ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

45
REFERAT ANESTESI ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI Pembimbing : dr. Bambang Widjianto, Sp.An Penyusun : 1. Melisa Gunawan 2006.04.0.0053 2. Nina Amelia 2006.04.0.0055 3. Afif Maulana 2006.04.0.0056

description

Referat titled ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI from UHT Surabaya

Transcript of ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Page 1: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

REFERAT ANESTESI

ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Pembimbing : dr. Bambang Widjianto, Sp.An

Penyusun :

1. Melisa Gunawan 2006.04.0.0053

2. Nina Amelia 2006.04.0.0055

3. Afif Maulana 2006.04.0.0056

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2012

Page 2: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatNYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas referat dengan judul ANESTESI

REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI. Adapun tugas referat ini ditulis

sebagai salah satu persyaratan akademis dalam masa kepaniteraan klinik di bagian

Anestesi RSAL dr.Ramelan surabaya, dengan tujuan untuk menambah wawasan tentang

tata cara anestesi, serta memberi pengalaman dalam penulisan dan penyajian suatu karya

tulis.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Bambang Widjianto, Sp.An

selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam

penulisan referat ini, serta semua pihak yang telah membantu, sehingga terselesaikannya

referat ini.

Surabaya, Februari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

2

Page 3: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................................. 3

Bab I Pendahuluan ............................................................................................... 4

Bab II Anestesi Regional

Definisi ........................................................................................................ 5

Pembagian Anestesi Regional ................................................................... 16

Penggolongan Obat Anestesi Regional ..................................................... 18

Toksisitas Obat Anestesi Regional ............................................................ 19

Persyaratan Ideal Anestesi Regional ......................................................... 19

Bab III Sistem Anestesi Inhalasi

Definisi ...................................................................................................... 20

Pembagian ................................................................................................. 21

Farmakologi .............................................................................................. 28

Bab IV Kesimpulan ................................................................................................ 33

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 34

3

Page 4: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

BAB I

PENDAHULUAN

Kata anestesi, berasal dari bahasa yunani yang berarti An-“tidak,tanpa” dan

Aesthetos-“persepsi,kemampuan untuk merasa”. Yang secara umum berarti

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya

yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh

Oliver Wendel Holmes pada tahun 1846.

Beberapa tipe anestesi adalah :

Anestesi Umum : Hilangnya kesadaran total

Anestesi Lokal : Hilangnya rasa pada daerah tertentu yang di inginkan (pada

sebagian kecil daerah tubuh)

Anestesi Regional : Hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh

blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

Berat ringannya nyeri pasca operasi dari masing-masing penderita tidak dapat

diketahui. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, intensitas, dan lamanya nyeri pasca

operasi ini antara lain :

1. Lokasi dan lamanya operasi, serta seberapa besar kerusakan jaringan akibat operasi

tersebut.

2. Fisiologik maupun Psikologik penderita.

3. Persiapan operasi baik psikologik, fisik, maupun farmakologi dari penderita oleh

tim pembedahan.

4. Komplikasi yang berhubungan dengan pembedahan.

5. Pengelolaan anestesi baik sebelum, selama dan sesudah pembedahan.

6. Kualitas dari perawatan pasca bedah.

4

Page 5: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

BAB II

ANESTESI REGIONAL

DEFINISI

Anestesi regional ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade

lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsangan transmisi

sepanjang saraf sentral atau perifer. Dengan demikian, menghilangkan atau mengurangi

rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas, atau dingin. Cara kerja anestesi regional, setelah keluar

dari saraf di ikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap,tanpa di ikuti

oleh kerusakan struktur saraf.

Banyak persenyawaan lain yang juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya

tidak reversible dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel saraf. Misalnya

mematikan rasa setempat dengan pendinginan yang kuat(freezing anestesia) atau melalui

keracunan protoplasma(fenol). Semua obat anestesi regional baru adalah sebagai rekayasa

obat lama yang dianggap masih mempunyai kekurangan-kekurangan. Kokain adalah obat

anestesi pertama yang dibuat dari daun koka dan dibuat pertama kali tahun 1884.

Penggunaan kokain aman hanya untuk anestesi topikal. Penggunaan sistemik akan

menyebabkan efek samping keracunan sistem saraf, sistem kardiovaskular,ketagihan.

Sehingga dibatasi pembuatannya hanya untuk topikal mata, hidung, tenggorokan, dan

kedokteran gigi.

PEMBAGIAN

1. Blok sentral (blok neuroaksial) yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.

2. Blok perifer (blok saraf) misalnya blok pleksus brachialis, axilar, analgesia regional

intravena.

Anestesi Spinal

Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarachnoid) adalah pemberian obat

anestetik lokal kedalam ruang subarachnoid.

