Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

28
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN (LLC, 2015) A. PENDAHULUAN Manusia membutuhkan energi untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Sumber energi manusia utama adalah makanan dan air. Namun makanan yang masuk kedalam tubuh manusia tidak dapat dipergunakan langsung untuk menghasilkan energi di sel-sel tubuh. Makanan- makanan tersebut harus terlebih dahulu dipecah ke dalam bentuk yang lebih sederhana, karena makanan yang dimakan manusia memiliki struktur yang kompleks. Proses pemecahan molekul-molekul kompleks menjadi molekul sederhana dan kemudian diserap oleh tubuh untuk menghasilkan energi disebut sebagai proses pencernaan. Proses pencernaan pada manusia dapat berlangsung secara mekanik dan kimiawi. Proses pencernaan secara mekanik diketahui berlangsung di rongga mulut. Di dalam rongga mulut makananan akan dirubah menjadi bentuk yang lebih kecil dengan bantuan gigi. Proses pencernaan secara kimiawi adalah proses pengubahan makanan dari molekul kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan bantuan enzim- enzim pencernaan. Molekul-molekul yang sederhana kemudian akan oleh sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi. (W.L., 2012) Sistem pencernaan mempunyai 4 macam fungsi, yaitu motilitas, sekresi, digesti dan absorbsi. Motilitas berarti kemampuan untuk bergerak (Kesehatan, 2015). Fungsi motilitas bertujuan untuk mendorong makanan dari mulut hingga bisa diekresikan melalui rektum. KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

description

-

Transcript of Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Page 1: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

(LLC, 2015)

A. PENDAHULUANManusia membutuhkan energi untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Sumber energi manusia utama adalah makanan dan air. Namun makanan yang masuk kedalam tubuh manusia tidak dapat dipergunakan langsung untuk menghasilkan energi di sel-sel tubuh. Makanan-makanan tersebut harus terlebih dahulu dipecah ke dalam bentuk yang lebih sederhana, karena makanan yang dimakan manusia memiliki struktur yang kompleks. Proses pemecahan molekul-molekul kompleks menjadi molekul sederhana dan kemudian diserap oleh tubuh untuk menghasilkan energi disebut sebagai proses pencernaan. Proses pencernaan pada manusia dapat berlangsung secara mekanik dan kimiawi. Proses pencernaan secara mekanik diketahui berlangsung di rongga mulut. Di dalam rongga mulut makananan akan dirubah menjadi bentuk yang lebih kecil

dengan bantuan gigi. Proses pencernaan secara kimiawi adalah proses pengubahan makanan dari molekul kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan bantuan enzim-enzim pencernaan. Molekul-molekul yang sederhana kemudian akan oleh sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi. (W.L., 2012)

Sistem pencernaan mempunyai 4 macam fungsi, yaitu motilitas, sekresi, digesti dan absorbsi. Motilitas berarti kemampuan untuk bergerak (Kesehatan, 2015). Fungsi motilitas bertujuan untuk mendorong makanan dari mulut hingga bisa diekresikan melalui rektum.

Enzim-enzim pencernaan disekresi ke dalam lumen pencernaan yang berfungsi untuk membantu proses pemecahan molekul makanan dan berfungsi membantu proses pencernaan makanan. Selain enzim-enzim pencernaan, sekresi pencernaan juga meliputi air, elektrolit, garam empedu dan mukus. (Diceu, 2009)

Proses digesti merupakan proses pemecahan makanan dari molekul yang kompleks menjadi molekul yang sederhana sehingga bisa diserap oleh tubuh. Proses penyederhanaan molekul makanan memerlukan bantuan dari enzim-enzim pencernaan. (Diceu, 2009)Setelah makanan diubah menjadi molekul-molekul yang sederhana, bersamaan dengan air dan elektrolit, makanan tersebut akan diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Proses penyerapan makanan paling banyak terjadi di usus halus.(Diceu, 2009)

Sistem pencernaan sendiri terdiri dari organ-organ pencernaan dari mulai rongga mulut hingga rektum. Masing-masing dari organ pencernaan memiliki fungsi yang sangat penting.

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 2: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

1. MULUT

Sumber : (Anonim, 2014)

Mulut merupakan pintu masuk makanan ke organ pencernaan yang lain. Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. (Pearce, 2005)

Bagian atas mulut berbatasan dengan palatum durum dan molle. Bagian bawah berbatasan dengan mandibula, lidah, dan struktur lain pada dasar mulut. Bagian lateral berbatasan dengan pipi. Bagian depan berbatasan dengan bibir dan bagian belakang berbatasan dengan lubang menuju faring. (Gibson, 2002)

Rongga mulut terdiri dari pipi dan bibir, palatum, lidah, gigi dan kelenjar ludah.

PIPI

Pipi dibentuk oleh membran mukosa, musculus buccinator yang membentang dari maxilla sampai mandibulla, bantalan lemak buccinator (yang berkembang dengan baik pada masa bayi, memberikan bayi penampilan “tembam”) dan kulit. (Gibson, 2002)

BIBIR

Bibir terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Disebelah luar ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutup bibir; levator anguli oris mengangkat, dan depresor anguli oris menekan ujung mulut. Tempat bibir atas dan bawah bertemu membentuk sudut mulut. (Pearce, 2005)

PALATUM

Palatum atau langit-langit terdiri atas dua bagian, yaitu palatum keras yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris, dan lebih kebelakang terdiri atas dua tulang palatum. Dibelakang ini terletak palatum lunak, yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak dan yang terdiri atas jaringan fibrus dan selput lendir. Gerakannya dikendalikan ileh ototnya sendiri. Ditengah palatum lunak menggantung keluar sebuah prosesus berbentuk kerucut, yaitu uvula. Dari snni tiang-tiang lengkungan (fauces), melengkung ke bawah dan kesamping kiri dan kanan dan diantara tiang-tiang ini

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 3: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

terdpat lipatan rangkap otot dan selaput lendir yang disebelah kanan dan kiri memuat tonsil. (Pearce, 2005)

LIDAH

Lidah terdiri dari otot yang dilapisi pada bagian atas dan samping dengan membran mukosa.

