Anatomi Pernafasan

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajanan biologis di tempat kerja adalah organisme hidup yang dapat merupakan allergen, iritan, toksin, dan penyebab infeksi. Organisme hidup ini mulai dari bakteri, virus, jamur dan parasit. Bahaya potensial biologis banyak mengancam kesehatan pekerja baik berasal dari proses kerja, lingkungan kerja langsung ataupun lingkungan sekitar tempat kerja. Pekerja- pekerja yang rentan terhadap pajanan biologis adalah yang dalam pekerjaan sehari-harinya mengalami kontak khususnya pekerja yang tidak diimunisasi, dalam penyembuhan dari infeksi sistemik serius, gangguan kekebalan tubuh, status gizi dan kesehatan yang buruk. Pneumonitis hipersensitivitas atau alveolitis alergik ekstrinsik merupakan penyakit paru lingkungan yang timbul sebagai respons imunologis paru terhadap inhalasi bahan atau antigen biologis dan kimiawi. Penyakit ini merupakan sindrom respirasi akut pada pekerja-pekerja yang menangani secara tidak benar debu gandum (sebagai antigen). Antigen-antigen lain yang dapat menyebabkan penyakit 1

description

dfhfgjgf

Transcript of Anatomi Pernafasan

Page 1: Anatomi Pernafasan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajanan biologis di tempat kerja adalah organisme hidup yang dapat

merupakan allergen, iritan, toksin, dan penyebab infeksi. Organisme hidup ini

mulai dari bakteri, virus, jamur dan parasit. Bahaya potensial biologis banyak

mengancam kesehatan pekerja baik berasal dari proses kerja, lingkungan kerja

langsung ataupun lingkungan sekitar tempat kerja. Pekerja-pekerja yang

rentan terhadap pajanan biologis adalah yang dalam pekerjaan sehari-harinya

mengalami kontak khususnya pekerja yang tidak diimunisasi, dalam

penyembuhan dari infeksi sistemik serius, gangguan kekebalan tubuh, status

gizi dan kesehatan yang buruk.

Pneumonitis hipersensitivitas atau alveolitis alergik ekstrinsik merupakan

penyakit paru lingkungan yang timbul sebagai respons imunologis paru

terhadap inhalasi bahan atau antigen biologis dan kimiawi. Penyakit ini

merupakan sindrom respirasi akut pada pekerja-pekerja yang menangani

secara tidak benar debu gandum (sebagai antigen). Antigen-antigen lain yang

dapat menyebabkan penyakit ini antara lain Thermophilic actinomycetes (pada

farmer’s lung dan bagassosis), fungi dan obat-obatan.

Bagasossis adalah penyakit paru pada petani atau pekerja pabrik tebu atau

pabrik kertas yang mendapat paparan sisa atau debu batang tebu (bagasse).

Yang berperan terhadap timbulnya penyakit ini adalah Thermophilic

actinomycetes sacchari yang hidup subur pada alas batang tebu.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini dibuat adalah:

1. Menjelaskan definisi bagassosis

2. Menjelaskan pathogenesis bagassosis

3. Menjelaskan gejala klinis dan penegakkan diagnosis bagassosis

4. Menjelaskan tatalaksana bagassosis

1

Page 2: Anatomi Pernafasan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Bagasossis adalah penyakit paru pada petani atau pekerja pabrik tebu atau

pabrik kertas yang mendapat paparan sisa atau debu batang tebu (bagasse).

Yang berperan terhadap timbulnya penyakit ini adalah Thermophilic

actinomycetes sacchari yang hidup subur pada alas batang tebu. Bagassosis

termasuk ke dalam penyakit pneumonitis hipersensitif akibat inhalasi debu

organis yang menimbulkan reaksi sensitisasi pada tubuh yang terpapar.

Pneumonitis hipersensitif / hypersensitivity pneumonitis (HP), atau alveolitis

alergik ekstrinsik merupakan sekelompok penyakit paru yang dimediasi oleh

proses imunologi akibat paparan berulang dari antigen yang terdispersi saat

inhalasi utamanya oleh partikel organik atau bahan kimia bermolekul rendah

yang selanjutnya memprovokasi reaksi hipersensitivitas dengan inflamasi

granulomatus di bronkiolus distalis dan alveoli pada subyek yang peka.

