Antipsikosis Kel 2

download Antipsikosis Kel 2

of 33

Transcript of Antipsikosis Kel 2

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    1/33

    6

    LAPORAN FARMAKOLOGI

    OBAT ANTIPSIKOSIS

    FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM

    UNIVERSITAS MULAWARMAN

    2010

    Disusun oleh : Kelompok II

    Afdhalia Khairunnisa Sy. (0708015030)

    Dewi Puspita Ayu (0708015019)

    Febrian Juventianto (0708015058)

    Fredy Setyawan (0708015057)

    Ira Karlina (0708015021)

    Lawani Meri (0708015003)

    Siti Muawanah (0708015011)

    Yunistira Sylvia (0708015037)

    Zara Pilar K.A (0708015020)

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    2/33

    6

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat

    dan hidayah-Nyalah laporan praktikum farmakologi dengan judul Obat Anti

    Psikosis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari

    berbagai sumber ilmiah. Laporan ini secara garis besar berisikan tentang

    penjelasan mengenai obat anti Psikosis, termasuk di dalamnya definisi, klasifikasi

    serta mekanisme kerja dari obat ini.

    Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih

    kepada:

    1. Dosen-dosen tim farmakologi yang telah mengajarkan materi

    kepada kami sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan

    praktikum farmakologi ini.

    2. Teman-teman kelompok II yang telah mencurahkan pikiran,

    tenaga dan waktunya sehingga diskusi sehingga dapat berjalan dengan baik

    dan dapat menyelesaikan laporan praktikum farmakologi ini.

    3. Teman-teman mahasiswa kedokteran Universitas Mulawarman

    angkatan 2007 khususnya yang telah bersedia untuk sharing bersama

    mengenai materi yang kita bahas.

    Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tentunya laporan ini sangat jauh

    dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

    penyusun harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan praktikum

    farmakologi ini.

    Hormat Kami,

    Penyusun

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    3/33

    6

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar .2

    Daftar Isi .3

    Bab I Pendahuluan

    A. Latar Belakang .4

    B. Tujuan .5

    Bab II Tinjauan Pustaka.. 6

    Bab III Penutup

    A. Kesimpulan ... 32

    B. Saran ..32

    Daftar Pustaka ... 33

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    4/33

    6

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Obat anti psikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun

    kronik, suatu gangguan jiwa yang berat. Ciri terpenting obat antipsikosis

    ialah : (1) berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas,

    hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis; (2) dosis besar

    tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anestesia; (3) dapat

    menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau ireversibel; (4) tidak

    ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.

    Antipsikotika biasanya dibagi dalam dua kelompok besar, yakni obat

    typis atau klasik dan obat atypis. Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal

    mempunyai afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamin 2, hal inilah

    yang diperkirakan menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat. Obat

    golongan atipikal pada umumnya mempunyai afinitas yang lemah terhadap

    dopamin 2, selain itu juga memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin 4,

    serotonin, histamin, reseptor muskarinik dan reseptor alfa adrenergik.

    Golongan antipsikosis tipikal umumnya hanya berespons untuk gejala positif.

    Antipsikosis sangat bermanfaat mengatari keadaan gaduh gelisah.

    Efektivitas obat ini samgat membantu orang-orang yang memelihara pasien

    psikosis. Indikasi lainnya adalah Tourette's syndrome dan untuk mengontrol

    gangguan perilaku pada pasien demensia Alzheimer. Kebanyakan antipsikosis

    lama, kecuali tioridazin memiliki efek antiemetik.

    Semua psikofarmaka bersifat lipofil dan mudah masuk ke dalam CCS(Cairan cerebrospinal) dan obat-obat ini melakukan kegiatannya secara

    langsung terhadap saraf otak. Mekanisme kerjanya pada taraf biokimiawi

    belum diketahui dengan pasti, tetapi ada petunjuk kuat bahwa mekanisme ini

    berhubungan erat dengan kadar neurotransmitter di otak atau antar-

    keseimbangannya.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    5/33

    6

    Antipsikotik memiliki sejumlah kegiatan fisiologi, yakni : antipsikotik,

    anxiolitis, antiemesis, dan analgetik.

    Obat-obat ini digunakan untuk gangguan jiwa dengan gejala psikosis,

    seperti schizophrenia, mania, dan depresi psikosis. Disamping itu

    antipsikotika digunakan untuk menangani ganguan perilaku serius pada pasien

    dengan handicap rohani dan pasien demensia, juga untuk keadaan gelisah akut

    dan penyakit lata.

    Obat ini mampu meniadakan rasa bimbang, takut, gelisah, dan agresi yang

    berat. Oleh karena itu adakalanya obat ini digunakan dalam dosis rendah

    sebagai minor tranquilizer pada kasus-kasus serius, dimana benzodiazepinn

    kurang efektif, misalnya pimozida dan thioridiazin. Berhubung efek

    sampingnya penggunaan antispikotika dalam dosis rendah sebagai anxiolitika

    tidak dianjurkan.

    Berdasarkan perintangan neurotransmisi dari CTZ (Chemo Trigger Zone)

    ke pusat muntah dengan jalan blockade reseptor dopamine. Karena sifat inilah

    obat ini sering digunakan untuk melawan mual dan muntah yang hebat. Obat

    dengan daya antiemesis kuat adalah proklperazin dan thietilperazin. Obat lain

    dengan daya antimual yang baik dalam dosis rendah adalah klorpromazin,

    perfrenazin, triflupromazin, flufenazin, dan haloperidol.

    Beberapa antipsikotik memiliki khasiat analgesic kuat, antara lain

    levomepromazin, haloperidol, dan droperidol. Tetapi obat ini jarang digunakan

    sebagai obat antinyeri, kecuali droperidol. Obat lainnya dapat memperkuat efek

    analgetik dengan jalan meningkatkan ambang-nyeri, misalnya klorpromazin.

    Klorpromazin dan haloperidoladakalanya juga digunakan pada sedu yang tak

    henti-henti dan gangguan keseimbangan bila obat lain tidak ampuh.

    B. Tujuan

    Tujuan penyusunan laporan farmakologi ini adalah mempelajari

    tentang obat anti psikosis. Selain itu juga kita dapat mempelajari dari definisi,

    klasifikasi, mekanisme kerja, efek dan manfaat, interaksi, dll.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    6/33

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    ANTIPSIKOTIKA

    Bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa

    yang berat. Ciri terpenting obat antipsikosis ialah : (1) berefek antipsikosis, yaitu

    berguna mengatasi agresivitas, hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien

    psikosis; (2) dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anestesia;

    (3) dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau ireversibel; (4)

    tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.

    Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal mempunyai afinitas tinggi

    dalam menghambat reseptor dopamin 2, hal inilah yang diperkirakan

    menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat. Obat golongan atipikal pada

    umumnya mempunyai afinitas yang lemah terhadap dopamin 2, selain itu juga

    memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin 4, serotonin, histamin, reseptor

    muskarinik dan reseptor alfa adrenergik. Golongan antipsikosis tipikal umumnya

    hanya berespons untuk gejala positif.

    Antipsikotika biasanya dibagi dalam dua kelompok besar, yakni obat typis

    atau klasikdan obat atypis.

