk lereng asli

B : Solokan teras

C : Lahan untuk tanaman

D : Urugan tanah

E : Tanaman penutup

F : Tanah galian

Namun, berdasarkan hasil observasi

dan wawancara di lapangan, persiapan

lahan buah naga tidak semua menggunakan

tekhnik terrasering, artinya dalam perataan

lahan dengan kondisi kemiringan yang

rendah dapat langsung dikelola untuk

persiapan penanaman. Kemiringan lereng

lahan buah naga pada daerah penelitian

tidak begitu beragam, kemiringannya

berkisar 5%-10%, atau masuk ke dalam

jenis kemiringan rendah. Dalam persiapan

lahan buah naga pada lokasi penelitian

tidak dibuat parit, karena kondisi lahan

yang memiliki drainase yang sangat baik,

dengan kandungan pasir yang banyak

Page 8: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

8 | F. Aulia, dkk

Reklamasi Lahan Bekas Galian Pasir dengan Budidaya Buah Naga (Hylocherius polirhizus) di Desa

Cibereumn Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

dapat meloloskan air dengan sangat baik

sehingga tanah tidak dapat menyimpan air

dalam kandungan yang besar. Kondisi ini

mendukung kegiatan reklamasi yang lebih

ekonomis dalam persiapan lahan. Perataan

lahan untuk budidaya buah naga dapat

dilihat pada gambar 2.3, dan Gambar 2.4

menunjukan kondisi lahan budidaya buah

naga pada lahan reklamasi.

Gambar 2.3 Illusi Bentuk Lahan

Budidaya Buah Naga

Sumber : Hasil analisis 2015

Keterangan :

A : Bentuk lereng asli

B : Barisan tanaman buah naga

C : Tanaman Gamal

D : Lahan 1

E : Lahan 2

F : Lahan 3

Gambar 2.4 Kondisi Lahan Budidaya

Buah Naga

Sumber :Dokumentasi penelitian

Penanaman yang nanti akan dilakukan

diikuti dengan penanaman tanaman penutup

tanah yang berfungsi sebagai tanaman

konservasi. Tanaman tersebut berfungsi

penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia,

dan biologis tanah, juga dapat mengurangi

erosi.Tanaman yang digunakan dalam lahan

budidaya adalah Tanaman Gamal (Gliricidia

sepium), atau dalam bahasa daerah disebut

tanaman Cembreng. Karena kepentingannya

sebagai pakan ternak juga pelindung tanah,

tanaman ini sangat cocok dipadukan dengan

tanaman buah naga dalam suatu lahan bekas

galian C. Gambar 2.5 merupakan gambar

tanaman gamal pada lahan budidaya buah

naga.

Gambar 2.5 Tanaman Gamala

Sumber :Dokumentasi penelitian

2) Tahap penanaman

Perakaran buah naga memerlukan

tanah yang gembur karena perakaran

merayap di permukaan tanah, sehingga

tanah yang digunakan tidak memiliki

kandungan liat yang tinggi. Pemanfaatan

lahan bekas pertambang C yang

merupakan pasir adalah salah satu syarat

persiapan media tanam buah Naga, dimana

dalam pengelolaannya ditambah oleh

pupuk kambing Etawa sebanyak 30 Kg

untuk setiap alur sepanjang 4 m. Uniknya

dalam persiapan media tanam buah naga

ini tidak mengunakan penambahan media

tanah, melainkan memperbanyak

komposisi pupuk organik/pupuk kambing

Page 9: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2015 | 9

Etawa dalam proses persiapan tanamnya.

Pada proses pemupukan ini pun tidak

diberikan pupuk buatan, semakin banyak

pupuk yang diberikan, semakin bagus

pertumbuhan buah naga.

Dikarenakan komoditas kambing

peranakan etawa merupakan komoditas

awal yang dilakukan oleh kelompok tani

Simpay Tampomas, mengelolahan lahan

kembali menjadi sangat ekonomis.

Mengingat penambahan tanah liat yang

merupakan cara ideal mengubah tekstur

kasar menjadi lebih halus, masih dinilai

kurang ekonomis karena lokasi tanah liat

jauh dari lokasi tanah pasir. Penggunaan

pupuk organik adalah salah satu

rekomendasi ekonomis dalam perbaikan

kondisi fisik tanah, karena seperti halnya

liat, bahan organik dapat meningkatkan

daya pegang air (water holding capacity)

maupun daya ikat hara (cation exchange

capacity), Syekhfani (1993). Pemupukan

biasanya dilakukan dua kali dalam setahun

pada awal dan akhir musm hujan sebanyak

5-10 kg.

