ANATOMI DAN FUNGSI SINUS PARANASAL - USU Librarylibrary.usu.ac.id/download/fk/06001191.pdf ·...
Transcript of ANATOMI DAN FUNGSI SINUS PARANASAL - USU Librarylibrary.usu.ac.id/download/fk/06001191.pdf ·...
ANATOMI DAN FUNGSI SINUS PARANASAL
Dr. DWI RITA ANGGRAINI
NIP. 132303374
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2005
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa sehingga atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tulisan ini.
Tulisan ini berisikan tentang anatomi dan fungsi sinus paranasal yang sangat
penting diketahui karena susunannya yang kompleks. Diharapkan dengan mengetahui
anatomi dan fungsi suatu organ akan menghindarkan kita melakukan kesalahan dalam
mengambil tindakan medis.
Penulis juga merasa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangannya, untuk itu kritikan ataupun saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan .
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Nopember 2005
Penulis,
Dr. Dwi Rita Anggraini
NIP. 132303374
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
DAFTAR ISI
Halaman
Pendahuluan ……………………………………………………………………………. 1
Anatomi Diaphragma Thorax ………………………………………………………….. 2
Fungsi Diaphragma …………………………………………………………………….. 9
Aspek Klinis Diaphragma Thorax …………………………………………………..… 10
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 13
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
PENDAHULUAN
Kompleksitas dari anatomi sinus paranasal dan fungsinya menjadi topik yang
menarik untuk dipelajari. Ada empat sinus paranasal yaitu sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus maxillaris dan sinus sphenoidalis. Sinus adalah suatu rongga berisi
udara dilapisi mukosa yang terletak di dalam tulang wajah dan tengkorak. Perkembangan
sinus-sinus ini sudah dimulai sejak dalam kandungan, terutama sinus maxillaris dan sinus
ethmoidalis.
Perkembangan dari dinding lateral nasal dimulai dengan struktur yang lembut dan
undiferensiasi. Perkembangan yang pertama adalah maxilloturbinal yang akan secepatnya
menjadi turbinate inferior. Setelah itu, mesenchyme membentuk ethmoturbinal, menjadi
turbinate medial, superior dan supreme yang membagi kedua dan ketiga dari
ethmoturbinal. Pertumbuhan ini diikuti oleh perkembangan dari sel nasi agger, processus
uncinatus dan infundubulum ethmoidalis. Sinus kemudian mulai berkembang.
Sistem resultan dari rongga, ostia, dan processus adalah sistem kompleks dari
struktur yang harus dipahami supaya penanganan yang berhubungan dengan operasi sinus
dapat efektif dan aman. Anatomi, mikroskopik anatomi, fisiologi dan fungsi dari sinus
akan dijelaskan.
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
ANATOMI SINUS PARANASAL
DINDING LATERAL NASAL.
Dinding lateral nasal meliputi bagian dari os ethmoid, os maxilla, os palatina, os lacrimal,
lamina pterygoideus medial os sphenoid, os nasal dan turbinate inferior. Tiga dari empat
turbine dari dinding supreme, superior dan medial menjadi proyeksi dari os ethmoid.
Bagian inferior merupakan suatu struktur yang independen. Masing-masing struktur ini
disebut dengan meatus .Tulang kecil dari projeksi os ethmoid yang menutup, membuka
kesamping menempatkan sinus maxillaris dan membentuk suatu palung di belakang
pertengahan turbinate. Sekat bertulang tipis ini dikenal sebagai processus uncinatus.
Dinding superior nasal terdiri dari ethmoid sel sinus terletak sebelah lateral dari
epithelium olfactorius dan cribiform plate yang mudah pecah. Bagian superior dari
sebagian besar sel ethmoid anterior barada pada sinus frontal. Bagian posterior superior
dari dinding nasal lateral menjadi dinding anterior dari sinus sphenoidalis yang mendekap
dibawah sella turcica dan sinus cavernosus.
SINUS MAXILLARIS
Perkembangan.
