anatomi dan fisiologi indera mata

download anatomi dan fisiologi indera mata

If you can't read please download the document

description

indera mata adalah indera penglihatan pada manusia

Transcript of anatomi dan fisiologi indera mata

Clinical Science Session

DAN PENATALAKSANAAN TRAUMA TEMBUS PADA BULBUS OKULI

DIAGNOSA

Disusun Oleh : TARA SANDER DONIS 110.2006.260 Perseptor : Dr.JUNITA SHARA, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD ABDUL MOELOEK, BANDAR LAMPUNG PERIODE 6-25 FEBRUARI 2011

1

KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul DIAGNOSA DAN PENATALAKSANAAN TRAUMA TEMBUS PADA BULBUS OCULI. Penulis menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan referat ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis mencoba untuk memberikan yang terbaik dengan segala keterbatasan yang penulis miliki. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr.JunitaShara, Sp. M sebagai perseptor dalam kepaniteraan klinik ilmu penyakit mata yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama menjalani kepaniteraan. Kritik dan saran penulis harapkan guna memperoleh hasil yang lebih baik dalam menyempurnakan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin ya rabbal alamin.

Bandar Lampung, Februari 2012

2

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik

4

merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah dibuatnya macam-macam sangat tinggi.1 Kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya kawasan industri meningkatkan kecelakaan akibat pekerjaan, kecelakaan akibat kepadatan lalu lintas, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang kesemuanya dapat mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang mainan dan lain-lain.2 Trauma tajam mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada dewasa muda. Kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda, terutama pria, merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan api, cedera akibat olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata.3 Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh hubungan tulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Trauma tajam dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat ataupun kebutaan.3,4 Perforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata karena pada keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat menyebabkan kerusakan susunan anatomi dan fungsional jaringan intraokuler. Trauma tembus dapat berbentuk perforasi sklera, prolaps badan kaca maupun prolaps badan siliar. alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan masih

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera. Trauma tajam mata dapat di klasifikasikan atas luka tajam tanpa perforasi dan luka tajam dengan perforasi yang meliputi perforasi tanpa benda asing intra okuler dan perforasi benda asing intra okuler.2,5 Trauma tembus mata (luka akibat benda tajam), dimana struktur okular mangalami kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular dan juga dapat tertahan atau menetap dalam mata. Baik trauma tajam yang penetratif atau trauma tumpul yang mengakibatkan tekanan kontusif dapat menyebabkan ruptur bola mata. Benda tajam atau benda dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan perforasi langsung. Benda asing dapat mempenetrasi mata dan tetap berada di bola mata.6,7 Trauma akibat partikel kecil dengan kecepatan tinggi misalnya yang ditimbulkan dari proses penggilingan atau pemahatan dapat memberikan manifestasi berupa nyeri ringan atau penurunan visus. Kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, bilik mata depan dangkal dengan atau tanpa pupil ekstrinsik, hifema, atau perdarahan vitreous juga dapat terjadi. Tekanan intraokuler dapat rendah, normal atau sedikit meningkat. 7 2.2 Epidemiologi United States Eye Injury Registry (USEIR) merupakan sumber informasi epidemiologi yang digunakan secara umum di AS. Menurut data dari USEIR, ratarata umur orang yang terkena trauma tajam okuli adalah 29 tahun, dan laki-laki lebih sering terkena dibanding dengan perempuan. Menurut studi epidemiologi

6

internasional, kebanyakan orang yang terkena trauma tajam okuli adalah laki-laki umur 25 sampai 30 tahun, sering mengkonsumsi alkohol dan trauma terjadi di rumah.8 Lebih dari 65.000 trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan, menyebabkan morbiditas dan disabilitas, dilaporkan di Amerika Serikat setiap tahunnya. Lebih dari setengah trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi di pabrik, dan industri kontruksi. Delapan puluh satu persen t rauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi pada pria dan kebanyakan terjadi pada pekerja berusia 25 sampai 44 tahun.8 Aktivitas olahraga dan rekreasi juga dapat menyebabkan trauma mata. Lebih dari 40.000 trauma mata terjadi setiap tahunnya. Sembilan puluh persen terjadi saat olahraga. Tiga puluh persen terjadi pada anak-anak yang berusia di bawah 16 tahun.8 Terdapat sekitar 3 juta kasus trauma okular dan orbital terjadi di Amerika Serikat setiap tahun. Diperkirakan 20.000 hingga 68.000 dari angka tersebut merupakan kasus yang mengganggu visus dan sekitar 40.000 mengalami kehilangan visus yang signifikan. Trauma merupakan penyebab utama kebutaan unilateral. Laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan. Frekuensi trauma mata di Amerika Serikat adalah: trauma superfisial mata dan adneksa (41.6 %), benda asing pada mata bagian luar (25.4 %), kontusio mata dan adneksa (16.0 %), trauma terbuka pada adneksa dan bola mata (10.1 %), fraktur dasar orbita (1.3 %), cedera saraf (0.3 %).9 2.3 Etiologi Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan berolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi, kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut, benda tajam seperti pisau akan menyebabkan laserasi berbatas tegas pada bola mata.7