Untuk berbagai pertimbangan,

pemakaian pupuk organik sangatlah

penting pada lahan reklamasi karena selain

sebagai pengganti liat, juga merupakan

sumber unsur hara tambahan untuk

kesuburan tanah dan pertumbuhan

tanaman.

Pada penanaman sistem tiang panjatan

kelompok dilakukan dengan jarak tanam

10 cm dari tiang panjatan. Keempat stek

ditanam mengelilingi tiang panjatan.

Keempat bibit tersebut diikat pada tiang

panjatan menggunakan tali yang lunak agar

bibit tidak mudah jatuh. Pengikatan

dilakukan dengan hati-hati tidak boleh

terlalu kuat agar batang tanaman tidak

terluka. Batang tanaman yang terluka akan

mudah terserang penyakit, terutama

pembusukan batang. Lakukan penyiraman

awal setelah penanaman selesai.

Pohon buah naga dapat bertumbuh

pesat dalam beberapa bulan. Kecepatan

pertumbuhan tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas pemupukan dan jumlah

pupuk organik yang diberikan. Ketika

pohon mencapai ketinggian yang sejajar

dengan tiang, ujung tanaman perlu

dipotong agar terbentuk agar terbentuk

percabangan baru. Cabang yang terbentuk

harus terdiri dari 4-6 cabang saja. Jika

cabang terlalu banyak, dapat

mengakibatkan penurunan produksi buah.

Pada tahun pertama biasanya

ditemukan tiang beton yang tidak kuat

menompang tanaman karena lahan tanam

yang kurang padat, sehingga petani buah

naga biasanya menambahkan tiang beton

sisa untuk menompan tanaman buah naga

di ke empat sisi tiang panjatan utama.

Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar

2.6.

Page 10: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

10 | F. Aulia, dkk

Reklamasi Lahan Bekas Galian Pasir dengan Budidaya Buah Naga (Hylocherius polirhizus) di Desa

Cibereumn Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

Gambar 2.6 Penambahan Tiang

Penyangga pada Kondisi Tiang

Penyangga Utama yang Tidak Stabil

Sumber :Dokumentasi penelitian

3) Tahap Pemeliharaan

Tanaman buah naga yang termasuk ke

dalam keluarga kaktus tidak memerlukan

banyak air sehingga tidak perlu sering

disiram, dengan kondisi curah hujan yang

sedang pada daerah penelitian penyiraman

mengandalkan sistem tadah hujan. Lahan

yang ditanami buah naga sulit menahan air

karena didominasi oleh batuan dan pasir,

ditanggulangi dengan pemanfaatan mulsa

pada areal pertanaman. Mulsa tersebut berasal

dari limbah pertanian dan limbah perternakan.

Lama kelamaan mulsa itu akan membusuk

sehingga berperan sebagai pupuk dan mampu

memperlambat air meresap ke tanah, dan

menghambat penguapan.

Keuntunggan selanjutnya dari pemilihan

buah naga sebagai komoditas budidaya di atas

lahan bekas galian pasir, adalah pertahanan

dari hama penyakit. Buah naga yang dirawat

dengan baik pada lahan bekas pertambangan

sangat kuat akan hama penyakit, gangguan

tanaman biasanya terjadi pada musim

kemarau berupa bekicot. Namun penanganan

hama ini dapat diatasi dengan baik karena

adanya perternak bebek yang memerlukan

bekicot tersebut untuk pakan bebek. Sehingga

petani buah naga tidak harus mengeluarkan

biaya dalam pembersihan hama bekicot

tersebut.

c. Analisis Usaha Tani Buah Naga pada

Lahan Bekas Pertambangan

Buah naga merah (hylocereus polyrhizus)

harganya lebih mahal dibandingkan jenis

buah naga lainnya, karena buah naga merah

lebih manis dibandingkan dengan buah naga

lainnya. Harga yang diterapkan di tingat

petani adalah harga borongan, yakni Rp.