    1. Antipsikotika klasik atau typis, terutama efektif mengatasi symptom positif,

    pada umumnya dibagi lagi dalam sejumlah kelompok kimiawi sebagai

    berikut:

    a. Derivat-fenotiazin : klorpromazin, levomepromazin dan triflupromazin

    (Siquil), thioridazin dan periciazin, perfenazin dan flufenazin, perazin

    (Taxillan), trifluoperazin, dan prklorperazin (Stemetil)

    b.Derivat-thioxanthen : klorprotixen (Tuxal) dan zuklopentixol (Cisordinol)

    c. Derivat-butirofenon : haloperidol, bromperidol, pipamperon, dan

    droperidol.

    d.Derivat-butilpiperidin : pimozida, fluspirilen, dan penfluridol.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    7/33

    6

    2. Antipsikotika atypis (sulpirida, klozapin, risperidon, olanzapin, dan

    quetiapin) bekerja efektif melawan symptom negatif, yang praktis kebal

    terhadap obat klasik. Lagi pula efek sampingnya lebih ringan, khususnya

    gangguan ekstrapiramidal dan dyskinesia tarda. Obat atypis lainnya yang

    sudah tersedia di negara lain sejak 1998 adalahzotepin, dan ziprasidon.

    Indikasi

    Antipsikosis sangat bermanfaat mengatari keadaan gaduh gelisah.

    Efektivitas obat ini samgat membantu orang-orang yang memelihara pasien

    psikosis. Indikasi lainnya adalah Tourette's syndrome dan untuk mengontrol

    gangguan perilaku pada pasien demensia Alzheimer. Kebanyakan antipsikosis

    lama, kecuali tioridazin memiliki efek antiemetik.

    Khasiat dan penggunaan

    Antipsikotik memiliki sejumlah kegiatan fisiologi, yakni :

    a. Antipsikotis

    Obat-obat ini digunakan untuk gangguan jiwa dengan gejala psikosis,

    seperti schizophrenia, mania, dan depresi psikosis. Disamping itu antipsikotika

    digunakan untuk menangani ganguan perilaku serius pada pasien dengan

    handicap rohani dan pasien demensia, juga untuk keadaan gelisah akut dan

    penyakit lata.

    b. Anxiolitis

    Obat ini mampu meniadakan rasa bimbang, takut, gelisah, dan agresi yang

    berat. Oleh karena itu adakalanya obat ini digunakan dalam dosis rendah

    sebagai minor tranquilizer pada kasus-kasus serius, dimana benzodiazepinnkurang efektif, misalnya pimozida dan thioridiazin. Berhubung efek

    sampingnya penggunaan antispikotika dalam dosis rendah sebagai anxiolitika

    tidak dianjurkan.

    c. Antiemesis

    Berdasarkan perintangan neurotransmisi dari CTZ (Chemo Trigger Zone)

    ke pusat muntah dengan jalan blockade reseptor dopamine. Karena sifat inilah

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    8/33

    6

    obat ini sering digunakan untuk melawan mual dan muntah yang hebat. Obat

    dengan daya antiemesis kuat adalah proklperazin dan thietilperazin. Obat lain

    dengan daya antimual yang baik dalam dosis rendah adalah klorpromazin,

    perfrenazin, triflupromazin, flufenazin, dan haloperidol.

    d. Analgetis

    Beberapa antipsikotik memiliki khasiat analgesic kuat, antara lain

    levomepromazin, haloperidol, dan droperidol. Tetapi obat ini jarang digunakan

    sebagai obat antinyeri, kecuali droperidol. Obat lainnya dapat memperkuat efek

    analgetik dengan jalan meningkatkan ambang-nyeri, misalnya klorpromazin.

    Klorpromazin dan haloperidoladakalanya juga digunakan pada sedu yang tak

    henti-henti dan gangguan keseimbangan bila obat lain tidak ampuh.

    Mekanisme kerja

    Semua psikofarmaka bersifat lipofil dan mudah masuk ke dalam CCS

    (Cairan cerebrospinal) dan obat-obat ini melakukan kegiatannya secara langsung

    terhadap saraf otak. Mekanisme kerjanya pada taraf biokimiawi belum diketahui

    dengan pasti, tetapi ada petunjuk kuat bahwa mekanisme ini berhubungan erat

    dengan kadar neurotransmitter di otak atau antar-keseimbangannya.

    Antipsikotika menghambat (agak) kuat reseptor dopamine (D2) di system

    limbis otak dan disamping itu juga menghambat reseptor D1/D4, 1 (dan 2)-

    adrenerg, serotonin, muskarin, dan histamine. Akan tetapi pada pasien yang kebal

    bagi obat-obat klasik telah ditemukan pula blockade tuntas dari reseptor D2

    tersebut. Riset baru mengenai otak telah menunjukkan bahwa blockade D 2 saja

    tidak selalu cukup menanggulangi schizophrenia secara efektif. Untuk ini

    neurohormon lainnya seperti serotonin (5HT2) , glutamate, dan GABA perludipengaruhi.

    Mulai kerjanya blockade- D2 cepat, begitu pula efeknya pada keadaan

    gelisah. Sebaliknya, kerjanya terhadap gejala psikosis lainnya, seperti waham,

    halusinasi, dan gangguan pikiran baru nyata setelah beberapa minggu. Mungkin

    efek lambat ini disebabkan system reseptor dopamine menjadi kurang peka.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    9/33

    6

    Antipsikosis atypis memiliki afinitas lebih besar untuk reseptor-D1 dan

    D2, sehingga lebih efektif daripada obat-obat klasik untuk melawan symptom

    negative. Lagi pula obat ini lebih jarang menimbulkan GEP dan dyskinesia tarda.

    a. Sulpirida, terutama menghambat reseptor- D2 dan praktis tanda afinitas bagi

    reseptor lain. Pada dosis rendah (dibawah 600mg/ hari) terutama bekerja

    antagonistis terhadap reseptor presinaptis, dan pada dosis lebih tinggi (diatas

    800mg/hari) juga terhadap reseptor-D2 postsinaptis, seperti obat-obat klasik.

    Efek antipsikosis terutama dicapai pada dosis lebih tinggi dan dosis rendah

    berguna pada psikosis dengan terutama symptom negatif.

    b. Klozapin : ikatannya pada reseptor D2 agak ringan dibandingkan obat-obat

    klasik. Namun efek antipsikosisnya kuat, yang bisa dianggap paradoksal. Juga

    afinitasnya pada reseptor lain dengan efek antihistamin, antiserotonin,

    antikolinergis, dan antiadrenergis adalah relative tinggi. Menurut perkiraan

    efek baiknya dapat dijelaskan oleh blockade kuat dari reseptor D2, D4, dan

    5HT2. Blockade resptor muskarin dan D4 diduga mengurangi GEP, sedangkan

    blockade 5HT2 meningkatkan sintesa dan pelepasan dopamine di otak. Hal ini

    meniadakan sebagai blockade D2, tetapi mengurangi resiko GEP.

    c. Risperidon juga terutama menghambat reseptor D2 dan 5HT2, dengan

    perbandingan afinitas 1 : 10, juga dari reseptor 1, 2 dan H1. Blokade 1 dan 2

    dapat menimbulkan masing-masing hipotensi dan depresi sedangkan blockade

    H1 berikatan dengan sedasi.

    d. Olanzapin menghambat semua reseptor dopamine (D1 s/d D4) dan reseptor H1,

    5HT2, adrenergic, dan kolinergis, dengan afinitas lebih tinggi untuk reseptor 5-

    HT dibandingkan D2.

    e. Reboxetin yang secara selektif menghambat reuptake noradrenalin pada tahun1997 dipasarkan di Inggris.