5

Page 6: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Indikasi :

Bedah ekstremitas bawah

Bedah panggul

Tindakan sekitar rektum-perineum

Bedah obstetri dan ginekologi

Bedah urologi

Bedah abdomen bawah

Kontra indikasi absolut :

Pasien menolak

Infeksi pada tempat suntikan

Hipovolemia berat, syok

Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan

Tekanan intrakranial meninggi

Fasilitas resusitasi minim

Kurang pengalaman atau tanpa didampingi konsultan anti anestesia

Kontra indikasi relatif :

Infeksi sistemik (sepsis, bakteremia)

Infeksi sekitar suntikan

Kelainan neurologis

Kelainan psikis

Bedah lama

Penyakit jantung

Hipovolemia ringan

Nyeri punggung kronis

Teknik anestesi spinal :

1. Tidurkan penderita dalam posisi dekubitus lateral. Buat penderita membungkuk

maksimal agar proccesus spinosus mudah teraba. Atau bisa juga dalam posisi

duduk

6

Page 7: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

2. Inspeksi, Garis yang menghubungkan dua titik tertinggi. Krista iliaka kanan dan

kiri akan memotong garis tengah punggung setinggi L4-L5.

Palpasi, Untuk mengenal ruang antara 2 vertebra lumbalis. Pungsi lumbal hanya

diantara L2-L3, L3-L4, L4-L5, atau L5-S1.

3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine dan alkohol.

4. Dengan memakai sarung tangan steril, pungsi lumbal dilakukan dengan

menyuntikkan jarum lumbal no.22 (atau lebih halus misalnya no.23, 25, 26) pada

bidang median dengan arah 10°-30° terhadap bidang horisontal ke arah kranial

pada ruangan antar vertebra lumbalis yang sudah dipilih. Jarum lumbal akan

menembus kulit-subcutis-ligamentum supraspinosum-ligamentum intraspinosum-

ligamentum flavum-duramater-ruang subarachnoid.

7

Page 8: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

5. Setelah stilet dicabut, cairan serebrospinal akan menetes keluar. Selanjutnya

disuntikkan larutan obat analgestik lokal pelan-pelan, diselingi aspirasi sedikit

kedalam ruang subarachnoid tersebut.

Komplikasi tindakan :

Hipotensi berat

Bradikardi

Hipoventilasi

Trauma pembuluh darah

Mual muntah

Gangguan pendengaran seperti tinitus

Blok spinal tinggi atau total

Komplikasi Pasca tindakan :

Nyeri tempat suntikan

Nyeri punggung

Nyeri kepala karena kebocoran liquor

Retensio urine

Meningitis

8

Page 9: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Anestesi Epidural

Anestesi epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat diruang epidural

(peridural,ekstradural). Ruang ini diantara ligamentum flavum dan duramater. Bagian atas

berbatasan dengan foramen magnum didasar tengkorak dan dibawah dengan selaput

sakrokogsigeal. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman

maksimal pada daerah lumbal.

Obat anestetik regional di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal

yang terletak dibagian lateral. Awal kerja anestesia epidural lebih lambat dibanding

anestesia spinal, sedangkan kualitas blokade sensorik-motorik juga lebih lemah.

Isi ruang epidural :

1. Sakrus duralis

2. Cabang saraf spinal (spinal nerve roots)

3. Pleksus venosus epiduralis

4. Arteria spinal

5. Pembuluh Limfe

6. Jaringan lemak

Indikasi anestesia epidural :

Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah

Tatalaksana nyeri saat persalinan

Penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak perdarahan

Tambahan pada anestesia umum ringan karena penyakit tertentu pasien.

Penyebaran obat anestesi epidural bergantung pada :

Volume obat yang disuntikkan

Usia pasien (tua minimal, 19th maksimal)

Kecepatan suntikan

Besarnya dosis

Ketinggian tempat suntikan

Posisi pasien

Panjang kolumna vertebralis. Suntikan 10-15ml obat akan menyebar ke kedua sisi

sebanyak 5 segmen.

9

Page 10: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Teknik Anestesi epidural :

1. Posisi penderita seperti pada anestesi spinal

2. Tusukkan jarum epidural biasanya dikerjakan pada ketinggian L3-L4, karena jarak

antara ligamentum flavum dan duramater pada ketinggian ini adalah yang terlebar.

3. Untuk mengenali ruang epidural, dapat digunakan banyak teknik. Tetapi yang

paling populer adalah teknik hilanganya resistensi (loss of resistance) dan teknik

tetes tergantung (hanging drop).

3.1 Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance). Teknik ini menggunakan

semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi yang diisi oleh udara

atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah itu diberikan anestesi lokal pada tempat

suntikan, jarum epidural ditusukkan sedalam 1-2cm. Kemudian udara atau

NaCl disuntikkan perlahan-lahan secara terputus-putus (intermitten) sambil

mendorong jarum epidural sampai terasa menembus jaringan keras

(ligamentum flavum) yang disusul oleh hilangnya resistensi. Setelah yakin

ujung jarum berada pada ruang epidural, dilakukan uji dosis (test dose).

10

Page 11: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

3.2 Teknik tetes tergantung (hanging drop). Persiapannya sama seperti teknik

hilangnya resistensi, tetapi pada teknik ini hanya menggunakan jarum

epidural yang diisi oleh NaCl sampai terlihat adanya NaCl yang

menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan-lahan secara

lembut sampai terasa menembus jaringan keras yang kemudian disusul oleh

tersedotnya NaCl ke ruang epidural. Setelah yakin ujung jarum berada pada

ruang epidural dilakukan uji dosis (test dose).

