ANTAGONISME IONKU

28

Click here to load reader

description

semoga bermanfaat

Transcript of ANTAGONISME IONKU

Page 1: ANTAGONISME IONKU

ANTAGONISME ION

Laporan Mata Kuliah Ilmu Hara

Oleh :

NANING DWI LESTARI

NIM. 113244205

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

2013

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 1

Page 2: ANTAGONISME IONKU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti halnya pada manusia, tanaman juga memerlukan makanan yang sering disebut

hara tanaman. Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman juga

menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya (Geby,

2012).

Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O),

Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Seng

(Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl),

Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon (Si).

Pemasukan ion-ion dari tanah ke dalam akar dipengaruhi oleh suatu hal yang disebut

antagonisme ion, yakni pemasukan suatu ion akan mempengaruhi bahkan terkadang

menentang pemasukan ion-ion lain ke dalam sel. Misalnya, konsentrasi ion Na+ yang lebih

tinggi daripada ion K+ atau Ca2+ akan menghambat peresapan kedua ion tersebut (K+ dan

Ca+). Ion-ion dari larutan tanah harus memiliki konsentrasi yang lebih tinggi supaya dapat

masuk ke dalam sel. Untuk mengatasi masalah tersebut, ion-ion di dalam membutuhkan

suatu energi. Energi ion-ion tanah ini diperoleh dari proses respirasi akar. Respirasi akar

sendiri terjadi apabila terdapat udara di dalam tanah. Karena itulah dibutuhkan ventilasi

(pengudaraan) yang baik supaya dihasilkan energi maksimal untuk proses penyerapan ion-

ion ke dalam sel akar (Mei, 2009).

Interaksi anta ion dapat dikatakan sinergis apabila terjadi interaksi antara dua ion atau

lebih yang memiliki efek sama dalam sistem. Sebaliknya interaksi antar ion dikatakan

antagonis apabila efek dari satu ion mengurangi pengaruh ion lainnya. Dalam antagonistic

ini diketahui bahwa semakin besar valensi semakin kecil kekuatan atagonismeny, dalam

arti semakin tinggi valensi suatu ion, maka semakin kecil kekuatan antagonismenya

(Santoso dalam Rahayu, 2012)

Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan percobaan Pengaruh Pemberian Ion K+

dan Mg+ Pada Medium Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Tanaman Hydrilla ini, untuk

mengetahui sifat antagonisme antara ion K+ dan ion Mg2+ dan pengaruhnya terhadap

pertumbuhan tanaman Hydrilla.

B. Rumusan Masalah

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 2

Page 3: ANTAGONISME IONKU

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu

Bagaimana pengaruh pemberian ion K+ dan ion Mg+ dan pengaruhnya terhadap

pertumbuhan tanaman Hydrilla?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ion K + dan

ion Mg+ dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman Hydrilla.

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 3

Page 4: ANTAGONISME IONKU

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tanaman Hydrilla

Gambar 1. Morfologi Hydrilla

(Ramey, _____)

Hydrilla memiliki daun berukuran kecil berbentuk lanset yang tersusun mengelilingi

batang. Batangnya bercabang dan tumbuh mendatar sebagai stolon yang pada tempat

tertentu membentuk akar serabut. Merupakan tumbuhan yang seluruh bagian tubuhnya

tenggelam di bawah permukaan air. Dengan adanya stolon perkembangbiakan Hydrilla

terjadi dengan pesat. Dengan rimpang putih kekuningan tumbuh di sedimen di bawah air

sampai dengan kedalaman 2 m. Batang tumbuh 1-2 m panjang. Hydrilla adalah tanaman

produktif, yang tumbuh dengan cepat terendam air yang dapat berkembang dalam air dari

beberapa sentimeter sampai 20 meter. Daun kecil (1 / 2 - 3 / 4 inci), segitiga-lancip dan

terjadi di whorls dari 4-8 daun di sepanjang batang. Tidak seperti tanaman air asli, daun

Hydrilla memiliki tepi bergerigi dan satu atau lebih barbs menonjol atau gundukan di

sepanjang pelepah di bagian bawah. Mereka biasanya hijau, tapi mungkin pemutih di

bawah sinar matahari menjadi kuning atau coklat. Batang bercabang banyak dekat

permukaan dan tumbuh secara horisontal, membentuk tikar padat vegetasi. umbi kecil

hadir di dasar berakar tanaman. itu pelepah daun sering kemerahan jika segar. Ini termasuk

monoecious (kadang-kadang dioecious ), dengan bunga jantan dan betina diproduksi

secara terpisah di sebuah tanaman tunggal, bunga-bunga kecil, dengan tiga sepal dan tiga

kelopak, kelopak 3-5 mm panjang, transparan dengan garis-garis merah. Ini merupalan

alat reproduksi yang utama vegetatif dengan fragmentasi dan rimpang dan turions (kuncup

overwintering), dan bunga jarang terlihat. (Anonim a. 2006 dalam Ilham,2011).