    Efek samping

    Sejumlah efek samping serius dapat membatasi penggunaan antipsikotika

    dan yang paling sering terjadi adalah :

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    10/33

    6

    a. Gejala ekstrapiramidal (GEP), yang bertalian dengan daya antidopaminnya

    dan bersifat lebih ringan pada senyawa butirofenon, butilpiperidin, dan obat

    atypis. GEP dapat berbentuk banyak macam, yaitu sebagai :

    - Parkinsonisme dengan gejala hipokinesia dan kekauan anggota tubuh,

    terkadang tremor tangan, dan keluar liur berlebihan. Gejala lainnya rabbit

    syndrome (mulut membuat gerakan mengunyah, mirip kelinci) yang dapat

    muncul setelah beberapa minggu atau bulan. Terutama pada dosis tinggi

    dan lebih jarang pada obat dengan kerja antikolinergis. Insidensinya 2-

    10%.

    - Distonia akut yakni kontraksi otot-otot muka dan tengkuk, kepala miring,

    gangguan menelan, sukar bicara dan kejang rahang. Untuk

    menghindarkannya dosis dinaikkan dengan perlahan atau diberi

    antikolinergik sebagai profilaksis.

    - Akathisia yakni selalu ingin bergerak, tidak mampu diam tanpa

    menggerakkan kaki, tangan, atau tubuh. Ketiga GEP diatas dapat dikurangi

    dengan menurunkan dosis dan dapat diobati dengan antikolinergik.

    Akathisia juga dapat diatasi dengan propanolol atau benzodiazepine.

    - Diskinesia tarda yakni gerakan abnormal tak sengaja khususnya otot-otot

    muka dan mulut, yang dapat menjadi permanen. Gejala ini sering muncul

    setelah 0,5-3 tahun dan berkaitan antara lain dengan dosis kumulatif yang

    telah diberikan. Resiko efek samping ini meningkat pada penggunaan lama

    dan tidak tergantung dari dosis juga sering terjadi pada lansia. Insidennya

    tinggi sekitar 10-15%. Gejala ini lenyap dengan menaikkan dosis, tetapi

    kemudian timbul kembali secara lebih hebat. Antikolinergik juga dapat

    memperhebat gejala tersebut. Pemberian vitamin E dapat mengurangi efeksamping ini.

    - Sindroma neuroleptika maligne berupa demam, kekakuan otot dan GEP

    lain, kesadaran menurun dan kelainan-kelainan SSO (takikardi, berkeringat,

    fluktuasi tekanan darah, inkontinensia). Gejala ini tidak tergantung pada

    dosis. Gejala ini terutama terjadi pada pria muda dalam waktu 2 minggu

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    11/33

    6

    dengan insiden 1%. Diagnosanya sukar, tetapi bila tidak ditangani bisa

    berakhir fatal.

    b. Galaktorrea (banyak keluar air susu). Hal ini diakibatkan blockade dopamine

    yang identik denga PIF (Prolactine Inhibiting Factor). Sekresi prolaktin tidak

    dirintangi lagi, kadarnya meningkata dan produksi air susu bertambah banyak.

    c. Sedasi, yang bertalian dengan khasiat antihistamin, khususnya klopromazin,

    thioridazin, dan klozapin. Efek sampingnya ringan pada zat-zat

    difenilbutilamin.

    d. Hipotensi ortostatis, terjadi akibat blockade reseptor 1-adrenergis, misalnya

    klopromazin, thioridazin, dan klozapin.

    e. Efek antikolinergis, terjadi akibat blockade resepto muskarin, yang bercirikan

    antara lain mulut kering, penglihatan guram, obstipasi, retensi kemih, dan

    takikardia terutama pada lansia. Efek khusus kuat pada klopromazin,

    thioridazin, dan klozapin

    f. Efek antiserotonin, terjadi akibat blockade reseptor-5HT, yang berupa

    stimulasi nafsu makan dengan akibat naiknya berat badan dan hiperglikemia.

    g. Gejala penarikan dapat timbul, meskipun obat-obat ini tidak berdaya adiktif.

    Bila penggunaannya dihentikan mendadak dapat terjadi sakit kepala, sukar

    tidur, mual, muntah, anorexia, dan rasa takut. Efek ini terutama pada obat-obat

    dengan kerja antikolinergis. Oleh karena itu penghentiannya selalu perlu secara

    berangsur.

    h. Efek lainnya. Akhirnya masih ada beberapa efek samping yang karakteristik

    bagi obat-obat tertentu, yakni :

    - Fenotiazin : seringkali reaksi imunologis, seperti fotosensibilitas, hepatitis,

    kelainan darah, dan dermatitis alergi. Efek lainnya berupa kelainan mataberupa endapan pigmen di lensa dan kornea serta retinopati pada

    thioridazin (dosis diatas 800mg/hari).

    - Klozapin : dapat menimbulkan agranulositosis, bradikardi, hipotensi

    ortostatis dan berhentinya jantung.

    - Olanzapin dan risperidon pada lansia yang menderita Alzheimer dapat

    mengakibatkan kerusakan cerebrovaskuler, yang meningkatkan

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    12/33

    6

    mortalitasnya dengan lebih dari dua kali, tidak tergantung dari lama dan

    dosisnya penggunaan.

    Kehamilan dan laktasi. Penggunaan obat-obat ini selama kehamilan dan

    laktasi sedapat mungkin harus dihindari berhubungan toksisitasnya bagi janin

    dan bayi. Karena psikosis yang tidak ditangani dengan tepat dapat sangat

    merusak kesehatan ibu dan janin, maka resiko penggunaan antipsikotika perlu

    dipertimbangkan per pasien secara individual. Bila sangat perlu hendaknya

    diberikan dalam dosisserendah mungkin dalam masa yang singkat. Pecan-

    pekan kehamilan dengan resiko tinggi adalah minggu ke-4 sampai ke-10 dan 2-

    4 minggu terakhir. Selama periode tersebut hendaknya jangan diberikan

    medikasi. Obat pilihan pertama untuk keadaan darurat adalah haloperidol.

    Interaksi. Beta bloker dan antidepresiva trisiklik dapat saling memperkuat

    efek antipsikotika dengan jalan menghambat masing-masing metabolisme.

    Levadopa dan bromokriptin dapat dikurangi kerja dopaminergiknya. Barbital

    menurunkan kadar darah antipsikotikanya berdasarkan induksi enzim.

    Klorpromazin dan garam-garam litium saling menurunkan kadar darahnya

    masing-masing

    Obat-obat tambahan

    Bila penggunaan antipsikotik kurang menghasilkan efek yang diinginkan

    adakalanya ditambahkan adjuvansia, seperti :

    - Benzodiazepine dengan kerja agak panjang seperti diazepam, dapat untuk

    sementara ditambahkan pada antipsikotika dengan efek sedative ringan guna

    menanggulangi rasa takut dan gelisah. Penggunaannya tidak boleh dihentikandengan mendadak, melainkan harus secara berangsur untuk menghidarkan

    psikosis dan konvulsi reaktif.

    - Litium berguna sebagai obat tambahan bila terdapat komponen mania.

    Efeknya yang baik berupa berkurangnya gejala psikosis, kegelisahan dan

    perbaikan kontak social dapat tercapai setelah 2-4 minggu. Dosis

    antipsikotikum biasanya dapat dikurangi.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    13/33

    6

    - Antidepresiva trisiklik, misalnya amitriptilin, adakalanya dapat ditambahkan

    pada depresi yang timbul sesudah psikosis. Berhubung kombinasi saling

    memperkuat daya kerja dan toksisitas kedua obat, harus diwaspadai

    meningkatnya efek antikolinergik.