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
Sinus maxillaris (Antrum of Highmore) adalah sinus yang pertama berkembang. Struktur
ini adalah pada umumnya berisi cairan pada kelahiran. Pertumbuhan dari sinus ini adalah
biphasic dengan pertumbuhan selama 0-3 tahun dan 7-12 tahun. Sepanjang pneumatisasi
kemudian menyebar ke tempat yang rendah dimana gigi yang permanen mengambil
tempat mereka. Pneumatisasi dapat sangat luas sampai akar gigi hanya suatu lapisan yang
tipis dari jaringan halus yang mencakup mereka.
Struktur.
Sinus maxillaris orang dewasa adalah berbentuk piramida mempunyai volume kira-kira
15 ml ( 34 x 33 x 23mm ). Dasar dari piramida adalah dinding nasal dengan puncak yang
menunjuk ke arah processus zygomaticum. Dinding anterior mempunyai foramen
infraorbital berada pada bagian midsuperior dimana nervus infraorbital berjalan di atas
atap sinus dan keluar melalui foramen itu. Saraf ini dapat dehiscens (14%). Bagian yang
tertipis dari dinding anterior adalah sedikit di atas fossa canina. Atap dibentuk oleh dasar
orbital dan di transeksi oleh nervus infraorbital . Dinding posterior tidak bisa ditandai.
Di belakang dinding ini adalah fossa pterygomaxillaris dengan arteri maxillaris interna,
ganglion sphenopalatina dan saluran Vidian, nervus palatina mayor dan foramen
rotundum. Dasar dari sinus, seperti dibahas di atas, bervariasi tingkatannya. Sejak lahir
sampai umur 9 tahun dasar dari sinus adalah di atas rongga hidung. Pada umur 9 tahun
dasar sinus secara umum sama dengan dasar nasal. Dasar sinus berlanjut menjadi
peumatisasi sinus maxillaris. Oleh karena itu berhubungan erat dengan penyakit
pertumbuhan gigi yang dapat menyebabkan infeksi rahang dan pencabutan gigi dapat
mengakibatkan fistula oral-antral.
Perdarahan
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
Cabang dari arteri maxillaris internal mendarahi sinus ini. Termasuk infraorbital ( yang
berjalan dengan nervus infraorbital ), cabang lateral dari sphenopalatine, palatina mayor,
vena axillaris dan vena jugularis sistem dural sinus.
Persarafan
Sinus maxilla disarafi oleh cabang dari V.2. yaitu nervus palatina mayor dan cabang dari
nervus infraorbital
Struktur yang terkait.
Ductus nasolacrimalis mengalir ke kantung lacrimalis dan berjalan dari fossa lacrimalis
di bawah orbita sebelah posterior dari dinding penunjang rahang yang vertikal dan
kosong di sebelah depan dari meatus inferior. Saluran ini berada sangat dekat dengan
ostium rmaxilla, rata-rata berada pada 4 - 9mm di depan ostium .
1. Ostium alami.
Ostium maxillaris terletak di bagian superior dari dinding medial sinus. Intranasal
biasanya terletak pada pertengahan posterior infundibulum ethmoidalis, atau disamping
1/3 bawah processus uncinatus. Tepi posterior dari ostium ini berlanjut dengan lamina
paprycea sekaligus ini menjadi tanda (landmark) untuk batas lateral dari diseksi
pembedahan. Ukuran ostium ini rata-rata 2,4 mm tetapi dapat bervariasi antara 1–17
mm. Ostium ini jauh lebih kecil dibanding defect pada tulang sebab mcosa mengisi area
ini dan menggambarkan tingkat dari pembukaan itu. 88% dari ostium maxilla
bersembunyi dibelakang processus uncinatus oleh karena itu tidak bisa dilihat secara
endoscopi.
2. Fontanella anterior dan posterior ostium acessorius.
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
Dua tulang dehiscens dari dinding nasal / dinding medial sinus maxillaris kadang-kadang
ada satu dehiscence tulang yang besar, pada umumnya ditutup oleh mucosa. Beberapa
individu dimana fontanella anterior atau posterior mungkin tetap terbuka mengakibatkan
terdapat suatu ostium assesori. Ostium ini biasanya tidak berfungsi, mengalirkan sinus
jika ostium yang alami dihalangi dan adanya tekanan/gravitasi gerak intrasinus dari
ostium itu. Ostium asesorius pada umumnya ditemukan pada fontanella posterior.
