Annual Report 2016 - enviro.bppt.go.id · Annual Report 2016 66 66 c. Analisa sampel air limbah :...
Transcript of Annual Report 2016 - enviro.bppt.go.id · Annual Report 2016 66 66 c. Analisa sampel air limbah :...
Annual Report 2016
64
64
BAB VI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH MENGANDUNG LOGAM BERAT
Dinda Rita K. Hartaja, Ikbal, Oman S, Galih S, Nusa Idaman S, Manis Y, Tati H, Ahmad Shoiful,
Dwindrata B, Adi Mulyanto
ABSTRAK
Logam berat merupakan parameter yang banyak ditemui di dalam air limbah. Logam berat yang terbawa ke
perairan dapat mengalami bioakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup. Keberadaan logam berat di dalam air
limbah menjadi perhatian karena pada konsentrasi yang tinggi bersifat toksik. Salah satu teknologi yang dapat
diaplikasikan dalam pengolahan limbah cair mengandung logam berat adalah dengan menggunakan teknologi
elektrokoagulasi. Prinsip kerja elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi kontaminan tersuspensi dan
teremulsi didalam media larutan dengan menggunakan arus listrik. Proses elektrokoagulasi terbentuk melalui
pelarutan logam dari anoda yang kemudian berinteraksi secara simultan dengan ion hidroksi dan gas hidrogen
yang dihasilkan dari katoda. Dalam penelitian ini difokuskan hanya mengamati 2 logam berat, yaitu Kromium dan
Perak. Karena dalam uji pendahuluan sampel yang akan dijadikan air baku dalam penelitian ini, kedua logam ini
terdeteksi yang paling tinggi diantara logam – logam yang lain. Sedangkan waktu tinggal di dalam reaktor
elektrokoagulasi ditetapkan selama 30 menit, dan reaktor sedimentasi selama 3 jam. Hasil yang diperoleh dari
proses elektrokoagulasi dan adsobsi logam adalah mampu menurunkan konsentrasi kromium hingga 88%, dan
konsentrasi perak sebesar 95%.
Kata Kunci : logam berat, elektrokoagulasi, koagulasi-flokulasi, elektrokimia
6.1. Latar Belakang
Logam berat merupakan parameter yang banyak ditemui di dalam air limbah. Jenis logam
berat yang umum ditemui di dalam air limbah antara lain arsen (As), Timbal (Pb), Merkuri (Hg),
Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Zink (Zn), Tembaga (Cu), Perak (Ag), dan Nikel (Ni).
Logam berat yang terbawa ke perairan dapat mengalami bioakumulasi di dalam tubuh
makhluk hidup. Melalui rantai makanan, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Karena
sifat bioakumulasi tersebut, apabila manusia memakan makanan yang berasal dari perairan yang
tercemar logam berat, maka konsentrasi tertinggi logam berat akan ada di tubuh manusia.
Konsentrasi logam berat yang berlebihan di dalam tubuh sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.
Keberadaan logam berat di dalam air limbah menjadi perhatian karena pada konsentrasi
yang tinggi logam berat bersifat toksik. Di dalam instalasi yang memanfaatkan proses pengolahan
secara biologi, keberadaan logam berat dalam konsentrasi tinggi menjadi musuh bagi reaktor.
Toksisitas logam berat dapat mengganggu metabolisme bakteri di dalam reaktor sehingga otomatis
kinerja reaktor juga akan terganggu. Jika konsentrasi logam berat tidak diperhatikan, bukan hanya
terancam tidak lolos baku mutu air limbah, biaya dan waktu yang diperlukan untuk pemulihan reaktor
juga tidak sedikit.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan pengolahan limbah mengandung logam
berat agar tidak mencemari lingkungan air. Reddhithota, dkk (2007) menyebutkan bahwa metode
Annual Report 2016
65
65
elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan limbah yang murah dan efektif. Elektrokoagulasi
merupakan metode elektrokimia untuk pengolahan air dimana pada anoda terjadi pelepasan
koagulan aktif berupa ion logam ke dalam larutan, sedangkan pada katoda terjadi reaksi elektrolisis
berupa pelepasan gas hidrogen (Hotl et al, 2005).
Pada penelitian ini, metode elektrokoagulasi diaplikasikan pada pengolahan limbah
laboratorium dan limbah elektroplating, dimana elektroda yang digunakan adalah aluminium (sebagai
anoda dan katoda). Metode elektrokoagulasi memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu
merupakan metode yang sederhana, efisien, baik digunakan untuk menghilangkan senyawa organik,
tanpa penambahan bahan kimia. Menurut Putero, dkk (2008) faktor – faktor yang mempengaruhi
proses elektrokoagulasi antara lain: kerapatan arus listrik, waktu operasi, tegangan, kadar asam,
ketebalan plat, dan jarak elektroda.
Peraturan dan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar untuk pelaksanaan program
ini adalah antara lain: (1) Permen LH Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, (2) Pergub
DKI No 69 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah.
6.2. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup
6.2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Teknologi Pengolahan Limbah Mengandung Logam Berat adalah :
a. Melakukan kajian – kajian teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah air limbah yang
mengandung logam berat.
b. Mengkaji efektifitas elektrokoagulasi dengan menggunakan elektroda aluminium untuk
menurunkan konsentrasi logam berat yang terkandung dalam air limbah.
6.2.2. Sasaran
Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah diperoleh data untuk mendesain teknologi proses
elektrokoagulasi yang tepat untuk mengolah air limbah yang mengandung logam berat.