25.000. Petani mitra merasa keberatan jika

menggunakan sistem grade atau kelas buah

naga, karena hampir sebagian besar atau

sebesar 60% buah naga yang dihasilkan pada

daerah penelitian termasuk ke dalam

grade/kelas C. Tingkatan kelas buah naga

ditentukan menurut berat buah, ukuran buah

ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah pengelolaan tanam yang baik.

Kelompok tani Simpay Tampomas

menjual hasil panen buah naga dalam bentuk

buah segar dan hasil olahan. Untuk buah segar

dalam skala kecil biasanya dijual ke pedagang

buah keliling atau ke pasar di sekitar

Kabupaten Sumedang, Bandung, dan

Page 11: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2015 | 11

Indramayu. Sedangkan dalam jumlah besar

biasanya dikirim ke luar kota seperti Jakarta,

Bogor, Kalimantan, dan lain-lain. Buah naga

dari Desa Cibeureum Wetan ini juga telah

diekspor untuk memenuhi permintaan pasar

negara-negara Eropa dan Timur Tengah.Buah

naga segar dijual seharga Rp 25.000,00/kg

secara borongan, dan Rp 30.000,00-Rp

35.000,00/kg secara eceran. Tabel 2.2

Menunjukan hasil dari analisis buah naga

seluas 1 Ha selama 6 tahun terakhir dari awal

produksi.

Tabel 2. 2 Penerimaan, keuntungan usaha

tani dan analisis R/C buah naga

Tahun Hasil

Panen Penerimaan

Biaya

produksi Keuntungan R/C

1 0 0 198.335.000 -198.335.000 0

2 4000 100.000.000 23.369.000 76.631.000 4,3

3 6000 150.000.000 23.369.000 126.631.000 6,4

4 9000 225.000.000 23.369.000 201.631.000 9,6

5 12.500 312.500.000 23.369.000 289.131.000 13,4

6 18.750 468.750.000 23.465.000 445.285.000 19,9

Jumlah 50.250 1.256.250.000 315.276.000 940.974.000

Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari analisis yang telah dilakukan, dapat

dilihat keuntunggan yang diterima dalam

waktu kurun 6 tahun pembudidayaan, dengan

hasil panen meningkat hampir 50% setiap

tahunnya.

Pada tahun pertama baru dilakukan

kegiatan pengelolaan lahan dan penanaman

bibit, sehingga nilai R/C ratio = 0, artinya

setiap penambahan biaya Rp. 1,- tidak akan

mendapatkan penambahan penerimaan.

Sedangkan di tahun berikutnya, nilai R/C ratio

menunjukan kenaikan >1, artinya setiap

penambahan biaya Rp.1,- akan mendapatkan

menerimaan tambahan sebanyak Rp.4,3 dan

seterusnya. Dapat dilihat pada tabel 4.13 ,

nilai R/C tahun selanjutnya selalu

menunjukan >1, artinya usaha tani buah naga

efisien atau layak untuk diusahakan.

Perhitungan R/C ratio dan data biaya

Parameter Lahan bekas galian C Lahan budi daya

Iklim - -

Kemiringan

lereng 8%-60% ≤10%

Fisik tanah

Tekstur

Pasir 61 10

Debu 27 52

Liat 12 38

Kelas tekstur Lempung berpasir/sandy

loam

Lempung liat

berdebu/silty clay loam

Struktur stuktur tunggal Glanular

Kimia tanah

pH 7,54 5,73

KTK 11,75 12,37

C % 0,57 1,49

N 0,02 1,892

P bray 1 (ppm) 71,54 75,86

K mg/100g 44,7 71,4

Biologis tanah

mikroorganisme ( x 106 spk/g)

26,0 74,0

Page 12: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

12 | F. Aulia, dkk

Reklamasi Lahan Bekas Galian Pasir dengan Budidaya Buah Naga (Hylocherius polirhizus) di Desa

Cibereumn Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

pengeluaran, pemasukan, dan penerimaan

dapat dilihat pada lembar lampiran.

c. Perubahan Lahan Pasca Reklamasi

Sistem pertanian terpadu lebih

mempengaruhi terhadap kondisi tanah pada

lahan budidaya, diantaranya sifat fisik tanah,

kimia tanah, dan biologis tanah. Perubahan

yang terjadi disebabkan oleh pengelolaan da

penataan lahan yang baik dan penanaman

tanaman konservasi yang dilakukan juga

dalam perbaikan lahan pada kegiatan

reklamasi di Desa Cibereum Wetan.

Perubahan kondisi tanah pada daerah

penelitian dapat dilihat pada table 2.3.