Penyakit ini merupakan akibat dari interaksi antara antigen eksternal dengan

sistem imun pejamu.

HP merupakan penyakit alergi sehingga peran faktor paparan merupakan hal

yang paling penting. Faktor risiko lingkungan, termasuk konsentrasi antigen,

lamanya paparan, ukuran partikel, frekuensi (atau kekerapan) paparan,

kelarutan partikel, pemakaian perlindungan pernafasan akan mempengaruhi

prevalensi, beratnya, kelatenan dan perjalanan penyakit. Faktor-faktor paparan

tersebut sangat jelas digambarkan pada bagassosis. Terjadinya bagassosis

sangat erat dengan konsentrasi mikroorganisme di udara, atau pada daerah

dengan curah hujan tinggi sehingga memungkinkan proliferasi

mikroorganisme. Berbagai faktor mempengaruhi interaksi mendasar antara

stimulus antigen dan respon imun pejamu. Penderita yang sudah tersensitisasi

antigen, manifestasi klinik timbul setelah terpresipitasi oleh adanya tambahan

inflamasi paru non-spesifik, ini jelas terlihat pada penderita yang telah

2

Page 3: Anatomi Pernafasan

terpapar lama dan sering sudah bertahun-tahun dimana penderita dalam

keadaan keseimbangan dengan antigen dengan tanpa gejala.

Anatomi Pernafasan

Dalam berrnafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan

pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa

dengan karbon dan hydrogen dari jaringan. Pernafasan meruapakan proses ganda,

yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau pernafasan dalam dan yang

terjadi di dalam paru merupakan pernafasan luar. Udara ditarik ke dalam paru

pada waktu menarik nafas dan didorong keluar paru-paru pada waktu

mengeluarkan napas. Di bawah ini merupakan gambar sistem pernafasan pada

manusia.

3

Page 4: Anatomi Pernafasan

Hidung

Hidung dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan

bersambung dengan lapisan faring dan semua selaput lendir serta sinus, yang

mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi

dengan epitelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel lendir.

Sekresi dari sel itu membuat permukan nares basah dan berlendir. Diatas septum

nasalis dan konkha selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan dibawah.

Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epitelium pernafasan dan

menjorok dari dinding lateral hidung kedalam rongga, sangat memperbesar

permukaan selaput lendir tersebut.

4

Page 5: Anatomi Pernafasan

Faring atau Tekak

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan

makanan. Faring terdapat di bawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung

dan mulut disebelah depan ruas tulang leher. Faring dibagi dalam 3 bagian yaitu :

1. Nesofaring yang terletak dibelakang hidung.

2. Orofaring yang terletak dibelakng mulut.

3. Laringofaring yang terletak dibelakang laring

Laring

5

Page 6: Anatomi Pernafasan

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara,

terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk

ke dalam trakea di bawahnya.

Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan

membran, yang terbesar diantaranya adalah tulang rawan tiroid. Laring terdiri atas

dua lempeng atau lamina yang bersambung digaris tengah Pita suara terletak di

sebelah dalam laring, berjalan dari tulang rawan tiroid disebelah depan sampai

dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang

ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan dan dikendorkan.

Dengan demikian lebar sela-sela pita atau rima glottidis, berubah-ubah sewaktu

berbicara dan bernafas.

Trakea (Batang Tenggorok)

Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang

diikat oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang

trakea, selain itu memuat beberapa jaringan otot. Trakea memiliki panjang 9 cm.

6

Page 7: Anatomi Pernafasan

Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas eoitelium bersilia dan sel

cangkir. Silia ini bergerak keatas kearah laring, maka dengan gerakan ini debu dan

butir-butir halus lainya masuk ketika bernafas.

Bronkus

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Ada dua buah yang terdapat pada

ketinggian vertebra torakalis ke IV dan Ke V, Mempunyai struktur seperti trakea

dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit,

lebih panjang, lebih horizontal dari pada bronkus sebelah kanan karena jantung

terletak agak kiri dari garis tengah Paru

Paru adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-

gelembung. Gelembung alveoli terdiri dari sel epitel dan endotel. Paru ada dua

dan merupakan alat pernafasan utama. Paru mengisi rongga dada, terletak

disebelah kanan dan kiri, sedangkan bagian tengah dipisahkan oleh jantung

beserta pembuluh darah, dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.