4. Uji dosis (test dose). Uji dosis anestesi lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan

setelah ujung jarum diyakini berada dalam ruang epidural. Dan untuk dosis

berulang (continue) melalui kateter, masukkan anestesi lokal 3ml yang sudah

bercampur dengan adrenalin 1 : 200.000, dengan hasil :

Tidak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum atau

kateter sudah benar.

Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat masuk ke ruang subarachnoid

karena terlalu dalam.

Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk

kedalam vena epidural.

11

Page 12: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

5. Cara Penyuntikkan. Setelah diyakini posisi jarum dan kateter benar, suntikkan

anestesi lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sebanyak 3-5ml sampai tercapai

dosis total. Suntikan yang terlalu cepat bisa menyebabkan tekanan dalam ruang

epidural mendadak tinggi sehingga menimbulkan peningkatan TIK, nyeri kepala,

dan gangguan sirkulasi pembuluh darah epidural.

PERBEDAAN SPINAL EPIDURAL

Lokasi Obat

Onset

Durasi

Volume Obat

Teknik

Blok motoris

Efek hemodinamik

(hipotensi)

Sub arachnoid

Cepat (dalam 5 menit)

60-90 menit

4cc

Lebih mudah

Kuat

Besar

Ruang epidural

10-15 menit

180 menit

15 atau 20cc

Lebih sulit

Sedang

Kecil-sedang

Anestesi Kaudal

Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural karena kanalis kaudalis

kepanjangan dari ruang epidural. Obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis.

Indikasi anestesi kaudal : adalah tindakan bedah daerah sekitar perineum dan anorektal.

Misalnya, Hemorhoid, fistula perianal.

12

Page 13: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Teknik Anestesi Kaudal :

1. Posisi penderita telungkup dengan simphisis diganjal (tungkai dan kepala lebih

rendah dari pantat) atau dekubitus lateral, terutama pada wanita hamil.

2. Dapat digunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena (venocath,

abbocath) ukuran 20-22 pada penderita dewasa.

3. Pada dewasa biasanya ditusukkan pada L5-S1 dengan dosis 1ml.

4. Identifikasi hiatus sakralis diperoleh dengan menemukan kornu sakralis kanan dan

kiri (sangat mudah teraba pada penderita kurus) dan SIPS. Dengan menghubungkan

ketiga tonjolan tersebut diperoleh hiatus sakralis.

5. Setelah dilakukan tindakan aseptik pada daerah hiatus sakralis, tusukan jarum

mula-mula 90° terhadap kulit. Setelah diyakini masuk kanalis sakralis, arah jarum

dirubah 45°-60° dan jarum didorong sedalam 1-2cm. Kemudian suntikkan NaCl

sebanyak 5ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada pembengkakan dikulit

untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis.

13

Page 14: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Anestesi Regional Intravena

Anestesi regional intravena (Bier blok) dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45

menit di daerah lengan dan tungkai.

Prosedur anestesi regional intravena :

1. Pasang kateter vena (venocath) pada kedua punggung tangan. Pada sisi tangan atau

lengan yang akan dibedah, untuk memasukkan obat anestesi lokal, sedangkan sisi

lain untuk memasukkan obat-obat yang mungkin diperlukan seandainya timbul

kegawatan atau diperlukan cairan infus.

2. Eksanguinasi (mengurangi darah) pada sisi lengan yang akan dibedah dengan

menaikkan lengan dan massage manual dengan bantuan perban elastik (eshmark

bandage) dari distal ke proksimal. Tindakan ini juga untuk mengurangi sirkulasi

darah pada dosis obat.

3. Pasang pengukur tekanan darah pada lengan atas seperti akan mengukur tekanan

darah biasa dengan torniquet atau manset ganda dan bagian proksimal

dikembangkan dahulu sampai 100mmHg diatas tekanan sistolik supaya darah arteri

tidak masuk ke lengan dan tentunya juga darah vena tidak akan masuk ke sistemik.

4. Suntikkan Lidocain atau Prilocain 0,5% 0,6ml/kg (Bupivakain tidak dianjurkan

karena toksisitasnya lebih besar) melalui kateter dipunggung tangan. Untuk tungkai

lewat vena punggung kaki dengan dosis 1-1,2ml/kg dengan anelgesia tercapai

dalam waktu 10-15 menit.

5. Setelah 20-30 menit atau kalau penderita sudah merasa tidak enak atau nyeri pada

torniquet, kembangkan manset distal dan kempiskan manset proksimal.

6. Setelah pembedahan selesai, deflasi manset dilakukan secara bertahap. Buka tutup

selama beberapa menit untuk menghindari keracunan obat.

14

Page 15: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

15

Page 16: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

PENGGOLONGAN OBAT ANESTESI REGIONAL

Ada 2 golongan besar obat anestesi regional yaitu golongan ESTER dan golongan

AMIDE. Yang termasuk golongan ester adalah : Kokain, Benzokain, Oksibuprokain,

Ametokain, Prokain, Tetrakain, Kloroprokain. Yang termasuk golongan amide adalah :

Lidokain, Mepivakain, Etidokain, Dibukain, Ropivakain, Levobupikain.