Tabel 2.3 Perubahan Kondisi Lahan

pada Lahan Bekas Galian C dengan

Lahan Budidaya Buah Naga

Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Dari faktor fisik yang ada, kondisi iklim

tidak mengalami perubahan, karena buah naga

meruakan tanaman gurun yang tidak banya

memiliki daun, sehingga produksi oksigen

atau pengaruh terhadap suhu tidak begitu

besar. Selain itu adalah kondisi kemiringan

lereng, jika mengacau pada peta kemiringan

lereng, kondisi kemirigan lereng pada lahan

bekas pertambangan memiliki kemiringan

yang beragam dari sedang hingga terjal,

tergantung pada lamanya lahan ditambang.

Sedangan kemiringan lereng pada lahan

reklamasi, sudah dilakukan perataan lahan,

dan beberapa lahan diberi tanah liat tambahan

sehingga kemiringan lereng dkatakan rendah.

Pada lahan budidaya buah naga, kemiringan

lereng <8%. Perubahan kondisi kemiringan

lereng dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Perbandingan Kondisi

Kemiringan Lereng pada Lahan Bekas

Pertambangan dan Lahan Budidaya

Sumber: Dokumentasi penelitian

Selanjutnya, perubahan kondisi lahan,

terjadi pula terhadap sifat tanah, diantaranya;

1) Sifat Fisik Tanah

Proses reklamasi yang telah dilakukan

telah mengubah sifat fisik tanah, pada saat

tanah terbengkalai sebagai lahan bekas galian

C, kandungan pasir menunjukan jumlah yang

tinggi sebanyak 61%, debu 27%, dan liat

terkandung sebagian kecil sebanyak 12%, hal

tersebut merupakan penyebab tingginya daya

serap air, dan tanah yang cepat mengering

Page 13: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2015 | 13

karena tidak bisa menyimpan air. Dalam

kondisi demikian tidak ada tanaman pangan

yang dapat tumbuh, sehingga produktivitas

lahan tidak maksimal. Perubahan tekstur

terlihat jelas ketika reklamasi dilakukan,

penambahan pupuk organik, penanaman

tanaman konservasi, dan dipadukan dengan

budidaya buah naga yang dapat hidup pada

kondisi lahan pasca galian pasir, telah

meningkatkan sifat tanah berupa penurunan

kandungan pasir menjadi 10%, dan

penigkatan kandungan lainya yaitu debu 52%

dan liat 38% . Hal tersebut menunjukan

tekstur tanah yang lebih halus karena

memiliki persentase debu dan liat yang lebih

tinggi, artinya kemampuan tanah menahan air

lebih tinggi dari pada kondisi tanah

sebelumnya. Gambar 2.8 merupakan diagram

yang menunjukan perbandingan perubahan

kandungan tekstur pada lahan bekas

pertambangan dan lahan rekalamasi

Gambar 2.8 perbandingan perubahan

kandungan tekstur pada lahan bekas

pertambangan dan lahan rekalamasi

Sumber: : Hasil penelitian 2015

Kegiatan penggalian pasir telah mengubah

stuktur awal tanah, menghilangkan lapisan top

soil, dan menyisakan bekas-bekas galian

berupa pasir dan batuan-batuan. Kondisi

tersebut menghancurkan stuktur tanah

menjadi pertikel-pertikel tanah yang

lepas/tidak terikat satu sama lainnya.

Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti

liat pada daerah penelitian mengubah secara

sifat fisik tanah, sehingga struktur tanah lebih

memiliki daya porositas dan kerapatan

limbak/bulk desinty dan permeabilitas yang

baik untuk pertumbuhan tanaman buah naga.

2) Sifat Kimia Tanah

Terpilihnya buah naga sebagai komoditas

budidaya pada kegiatan reklamasi di daerah

penelitian, telah mengubah nilai pH yang

awalnya bernilai 7,54 (agak basa) menjadi

5,73 (agak masam). Perubahan dratis tersebut

dipengaruhi oleh penambahan pupuk organik

berupa pupuk kambing etawa yang berperan

seperti sulfur, disamping dapat meningkatkan

0

10

20

30

40

50

60

70

Pasir Debu Liat

61

27

1210

52

38

Persentase perubahan kandungan tekstur

Lahan bekas galian C Lahan budi daya

Page 14: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

14 | F. Aulia, dkk

Reklamasi Lahan Bekas Galian Pasir dengan Budidaya Buah Naga (Hylocherius polirhizus) di Desa

