Analysis book theories of learning.final
-
Upload
asep-rijal -
Category
Documents
-
view
172 -
download
1
Transcript of Analysis book theories of learning.final
Proposed to meet one of tasks subject BELAJAR & PEMBELAJARAN being guided by Mrs. Atikah
Arranged by Group 2
English Education Department
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) GARUT
2010Pahlawan Sukagalih, St. 20 Telp. (0262)233566
Member List
Asep Rijal (09222041)
Rudiawan Suhud (09221092)
Edwin Januar (09221060)
Ratna Amelia (09221083)
Helena Rob (09221088)
Iis Aisyah (09221096)
Ganjar Firmansyah (09221097)
Risma Febriani (09221056)
Rofi’ah Darojah (09221111)
Shilma Yustitia N (10223004)
Melawati Sartika D (10223005)
Kartinah (09221104)
Devia Aulia S (09221089)
Wina Sapitri (0922106
1
Class 2B
English Education Department
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) GARUT
2010
PREFACE
Thank God the writer turning to the presence of God Almighty, with the praises
offered to Him only. Shalawat prosperous for the great prophet Muhammad SAW and its
friends, relatives, friends, a noble apostle, came to us his followers. Until finally we can
finish this paper with the title "The Resume and Analysis Book of ‘Theories of Learning’
by Winfred F. Hill". This paper is prepared to meet Belajar dan Pembelajaran assignment.
The author realizes that without the help and encouragement from various parties, a small
possibility this paper can be resolved in a timely manner. Therefore on this occasion we
would like to thank as much as possible to:
Allah Almighty for His grace to have the opportunity to work.
Both parent authors who have given good support and material.
Our lecturer Mrs. Atikah
All friends in class 2B arms that have pretty much helped.
4
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
May Allah SWT will reward more. The author realizes that there are still many
errors and deficiencies in the writing of this paper. To that end we welcome any
suggestions and constructive criticism from various parties for further refinement papers.
In conclusion the authors hope this paper may be useful for writers in particular and the
general readers.
Garut, October 2010
Author
CONTENT
PREFACE
CONTENT
RESUME AND ANALYSIS
BAB 5 Pembentukan Teori Formal Menurut Hull ………………………… 1
BAB 6 Teori Pembelajaran Menurut Skiner ……………………………… 2
BAB 7 Aplikasi dan Implikasi Teori Skiner ………………………………
5
BAB 8 Teori Gestalt ………………………………………………………. 7
BAB 9 Teori – Teori Kognitif Erofa yang Lain …...
……………………… 11
BIBLIOGRAPHY
5
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
RESUME AND ANALYSIS
BAB 5 PEMBENTUKAN TEORI FORMAL MENURUT HULL
Di antara semua teori pembelajaran koneksionis, yang palling ambisius adalah teori
yang disusun Clark L. Hull (1884-1952). Dalam konsep Hull, teori yang ideal berbentuk
strukur logis yang terdiri atas postulat-postulat dan teorima-teorima seperti yang ada pada
geometri Euklid. Hal tersebut berupa statement umum mengenai proses-proses dasar yang
relevan. Seperti postulat-postulat geometri, semua itu tidak serta-merta dibuktikan
kebenarannya melainkan dipandang sebagai titik awal menuju pembuktian. Dengan
demikian, teori semacam ini hanyalah rekaan yang bersifat logis. Ketika sebuah teori
terbukti, ini berarti bahwa jika postulat-postulatnya benar, teoremanya juga pasti benar.
Perlu dibuat perbandingan antara teorema dengan hokum actual mengenai perilaku yang
ditunjukan oleh eksperimen. Dengan kata lain, setelah seorang teoriis menetapkan
munculnya teorime maka tertentu dari postulat, berikutnya ia harus menetapkan melalui
eksperimen apakah hal itu benar.
Bagi seorang yang tidak terbiasa dengan filsafat ilmu, pendekatan ini mungkin
terlihat janggal. Para teoritis bertolak dari postulat-postulat yang mungkin benar atau
tidak. Mereka kemudian membuktikan secara logis. Berikutnya, mereka menetapkan
melalui eksperimen apakah masing-masing teorema tersebut memang benar. Pada
akhirnya, mereka menggunakan kebenaran atau kesalahan teorema-teorema tersebut untuk
menegaskan secara tidak langsung kebenaran atau kesalahan postulat-postulat sebelumnya.