    - Karbamazepin adakalanya berguna sebagai adjuvant bila terdapat kegelisahan

    dan gangguan kelakuan hebat. Obat epilepsy ini menurunkan kadar darah

    antipsikotika.

    KLORPROMAZIN DAN DERIVAT FENOTIAZIN

    Prototip kelompok ini adalah klorpromazin (CPZ). Sampai sekarang obat

    ini masih tetap digunakan sebagai antipsikosis, karena ketersediannya dan

    harganya yang murah.

    Farmakodinamik

    Efek farmakologik terjadi karena antipsikosis menghambat reseptor

    diantaranya dopamin, reseptor serotonin 5HT2 dengan afinitas yang berbeda.

    Klorpromazin misalnya selain memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin, juga

    memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor -adrenergik, sedangkan

    risperidon memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin 5HT2.

    Susunan Saraf Pusat

    CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap

    rangsamg dari lingkungan. Klorpromazin berefek antipsikosis terlepas dari efek

    sedasinya. CPZ tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik

    maupun rangsang oleh obat. Semua derivat fenotiazin mempengaruhi gangliabasal, sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme. CPZ dapat mengurangi atau

    mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada chemoreceptor trigger

    zone. Fenotiazin terutama yang. potensinya rendah menurunkan ambang

    bangkitan sehingga penggunaannya pada pasien epilepsi harus sangat hati-hati.

    Derivat piperazin dapat digunakan secara aman pada pasien epilepsi bila dosis

    diberikan bertahap dan bersama antikonvulsan.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    14/33

    6

    Neurologik

    Pada dosis berlebihan, semua derivat fenotiazin dapat menyebabkan gejala

    ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada parkinsonisme. Dikenal 6 gejala

    sindrom neurologik yang karakteristik obat ini : distonia akut, akatisia,

    parkinsonisme dan sindrom neuroleptic malignat, tremor perioral(jarang) dan

    diskinesia Tardif.

    Otot Rangka

    CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang berada dalam keadaan

    spastik.

    Efek Endokrin

    CPZ dan beberapa antipsikosis lama lainnya mempunyai efek samping

    terhadap sistem reproduksi. Pada wanita dapat terjadi amenorea, galaktorea, dan

    peningkatan libido, sedangkan pada pria dilaporkan adanya penurunan libido dan

    ginekomastia.

    Kardiovaskular

    Hipotensi ortostatik, dan peningkatan denyut nadi saat istirahat biasanya

    sering terjadi dengan derivat fenotiazin. Tekanan arteri rata-rata, resistensi perifer,

    curah jantung menurun dan frekuensi denyut jantung meningkat.

    Farmakokinetik

    Kebanyakan antipsikosis diabsorbsi sempurna, sebagian diantaranya

    mengalami metabolismd lintas pertama.

    Efek Samping

    Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Gejala

    idiosinkrasi mungkin timbul berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini

    disertai eosinofilia dalam darah perifer.

    HALOPERIDOL

    Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis

    yang karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    15/33

    6

    Farmakodinamik

    Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon

    memperlihatkan banyak sifat fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol

    mirip fenotiazin piperazin.

    Susunan Saraf Pusat

    Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang

    mengalami eksitasi.

    Sistem Saraf Otonom

    Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada efek

    antipsikotik lain; walaupun demikian haloperidol dapat menyebabkan pandangan

    kabur.

    Sistem Kardiovaskular dan Respirasi

    Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat

    akibat CPZ.

    Farmakokinetik

    Haloperidol cepat diserap dalam saluran cerna. Kadar puncaknya dalam

    plasma tercapai dalam 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan

    masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu.

    Efek Samping dan Intoksikasi

    Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang

    tinggi, terutama pada pasien muda. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan

    mania atau sebagai efek samping sebenarnya. Haloperidol sebaiknya tidak

    diberikan pada wanita hamil sampai terdapat bukti bahwa obat ini tidak

    menimbulkan efek teratogenik.

    IndikasiIndikasi utama haloperidol ialah untuk psikosis. Selain itu juga merupakan obat

    pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de la Tourette.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    16/33

    6

    DIBENZODIAZEPIN

    KLOZAPIN

    Merupakan antipsikosis atipikal pertama dengan potensi lemah. Disebut

    atipikal karena obat ini hampir tidak memiliki efek ekstrapiramidal dan kadar

    prolaktin serum pada manusia tidak ditingkatkan. Klozapin efektif untuk

    mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofernia baik yang positif (iritabilitas)

    maupun yang negatif.

    Klozapin efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia

    baik yang positif maupun negatif. Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2

    minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat

    ini berguna untuk pengobatan pasien yang refrakter terhadap obat standar.

    Efek Samping dan Intoksikasi

    Agranulositosis merupakan efek samping utama yang ditimbulkan pada

    pengobatan dengan klozapin. Gejala ini timbul paling sering 6-18 minggu setelah

    pemberian obat. Pengobatan dengan obat ini tidak boleh lebih dari 6 minggu

    kecuali bila terlihat adanya perbaikan. Efek samping lain yang dapat terjadi antara

    lain hipertemia, takikardia, sedasi, pusing kepala, hipersalivasi.

    Farmakokinetik

    Klozapin diabsorbsi secara cepat dan sempurna pada pemberian per oral;

    kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat. Obat

    ini dimetabolisme hampir sempurna sebelum disekresi lewat urin dan tinja.

    RISPERIDON

    FarmakodinamikRisperidon yang merupakan derivat dari benzisoksazol mempunyai

    afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin, dan aktivitas menengah terhadap

    reseptor dopamin, alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin

    Farmakokinetik

    Bioavailabilitas oral sekitar 70%, volume distribusi 1-2 L/kg. Risperidon

    dan metabolitnya dieliminasi lewat urin dan sebagian kecil lewat feses.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    17/33

    6

    Indikasi

    Indikasi risperidon adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala

    negatif maupun positif. Di samping itu diindikasikan pula untuk gangguan

    bipolar, depresi dengan ciri psikosis dan Tourette syndrome.

    Efek Samping

    Secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang

    dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual, muntah,

    peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi ekrtra piramidal terutama

    tardiv diskinesia.

    OLANZAPIN

    Fardmakodinamik

    Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin, struktur kimianya mirip

    dengan klozapin.

    Farmakokinetik

    Olanzapin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral, dengan kadar

    plasma tercapai setelah 4-6 jam pemberian, metabolisme di hepar, dan disekresi

    lewat urine.

    Indikasi. Indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif maupun positif

    skizofrenia dan sebagai antimania. Obat ini juga menunjukkan efektivitas pada

    pasien depresi dengan gejala psikotik.

    Efek Samping

    Meskipun strukturnya mirip dengan klozapin, olanzapin tidak

    menyebabkan agranulositosis seperti klozapin.

    QUETIAPIN

    Farmakodinamik

    Obat ini memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin, serotonin, dan bersifat

    agonis parsial terhadap reseptor serotonin 5HT1A.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    18/33

    6

    Farmakokinetik

    Absorbsinya cepat setelah pemberian oral, kadar plasma maksimal tercapai

    setelah 1-2 jam pemberian.

    Indikasi

    Quetiapin diindikasikan untuk skizofrenia dengan gejala positif maupun

    negatif.

    Efek Samping

    Efek samping yang umum adalah sakit kepala, somnolen, dan dizziness.

    ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL

    DIBENZODIAZEPIN-KLOZAPIN

    Merupakan antipsikosis atipikal pertama dengan potensi lemah. Disebut

    atipikal karena obat ini hampir tidak memiliki efek ekstrapiramidal dan kadar

    prolaktin serum pada manusia tidak ditingkatkan. Diskinesia tardif belum pernah

    dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi obat ini. Dibandingkan terhadap

    psikotropik yang lain, klozapin merupakan efek dopaminergik lemah, tetapi dapat

    mempengaruhi fungsi saraf dopamin neuron di daerah nigrostriatal (daerah gerak)

    dan tuberoinfundibular (daerah neuroendokrin).

    Klozapin efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia

    baik yang positif maupun negatif. Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2

    minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat

    ini berguna untuk pengobatan pasien yang refrakter terhadap obat standar. Selain

    itu, karena risiko timbulnya agranulositosis yang lebih tinggi dibandingkanantipsikosis lain, maka penggunannya dibatasi hanya pada pasien yang resisten

    atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis yang lain. Pasien yang diberi klozapin

    perlu dipantau setiap minggu.

    Efek Samping dan Intoksikasi

    Agranulositosis merupakan efek samping utama yang ditimbulkan pada

    pengobatan dengan klozapin. Gejala ini timbul paling sering 6-18 minggu setelah

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    19/33

    6

    pemberian obat. Pengobatan dengan obat ini tidak boleh lebih dari 6 minggu

    kecuali bila terlihat adanya perbaikan. Efek samping lain yang dapat terjadi antara

    lain hipertemia, takikardia, sedasi, pusing kepala, hipersalivasi.

    Farmakokinetik

    Klozapin diabsorbsi secara cepat dan sempurna pada pemberian per oral;

    kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat. Obat

    ini dimetabolisme hampir sempurna sebelum disekresi lewat urin dan tinja.

    Sediaan

    Klozapin tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100 mg.

    RISPERIDON

    Farmakodinamik

    Risperidon yang merupakan derivat dari benzisoksazol mempunyai

    afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin(5HT2), dan aktivitas menengah

    terhadap reseptor dopamine(D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor

    histamine. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melaui hambatan terhadap reseptor

    serotonin dan dopamin.

    Farmakokinetik

    Bioavailabilitas oral sekitar 70%, volume distribusi 1-2 L/kg. Di plasma

    risperidon terikat dengan albumin dan alfa 1 glikoprotein. Ikatan protein plasma

    sekitar 90%. Risperidon secara ekstensif di metabolisme di hati oleh anzim CYP

    2D6 menjadi metabolitnya 9-hidroksirisperidon. Risperidon dan metabolitnya

    dieliminasi lewat urin dan sebagian kecil lewat feses.

    IndikasiIndikasi risperidon adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala

    negatif maupun positif. Di samping itu diindikasikan pula untuk gangguan

    bipolar, depresi dengan ciri psikosis dan Tourette syndrome.

    Efek Samping

    Secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang

    dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual, muntah,

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    20/33

    6

    peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi ekrtra piramidal terutama

    tardiv diskinesia. Efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan dibanding

    antipsikosis tipikal.

    Sediaan

    Risperidon tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg dan 3 mg, sirup dan

    injeksi (long-lasting injection) 50 mg/mL.

    OLANZAPIN

    Fardmakodinamik

    Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin, struktur kimianya mirip

    dengan klozapin. Olanzapin memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin (D2, D3,

    D4 dan D5), dan reseptor serotonin (5HT2), muskarinik, histamin (H1) dan

    reseptor alfa 1.

    Farmakokinetik

    Olanzapin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral, dengan kadar

    plasma tercapai setelah 4-6 jam pemberian, metabolisme di hepar oleh enzim CYP

    2D6, dan disekresi lewat urine.

    Indikasi

    Indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif maupun positif skizofrenia

    dan sebagai antimania. Obat ini juga menunjukkan efektivitas pada pasien depresi

    dengan gejala psikotik.

    Efek Samping

    Meskipun strukturnya mirip dengan klozapin, olanzapin tidak

    menyebabkan agranulositosis seperti klozapin. Olanzapin dapat ditoleransi denganbaik dengan baik dengan baik dengan efek samping ekstrapiramidal terutama

    tardiv diskinesia yang minimal. Efek samping yang sering dilaporkan adalah

    peningkatan berat badan dan gangguan metabolik yaitu intoleransi glukosa,

    hiperglikemia, dan hiperlipidemia.

    Sediaan

    Olanzapin tersedian dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, dan vial 10 mg.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    21/33

    6

    QUETIAPIN

    Farmakodinamik

    Obat ini memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine(D2),

    serotonin(5HT2), dan bersifat agonis parsial terhadap reseptor serotonin 5HT1A

    yang diperkirakan mendasari efektivitas obat ini untuk gejala positif maupun

    skizofrenia.

    Farmakokinetik

    Absorbsinya cepat setelah pemberian oral, kadar plasma maksimal tercapai

    setelah 1-2 jam pemberian. Ikatan protein sekitar 83%. Metabolismenya lewat hati

    oleh enzim CYP 3A4. Ekskresi sebagian besar lewat urin dan sebagian kecil lewat

    feses.

    Indikasi

    Quetiapin diindikasikan untuk skizofrenia dengan gejala positif maupun

    negatif. Obat ini dilaporkan juga meningkatkan kemampuan kognitif pasien

    skizofrenia seperti perhatian, kemampuan berpikir, berbicara dan kemampuan

    mengingat membaik. Masih diperlukan penelitian lanjut untuk membuktikan

    apakah manfaat klinisnya berarti. Di samping itu obat ini diindikasikan pula untuk

    gangguan depresi dan mania.

    Efek Samping

    Efek samping yang umum adalah sakit kepala, somnolen, dan dizziness.

    Seperti antipsikosis atipikal umumnya, quetiapin juga memiliki efek samping

    peningkatan berat badan, gangguan metabolik dan hiperprolaktinemia, sedangkan

    efek samping ekstra piramidalnya minimal.

    ZIPRASIDON

    Farnakodinamik

    Obat ini dikembangkan dengan harapan memiliki sprektum skizofrenia

    yang luas, baik gejala positif, negatif maupun gejala afektif dengan efek samping

    yang minimal terhadap prolaktin, metabolik, gangguan seksual dan efek

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    22/33

    6

    antikolinergik. Obat ini memperlihatkan afinitas terhadap reseptor serotonin

    (5HT2A) dan dopamin (D2).

    Farmakokinetik

    Absorbsinya cepat setelah pemberian oral. Metabolismenya di hati dan

    diekskresi sebagian kecil lewat urin dan sebagian besar lewat feses. Ikatan protein

    plasmanya kuat berkisar lebih dari 99%. Obat ini juga tersedia dalam sediaan

    injeksi IM yang digunakan untuk mendapatkan efek yang cepat pada keadaan akut

    (agitasi).

    Indikasi

    Indikasi adalah untuk mengatasi keadaan akut (agitasi) dari skizofrenia

    dan gangguan skizoafektif, terapi pemeliharaan pada skizofrenia kronik, serta

    gangguan bipolar.

    Efek Samping

    Efek sampingnya mirip dengan antipsikosis atipikal lainnya. Yang perlu

    menjadi perhatian adalah studi yang menunjukkan ziprasidon memiliki gangguan

    kardiovaskular yakni perpanjangan interval QT yang lebih besar dibanding

    antipsikosis lainnya. Pasien dengan gangguan elektrolit, sedang minum obat yang

    memiliki efek perpanjangan interval QT, atau gangguan kardiovaskular perlu

    berhati-hati dalam penggunaan obat ini.

    Sediaan

    Tablet 20 mg, ampul 10 mg.