6.2.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan Teknologi Pengolahan Limbah Mengandung Logam Berat Tahun
Anggaran 2015 antara lain adalah :
a. Studi literatur : dilakukan untuk memperkaya pengetahuan mengenai karakteristik limbah
yang mengandung logam berat, meningkatkan basic pengetahuan tentang teknologi proses
pengolahan air limbah secara umum. Studi literatur ini dilakukan dengan mengkaji makalah –
makalah maupun hasil kajian yang telah dilakukan oleh pihak-pihak lain.
b. Survei lapangan : dilakukan untuk mengetahui kondisi riil di air limbah yang berasal dari
beberapa laboratorium lingkungan yang ada di Jakarta, yang akan digunakan sebagai
sampel air limbah pada penelitian ini. Selain itu, survey lapangan juga bertujuan untuk
mengambil sampel air limbah tersebut, yang kemudian dibawa ke laboratorium Geostek
Kawasan Puspiptek Serpong.
Annual Report 2016
66
66
c. Analisa sampel air limbah : dilakukan untuk mengetahui karakteristik kimia, khususnya
kandungan logam berat yang terdapat di dalam air limbah laboratorium.
d. Penelitian : dilakukan dengan menetapkan waktu tinggal selama 30 menit di dalam reaktor
elektrokoagulasi, dan 3 jam dalam reaktor sedimentasi.
e. Evaluasi hasil penelitian : Evaluasi ini diperlukan untuk merumuskan kinerja dari teknologi –
teknologi proses yang telah dicoba pada tahapan penelitian. Dari sini akan dapat dirumuskan
parameter disain untuk merancang alat yang lebih besar.
6.3. Hasil Kegiatan
Capaian kegiatan akan diuraikan dalam tiap triwulan, seperti penjelasan berikut ini.
Triwulan I
Kegiatan yang dilakukan Teknologi Pengolahan Limbah Mengandung Logam Berat pada
triwulan I meliputi :
a. Studi Literatur, dilakukan untuk memperkaya pengetahuan dan data sekunder mengenai
teknologi pengolahan air limbah mengandung logam berat. Studi literatur ini dilakukan
dengan mengkaji makalah – makalah maupun hasil kajian yang telah dilakukan oleh pihak –
pihak lain.
b. Desain konsep reaktor elektrokoagulasi yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini,
berdasarkan evaluasi kegiatan 2015
Dari kegiatan tersebut di atas, maka pada triwulan I dilakukan evaluasi reaktor yang
digunakan pada kegiatan 2015. Dari evaluasi tersebut, akan digunakan sebagai dasar perencanaan
reaktor dengan skala yang lebih besar, agar diperoleh efektifitas pengolahan yang maksimal. Selain
mengevaluasi kinerja reaktor pada tahun 2015, untuk mendesain reaktor yang akan digunakan pada
penelitian kali ini, juga dilakukan kajian mengenai karakteristik limbah laboratorium yang akan
digunakan sebagai sampel pada penelitian.
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja reaktor di kegiatan tahun 2015, diperoleh hasil bahwa
endapan yang terjadi di reaktor sedimentasi menutupi outlet sedimentasi sehingga air hasil olahan
tidak dapat mengalir ke proses selanjutnya. Selain itu kinerja filter yang masih relatif rendah.
Sehingga desain reaktor yang akan digunakan pada penelitian ini akan berubah, yaitu akan
memisahkan reaktor elektrokoagulasi dan sedimentasi yang sebelumnya dijadikan satu reaktor.
Selain itu, akan merubah sistem adsorbsi menggunakan filter karbon aktif dan silika, agar diperoleh
hasil yang lebih maksimal.
Dari hasil kajian diketahui bahwa air limbah laboratorium dapat mengandung bermacam-
macam spesi kimia bergantung kepada jenis laboratorium yang dioperasikan, misalnya laboratorium
klinik, laboratorium non-klinik, atau laboratorium radiasi. Spesi kimia yang terdapat dalam air limbah
kemungkinan dapat bersifat asam (baik asam lemah maupun asam kuat), basa (basa lemah atau
basa kuat), amfoter (berkelakuan sebagai asam atau basa bergantung kepada kondisi lingkungan).
Selain itu spesi tersebut dapat berupa bahan kimia organik maupun anorganik.
Annual Report 2016
67
67
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun limbah laboratorium tergolong ke dalam limbah B3. Terdapat dua
klasifikasi limbah B3 yaitu kategori 1 dan kategori 2. Suatu limbah dinyatakan sebagai B3 kategori 1
apabila memenuhi paling tidak satu kriteria dalam Tabel 6.1. di bawah ini:
Tabel 6.1. Kriteria limbah B3 kategori 1
Karakteristik limbah
Organoleptic Toxic
Mudah meledak (explosive)
Mudah menyala (flammable)
Bersifat korosif (corrosive)
Bersifat infeksius (infectius)
Bersifat reaktif (reactive)
Beracun (toxic)
Memiliki nilai toxicity characteristik leaching
procedure (TCLP) : TCLP > A (lampiran 3
PP101/2014)
Memiliki nilai lethal dose-50 (LD50) dalam
kisaran (satuan mg/kg bobot hewan uji):
LD50 ≤ 50
Sedangkan suatu limbah B3 dinyatakan sebagai kategori 2 apabila tidak memiliki karakteristik
sebagai kategori 1 namun memiliki karakteristik seperti tertera dalam Tabel 6.2. berikut ini.