Meskipun pendekatan teoritis ini mungkin kedengaran rumit dan anieh, hal ini sebenarnya
sejalan dengan apa yang kita lakukan dalam berbagai situasi sehari-hari.
Bisa dipahami dari paparan diatas bahwa Hull tidak memandang teorinya sebagai
statement akhir melainkan teorinya dimaksudkan sebagai rumusan sementara. Teori-teori
Waston dan Gutherie misalnya cukup banayak keraguan mengenai apa yang mereka
prediksi dalam situasi tertentu. Sebaliknya Hull hendak menciptakan suatu teori yang
cukup spesifik sehingga kita lebih mudah untuk melihat apabila teori itu berlawanan
dengan bukti yang ada.
6
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
Analisis dan tanggapan:
Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa, teori-teori yang diungkapkan oleh
Hull dan pendahulunya hanya bersifat teoritis ilmiah yang menjadi acuan dalam proses
pembelajaran serta pemecahan masalah guna mempermudah proses belajar dan mengajar.
Hal ini disebabkan proses pembelajaran disuatu wilayah atau komunitas tertentu sangat
erat kaitannya dengan kehidupan sosial dan psikologi objeknya. Buktinya, dalam
menganalisis permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran tetap menyesuaikan
pada situasi dan kondisi objek yang bersangkutannya. Misal, seperti yang digambarkan
dalam buku Theories of Learning yakni seorang siswa yang sulit untuk menjawab atau
mengerjakan soal di depan kelas mempunyai alasan yang beragam, baik yang bersifat
akademik ataupun psikis (rasa takut salah, rasa malu, dsb), dengan kata lain tidak kepastian
penyebab munculnya sebuah masalah pembelajaran.
BAB 6 TEORI PEMBELAJARAN MENURUT SKINNER
Dua Jenis Pembelajaran
Skinner mengemukakan ada dua jenis pembelajaran. Kedua jenis pembelajaran ini
berbeda karena masing-masing mencakup jenis perilaku tersendiri. Yaitu perilaku
responden dan perilaku operan. Apabila perilaku responden dicirikan oleh kemunculannya
sebagai respon atas stimuli, perilaku operan dicirikan oleh operasinya terhadap lingkungan
untuk menjaga berlangsungnya konsekuensi tertentu. Sebagian besar perilaku tergolong
dalam jenis ini: berjalan, berbicara, bekerja, dan bermain semuanya terbentuk. Perilaku
operan bertolak belakang dengan perilaku responden menarik tangan ketika menyentuh
kompor panas, yang dihasilkan nyaris tanpa memandang kondisi-kondisi lainnya.
Sementara itu Ghutrie menganalisis setiap bagian perilaku menurut stimulus yang
menghasilkannya. Skiner lebih memilih untuk berpendirian bahwa kebanyakan perilaku
(operan) dihasilkan oleh organisme itu sendiri, tanpa perlu repot mempertimbangkan
bermacam-macam stimuli yang terkait dengannya.
7
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
Penguat Positif dan Negatif
Walau Skinner berfokus pada penguat positif (positive reinforcers), ia juga
mengakui keberadaan penguat negatif (negative reinforcers). Penguat negative berwujud
stimuli penghindaran. Hilangnya penguat negative akan meningkatkan kemungkinan
respon sebelumnya, sama halnya seperti adanya penguat positif.
Satu hal terpenting mengenai penguat, yang positif maupun yang negatif, bahwa
keduanya bisa dikondisikan. Penguatan negative berasal dari hilangnya suatu penguat
negative, sementara hukuman mengadakan suatu penguat negative. Secara umum Skinner
memandang hukuman sebagai metode yang buruk untuk mengontrol perilaku. Salah satu
penyebabnya adalah karena kemungkinan menjadi bumerang tersebut, yang menghasilkan
efek bertolak belakang dengan yang diinginkan.
Meskipun demikian Skinner tidak mengklaim bahwa hukuman tidak bernilai
sebagai alat untuk mengubah perilaku.