    SULPIRIDA

    Indikasi Penyakit psikosomatis, ulkus peptikum, kolitis ulserativa, penyakit Crohn,

    gangguan fungsi kolik, migren perut.

    Skizofrenia, neurosis, kondisi psikopatologikal umum, gangguan pola

    hidup, sindroma setelah gegar otak, vertigo; migren.

    Kontra indikasi

    Feokromositoma

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    23/33

    6

    Efek Samping

    Galaktore, ginekomastia (pembesaran payudara pria), impotensi atau

    frigiditas, amenore (tidak haid), reaksi ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik,

    diskinesia tardive, sedasi, somnolen (kelenaan tidur, mengantuk terus)

    FENOTIAZINE

    Ketiga subfamili phenothiazine yang terutama berdasarkan paqda rantai

    samping molekul, dahulu merupakan antipsikosis yang paling banyak digunakan.

    Derivat alifatik (misalnya chlorpromazine) dan turunan piperidine (misalnya

    thioridazine ) merupakan obat-obat yang paling rendah potensinya. Derivate

    piperazine sangat poten pada kesadaran dan efektif pada dosis rendah. Derivat

    piperazine juga sedikit efektif pada efek farmakologis mereka.

    Absorpsi dan Distribusi

    Kebanyakan obat antipsikosis dapat diabsorpsi namun tidak sepenuhnya

    terabsorpsi. Terlebih lagi, banyak dari obat-obat ini mengalami metabolisme lintas

    pertama yang signifikan. Karena itu, dosis oral chlorpromazine dan thioridazine

    memiliki availibilitas sistemik 25% - 35%. Kebanyakan antipsikosis mempunyai

    sifat kelarutan lipid tinggi dan ikatan protein tinggi (92% - 99%). Mereka

    mempunyai volume distribusi yang besar (biasanya > 7 L/kG). Mungkin oleh

    karena obat-obatan tersebut cenderung tersebar dibagian-bagian lipid tubuh dan

    memiliki afinitas yang amat tinggi pada reseptor neurotransmitter tertentu pada

    sistem saraf pusat, obat-obat tersebut umumnya mempunyai masa kerja klinis

    yang lebih lama daripada yang diperkirakan dari waktu plasmanya. Metabolit

    chlorpromazine dapat dieksresi di dalam urine beberapa minggu sesudahpemberian dosis terakhir pada penggunaan kronis. Selain itu, kekambuhan tidak

    akan terjadi sampai enam minggu atau lebih setelah berhentinya pemberian obat-

    obat antipsikosis.

    Metabolisme

    Kebanyakan antipsikosis dimetabolisme hampir lengkap melalui

    serangkaian proses.Mesoriadzine, metabolite thioriadzine yang utama, yang lebih

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    24/33

    6

    poten dari komponen aslinya dan lebih banyak menimbulkan efek. Komponen ini

    telah banyak dijual sebagi unsur terpisah.

    Eksresi

    Sedikit sekali dari obat ini yang dieksresikan tanpa ada perubahan, karena

    obat-obat tersebut hampir sepenuhnya dimetabolisme menjadi substansi yang

    lebih polar. Waktu eliminasinya beragam, dari 10 sampai 24 jam.

    Efek Farmakologis

    Obat-obat antipsikosis phenothiazine yang pertama, dengan

    chlorpromazine sebagai prototipenya, terbukti memiliki serangkaian efek-efek

    sistem saraf pusat, otonom, dan endokrin yang beragam. Aksi ini diakibatkan oleh

    efek penyekatan yang kuat pada sistem reseptor. Reseptor tersebut termasuk

    dopamine dan adrenoreseptor-alpha, muskarinik, histamine H1,dan serotonin (5-

    HT2). Dari reseptor-reseptor ini, efek reseptor dopamine segera menjadi focus

    utama minat penelitian.

    Walaupun semua obat antipsikosis efektif menyakat reseptor D2, kekuatan

    penyakatan yang berkaitan dengan daya kerja lain resdeptor tersebut berbeda pada

    masing-masing obat. Sejumlah eksperimen terhadap ikatan reseptor- ligan telah

    dilakukan untuk menemukan satu kerja reseptor yang dapat memprediksi efikasi

    obat-obat antipsikosis. Misalnya, studi invitro tentang ikatan menunukkan bahwa

    Chlorpromazine dan Thioridazine ternyata lebih efektif dalam menyakat -1-

    adrenoseptor dari pada reseptor D2 . kedua unsur tersebut juga relatif kuat

    menyakat reseptor 5-HT2 . bagaimanapun juga, afinitas reseptor D1, sebagaimana

    diukur dengan penggantian ligan D1, selektif, SCH23390 relatif lemah.

    Efek Psikologis

    Kebanyakan obat-obat antipsikosis mengakibatkan efek subyektif dantidak menyenangkan pada pasien non-psikosis; kombinasi rasa kantuk, lelah, dan

    efek otonom yang menimbulkan pengalaman tidak seperti yang dikaitkan dengan

    sedativa atau hipnotika yang lebih dikenal. Pasien non-psikosis juga akan

    mengalami gangguan performa sebagaimana ditunjukkan oleh tes-tes psikomotor

    dan psikometrik. Akan tetapi, pasien psikosis kemungkinan menunjukkan

    tingkatan dalam hal performa saat tingkat psikosisnya diturunkan.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    25/33

    6

    Efek Neurofisiologis

    Obat-obat antipsikosis mengakibatkan pergeseran pola frekuensi

    elektroensefalografi, biasanya menurunkan frekuensi dan meningkatkan

    sinkronisasinya. Penurunan (hipersinkronisasi) tersebut fokal atau unilateral, yang

    dapat mengarah kepada interpretasi diagnosis yang salah. Perubahan perubahan

    amplitudo dan frekuensi yang diakibatkan oleh obat-obat psikotropika sudah jelas

    tampak dan dapat dihitung dengan teknik elektrofisiologis yang canggih

    Perubahan ensefalografi yang berkaitan dengan obat-obat antipsikosis

    pertama kali tampak pada elektroda suportikal, dan mendukung asumsi kalau

    obat-obat tersebut bekerja lebih banyak pada daerah subkortikal.

    Hipersinkronisasi yang ditimbulkan oleh obat-obat ini dapat berakibat pada

    pengaktifan EEG pada pasien epilepsi, dan juga mengakibatkan kelumpuhan

    diwaktu-waktu tertentu pada pasien yang tidak pernah mengalami kelumpuhan

    sebelumnya.

    Efek Endokrin

    Obat-obat antipsikosis menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan pada

    sistem reproduksi. Amenore galaktore, tes kehamilan yang salah (false positif),

    dan peningkatan libido dilaporkan telah terjadi. Pada wanita, sedangkan pada pria

    penurunan libido dan ginekomasti. Beberapa dampak bersifat sekunder dala

    menyakat penghambatan tonik dopamine pada sekresi prolaktin; yang lainnya

    mungkin berhubungan kepada konfersi perifer androgen ke estrogen.

    Efek Kardiovaskuler

    Hipotensi orthostatik dan denyut nadi tinggi seringkli ditimbulkan oleh

    peggunaan phenothiazine (potensi rendah) kemudian dosis tinggi. Tekanan

    arteri rata-rata, resistensi perifer, dan volume sekuncup menurun, dan denyut nadimeningkat. Efek-efek ii dapat diprediksi dari daya kerja otonom obat-obat ini.