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 4

Page 5: ANTAGONISME IONKU

Hydrilla Merupakan tumbuhan tenggelam, biasanya berakar, hidup selamanya di air

dengan ramping mendaki batang ke 9m (30 kaki) panjang, berat bercabang., Berasal dari

rimpang ramping, ini seringkali berujung dengan umbi kecil. Daun whorled, 3-8 per

whorl, 2-4 mm (0,1-0,2 in) yang luas dan 60-20 mm (0,2-0,8 dalam) panjang, bantalan

kasar (terlihat) gigi sepanjang margin and biasanya 1-4 gundukan kerucut kecil di

sepanjang bawah pelepah, yang sering berwarna merah. Berdaging aksilaris tunas (turions)

sering terbentuk di axils daun, sampai 5 cm (2) panjang, dengan 3 daun and 3 petals,

kelopak bunga, masing-masing sekitar 4 mm (0,3 in) panjang, berwarna putih atau terang,

mengambang di air permukaan. Bunga jantan terpisah dan mengambang bebas pada saat

jatuh tempo, dengan 3 sepal dan 3 kelopak, putih sampai coklat kemerahan, sekitar 2mm

panjang, melepaskan serbuk sari mengambang dari benang sari. bunga terbuka muncul di

permukaan air. (Anonim b. 2001 dalam Ilham, 2011)

B. Ion Kalium (K)

Kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium

mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong unsur yang

mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun dalam xylem dan

floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma. Kalium pupuk buatan dan mineral-

mineral tanah seperti feldspar, mika dan lain-lain.

Kalium bersifat mobil atau mudah bergerak, sehingga siap dipindahkan dari satu

organ tumbuhan, ke organ yang lainnya yang membutuhkan. Unsur kalium tidak dapat

berbentuk senyawa organik murni apabila berada di jaringan tumbuhan, namun unsur

kalium berbentuk ion K+. Kalium banyak ditemukan di dalam tanah. Selain itu, pada

tanah yang ber pH rendah, maka kandungan kaliumnya juga rendah. Sehingga terkadang

pada tanaman akan terjadi kelebihan unsur kalium maupun kekurangan unsur kalium.

Kalium diserap dalam bentuk K+. Kalium banyak terkandung pada abu. Abu daun

teh yang muda mengandung sampai 50% K2O, pucuk tebu yang muda mengadung 60-

70% K2O dan pada tanaman jagung adalah sebagai berikut: Di dalam batang dan daun :

52% dan 61%, Di dalam tongkol : 21%-45%, Di dalam akar : 3%-20%. Kalium terdapat

di dalam sel-sel yaitu sebagai ion-ion di dalam cairan sel dan sebagai persenyawaan

adsorptif di dalam cairan dari sitoplasma. Inti sel tidak mengandung kalium. Sebagai ion

di dalam cairan sel, Kalium berperan dalam melaksanakan "turgor" yang disebabkan

oleh tekanan osmotis.

Ion Kalium mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat arang. Bila tanaman

sama sekali tidak diberi Kalium, maka asimilasi akan terhenti. Oleh sebab itu pada

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 5

Page 6: ANTAGONISME IONKU

tanaman yang banyak menghasilkan hasil asimilasi seperti kentang, ubi kayu, tebu,

nanas, akan banyak memerlukan Kalium (K2O) di dalam tanah.

Kalium berfungsi pula pada pembelahan sel. Pada saat terjadi pembentukan bunga

atau buah maka Kalium akan cepat ditarik oleh sebab itu Kalium mudah bergerak.

Unsur ini disuplai ke dalam tanah dalam bentuk pupuk garam-garam larut air,

seperti: KCl (silvit), KNaCl2 (silvinit), MgSO4KCl.3H2O (kainit), K2SO4.2MgSO4

(langbenit), K2SO4, KNO3.

Secara fisiologis, unsur ini berfungsi dalam:

• pembentukan, pemecahan, dan translokasi pati. Hal ini mempercepat penebalan

dinding sel sehingga batang, cabang, tangkai bunga, dan buah menjadi kuat dan tidak

mudah patah.