Peran Stimuli
Stimuli bisa menentukan apakah operan tertentu akan terjadi atau tidak. Individu
telah belajar mendiskriminasi antara stimuli, stimuli itu disebut stimuli diskriminatif.
Stimulus diskriminatif positif adalah stimulus yang menunjukkan bahwa merespon akan
dikuatkan; stimulus deskriminatif negative menunjukkan bahwa merespon tidak akan
dikuatkan.
Analisis dan tanggapan:
Dalam hal ini teori pembelajaran menurut Skinner cukup berbeda dengan teori-teori
pembelajaran pada umumnya. Karena Skinner adalah tipe orang yang tidak suka memakai
teori orang lain. Saya setuju dengan manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa
usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara lain dengan penguatan
(reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak
memberi imbalan pada perilaku yang tidak tepat.Dan manajemen ini cukup bermanfaat jika
kita lihat bahkan sangat efektif. Karena kenakalan siswa bersumber dari kebiasaannya
8
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
dalam berperilaku sehari-hari. Jika dibiarkan terus menerus akan terbawa ke dalam usia
dewasanya yang pada akhirnya akan menjadi perilaku buruk.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas
berbeda dengan perilaku responden. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan
adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas
melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak
disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen
adalah penguat positifnya. Nah dalam hal ini penguatan positif yang paling penting dalam
menghadapi siswa. Yaitu memberikan penghargaan kepada anak yang berperilaku baik.
Jika setiap guru menerapkan sistem ini kepada muridnya maka akan terjalin kedekatan
antara guru dan murid sehingga murid tersebut akan lebih mudah dikendalikan.
Skinner menghilangkan sistem hukuman dengan alasan yang cukup kuat karena
terkadang seorang siswa yang diberi hukuman bukan menyadari kesalahannya malah
berbalik marah terhadap gurunya yang memberikan hukuman. Hal ini bisa kita lihat dari
kasus-kasus yang terjadi di Indonesia yang sering kita saksikan di televise, yaitu seorang
siswa yang tega memukuli gurunya karena dendam.
Siswa membutuhkan rangsangan dan motivasi untuk belajar, sistem pengajaran
yang membuat siswa nyaman dalam belajar. Pengajar harus melihat kemampuan belajar
siswanya, tidak mengajar dengan menyesuaikan pada kemampuannya sebagai pengajar,
tetapi harus mengajar dengan melihat kemampuan siswanya sebagai objek pengajaran.
Ada beberapa keuntungan dari penerapan teori Skinner ini yaitu:
Seorang guru diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya
pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan. Terkadang siswa memerlukan pendekatan dari gurunya, dan hal ini
memperlancar kedekatan guru dan muridnya.
Namun disamping keuntungan tentunya pasti ada keburukannya yaitu:
9
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik
menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat akan menyulitkan
lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan sistem ini, tugas guru akan
menjadi semakin berat.
Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik
adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu
mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Selain itu kesalahan
dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan
rangking, juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran.
Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan
sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang
ditunjukkan para siswa: misalnya memberikan memberikan penghargaan khusus sesuai
dengan bakat-bakat yang dimiliki anak.
BAB 7 APLIKASI DAN IMPLEKASI TEORI SKINNER
Skiner mencoba menerapkan sistem atau metode ‘Modifikasi Perilaku’ di dalam
ilmu pendidikan sebagai suatu teknik psikoterapis, yang berguna untuk menangani masalah
psikosis pada anak didik dan juga pada orang- orang yang mengalami masalah kejiwaan.
Metode ini dilakukan dengan cara pendekatan. Pendekatan ini pada dasarnya serupa
dengan Guthrie namun di tambah dengan elemen penguatan; pendekatan ini menjadi
landasan bagi berbagai teknik modifikasi perilaku (behavior modification) dalam
psikoterapi.