    ECG yang abnormal telah dicatat, khususnya dengan Thioridazine. Perubahan

    perubahan tersebut mencakup perpanjangan interval QT dan konfigurasi abnormal

    dari unsur ST dan gelombang T. Gelombang tersebut melingkar, mendatar, atau

    tidak rata. Perubahan ini dapat dibalik dengan hanya menghentikan obat-obat

    terebut.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    26/33

    6

    Cara Penggunaan

    Dalam memilih pertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek

    samping obat, contohnya chlorpromazine dan thiaridazine yang efek samping

    sedatifnya kuat terutama digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejla dominan

    gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku,

    dll. Sedangkan trifluoperazine danfluphenazine yang memiliki efek sedatif lemah

    digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominant apatis, menarik diri,

    perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dan

    lain-lain.

    Obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjurannya yaitu 1

    atau 2mg. Dinaikkan dosisnya 2 sampai 3 hari sampai mencapai dosis efektif

    (Mulai timbul perbedaan gejala), beberapa kepustakaan mengatakan dosis per hari

    yang efektif antara 5 - 20 mg. Evaluasi dilakukan tiap 2 minggu dan bila perlu

    dosis dinaikkan, sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan sekitar 8

    - 12 minggu (stabilisasi) kemudian diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai

    dosis pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi masa bebas

    obat 1 - 2 hari /minggu ). Kemudian tappering off, dosis diturunkan tiap 2 - 4

    minggu dan dihentikan. Pada anak-anak atau usia lanjut dosis haloperidol

    diturunkan dan dapat dimulai dengan 0,5 1,5 mg/ hari dengan pemberian 2 atau

    3 kali perhari.

    Penggunaan chlorpromazine injeksi sering menimbulan hipotensi

    orthostatik bila terjadi atasi dengan injeksi noradrenalin (effortil, IM). Efek

    samping ini dapat dicegah dengan tidak langsung bangun setelah suntik atau

    tiduran selama 5-10 menit.

    Lama PemberianUntuk pasien dengan serangan sindrom psikosis yang multi episode,

    terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun,

    pemberian yang cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5-5 kali

    Efek obat antipsikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa

    hari setelah dosis terakhir. Masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung

    menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya 1 bulan kemudian

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    27/33

    6

    baru gejala psikosis kambuh kembali. Hal tersebut disebabkann metabolisme dan

    eksresi obat sangat lambat, metabolit-metabolit masih mempunyai efek

    antipsikosis.

    Pada umumnya pemberian antipsikosiss sebaiknya dipertahankan selama 3

    bulan sampai 3 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk

    psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya dalam

    gejala kurun waktu 2 minggu sampai 2 bulan. Obat antipsikosis tidak meimbulkan

    gejala lepas obatyang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu lama,

    sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.

    Pada penghentian yang mendadak yang dapat timbul kolinergik

    rebound: gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar, dan lain-lain.

    Keadaan ini akan mereda dengan pemberian antikolinergic agent (injeksi sulfas

    atropin 0,25 mg IM), tablet trihexylphenidil (3 x 2mg/hari) oleh karena itu pada

    penggunaan bersama obat antipsikosis plus antiparkinson, bila sudah tiba waktu

    penghentian obat, obat antipsikosis dihentikan lebih dahulu, baru meyusul obat

    antiparkinson.

    Pemakaian Khusus

    Thioridazine dosis kecil sering digunakan untuk pasien anak dengan

    hiperaktif, emosional labil, dan perilaku destruktif. Juga sering digunakan pada

    pasien usia lanjut dengan gangguan emosional (anxietas, depresi, agitasi) dengan

    dosis 20 - 200mg/hari. Hal ini disebabkan thioridazine lebih cenderung ke

    blokade reseptor dopamine di sistem limbik daripada di sistem ekstrapiramidal

    pada SSP.

    Sindrom neuroleptik maligna (SNM) merupakan kondisi yang mengancam

    kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap obat antipsikosis (khususnya padalong acting) dimana resiko ini lebih besar. Semua pasien yang diberikan obat

    antipsikosis mempunyai resiko untuk terjadinya SNM tetapi dengan kondisi

    dehidrasi, kelelahan, atau malnutrisi, resiko ini akan menjadi lebih tinggi.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    28/33

    6

    CHLORPROMAZINE

    Chlorpromazine adalah neuroleptik derivat fenotiazine yang digunakan

    untuk mengontrol psikosis. Chlorpromazine juga digunakan pada kasus mual-

    muntah dan memiliki efek sedasi yang sering muncul pada terapi awal.

    Chlorpromazine bekerja pada sistem saraf pusat dan beberapa organ tubuh.

    Berperan kuat sebagai anti adrenergic dan berefek lemah sebagai anti kolinergik

    perifer. Memiliki potensi yang lemah, dan merupakan obat pembanding bagi obat

    lainnya. Tersedia dalam bentuk tablet untuk oral dan larutan suntik.

    Dosis yang digunakan untuk kasus skizofrenia dan psikosis lainnya

    adalah: dosis dewasa dengan permerian I.M. untuk mengurangi gejala akut

    dengan 25 50 mg setiap 6 8 jam; dosis anak-anak 1 5 tahun I.M. 0,5

    mg/KgBB setiap 6 8 jam; anak usia 6 12 tahun 0,5 mg/KgBB setiap 6 8 jam

    dan jangan melebihi 75 mg/hari; sedangkan pada lansia dosis yang digunakan

    adalah 25 mg setiap 8 jam.

    Endapan yang terjadi pada bagian depan mata (kornea dan lensa mata)

    merupakan komplikasi yang umum terjadi pada terapi chlorpromazine. Endapan

    tersebut dapat menonjolkan proses normal penuaan lensa mata. Selain itu,

    hipertensi ortostatik atau gangguan ejakulasi juga merupakan komplikasi yang

    sering terjadi sehingga sebaiknya dikelola dengan beralih ke obat-obat yang

    mempunyai sedikit efek penyakatan-adenoreseptor.

    Fluphenazine

    Fluphenazine memiliki efek samping yang lebih ringan dari

    Chlorpromazine dalam hal sedasi dan efek muskariniknya, tetapi efek samping

    kejang otot dan sulit istirahat lebih berat. Hal ini dapat menyebabkan depresi.

    Tersedia dalam bentuk tablet 2,5 mg dan 5 mg.Kontraindikasi penggunaan fluphenazine adalah kerusakan subkortikal

    otak, pasien yg mendapat hipnotis, koma atau penurunan kesadaran berat,

    diskrasia darah, kerusakan hati & ginjal, insufisiensi jantung berat; aterosklerosis

    serebral. Efek samping penggunaan fluphenazine adalah reaksi SSP, sistem saraf

    otonom, metabolik, endokrin, hematologi, hati dan alergi; diskinesia tardive

    persisten, dan sindrom neuroleptik maligna.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    29/33

    6

    Levomepromazine/methotrimeprazine

    Merupakan senyawa dimetilaminopropil yang mempunyai potensi rendah

    dengan efek samping sedasi lebih besar dibanding Chlorpromazine. Pada pasien

    berumur lebih dari 50 tahun harus diperhatikan tekanan darahnya.

    Prochlorperazine

    Prochlorperazine merupakan derivat Fenotiazin yang bekerja dengan cara

    memblok reseptor Dopamin di otak. Penyakit kejiwaan terutama Skizoprenia

    menurut penelitian disebabkan oleh overaktivitas dari Dopamin di otak.

    Prochlorperazine digunakan untuk jangka panjang pada gangguan jiwa seperti

    Skizoprenia. Obat ini juga dapat untuk jangka pendek untuk mengatasi rasa cemas

    dan mania yang akut.