Cibereumn Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

kesuburan tanah, juga dapat menurunkan nilai

pH tanah (Buckman dan Brady, 1982) , jika

diberikan pada tanah dengan jumlah yang

banyak. Sedangkan hasil dari uji KTK pada

kedua daerah penelitian, dimana lahan

budidaya yang memiliki kandungan liat dan

bahan organik yang lebih tinggi memiliki

KTK yang jauh lebih tinggi senilai 12,37%

dibandingkan dengan kandungan KTK pada

lahan bekas galian C senilai 11,75% yang

memiliki banyak kandungan pasir.

Kondisi unsur hara dalam bentuk C

Organik, P-potensial. N dan K juga

mengalami perubahan akibat aktifitas

reklamasi. Penambahan pupuk organik dan

bertambahnya aktifitas biologis menjadi

alasan utama dalam bertambahnya kandungan

unsur hara yang ada di dalam tanah. Gambar

2.5 merupakan diagram perubahan sifat kimia

tanah dari lahan bekas pertambangan pasir

dengan kondisi sifat kimia tanah pada lahan

reklamasi.

Gambar 2.5 Perubahan sifat kimia tanah

pada lahan bekas pertambangan dan lahan

reklamasi

Sumber : Hasil penelitian 2015

3) Sifat Biologi Tanah

Kandungan mikroorganisme pada tanah

sangat penting karena selain sebagai

perombak dan pembentuk tanah,

mikroorganisme juga berfungsi dalam

penyediaan unsur hara bagi tanaman.

Persentase perubahan kandungan

mikroorganisme tanah dapat dilihat pada

gambar 4.31.

Pada gambar 4.31, terlihat perubahan

nyata perubahan persentase kandungan

mikroorganisme pada tanah bekas galian C

senilai 26% menjadi 74% pada tanah budi

daya. Kondisi lahan bekas tambang yang

tidak ditumbuhi banyak vegetasi menjadi

penyebab kurangnya kandungan

mikroorganisme pada tanah, sehingga

menyebabkan kurangnya unsur hara yang

terkandung dalam, maka dapat dikatakan

bahwa kandungan mikroorganisme yang

7.54 11.75

0.57 0.02

71.54

44.7

5.73

12.37

1.49 1.892

75.8671.4

0

10

20

30

40

50

60

70

80

pH KTK C % N P bray 1(ppm)

K mg/100g

Perubahan sifat kimia tanah

Lahan bekas galian C Lahan budi daya

Page 15: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2015 | 15

tinggi menunjukan kondisi lahan yang

subur.

Gambar 2.5. Perubahan kandungan

mikroorganisme tanah

Sumber : Hasil penelitian 2015

Kandungan mikroorganisme pada

tanah budidaya tersebut dihasilkan dari

kegiatan penanaman tanaman konservasi

dan pemupukan pada lahan budidaya.

KESIMPULAN

Kegiatan pertambangan yang telah

menghilangkan lapisan atas tanah (topsoil)

dan kondisi lahan yang umumnya tidak

ditumbuhi tanaman, menjadikan tanah

memiliki sedikit unsur hara, dimana

kandungan C-organik, N, dan K menurun

Sedangkan kandungan P tersedia

meningkat disebabkan oleh kondisi tekstur

yang sabagian besar adalah pasir yang

tidak bisa menahan air, selain itu

pemadatan tanah akibat kegiatan

penambangan menjadikan nilai pH

bertambah, sehingga menyebabkan nilai

KTK tanah berkurang dari kondisi awal.

