Anestesi Umum dengan Ett Napas terkendali

30
PRESENTASI KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. A Umur : 15 tahun Jenis kelamin : perempuan Agama : Islam Status : belum menikah Tinggi / Berat badan : 155 cm / 50 kg No CM : 06-03-41 Pangkat : Sipil II/A Alamat : Sunter Pulo pulo kecil RT 02/09. Jakarta Utara. MRS : 10-05-2010 II. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) A. Keluhan utama : Pasien mengeluh nyeri yang melilit di seluruh regio abdomen sejak 1 tahun yang memburuk 3 hari yang lalu. B. Keluhan tambahan: diare dan muntah. C. Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengeluh kurang lebih sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah nyeri perut yang sangat sakit pada semua regio perut (skala 7/10), terutama pada perut bagian tengah atas (uluhati). Pasien merasa nyeri tersebut menjadi lebih buruk apabila ia mengedan atau menekuk kakinya, dan mengaku merasa lebih nyaman ketika ia berbaring ke satu sisi. Pasien merasa lebih lelah dan

Transcript of Anestesi Umum dengan Ett Napas terkendali

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. A

Umur : 15 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Status : belum menikah

Tinggi / Berat badan : 155 cm / 50 kg

No CM : 06-03-41

Pangkat : Sipil II/A

Alamat : Sunter Pulo pulo kecil RT 02/09.

Jakarta Utara.

MRS : 10-05-2010

II. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)

A. Keluhan utama : Pasien mengeluh nyeri yang melilit di seluruh regio abdomen sejak 1

tahun yang memburuk 3 hari yang lalu.

B. Keluhan tambahan: diare dan muntah.

C. Riwayat penyakit sekarang:

Pasien mengeluh kurang lebih sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah nyeri

perut yang sangat sakit pada semua regio perut (skala 7/10), terutama pada perut

bagian tengah atas (uluhati). Pasien merasa nyeri tersebut menjadi lebih buruk apabila

ia mengedan atau menekuk kakinya, dan mengaku merasa lebih nyaman ketika ia

berbaring ke satu sisi. Pasien merasa lebih lelah dan merasa tidak sehat. Nafsu makan

pasien sedikit menurun. Pasien mengaku tidak ada gangguan pada BAK dan BAB.

Pada tanggal 10 Mei 2010, pasien datang ke RSPAD Gatot Subroto dan di obname

dan direncanakan operasi pada tanggal 12 Mei 2010.

D. Riwayat Penyakit Dahulu:

asma : disangkal

alergi obat-obatan dan makanan : disangkal

Diabetes : disangkal

Jantung : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat operasi dan anestesi :Ada riwayat extirpasi kista dermoid

pada tahun 2004 dengan cara anestesi umum.

F. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan.

Kesadaran : Kompos mentis

BB/TB : 50 kg/155 cm

Tanda Vital : Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 16 x/menit

Pernafasan : 36.5 0 C

Status Generalis

Kepala: bentuk normocephal, rambut hitam, distribusi rambut: merata

Kulit: warna sawo matang, lesi (-)

Mata: konjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+

Telinga: bentuk normal, sekret (-)

Hidung: sekret (-), deviasi septum (-)

Mulut dan gigi: gigi goyang (-), protesa (-), maloklusi (-), malposisi (-), karies (-),

karang gigi (-), malampati 1.

Tenggorokan: faring hiperemis (-)

Leher: pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), deviasi trakea (-)

Ruas tulang belakang: normal, skoliosis (-)

Pemeriksaan thorak

Jantung

o I: simetris, ictus cordis tidak tampak

o P: iktus kordis tidak kuat angkat

o P: Batas atas kiri : ICS II LMC sinistra

Batas atas kanan : ICS II LPS dextra

Batas bawah kiri : ICS V LMC sinistra

Batas bawah kanan : ICS IV LPS dextra

o A: bunyi S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

o I: dinding dada simetris, retraksi tidak ada, ketinggalan gerak tidak ada.

o P: simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiri,ketinggalan gerak (-)

o P: sonor pada kedua lapang paru

o A: suara dasar vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing -/-

Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : perut tidak membuncit, venektasi (-), sikatrik (-)

Auskultasi : bising usus (+)

Palpasi : terdapat nyeri tekan pada ulu hati yang kronis serta discomfort pada

regio kanan bawah abdomen. Nyeri tekan tekan dan lepas pada titik Mc Burney (-).

Obturator dan psoas sign (+).

