Anthropology of Death_Janatin 2014

28
Janatin Hastuti, PhD Lab Bio-& Paleoanthropology Faculty of Medicine UGM 2014

description

cdcd

Transcript of Anthropology of Death_Janatin 2014

Page 1: Anthropology of Death_Janatin 2014

Janatin Hastuti, PhDLab Bio-& Paleoanthropology

Faculty of Medicine UGM2014

Page 2: Anthropology of Death_Janatin 2014

Memahami definisi, proses, dan tanda-tanda mati. Memahami aspek kematian ditinjau dari segi klinis,

biologis dan antropologis. Memahami kejadian paskamerta dan forensik

antropologi.

Tujuan Perkuliahan:

Page 3: Anthropology of Death_Janatin 2014

Manusia satu-satunya mkhluk hidup yangmengetahui bahwa suatu waktu ia akan mati.

Mempersiapkan diri jauh sebelumnya

Page 4: Anthropology of Death_Janatin 2014

Aspek kematian (dari sudut bioantropologi)

Rentang umurProses matiDisposisi jenazahNasib raga pasca mertaPenundaan kematianPengurangan kematianEtika kematianKepunahan

Page 5: Anthropology of Death_Janatin 2014

Mati: exitus letalis, akhir hidup, berhentinya fungsi – fungsi manusiasebagai person yang hidup.

Biologis: proses gradual, dan batasnya sukar ditentukan, dan berubahdari masa ke masa serta berbeda – beda pada berbagai populasi

seseorang di sebuah negara tertentu sudah dianggap mati, tetapi dinegara lain dianggap hidup.

History: - tidak lagi memperlihatkan tanda – tanda vital, yaitu denyutnadi, gerak nafas, refleks pupil dan tekanan darahnya.

- telah kehilangan fungsi – fungsi organisme yang irreversibel;walaupun ada sel – sel otot, tulang dan kulitnya yang belum mati.

Page 6: Anthropology of Death_Janatin 2014

Mati: Tidak bernafas dan tak ada pulsus (tradisional) Jantung dan paru-paru berhenti berfungsi (klinis) ECG tidak lagi merekam aktivitas jantung Berhentinya aktivitas otak (EEG)

standart Harvard stl 24 jam EEG menujukkan tidak ada aktivitas otak - 30 menit (memungkinkan transplantasi organ)

Tidak memperlihatkan fungsi2 vital (denyut nadi, gerak nafas, reflexpupil, tekanan darah, dsb

Tidak memungkinkan lagi dilakukan transplantasi organ. Brain death Brain stem death

Sociological death: Individu tidak bisa berkomunikasi dengan kata2/isyarat Tidak bisa mengenali seseorang, bicara, bergerak, makan, mengurus

diri, hilang ciri kemanusiaannya (dengan EEG tak ada aktivitas padaneocortec)

Definisi Kematian

Page 7: Anthropology of Death_Janatin 2014

Mengapa definisi mati itu penting?

- Fungsi religio–sosio–kultural

- Fungsi legal

- Fungsi medis

Definisi mati penting karena kemungkinan pencakokan organdilakukan pada kematian cortical (kulit otak), cerebral(serebral) atau whole brain (seluruh otak).

Page 8: Anthropology of Death_Janatin 2014

Proses mati

Mati klinis: munculnya tanda kematian pada pemeriksaan fisik,absennya denyut nadi dan pernafasan, dan merupakan proses yangreversibel, misalnya dengan bantuan CPR.

Mati klinis dipakai dalam kedokteran untuk menyatakan kematianpada masa lalu.

Mati biologis: terhentinya aktivitas sel

Mati sosial: titik dimana indiv yg hdp diberikan perawatan ygcocok bagi orang mati,

Page 9: Anthropology of Death_Janatin 2014

Mati serebral

Kematian terjadi ketika semua fungsi serebralberhenti dan ireversibel (tidak dapat kembali lagi).