Dorsum membentuk sebagian dasar mulut dan melengkung ke belakang dan ke bawah, bagian sepertiga posteriornya berhadapan dengan faring dan normal tidak terlihat. Sulcus teerminalis adalah jalur berbentuk V, dengan V menunjuk kebelakang, yang memisahkan bagian dua pertiga anterio dari sepertiga anterior. Foramen caecum adaah lubang kecil pada apex V. Membrana mukosa bagian dorsum tebal dan ditutupi oleh banyak papila. Sekitar 12 papila besar terlihat dalam satu batis di bagian depan sulcus terminalis; setiap papila dikelilingi oleh parit dangkal. Taste-bud adalah sel khusus pada dinding parit ini dan mengandung sel tempat rasa diapresiasikan dan darisana mereka berhubungan dengan otak. Akar, bagian postero-inferior lidah menempel dengan otot palatum, processus styloideus os temporale, mandibula, dan os hyoideum. Frenulum adalah lipatan pendek membran mukosa pada garis tengah yang berjalan tepat di bawah dan belakang ujung lidah menuju dasar mulut.

Suplai darah : arteria lingualis (cabang arteria carotis externa)

Drainase limfe : menuju kelenjar limfe cervicalis.

Inervasi :

a. Sensorik : nervus lingualis (cabang nervus mandibularis, cabang nervus cranialis V) menginervasi dua pertiga anterior lidah untuk pengecapan; nervus facialis (cranialis VII) menginervasi dua pertiga anterior untuk rasa kecap; nervus glossopharyngeus (cranialis IX) menginervasi sepertiga posterior untuk raba dan rasa kecap.

b. Motorik : nervus hypoglossus (cranialis XII) (Gibson, 2002)

GIGI

Terdapat dua kelompok gigi, yaitu gigi sementara atau gigi sulung dan gigi tetap. Terdapat dua puluh gigi sulung, sepuluh pada setiap rahang. Dari tengah ke dua sisi berturut-turut dinamai insisivus atau gigi seri, satu kanina atau gigi taring, dua molar atau geraham. Gigi tetap lebih banyak yaitu tiga puluh dua, enam belas pada setiap rahang. Dari tengah kesamping berturut-turut disebut: dua insisivus, satutaring, dua premolar (geraham depan), tiga molar (geraham belakang).

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 4: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Umumnya pada seorang bayi, gigi pertamanya munculpada umur enam bulan. Insisivus tengah pada rahang bawah yang pertama keluar, kemudian insisivus lateral. Molar pertama keluar kira-kira umur dua belas bulan, dan akhirnya pada dua puluh bulan molar lainnya.

Seorng anak umur dua belas bulan biasanya telah memiliki delapan gigi, dua insisivus tengah dan dua yang lateral pada kedua rahang. Pada umur dua tahun sianak telah memiliki gigi sulung yang lengkap. Pada umumnya gigi pada rahang bawah lebih dahulu keluar daripada gigi pasangannya pada rahang atas.

Gigi tetap mulai menggantikan yang sementara pada kira-kira umur enam tahun. Yang pertama-tama keluar ialah sebuah molar dibelakang gigi-gigi sementara disetiap insisivus, pada umur sembilan sampai sepuluh tahun geraham pre-molar, dan pada umur sebelas tahun gigi taring, pada kira-kira dua belas tahun geraham molar kedua dan terkahir geraham bungsu.

Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher dan akar. Mahkota gigi menjulang diatas gusi, lehernya dikelilingi gusi dan akarnya berada dibawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Didalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa. Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang diatas gusi ditutupi email, yang jauh lebih keras daripada dentin.

PENGUNYAHAN

Mengunyah ialah menggigit dan menggiling makanan diantara gigi atas dan bawah. Gerakan lidah dan pipi pembantu dengan memindah-mindahkan makanan lunak ke palatum keras dan ke gigi-gigi.

Otot utama pada pengunyahan ialah maseter, otot temporalis, dan otot pterigoid medial dan lateral.

KESEHATAN GIGI

Kesehatan gigi harus ditekankan pada anak-anak. Anak-anak sejak kecil sudah dapat belajar menggosok gigi mereka dalam gerakan naik-turun, sisi dalam dan luar, sesudah makan dan sebelum pergi tidur. Setiap tpal atau serbuk gosok gigi yang manapun dapat digunakan. Jajan dan gula-gula jangan dimakan di antara waktu makan, atau menjelang tidur. Hal ini merupakan sumber penyakit gigi yang lazim.

(Pearce, 2005)

KELENJAR LUDAH

Kelenjar ludah terdiri dari sel-sel pensekresi saliva. (Gibson, 2002)

Kelenjar ludah terdiri dari :

- parotis, kanan dan kiri- submandibularis, kanan dan kiri- sublingualis, kanan dan kiri

GLANDULA PAROTIS

Glandula parotis adalah kelenjar berbentuk baji tidak beraturan terletak dibagian depan, bawah dan belakang daun telinga. Ductus parotis keluar dari batas anterior, berjalan horizontal melintasi ppipi, menembus kemak dan musculus buccinator, membuka dibagian dalam pipi diseberang gigi molar 2 atas.

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 5: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Cabang-cabang nervus facialis (cranialis VII) berjalan kedepan melalui kelenjar mencapai otot-otot wajah.

GLANDULA SUBMANDIBULARIS

Glandula submandibularis terletak dibagian belakang dasar mulut tertutup dibawah angulus mandibula. Ductusnya berjalan ke depan pada dasar mulut membuka ke dalam mulut pada bagian samping lidah.