Ester Amida

Di hidrolisis di plasma

Hidrolisis cepat

Durasi singkat

Alergi », karena hasil metabolitnya

PABA

Di hidrolisis di hepar

Hidrolisis lambat

Durasi lama

Alergi «

Kokain :

Alkaloid yang dihasilkan dari daun koka

Bentuk garam HCl

Konsentrasi 4-10%

Untuk anestesi topikal antara lain : hidung, faring,dan tracheo-bronchial

Dosis maksimal : 200mg dalam satu kali pemakaian

Prokain :

Ester dietilamino etanol dan p-aminobenzoic acid

Secara topikal aktivitas kurang namun mempunyai keuntungan antara lain :

toksisitas sistemik minimal, iritasi lokal sedikit, sterilisasi mudah, durasinya

pendek, murah.

Kurangnya toksisitas sistemik dan durasi yang pendek dikarenakan oleh dihidrolisa

dengan cepat oleh pseudokolin esterase.

Kalah bersaing dengan golongan amide.

16

Page 17: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Tetrakain HCl : (pontocaine, pantocaine, amethocaine)

Kekuatannya lebih tinggi

Daya kerja lebih lama

Toksisitas sistemik lebih besar karena dihidrolisa dengan pelan di dalam plasma

Tetrakain untuk injeksi dalam larutan 0,1% untuk satu kali pemakaian dengan dosis

maksimal 100mg.

Dibukain HCl :

Anestesi lokal yang kuat

Toksisitas sistemik yang tinggi

Daya kerja lama.

Lidokain (xylocaine) :

Onset cepat

Iritasi lokal (-)

Sebagian dimetabolisme dihepar, sebagian disekresi melalui urine dalam bentuk

yang tidak berubah.

Toksisitas dua kali lebih tinggi daripada prokain

Konsentrasi injeksi 0,5-2% untuk topikal 4%

Bebas dari reaksi alergi

Dilapangan digunakan sebagai penghilang nyeri sebelum injeksi propofol

Memperlemah vaskularisasi (termasuk obat emergency)

Dosis maksimal : 3mg/kgBB (tanpa adrenalin), 7mg/kgBB (dengan adrenalin)

Bupivakain HCl

Lebih kuat dan lama kerjanya 2-3 kali lebih lama dibanding lidokain atau

Mepivacain.

Konsentrasi : 0,25-0,75%

Dosis maksimal untuk satu kali pemberian 200-500mg

Pada konsentrasi rendah blok motorik kurang adekuat

Untuk operasi abdominal diperlukan konsentrasi 0,75%

Onset anestesi lebih lambat dibanding lidokain

17

Page 18: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Etidokain :

Struktur seperti lidokain dengan potensi lebih besar dan masa kerja lebih lama.

TOKSISITAS OBAT ANESTESI REGIONAL

Obat anestesi regional bila diberikan dengan tepat dosis dan tepat lokasi merupakan

obat yang cukup aman. Intoksikasi akan terjadi bila secara tidak sengaja masuk ke dalam

intravaskuler atau melampaui dosis maksimal.

Gejala intoksikasi berupa :

1. Gejala sistemik

a. Sistem Saraf Pusat : Eksitasi & Depresi

b. Sistem kardiovaskuler : Hipertensi, Hipotensi, Syok sampai dengan cardiac

arrest.

2. Gejala Lokal

a. Kerusakan saraf

b. Gangguan otot

3. Gejala lain-lain

a. Alergi

b. Methemoglobinemia

c. Adiksi

Apabila obat anestesi masuk ke dalam intravaskuler, gejala intoksikasi akan timbul

kurang dari 5 menit, sedangkan pada pemberian infiltrasi atau epidural gejala akan timbul

dalam 20 menit.

PERSYARATAN IDEAL ANESTESI REGIONAL

1. Poten dan bersifat sementara (reversible)

2. Tidak menimbulkan reaksi lokal, sistemik dan alergi.

3. Mula kerja cepat dengan durasi memuaskan

4. Stabil dan dapat disterilkan

5. Harganya murah.

18

Page 19: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

KEUNTUNGAN ANESTESI REGIONAL

Pasien tetap sadar, bahaya respirasi (-)

Jalan nafas terjaga

Sederhana/alat minimal

Gangguan nafas/kardiovaskuler (-)

Relaksasi otot baik

Perawatan pasca bedah minimal

Polusi (-)

Komunikasi terjaga

Pengelolaan nyeri lebih baik

Baik untuk pasien rawat jalan

KEKURANGAN ANESTESI REGIONAL

Cemas

Operasi belum selesai, obat sudah habis

Waktu lebih lama

Tidak selalu berhasil 100%

Tidak bisa untuk lokasi tertentu

Intoksikasi

19

Page 20: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

BAB III

SISTEM ANESTESI INHALASI

DEFINISI

Sistem penghantar gas atau system anesthesia atau sirkuit anestesia ialah alat yang

bukan saja menghantarkan gas atau uap anastetik dan oksigen dari mesin ke jalan nafas

atau pasien tetapi juga harus sanggup membuang CO2 dengan mendorongnya dengan

aliran gas segar atau dengan menghisapnya dengan kapur soda.

Istilah faal yang berkaitan dengan system anastesi inhalasi :

1. Volume(VT)

Volume udara yang dihisap atau dikeluarkan pada satu kali nafas biasa. Besarannya

8-10cc/kgBB.