Pemeriksaan ekstremitas

Superior kanan : edema(-), sianosis(-), tonus cukup

Superior kiri : edema(-), sianosis(-), tonus cukup

Inferior kanan : edema(-), sianosis(-), tonus cukup

Inferior kiri : edema(-), sianosis(-), tonus cukup

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 11-05-2010

Hematologi

Hb : 12,8 gr/dl

Ht : 41 %

Eritrosit : 5.0 juta/ul

Leukosit : 7100/ul

Trombosit : 269.000/ul

MCV : 84

MCH : 26

MCHC : 31

Koagulasi

Bleeding time : 1’15’’

Clotting time : 4’30’’

Kimia darah

Gula darah sewaktu : 106 mg/dl

SGPT/SGOT : 30/26

Ureum/Creatinin : 17/0.8

H. DIAGNOSIS KERJA

Appendisitis Kronis

I. RENCANA TINDAKAN

Appendektomi laparoskopi

J. RENCANA ANESTESI

Anestesi Umum dengan Endotrakea Tube Nafas Terkendali

III.PELAKSANAAN ANESTESI

a. PREOPERASI

- Persiapan alat

Laringoskop

Stetoskop

ETT no. 6 1/2, 7, 7 1/2

Guedel

Plester

Mandrin

Suction

Balon/pump

Mesin anestesi

EKG monitor

Sfigmomanometer digital

Oksimeter/saturasi

Infuse set

Spuit

Gel

Abocath no.18

Sungkup muka

- persiapan obat-obatan anestesi :

premedikasi ringan : midazolam 2.5 mg

analgetik : fentanyl 75 mg

induksi : propofol 100 mg

relaksan : Notrixum 50 mg

obat anestesi : Isoflurane 2 vol %

N20 : O2 = 3 : 2 liter/menit

antibiotik : ceftriaxone 1gr

obat emergency : sulfas atropine, lidocain, efedrin

anti emetic : primperan 7,5 mg

analgetik post op : tramadol 100 mg bolus

Obat reverse : Prostigmin 0.5 mg

- persiapan pasien :

1. Informed consent :bertujuan untuk memberitahukan kepada pasien

tindakan medis apa yang akan dilakukan kepada pasien bagaimana

pelaksanaanya, kemungkinan hasilnya, siko tindakan yang akan

dilakukan.

2. Surat persetujuan operasi : merupakan bukti tertulis dari pasien atau

keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan tindakan medis

yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.

3. Pasien dipuasakan sejak pukul 24.00 WIB tanggal 11 Mei 2010

tujuannya untuk memastikan bahwa lambung pasien telah kosong

sebelum pembedahan untuk menghindari kemungkinan terjadinya

muntah dan aspirasi isi lambung yang akan membahayakan pasien.

4. Pengosongan kandung kemih pada pagi harinya pada pukul 5.00.

5. Pembersihan wajah dan kuku pasien dari kosmetik agar tidak

mengganggu pemeriksaan selama anastesi, misalnya bila ada sianosis.

Bila ada gigi palsu sebaiknya dilepaskan agar tidak mengganggu

kelancaran proses intubasi dan bila ada perhiasan sebaiknya diberikan

kepada keluarga pasien.

6. Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.

7. Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan : TD=120/80 mmHg,

nadi= 88x/menit, suhu=36.50C, RR=16x/menit

b. PELAKSANAAN OPERASI

Pukul 09.00 WIB

Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse

Mengukur tekanan darah

Memasang infuse cairan Ringer laktat 5%

Pukul 09.30 WIB

Pemberian obat sedatif midazolam 2.5 mg iv

Pemberian obat analgesik fentanyl 50 mcg iv

Induksi dengan propofol 100 mg iv

Setelah kesadaran pasien menurun segera sungkup muka dirapatkan pada muka

dan diberikan O2 100% 4 liter/menit atau preoksigenasi kalau perlu nafas dibantu

dengan menekan balon nafas secara periodik.

Setelah refleks bulu mata menghilang diberikan atracurium 30 mg iv pemberian

ini mengakibatkan apnoe karena itu nafas dikendalikan dengan menekan balon nafas.

Setelah relaksasi pasien diintubasi dengan ETT no.7,0 cuff(+), pack(-), guedel (+),

untuk memastikan ETT terpasang dengan benar dengarkan suara nafas dengan

stetoskop bahwa paru kanan dan kiri sama dan dinding dada kanan dan kiri bergerak

simetris pada setiap inspirasi buatan.

Pasang pipa guedel dan difiksasi menggunakan plester.