    Dosis yang digunakan adalah 25 mg oral atau suppositoria dengan dosis

    maksimal 3 dosis per 24 jam. Kontraindikasi penggunaan prochlorperazine adalah

    depresi sistem saraf pusat. Efek samping penggunaan adalah hipotensi, aritmia,

    pseudo-parkinsonism, distonia, pusing, retensi urin, dan kongesti nasal.

    Thioridazine

    Thioridazine merupakan turunan dari Fenotiazin yang dapat menyebabkan

    detak jantung tak menentu sehingga perlu pengawasan dokter dalam

    pemakainnya. Penderita harus menjalankan ECG dan tes darah sebelum

    menggunakan obat ini. Obat ini digunakan bila penderita Skizoprenia tidak

    merespon dengan obat lainnya. Ikuti cara pemakaian seperti yang diresepkan

    dokter, tanyakan ke dokter atau farmasis segala hala yang anda perlu tahu. Minum

    obat sesuai dengan resep tidak lebih tidak kurang.

    Thioridazine adalah satu-satunya obat antipsikosis yang menyebabkan

    endapan di retina, yang dapat berlanjut sehingga menyerupai retinitis pigmentosa.Endapan tersebut erat kaitannya dengan perubahan pandangan menjadi

    kecoklatan. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi ini,

    pemberian dosis thioridazine telah dibatasi menjadi 800 mg/hari.

    Pemberian thioridazine dengan dosis melebihi 300 mg/hari hampir dapat

    dipastikan akan menyebabkan ketidaknormalan minor gelombang T yang

    reversibel dengan mudah. Overdosis thioridazine dapat menyebabkan aritmia

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    30/33

    6

    ventrikuler, penyakatan konduksi jantung, dan kematian tiba-tiba; masih belum

    dipastikan apakah thioridazine dapat menyebabkan gangguan yang sama apabila

    digunakan dengan dosis terapi yang tepat.

    Trifluoperazine (Stelazine)

    Trifluoperazine (Eskazinyl, Eskazine, Jatroneural, Modalina, Stelazine,

    Terfluzine, Trifluoperaz) adalah antipsikosis tipikal yang merupakan derivat

    Fenotiazine. Trifluoperazine tersedia dalam bentuk tablet 1 mg dan 5 mg.

    GOLONGAN BUTIROFENON

    BROMPERIDOL (Impromen )

    Adalah turunan brom sebagai ganti klor (1981) dengan khasiat khusus terhadap

    halusinasi dan pikiran khayal. Bromperidon kurang efektif terhadap kegelisahan

    dan mania. Plasma-t1/2-nya panjang, kira-kira 24 jam.

    Dosis : oral,i.m,iv. 1 dd 1,5 mg, bila perlu berangsur dinaikkan sampai maks. 15

    mg sehari, pemeliharaan 5-10 mg/hari. Diatas 8 mg sehari selalu timbul GEP!

    DROPERIDOL (dehidrobenzperidol,*Thalamonal)

    Adalah derivate dengan khasial analgetic kuat (1963). Digunakan sebagai

    antipsikotum pada keadaan gelisah akut, sebagai pramedikasi pada induksi

    anastesia dan sebagai adjuvans pada nyeri infark jantung (bersama zat narkotik

    Fentanyl)

    Dosis : kelisahan akut im/iv 5-10 mg, pada infark iv perlahan 2,5 mg

    (bersama fentanyl 0,05 mg ).

    PIMOZIDA

    Derivate butilpiperidin yang dikenal dengan nama Orep ini diturunkan

    dari droperidol (1969)dan memiliki khasiat antipsikosis kuat dan panjang. Efek

    terapi baru nyata sesudah beberapa waktu, tetapi bertahan lama (1-2 hari). Obat

    ini tidak layak diberikan pada keadaa eksitasi dan kegelisahan akut atau keadaan

    dimana dibutuhkan efek sedasi langsung. Lagipula efek sedasinya lebih ringan

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    31/33

    6

    daripada obat lain. Pimozida ini digunakan pada kasus psikosis jangka panjang.

    Resorpsinya diusus halus lambat da variabel. Waktu paruhnya panjang

    yaitu sekitar 55-150 jam. Pada pasien skizofrenia rata-rata 55 jam. Sifatnya sangat

    lipofilik dan hanya sedikit dirombak didalam hati. Ekskresinya sangat lambat

    karena selalu diresorbsi di tubulus. Akhirnya k.l nya 40% dikeluarkan lewat

    urin.terutama berbentuk metabolit dan 15% dikeluarkan lewat tinja secara utuh.

    Efek sampingnya berupa umum. GEP sering terjadi, adakalanya tampak

    perubahan di EKG dan aritmia.

    Dosis oral 1 dd 1-2 minggu, dinaikkan secara berangsur setiap 2 minggu

    sampai maksimal 6 mg perhari.

    PENFLURIDOL

    Derivate butilpiperidin yang dikenal dengan nama Semap ini adalah

    derivat piperidin pula dengan kerja sangat panjang (k.l 7 hari) dan terutama

    berkhasiat sebagai antidopaminergik yang kurang. Efek dimulai relatif cepat,

    dimulai 1-2 hari. GEP sering terjadi. Dosisnya 1 kali seminggu 20-30 mg

    berangsur dinaikkan sampai maksimal 60 mg perminggu.

    FLUSPIRILEN

    Derivate butilpiperidin yang dikenal dengan nama Imap ini bersifat long

    acting juga. Obat ini harus diberikan secara parenteral i.m 1 kali seminggu 1-10

    mg

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    32/33

    6

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Obat anti psikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik,

    suatu gangguan jiwa yang berat. Ciri terpenting obat antipsikosis ialah : (1)

    berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas, hiperaktivitas dan

    labilitas emosional pada pasien psikosis; (2) dosis besar tidak menyebabkan

    koma yang dalam ataupun anestesia; (3) dapat menimbulkan gejala

    ekstrapiramidal yang reversibel atau ireversibel; (4) tidak ada kecenderungan

    untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.

    Antipsikotika biasanya dibagi dalam dua kelompok besar, yakni obat typis

    atau klasik dan obat atypis. Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal

    mempunyai afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamin 2, hal inilah

    yang diperkirakan menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat. Obat

    golongan atipikal pada umumnya mempunyai afinitas yang lemah terhadap

    dopamin 2, selain itu juga memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin 4,

    serotonin, histamin, reseptor muskarinik dan reseptor alfa adrenergik.

    Golongan antipsikosis tipikal umumnya hanya berespons untuk gejala positif.

    Antipsikosis sangat bermanfaat mengatari keadaan gaduh gelisah.

    Efektivitas obat ini samgat membantu orang-orang yang memelihara pasien

    psikosis. Indikasi lainnya adalah Tourette's syndrome dan untuk mengontrol

    gangguan perilaku pada pasien demensia Alzheimer. Kebanyakan antipsikosis

    lama, kecuali tioridazin memiliki efek antiemetik.

    B. Saran

    Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari

    segi diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami

    mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor

    maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2007,

    dan dari berbagai pihak termasuk kakak tingkat di FK UNMUL ini.

  • 7/30/2019 Antipsikosis Kel 2

    33/33

    DAFTAR PUSTAKA

    Katzung, BG. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 6. EGC : Jakarta, hal.

    354-356

    Mycek, MJ dkk. 2001.Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta,

    hal. 90; 149

    Tjay, HT., Rahardja, K. 2003. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo :

    Jakarta.