2. Volume nafas semenit (V)

Jumlah volume tidal dalam semenit (V=VT x F)

3. Ruang Rugi

Bagian saluran nafas yang tidak terjadi pertukaran udara (VD = 1/3VT)

4. Ventilasi alveolar

Volume udara yang mengadakan pertukran udara selama semenit.

{VA=(VT-VD)xF}

5. Rebreathing

Pemakaian udara respirasi untuk inspirasi kembali.

6. CO2 absorber

Bahan pengikat CO2 yang terjadi, terdiri dari Ca (OH)2 dengan Na (OH)2

(sodalime).

20

Page 21: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

PEMBAGIAN

Pembagian berdasarkan teknik system-nya membagi sirkuit anastesia menjadi

open, semi-open, semi-closed, dan closed.

Sistem CO2 Absorber Rebreathing

Open - Tidak ada

Semi Open - Sebagian

Close + Total

Semi Close + Sebagian

Sistem Open

1. Tidak terjadi nafas ulang (rebreathing)

2. Tidak ada penyerapan CO2 (CO2 Absorber)

3. Terutama untuk anestesi anak-anak < 20 Kg

4. Contoh :

- Sistem Open dengan sungkup tanpa plastic

Kelebihan : Pertukaran udara menjadi bebas

Tidak ada rebrething

Biasanya menggunakan eter tetes

- Sistem Open dengan Jacson Rees

Syaratnya : Aliran udara 2 harus2 kali volume semenit

Mempunyai katup ekshalasi

- Sistem open dengan Ayre’s T-Tube

Sistem ini akan menjadi system terbuka bila aliran O2 sama dengan 2 kali

volume semenit.

21

Page 22: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Sistem Semi Open

1. Udara ekspirasi tidak bebas keluar sehingga sebagian dari ekspirasi akan kembali

pada waktu inspirasi.

2. Ada rebreathing sebagian

3. Tidak ada CO2 Absorber

4. Alat biasa menggunakan eter-air buatan LOOSCO atau EMO

Sistem Close

1. Circle sirkuit katup ekshalasi tertutup

2. Udara ekspirasi dihisap lagi dan diikat dengan atmosfer

3. Tidak ada udara yang berhubungan dengan atmosfer

4. Hemat O2 dan obat anestesi

5. Berbahaya bila CO2 Absorver tidak berfungsi dengan baik

Sistem Semi Close

1. Gas ekspirasi sebagian keluar ke atmosfir dan sebagian masuk ke dalam saluran

inspirasi

2. Terdapat tabung penyerapan CO2

Klasifikasi yang membagi sirkuit anastesia menjadi open, semi-open, semi-closed,

dan closed ini dirasa masih membingungkan. Ada pula klasifikasi yang membagi sirkuit

anastesia menjadi nafas ulang (rebreathing) dan non nafas ulang (non-rebreathing) tetapi

juga tidak memuaskan, karena bagaimanapun juga masih terdiri hirupan kembali udara

ekspirasi walaupun hanya kecil.

Sirkuit anastesia yang populer sampai saat ini ialah sirkuit lingkaran (cirvle system),

sirkuit Magiil, sirkuit Bain dan sistem pipa T.

22

Page 23: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Sistem tetes terbuka

Sistem tetes terbuka (open drop system) ialah system anastesia yang sederhana

yaitu dengan meneteskan cairan anastetik (eter, koloform) dari botol khusus ke wajah

dengan bantuan sungkup muka (face mask) Schimmelbusch.

Sistem ini tahanan nafasnya minimal dapat ditambahkan O2 melalui pipa kecil

ke dalam sungkup. Keburukan system ini ialah selain boros, udara ekspirasi

mencemari lingkungan sekitar.

Sistem Insuflasi

Sistem ini diartikan sebagai penghembusan gas anastetik dengan sungkup muka

melalui salah satu ke wajah pasien tanpa menyentuhnya. Biasanya dikerjakan pada

bayi anak yang takut disuntik pada mereka yang sedang tidur supaya tidak terbangun

(induksi mencuri, steal induction). Untuk menghindari pertumpukan gas CO2 aliran

gas harus cukup tinggi sekitar 8 - 10 liter / menit. Seperti system tetes terbuka cara ini

mencemari udara sekitar.

Ada yang mengartikan, bahwa sistem ini adalah penghembusan campuran gas

anstetik melalui lubang-lubang dengan menggunakan pipa nasofaring. Seperti melalui

sungkup, aliran campuran gas juga harus tinggi sekitar 8 – 10 liter / menit.

Sistem Mapelson

Sistem Mapleson asli tak dilengkapi dengan penyerap CO2 sehingga aliran gas

harus sanggup membuang CO2. System ini disebut juga sebagai sistem aliran nafas

terkendali (flow controlled breathing system). System ini terdiri dari beberapa kelas

yaitu ABCDE. Willis menambah dengan system F dan system ini dikelompokkan

menjadi tiga yaitu kelas A, BC, dan kelas DEF. Sistem Mapleson disebut juga sebagai

system semi-tertutup yang terdiri dari sungkup muka (face mask), pipa ombak

(carrugated tubing), kantong cadang ( reservoir bag) dan lubang aliran gas segar

(fresh gas flow inlet).