Kriteria brain death:

1. Dilatasi bilateral dan fixasi pupil

2. Absennya semua refleks

3. Berhentinya respirasi/ pernafasan tanpa bantuan

4. Berhentinya aktivitas kardiak

5. Jejak gelombang otak datar

dihentikannya bantuan mesin pembantu kehidupan

Bersifat medikolegal

Page 10: Anthropology of Death_Janatin 2014

Tanda – tanda yang timbul sesudahmati:

- Livor mortis (membiru)

- Rigor mortis (kaku)

- Algor mortis (dingin)

Beberapa upaya dilakukan manusia untuk mencegahpembusukan dan perlakuan jenazah.

Page 11: Anthropology of Death_Janatin 2014

Urutan yang terjadi pada proses kematian mulaidari hilangnya kesadaran sampai kematianserebral:

1. Hilangnya kesadaran: hilangnya mentasi (disorientasi, danbingung), hilangnya kesadaran, hilangnya sirkulasi karena jantungberhenti dan pernafasan normal melambat.

2. Apnea terminal: berhentinya ritme pernafasan normal.

3. Fase Agonal: periode waktu sesudah onset absennya denyutnadi (absennya sirkulasi), dan sesudah apnea terminal, terjadihembusan nafas terakhir dan mendeguk, berderik (gurgling,rattled).

Page 12: Anthropology of Death_Janatin 2014

4. Mati klinis: koma, apnea, tidak ada hembusan nafas, tidak ada denyutnadi, tetapi kegagalan otak masih reversibel dan bantuan segera CPRdengan restorasi sirkulasi serta aliran udara harus ada untuk mencegahkecepatan matinya sel–sel otak.

(Merupakan transisi antara mati dan hidup; jika bantuan CPR ini gagal,dan mati serebral terjadi, maka kematian sudah final, ireversibel, dan tidakdapat kembali lagi).

5. Fase vegetatif: bila sirkulasi diperlambat lebih jauh melebihi fase matiklinis, maka koma akan berlanjut dengan EEG (electro encephalograph)abnormal. Ini terjadi bila ada intervensi untuk mencegah proses lebihlanjut kerusakan otak.

6. Kematian serebral: bila sirkulasi ke otak memburuk, maka hasilnyaadalah koma yang dalam, apnea tanpa respirasi, dan tidak ada aktivitasotak (otak mati), dan ireversibel.

Page 13: Anthropology of Death_Janatin 2014

Urutan kejadian pascamerta (Wilson, 1992)

Waktu Fenomena

Tiap 1 jam Suhu tubuh turun 1,50 F

30 menit Kulit seperti malam, bibir biru-keabuan, kuku pucat

3 jam Kulit pucat kelabu, badan masih hangat , belum ada rigor mortis

4-6 jam Badan dingin bila disentuh, rigor mortis awal terjadi di leher & tulang

6-8 jam Kepucatan permanen, rigor mortis bertambah, kornea berawan

12 jam Rigiditas badan penuh, betul2 membeku

18-24 jam Badan dingin lembab basah, kulit merah kehijauan, rigor motisberubah, leher dan rahang kendur

30 jam Rigor mortis berubah, badan lembek

3 hari Badan membengkak, lepuh di kulit, cairan merembes dari lubang2

3 minggu Kulit, rambut, dan kuku terlepas, kulit mulai pecah

Page 14: Anthropology of Death_Janatin 2014

Aktivitas insekta pada jasad manusia (Wilson,1992)

Waktu Aktivitas insekta

10 menit Lalat hijau datang dan menaruh ribuan telur di mulut, hidungdan mata

12 jam Telur menetas dan belatung makan jaringan

24-36 jam Kumbang datang dan makan kulit kering

48 jam Laba-laba dan tungau datang untuk makan insekta yang ada dibadan jazad

Page 15: Anthropology of Death_Janatin 2014

Hubungan tafonomi dengan penentuaninterval pascamerta (Micozzi, 1991)

Interval waktu Observasi fenomena Metodologi

Menit – jam Perubahan enzim sel respirasi Biokimia, biologi sel

Jam – hari Algor/livor/rigor mortis Forensik patologi

1 hari – 1 minggu Dekomposisi pascamerta Forensik patologi, ekologi,tafonomi

Mingguan –bulanan

Disartikulasi/skeletonisasi Antropologi, tafonomi,arkeologi

Bulanan –tahunan

Tulang erosif karena cuaca Tafonomi, arkeologi,paleoekologi

Tahunan – eon Fosilisasi/diagenesis, jejak elemen Arkeologi, minerologi,paleontologi