Paru terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru

memanjang dari akar leher menuju diafragma. Paru dibagi menjadi beberapa

belahan atau lobus oleh fisura, paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru kiri

mempunyai dua lobus. Setiap lobus dibagi menjadi segmen yang disebut bronko-

pulmoner, yang dipisahkan oleh sebuah dinding jaringan konektif, masing-masing

7

Page 8: Anatomi Pernafasan

satu arteri dan satu vena. Setiap segmen dibagi lagi menjadi unit yang disebut

lobules.

2.2 Etiologi

Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap

alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering.Penyakit akut bisa terjadi

dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari

daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai perubahan pada

foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik

bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada

paru).

Gangguan saluran pernafasan akibat inhalasi dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain:

a. Faktor antigen itu sendiri

Yaitu ukuran partikelnya, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama

perjalanan dan faktor individu berupa mekanisme pertahanan selain itu

faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gangguan paru dapat berupa

jenis debu, ukuran partikel, konsentrasi partikel, lama pajanan, dan

kerentanan individu. Tingkat kelarutan debu pada air, kalau debu larut

dalam air, bahan dalam debu larut dan masuk pembuluh darah kapiler

alveoli. Bila debu tidak mudah larut tetapi ukurannya kecil maka partikel-

partikel tersebut dapat masuk ke dinding alveoli. Konsentrasi debu, makin

tinggi konsentrasinya makin besar kemungkinan menimbulkan keracunan.

Jenis debu dalam hal ini ada dua (2) macam yaitu organik ( tebu/ kulit tebu),

dan debu anorganik ( yang berasal dari mesin penggilingan tebu).

b. Masa kerja

Masa kerja menunjukkan suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang

dalam waktu tertentu. Seseorang yang bekerja di lingkungan industri yang

menghasilkan debu akan memiliki resiko gangguan kesehatan. Makin lama

seseorang bekerja pada tempat yang mengandung debu akan makin tinggi

resiko terkena gangguan kesehatan, terutama gangguan saluran pernafasan.

8

Page 9: Anatomi Pernafasan

Debu yang terhirup dalam konsentrasi dan jangka waktu yang cukup lama

akan membahayakan. Akibat penghirupan debu, yang langsung akan kita

rasakan adalah sesak, bersin, dan batuk karena adanya gangguan pada

saluran pernafasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada kadar yang

rendah tetapi di atas batas limit paparan menunjukkan efek toksik yang

jelas.

c. Umur

Umur merupakan salah satu karateristik yang mempunyai resiko tinggi

terhadap gangguan paru terutama yang berumur 40 tahun keatas, dimana

kualitas paru dapat memburuk dengan cepat. Faktor umur berperan penting

dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan

konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan : potensi kemungkinan

untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan

tubuh, aktivitas fisiologis berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan

penyakit seseorang. Bermacam-macam perubahan biologis berlangsung

seiring dengan bertambahnya usia dan ini akan mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam bekerja.

d. Alat pelindung diri

Alat pelindung diri adalah perlengkapan yang dipakai untuk melindungi

pekerja terhadap bahaya yang dapat mengganggu kesehatan yang ada di

lingkungan kerja. Alat yang dipakai disini untuk melindungi sistem

pernapasan dari partikel-partikel berbahaya yang ada di udara yang dapat

membahayakan kesehatan. Perlindungan terhadap sistem pernapasan sangat

diperlukan terutama bila tercemar partikel-partikel berbahaya, baik yang

berbentuk gas, aerosol, cairan, ataupun kimiawi. Alat yang dipakai adalah

masker, baik yang terbuat dari kain atau kertas wol.

e. Riwayat merokok

Riwayat merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan

pernapasan, karena asap rokok yang terhisap dalam saluran nafas akan

9

Page 10: Anatomi Pernafasan

mengganggu lapisan mukosa saluran napas. Dengan demikian akan

menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok dapat

menyebabkan perubahan struktur jalan nafas. Perubahan struktur jalan nafas

besar berupa hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. Sedangkan

perubahan struktur jalan nafas kecil bervariasi dari inflamasi ringan sampai

penyempitan dan obstruksi jalan nafas karena proses inflamasi, hiperplasia

sel goblet dan penumpukan sekret intraluminar. Perubahan struktur karena

merokok biasanya di hubungkan dengan perubahan/kerusakan fungsi.