23

Page 24: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Sistem Mapleson A

Sistem Mapleson A disebut sebagai sistem Magiil atau Magiil attachment.

System ini cocok digunakan pada anastesia dengan pernapasan spontan. Katub

Ekspirasi (KE) diletakkan sungkup muka (SM=P), menggunakan pipa ombak,

sedangkan tempat masuk aliran gas segar (AGS=FG) di dekat atau pada kantong

cabang (KC=T). Pada pasien pernapasan spontan, aliran gas segar minimal harus sama

dengan besarnya ventilasi pasien semenit (80 – 100 ml/kg) yang ada pada pasien

dewasa sekitar 5 – 6 liter / menit dan katub ekspirasi dibuka maksimal. Pada

pernapasan sebagian. System ini sekarang jarang digunakan.

Sistem Mapleson B dan C

Seperti pada Sistem Mapleson A, pada sistem Mapleson B katup ekspirasi

tetap didekat sungkup, tetapi lubang masuk aliran gas segar juga dekat sungkup atau

katup. Pipa ombak dan kantong cadang berfungsi sebagai ruang tertutup (blind limb),

tempat berkumpulnya gas segar, gas ruang mati (dead space gas) dan gas alveolar.

Kadang-kadang system ini digunakan di ruang pulih ( recovery room) pada pasien

dengan nafas spontan dan pada system ini diperlukan aliran gas segar sekitar dua kali

ventilasi semenit. Mapleson C seperti mapleson C ini disebut juga sebagai system

Water to and fro.

Sistem Mapleson D

Pada Sistem Mapleson D, katup ekspirasi diletakkan didekat masing-masing

cadang dan lubang aliran gas segar di dekat sungkup muka. Untuk mencegah

penghisapan kembali CO2 perlu aliran gas segar 2,5 x ventilasi semenit. Modifikasi

24

Page 25: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

system ini disebut system Bain. Pada sistem Bain pipa kecil yang mengalirkan gas

segar di dekat sungkup masih di dalam pipa ombak. Pipa ombak biasanya dari plastic

transparan, tembus pandang, sehingga kalau ada kerusakan pipa dalam segera

diketahui.

Keuntungan system Bain ialah :

Lebih ringkas, lebih ringan, dengan pipa tunggal

Dapat digunakan kembali dan untuk semua usia

Dapat digunakan untuk napas spontan atau kendali

Dapat digunakan dengan ventilator

Mudah disterilkan

Untuk napas spontan perlu aliran gas segar 100 – 150 ml/kg, napas kendali

70 ml /kg.

Sistem Mapleson E dan F

Sistem Mapleson E ini hanya terdiri dari sungkup muka, lubang masuk untuk

aliran gas segar dan pipa ombak sebagai pipa cadang. System ini dikenal juga dengan

nama Ayre’s T-Piece atau y-piece in Rees atau Mapelson F. Tambahan kantong

cadang ini memudahkan memonitor napas spontan dan melakukan naps kendali.

System ini cocok untuk bayi dan anak kecil. Untuk mencegah dilusi oleh gas inspirasi

dengan udara atau inspirasi dengan CO2 maka diperlukan aliran gas segar 2x ventilasi

semenit.

Keuntungan sistem ini ialah tak ada sesintensi ekspirasi. Sedangkan aliran

gas tang diperlukan ialah untuk :

Berat badan 10 – 30 kg 100 ml/kg + 1000 ml

Berat badan > 30 kg 50 ml/kg + 2000 ml

Untuk efisiensi napas spontan A > DFE > C > B

Untuk efisiensi napas kendali DFE > B > C < A

25

Page 26: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Sistem ABC sekarang jarang digunakan, sistem DEF umumnya digunakan

dan di Amerika banyak digunakan sistem Bain.

Sistem lingkar

Sistem ini di Amerika, menggunakan dua katup ekspirasi, satu di dekat

pasien yang lainnya di dekat kantong cadang. Aliran gas cukup 2 – 3 menit

asalkan kadar O2 > 25%. Sistem ini variasinya cukup banyak dan umumnya terdiri

dari beberapa komponen, yaitu :

Tempat masuk campuran gas segar (fresh gas islet)

Katup ombak inspirasi dan ekspirasi

Pipa ombak inspirasi dan ekspirasi

Konektor Y.

Katup pop-off.

Kantong cadang

Kanister berisi kapur soda.

26

Page 27: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Untuk mencegah hirupan kembali CO2, perhatikan hal-hal dibawah ini :

Dua katup searah harus diletakkan antara pasien dan kantong cadang pada

ujung distal pipa ombak

Gas segar jangan dimasukkan ke sirkuit antara pasien dan katup ekspirasi.

Katup pop-off tak dapat ditempatkan karena pasien dan katup inspirasi.

Tergantung tingginya aliran gas segar, maka sistem ini dapat digunakan untuk:

Semi Open (aliran gas tinggi, hirupan kembali minimal)

Semi closed (sering digunakan, disertai hirupan kembali)

Closed (hirupan kembali komplit)

Keuntungan system ini :

Ekonomis (aliran gas rendah).