Page 16: Anthropology of Death_Janatin 2014

Nasib raga pascamerta

Di dedah di alam terbuka bagian lunak hancur/dimakanburung, tulang2 dikumpulkan

Diluncurkan ke laut mangsa ikan karnivor atau dekomposisilebih cepat

Diawetkan menjadi mummi Dikubur perubahan tafonomis/biodiagenetis, kubur dpt

dirusak oleh hewan atau manusia Transportasi oleh hewan, manusia, air atau lahar Fosilisasi perpindahan makhluk yg mati dari biosfer ke litosfer Komunitas tulang-belulang dapat simpatris atau alopatris dan

sinkronis atau alokronis

Page 17: Anthropology of Death_Janatin 2014

Penundaan kematian

perbaikan lingkungan penciptaan ekosistem manusia Dari evolusi 2 jt th terakhir, umur harapan berlipat tiga

di banyak negeri Jumlah penduduk yg mencapai 60 th Umur yg dpt dicapai dlm rentang umur spesies

meningkat dr 20% 70% Diterapkannya hi-tech medicine: ICU, mesin ginjal,

transplantasi jantung, dsb

Page 18: Anthropology of Death_Janatin 2014

Etika kematian

Euthanasia aktif dan pasifInfanticida terhadap bayi cacatAbortus karena alasan nonmedisMelatih orang membunuh, ikut dlm

pembuatan senjata kimia dan biologis

Page 19: Anthropology of Death_Janatin 2014

Forensic anthropologyForensic anthropology is defined as the field of studyconcerned with the identification of suspected or knownhuman remains from medico-legal contexts.

Anthropologists are responsible for skeletal remains:• complete,• fragmentary,

varying states of preservation including• fleshed,• decomposed,• burnt,• dismembered or combination.

Page 20: Anthropology of Death_Janatin 2014

Personal identification achieved through:DNA, fingerprints,dental-medical information,piercings, tattoos,hair/eye colour, fingernails etc.

forensic anthropologists determine:• Biological identification: ancestry, sex, age, stature of an

individual.• Analysis of trauma to the skeleton.

Page 21: Anthropology of Death_Janatin 2014

What can be identified?1. Human or not

2. Minimum number of individual

3. Sex (why not gender?)

4. Age

5. Race

6. Stature

7. Bone commingling (ossoarium)

8. Skeletal pathology/ injury

9. Cause of and time since death

Page 22: Anthropology of Death_Janatin 2014

Sex

Page 23: Anthropology of Death_Janatin 2014

Table Classic traits of the male vs female pelvic

Trait Males FemalesSize Large and rugged Small and gracileIlium High and vertical Low and flatPelvic inlet Heart shape Circular or ellipticalPubic shape Narrow and rectangular Broad and squareVentral arch Not present Triangular area medial to

ventral archSubpubic angle V-shaped U-shapedObturator foramen Large and ovoid Small and triangularGreater schiatic notch Narrow WidePreauricular sulcus Rare Well developedParturition pit Absent Obvious after give birthShape of sacrum Rare Short and broadAcetabulum Deep Shallow

Page 24: Anthropology of Death_Janatin 2014

Age

Page 25: Anthropology of Death_Janatin 2014
Page 26: Anthropology of Death_Janatin 2014

Race

Page 27: Anthropology of Death_Janatin 2014

References

Burns, K.R. 1999 Forensic Anthropology Training Manual. UpperSaddle River: Prentice Hall.

Byers, S.N. 2008 Introduction to Forensic Anthropology, 3rd.Boston: Pearson Education, Inc.

Hunter, J. & Cox, M. 2005 Forensic Archaeology: Advances inTheory and practice. New York: Routledge.

Indriati, E. 2004 Antropologi Forensik: Identifikasi RangkaManusia, Aplikasi Antropologi Biologis dalam Konteks Hukum.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Page 28: Anthropology of Death_Janatin 2014