GLANDULA SUBLINGUALIS

Glandula sublingualis terletak dibawah membrana mukosa dasar mulut dan tertutup di bawah bagian depan lidah. Kelenjar ini memiliki sekitar 12 saluran kecil membuka ke dalam dasar mulut.

Kelenjar ludah mensekresi saliva sebagai respons terhadap antisipasi makanan atau adanya makanan di dalam mulut. Rangsangan melalui saraf parasimpatis menghasilkan dilatasi pembuluh darah di dalam kelenjar dan mengalirkan saliva.

SALIVA

Saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin, enzim pencerna zat tepung, yaitu ptialin, dan seidkit zat padat. (Pearce, 2009)

Saliva memiliki tiga fungsi :

a. memungkinkan makanan dikunyah oleh gigi dan dibentuk ke dalam bolus, gumpalan yang dapat ditelan.

b. Ptyalin, enzim dalam saliva mengubah karbohidrat menjadi maltosa

c. Melembapkan lidah dan bagian dalam mulut, memungkinkan lidah bergerak saat bicara.

Kerja kimiawi ludah disebabkan enzim ptialin yang di dalam lingkungan alkali bekerja atas zat gula dan zat tepung yang telah dimasak. Ptialin hanya dapat bekerja atas zat tepung bila

pembungkus selulosa pada zat tepung telah pecah, misalnya sesudah dimasak, dan kemudian tepung yang telah dimasak diubah menjadi sejenis gula yang mudah larut, yaitu maltosa. Kerja ini dimulai di dalam mulut, ludah ditelan bersama dengan makanan dengan kerja ptialin berjalan terus di dalam lambung selama kira-kira dua puluh menit atau sampai makanan menjadi asam oleh kerja cairan lambung. (Pearce, 2009)

2. FARING DAN ESOFAGUS

Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo membranosa) dengan bagian terlebar disebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebra servikal keenam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan esofagus. (Pearce, 2009)

Laring juga bersambung dengan trakea (batang tenggorokan). Panjang kira-kira tujuh sentimeter dan dibagi atas tiga bagian :

- Nasofaring, dibelakang hdung. Di dinding pada daerah ini terdapat lubang saluran eustachius. Kelenjar-kelenjar adenoid terdapat pada nasofaring.

- Faring oralis, terletk dibelakang mulut. Kedua tonsil ada di dinding lateral daerah faring ini.

- Faring laringeal ialah bagian terendah yang terletak dibelakang laring.

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 6: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Didalam faring terdapat tujuh lubang-dua dari saluran eustachius, dua bagian posterior lubang hidung (nares) yang berada di belakang rongga hidung, mulut, laring, dan esofagus. (Pearce, 2009)

STRUKTUR FARING

Dinding faring tersusun atas tifa lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan fibrosa, dan lapisan berotot. Lapisan mukosa yang terletak paling dalam, bersambung dengan lapisan dalam hidung, mulut, dan saluran eustachius. Lapisan dalam pada bagian atas faring ialah epitelium saluran pernapasan dan bersambung dengan epitelium hudung. Bagian bawah faring yang bersambung dengan mulut dilapisi epitelium berlapis.

Lapisan fibrosanya terletak diantara lapisan mukosa dan lapisan berotot. Otot utama pada faring ialah otot konstriktor, yang berkontraksi sewaktu makanan masuk ke faring dan mendorongnya ke esofagus.

Kedua tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan kiri faring diantara tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan pembuluh limfe dan mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi membran mukosa yang bersambung dengan bagian bawah faring. Permukaan ini penuh dengan lekukan, dan kedalam lekukan yang banyak ini sejumlah besar kelenjar enghasil mukus menuangkan sekresinya. Mukus ini mengandung banyak limfosit. Dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis depan pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, dan tenggorokan. Meskipun demikian, tonsil, bisa gagal menahan infeksi,yaitu ketika terjadi tonsilitis (peradangan tonsil) atau sebuah abses peritonsiler. Setelah pengobatan dengan antibiotika

dan pengobatan lokal, tonsilektomi dapat dipertimbangkan.

Selaput lendir faring yang dekat lubang posterior nares dan lubang saluran eustachius juga mengandung jaringan limfoid yang serupa dengan jaringan tonsil. Bila menjadi hipertropik, jaringan ini dapat menyumbat nares posterior dan terjadilaj keadaan yang disebut sebagai pembesaran adenoid. (Pearce, 2009)

ESOFAGUS

Esofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya dua puluh sampai dua puluh lima sentimeter, di atas mulai dari faring, sampai pintu masuk kardiak lambung di bawah. Terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung. Setelah melalui toraks, menembus diafragmam masuk kedalam abdomen, dan menyambung dengan lambung.

Esofagus berdinding empat lapis. Disebelah luar terdiri atas lapisan jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas dua lapisan serabut otot, yang satu berjalan longitudinaa dan yang lain sirkular, sebuah lapisan submukosa, dan di paling dalam terdapat selaput lendir (mukosa).

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 7: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

MENELAN

Menelan dilakukan setelah mengunyah, dan dapat dilukiskan dalam tiga tahap. Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipi, dan melalui bagian belakang mulut masuk kedalam faring.

Setelah makanan masuk faring, palatu lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis menutup oleh kontraksi otot-ototnya, dan otot konstriktor faring menangkap makanan dan mendorongnya masuk esofagus. Pada saat ini pernapasan berenti, kalau tidak maka akan tersedak. Orang tak dapat menelan dan bernapas secara bersamaan. Gerakan menelan pada bagian ini merupakan gerakan refleks.

Makanan berjalan dalam esofagus kerena kerja peristaltik, lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang dibelakang makanan berkontraksi. Maka gelombang peristaltik menghantarkan bola makanan ke lambung.