Perokok berat dikatakan apabila menghabiskan rata-rata dua bungkus rokok

sehari, memiliki resiko memperpendek usia harapan hidupnya 0,9 tahun

lebih cepat ketimbang perokok yang menghabiskan 20 batang rokok sehari.

f. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit merupakan faktor yang dianggap juga sebagai pencetus

timbulnya gangguan pernapasan, karena penyakit yang di derita seseorang

akan mempengaruhi kondisi kesehatan dalam lingkungan kerja. Apabila

seseorang pernah atau sementara menderita penyakit sistem pernafasan,

maka akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit sistem pernapasan jika

terpapar debu.

2.3 Patogenesis

Patogenesis dari bagassosis bergantung kepada intensitas, frekuensi dan durasi

terhadap paparan antigen dan respon tubuh pejamu terhadap antigen. Cell-

mediated immune responses dan humoral tampaknya berperan dalam

pathogenesis penyakit ini. Reaksi yang paling dini (akut) ditandai dengan

peningkatan lekosit polimorfonuklear (PMN) di dalam alveoli dan saluran

nafas kecil. Lesi dini ini diikuti oleh masuknya sel-sel mononuklear ke dalam

paru dan membentuk granuloma-granulama yang merupakan hasil dari reaksi

hipersensitivitas tipe lambat yang klasik (T cell mediated) terhadap inhalasi

berulang antigen.

10

Page 11: Anatomi Pernafasan

2.4 Gambaran Klinis

Gambaran klinis bagassosis diklasifikasi kedalam 3 bentuk yaitu akut,

subakut, dan kronik.

Pada bentuk akut, gejala muncul 4-8 jam sesudah paparan pada individu yang

sensitive, yaitu timbul gejala seperti infeksi paru akut : batuk, sesa napas tanpa

mengi, demam, menggigil, berkeringat, malaise, mual dan sakit kepala. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan takikardia, takipnea, sianosis, ronki basah di

basal kedua paru. Gejala tersebut umumnya menetap selama 12-18 jam dan

menghilang secara spontan bila paparan terhenti.

Pada penyakit yang ringan gambaran foto toraks masih normal. Pada penyakit

yang berat bisa ditemukan dua bentuk gambaran radiologis. Bentuk pertama :

tampak gambaran nodul-nodul kecil terpencar di kedua lapangan paru dan

agak kurang pada bagian apek dan basal. Nodul-nodul tersebut ukurannya

bervariasi dari satu sampai beberapa millimeter, dengan batas tidak tegas.

Bentuk kedua tampak bayangan berawan di interstitial kedua paru. Bila

paparan telah terhenti kelainan foto toraks dapat kembali normal dalam

beberapa minggu.

Pada pasien periode akut yang tanpa gejala biasanya mempunyai faal paru

normal. Umumnya sesudah terjadi paparan bagi pasien yang sensitive akan

terjadi perubahan faal paru pada 8-12 jam kemudian. Perubahan yang terjadi

adalah nilai KVP dan VEP1 menurun, arus puncak ekspirasi (APE) paru

menurun, rasio ventilasi/perfusi terganggu, kapasitas difusi menurun dan

hipoksemia.

Pada bentuk subakut/intermiten, penderita secara bertahap mengalami batuk,

dispneu, anoreksi, dan penurunan berat badan yang berlangsung beberapa hari

sampai berminggu-minggu, serta adanya riwayat serangan yang berulang

sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sama seperti pada bentuk akut

tetapi kurang berat dan berlangsung lebih lama.

Pada bentuk kronik, penderita biasanya jarang menyampaikan adanya

serangan episode akut, gejala yang muncul berupa batuk, dispneu progresif,

fatique, dan penurunan berat badan. Biasanya fatique dan penurunan berat

badan merupakan hal yang prominen pada bentuk kronik. Penghentian dari

11

Page 12: Anatomi Pernafasan

paparan memberikan hasil perbaikan klinis yang sedikit. Pada pemeriksaan

fisik penderita tampak kurus, takipneu, distress respirasi, ronkhi inspirasi

pada bagian paru bawah. Pada beberapa pasien menyerupai bronchitis kronis

dan bila paparan terus berlangsung akan mendatangkan kondisi penyakit

menjadi irreversible (fibrosis paru).