Tabel 6.2. Kriteria limbah B3 kategori 2
Karakteristik limbah
Memiliki nilai toxicity characteristik leaching
procedure (TCLP) : B<TCLP≤A (lampiran 3
PP101/2014)
Memiliki nilai lethal dose-50 (LD50) dalam
kisaran (satuan mg/kg bobot hewan uji): 50 <
LD50 ≤ 5000
Sesuai dengan Lampiran 1 dari PP101/2014 limbah laboratorim dapat berasal dari sumber
spesifik atau sumber tidak spesifik. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menempatkan limbah
laboratorium sebagai Limbah B3 kategori 1 atau kategori 2 ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 6.3. Karakteristik air limbah laboratorium kimia
Paremeter Satuan Nilai
pH - 2,45
TDS (total dissolved solid) mg/L 8997
TSS (total suspended solid) mg/L 367
Kekeruhan (turbidity) NTU 45,64
COD (chemical oxygen demand) mg/L 2668,55
Nilai KmnO4 mg/L 23,91
Fe mg/L 75,54
Mn mg/L 1,8799
Cr mg/L 3,3681
Suhu oC 26
Annual Report 2016
68
68
Tabel 6.4. Lampiran 1 dari PP101/2014
Kegiatan Sumber Keterangan limbah Kode limbah Kategori
Laboratorium Tidak spesifik Mengandung bahan B3 A106d 1
Rumah sakit dan
pelayanan
kesehatan (kode
37)
Laboratorium
rumah sakit dan
klinik
Fasilitas
insinerator
IPAL rumah sakit
dan klinik
Infeksius A337-1 1
Produk farmasi kadaluarsa A337-2 1
Bahan kimia kadaluarsa A337-3 1
Alat terkontaminasi B3 A337-4 1
Mengandung logam berat A337-5 1
Kemasan produk farmasi B337-1 2
Sludge IPAL B337-2 2
Laboratorium riset
dan komersial
termasuk industri
(kode 38)
Seluruh jenis
laboratorium kecuali
dari kegiatan kode
37
Bahan kimia kadaluarsa A338-1 1
Alat terkontaminasi B3 A338-2 1
Residu sampel B3 A338-3 1
Sludge IPAL A338-4 1
Pada Tabel 6.3. dan Tabel 6.4. ditunjukkan tipikal karekteristik air limbah untuk laboratorium
kimia dan laboratorium kesehatan.
Triwulan II
Dari kajian yang dilakukan pada triwulan I, maka kegiatan yang akan dilakukan pada triwulan
II adalah sebagai berikut:
a. Tersusunnya gambar bentuk konfigurasi panel kontrol kelistrikan & instrumentasi
Elektrokoagulasi, desain mekanikal & elektrikal elektrokoagulasi, scrapper, gambar teknis unit
elektrokoagulasi, sedimentasi, adsorbsi, skeed reaktor.
b. Pengadaan peralatan dan mesin yang akan digunakan dalam penelitian pengolahan limbah
mengandung logam berat.
Percobaan yang dilakukan pada tahun sebelumnya dan kajian yang dilakukan pada triwulan I,
maka diperoleh desain sebagai berikut:
a. Reaktor Elektrokoagulasi
Reaktor elektrokoagulasi yang akan dibangun merupakan reaktor dengan tipe upflow yakni
air limbah dialirkan dari bawah reaktor hingga atas reaktor kemudian terjadi luapan sebagai outletnya.
Pada saat aliran mengalir dari bawah hingga atas reaktor, disitulah terjadi treatment. Kemudian
setelah itu limbah akan meluap ke bak pengendap. Gambar 1 berikut ini adalah sketsa reaktor yang
akan dibuat.
Annual Report 2016
69
69
Gambar 6.1. Sketsa Reaktor Elektrokoagulasi
Berikut ini adalah gambar desain reaktor elektrokoagulasi yang akan digunakan dalam
penelitian.
Gambar 6.2. Desain Reaktor Elektrokoagulasi
Spesifikasi reaktor adalah sebagai berikut :
o Bentuk : Rectangular
o Ukuran : 60cm x 50cm x 65cm
o Bahan : FRP tahan panas hingga 80oC
o Elektroda : Anoda & Katoda menggunaka aluminium
o Aliran sistem up flow
o Dilengkapi dengan dudukan aluminium, inlet, outlet dan drain
Annual Report 2016
70
70
b. Reaktor Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan atau mengendapkan zat
- zat padat atau tersuspensi non koloidal dalam air. Pengendapan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi.
Cara yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya.
Setelah partikel - partikel mengendap maka air yang jernih dapat dipisahkan dari padatan yang
semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat dengan melewatkan air pada sebuah bak
dengan kecepatan tertentu sehingga padatan terpisah dari aliran air tersebut dan jatuh ke dalam bak
pengendap.
Kecepatan pengendapan partikel yang terdapat di air tergantung pada berat jenis, bentuk dan
ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendap. Pada dasarnya terdapat
dua jenis alat sedimentasi yaitu jenis rectangular dan jenis circular. Proses sedimentasi dapat
dikelompokkan dalam tiga klasifikasi, bergantung dari sifat padatan di dalam suspensi:
o Discrete (free settling) : Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel discrete adalah
dipegaruhi oleh gravitasi dan gaya geser.
o Flocculent : Kecepatan pengadukan dari partikel-partikel meningkat, dengan setelah
adanya penggabungan diantaranya.
o Hindered/Zone settling : Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel di dalam suspensi
dengan konsentrasi padatan melebihi 500 mg/l.