SINUS ETHMOIDALIS
Perkembangan
Sinus ethmoid merupakan struktur yang berisi cairan pada bayi yang baru dilahirkan.
Selama masih janin perkembangan pertama sel anterior diikuti oleh sel posterior. Sel
tumbuh secara berangsur-angsur sampai dewasa umur 12 tahun. Sel ini tidak dapat
dilihat dengan sinar x sampai umur 1 tahun. Septa yang secara berangsur-angsur tipis dan
pneumatisasi berkembang sesuai usia. Sel ethmoid bervariasi dan sering ditemukan di
atas orbita, sphenoid lateral, ke atap maxilla dan sebelah anterior diatas sinus frontal. Sel
ini disebut sel supraorbital dan ditemukan 15% dari pasien. Penyebaran sel ethmoid ke
dasar sinus frontal disebut frontal bulla. Penyebaran ke turbinate medial disebut concha
bullosa. Sel yang berada pada dasar sinus maxilla ( infraorbita ) disebut Haller”s sel dan
dijumpai pada 10% populasi. Sel-sel ini dapat menyumbat ostia maxilla dan membatasi
infundibulum mengakibatkan gangguan pada fungsi sinus. Sel yang meluas ke anterior
lateral sinus sphenoid disebut Onodi sel. Variasi dari sel ini penting pada saat
preoperative untuk memperjelas anatomi pasien secara individu
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
Struktur.
Gabungan sel anterior dan posterior mempunyai volume 15 ml (3,3 x 2,7 x 1,4 cm).
Bentuk ethmoid seperti piramid dan dibagi menjadi multipel sel oleh sekat yang tipis.
Atap dari ethmoid dibentuk oleh berbagai struktur yang penting. Sebelah anterior
posterior agak miring (15 derajat). 2/3 anterior tebal dan kuat dibentuk oleh os frontal dan
faveola ethmoidalis. 1/3 posterior lebih tinggi sebelah lateral dan sebelah medial agak
miring kebawah kearah cribiform plate. Perbandingan antara tulang tebal sebelah lateral
dan plate adalah sepersepulah kuat atap sebelah lateral. Perbedaan berat antara atap
medial dan lateral bervariasi antara 15-17 mm.Sel ethmoid posterior berbatasan dengan
sinus sphenoid. Dinding lateralnya adalah lamina paprycea orbita.
Perdarahan
Sinus ethmoid mendapat aliran darah dari arteri carotis eksterna dan interna . Arteri
sphenopalatina dan juga arteri opthalmica mendarahi sinus. Pembuluh vena mengikuti
arterinya dan dapat menyebabkan infeksi intracranial.
Persarafan.
Disarafi oleh nervus V.1 dan V.2, nervus V.1 mensarafi bagian superior sedangkan
sebelah inferior disarafi oleh nervus V.2. Persarafan parasimpatis melalui nervus Vidian,
sedangkan persarafan simpatis melalui ganglion sympathetic cervical dan berjalan
bersama pembuluh darah menuju mukosa sinus.
Struktur yang terkait
1. Lamella basal dari turbinate medial
Struktur ini dibentuk oleh pemisahan antara sel ethmoid anterior dan posterior merupakan
pemasangan dari turbinate medial dan berjalan pada tiga tempat yang berbeda
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
didalamnya dari anterior ke posterior. Sebagian dari bagian anterior adalah vertikal dan
menyisip di crista ethmoidalis dan dasar tengkorak. 1/3 tengah berjalan miring menyisip
ke lamina papyracea. 1/3 akhir menyisip sejajar dengan lamina papyracea. Ruangan
dibawah concha medial disebut meatus medial menuju ethmoid anterior, sinus frontal,
dan aliran sinus maxilla . Kesalahan dalam operasi dapat merusak turbinate medial
anterior dan posterior dan dibagian anteriornya dapat merusak cribriform plate.