7

Luas cedera yang disebabkan oleh benda asing yang terbang ditentukan oleh energi kinetiknya. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang jelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang, beratnya kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimilikinya. Contohnya pada peluru pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan batas tegas dan beratnya kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol angin.10 2.4 Patofisiologi Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera atau kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen posterior kemudian bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita. Dalam hal ini akan ditemukan suatu l uka terbuka dan biasanya terjadi prolaps (lepasnya) iris, lensa, ataupun corpus vitreus. Perdarahan intraokular dapat terjadi apabila trauma mengenai jaringan uvea, berupa hifema atau henophthalmia.1

8

2.5 Manifestasi Klinis

Gambar. 1 Lokasi cedera mata; tampak depan

9

Gambar. 2 Lokasi cedera mata; tampak samping

Trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata, maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti tajam penglihatan yang menurun, laserasi kornea, tekanan bola mata rendah, bilik mata dangkal, bentuk dan letak pupil yang berubah, terlihat ruptur pada kornea atau sklera, terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina, katarak traumatik, dan konjungtiva kemosis.10 Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna kebirubiruan, karena jaringan ikat palpebra halus. Ekimosis yang tampak setelah trauma menunjukkan bahwa traumanya kuat, sehingga harus dilakukan pemeriksaan dari bagian-bagian yang lebih dalam dari mata, juga perlu dibuat foto rontgen kepala. Perdarahan yang timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktur dari dasar tengkorak. Sebagian besar cedera tembus menyebabkan penurunan penglihatan yang mencolok, tetapi cedera akibat partikel kecil berkecepatan tinggi yang dihasilkan oleh tindakan menggerinda atau memalu mungkin hanya menimbulkan nyeri ringan dan kekaburan penglihatan. Tanda-tanda lainnya adalah kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, kamera anterior yang dangkal dengan atau tanpa dilatasi pupil yang eksentrik, hifema, atau perdarahan korpus vitreus. Tekanan intraokuler mungkin rendah, normal, atau yang jarang sedikit meninggi.11 2.6 Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti berikut :a. Trauma tembus pada palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen.12

10

Gambar. 3 Laserasi palpebra

b. Trauma tembus pada saluran lakrimalis

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.12c. Trauma tembus pada Orbita

Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga menimbulkan paralisis dari otot dan diplopia. Selain itu juga bisa menyebabkan infeksi, menimbulkan selulitis orbita, karena adanya benda asing atau adanya hubungan terbuka dengan rongga-rongga di sekitar orbita. 12

11

Gambar. 4 Trauma tembus orbita

d. Trauma tembus pada Kongjungtiva

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. Bila robekan konjungtiva ini kecil atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan lebih dari 1 cm perlu dilakukan penjahitan untuk mencegah granuloma. Pada setiap robekan conjungtiva perlu diperhatikan juga robekan sklera yang biasa disertai robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian antibiotik juga perlu diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.12

Gambar. 5 Trauma tembus subkunjungtiva

12

e. Trauma tembus pada Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola mata dan kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata, sehingga bisa menyebabkan infeksi dari bagian dalam bola mata.12 f. Trauma tembus pada Kornea Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus.12 Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes fluoresia (+). Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga menyebabkan timbulnya ulkus atau herpes pada kornea. Lakukan pemberian antibiotika atau kemoterapeutika yang berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea diangkat, setelah diberi anastesi lokal dengan pantokain. Kalau mulai ada neovaskularisasi dari limbus, berikanlah kortison lokal atau subkonjungtiva. Tetapi jangan diberikan kortison pada luka yang baru atau bila ada herpes kornea.12 Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang berdekatan, kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap konjungtiva). Bila luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian ditutup dengan flap konjungtiva. Jika luka di kornea itu disertai prolaps iris, iris yang keluar harus dipotong dan sisanya di repossisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva. Kalau luka telah berlangsung beberapa jam, sebaiknya bilik mata depan dibilas terlebih dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc, sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika dengan spektrum luas dan sistemik, juga subkonjungtiva.12