Tutup mata pasien dengan plester.

ETT dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alat anestesi, kemudian N2O

dibuka 3 liter/menit dan O2 2 liter/menit kemudian isofluran dibuka 2 vol%

Nafas pasien dikendalikan dengan respirator. Inspirasi 500ml (10ml/kgBB)

dengan frekuensi 14 kali per menit.

Perhatikan apakah gerakan nafas pasien simetris antara yang kanan dan kiri.

Pukul 10.00 WIB

- Diberikan analgetik Fentanyl 25 mcg iv

- Pembedahan dimulai

Pukul 10.20 WIB

- Pelumpuh otot Atrakurium 10 mg diberikan karena pasien tampak ada usaha nafas

sendiri.

- Diberikan antibiotik ceftriaxone 1g iv.

Pukul 10.45 WIB

- Diberikan pelumpuh otot Atrakurium 10mg.

Pukul 10.50 WIB

- Diberikan anti-emetik primperan 7,5mg.

Pukul 11.00 WIB

- Diberikan analgetik Tramal 100mg secara bolus iv.

- Anestesi dimatikan

- Diberikan obat reverse Prostigmin 0,5mg dan Sulfas atropin 0,25mg untuk

menghentikan efek pelumpuh otot dan membuat pasien sadar lebih cepat.

- Nadi 110x/menit, TD 125/70 mmHg, SPO2 98 %, ETT dan guedel dicabut setelah

pasien dapat dibangunkan. Lendir dikeluarkan dengan suction lalu pasien diberi

oksigen murni selama 5 menit. Setelah semua peralatan dilepaskan pasien dibawa

ke ruang pemulihan.

Terapi cairan

Berat badan = 50 kg

Kebutuhan cairan pasien perjam :

4 x 10 = 40 cc

2 x 10 = 20 cc

1 x 30 = 30 cc

--------------------+

= 90 cc/jam

Lama puasa pasien 9 jam

(dimulai pukul 24.00 tanggal 11 Mei 2010 sampai pukul 09.00 tanggal 12 Mei

2010)

Lama puasa x kebutuhan per jam

9 x90 cc/jam = 810 cc

Stress operasi : operasi kecil (4 cc/kg BB):

4 x 50 = 200 cc

Kebutuhan cairan pada jam pertama

=50%puasa+stress operasi+kebutuhan cairan perjam

=405 cc+ 200cc+ 90cc

= 695 cc

Kebutuhan cairan pada jam kedua

= 25% puasa+stress operasi+kebutuhan cairan per jam

= 202,5 cc + 200cc + 90cc

= 492,5 cc

Kebutuhan cairan pada jam ketiga

= 25%puasa +stress operasi+kebutuhan cairan per jam

= 202,5 cc + 200 cc + 90 cc

= 492,5 cc

Kebutuhan cairan pada jam keempat

=stress operasi + kebutuhan cairan per jam

= 200 cc + 90 cc

= 290 cc

POST OPERASI

Setelah pasien dibawa keruang pemulihan lalu dilakukan penilaian terhadap

fungsi vital yaitu TD 128/74 mmHg, N 89x/menit, Rr= 20x/menit, kesadaran

kompos mentis.

Penilaian puluh sadar menurut aldrette score:

Kesadaran : 2

Warna kulit : 2

Aktivitas : 1

Respirasi : 2

Kardiovaskuler : 2

Total score = 9

Pasien boleh pindah ke ruang perawatan.

TINJAUAN PUSTAKA

ANESTESIA UMUM

Definisi

Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya

kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesia yang ideal terdiri:

1. Hipnotik

2. Analgesia

3. Relaksasi otot.

Syarat utama melakukan anestesia umum ialah untuk menjaga agar jalan nafas selalu bebas,

berjalan lancar, dan teratur. Metode anestesia umum dibagi menjadi 3, antara lain:

1. Parenteral (IM atau IV) biasanya diberikan untuk tindakan singkat. Obat yang sering

dipakai adalah tiopental.