Tahap kedua dan ketiga pada gerakan menelan terjadi tidak atas kemauan sendiri, sedangkan tahap pertama, meskipun atas kemauan sendiri, sebagian besar berjalan otomatis. (Pearce, 2009)

Bagian esofagus yang bermuara pada lambung disebut cardia dan berfungsi sebagai katup (sphincter). Cardia terletak 1-2 cm dibawah diafragma, di daerah epigastrium (uluhati) sedikit digaris tengah. Lambung memanjang di bawah cardia dan melebar ke kiri.

Dengan esofagus yang tertutup pada waktu istirahat dan cardia sebagai sphincter, udara tak dapat masuk ke dalam lambung kecuali pada saat menelan. Selain itu, sphincter cardia juga berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh karena ia akan berkontraksi bila

ada zat irritatif yang merangsangnya sehingga zat tersebut hanya akan merusak esofagus tanpa memasuki bagian yang lebih jauh. Sebaliknya, sphincter cardia juga mencegah makanan dalam lambung serta asam lambung membalik ke atas pada keadaan normal. Padda waktu muntah, sphincter ini berelaksasi secara refleks, sehingga mudah dilalui makanan dari lambung. (Wibowo, 2008)

3. LAMBUNG

Lambung merupakan organ berdinding tebal yang berada diantara esofagus dan bagian pertama usus halu (duodenum). Berada disebelah kiri rongga abdomen; fundus lambung terlentang berlawanan dengan diafragma. Pankreas terletak dibawah lambung.

Mukosa membran saluran pencernaan yang mengandung kelenjar yang memproduksi getah lambung hingga 3 liter per hari. Kelenjar-kelenjar pada lambung mulai mensekresi sebelum makanan masuk ke lambung karena dorongan impuls parasimpatis dari Nervus Vagus.

Sekresi getah lambung berlangsung dalam tiga tahap: cephalic, gastric dan intestinal. Tahap cephalic diaktivasi oleh bau dan rasa makanan dan proses

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 8: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

menelan. Tahap gastrik diaktivasi oleh efek kimia dari makanan dan distensi lambung. Tahap intestinal menghalangi tahap cephalic dan gastric untuk terjadi. Getah lambung juga mengandung enzim pencernaan yang disebut pepsin yang mendigesti protein, asam hidroklorik dan mukus. Asam hidroklorik membuat lambung dapat menjaga pH disekitar 2, yang membantu membunuh bakteria yang masuk ke sistem pencernaan melalui makanan.

Asam lambung sangat asam dengan pH

antara 1-3 yang dapat menyebabkan kerusakan pada l=dinding lambung atau lapisan mukus dari lambung itu sendiri yang menyebabkan ulkus peptikus. Didalam lambung terdapat lipatan kulit yang disebut rugae lambung. Rugae lambung membuat lambung sdapat memanjang terutama setelah makan dalam porsi besar.

Lambung terbagi menjadi empat bagian, setiap bagian mempunyai fungsi dan sel-sel tersendiri. Bagian – bagian tersebut adalah 1. Bagian Cardia, dimana isi dari esofagus dikosongkan ke lambung. 2. Fundus, terbentuk oleh lengkungan atas dari lambung. 3. Badan lambung, bagian utama yang berada ditengah-tengah. 4. Pilorus atau atrium, bagian bawah lambung yang memfasilitasi pengosongan menuju usus halus. Katup atau spincter lambung menjaga isi lambung agar tetap berada dilambung. Sphincter lambung tersebut adalah spingter cardia atau spingter esofageal, dan pilorus spingter.

Setelah menerima bolus makanan, proses peristaltik dimulai.; dicampur dan diaduk dengan getah lambung, bolus-bolus makanan kemudian diubah menjadi zat semi-cair yang disebut (chyme) . otot pada lambung mencampur makanan dengn enzim-

enzim dan asam-asam untuk membuat makanan lebih kecil sehingga mudah dicerna. Spingter pilorus menjaga makanan di dalam lambung sampai mencapai batas konsitensi yang tepat untuk dialirkan ke usus halus. Makanan dialirkan ke usus halus sedikit demi sedikit.

Air, alkohol, garam, dan gula sederhana bisa diserap langsung didinding lambung. Akan tetapi, kebanyakan substansi didalam makanan kita memerlukan proses pencernaan lebih lanjut dan harus diteruskan ke usus halus sebelum di absorbsi.

KELENJAR PADA LAMBUNG

Ada banyak kelenjar pada lambung dan setiap dari kelenjar menseksresikan banyak zat kimia yang berbeda-beda. Sel parietal mensekresikan asam hidroklorik; sel induk (chief cell) mensekresikan pepsinogen; sel goblet mensekresikan mucus; sel argentafrin mensekresikan serotonin dan histamin; dan sel G mensekresikan hormon gastrin.

MENGONTROL SEKRESI DAN MOTILITAS

Perpindahan dan pengaliran zat-zat kimia ke dalam lambung dikontrol oleh sistem saraf dan hormon-hormon sistem pencernaan yang beragam.

Hormon gastrin menyebabkan peningkatan sekresi HCL, pepsinogen dan faktor instrinsik dari sel parietal di lambung. Ini juga mengakibatkan peningkatan motilitas di dalam lambung. Gastrin di lepaskan oleh sel G ke dalam lambung. Ini dihambat oleh pH yang biasanya kurang dari empat dan juga oleh hormon somatostatin.

Kolesitokinin (cholecystokinin, CCK) mempunyai efek paling berpengaruh pada kandung empedu. Tapi ini juga

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 9: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

menurunkan pengosongan lambung. Pada kondisi yang tidak biasanya, sekretin diproduksi di usus halus yang sangat berpengaruh pada pankreas tetapi juga akan mengurangi sekresi asam di lambung.