• netralisasi asam-asam organik penting

• penetral efek kelebihan N yang menyebabkan tanaman menjadi lebih sukulen (awet

muda) sehingga lebih mudah terserang hama penyakit dan rapuh

• aktivator enzim

• percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem (pucuk, tunas)

• pengaturan buka-tutup stomata dan hal-hal yang terkait dengan penggunaan air.

Kekurangan ion K menyebabkan:

• melemahnya turgor batang, sehingga mudah patah, atau tanaman mudah rebah

• kerentanan terhadap serangan penyakit, seperti Powdery-mildew pada tanaman

gandum, kerusakan batang, busuk akar dan winter-killed pada alfalfa

• rendahnya kualitas produksi buah-buahan dan sayuran

• terganggunya aktivitas enzim invertase, diastase, peptase, dan katalase pada tebu, dan

piruvik kinase pada beberapa tanaman lain

• proses fotosintasis terhambat tetapi respirasi meningkat, sehingga menghambat

transportasi karbohidrat(seperti gula pada tebu) dan secara keseluruhan menghambat

pertumbuhan

• terhambatnya sintesis protein pada tebu akibat terakumulasinya N-nonprotein di

dedaunan

• pada barley, terjadi akumulasi asam amino bebas di dedaunan dan menurunnya kadar

asam-asam bebas dibanding kadar amida

• pada rerumputan terjadi penurunan produksi N-amida dan konversinya menjadi

protein.

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 6

Page 7: ANTAGONISME IONKU

Fungsi lain dari Kalium adalah pada pembentukan jaringan penguat. Perkembangan

jaringan penguat pada tangkai daun dan buah yang kurang baik sering menyebabkan

lekas jatuhnya daun dan buah itu. Daun-daun pada teh dan tangkai buah kelapa bila

kekurangan Kalium akan terkulai dan buahnya lekas jatuh.

Tanaman yang kekurangan Kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini

disebabkan kadar lengasnya yang lebih rendah. Menurut penyelidikan mikro, Kalium

berpengaruh baik pada pembentukan serat-serat seperti pada rosela, kapas dan rami;

dinding-dinding sel lebih baik keadaannya dan lebih baik kandungan airnya, sel-sel ini

tumbuh lebih baik, lebih kuat dan lebih panjang.

C. Ion Magnesium

Magnesium merupakan logam yang ringan, putih keperak-perakan dan cukup kuat. Ia

mudah ternoda di udara, dan magnesium yang terbelah-belah secara halus dapat dengan

mudah terbakar di udara dan mengeluarkan lidah api putih yang menakjubkan.

Magnesium digunakan di fotografi, flares, pyrotechnics, termasuk incendiary bombs.

Ia sepertiga lebih ringan dibanding aluminium dan dalam campuran logam digunakan

sebagai bahan konstruksi pesawat dan missile. Logam ini memperbaiki karakter mekanik,

fabrikasi dan las aluminium ketika digunakan sebagai alloying agent. Magnesium

digunakan dalam memproduksi grafit dalam cast iron, dan digunakan sebagai bahan

tambahan conventional propellants. Ia juga digunakan sebagai agen pereduksi dalam

produksi uranium murni dan logam-logam lain dari garam-garamnya. Hidroksida (milk of

magnesia), klorida, sulfat (Epsom salts) dan sitrat digunakan dalam kedokteran. Magnesite

digunakan untuk refractory, sebagai batu bata dan lapisan di tungku-tungku pemanas

(Heddy, 1987)

Magnesium organik sangat penting untuk tumbuhan dan kehidupan binatang-

binatang. Klorofil merupakan perphyrins dengan magnesium sebagai pusatnya. Kebutuhan

gizi orang dewasa akan magnesium organik berkisar sekitar 300 mg/hari.

Magnesium diserap dalam bentuk Mg++ dan merupakan bagian dari hijau daun yang

tidak dapat digantikan oleh unsur lain, kecuali didalam hijau daun Mg terdapat pula

sebagai ion didalam air-sel.

Walaupun zat mineral ini  diserap tanaman dalam jumlah yang sedikit jika

dibandingkandengan zat mineral makro lain (diantaranya N,P dan Ca), Mg dalam bentuk

Mg2+ mempunyai peranan penting dalam penyusunan klorofil. Menurut G. H.  Collings

(1955) kadar magnesium dari klorofil tanaman adalah 2,7 persen.

Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg) menyebabkan :

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 7

Page 8: ANTAGONISME IONKU

Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara

tulang- tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian

di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-

bercak merah kecoklatan

Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai

lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan

mengkerut

Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau tanaman tetap

tumbuh maka tanaman akan nampak lemah sekali.

D. Calsium (Ca)

Unsur ini diserap dalam Ca++, Kalsium  terdapat sebagai kalsium pectinaat pada

lamela-lamela tengah dari dinding-dinding sel, endapan-endapan dari kalsium oksalat dan

kalsium karbonat dan sebagai ion didalam air-sel. Kebanyakan dari zat kapur ini (CaO)

terdapat didalam daun dan batang. Pada biji-biji relatif kurang mengandung kapur,

demikian juga pada akar-akaran. Pada akar-akaran banyak terdapat pada ujung-ujungnya

dan bulu-bulu akar (Gardner, 1991)

Fungsi ion Kalsium yang penting adalah mengatur permeabilitas dari dinding sel.

Telah diketahui bahwa ion-ion Kalium itu mempertinggi permeabilitas dinding sel  dan

ion-ion Kalsium adalah sebaliknya. Hal ini penting bagi organisme, sebab bertambahnya

permeabilitas yang disebabkan ion-ion Kalium dapat lebih dicegah (Wachid, 2005)

Peranan yang penting dari kapur terdapat pada pertumbuhan ujung-ujung akar dan

pembentukan bulu-bulu akar. Bila kapur ditiadakan maka pertumbuhan keduanya akan

terhenti dan bagian-bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna coklat kemerah-

merahan (wachid, 2005)

E. Hubungan unsur Kalium, Kalsium dan Magnesium

Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat

antagonism anatar kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium. Sifat

antagonism ini menyebabkan kekalahan salah satu unsure untuk diserap tanaman jika

komposisinya tidak seimbang. Unsure kalium diserap lebih cepat oleh tanaman

dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsure kalium berlebih gejalanya sama

dengan kekurangan magnesium. Sebab, sifat antagonism antara kalium dan magnesium

lebih besar daripada sifat antagonism ion antara kalium dan magnesium lebih besar

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 8

Page 9: ANTAGONISME IONKU

daripada sifat antagonism antara kalium dan kalsium. Kendati demikian, pada beberapa

kasus, kelebihan kalium gejalanya mirip tanaman kekurangan kalsium.

F. Antagonisme Ion

Antagonisme ion merupakan pemasukan ion yg satu mempengaruhi pemasukan ion-

ion yang lain. Contoh:

- Pemasukan ion Ca2+ meniadakan pengaruh ion Na+ .

- Konsentrasi ion Na+ menghambat peresapan ion-ion K+ & Ca2+.

Pemasukan ion ke dalam akar ditunjang dengan keadaan banwa di dalam jaringan

akar yg masih muda terdapat timbunan ion-ion & garam. Maka di duga timbunan ion-ion

& garam inilah yg kemudian menarik ion-ion di dalam tanah.

Interaksi antar ion dikatakan sinergis apabila terjadi interaksi antara dua ion atau lebih

yang memiliki efek sama dalam system. Sebaliknya, interaksi antar ion dikatakan

antagonis apabila efek dari satu ion mengurangi atau meniadakan pengaruh ion lain.

Dalam antagonis ini, diketahui bahwa semakin besar valensinya semakin kecil kekuatan

antagonismenya, dalam arti ion dengan valensi lebih besar, akan kalah bersaing dengan

yang bervalensi lebih kecil. Ion yang bervalensi 1 akan lebih mudah diserap dari pada ion

yang bervalensi 2 atau lebih (Santosa, 1992).

Mineral diperlukan oleh tanaman terutama dalam transpor. Misalkan suatu zat mineral

berupa larutan hinggap pada salah satu daun, maka dalam hitungan detik, zat tersebut

diserap oleh ektodesm yang ada pada permukaan daun. Dan tidak lama kemudian zat

tersebut dialirkan ke bagian-bagian tanaman. Kejadian ini berkaitan erat dengan adanya

proses fotosintesis di daun.

Ketersediaan unsur-unsur hara (mineral) makro dan mikro tersebut sangat penting

karena setiap zat mempunyai kegunaan yang berbeda-beda. Hal itu pula yang

mengakibatkan kebutuhan tanaman untuk setiap zat berbeda-beda jumlahnya. Seperti kita

tahu, tanaman memerlukan banyak unsur Nitrogen, Phosphor dan Kalium dalam jumlah

banyak, sedangkan mineral lain diperlukan lebih sedikit.