Pada proses elektrokoagulasi, akan terbentuk partikel yang mengendap (endapan) dan
partikel yang mengapung (scum). Oleh karena itu, pada reaktor sedimentasi ini dilengkapi dengan
penampung scum (scum ditch) dan screaper yang berfungsi mengarahkan scum ke dalam
penampung scum. Berikut ini adalah gambar desain reaktor sedimentasi yang akan digunakan dalam
penelitian.
Annual Report 2016
71
71
Gambar 6.3. Desain Reaktor Sedimentasi
Spesifikasi bak sedimentasi adalah sebagai berikut
o Bentuk : Rectangular
o Ukuran : 120 cm x 50 cm x 115 cm
o Bahan : FRP
o Dilengkapi dengan penampung scum, screaper, baffle, inlet, outlet, dan drain
c. Reaktor Adsorbsi
Proses yang digunakan untuk filtrasi pasir dan filtrasi adsorpsi karbon aktif adalah filtrasi
secara gravitasi dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Porses adsorpsi logam berat dilakukan
dengan menggunakan karbon aktif dan pasir silika yang diletakkan dalam sebuah reaktor. Desain
bakr adsorpsi yang digunakan adalah seperti pada Gambar 5.
Spesifikasi bak filtrasi pasir dan bak adsorpsi adalah sebagai berikut
o Bentuk : Rectangular
o Ukuran : 50 cm x 40 cm x 65 cm
o Bahan : FRP
o Media : Silika dan Karbon Aktif
o Sistem Aliran : Aliran sistem upflow
o Dilengkapi dengan strainer, weir, inlet, outlet dan drain
Annual Report 2016
72
72
Gambar 6.4. Desain Bak Adsorpsi Karbon Aktif
d. Desain Instalasi Kelistrikan Sistem Elektrokoagulasi
Sketsa Instalasi Pengkabelan Power Suplai
Gambar 5 berikut ini adalah sketsa instalasi pengkabelan power suplai. Output DC power
suplai disalurkan ke reaktor menggunakan kabel induk 25 mm2 kemudian untuk distribusi masing-
masing elektroda pada reaktor, kabel induk beri cabang dengan menggunakan kabel ukuran 6 mm2
menuju masing-masing elektroda. Garis merah pada output DC pada Gambar 1 menunjukkan kutub
positif sedangkan garis biru menunjjukan kutub negatif. Pemasangan elektroda dipasang secara
berselang-seling antara positif dan negatif.
Annual Report 2016
73
73
POWER SUPLAI220 VAC 0-50 VDC
Gambar 6.5. Sketsa Pengkabelan Power Suplai
Wiring Diagram Sistem Kelistrikan
Komponen Kelistrikan Elektrokoagulasi terdiri dari:
Tabel 6.5. Komponen Utama Kelistrikan Sistem Elektrokoagulasi
No. Nama Komponen Spesifikasi Jumlah
1 MCB
16 A 10 A 4 A 2 A
1 Buah 1 Buah 1 Buah 2 Buah
2 Kontaktor 3 x 10 A 4 Buah
3 Overload 12 A 1 Buah
4 Pilot Lamp 220 VAC 6 Buah
5 Selector Switch 10 A 5 Buah
Dalam perancangan ini MCB digunakan sebagai pembagi arus sekaligus sebagai pengaman
hubungan pendek arus listrik. MCB ukuran 16 A digunakan sebagai sumber arus utama. Dari MCB
utama tersebut kemudian dibagikan ke 4 buah MCB dengan rincian sebagai berikut:
8. MCB 10 A : digunakan untuk power supply DC
9. MCB 4 A : digunakan untuk motor skimmer
10. MCB 2 A : digunakan untuk pompa filtrasi
11. MCB 2 A : digunakan untuk pompa umpan
Kontaktor dalam perancangan ini digunakan sebagai saklar magnetis tiap komponen.
Kontaktor yang digunakan memiliki 3 buah kontak utama dan 2 buah kontak bantu masing-masing
NO dan NC. Kontaktor yang digunakan berkapasitas 3 x 10 A. Overload digunakan untuk beban yang
membutuhkan tingkat proteksi arus yang tinggi. Dalam perancangan ini overload dipasang pada
kontaktor power supply DC. Overload yang dipasang memiliki variasi arus mulai dari 3 A sampai 12
A.
Pilotlamp dipasang sebagai indikator masing-masing beban telah bekerja. Pilotlamp
dihubungkan ke kontak bantu NO masing-masing kontaktor. Dalam perancangan ini terdapat 6 buah
Annual Report 2016
74
74
pilotlamp. 4 buah untuk beban, 1 buah indikator otomatis, dan 1 buah untuk indikator Line hidup.
Empat Selector Switch dipasang untuk menghidupkan kontaktor sedangkan 1 sSelector Switch
digunakan untuk menghidupka rellay yang mana rellay tersebut berfungsi untuk menghiddupkan
sistem secara otomatis. Switch Selector dipasang pada Line yang menuju koil kontaktor yakni
berfungsi untuk memutus dan menyambung arus. Gambar 6 Berikut ini adalah gambar Wiring
Diagram sistem Elektrokoagulasi.