Gastric inhibitory peptide (GIP) and enteroglucagon mengurangi motilitas lambung dan sekresi peptin. Selain gastrin, hormon-hormon ini bertindak mengenhentikan aktifitas lambung. Hal ini sebagai respon produk makanan dihati dan kandung empedu yang belum diabsorbsi. Lambung hanya perlu mendorong makanan ke dalam usus halus ketika usus tidak sibuk. Ketika usus penuh dan dipenuhi makanan, lambung merupakan tempat penyimpanan makanan. (Nutrition, 2013)

4. USUS HALUS

Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan, enam meter adalah penemuan setelah mati bila otot telah kehilangan tonusnya. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ileo-kolika, tempat tersambung dengan usus besar. (Pearce, 2005)

Usus halus terletak didaerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar. Dibagi dalam beberapa bagian. Yaitu, duodenum, jejunum, dan ileum.

DUODENUM

Adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika, atau ampula Vateri, sepuluh sentimeter dari pilorus. (Pearce, 2005)

Duodenum adalah saluran berbentuk C, panjang sekitar 25 cm, pada bagian belakang abdomen, mengitari caput pancreas. Duodenum digambarkan dalam 4 bagian,

Bagian I : berjalan ke kanan,

Bagian II : berjalan ke bawah,

Bagian III: berjalan mendatar ke kiri dan ke depan vena cava inferior dan aorta,

Bagian IV: berjalan ke atas bersambungan dengan jejunum.

Lambung membuka ke dalam bagian I pada lubang pylorus.

JEJUNUM

Menempati dua perlima dari sebelah atas usus halus. Pada bagian dalam adalah membran mukosa yang diselimuti oleh villi yang berfungsi untuk menambah area penyerapan.

ILEUM

Berfungsi untuk mengabsorbsi vitamin B12 dan garam empedu. Dindingnya terdiri dari lipatan-lipatan, disetiap lipatan terdapat villi pada permukaannya. Sel pada ileum mengandung protease dan enzim karbohidrat yang bertanggung jawab pada tahap akhir digesti karbohidrat dan protein. Enzim ini terdapat di sitoplasma sel-sel epitel. Villi-villinya mengandung banyak kapiler yang

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 10: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

mengangkut asam amino dan glukosa yang diproduksi oleh digesti oleh vena portal hati dan hati.

Batas akhir ileum terus melakukan penyerapan garam-garam empedu dan juga vitamin larut lemak (Vitamin A,D,E, dan K). Untuk penyerapan protein larut lemak, asam empedu harus ada.

SUPLAI DARAH USUS HALUS

Oleh percabangan arteria mesenterica superior (cabang dari aorta); cabang berhubungan di dalam mesenterium oleh sejumlah arcade arteri, yang keluar dari cabang terminal.

DRAINASE VENA USUS HALUS

Ke dalam vena mesenterica superior dan kemudian ke dalam vena porta.

DRAINASE LIMFE USUS HALUS

Ke dalam nodus di dalam mesenterium dan kemudian ke dalam kelenjar aorticus dan cisterna chyli.

INERVASI

Oleh nervus simpatis dan parasimpatis (vagus)

Fungsi usus halus

1. Sekresi cairan usus2. Menerima empedu dan getah

pankreas3. Pencernaan makanan

Getah usus dan pankreas mengandung enzim yang mengubah :Protein menjadi asam aminoKarbohidrat menjadi glukosa, maltosa dan galaktosa. Lemak menjadi asam lemak dan gliserol (dengan bantuan garam empedu didalam empedu). Pencernaan menjadi lengkap, makanan dipecah menjadi bentuk

yang lebih sederhana yang diserap melalui dinding usus halus ke dala aliran darah atau limfe.

4. Absorbsi air, garam dan vitamin. 5. Gerakan isi usus sepanjang usus,

oleh kontraksi segmental pendek dan “gelombang rush” yang menggerakan isi sepanjang usus lebih cepat. (Gibson, 2002)

STRUKTUR

Membran mukosa : terbentuk banyak lipatan sirkular atau semi sirkular atau spiral. Seluruh permukaannya ditandai dengan jutaan vili; vilus mengandung pembuluh darah, kelenjar limfe, saraf, dan serat otot polos.

Plak Peyeri adalah plak jaringan limfe pada membrana mukosa; sering terdapat pada ileum dan jejunum.

Lapisan submukosa

Lapisan muskular; serat sirkular dan longitudinal.

Peritoneum.

5. USUS BESAR

Panjang usus besar bervariasi, berkisar sekitar 150 cm. Dapat dibedakan dari usus halus dengan ukurannya yang lebih besar dan adanya taenia coli dan appendices epiploicae. Taenia coli adalah 3 pita serat otot longitudinal

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 11: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

pada bagian luar kolon dan memendek daripada seluruh dinding usus menyebabkan gambaran sakulasi atau berkerut.

Appendiks dan caecum tidak memiliki taenia coli.

Appendices epiploicae adalah umbai peritoneum yang mengandung lemak pada permukaan caecum.

Usus besar terdiri dari :

- Caecum- Appendix- Colon ascendens- Colon transversum- Colon descendens- Colon sigmoid (pelvicum)- Rectum- Canalis analis

CAECUM

Caecum adalah kantong lebar, terletak pada fossa iliaca dextra. Ileum memasuki sisi kirinya pada lubang ileosekal, celah oval yang dikontrol oleh spingter otot. Appendiks membuka ke dalam caecum di bawah lubang ileosekal. Caecum berlanjut ke atas sebagai colon ascendens.

APPENDIKS

Appendiks adalah tonjolan seperti caciing dengan panjang sampai 18 sm dan membuka pada caecum pada sekitar 2,5 cm dibawah katup ileosekal. Appendiks memiliki lumen yang sempit . lapisan sub mukosanya mengandung banyak jaringan limfe.

Appendiks berhubungan dengan mesenterium ileum ileh mesenterium pendek berbentuk segitisa yang didalamnya berjalan pembuluh darah dan pembuluh limfe appendicular.

Posisinya bervariasi. Berdasarkan frekuensi letaknya:

- Dibelakang caecum- Dibawah caecum atau

menggantung kedalam pelvis. - Didepan atau belakang ujung ieum. - Didepan caecum.