Konsentrasi gas inspirasi relative stabil

Ada kehangatan dan kelembapan pada jalan napas

Tingkat polusi rendah

Kerugian sistem ini :

Resistensi tinggi.

Tidak ideal untuk anak

Pengenceran oleh udara ekspirasi

Sistem ini kompleks dengan beberapa komponen di antaranya :

Tempat gas segar masuk (fresh gas inlet)

Katup searah inspirasi dan ekspirasi

Pipa ombak inspirasi dan ekspirasi

Konektor Y

Katup pop-off.

Kanister berisi kapur soda

27

Page 28: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Pada sistem lingkar perlu penyerap CO2, yaitu :

1. Kapur soda (soda lime), yang terdiri dari :

Ca (OH)2 76 – 81%

NaOH 4%

KOH 1%

Pelembab silikat 14-19%

2. Baralime, yang terdiri dari :

Ba(OH)2 20%

Ca (OH)2 80%

CO2 + Ba (OH) 2. 8HH2O BaCO3 + H2O

Tanda-tanda kapur soda tidak bekerja :

Warna berubah

Kapnograf CO2 meningkat

Tekanan darah mula-mula meningkat lalu menurun.

Nadi menurun

Napas menurun

Napas spontan dalam

Luka operasi darahnya merembes (oozing)

FARMAKOLOGI

Obat anastesi inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk membantu

pembedahan adalah N2O. kemudian menyusul eter, klorofom, etil klorida, etilen, halotan,

metoksifluran, isofluran, desfluran, dan sevofluran.

28

Page 29: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Obat-obat yang lain banyak ditinggalkan karena efek samping yang tidak dikehendaki,

misalnya :

Eter : sekresi bronkus yang berlebihan, mual, muntah, bau merangsang

Klorofom : aritmia, kerusakan hepar

Etil klorida : depresi jantung, kebakaran, peledakan

Metoksifluran : toksis pada ginjal, kerusakan pada hepar, kebakaran

Halotan

Halotan merupakan hidrokarbon halogenisasi dengan bau yang manis, tidak tajam,

dan memiliki titik didih 50,2 C. konsentrasi yang digunakan untuk anestesi antara 0,2-3%.⁰

Halotan mudah menguap, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar dan meledak.

Halotan memiliki induksi anestesi yang baik tetapi kurang bersifat analgetik.

Penggunaan halotan untuk anestesi secara tunggal dapat menyebabkan depresi

kardiopulmoner yang ditandai sianosis. Halotan memiliki efek relaksasi otot kurang

dibandingkan eter. Halotan bersifat bronkodilator dan merelaksasi uterus. Depresi pusat

pernafasan yang disebabkan halotan ditandai dengan pernafasan yang cepat dan

peningkatan frekuensi pernafasan. Efek utama pada sistem kardiovaskuler adalah depresi

langsung pada miokardium dengan penurunan curah jantung dan tekanan darah, tetapi

terjadi vasodilatasi dikulit sehingga perfusi jaringan tampak baik. Retensi karbondioksida

akibat depresi pernafasan menyebabkan sekresi katekolamin meningkat yang dapat

menyebabkan penurunan curah jantung. Halotan juga menyebabkan jantung sensitif

terhadap katekolamin sehingga dapat terjadi gangguan irama jantung. Halotan tidak

mengiritasi membran mukosa dan tidak merangsang kelenjar ludah. Halotan memiliki efek

hepatotoksik.

Banyak kerugian yang didapatkan dengan penggunaan halotan dapat dikurangi

dengan mengkombinasikan halotan dengan obat anestesi lain seperti nitrogen oksida atau

trikloroetilen.

29

Page 30: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Trikloroetilen

Trikloroetilen merupakan hidrokarbon halogenisasi dengan bau manis dan titik

didih 87⁰ C. Formula anestesinya berwarna biru

Trikloroetilen memiliki efek analgetik kuat tetapi memiliki efek hipnotik yang

sangat kurang sehingga penurunan kesadadaran membutuhkan waktu yang lama.

Trikloroetilen memiliki kelarutan yang tinggi dalam darah sehingga induksi dan

pemulihannya lama. Jika dapat digunakan sebagai anestesi tunggal dapat menyebabkan

depresi kardiorespiratori dengan takipneu. Dosis analgetik sangat berguna untuk

mengurangi rasa sakit pada persalinan secara inhalasi dengan konsentrasi 0,35-0,5%.

Karena mempunyai efek analgetik kuat maka dapat digunakan untuk tindakan di

permukaan, misal insisi abses atau mengganti perban pada pasien rawat jalan.

Trikloroetilen merupakan analgetik yang baik, tetapi merupakan hipnotik yang

buruk, biasanya dikombinasikan dengan halotan yang merupakan hipnotik yang baik tetapi

analgetik yang buruk.

Nitrous oxide (N₂O)

Merupakan satu-satunya gas anorganik yang dipakai dalam bidang anestesiologi.

N₂O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, dan tidak iritatif. N₂O merupakan

gas yang stabil dan dapat bedifusi kedalam karet. Tidak mudah terbakar dan meledak. N ₂O

mempunyai sifat 15 kali lebih mudah larut dalam plasma dibandingkan oksigen.