Pendekatan modifikasi perilaku bisa diilustrasikan dengan sebuah kasus di sebuah
taman anak – anak disembuhkan dari kebiasaan nangis yang berlebihan (Hart dkk. 1964)
dengan pendekatan Skineria, memulai dengan mendiferensiasikan perilaku anak sebagai
responden ( biasanya disebabkan oleh rasa skit fisik dan bukan karena situasi sosial.) dan
operan ( tidak disebabkan oleh stimulasi spesifik namun terjadi ketika ada orang dewasa
didekatntya dan anak menangis sambil melirik mata orang dewasa tersebut. Hendak
10
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
melihat reaksi orang dewasa). Semua guru taman anak- anak dilatih untuk mengenali dan
mengabaikan tangisan operan. Sekalipun demikian, ketika anak- anak bermain secara
konstruktif, guru – guru memuji mereka dan menujukan kasih sayang kepada mereka. Jadi
yang semula anak- anak selalu menangis dengan tangisan operannya ketika didekati atau
diperhatikan oleh gurunya, kini tangisan operanpun menghilang.
Teknik serupa juga telah digunakan di rumah –rumah sakit jiwa dalam situasi
lainya, untuk mengatasi berbagai macam perilaku seperti makan berlebihan,mkan terlalu
sedikitr dan menumpuk – numpuk handuk (oleh seorang pasien rumah sakit jiwa)
Para pendukung memendang modifikasi perilaku sebagai inovasi signifikan yang
pernah dibuat dalam psikoterapi. Untuk mendukung pandangan ini, mereka
mengemukakan banyak keberhasilan dramatis – perubahan positif dan perilaku yang
meskipun berlangsung lambat ,namun masih lebih cepat dibandingkan psikoterapi
tradisional,teknik ini juga bisa digunakan dalam berbagai situasi untuk menghasilkan
perubahan perilaku.
Skiner telah menghasilkan efek praktis yang menonjol di bidang pendidikan.
Aplikasi ini berupa kajian atas pembelajaran terprogram (programmed learning). Yang
pertama kali dipopulerkan melalui penggunaan mesin – mesin pembelajaran. (Mesin –
mesin pembelajaran berupa buku – buku latihan yang akan diisi oleh siswa). Tujuannya
adalah memberlakukan pembelajaran ruang kelas seperti situasi lain dimana perilaku
tertentu - dalam hal ini biasanya prilaku verbal – hendak dibentuk. Siswa harus melangkah
secara bertahap dari materi yang familiar ke materi tidak familiar, dan juga belajar
diskriminasi yang diperlukan dan juga harus memberi penguatan. Dengan mesin
pembelajaran yang dibuat oleh Skiner dapat memiliki kelebihan yang sama seperti murid
yang lain disekolah.
Komponen dasar ini adalah program, yang meliputi rangkaian item pengajaran dan
tes yang secara bertahap menuntun murid untuk menghadapi materi yang hendak
dipelajari. Satu item bisa mengandung informasi baru atau tidak, namun dalam masing –
masingnya siswa dituntut untuk mengisi lembar kosong dengan statemen dan kemudian
menengok jawaban yang benar. Skinner cenderung membuat ketentuan – ketentuen
pembelajaran dengan bertahap sehingga siswa jarang membuat kekeliruan.
11
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
Analisis dan tanggapan:
Teori yang diterapkan oleh Skinner ini sangat baik untuk dijadikan pegangan oleh
calon pendidik untuk menghadapi para calon peserta didik. Dengan cara modifikasai
perilaku atau cara pendekatan terhadap anak didik, kita selaku pendidik dapat memahami
karakteristik anak tersebut dan mencoba mengatasi masalah psikis yang mungkin terjadi
pada anak peserta didik kita, dan dengan adanya mesin pembelajaran yang di terapkan oleh
Skinner menuntun anak perserta didik untuk menghadapi materi yang hendak dipelajari
oleh anak didik, dan pada akhirnya kita dapat mengetahui kemampuan anak tersebut.
BAB 8 TEORI GESTALT
Implikasi Gestalt
Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi dan
dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat
mempelajari higher mental process yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap
dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan menyumbangkan
ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya
perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental
seperti persepsi, insight, dan problem solving beroperasi.
Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan (persepsi) dan mencapai
sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar
belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomenal
demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah.
Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah
belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat /sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu
dibawanya dalam studi mengenai belajar. Karena asumsi bahwa hukum–hukum atau
prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar,
12
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang
menguasai proses pengamatan itu.
Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi
(organized form) dan pola persepsi manusia. Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-
hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi
Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field
theory.