COLON ASCENDENS

Colon ascendens membentang dari caecum pada fosaa iliaca dextra ke sisi kanan abdomen sampai flexura colica dextra dibawah lobus hepatis dexter.

COLON TRANSVERSUM

Pada flexura colica dextra colon membelok ke kiri dengan tajam dan menyilangi abdomen sebagai colon transversum dalam lengkungan yang dapat menggantung lebih rendah daripada umbilikus, dan naik pada sisi kiri berakhir pada flexura colica sinistra dibawah lien.

COLON DESCENDENS

Pada flexura colica sinistra, colon membelok kembali berjalan ke bawah pada sisi kiri abdomen sampai tepi pelvis, tempat colon berlanjut sebagai colon sigmoid.

COLON SIGMOID (PELVICUS)

Colon sigmoid memiliki beberapa lengkungan didalam pelvis dan berakhir pada sisi yang berlawanan dengan pertengahan sacrum tempantya berhubungan dengan rectum

RECTUM

Rectum memiliki panjang sekitar 12 cm dan mendapat namanya karena berbentuk lurus-atau hampir lurus. Rectum dimulai pada pertengahan sacrum dan berakhir pada canalis analis.

Hubungan rectum

Posterior : setengah bawah sacrum dan coccygeus

Lateral : musculus levator ani,

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 12: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Anterior : a. Pria – vesica urinaria, vesicula seminalis, galndula prostatica. b. Wanita – cervix, uteri, vagina.

Canalis analis

Canalis analis memiliki panjang sekitar 3 cm, berjalan ke bawah dan kebelakang dan berakhir pada anus.

Pada setiap sisinya adalah fossa ischiorectalis.

Canalis analis memiliki musculus spingter internus dan eksternus, yang mengontrol pembukaan dan penutupan anus.

SUPLAI DARAH USUS BESAR

Oleh cabang arteria mesenterica superior sampai flexura colica sinistra dan oleh cabang arteria mesenterica inferior.

(Gibson, 2002)

6. HATI

Hati merupakan organ pencernaan tambahan pada sistem pencernaan manusia, sama halnya dengan gigi, lidah, kelenjar ludah, pankreas, dan kandung empedu.

Fungsi utama hati adalah untuk metabolisme. Dan mempunyai fungsi lainnya lainnya seperti penyimpanan glikogen, mensintesis plasma protein, detoksifikasi oabat-obatan. Hati juga memproduksi empedu yang penting untuk pencernaan.

Hati disuplai oleh dua pembuluh darah utama yaitu arteri hepatis dan vena porta.

Empedu yang diprosuksi di hati dikumpulkan di canaliculi empedu yang bergabung dengan duktus empedu.

Hepatosit atu sel-sel pada hati mempunyai beragam fungsi, seperti :

- Memproduksi dan mensekresi empedu yang dibutuhkan untuk melarutkan lemak. Sebagian empedu dialirkan langsung ke duodenum, dan sebagian disimpan di kandung empedu.

- Metabolisme karbohidrat- Glukoneogenesis- Glikogenesis- Pemecahan insulin dan hormon

lainnya. - Metabolisme protein- Metabolisme lemak- Sintesis kolesterol- Produksi trigliserida (lemak)- Produksi faktor pembekuan I

(Fibrinogen) II (prothrombin) V, VII, IX, X, XI as well as protein C, Protein S dan anitrombin.

- Memecah hemoglobin, mengahsilkan produk metabolisme unutk ditambahkan sebagai pigmen.

- Memecah zat toxic dan prosuk medis lainnya. Atau disebut metabolisme oabat-obatan.

- Merubah ammonia menjadi urea- Menyimpan glukosa dalam bentuk

glikogen, vitamin B12, besi dan tembaga.

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 13: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

7. KANDUNG EMPEDU

Kandung empedu menyimpan empedu, yang dilepaskan ketikan makanan yang mengandung lemak masuk ke traktus pencernaan, menstimulasi sekresi choleocytokinin (CCK) . empedu mengemulsi lemak dan menentralizir asam. Setelah disimpan di kandung empedu, empedu menjadi lebih pekat daripada ketika meninggalkan hati, menigkatkan kemampuan dalam mengemulsi lemak.

8. PANKREAS

Terletak di posterior lambung dan dekat dengan duodenum. Fungsi dari pankreas adalah untuk memproduksi enzim-enzim .

Fungsi Eksokrin

Menghasilkan enzim amilase, lipase,

tripsinogen. Pankreas juga

menghasilkan cairan yang bersifat basa

untuk menetralisir getah lambung yang

memasuki duodenum. Cairan enzimatik

tersebut akan bersatu di duktus

pankreatikus dan bersatu di duodenum.

Fungsi endokrin

Pada pankreas terdapat sel pulau

Langerhans yang terdiri dari sel α

(glukagon) dan sel β (insulin).

Glukagon berfungsi untuk

meningkatkan glukosa darah dan

berperan dalam proses glikogenolisis

serta peningkatan penggunaan lemak

dan protein sebagai energi. Insulin

bekerja menurunkan kadar gula dalam

darah dan meningkatkan penggunaan

glukosa dlam sel untuk diubah menjadi

energi. (Barrett, Brooks, Boitano, &

Barman, 2010)

KAJIAN SECARA ISLAM

SEPUTAR SISTEM PENCERNAAN

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 14: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Diagnosa keperawatan yang tepat pada Ny. T adalah :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan abnormal (diare)

2. Diare berhubungan dengan inflamasi usus

3. Nyeri berhubungan dengan agen- agen penyebab cedera.

(Martin, 1999)

INTERVENSI

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan abnormal (diare)

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien akan mencapai keseimbangan elektrolit dan basa.

Kriteria hasil :

- Menunjukan tanda vital yang stabil- Hidrasi adekuat seperti yang

ditunjukan dengan turgor kulit normal dan membran mukosa lembab.

- Masukan dan haluaran seimbang.