Kontribusi kegiatan budidaya buah naga

dalam kegiatan reklamasi bekas galian C

merupakan tindakan yang cerdas, tekhnik

pembudidayaan menjadi lebih sederhana

karena kondisi lahan pada dasarnya

mendukung syarat tumbuh buah naga, dan

kegiatan pertanian lainnya seperti

peternakan kambing etawa menjadikan

budidaya buah naga di atas lahan bekas

pertambangan lebih ekonomis, disamping

nilai R/C pada analisis budidaya >1 dalam

6 tahun terakhir dengan penerimaan yang

bertambah 50% tiap tahunnya. Kegiatan

reklamasi yang telah dilakukan telah

mengubah nilai kesuburan tanah,

diantaranya perubahan kondisi tekstur,

ynag telah menurunkan kandungan pasir

dari 60% hingga 10%, dan menigkatkan

kandungan lainnnya, sehingga mengubah

kelas tekstur tanah dari lempung berpasir

menjadi lempung liat berdebu. Stuktur

tanahpun berubah menjadi pengikat air

yang baik, dan dapat menyimpan unsur

hara. Reterensi hara berupa pH mengalami

penurunan menjadi lebih masam senilai

5,73%, penurunan itu disebabkan oleh

penggunaan pupuk organik yang berfungsi

pula sebagai sulfur, sehingga mengurangi

nilai pH tanah. Dengan penurunan nilai pH

kenaikan nilai KTK pun terjadi pada lahan

reklamasi. Selanjutnya kegiatan

pemupukan dan aktivitas vegetasi yang ada

mengubah kandungan unsur hara

diantaranya niali C-organik , P-potensial,

N, K, dan kandungan biologis tanah berupa

kandungan mikroorganisme. Kandungan

10

30

50

70

mikroorganisme ( x 106 spk/g)

26

74

Persentase perubahan kandungan mikroorganisme

Lahan bekas galian C Lahan budi daya

Page 16: Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April ...antologi.upi.edu/file/Reklamasi_Lahan_Galian_Pasir_dengan_Budi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, ...

16 | F. Aulia, dkk

Reklamasi Lahan Bekas Galian Pasir dengan Budidaya Buah Naga (Hylocherius polirhizus) di Desa

Cibereumn Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

tersebut merupakan unsur penting dalam

pertumbuhan buah naga dan kesuburan

tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Hardjadinata, Sinatra. 2011. Budidaya

Buah Naga Super Red Secara

Organik. Penebar swadaya. Bogor

Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Klasifikasi

Tanah dan Pedogenesis. Akapres.

Bandung.

Kartasapoetra, G. Dkk. 2010. Tekhnologi

Konservasi Tanah dan Air. Rineka

Putra. Jakarta

Purwowidodo. 2005. Mengenal Tanah.

Bogor: Laboratorium Pengaruh Hutan,

Jurusan Manajemen Hutan, Institut

Pertanian Bogor.

Rivai, Bahtiar. 1980. Ilmu Usahatani.

Erlangga: Jakarta.

Buckman, H.O and N.C Brady. 1989.Ilmu

Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhatara

Karya Aksara, Jakarta

Sumber Dokumen

Departemen Kehutanan, Direktorat

Jenderal Rehabilitasi Lahan dan

Perhutanan Sosial. 1997. Pedoman

Reklamasi Lahan Tambang. Jakarta :

Dephut

KPP Konservasi, 2006. Ensiklopedi Bahan

Galian Indonesia, Seri Batugamping,

Pusat Sumber Daya Geologi,

Bandung.

Jamulya dan Sunarto.1991. Evaluasi

Sumberdaya Lahan. Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Supendi, Pepen. 2012. Reklamasi Lahan

Bekas Penambangan Pasir Darat Di

Desa Cibereum Kecamatan Cimalaka

Kabupaten Sumedang. [Kertas Keja

Wajib]. Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral Badan

Pendidikan Pelatihan Energi dan

Sumber Daya Mineral PTK

AKAMIGAS-STEM.

Syehfani. 1993. Peruntukan lahan wilayah

pertambangan bahan galian golongan

c (sedimen lepas). Lokakarya petunjuk

reklamasi lahan bekas penambangan

bahan galian c. Bapeldada Jatim.

Malang 28-30 Oktober 1993.

Utami, Nur.2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat

Kimia Dan Sifat Biologi Tanah Paska

Tambang Galian C Pada Tiga

Penutup Lahan.[Artikel Skripsi] pda

Departemen Silvikultur. Bogor: IPB.

Sumber Internet

Arief sujendro, Ganda.2013. Reklamasi

dan revegetasi tanaman pada lahan

bekas tambang di Sulawesi selatan.

Tersedia di http://gandaa.blogspot.com.

diakses pada 29 Oktober 2014.

Suprapto, Sabtanto. Tinjauan Reklamasi

Lahan Bekas Tambang Dan Aspek

Konservasi Bahan Galian, Pusat

Sumber Daya Geologi. Tersedia di

http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?o

ption=com_content&view=article&id=

609&It. Diakses pada 23 Oktober 2014.