2. Perektal (untuk anak- anak, terutama untuk induksi anestesi atau tindakan singkat)

3. Inhalasi dengan menggunakan gas atau agen volatil.1

Penilaian dan Persiapan Pra Anestesia

Tujuan utama kunjungan pra anestesia ialah untuk mengurangi angka kesakitan operasi,

mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.2

Anamnesis

Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya sangatlah penting

untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya alergi,

mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak napas pasca bedah, sehingga kita dapat

merancang anestesia berikutnya dengan baik. Kita harus pandai-pandai memilah apakah

cerita pasien termasuk alergi atau efek samping obat.2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting

untuk diketahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Leher pendek dan

kaku juga akan menyulitkan intubasi. Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang

keadaan umum tentu tidak boleh dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

semua sistem organ tubuh pasien.2

1 Volatile= agen yang mudah menguap.

Pemeriksaan Laboratorium

Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang

sedang dicurigai. Banyak fasilitas kesehatan yang mengharuskan uji laboratorium secara rutin

walaupun pada pasien sehat untuk bedah minor, misalnya pemeriksaan darah kecil (Hb,

leukosit, masa perdarahan, dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien di atas 50

tahun ada anjuran pemeriksaan EKG dan foto toraks. Praktek-praktek semacam ini harus

dikaji ulang mengingat biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat minimal uji-uji semacam

ini.2

Klasifikasi Status Fisik

Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah yang berasal

dari The American Society of Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi fisik ini bukan alat

prakiraan risiko anestesia, karena dampak samping anestesia tidak dapat dipisahkan dari

dampak samping pembedahan.

Kelas I: pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.

Kelas II: Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.

Kelas III: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.

Kelas IV: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan

penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.

Kelas V: Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak

akan lebih dari 24 jam.

Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E.

Masukan Oral

Refleks laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran

yang terdapat dalam jalan napas merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani

anestesia. Untuk meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk

operasi elektif dengan anestesia harus dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama

periode tertentu sebelum induksi anestesia. Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam,

anak kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam

sebelum induksi anestesia. Minuman bening, air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk

keperluan minum obat air putih dalam jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi

anestesia.2

Premedikasi

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesia dengan tujuan untuk

melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia diantaranya:

1. meredakan kecemasan dan ketakutan

2. memperlancar induksi anestesia

3. mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

4. meminimalkan jumlah obat anestetik

5. mengurangi mual-muntah pasca bedah

6. menciptakan amnesia

7. mengurangi isi cairan lambung

8. mengurangi refleks yang membahayakan

Kecemasan merupakan reaksi alami, jika seorang dihadapkan pada situasi yang tidak pasti.

Membina hubungan baik dengan pasien dapat membangun kepercayaan dan menentramkan

hati pasien.2

Tehnik Memberi Anestesia Umum dengan bantuan mekanik1

1. TA (tehnik anestesia) napas spontan dengan sungkup muka

2. TA napas spontan dengan pipa endotrakeal

3. TA dengan pipa endotrakeal dan napas kendali

Tehnik Anestesia Napas Terkendali dengan Pipa Endotrakeal

Pipa endotrakeal dapat dimasukkan melalui oro atau nasotrakeal. Rata-rata yang digunakan

no. 7.5 untuk pipa orotrakeal dan No. 7 untuk pipa nasotrakeal. Untuk anak ukuran ini rata-

rata sebesar jari kelingking.

Dengan tehnik ini, pasien dalam keadaan terdepresi nafas sempurna, sehingga pasien

membutuhkan bantuan nafas penuh.

Indikasi anestesi umum:

1. Infant & anak usia muda

2. Dewasa yang memilih anestesi umum

3. Pembedahannya luas / ekstensif

4. Penderita sakit mental

5. Pembedahan lama

6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan

7. Riwayat penderita toksik/ alergi obat anestesi lokal

8. Penderita dengan pengobatan antikoagulan

Indikasi anestesi umum ETT dengan nafas terkendali :

- untuk tindakan operasi yang lama

- keadaan umum pasien cukup baik (ASA I dan ASA II)

- lambung harus kosong

Persiapan Obat

1. Sedatif 4

- Miloz (midazolam) : obat penenang (tranquilizer)

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi,

induksi, dan pemeliharaan anestesi. DIbandingkan dengan diazepam,

midazolam bekerja cepat karena transformasi metabolitnya cepat dan lama

kerjanya singkat. Pada pasien orang tua dengan perubahan organic otak atau

gangguan fungsi jantung dan pernafasan, dosis harus ditentukan secara hati-

hati. Efek obat timbul dalam 2menit setelah penyuntikan.

Dosis premedikasi dewasa 0.07 – 0.10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur

dan keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. Pada orang tua dan pasien

lemah dosisnya 0.025-0.05 mg/kgBB.

Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan

pernafasan, umumnya hanya sedikit.