2. Sel ethmoid anterior dan posterior
Sel di bagian anterior menuju lamella basal. Pengalirannya ke meatus medial melalui
infundibulum ethmoid. Termasuk sel agger nasi, bulla ethmoid dan sel-el anterior
lainnya. Sel yang di posterior bermuara ke meatus superior dan berbatasan dengan sinus
sphenoid. Sel bagian posterior secara umum lebih sedikit dalam jumlah dan lebih besar
dari sel bagian anterior.
3. Sel agger nasi
Sel ini dijumpai di os lacrimal anterior dan superior persimpamgan dari turbinate medial
dengan dinding nasal. Sel ini tersembunyi di belakang anterior dari processus uncinatus
dan mengalirkan ke dalam hiatus semilunaris. Ini merupakan sel yang pertama
pneumatisasi pada bayi yang baru lahir sampai masa anak-anak. Terdapat satu sampai
tiga sel. Dinding sel posterior membentuk dinding anterior dari recessus frontal. Atap sel
agger nasi adalah dasar dari sinus frontal, yang merupakan tanda penting untuk operasi
sinus frontal.
4. Bulla ethmoid
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
Ini penting sebagai pertanda untuk kasus operasi. Terletak diatas infundibulum dan
permukaaan lateral / inferiornya, dan tepi superior processus uncinatus membentuk hiatus
semilunaris. Ini merupakan sel ethmois anterior yang terbesar. Arteri ethmoidalis anterior
umumnya menyilang terhadap atap sel ini. Recessus suprabullar dan retrobullar dibentuk
ketika bulla ethmoid tidak meluas ke dasar tengkorak. Recessus suprabullar adalah suatu
celah antara atap bulla ethmoid dan fovea. Ruang retrobullar dibentuk ketika ada celah
antara lamella basal dan bulla. Ruang retrobular ini dikenal sebagai hiatus semilunaris
superior .
5. Infundibulum ethmoid
Perkembangan infundibulum mendahului sinus. Dibentuk oleh struktur yang kompleks.
Dinding anterior dibentuk oleh processus uncinatus, dinding medial dibentuk oleh
processus frontalis os maxilla dan lamina papyracea.
6. Arteri ethmoid anterior dan posterior
Arteri ethmoid anteior dan posterior berasal dari arteri opthalmica. Arteri ethmoid
anterior menyilang ke rektus medial dan menembus lamina papyracea. Arteri ini
kemudian menyilang ke atap sinus ethmoid pada sebuah tulang tipis ( biasanya dehisens
), mendarahi cribiform plate dan septum anterior. Arteri ini biasanya besar dan tunggal
dan di bagian inferiornya menutupi sel sinus. Letaknya yang tertutup berhubungan
dengan letak strukturyang lebih medial yaitu fovea ethmoid. Arteri ethmoid posterior
menyilang rektus medial, menembus lamina papyracea dan melalui sel ethmoid posterior
menuju septum. Mendarahi sinus ethmoid posterior, turbinate superior dan medial dan
sebagian kecil septum posterior. Arteri ini kecil dan bercabang-cabang. Letaknya tertutup
kebawah diantara sel-sel sinus, bergabung dengan letak nervus opticus dekat vertex
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
orbita. Sebab perkembangan dari struktur ini mendahului sinus hubungan ke sel ethmoid
dapat bervariasi.
SINUS FRONTALIS
Perkembangan
Sinus frontalis sepertinya dibentuk oleh pergerakan keatas dari sebagian besar sel-sel
ethmoid anterior. Os frontal masih merupakan selaput (membran) pada saat kelahiran dan
tulang mulai untuk mengeras sekitar usia 2 tahun. Secara radiologi jarang bisa terlihat
struktur selaput (membran) ini. Perkembangannya mulai uia 5 tahun dan berlanjut
sampai usia belasan tahun.
Struktur
Volume sinus ini sekitar 6 - 7ml (28 x 24 x 20mm). Anatomi sinus frontalis sangat variasi
tetapi secara umum ada dua sinus yang berbentuk seperti corong dan berbentuk point
menaik. Kedalaman dari sinus berhubungan dengan pembedahan untuk menentukan
batas yang berhubungan dengan pembedahan. Kedua bentuk sinus frontal mempunyai
ostia yang bergantung dari rongga itu (posteromedial). Sinus ini dibentuk dari tulang
diploe. Bagaimanapun, dinding posterior (memisahkan sinus frontal dari fosa kranium
anterior) lebih tipis. Dasar sinus ini juga berfungsi sebagai bagian dari atap rongga mata.