A1
A2NO
NO
NC
NC
NCNCNONO
A1
A2NO
NO
NC
NC A1
A2NO
NO
NC
NC NO A1
A2NONC
NC
PILOT
LAMP
Overload 12 A
PILOT
LAMP
PILOT
LAMP
PILOT
LAMP
PILOT
LAMP
M M M M
LINE 220 VAC
16 A
16 A
10 A 4 A 2 A 2 A
PILOT
LAMP
Pompa Feed Pompa Filter ScraperDC
Inverter
NETRAL
NO
A1
A2
NO NO
NO
Rellay
NO
A1
A2
NO NO
NO
Rellay
Gambar 6.6. Wiring Diagram sistem Elektrokoagulasi
Triwulan III
Ruang lingkup kegiatan pada triwulan III adalah sebagai berikut:
a. Perakitan Reaktor Elektrokoagulasi dan Sistem Kelistrikan
b. Trial Test dan Uji Kebocoran
c. Analisa Sampel Limbah
Hasil capaian pada triwulan III WP 2.2. Teknologi Pengolahan Limbah Mengandung Logam
Berat adalah sebagai berikut:
Annual Report 2016
75
75
a. Perakitan Reaktor Elektrokoagulasi dan Sistem Kelistrikan
Perakitan Reaktor Elektrokoagulasi
Prinsip kerja elektrokoagulasi adalah proses koagulasi yang terbentuk melalui pelarutan
logam dari anoda yang kemudian berinteraksi secara simultan dengan ion hidroksi dan gas hidrogen
yang dihasilkan dari katoda. Hasil interaksi kation logam dengan ion hidroksida dan gas hidrogen
inilah yang kemudian bertindak sebagai koagulan. Secara umum, persamaan reaksi yang terjadi
pada anoda dan katoda dapat ditulis sebagai berikut:
M M+ + ne : Anoda
2H2O + 3e 2OH- + H2 : Katoda
Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, air limbah yang dialirkan ke dalam reaktor
elektrokoagulasi. Setelah direaksikan dengan lempeng aluminium yang dialiri listik, akan terbentuk
gelembung dan menghasilkan scum yang mengapung. Selain scum, produk samping yang dihasilkan
adalah endapan pada dasar reaktor. Scum yang terbentuk sangat banyak, sehingga mengganggu
kinerja reaktor elektrokoagulasi. Untuk mengatasi scum yang terbentuk, maka pada saat
perencanaan reaktor elektrokoagulasi, akan ditambahkan motor scrapper yang berfungsi untuk
menyapu scum yang mengapung.
Pada percobaan ini reaktor yang digunakan untuk penelitian pengolahan limbah mengandung
logam berat antara lain adalah reaktor elektrokoagulasi, reaktor sedimentasi, dan reaktor adsorbsi.
Secara garis besar, flow proses pengolahan limbah mengandung logam berat adalah sebagai berikut:
Gambar 6.7. Flow Proses Pengolahan Limbah Mengandung Logam Berat dengan Elektrokoagulasi
Di dalam reaktor elektrokoagulasi terdapat plat aluminium yang berfungsi sebagai anoda dan
katoda. Plat aluminium tersebut akan dialiri listrik DC sehingga dapat melepaskan ion Al+ yang dapat
digunakan sebagai koagulan.
Annual Report 2016
76
76
Gambar 6.8. Perakitan Alat Percobaan
Sistem Kelistrikan Elektrokoagulasi
Dalam sistem Elektrokoagulasi ini komponen kelistrikan dipasang pada Box Panel dengan
ukuran 30 x 40 x 50 cm. Pilotlamp dan Switch Selector dipasang pada pintu panel dengan mengebor
pintu panel terlebih dahulu menggunakan holesaw yang pas. Pemasangan komponen kontrol ke
panel menggunakan Rail Fungsi Ganda. Rail dipasang menggunakan paku rivet dengan mengebor
papan Box Panel terlebih dahulu. Untuk merapihkan pengkabelan maka dipasanglah kabel duct
sebagai tempat jalur kabel. Terminal kabel digunakan sebagai tempat untuk menghubungkan
komponen kontrol pada box panel dengan beban.
Dalam pengkabelan ini digunakan beberapa tipe kabel. Tipe kabel ini dipilih berdasarkan
kebutuhan arus dan lingkungan. Tabel 1 berikut ini merupakan daftar Tipe Kabel yang digunakan
dalam pengkabelan kelistrikan sistem Elektrokoagulasi.
Tabel 6.6. Daftar Jenis Kabel Yang Digunakan
No. Nama Ukuran
1. NYAF 0,75 mm2
2,25 mm2
2. NYYHY 3 x 1,75 mm2
3 x 2,25 mm2
Kabel NYAF merupakan kabel berjumlah inti 1 buah dengan bahan tembaga berbentuk
serabut dengan satu lapis isolator. Kabel ini dipilih sebagai kabel penghubung antara komponen di
dalam Box Panel. Kabel ini cocok digunakan karena pengkabelan didalam Box Panel cukup
dibutuhkan kabel berinti satu. Perlu diketahui bahwa kabel ini hanya cocok untuk digunakan pada
ruangan yang terlindungi dari cuaca sekitar seperti Box Panel. Pada pengkabelan komponen kali ini
menggunakan 2 buah ukuran kabel yakni 0,75 mm2 dan 2,25 mm2. Kabel ukuran 0,75 mm2
digunakan sebagai kabel kontrol yakni dipasang pada arus yang relativ kecil seperti kebutuhan koil
Annual Report 2016
77
77
dan pilotlamp. Kabel ukuran 2,25 mm2 digunakan sebagai kabel daya utama yakni dipasang pada
arus yang besar seperti pada kontak utama kontaktor.