13

Gambar .6 Laserasi kornea

g. Trauma tembus pada Uvea Bila terdapat luka pada uvea maka dapat menyebabkan pengaturan banyaknya cahaya yang masuk sehingga muncul fotofobia atau penglihatan kabur.12h. Trauma tembus pada Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tidak adekuat.12 i. Trauma tembus pada Retina Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca.12j. Trauma tembus pada corpus siliar

Luka pada corpus siliar mempunyai prognosis yang buruk, karena kemungkinan besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang berakhir dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma. Sedangkan pada mata yang sehat

14

dapat timbul oftalmia simpatika. Oleh karena itu, bila lukanya besar, disertai prolaps dari isi bola mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya di enukleasi bulbi, supaya mata yang sehat tetap menjadi baik.12 2.7 Diagnosis Diagnosis trauma tajam okuli dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa, informasi yang diperoleh dapat berupa mekanisme dan onset terjadinya trauma, bahan/benda penyebab trauma dan pekerjaan untuk mengetahui penyebabnya. Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokuler apabila terdapat kegiatan memahat, mengasah atau adanya ledakan. Cedera pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang di derita, harus dicurigai adanya penganiayaan pada anak. Riwayat kejadian harus diarah secara khusus pada detail terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat penyakit sebelumnya dan energi.3 Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil aferan. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek ada bagian tepi tulang orbita.3,6,9 Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di segmen anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk mnegetahui tekanan bola mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek penting untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler. Bila benda asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata yang akan di periksa, kemudian

15

diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata. 3,6 Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan digunakan untuk mengetahui posisi benda asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam. Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi pada retina dan sering digunakan pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan pemeriksa. Bila dalam inspeksi terlihat ruptur bola mata, atau adanya kecenderungan ruptur bola mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan lagi. Mata dilindungi dengan pelindung tanpa bebat, kemudian dirujuk ke spesialis mata.6,10 2.8 Penatalaksanaan Trauma Tembus Penatalaksanaan pasien dengan trauma tajam mata adalah 2,12,13 1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit: - Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak. - Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata. - Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan. - Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi. 2. Penatalaksanaan di rumah sakit: - Pemberian antibiotik spektrum luas. - Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi. - Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi. - Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata intak). - Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera. Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti infeksi, Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika. Pada setiap tindakan harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi penglihatan. Bila terdapat

16

benda asing, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan banda asing tersebut.1,6,12 Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat siklopegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraokular yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung FOX pada mata. Analgetik, antimiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan, serta gizi atau nutrisi yang baik. Sebelum dirujuk mata tidak boleh diberi salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberikan steroid lokal, dan bebat yang diberikan pada mata tidak menekan bola mata.13 Pada penutupan luka segmen anterior, harus digunakan teknik-teknik bedah mikro. Laserasi kornea diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk menghasilkan penutupan yang kedap air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari 24 jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik atau dengan memasukkan suatu spatula siklodialisis melalui insisi tusuk di limbus dan menyapu jaringan keluar dari luka. Apabila hal ini tidak dapat dilakukan, apabila jaringan telah t erpajan lebih dari 24 jam, atau apabila jaringan tersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat, maka jaringan yang prolaps harus dieksisi setinggi bibir luka. Setiap jaringan yang dipotong harus dikirim ke laboratorium patologik untuk diperiksa. Dilakukan pembiakan untuk memeriksa kemungkinan infeksi bakteri atau jamur. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi. Reformasi kamera anterior selama tindakan perbaikan dapat dicapai dengan cairan I ntraokuler fisiologis, udara atau viskoelastik.13 Luka sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interupted yang tidak dapat diserap. Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar tindakan lebih mudah dilakukan. Luka keluar di bagian posterior sklera pada cedera tembus ganda dapat sembuh sendiri, dan biasanya tidak dilakukan usaha penutupan.13

17

Bedah

vitreoretinal, bila ada luka kornea yang besar, dapat dilakukan

melalui keratoprostesis Landers Foulks temporer sebelum melakukan penanaman kornea. Enukleasi dan eviserasi primer hanya boleh dipikirkan bila bola mata mengalami kerusakan total. Mata sebelah rentan terhadap oftalmika simpatetik bila terjadi trauma tembus mata terutama bila ada kerusakan di jaringan uvea. Untungnya, komplikasi ini jarang terjadi.12,13 2.9 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi setelah simpatika.7,8 Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam beberapa minggu tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat berlanjut menjadi panoftalmitis.7 Oftalmia simpatika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang tidak cedera dalam jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90% terjadi dalam 1 tahun.8 Diduga akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena cedera, keadaan ini menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman penglihatan mendadak, dan fotofobia yang dapat membaik dengan enukleasi mata yang cedera.7,13 2.10 Prognosis Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal, tipe dan luasnya luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda asing. Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror. Trauma tembus akibat benda asing yg bersifat inert pun mempunyai prognosis yang baik. Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnya reaktif terjadinya trauma tembus adalah endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan oftalmia