Perdarahan
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
Sinus frontalis mendapat perdarahan dari arteri opthalmica melalui arteri supraorbita dan
supratrochlear. Aliran pembuluh vena melalui vena opthalmica superior menuju sinus
cavernosus dan melalui vena-vena kecil didalam dinding posterior yang mengalir ke
sinus dural.
Persarafan
Sinus frontalis dipersarafi oleh cabang nervus V.1. Secara khusus, nervus-nervus ini
meliputi cabang supraorbita dan supratrochlear.
Struktur terkait
Recessus frontal
Recessus frontal adalah ruang diantara sinus frontalis dan hiatus semilunaris yang menuju
ke aliran sinus. Bagian anterior dibatasi oleh sel agger nasi, superior oleh sinus frontalis,
medial oleh turbinate medial dan bagian lateral oleh lamina papyracea. Rongga yang
menyerupai suatu dambel seperti sinus frontalis merupakan ostium atau saluran yang
kemudian membuka lagi kedalam recesus. Berdasarkan luasnya pneumatisasi ethmoid,
recessus ini dapat kembali menjadi bentuk pipa yang menghasilkan dambel yang lebih
panjang. Struktur yang anomali, seperti sinus lateralis (bagian posterior ke recessus
frontal di dasar tengkorak) dan bula frontalis (bagian anterior ke receesus di dasar sinus
frontalis) menyebabkan salah interpretasi seperti sinus frontalis ketika operasi sinus.
SINUS SPHENOIDALIS
Perkembangan
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
Sinus sphenoidalis adalah unik oleh karena tidak dibentuk dari kantong rongga hidung.
Sinus ini dibentuk didalam kapsul rongga hidung dari hidung janin. Tidak berkembang
hingga usia 3 tahun. Usia 7 tahun pneumatisasi telah mencapai sella turcica. Usia 18
tahun, sinus sudah mencapai ukuran penuh.
Struktur
Usia belasan tahun sinus ini sudah mencapai ukuran penuh dengan volume 7,5ml (23 x
20 x 17mm). Pneumatisasai sinus ini, seperti sinus frontalis, sangat bervariasi. Secara
umum merupakan struktur bilateral yang terletak posterosuperior dari rongga hidung.
Pneumatisasi dapat meluas sejauh clivus, ala parva dan ala magna os sphenoid sampai ke
foramen magnum. Dinding sinus sphenoidalis bervariasi ketebalannya, dinding
anterosuperior dan dasar sinus paling tipis (1 – 1,5mm). dinding yang lain lebih tebal,
Bagian paling tipis dari dinding anterior adalah 1 cm dari fovea ethmoidalis. Letak dari
sinus oleh karena hubungan anatominya tergantung dengan tingkat pneumatisasi. Sinus
bisa terletak jauh di anterior, di anterior atau dengan seketika di bawah sella turcica
(conchal, presellar, sellar atau postsellar). Kebanyakan posisi posterior dapat
menempatkan sinus bersebelahan ke struktur yang penting seperti arteri carotid, nervus
opticus, nervus maxillaris cabang dari nervus trigeminal, nervus vidian, pons, sella
turcica dan sinus cavernosus. Struktur ini sering dikenali seperti lekukan di atap dan
dinding sinus. Dalam presentase kecil akan mempunyai dehisens tulang di atas struktur
yang penting seperti nervus opticus dan arteri carotid. Hati-hati ketika memperbaiki septa
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
sinus ini mungkin di dalam kesinambungan dengan carotid dan canalis opticus yang
dapat mengakibatkan kematian dan kebutaan.
Ostium sinus sphenoidalis bermuara ke recessus sphenoethmoidalis. Ukurannya sangat
kecil ( 0.5 - 4mm ) dan letaknya sekitar 10 mm di atas dasar sinus. 30 derajat kebawah
dari dasar hidung anterior mendekati letak ostium diatas dinding posteriosuperior hidung,
merupakan garis tengah persambungan antara 1/3 atas dan 2/3 bawah dari dinding
anterior sinus. Biasanya sebelah medial ke turbinate superior dan hanya beberapa
milimeter dari cribiform plate. Ostium ini, seperti sinus maxillaris, mempunyai tulang
dehisens yang lebih besar yang dibatasi oleh sebuah septum membran.