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 9

Page 10: ANTAGONISME IONKU

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada praktikum ini ialah penelitian eksperimental, karena dilakukan

percobaan untuk menjawab rumusan masalah dan terdapat variabel-variabel dalam

penelitian yang dilakukan, yaitu variabel manipulasi, variabel kontrol, dan variabel respon.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam melakukan percobaan ini antara lain :

Variabel manipulasi

- Medium pertumbuhan tanaman Hydrilla yang meliputi :

• 20 ml air suling

• 40 ml KCl 1%

• 40 ml MgCl2 1%

• 20 ml KCl 1 % + 20 ml MgCl2 1%

• 20 ml KCl 1% + 10 ml MgCl2 1% + 10 ml air suling

• 10 ml KCl 1% + 20 ml MgCl2 1% + 10 ml air suling

Variabel kontrol

- Panjang tanaman (7 cm)

- Jumlah daun

- Waktu pengamatan

Variabel respon

- Pertambahan panjang Hydrilla

- Warna daun Hydrilla

- Viabilitas Hydrilla

C. Alat dan bahan

1. Alat

- 6 buah petridisk

- Gelas ukur

- Pipet

- Pisau

- Penggaris

2. Bahan

- Tanaman Hydrila

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 10

Page 11: ANTAGONISME IONKU

- Larutan KCl 1% dan MgCl2 1%

- Air suling

D. Prosedur kerja

1. Membuat enam macam medium pertumbuhan dengan komposisi sebagai berikut:

I. 20 ml air suling

II. 40 ml KCl 1%

III. 40 ml MgCl2 1%

IV. 20 ml KCl 1% + 20 ml MgCl2 1%

V. 20 ml KCl 1% + 10 ml MgCl2 1% + 10 ml air suling

VI. 10 ml KCl 1% + 20 ml MgCl2 1% + 10 ml air suling

2. Memasukkan masing-masing komposisi medium tersebut ke dalam 6 petridisk yang

tersedia dan diberi label.

3. Mengukur tanaman Hydrilla dan memotongnya sepanjang 7 cm sebanyak 6 potong

4. Memasukkan potongan tanaman Hydrilla kedalam masing-masing medium

5. Ke dalam masing-masing petri, dimasukkan 1 potongan Hydrilla yang telah

disamakan ukuran, warna, dan jumlah daun.

6. Melakukan pengamatan mengenai panjang, warna, dan viabilitas dan pertumbuhan

yang mungkin terjadi pada masing-masing kelompok perlakuan tersebut.

7. Membuat tabel pengamatan pengaruh sifat antagonisme ion dari hasil pengamatan.

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 11

Page 12: ANTAGONISME IONKU

BAB IV

HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel. Pengamatan pengaruh ion K+ dan Mg+ terhadap warna, pertumbuhan dan viabilitas

tanaman Hydrilla.

Perlakuan Hari ke-Panjang

awal (cm)

Pengamatan

Warna ViabilitasPanjang

Akhir (cm)

I

40 ml air

suling

1

7 cm

Hijau Tua

(++++)

Utuh dan

Segar6,92

3 Hijau Tua

(++++)Utuh 6,28

5 Hijau Tua

(++++)Utuh 5,62

7 Hijau Tua

(++++)Utuh 2,72

II

40 ml KCI

1%

1

7 cm

Hijau Tua

(++++)

Utuh dan

Segar8,82

3 Hijau Tua

(++++)Utuh 6,60

5 Hijau

kecoklatan

(+++)

Layu 2,66

7Coklat

(++)

Layu dan

sedikit

Hancur

0,64

III

40 ml MgCl2

1%

1 7 cm Hijau Tua

(++++)

Utuh dan

Segar7,04

3 Hijau

kecoklatan

(+++)

Utuh 6,12

5 Coklat Layu 2,72

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 12

Page 13: ANTAGONISME IONKU

(++)

7Coklat

(+)

Layu dan

sedikit

Hancur

1,12

IV

20 ml KCI

1% + 20 ml

MgCl2 1%

1

7 cm

Hijau Tua

(++++)

Utuh dan

Segar9,43

3 Hijau

kecoklatan

(+++)

Utuh 7,06

5 Coklat

(++)Layu 7,06

7Coklat

(+)

Layu dan

sedikit

Hancur

2,16

V

20 ml KCI

1% + 10 ml

MgCl2 1% +

10 ml air

suling

1

7 cm

Hijau Tua

(++++)

Utuh dan

Segar7,20

3 Hijau

kecoklatan

(++)