18

magnetik lebih mudah dikeluarkan dan prognosisnya lebih baik. Pada luka penetrasi, 50-75% mata akan mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik. 3,13 2.11 Pencegahan Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada masyarakat untuk menghindari terjadinya trauma mata, seperti 2: - Trauma tajam akibat kecelakaan lalu lintas tidak dapat dicegah, kecuali trauma tajam perkelahian. - Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindari terjadinya trauma tajam. - Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya bagi matanya. Orang yang menggunakan lensa dari kaca atau plastik yang sedang bekerja dalam industri atau melakukan aktivitas atletik memiliki resiko terkena pecahan fragmen lensa. Kaca mata yang paling efektif untuk mencegah cedera terdiri dari lensa polikarbonat dalam rangka poliamida dengan tepi penahan di posterior. Sebaiknya digunakan bingkai pada wraparound (bukan bingkai berengsel) karena lebih dapat menahan pukulan dari samping. Pada atletik atau aktivitas rekreasi beresiko tinggi (misalnya perang-perangan dengan peluru hampa atau cat), pelindung mata tanpa lensa tidak selalu melindungi mata secara adekuat. Perlindungan mata yang sesuai terutama diindikasikan bagi mereka yang bermain bola raket, bola tangan, dan squash. Banyak kebutaan yang terjadi akibat olah raga ini, terutama akibat trauma kontusio pada mata yang tidak terlindung dengan baik.2,4,6

19

BAB III KESIMPULAN Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera.2 Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera atau kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen posterior kemudian bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita.1 Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan berolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi, kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut.3,4 Manifestasi klinis berupa visus turun, tekanan intra okular rendah, angulus iridokornealis dangkal, bentuk dan letak pupil berubah, terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera, terdapat jaringan yang prolaps (lepas), seperti: iris, lensa, retina, kemosis konjungtiva. Komplikasi dari trauma tajam okuli adalah endoftalmitis, panoftalmitis, oftalmia simpatika, hemoragik intraokular.2,3,13 Penatalaksanaan diberikan antibiotik topikal, mata ditutup, dan segera dikirim pada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Diberikan antibiotik sistemik secara oral atau intravena, anti tetanus profilaktik, analgesik dan sedatif bila perlu. Steroid lokal dan bebat tidak boleh diberikan. Pengeluaran benda asing sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang memadai.13 Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posterior. Trauma tembus akibat benda asing yg bersifat inert pun mempunyai prognosis yang baik.13

20

DAFTAR PUSTAKA 1. Asbury, Taylor. Trauma Mata. Dalam: Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi XVII. Jakarta: Widya Medika. 2008; 373-80. 2. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: EGC. 1993; 312-26. 3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta: 2004; 192-8. 4. Peate, W. F, Work Related Eye Injuries And Illness. Available at: www.aafp.org. January 15, 2011. 5. Soeroso, A. Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Ruda Paksa. www.portalkalbe.com. Diunduh pada 12 februari 2011. 6. Chew, Chris. Trauma. Dalam : James. Lecture Notes : Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. 2006; 176 85. 7. Indiana 2011. 8. Edward SH Eye Institute. Digital Reference of Ophthalmology-Traumatic Cataract. 2011. 9. Webmaster. Traumatic Cataract. Available at :http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/ophthalmology. February 18, 2011. 10. Berson, FG. Ocular and Orbital Injuries. In : Basic Ophtalmology. 6 th ed. American Academy of Ophtalmology. 1993; 82-87. 11. Khun Frenc, Piramici J Dante. In : Emergensi Management Of Trauma Ocular,. Department of OphthalmologyUniversity of Pcs. Hungary. 2002; 71-86. 12. Rodriguez, Jorge. Prevention And Treatment Of Common Eye Injuries In Sport. Available at: www.aafp.org. June 10, 2010. 13. Rappon, Joseph M. Primary Care Ocular Trauma Management. Available at: www.pacificu.edu/optometry. June 16, 2010. Available at: http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb. February 18, University. Traumatic Cataract. Available February at: 13, http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07.

21

22