2. Analgesik 2

- Fentanil

Fentanil ialah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100x morfin. Lebih

larut dalam lemak dibanding petidin dan menembus sawar jaringan dengan

mudah. Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif

hampir sama dengan morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama

melewatinya. Dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilasi dan hidroksilasidan

sisa metabolismenya dikeluarkan lewat urin.

Efek depresi napasnya lebih lama dibanding efek analgesinya. Dosis 1-3

ug/kgBB analgesinya kira-kira hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya

dipergunakan untuk anestesia pembedahan daan tidak untuk pasca bedah.

Dosis besar 50-150 ul/kgBB digunakan untuk induksi anestesia dan

pemeliharaan anestesia dengan kombinasi bensodiasepin dan anestetik inhalasi

dosis rendah, pada bedah jantung. Efek tak disukai ialah kekakuan otot

punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan pelumpuh otot. Dosis besar

dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, ADH, renin,

aldosteron dan kortisol. 2

3. Induksi 2

- Propofol (Recofol, diprivan)

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan karakter

recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Propofol

merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang bersifat

isotonic dengan kepekatan 1% (1ml=10mg) dan mudah larut dalam lemak.

Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA.

Propofol adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya

dicapai dalam waktu 30 detik.

Dosis induksi 1-2 mg/kgBB. Dosis rumatan 500ug/kgBB/menit infuse. Dosis

sedasi 25-100ug/kgBB/menit infuse. Pada pasien yang berumur diatas 55

tahun dosis untuk induksi maupun maintenance anestesi itu lebih kecil dari

dosis yang diberikan untuk pasien dewasa dibawah umur 55 tahun. Cara

pemberian bias secara suntikan bolus intravena atau secara kontinu melalui

infuse, namun kecepatan pemberian harus lebih lambat daripada pemberian

pada orang dewasa dibawah umur 55 tahun. Pada pasien dengan ASA III-IV

dosisnya lebih rendah dan kecepatan tetesan juga lebih lambat.

4. Muscle relaksan 2

- Atracurium (notrixum)

Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relatif baru, sifatnya

tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang, dan tidak

menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular yang bermakna dan pemulihan

fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan, dosis 0,5 mg/kg BB, durasi 15-

30 menit.

5. Maintanance anestesi

- Isoflurane 1

Isomer dari enfluran dengan efek-efek samping yang minimal. Induksi dan

masa pulih anestesia dengan isofluran cepat.

Sifat fisis: titik didih 58,5, koefisien partisi darah/gas 1.4, MAC 1.15%

Farmakologi:

Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari

untuk anestesa teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan

gangguan koroner.

- N2O 1

N2O diperoleh dengan memanaskan ammonium nitrat sampai 240C (NH4

NO3 2H2O + N2O)

N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak

terbakar, dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian anestesi dengan N2O

harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi

analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri

menjelang persalinan. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tetapi

dikombinasikan dengan salah satu anestesi lain seperti halotan dan sebagainya.

Pada akhir anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar

mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran O2 100% selama 5-10 menit.

Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O : O2

yaitu 60% : 40%, 70% : 30%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesic

digunakan dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan

pemeliharaan 70% : 30%. N2O sangat berbahaya bila digunakan pada pasien

pneumothoraks, pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara dan

timpanoplasti.

DISKUSI

Pada pasien dipilih untuk dilakukan tindakan anestesi umum dengan intubasi endotrakeal

napas terkendali dengan pertimbangan keuntungan yang didapat dari tindakan anestesia

tersebut. Keuntungan dari tindakan ini antara lain:

Jalan nafas yang aman dan terjamin karena terpasang ETT

Pasien akan merasa lebih nyaman karena dalam keadaan tertidur, serta terhindar dari

trauma terhadap operasi.

Kondisi pasien lebih mudah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan operasi.

Waktu pulih sadar lebih cepat dengan kondisi nafas spontan.

Akan tetapi, alasan yang paling utama dipilihnya tehnik anestesi ini ialah karena jenis operasi

yang hendak dilakukan antara lain laparoskopik. Operasi laparoskopi akan mempengaruhi

fungsi paru, berhubungan dengan tehnik laparoskopik yang antara lain ialah dengan

memenuhi peritoenum dengan CO2 bertekanan tinggi. Tehnik ini mengakibatkan tekanan

intraabdominal yang tinggi sehingga mendorong diaphragma ke atas. Perubahan ini akan

lebih berat pada pasien dengan obesitas maupun pasien dengan riwayat kebiasaan merokok

yang lama. Solubilitas tinggi CO2 meningkatkan absorpsi sistemik oleh vaskulatur

peritoneum. Kelarutan CO2 yang tinggi serta tidal volume yang menurun akan menyebabkan

compliance paru-paru yang menurun, sehingga meningkatkan level CO2 arterial dan

menurunkan pH.