Kabel NYYHY merupakan kabel dengan jumlah inti lebih dari 1 berbentuk serabut dengan 3
lapisan isolator. Lapisan paling dalam merupakan lapisan yang sama seperti pada kabel NYAF,
lapisan kedua merupakan isolator panas, lapisan paling luar merupakan lapisan yang elastis dan
kuat. Dalam pengkabelan sistem Elektrokoagulasi ini kabel NYYHY digunakan sebagai penghubung
Kontrol di dalam Box Panel dengan beban yang berada diluar yakni pompa dan lain-lain. Ukuran
yang digunakan adalah 3 x 1,75 mm2 dan 3 x 2,25 mm2. Ukuran 3 x 2,25 mm2 digunakan sebagai
kabel penghantar untuk power supply DC sedangkan komponen lainya menggunakan ukuran kabel 3
x 1,75 mm2. Pemilihan ukuran kabel ini berdasarkan besarnya kebutuhan arus beban.
Skun U digunakan untuk memasang kabel pada terminal-terminal kontrol di dalam Box Panel.
Kabel wrap dan kabel tie digunakan untuk merapikan kabel yang berada di luar kabel Duct.
Untuk merapihkan kabel beban maka digunakan kabel tie dan kabel wrap. Gambar-gambar
berikut ini adalah gambar-gambar perakitan sistem kelistrikan yang digunakan dalam
elektrokoagulasi.
Gambar 6.9. Hasil Pengkabelan Sistem Elektrokoagulasi
b. Trial Test dan Uji Kebocoran
Setelah semua reaktor dirakit, untuk menguji performa dan fungsi dari rangkaian reaktor,
akan dilakukan trial test dan uji kebocoran pada rangkaian reaktor yang akan digunakan untuk
penelitian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan air bersih yang dipompakan ke dalam reaktor.
Annual Report 2016
78
78
Kemudian reaktor dijalankan dengan kondisi normal. Tegangan listrik pada DC Inverter diatur pada
posisi paling rendah, yaitu 20 ampere. Setelah beberapa saat muncul gelembung udara yang berada
di sekitar plat aluminium, kemudian terbentuk endapan di dasar reaktor sedimentasi. Hal ini
menunjukkan bahwa rangkaian reaktor tersebut telah berfungsi dengan baik. Ketiga reaktor utama,
yaitu reaktor elektrokoagulasi, reaktor sedimentasi dan reaktor adsorbsi tidak terdapat rembesan air,
yang menunjukkan bahwa reaktor tersebut tidak bocor dan siap untuk dipergunakan. Hanya saja
terdapat kebocoran di tangi penampung akhir, yang diakibatkan sambungan pada tangki tidak
mampu menahan tekanan ketika diisi air. Sehingga sebelum digunakan, tangki tersebut harus
dilakukan perbaikan dan sambungan pada sisi sambungan tangki harus diperkuat, agar mampu
menahan tekanan air hasil olahan.
Setelah uji performa, dilakukan uji kecepatan aliran untuk menentukan jumlah debit air limbah
yang akan masuk ke dalam reaktor. Penelitian ini direncanakan akan menggunakan debit 200 L/jam,
dengan waktu tinggal di dalam reaktor elektrokoagulasi selama 30 menit dan reaktor sedimentasi
selama 180 menit.
Karena pada rangkaian alat ini tidak dilengkapi dengan watermeter, maka diperlukan uji
kecepatan aliran. Uji ini dilakukan dengan mengatur valve inlet reaktor dan valve sirkulasi yang
kembali ke dalam tangki air baku. Diharapkan dengan uji kecepatan aliran ini, limbah yang masuk ke
dalam reaktor mendekati dengan rencana awal, yaitu sebesar 200 L/jam.
Gambar 6.10. Trial Test dan Uji Kebocoran Reaktor (terdapat kebocoran pada tangki
penampung akhir)
Annual Report 2016
79
79
Gambar 6.11. Trial Test dan Uji Kebocoran Reaktor (setelah dilakukan perbaikan pada tangki
penampung akhir)
c. Analisa Sampel Limbah
Seperti disebutkan di atas, limbah yang akan digunakan sebagai sampel penelitian adalah
limbah sisa analisa yang berasal dari beberapa laboratorium lingkungan. Secara teori, karakteristik air
limbah yang digunakan adalah mengandung logam berat khususnya kromium, karena sebagian
besar sisa analisa laboratoriumnya adalah sisa pengujian COD. Untuk mengetahui besarnya
kandungan logam berat yang terkandung di dalam air lindi tersebut, maka dilakukan analisa terhadap
air limbah tersebut. Pengujian sampel dilakukan di laboratorium Balai Teknologi Lingkungan BPPT,
dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 6.7. Hasil Analisis Sampel Limbah
No Parameter Satuan Baku Mutu Kons. Air
Limbah
1. COD mg/l 100 6570
2. DHL mg/l 652
3. Krom (Cr) mg/l 0.5 3.81
4. Perak (Ag) mg/l 0.5 1.15
5. Timbal (Pb) mg/l 0.1 0.03
6. Raksa (Hg) mg/l 0.02 0.003
Sumber : Hasil Analisa, 2016
Dari hasil analisa di atas, parameter yang melebihi baku mutu adalah Krom (Cr) dan Perak
(Ag). Hal ini dikarenakan sebagian besar limbah berasal dari sisa analisa COD. Untuk mengetahui
efektifitas elektrokoagulasi dalam menghilangkan logam berat pada air limbah, maka digunakan 2
parameter logam yang melebihi baku mutu.