2.5 Pencegahan Pneumonitis Hipersensitvitas

Pencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu

dengan cara berganti pekerjaan. Meniadakan atau mengurangi debu atau

menggunakan masker pelindung bisa membantu mencegah berulangnya

penyakit. Menangani limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem

ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja

terhadap bahan-bahan ini. Pada tempat-tempat kerja tertentu seringkali

udaranya kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain:

1. Debu-debu kasar dari pengindaraan atau operasi-operasi sejenis.

2. Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap.

3. Uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia.

4. Bukan gas beracun tetapi seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi

oksigen.

Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran tersebut, kita dapat menggunakan

alat yang disebut masker. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan

masker yaitu:

Bagaimana menggunakan masker secara benar.

Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.

Lamanya menggunakan alat tersebut.

Jenis-jenis masker dan penggunaannya:

1. Masker penyaring debu

Masker penyaring debu berguna untuk melindungi pernapasan dari serbuk-

serbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya.

2. Masker berhidung

12

Page 13: Anatomi Pernafasan

Masker ini dapat menyaring debu atau benda lain sampai ukuran 0,5

mikron, bila kita sulit bernapas waktu memakai alat ini maka hidungnya

harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu

Hal yang perlu diingat dalam penggunaan masker berhidung adalah

sebagai berikut:

a. Memasang masker ini harus menempel baik pada wajah. Untuk

memeriksa initempelkan selembar kertas atau telapak tangan pada

hidung. Bila masker terpasang baik pada wajah, maka kertas atau

telapak tangan akan tertarik.

b. Bersihkanlah masker setelah pemakaian

3. Masker bertabung

Masker bertabung mempunyai filter yang baik daripada masker berhidung.

Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi pernapasan dari gas

tertentu.

Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagian berikut:

a. Memasang masker ini harus menempel baik pada wajah. Untuk

memeriksa ini ujung pipa yang menempel pada tabungdilepaskan

dan ditempelkan selembar kertas atau telapak tangan. Bila masker

terpasang baik pada wajah, maka kertas atau telapak tangan akan

tertarik.

b. Yakinlah bahwa tabung dipasang dengan benar.

c. Gantilah tabung setelah dipakai.

d. Bersihkanlah bagian yang menempel diwajah setelah dipakai.

2.6 Tatalaksana

Tindakan yang paling efektif untuk tidak terkena penyakit adalah menghindari

paparan antigen. Bila tidak mungkin menghilangkan antigen maka pasien

dipindahkan tempat kerjanya ditempat yang tidak ada paparan antigen.

Edukasi pada populasi yang berisiko dapat membantu pengenalan dini gejala

dan dapat dilakukan usaha-usaha preventif.

Pengobatan dengan kortikosteroid menunjukkan adanya perbaikan klinik yang

lebih cepat dalam hal fungsi paru. Prednison diberikan dengan dosis 1

13

Page 14: Anatomi Pernafasan

mg/kgBB/hari selama 7-14 hari kemudian diturunkan perlahan selama 2-6

minggu.

14

Page 15: Anatomi Pernafasan

BAB III

KESIMPULAN

Bagasossis adalah penyakit paru pada petani atau pekerja pabrik tebu atau pabrik

kertas yang mendapat paparan sisa atau debu batang tebu (bagasse). Bagassosis

termasuk ke dalam penyakit pneumonitis hipersensitif akibat inhalasi debu

organis yang menimbulkan reaksi sensitisasi pada tubuh yang terpapar.

Patogenesis dari bagassosis bergantung kepada intensitas, frekuensi dan durasi

terhadap paparan antigen dan respon tubuh pejamu terhadap antigen. Cell-

mediated immune responses dan humoral tampaknya berperan dalam

pathogenesis penyakit ini. Gambaran klinis bagassosis diklasifikasi kedalam 3

bentuk yaitu akut, subakut, dan kronik. Tatalaksana untuk bagassosis adalah

menghindari paparan antigen dan penggunaan kortikosteroid.

15