Perdarahan
Arteri ethmoid posterior mendarahi atap sinus sphenoidalis. Bagian lain dari sinus
mendapat aliran darah dari arteri sphenopalatina. Aliran vena melalui vena maxillaris ke
vena jugularis dan pleksus pterigoid.
Persarafan
Sinus sphenoidalis disarafi oleh cabang nervus V.1 dan V.2. Nervus nasociliaris (cabang
nervus V.1) berjalan menuju nervus ethmoid posterior dan mensarafi atap sinus. Cabang-
cabang nervus sphenopalatina (V.2) mensarafi dasar sinus.
Struktur terkait
1. Recessus sphenoethmoidalis
Recessus sphenoethmoidalis adalah rongga disampinga dan diatas turbinate superior.
Batasan-batasan dari rongga ini dibentuk oleh struktur yang kompleks. Dinding anterior
dsinus sphenoidalis membentuk batas posterior. Septum nasi dan cribiform plate
membentuk batas medial dan superior. Perluasan anteriolateral ditentukan oleh turbinate
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
superior. Rongga ini keluar ke rongga hidung secara lebih rendah. Sel ethmoid posterior,
seperti halnya sinus sphenoidalis mengalir ke daerah ini.
2. Rostrum sphenoid
Struktur ini hanya proyeksi garis tengah dari dinding sinus sphenoid anterior,
menyambung lamina perpendicular dan os vomer.
3. Onodi sel
Telah dijelaskan diatas, sel ini adalah sel-sel ethmoid yang terletak anteolateral menuju
sinus sphenoidalis. Struktur penting seperti areteri carotis dan nervus opticus bisa
melalui sel ini. Struktur ini sering dehisens. Perlu tindakan pembedahan yang hati-hati di
area ini dan pemeriksaan radiograpi yang baik untuk menghindari hasil yang tidak
diinginkan.
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
MIKROSKOPIK ANATOMI
Sinus-sinus ini dilaisi oleh epitel pseudostratified ciliated columnar yang
berkesinambungan dengan mukosa di rongga hidung. Epitel sinus ini lebih tipis dari
epitel hidung. Ada 4 tipe sel dasar, yaitu epitel ciliated columnar, non ciliated columnar,
sel basal dan sel goblet. Sel-sel ciliated memiliki 50 – 200 silia per sel dengan struktur
dari 9+2 mikrotubulus dengan dynein lengan. Data penelitian menunjukkan sel ini
berdetak 700-800 kali per menit, pergerakan mucosa pada suatu tingkat 9 mm per menit.
Sel yang nonciliated ditandai oleh microvilli yang menutupi daerah apikal sel dan
bertugas untuk meningkatkan area permukaan ( mungkin memudahkan pembasahan dan
kehangatan dari udara inspirasi ). Ini penting untuk meningkatkan konsentrasi (sampai
50%) dari ostium sinus. Fungsi sel basal belum diketahui, sangat bervariasi baik dalam
bentuk dan jumlah. Beberapa teori menjelaskan bahwa sel basal dapat bertindak sebagai
suatu stem cell yang dapat membedakan jika dibutuhkan . Sel goblet memproduksi
glikoprotein yang berfungsi untuk viskositas dan elastisitas mukosa. Sel goblet ini
disarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Rangsangan saraf parasimpatis
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
menghasilkan mucous yang lebih kental dan dengan rangsangan saraf simpatis
pengeluaran mucous lebih encer.
Lapisan epitel disokong oleh suatu basement membran yang tipis, lamina propia,
dan periosteum. Keduanya baik kelenjar serous dan mucinous mengalir ke dalam lamina
propia. Studi anatomi menunjukkan tentang sel goblet dan kelenjar submucosal di sinus
dibandingkan di mukosa hidung. Pada studi tersebut, sinus maxillaris mempunyai sel
goblet yang paling tinggi. Ostia dari rahang, sphenoid dan sinus ethmoid anterior
meningkat dalam jumlah submucosal yang mengandung kelenjar serous dan mucinous.