Annual Report 2016
80
80
Triwulan IV
Ruang lingkup kegiatan ini pada triwulan IV adalah sebagai berikut:
a. Running reaktor elektrokoagulasi dengan td = 30 menit
b. Melakukan pengujian kandungan logam berat di 3 lokasi titik sampling, yaitu:
o Inlet
o Outlet Elektrokoagulasi
o Outlet Sedimentasi
o Outlet Adsorbsi
c. Evaluasi kinerja reaktor
Teknologi elektrokoagulasi berbasis listrik untuk menghilangkan kontaminan yang kurang
efisien dengan penyaringan, mikrobiologi atau sistem pengolahan dengan bahan kimia, seperti emulsi
minyak, hidrokarbon dari minyak bumi, padatan tersuspensi, dan logam berat tanpa penggunaan
bahan kimia.
Prinsip kerja electrocoagulation (EC) adalah proses destabilisasi kontaminan tersuspensi dan
teremulsi didalam media larutan dengan menggunakan arus listrik. Proses elektrokoagulasi terbentuk
melalui pelarutan logam dari anoda yang kemudian berinteraksi secara simultan dengan ion hidroksi
dan gas hidrogen yang dihasilkan dari katoda. Elektrokoagulasi telah ada sejak tahun 1889 yang
dikenalkan oleh Vik et al dengan membuat suatu instalasi pengolahan untuk limbah rumah tangga
(sewage). Tahun 1909 di United Stated, J.T. Harries telah mematenkan pengolahan air limbah
dengan sistem elektrolisis menggunakan anoda alumunium dan besi. Matteson (1995)
memperkenalkan “Electronic Coagulator” dimana arus listrik yang diberikan ke anoda akan
melarutkan Alumunium ke dalam larutan yang kemudian bereaksi dengan ion hidroksi (dari katoda)
membentuk aluminium hidroksi. Hidroksi mengflokulasi dan mengkoagulasi partikel tersuspensi
sehingga terjadi proses pemisahan zat padat dari air limbah.
Kation bermuatan tinggi mendestabilisasi beberapa partikel koloid dengan membentuk
polivalen polihidroksi komplek. Senyawa komplek ini mempunyai sisi yang mudah diadsorbsi,
membentuk gumpalan (aggregates) dengan polutan. Pelepasan gas hidrogen akan membantu
pencampuran dan pembentukan flok. Flok yang dihasilkan oleh gas hidrogen akan diflotasikan
kepermukaan reaktor. Ada beberapa interaksi spesies dalam larutan pada proses elektrokoagulasi,
yaitu :
a. Migrasi ke elektroda yang bermuatan berlawanan (electrophoresis) dan penggabungan
(aggregation) untuk membentuk senyawa netral.
b. Kation atau ion hidroksi (OH-) membentuk endapan dengan polutan.
c. Logam kation berinteraksi dengan OH membentuk hidroksi, yang mempunyai sisi yang
mengadsorbsi polutan (bridge coagulation)
d. Hidroksi membentuk struktur besar dan membersihkan polutan (sweep coagulation)
e. Oksidasi polutan sehingga mengurangi toxicitinya
f. Penghilangan melalui elektroflotasi dan adhesi gelembung udara.
Annual Report 2016
81
81
Proses ini dapat mengambil lebih dari 99 % kation beberapa logam berat dan dapat juga
membunuh mikroorganisme dalam air. Proses ini juga dapat mengendapkan koloid-koloid yang
bermuatan dan menghilangkan ion-ion lain, koloid-koloid, dan emulsi-emulsi dalam jumlah yang
signifikan. (Renk, 1989; Duffey, 1983; Fraco, 1974). Kelebihan Elektrokoagulasi antara lain adalah :
a. Biaya proses lebih murah
b. Lahan yang dibutuhkan relatif kecil
c. Proses pengerjaan/pemakaian alat sangat sederhana
d. Hampir sama sekali tidak membutuhkan Bahan Kimia
e. Mampu mengolah berbagai macam jenis limbah cair
f. Sludge yang dihasilkan lebih sedikit
g. Resiko pengerjaan sangat kecil
h. Waktu pengerjaan lebih cepat
Dalam penelitian ini digunakan wakti tinggal (td) di dalam reaktor elektrokoagulasi selama 30
menit. Sedangkan pada reaktor sedimentasi, waktu tinggalnya selama 180 menit. Berikut ini adalah
foto – foto kegiatan penelitian pengolahan limbah mengandung logam berat dengan menggunakan
Elektrokoagulasi.
Gambar 6.12. Proses di dalam Reaktor Elektrokoagulasi
Gambar 6.13. Proses di dalam Reaktor
Sedimentasi
Gambar 6.14. Proses di dalam Reaktor
Adsorbsi
Annual Report 2016
82
82
Gambar 6.15. Keluaran proses akhir
Gambar 6.16. Perbandingan Air Limbah Sebelum dan Sesudah Pengolahan (Dari Kiri ke Kanan:
Limbah Segar, Outlet Elektrokoagulasi, Outlet Sedimentasi, dan Hasil Akhir)
HASIL ANALISA PENGUJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT
Kondisi operasional ketika percobaan berlangsung adalah sebagai berikut:
o Debit Air Limbah : 200 lt/menit
o Waktu Kontak di Reaktor Elektrokoagulasi : 30 menit
o Waktu Tinggal di Reaktor Sedimentasi : 3 jam
o Arus Listrik : 20 Ampere
o Voltage : 4,5 Volt
Dalam penelitian ini difokuskan hanya mengamati 2 logam berat, yaitu Kromium dan Perak.