Utuh 6,46

5 Hijau

kecoklatan

(+)

Layu 5,72

7Coklat

Layu dan

sedikit

Hancur

2,8

VI

10 ml KCI

1% + 20 ml

MgCl2 1% +

10 ml air

suling

1 7 cm Hijau Tua

(++++)

Utuh dan

Segar7,36

3 Hijau

kecoklatan

(+++)

Utuh 6,80

5 Hijau

kecoklatan

(++)

Layu 3,98

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 13

Page 14: ANTAGONISME IONKU

7

Coklat

Layu dan

sedikit

Hancur

1,10

B. Analisis

Dari data di atas. Pada pengamatan antagonisme ion pada tanaman hydrilla yang

dilakukan selama7 hari dengan panjang awal tanaman Hydrilla 7 cm, di laboratorium

jurusan biologi dihasilkan beberapa analisis :

Pada perlakuan pertama, 40 ml air suling. Pada hari ke-1 penurunan panjang dari 7 cm

menjadi 6,92 cm, warna hijau tua (++++), viabilitasnya utuh dan segar, pada hari ke-3

mengalami penurunan panjang dari 7 cm menjadi 6,28 cm, warna hijau tua (++++),

viabilitasnya utuh. Pada hari ke-5 mengalami penurunan dari 7 cm menjadi 5,62 cm,

warna hijau tua (++++), viabilitas utuh. Pada hari ke-7 mengalami penurunan dari 7 cm

menjadi 2,72 cm, warna hijau tua (++++), viabilitas utuh

Perlakuan kedua 40 ml KCI 1%. Pada hari ke-1 mengalami pertambahan panjang dari

7 cm menjadi 8,82 cm, wana hijau tua (++++), viabilitasnya utuh dan segar. Pada hari

ke-3 mengalami penurunan panjang dari 7 cm menjadi 6,60 cm, warna hijau tua (+++

+), viabilitas utuh. Pada hari ke-5 mengalami penurunan panjang dari 7 cm menjadi

2,66 cm, warna berubah menjadi Hijau kecoklatan (+++), dengan viabilitas layu. Pada

hari ke-7 mengalami penurunan dari 7 cm menjadi 0,64 cm, warna menjadi coklat

dengan viabilitas layu dan sedikit hancur.

Perlakuan ketiga 40 ml MgCI2 1%. Pada hari ke-1 mengalami pertambahan panjang

dari 7 cm menjadi 7,04 cm, wana hijau tua (++++), viabilitasnya utuh dan segar. Pada

hari ke-3 mengalami penurunan panjang dari 7 cm menjadi 6,12 cm, warna menjadi

hijau kecoklatan (+++), viabilitas utuh. Pada hari ke-5 mengalami penurunan panjang

dari 7 cm menjadi 2,72 cm, warna berubah menjadi coklat (++), dengan viabilitas layu.

Pada hari ke-7 mengalami penurunan panjang dari 7 cm menjadi 1,12 cm, warna

menjadi coklat (+) dengan viabilitas layu dan sedikit hancur. .

Perlakuan keempat 20 KCI 1% + 20 ml MgCI2 1%. Pada hari ke-1 mengalami

pertambahan panjang dari 7 cm menjadi 9,43 cm, wana hijau tua (++++), viabilitasnya

utuh dan segar. Pada hari ke-3 mengalami pertambahan panjang dari 7 cm menjadi 7,06

cm, warna menjadi hijau kecoklatan (+++), viabilitas utuh. Pada hari ke-5 mengalami

penurunan panjang dari 7 cm menjadi 7,06 cm, warna berubah menjadi coklat (++),

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 14

Page 15: ANTAGONISME IONKU

dengan viabilitas layu. Pada hari ke-7 mengalami penurunan panjang dari 7 cm menjadi

2,16 cm, warna menjadi coklat (+) dengan viabilitas layu dan sedikit hancur.

Perlakuan kelima, 20 ml KCI 1% + 10 ml MgCI2 1% + 10 ml air suling. Pada hari ke-1

mengalami pertambahan panjang dari 7 cm menjadi 7,20 cm, wana hijau tua (++++),

viabilitasnya utuh dan segar. Pada hari ke-3 mengalami penurunan panjang dari 7 cm

menjadi 6,46 cm, warna menjadi hijau kecoklatan (++), viabilitas utuh. Pada hari ke-5

mengalami penurunan panjang dari 7 cm menjadi 5,72 cm, warna berubah menjadi

hijau kecoklat (+), dengan viabilitas layu. Pada hari ke-7 mengalami penurunan panjang

dari 7 cm menjadi 2,8cm, warna menjadi coklat dengan viabilitas layu dan sedikit

hancur.