FUNGSI SINUS PARANASAL
Fisiologi dan fungsi dari sinus banyak menjadi penelitian. Berbagai teori dari
fungsi ada. Ini meliputi fungsi dari kelembaban udara inspirasi, membantu pengaturan
tekanan intranasal dan tekanan serum gas, mendukung pertahanan imun, meningkatkan
area permukaan mucosa, meringankan volume tengkorak, memberi resonansi suara,
menyerap goncangan dan mendukung pertumbuhan masase muka. Hidung adalah suatu
alat pelembab udara yang mengagumkan dan lebih hangat dari udara. Bahkan saat
kecepatan aliran udara 7liter / menit, hidung belum mencapai kemampuan maksimalnya
untuk melaksanakan fungsi ini. Kelembaban hidung telah ditunjukkan untuk menyokong
pO2 serum sebanyak 6,9 mmHg. Walaupun mucosa hidung beradaptasi melaksanakan
fungsi ini, sinus berperan pada area permukaan mucosa dan kemampuannya untuk
menghangatkan. Beberapa peneliti memperlihatkan bahwa bernafas dengan mulut
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
menurunkan volume akhir CO2 yang dapat meningkatkan kadar CO2 serum dan
berperan untuk slep apnea.
Oleh karena produksi mukosa sinus yang berlimpah mereka berperan pada
pertahanan imun / penyaringan udara yang dilakukan oleh hidung. Hidung dan mukosa
sinus terdiri dari sel cilia yang berfungsi untuk menggerakkan mukosa ke choana.
Lapisan superfisial yang dikentalkan dari mukosa hidung berperan untuk menjerat bakteri
dan partikel yang mengandung unsur yang kaya dengan sel imun, antibodi dan protein
antibakteri. Perbatasan lapisan sol yang lebih tipis dan berperan untuk menyediakan suatu
substrat di mana cilia bisa bergerak dan mendorong. Kecuali jika yang dihalangi oleh
penyakit atau perbedaan anatomis, sinus pindah; gerakan lendir melalui rongga dan ke
luar dari ostia ke arah choane.
Penelitian yang paling terbaru pada fungsi sinus berfokus pada molekul Nitrous
Oxide (NO). Studi menunjukkan bahwa produksi Nitrous Oxide intranasal adalah secara
primer pada sinus. Telah kita ketahui bahwasanya Nitrous Oxide beracun ke bakteri,
jamur dan virus pada tingkatan sama rendah 100 ppb. Konsentrasi dari unsur ini dapat
menjangkau 30.000 ppb dimana beberapa peneliti sudah berteori tentang mekanisme dari
sterilisasi sinus. Nitrous Oxide juga meningkatkan pergerakan cilia
Fisiologi dan fungsi sinus paranasal sangat kompleks. Penelitian yang
berkesinambungan mungkin bisa mengungkapkan bahwa semua dari fungsi ini menjadi
bagian dari suatu gambaran yang lebih luas.
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
DAFTAR PUSTAKA
1. Anon, Jack B., etal, Anatomy of the Paranasal Sinuses, Theime, New York, c1996
2. Bhatt, Nikhil J., Endoscopic Sinus Surgery: New Horizons, Singular Publishing
Group, Inc., San Diego, c1997.
3. Bailey, Byron J., et al, Head & Neck Surgery-Otolaryngology., Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia, c2001.
4. Lundberg, J., Weitzberg, E. Nasal Nitric Oxide in Man. Thorax 1999
5. McCaffrey, Thomas V., Rhinologic Diagnosis and Treatment, Thieme, New
York, c1997
6. Marks, Steven C. Nasal and Sinus Surgery, W.B. Saunders Co., Philadelphia,
c2000.
Dwi Rita Anggraini: Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal, 2005 USU Repository©2006
7. Navarro, Joao A.C., The Nasal Cavity and Paranasal Sinuses, Springer, Berlin,
c2001
8. Watelet J.B., Cauwenberge P. Van, Applied Anatomy and Physiology of the nose
and Paranasal Sinuses. Allergy 1999.