13
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
Aplikasi prinsip Gestalt
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses
belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi,
seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam
suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya
dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal
yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis
dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan
berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh
karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan
membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan
dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan
hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan
peserta didik.
e. Transfer dalam belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar
terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam
situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam 14
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-
prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Ada beberapa hal yang patut dicatat sebagai implikasi dari aliran Gestalt.
Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :
1. Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara
intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya
2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap
dengan segala aspek-aspeknya.
4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
5. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi
dorongan yang mengerakan seluruh organisme.
7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana
yang diisi.
Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahkan masalah. Hal ini
nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu
pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu pengamatan secara cermat
dan lengkap. Kemudian bagaimana seseorang itu dapat memecahkan masalah menurut J.
Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:
15
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
1. Realisasi adanya masalah. Jadi harus memahami apa masalahnya dan juga harus
dapat merumuskan
2. Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan
masalah.
3. Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
4. Menilai dan mencoba usaha pembuktian hipotesa dengan keterangan-keterangan
yang diperoleh.
5. Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau membuat sesuatu dengan hasil
pemecahan soal itu.
BAB 9 TEORI- TEORI KOGNITIF EROFA YANG LAIN
Teori Gestalt bermula di Erofa dan tumbuh sebagai perspektif dengan cirri khas
Erofa. Kita membahas dua di antaranya, yang satu dengan penekanan dalam hal motivasi,
yang lainnya dalam hal perkembangan.
System Kurt Lewin
Ia mempunyai minat yang berbeda dengan yang lainnya dalam beberapa hal.
apabila yang lain focus pada masalah-masalah teknis di seputar persepsi, pembelajaran dan
pikiran, ia berfokus pada motivasi, keperibadian dan psikologi social. Untuk mengkaji hal
ini ia tidak mengembangkan sebuah system berupa teori pembelajaran melainkan system
deskripsi di mana pembelajaran, motivasi, kepribadian dan perilakusosial semuanya bias
dikaji.
Ruang hidup
Lewin bermaksud merancang sebuah system teoritis yang bisa digunakan untuk
memprediksi prilaku seorang individu yang termotivasi. Konsep ini bisa didefinisikan
sebagai totalitas fakta yang menentukan prilaku seorang individu pada waktu tertentu.
Secara konseptual hal ini tergambar sebagai sebuah ruang dua dimensi dimana individu
16
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
bergerak. Ruang ini mewadahi orang itu sendiri, tujuan yang ia usahakan,’tujuan’ negative
yang hendak ia hindari, halangan yang membatasi gerakannya, dan jalur yang harus ia
tempuh untuk meraih keinginannya. Mungkin bias dikatakan ruang hidup adalah
‘lingkungan sebagaimana yang ada dalam pandangan seseorang’. Namun kita harus tetap
ingat bahwa yang kita maksud sebenarnya adalah ‘lingkungan sebagaimana yang
mempengaruhi prilaku seseorang. Lewin mwnggambarkan ruang hidup dengan diagram
dua dimensi. Sembarang tempat, objek dan situasi yang hendak didekati oleh individu di
katakana memiliki volensi positif. Sembarang hal yang hendak dihindari individu
dikatakan memiliki valensi negative dan ditunjukan dengan tanda minus. Halangan
ditunjukan dengan garis tebal yang menghalangi satu bagian ruang hidip dari bagian
lainnya.
Memprediksi prilaku
Wilayah-wilayah topologis dalam ruang hidup seseorang dan penghalang yang ada
di antaranya memperlihatkan jalur mana yang secara subjektif memungkinkan untuk di
tempuh. Lewin juga ingin bisa menunjukan kuatnya kecenderungan untuk mendekati atau
menghindari berbagai titik dalam ruang hidup. Mengenai hal ini lewin menambahkan
vector ke dalam sistemnya. Vector adalah kekuatan yang beroperasi dalam arah tertentu.
Vector digambarkan dengan anak panah, dengan ujungnya nenunjukan arah dan
panjangnya anak panah menunjukan kekuatannya. Hal ini menunjukan kekuatan mana
yang paling berpengaruh pada individu.
Psikologi topologis Lewin tidak menyatakan prilaku yang pasti akan terjadi pada
individu dan dia menyatakan bahwa semakin kita mengetahui detail ruang hidup
seseorang, kita bisa mempersempit cakupan kemungkinan yang terbuka baginya.