Intervensi :

1. Pertahankan puasa; kaji status hidrasi2. Pertahankan cairan parenteral dengan

elektrolit dan vitamin.3. Pantau terhadap tanda kelebihan

sirkulasi

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Ny. T umur 37 tahun di rawat di RS dengan keluhan sebelum masuk rumah sakit diare, BAB cair

bercampur darah mukopurulen, BAB lebih dari 20 kali sehari dan terdapat perdarahan per rectal,

anoreksia. BB sebelum sakit 50 Kg, setelahsakitmenjadi 45 Kg, TB 150 cm. Terdapat rasa nyeri di

perut dan kadang-kadang ada kolik. Pada saat pemeriksaan fisik pasien terliahat lemah, terdapat tanda-

tanda dehidrasi, dinding abdomen mengembung, meteoristik, timpanitik, dan terdapat edema

perut.Pada pemeriksaan sigmoidoskopi tampak hiperemigranuler dan “contact bleeding” dan terdapat

eksudat purulen dimukosa pada beberapa tempat. Pada pemeriksaan bakteriologis dari tinja terdapat

bakteri diplosterptococcus.

TD : 90/60 N : 130 x/menit regular lemah R : 30x/menit S : 38oC

Darah : RBC 3,5 juta/cc, Hct : 40%

Indeks RBC : MCV 80µm3, MCH 27 pg, MCHC 32 g/dl, RDW 11%, Hb 8 g/dl (anemia

normosistik)

WBC : 17.000/mm3

Elektrolit : Na 115 meq/L, K 2 meq/L, Cl 85 meq/L

Pertanyaan : Silahkan uraikan tata kelola pasien ini dengan tepat. Uraikan Apa yang anda

lakukan pada pasien ini .

Page 15: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

4. Timbang pasien setiap hari pada waktu yang sama dengan pakaian dan alat penimbang yang sama.

5. Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam; hindari pengukuran suhu rektal.

2. Diare berhubungan dengan inflamasi usus

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diare dapat dikendalikan.

KH :

-Menunjukan penurunan dalam frekuensi defekasi

-Mengatakan bahwa konsistensi feses telah kembali norm

INTERVENSI :

1. Pertahankan tirah baring2. Kaji dan pantau feses untuk jumalh,

frekuensi, kosistensi, dan warna. 3. Pantau terhadap kandungan darah4. Auskultasi abdomen untuk

mendengarkan bising usus setiap 8 jam

5. Ukur lingkar abdomen setiap 8 jam6. Pantau keefektifan dan efek samping

dari antidiare, antibiotik dan terapi steroid.

7. Seimbangkan aktivitas dan istirahat.8. Siapkan lingkungan yang bebas dari

bau; tetap tutup bad pan dalam jarak yang mudah untuuk diraih; kosongkan, bersihkan, dan kembalikan pada tempat yang tepat.

9. Pantau terhadap tanda perforasi usu; demam; takikardia; letargi, nyeri.

3. Nyeri berhubungan dengan agen- agen penyebab cedera.

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam, nyeri klien berkurang

dari skala nyeri 7 ke skala nyeri 3.

Kriteria Hasil

- Mengungkapkan bahwa nyeri

berkurang.

- Ekspresi wajah klien tampak lebih

rileks.

- Klien tidak gelisah

INTERVENSI

1. Minta klien untuk menngungka[kan

skala nyeri yang dirasakannya dari level

0-10 (0=tidak ada nyeri 10= nyeri

hebat).

2. Gunakan bagan alir nyeri untuk melihat

level nyeri klien.

3. Kaji nyeri klien secara menyeluruh yang

meliputi lokasi nyeri, karakteristik nyeri,

awitan dan durasi nyeri, frekuensi nyeri,

kualitas nyeri, intensitas atau keparahan,

dan faktor presipitasi yang

menyebabkan nyeri

4. Pantau respon nonverbal klien terhadap

kondisinya seperti ekspresi, pergerakan,

dll.

5. Ajarkan penggunaan teknik

nonfarmakologis (seperti, hipnosis,

relaksasi, imajinasi terbimbing,

menggunakan musik distraksi, terapi

bermain, terapi aktivitas, kompres

hangat atau dingin, dan masase) dan

sesuaikan dengan kondisi klien.

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 16: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

6. Kolaborasikan dengan tim medis

lainnya tentang tindakan pengendalian

nyeri sebelum nyeri menjadi lebih hebat.

7. Libatkan klien dalam modalitas

peredaan nyeri, jika memungkinkan.

8. Kendalikan faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi respon klien

terhadap ketidaknyamanan (misalnya,

suhu ruangan, pencahayaan, dan

kegaduhan).

9. Pastikan pemberian analgesia terapi

atau stratergi non farmakologis

sebelum melakukan prosedur yang

menimbulkan nyeri

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 17: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

A. KLASIFIKASI HELMINTH

Berdasarkan jalur hidup cacing dibagi

menjadi dua yaitu :

a. Soil Transmitted Helminths

(STH)

b. Non Soil Transmitted

Helminths (HSTH)

B. KLASIFIKASI HELMINTH YANG TERMASUK “soil transmitted helminth” dan “ non-soil transmitted helmint”

Soil transmitted helminth adalah cacing golongan nematoda yang memerlukan tanah untuk perkembangan bentuk infeksif. Di indonesia, golongan cacing ini banyak menimbulkan masalah kesehatan terutama cacing gelang (Ascaris lumbricoides) penyakitnya disebut Askariasis. cacing cambuk (Trichuris trichiura) penyakitnya disebut Trichuriasis, Strongyloide stercoralis penyakitnya disebut Strongiloidiasis cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus ) penyakitnya disebut Ankilostomiasis dan Nekatoriasis. (Indra, n.d.)

Non soil transmitted helminth adalah kebalikan dari soil transmitted helminth dimana cacing golongan ini tidak mutlak

memerlukan tanah untuk perkembangan bentuk infeksif.