N₂O merupakan zat anestetik yang lemah. Menimbulkan efek analgetik yang kuat

dan hipnotik lemah, Depresi pernafasan dapat terjadi pabila penggunaan N₂O tidak disertai

dengan O₂. N₂O tidak merangsang sekresi kelenjar dan dapat menurunkan sensitivitas

laring dan trakea terhadap manipulsai. N₂O bersifat mendesak O₂ dalam tubuh sehingga

dapat terjadi hipoksia difusi . Hal ini sering terjdi di masa pemulihan dimana pasien

bernafas dengn udara normal (20%O₂), sejumlah besar N₂O masuk kedalam alveoli dan

mendesak O₂ di alveoli dan terjadilah hipoksia. Untuk mencegah terjadinya hipoksia difusi

maka diberikan O₂ aliran tinggi beberapa menit setelah selesai anestesi. N₂O pada

umumnya dikombinasikan dengan O₂ dengan perbandingan N₂O : O₂ = 60% : 40%, 70% :

30%, 50% : 50%.

30

Page 31: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Enfluran (Ethran)

Enfluran berbentk cairan, mudah menguap, dan berbau enak. Enfluran mendidih

pada suhu 56,6⁰ C.

Enfluran merupakan anestetik yang kuat, Mendepresi SSP menimbulkan efek

hipnotik. Pada konsentrasi 3%-3,5% dapat timbul perubahan pada EEG yaitu bentuk

“epileptiform” yang merupakan predisposisi timbulnya kejang pad stadium anestesi,

sehingga tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat epilepsi. Pada anestesi yang

dalam dapat menyebabkan depresi miokardium sehingga menurunkan tekanan darah.

Dapat menuunkan volume tidal dan meningkatkan laju nafas. Tidak menyebabkan

hipersekresi kelenjar. Enfluran memiliki efek relaksasi otot bergaris yang moderat dan

dapat meningkatkan efektifitas obat pelumpuh otot non depolarisasi. Enfluran konsentrasi

rendah (0,5%-0,85) cukup aman digunakan untuk sectio caesaria tanpa mendepresi foetus

tetapi pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan relaksasi uterus dan menyebabkan

perdarahan.

Enfluran tidak memiliki efek hepatotoksik maupun nefrotoksik. Induksi dengan

Enfluran cepat dan masa pemulihannya cepat.

Isofluran

Isofluran merupakan isomer dari enfluran dengan efek samping yang minimal.

Induksi dan pemulihan dengan Isofluran cepat

Seperti Enfluran, Isofluran juga dapat menimbulkan depresi pernafasan. Isofluran

memiliki efek bronkodilatsi dan baik untuk digunakan pada pasien PPOK dan asma

bronkial. Isofluran memiliki efek relaksasi otot bergaris yang baik dan berpotensiasi

dengan obat pelumpuh otot. Pada dosis anestesi (1,5%-3%), Isofluran tidak menyebabkan

relaksasi otot uterus. Isofluran tidak menyebabkan perubahan gambaran EEG berupa

“epileptiform”. Isofluran tidak menimbulkan efek hepartotoksik dan nefrotoksik.

31

Page 32: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

Desfluran

Desfluran (suprane) merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek

klinisnya mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestetik volatil

lain, sehingga perlu menggunkan vaporizer khusus (TEC-6). Titik didihnya mendekati

suhu ruangan (23.5⁰ C). Potensinya rendah (MAC 0.6%). Ia bersifat simpatomimetik

menyebabkan takikardia dan hipertensi. Efek depresi nafasnya sepeti isofluran dan etran.

Desfluran merangsang jalan nafas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesia.

Efek terhadap kardovaskuler cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Efek

terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar.

Setelah pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh badan.

Walaupun sevofluran beraksi dengan kapur soda yang pada tikus menyebabkan toksis pada

ginjal, tetapi belum ada laporan membahayakan terhadap tubuh manusia.

Tabel 2.1 Farmakologi klinik anestetik inhalasi.

32

Page 33: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

BAB IV

KESIMPULAN

Anestesi regional dan anestesi inhalasi sangat sering digunakan. Oleh karena itu,

setelah mempelajari pokok bahasan ini kita diharapkan mampu untuk :

1. Mengetahui macam-macam obat lokal anestesi dan penggunaanya

2. Mengetahui macam-macam teknik anestesi regional dan sistem anestesi inhalasi

3. Mengetahui penyulit-penyulit yang akan timbul.

Secara garis besar, di dapatkan perbedaan antara anestesi regional dan anestesi

umum.

Anestesi Umum Anestesi Regional

Menghilangkan nyeri

Hilang kesadaran

Temporer

Menghilangkan nyeri

Tanpa hilang kesadaran

Temporer

33

Page 34: ANESTESI REGIONAL DAN SISTEM ANESTESI INHALASI

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief AS, Suryandu KA, et al. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan terapi Intensif FK UI.

2. Purnawan J, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga, Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta 2001.

3. Tanu Jan. Farmakologi dan Terapi. Edisi Keempat. Bagian Farmakologi FK UI 1995.

4. http://asramamedicafkunhas.blogspot.com/search/label/Anastesi

34