Kelemahan Lewin dalam memprediksi pembelajaran
Bagaimana juga dari sudut pandang psikologi pembelajaran kontribusi Lewin
cukup terbatas. Ia menawarkan sebuah system yang menjelaskan dan memprediksi
perilaku namun tidak menawarkan suatu teori pembelajaran. Pengetahuan mengenai ruang
hidup yang dijelaskan oleh Lewin memungkinkan kita untuk memprediksi secara logis apa
yang akan dilakukan oleh individu. Agar metode ini bekerja, ruang hidupnya harus tetap
sama kecuali posisi orang itu didalamnya. Akan tetapi pembelajaran melibatkan adanya
17
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
perubahan dalam ruang hidup. Tetapi dalam banyak kasus kita juga harus
mempertimbangkab realitas eksternal yang bersipat fisik.
Jika seorang individu mendapati sebuah pintu yang di sangkanya tidak terkunci dan
mencoba membukanya namun ternyata terkunci, pintu itu dalam ruang hidupnya berubah
dari batas yang bisa di tembus menjadi penghalang. Tentu saja Lewin sadar akan persoalan
ini, ia juga mendiskusikan tentang bagaimana kejadia-kejadian eksternal bias
menghasilkan perubahan dalam ruang hidup.
Piaget dan perkembanbgan kognitf
Teoritisi kognitif yang telah kita bahas sampai disini menekankan penjelasan
mengenai persepsi, motivasi, dan pemecahan masalah di mana semua itu beroperasi pada
individu pada saat tertentu. Sungguhpun demikian, tradisi konitif Erofa tidak mengabaikan
perubahan semacam itu. Anak-anak menalar dan memecahkan masalah mereka dengan
cara-cara yang sering kaliberbeda dengan cara orang dewasa, dan proses perkembangan
pemikiran anak-anak menjadi pemikiran orang dewasa pun telah diamati oleh sejumlah
psikilog, baik eropa maupun bukan.
Beberapa konsep dasar system Piaget
Salah satu cara mengidentifikasi seorang teoritisi adalah dengan melihat variabel
perantara yang ia postulasikan. Piaget menggunakan skema sebagai variable perantara
favoritnya. Skemata adalah cara mempersepsi, memahami dan berpikir tentang dunia. Kita
bias menyebutmya sebagai kerangka atau struktur pengorganisir aktivitas mental. Skemata
mencakup beberapa jenis antisipasi, terkait dengan cara berlangsungnya suatu peristiwa
pada umumnya. Pembentukan dan perubahan skemata ini menjadi hakikat perkembangan
kognitif.
Tahapan-tahapan dalam perkembangan koknitif
Jika kita hanya memandang dalam asas akomodasi, yang akan terbayang adalah
skemata seseorang selalu berubah selam hidupnya. Karena skemata akan berubah dengan
pelan, dimungkinkan untuk mendeskripsikan cara seseorang menginterpretasikan dunia
pada waktu tertentu tanpa terganggu oleh perubahan pelan-pelan dalam interpretasi
tersebut.
18
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
Salah satu teori Piaget adalah daftarnya mengenai tahapan perkembangan.
Adapun versi paling gamblang dari kwalifikasi Piaget terdiri atas empat tahapan:
sensori-motor, praoperasional, operasi konkret dan operasi formal. Masing-masing tahapan
menunjukan adanya peningkatan atas peningkatan sebelumnya dalam hal kemampuan anak
dalam memikir abstrak memprediksi dunia secara tepat, menjelaskan sebab-sebab terjadi
sesuatu secara akurat, dan caranya menghadapi dunia secara intelektual.
Tahapan pertama disebut dengan sensori-motor(sensory-motor). Tahapan ini
berlangsung sejak lahir sampai usia 2 tahun. Skemata yang berkembang dalam tahapan ini
adalah skemata yang melibatkan persepsi anak, mengenai dunia koordinasi yang ia
gunakan untuk menghadapi dunia. Selama periode ini anak membentuk konsepsi-konsepsi
paling dasar mengenai hakikat dunia material. Ia pembelajaran bahwa sebuah objek yang
menghilang bisa mincul kembali.