Operasi laparoskopik sendiri dapat menggunakan berbagai tehnik anestesi, antara lain,

infiltrasi dengan sedasi intravena, epidural, spinal atau anestesi umum. Akan tetapi, tehnik

yang digunakan disini ialah anestesi umum dengan nafas terkendali karena berbagai alasan

yang telah dipertimbangkan. Kerugian penggunaan epidural atau spinal dalam prosedur

laparoskopi ialah karena memerlukan kelumpuhan otot secara total hingga segmen yang

tinggi (T2) untuk mencegah iritasi terhadap diaphragma. Penggunaan tehnik anestesi umum

dengan ETT dalam prosedur laparoskopi sangat digemari karena berbagai alasan, antara lain:

Menurunkan risiko regurgitasi akibat tekanan intraabdominal yang tinggi.

Keperluan untuk mengontrol ventilasi untuk mencegah hiperkapnea.

Keperluan untuk mempertahankan tekanan puncak inspiratorik yang tinggi karena

pengisian peritoneum dengan gas CO2.

Keperluan untuk kelumpuhan otot selama operasi untuk menurunkan tekanan

insuflasi

Memberikan visualisasi yang lebih baik.

Mencegah gerakan pasien yang tidak diharapkan.

Setelah dipasang jalur intravena dengan cairan RL (ringer Laktat) sebagai loading mulai

dimasukkan obat-obat premedikasi, midazolam 2,5 mg bertujuan untuk memberikan efek

sedasi dan amnesia retrograde, fentanyl 50 mcg sebagai analgetik opioid, propofol 100 mg

sebagai obat induksi anestesia, muscle relaksan dengan golongan non-depolarisasi jenis

intermediete acting yaitu atrakurium dosis 30 mg, sebagai obat anestesi diberikan isofluran 2

% vol dengan tambahan O2 dan N2O dengan perbandingan 2:3.

KESIMPULAN

Sebelum melakukan pembedahan elektif, pasien harus disiapkan supaya berada dalam

keaadaan bugar. Oleh karena itu, pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu tetapi

sebaliknya pada operasi sito penundaan yang tidak perlu harus dihindari. Pasien tergolong

ASA 1 berdasarkan status fisik. Hal ini dikarenakan pasien tidak mempunyai kelainan

organik, fisiologik, psikiatrik, dan biokimia.

Pada operasi ini, digunakan anastesi umum dengan pemasangan ETT nafas terkendali

supaya memastikan bahwa jalan nafas yang selalu berada dalam kondisi terbuka dan

mendapatkan ventilasi yang adekuat selama operasi, serta mencegah terjadinya aspirasi atau

regurgitasi yang dapat menjadi penyulit semasa operasi. Tehnik anestesi ini dapat juga

digunakan untuk operasi dengan durasi yang lama dan pada kondisi-kondisi yang sulit untuk

mempertahankan jalan nafas bebas dengan sungkup muka.

Sejak insisi pertama kali dilakukan hinggga jahitan terakhir telah tercapai trias

anestesia dengan pemberian obat-obatan anestesi seperti : fentanyl sebagai analgesik,

atracurium sebagai relaksan, propofol sebagai induksi, dan isofluran sebagai obat anestesi

inhalasi dan juga sebagai maintanance anastesia bekerja dengan baik.

Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruang recovery room. Pasien

segera diperiksa nilai kesadarannya menggunakan Aldrette score. Penilaian tersebut

mencakup penilaian terhadap kesadaran, warna kulit, aktivitas, kardiovaskuler dan respirasi.

Pasien ini mendapat nilai 9/10 yang berarti pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan.

Hasil tindakan anestesi yang baik didapatkan dengan persiapan yang baik dan tepat

dengan dimulainya praanestesi, premedikasi, pemilihan teknik anestesi, pemilihan obat-

obatan anestesi serta melakukan pengawasan tanda-tanda vital selama operasi dan tindakan

pasca operasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi. Jakarta: Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.

2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi kedua.

Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2002.

3. Morgan GE, Mikhail MS. Clinical Anesthesiology.3rd ed. Appleton & Lange Stamford 2002; 110-125

4. Miller RD. Anesthesia 5th ed Churchill Livingstone Philadelphia.2000; 1585-1610.