Perlakuan keenam 10 ml KCI 1% + MgCI2 1% Ditambah 10 ml air suling. Pada hari

ke-1 mengalami pertambahan panjang dari 7 cm menjadi 7,36 cm, wana hijau tua (+++

+), viabilitasnya utuh dan segar. Pada hari ke-3 mengalami penurunan panjang dari 7

cm menjadi 6,80 cm, warna menjadi hijau kecoklatan (+++), viabilitas utuh. Pada hari

ke-5 mengalami penurunan panjang dari 7 cm menjadi 3,98 cm, warna berubah menjadi

hijau kecoklat (++), dengan viabilitas layu. Pada hari ke-7 mengalami penurunan

panjang dari 7 cm menjadi 1,10 cm, warna menjadi coklat (+) dengan viabilitas layu

dan sedikit hancur.

Berdasarkan penjelasan diatas, analisis dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan I

dengan penambahan 40 ml air suling pada media tumbuh (kontrol) didapat hasil

tanaman Hydrilla pada hari ke-1 sampai ke-3 mengalami penurunan panjang yang tidak

berbeda jauh, sedangkan pada hari ke-7 penurunan panjang berbeda jauh, hal ini

mungkin disebabkan karena kadar air hampir habis, untuk warna tidak berubah yakni

tetap berwarna hijau tua (++++), dan viabilitas tanaman tersebut juga hampir tetap

yakni tanaman tetap utuh. Berbeda dengan perlakuan II sampai dengan perlakuan VI.

Keadaan tanaman Hydrilla pada tiap perlakuan tersebut berbeda dengan kontrol.

Terdapat perbedaan panjang tanaman, perbedaan warna serta perubahan viabilitas

tanaman. Hasil yang sudah diperoleh disebabkan karena adanya penambahan larutan

KCl 1% dan MgCl2 1% pada perlakuan II sampai VI. Sifat antagonisme pada masing-

masing larutan, yakni K+ dan Mg2+ saling meniadakan peranan antar kedua ion

tersebut.

C. Pembahasan

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 15

Page 16: ANTAGONISME IONKU

Berdasarkan analisis sebelumnya diperoleh bahwa ada sifat antagonism antara ion K+

dan Mg2+. Dari keenam perlakuan, yakni perlakuan dengan penambahan air suling, KCl,

MgCl2, KCl dan MgCl2 1%, KCl 1% + 10 ml MgCl2 1% + 10 ml air suling serta 10 ml

KCl 1% + 20 ml MgCl2 1% + 10 ml air suling. Untuk perubahan warnanya berturut-turut

adalah hijau tua (++++), Hijau kecoklatan (+++), coklat (++), coklat. sedangkan untuk

viabilitas perlakuan I tetap utuh, sedangkan perlakuan lainnya menjadi layu dan terdapat

beberapayang hancur.

Hasil tersebut didapat bahwa penambahan air suling pada medium tumbuh (sebagai

kontrol) merupakan medium terbaik bagi tanaman Hydrilla. Pada semua perlakuan selain

air suling tanaman Hydrilla menjadi coklat dan layu , hal ini disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan unsur hara pada media tumbuh tanaman Hydrilla. Sedangkan

perlakuan VI, yakni penambahan MgCl2+ merupakan medium yang paling buruk untuk

tanaman Hydrilla, karena selain layu, tanaman Hydrilla juga terdapat yang hancur.

Adanya perbedaan panjang tanaman (lihat dianalisis data) pada semua perlakuan yakni

makin panjang pada hari ke-1 dan makin pendek pada hari ke-3 sampai ke-7 disebabkan

oleh adanya pencampuran kedua ion, sehingga timbul adanya perbedaan osmotik antar

tanaman dengan lingkungan. Namun, dari segi warna dan viabilitas hasil yang diperoleh

sesuai dengan teori yang ada.

Hasil yang didapat kurang sesuai dengan teori yang ada, yang mengatakan bahwa ada

sifat antagonisme pada ion K+ dan Mg2+ yang menyebabkan peniadaan antar kedua ion

tersebut. Adanya perbedaan panjang tanaman, yakni makin pendek mungkin disebabkan

oleh adanya pencampuran kedua ion sehingga timbul adanya perbedaan osmotik antar

tanaman dengan lingkungan. Namun, dari segi warna dan viabilitas hasil yang diperoleh

sesuai dengan teori yang ada.