Tahapan kedua adalah tahapan pra operasional (preoperational), berlangsung pada
usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahapan ini anak mulai memperhatikan efek yang dihasilkan
dari pembelajaran bahasa. Ia mampu merepresentasikan benda dan kejadian secara
simbolis: ia bukan hanya berbuat sesuatu pada mereka, melainkan juga berpikir tentang
mereka.representasi internal ini membuat anak lebih fleksible dalam menghadapi dunia
secara adaftif, dan dengan melekatkan kata-kata pada benda-benda itu, membuat ia
memiliki kekuatan yang lebih besar melalui komunikasi.
Tahapan ketiga adalah operasi konkret (concrete operations), yang berlangsung
pada usia sekitar 7 sampai 11 tahun. Tahapan ini menunjukan adanya peningkatan
fleksibilitas yang melebihi tahapan pra operasional. Jenis-jenis operasi yang terkandung
dalam tahapan ini mencangkup upaya mengklasifikasi mengkombinasi dan
membandingkan.
Tahapan empat dan terakhir adalah operasi formal (formal operations), yang
berawal dari sekitar usia 11 tahun berupa peningkatan cara berpikir abstrak yang
berlangsung hingga sekitar usia 16. Pada tahapan ini kapasitas anak untuk melakukan
manipulasi simbolis mencapai puncaknya.
Konservasi
19
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
Piaget menggunakan istilah konservasi mirip sekali dengan istilah kekekalan masa
dalam ilmu fisika. Ungkapan ini menunjuk pada fakta, bahwa sebagian segi kuantitatif
suatu benda akan tetap sama meskipun terjadi perubahan pada segi lainnya. Ketidak
mampu untuk menunjukan konservasi jumlah atau bobot berasal dari karakteristik yang
sama pada anak praoperasional. Ketidak mampuan untuk menunjukan konservasi ini
mungkin nampak aneh bagi sebagian besar orang dewasa sehingga kita tergoda untuk
berpendapat bahwa persoalannya hanya berupa sedikit kesalah pahaman mengenai kata-
kata.
Tradisi Gestalt dan Pembelajaran
Pada dasarnya psikologi Gestalt bukan merupakan teori pembelajaran, dan
pengamatan kita terhadap teori Lewin menunjukan sebab-sebab mengapa upanyanya untuk
membahas topik pembelajaran tidak selalu berhasil. Adapun teori-teori Piaget, perubahan
dan perkembangan yang dihasilkan dari pembelajaran berlangsung dengan amat lambat
dan kita seringkali kesulitan untuk memastikan variabel independen apa yang
menyebabkan perubahan tertentu. Akibatnya, kedua teori ini tidak memiliki jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang dipandang amat penting oleh banyak teoretisi pembelajaran.
Seperti dikatakan Lewin, teorinya (dan teori-teori lain yang terkait) bisa amat bernilai
untuk memprediksi dan memahami prilaku individu.
Analisis dan tanggapan:
Sebuah proses pembelajaran atau proses belajar seseorang tidak pernah terlepas
dari kekutan motivasi dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Kedua ahli tersebut
menyebutkan hal yang sama tentang kekuatan motivasi yang bisa mempengaruhi sikap
sesorang untuk menjadi lebih baik. Lewin juga menjelaskan sebuah teori untuk
memprediksi tingkah laku seseorang, ia menjelaskan semakin tahu detail kehidupan
sesorang akan semakin mudah kita memprediksikan tingkah laku orang tersebut. Teori ini
sangat membantu bagi calon guru yang akan menghadapi berbagai karakter disekolahnya
nanti. Dengan demikian guru bisa mempersiapkan segala sesuatunya dengan tepat, sesuai
dengan situasi dan karakter objek pembelajarannya (siswa).
20
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill
Dengan mengetahui tahapan-tahapan perkembangan anak dalam proses belajar,
guru semakin mudah untuk menyesuaikan sistem dan cara kerja yang cocok dengan
tahapan yang ia hadapi. Tentunya semua itu tidak bisa dilihat langsung dengan kasat mata
(psikologi), namun dengan adanya sumbangsih dari para ahli psikologi pembelajaran kita
bisa memprediksikan apa yang terjadi nanti disaat proses pembelajaran dimulai.
21
The Resume and Analysis Book of “Theories of Learning” by Winfred F. Hill