Cacing yang termasuk soil transmitted helminth diantaranya adalah : Ascaris lumbricoides, hook worms (cacing tambang) , strongyloides stercolaris, trichuris trichiura / trichocephalus trichura (cacing cambuk).

Sedangkan cacing yang termasuk golongan non-soil transmitted helminth antara lain :

Enterobius vermicularis (oxyuris vermicularis), trichinella spiralis (the trichina worm / cacing trichina), capillaria philippinensis, angiostrongylus cantonensis (the rat lungworm), dan larva migrans

C. LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan mikroskopis

pada tinja dihitung dengan metode

apus tebal kato. Infeksi biseksual

menyebabkan pengeluaran telur

fertil matang dan telur infertil

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

1. Anak A, 9 tahun diantar ibunya ke puskesmas karena dalam 3 minggu ini batuk-batuk terus disertai demam ringan, nafsu makan berkurang, buang air besar sering cair dan kadang sakit perut. Berat badannya berkurang. Pemeriksaan darah : eosinofil 15%. Pemetikasaan foto thorax ditemukan infiltrat.

a. Jelaskan dan sebutkan klasifikasi helminth ! b. Jelaskan dan sebutkan klasifikasi helminth yang termasuk “soil transmittedhelminth” dan

“non-soil transmitted helminth” ! c. Jelaskan langkah-langkah diagnostik yang harus dilakukan untuk skenario! d. Jelaskan dignosis banding dari skenario !e. uraikan analisis tata kelola keperawatan lengkap pada pasien tersebut

Page 18: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

hanya ditemukan pada individu

yang terkena oleh cacing betina.

b. Adanya larva di lambung atau pada saluran pernafasan pada penderita penyakit paru.

c. Ditemukan eosinofilia pada pemeriksaan darah.

2. Pemeriksaan foto

a. Pada foto thorak menendakan adanya gambaran opak lapang pandang paru seperti pada syndrom Loeffler.

b. Kelainan pada kandung empedu. Endoscopic retrogade cholangio pancreatography (ERCP) dan Ultrasonography dapat membantu mendiagnosis biliary ascariasis.

D. DIAGNOSIS BANDING

Pada skenario kasus, anak A didiagnosis menderita askariasis. Maka diagnosis banding untuk kasus anak A adalah penyakit cacingan lainnya seperti : Trichuriasis, Strongiloidiasis cacing tambang dan Ankilostomiasis dan Nekatoriasis.

E. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaana. Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:  1. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan mencuci tangan sebelum makan.  2.Menutup makanan.  3. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga.  4. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk. 5. Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan tidak lembab.

6.memasak makanan hingga benar-benar matang. 7. menggunakan sandal ketika berpergian keluar rumah.

b.Farmakologis   1. Pirantel pamoat 10 mg /kg BB, dosis tunggal,    2. Mebendazol, 500 mg, dosis tunggal, atau   3. Albendazol, 400 mg, dosis tunggal.

Tidak boleh diberikan pada ibu hamill.Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara massal pada masyarakat.

Syarat untuk pengobatan massal antara lain :   a. Obat mudah diterima dimasyarakat   b. Aturan pemakaian sederhana   c. Mempunyai efek samping yang minim   d. Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing   e. Harga mudah dijangkau.

Konseling dan EdukasiMemberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain:

  a. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga. Sehingga kotoran manusia tidak menimbulkan pencemaran pada tanah disekitar lingkungan tempat tinggal kita.  b. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk.  c. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia.  d. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah.  e. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukkan aktifitas dengan menggunakan sabun.  f. Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan tidak lembab.

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007

Page 19: Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014). Sagittalmouth. Retrieved July 5, 2015, from https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/20/Sagittalmouth.png

Barrett, K., Brooks, H., Boitano, S., & Barman, S. (2010). Ganong’s review of medical physiology (23rd ed.).

Diceu, H. (2009). Fisiologi Pencernaan. Retrieved July 5, 2015, from http://abhique.blogspot.com/2009/04/fisiologi-pencernaan.html

Gibson, J. (2002). Fisiologi & Anatomi Modern Untuk Perawat (2nd ed.). EGC. Retrieved from https://books.google.com/books?id=fhq0XZVHw-AC&pgis=1

Indra, K. (n.d.). klasifikasi helmints. Retrieved July 5, 2015, from http://eprints.undip.ac.id/43921/3/IndraKusumaAdi_G2A009052_BAB2KTI.pdf

Kesehatan, K. (2015). Motilitas | Kamus Kesehatan. Retrieved July 5, 2015, from http://kamuskesehatan.com/arti/motilitas/

LLC, T. (2015). Digestive System.jpg (320×320). Retrieved July 4, 2015, from http://jcruz661.wikispaces.com/file/view/Digestive System.jpg/526691450/425x428/Digestive System.jpg

Martin, susan et all. (1999). Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, Dan Evaluasi (5th ed.). EGC. Retrieved from https://books.google.com/books?id=a3EIYQEWuKIC&pgis=1

Nutrition, P. (2013). Human Physiology / The gastrointestinal system, 1–24.

Pearce, E. C. (2005). Anatomi & Fisiologi U.Ps. Gramedia Pustaka Utama. Retrieved from https://books.google.com/books?id=3ZyOm94xiCMC&pgis=1

Pearce, E. C. (2009). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis (33rd ed.). PT Gramedia Pustaka Utama. Retrieved from https://books.google.com/books?id=55OShlTLNCMC&pgis=1

W.L., A. (2012). Sistem Pencernaan pada Manusia. Retrieved July 5, 2015, from https://wandylee.wordpress.com/2012/03/14/pencernaan-manusia/

Wibowo, D. S. (2008). Anatomi Tubuh Manusia. Grasindo. Retrieved from https://books.google.com/books?id=CRkSw4KFhoIC&pgis=1

KHAIRANI PUTRI UTAMI – G1B113007