Penambahan ion K+ dan Mg2+ memiliki perbedaan dalam penyerapannya oleh

tumbuhan. Ion K+ yang memiliki valensi 1 lebih mudah diserap tanamn daripada ion Mg2+

yang memiliki valensi 2. Ion yang bervalensi besar akan kalah bersaing dengan ion

bervalensi lebih kecil. Ion yang bervalensi satu akan lebih mudah diserap tanaman

daripada ion yang bervalensi dua atau lebih (Santosa, 1992).

Seperti yang telah diketahui, bahwa Mg2+ diserap tanaman dalam bentuk ion. Ion Mg2+

ini berperan dalam sintesis klorofil, karena merupakan bahan baku utama dalam

pembentukan klorofil tersebut. Adanya penambahan ion K+ pada medium tumbuh

mengganggu peranan Mg2+. Berkurangnya penyerapan Mg2+ oleh ion K+ ini meyebabkan

produksi klorofil pada tumbuhan tidak optimal. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 16

Page 17: ANTAGONISME IONKU

pada tanaman tidak berjalan dengan optimal, karena fotosintesis sangat membutuhkan

klorofil. Proses fotosintesis yang tidak optimal menyebabkan produksi pati sebagai sumber

ATP sangat sedikit. Sedikitnya ketersediaan pati akan berdampak pada translokasi pati

yang tidak merata dan optimal. Hal ini membuat ada beberapa dari organ tanaman yang

tidak mendapatkan pasokan pati. Minimnya pasokan pati pada suatu organ tanaman sudah

tentu akan mengganggu pertumbuhan organ tersebut, misalnya pada daun. Daun pun akan

menjadi kunig bahkan kuning kecoklatan dan mengalami kerontokan.

Air suling bukan merupakan hormon pertumbuhan yang menyebabkan pengenduran

dinding sel sehingga pertambahan panjang jaringan hanya disebabkan oleh peristiwa

osmosis yang akan berhenti jika CIS dan CES dalam keadaan seimbang dan dinding akan

menegang sehingga pertambahan jaringan rendah batang (koleoptil).

BAB V

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 17

Page 18: ANTAGONISME IONKU

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah :

Semakin tinggi valensi suatu ion, maka semakin kecil kekuatan antagonismenya,

sehingga ion yang memiliki valensi ion 1 pada kalium akan mudah diserap jika

dibandingkan dengan ion yang memiliki nilai valensi 2 pada magnesium

Terjadi kompetisi antar ion K+ dan Mg2+ dalam penyerapannya oleh tanaman yang

menyebabkan salah satu ion tidak terserap atau terserap minimal. Hal ini karena

adanya perbedaan valensi antar keduanya.

Adanya sifat antagonisme antar ion K+ dan Mg2+ dalam penyerapannya oleh tanaman

sehingga penyerapan ion K+ meniadakan peranan ion Mg2+

Pemberian ion kalium dan ion magnesium pada komposisi medium memberikan

pengaruh yang nyata terhadap perubahan warna, viabilitas dan pertumbuhan

tumbuhan Hydrilla.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 18

Page 19: ANTAGONISME IONKU

Gardner. 1991. Fisiologi Tanaman Budaya. Jakarta: Erlangga.

Geby, 2012. Antagonisme ion. http://gebyy-agnezaa.blogspot.com/2012/03/antagonisme-

ion.html. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2013.

Collings GH. 1955. Commercial Fertilizer. 5th Edtion. New York: McGraw-Hill. 617 p.

Heddy, S. 1987. Biologi Pertanian. Jakarta : Rajawali Press.

Ilham, 2011. Hydrilla. http://ilham-agt08.blogspot.com/2011/03/hydrilla.html. Diakses pada

tanggal 26 Oktober 2013.

Rahayu, Yuni Sri, Yuliani, Lukas S. Budipramana. 2011. Panduan Praktikum Ilmu Hara.

Jurusan Biologi: UNESA.

Santoso, Sugih Cipta. 2009. Mineral Bagi Tanamn. Diakses melalui

http://www.sugihciptasantosa.com/MineralBagiTanaman.html. Diakses pada tanggal

25 Oktober2013.

Silalahi, Juliana. 2007. Analisis air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi

Akuatik di Perairan Balige Danau Toba.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5792/1/10E00168.pdf. Diakses pada

tanggal 26 Oktober 2013.

Laporan Ilmu Hara tentang Antagonisme Ion 19