Karena dalam uji pendahuluan sampel yang akan dijadikan air baku dalam penelitian ini, kedua
logam ini terdeteksi yang paling tinggi diantara logam – logam yang lain. Berikut ini merupakan hasil
analisa laboratorium terhadap kedua logam tersebut.
Annual Report 2016
83
83
a. Kromium
Dari grafik diatas, diketahui bahwa proses elektrokoagulasi dan adsorbsi logam mampu
menurunkan kadar kromium hingga 88%. Rata – rata konsentrasi kromium di inlet sebesar 3.48 mg/l
mampu diturunkan hingga rata – rata konsentrasi pada outlet sebesar 0.245 mg/l. Grafik diatas
menunjukkan bahwa konsentrasi kromium pada outlet / hasi akhir telah memenuhi baku mutu
lingkungan.
Untuk efisiensi kinerja reaktor elektrokoagulasi untuk penurunkan konsentrasi kromium
adalah 50%. Sedangkan pada reaktor sedimentasi efisiensinya adalah 31%, dan reaktor adsorbsi
adalah 63%.
b. Perak
Dari grafik diatas, diketahui bahwa proses elektrokoagulasi dan adsobsi logam mampu
menurunkan kadar perak hingga 95%. Rata – Rata Konsentrasi perak di inlet sebesar 1.07 mg/l
Annual Report 2016
84
84
mampu diturunkan hingga konsentrasi 0.07 mg/l. Grafik diatas menunjukkan bahwa konsentrasi
perak pada outlet / hasi akhir telah memenuhi baku mutu lingkungan.
Untuk efisiensi kinerja reaktor elektrokoagulasi untuk penurunkan konsentrasi perak adalah
63%. Sedangkan pada reaktor sedimentasi efisiensinya adalah 81%, dan reaktor adsorbsi adalah
22%.
c. COD
Dari grafik diatas, diketahui bahwa proses elektrokoagulasi dan adsobsi logam mampu menurunkan
kadar COD 80%. Konsentrasi COD di inlet sebesar 2014 mg/l mampu diturunkan hingga konsentrasi
375 mg/l. Tetapi jika dilihat dari grafik diatas, konsentrasi COD pada outlet masih diatas baku mutu
yang diijinkan. Sehingga perlu pengolahan lebih lanjut sebelum dibuang ke badan lingkungan.
6.4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian kegiatan Teknologi Pengolahan Limbah Mengandung Logam Berat,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Untuk konsentrasi Krom dan Perak di dalam air olahan sudah memenuhi baku mutu yakni 0,5
mg/l. Tetapi untuk COD masih belum memenuhi baku mutu air limbah yakni masih lebih
besar 100 mg/l.
b. Dari hasil uji coba alat, dapat disimpulkan bahwa alat tersebut cocok digunakan untuk
pengolahan pendahuluan air limbah yang mengandung polutan zat organik dan logam berat
(Cr dan Ag), selanjutnya air olahan dari alat tersebut diolah dengan menggunakan proses
biologis.
c. Potensi aplikasi dari unit alat ini (elektro-koagulasi, sedimentasi, filtrasi dengan saringan pasir
dan adsorpsi dengan filter karbon aktif) antara lain adalah untuk pengolahan pendahulauan
(pretreatment) air limbah laboratorium (rumah sakit, klinik, laboratorium lingkungan)
Annual Report 2016
85
85
DAFTAR PUSTAKA 1. Ayers,D.M., Davis, A.P., Gietka, P.M., “ Removal Heavy Metals From Wastewater”, Engineering
Research Center Report, University Of Maaryland, 1994.
2. Benefiled, L.D., Judkins, J.F., and Weand, B.L., "Process Chemistry For Water And Waste
Treatment", Prentice-Hall, Inc., Englewood, 1982.
3. Cheremisinoff, Paul N., Handbook of Water and Wastewater Treatment Technology, Marcel
Dekker, Inc., New York, 1995.
4. Degremot, “ Water Treatment Handbook “, Lavoisier Publishing, Sixth edition, 1991.
5. Design Criteria for Waterworks Facilities, Japan Water Works Association (JWWA), 1978.
6. Eilbeck, W.J, Mattock, G., "Chemical Processes in wastewater Treatment", Ellis Horwood Series
In Water and Wastewater Technology, London.1987.
7. Filtration & Separation, Pp 877-882
8. Rubach,S and Saur,I.F,1997. Onshore testing of produced water by electroflocculation.
9. Saur,I.F ; Rubach,S ; Forde,J.S ; Kjaerheim,G and syversen, U, 1996. Electroflocculation:
Removal of oil, heavy metal and organic compounds from oil-in water emulsion. Filtration &
Separation, Pp 295-303.
10. Suaib,S B. 1994. Pengaruh rapat arus listrik jumlah dan jenis electrode terhadap efektivitas
penutunan warna pada cair gambut dengan proses elektrokoagulasi. Tesis Magister teknik
Lingkungan, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Tekologi Bandung.