Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)_SMAN 1 kejayan, Jl kabupaten sladi kec. kejayan, Kab. Pasuruan,...
Transcript of Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)_SMAN 1 kejayan, Jl kabupaten sladi kec. kejayan, Kab. Pasuruan,...
Angkatan Perang Ratu Adil ( APRA )
TUGAS SEJARAH INDONESIA
Nama Kelompok :AD Putri Balqissiyah ( 01 )Lailatul Fikriyah ( 13 )
Kelas : XII Mia 2 SMA N 1 KEJAYAN
Kab. Pasuruan
APRA
APRA dipimpin oleh Westerling, seorang kapten Belanda. Pada tanggal 11 Desember 1946 pernah mengadakan pembunuhan besar-besaran di Sulawesi Selatan. Kemudian 23 Januari 1950 melancarkan aksi pembunuhan di Bandung. Tetapi, gerakan ini dapat segera diatasi oleh Pemerintah RIS. Westerling melarikan diri ke luar negeri
LATAR BELAKANG
Pada 5 Desember malam, sekitar pukul 20.00 Westerling menelepon Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda, pengganti Letnan Jenderal Spoor. Westerling menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden, apabila setelah penyerahan kedaulatan Westerling berencana melakukan kudeta terhadap Sukarno dan kliknya. Van Vreeden memang telah mendengar berbagai kabar, antara lain ada sekelompok militer yang akan mengganggu jalannya penyerahan kedaulatan. Juga dia telah mendengar mengenai kelompoknya Westerling.
Jenderal van Vreeden, sebagai yang harus bertanggung-jawab atas kelancaran "penyerahan kedaulatan" pada 27 Desember 1949, memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan tersebut, tapi van Vreeden tidak segera memerintahkan penangkapan Westerling.
Tujuan Pembentukan APRA
Tujuan APRA sebenarnya untuk mempertahankan bentuk Federal Indonesia, oleh sebab itu beberapa Pengusaha Perkebunan dan tokoh-tokoh Belanda berdiri di belakang Westerling.
Surat ultimatum APRA
Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat kepada pemerintah RIS yang isinya adalah suatu ultimatum. Ia menuntut agar Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Negara Pasundan serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif dalm waktu 7 hari dan apabila ditolak, maka akan timbul perang besar
Kudeta APRA
Tidak senang dengan pertumbuhan pengaruh pemerintahan Soekarno, Westerling bersekongkol dengan Sultan Pontianak Sultan Hamid II yang berhaluan federalis untuk meluncurkan kudeta pada bulan Januari 1950. [6]
Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA meluncurkan kudeta menentang pemerintah Republik Indonesia. Walaupun milisi ini berhasil untuk sementara menduduki Bandung, mereka gagal untuk menduduki Jakarta dan Blora. Mereka telah merencanakan untuk menggulingkan Kabinet RIS dan membunuh beberapa tokoh Republik terkemuka termasuk Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwana IX dan Sekretaris-Jenderal Ali Budiardjo. Kegagalan kudeta ini menyebabkan adanya demoralisasi anggota milisi terhadap Westerling dan terpaksa melarikan diri ke Singapura. Tanpa pemimpin yang kuat, APRA akhirnya berhenti berfungsi pada Februari 1950.[6] Tindakan APRA tersebut pada akhirnya menyebabkan penahanan Sultan Hamid II dan justru mempercepat pembubaran Republik Indonesia Serikat pada tanggal 17 Agustus 1950, mengubah Indonesia menjadi negara kesatuan yang didominasi oleh pemerintahan pusat di Jakarta. [7]
PENUMPASAN APRA
Pemerintah RIS menempuh dua cara untuk menumpas pemberontakan APRA di Bandung. Yaitu dengan melakukan tekanan terhadap pimpinan tentara Belanda dan melakukan operasi militer. Perdana Menteri RIS Moh. Hatta mengutus pasukannya ke Bandung dan mengadakan perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda di Jakarta. Hasil dari perundingan tersebut, Westerling didesak untuk meninggalkan kota Bandung. Gerakan APRA semakin terdesak dan terus dikejar oleh pasukan APRIS bersama rakyat, dan akhirnya gerakan APRA dapat ditumpas.