ANALISIS WACANA TEUN A VAN DIJK DALAM...
Transcript of ANALISIS WACANA TEUN A VAN DIJK DALAM...
ANALISIS WACANA TEUN A VAN DIJK DALAM PEMBERITAAN LAPORAN UTAMA MAJALAH
GATRA TENTANG SERUAN BOIKOT ISRAEL DARI NEW YORK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh Fauziah Mursid
NIM: 109051100055
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434 H./ 2013 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Mei 2013
Fauziah Mursid
i
ABSTRAK
Fauziah Mursid
Analisis Wacana Teun A Van Dijk dalam Pemberitaan Laporan Utama Majalah Gatra tentang Seruan Boikot Israel dari New York
Israel dan Palestina adalah dua negeri yang tidak terlepas dari pembicaraan publik. Masalah wilayah yang terjadi antara Israel dan Palestina sejak tahun 1947 terus berkembang hingga saat ini. Terakhir pemberitaan mengenai masalah ini adalah upaya yang dilakukan negara-negara dunia untuk menekan Israel yakni melakukan gerakan pemboikotan terhadap produk Israel yang dihasilkan di wilayah kependudukan. Selanjutnya pernyataan ini berkembang menjadi pemberitaan yang hangat di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Berbagai media massa di Indonesia mengangkat berita seputar boikot ini. Salah satunya adalah Majalah Gatra yang mengangkat tema ini sebagai laporan utama. Namun, disadari atau tidak, media massa saat ini merupakan arena konstruksi dan produksi makna sebuah realitas.
Untuk mengetahui produksi berita dalam Majalah Gatra, maka timbul
beberapa pertanyaan, yaitu: Bagaimana deskripsi teks yang dibangun majalah Gatra pada Pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York? Bagaimana model kognisi sosial Majalah Gatra pada Pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York? Bagaimana konteks sosial Majalah Gatra pada Pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York?
Dalam menjawab rumusan masalah ini, teori yang penulis gunakan adalah
teori analisis wacana Teun A van Dijk yang lebih mendekatkan pada segi kognisi sosial, melihat bagaimana kognisi yang dibangun dalam hal ini adalah penulis majalah Gatra. Selain itu, kognisi juga bukan tercipta dengan sendirinya tetapi merupakan produk konstruksi dari lingkungan kognisi itu lahir, yakni konteks sosial. Konteks sosial juga berperan dalam penentuan kognisi sosial seseorang.
Melalui wawancara dan analisis dokumentasi yang peneliti lakukan,
bahwa pemberitaan Israel dan Palestina selama ini berkembang menjadi isu sentimen agama mengingat kultur di Indonesia yang mayoritas Islam termasuk pada pemberitaan boikot produk Israel ini. Pada pemberitaan boikot produk Israel tersebut, bukan hanya memberitakan mengenai pernyataan Marty atas boikot produk saja. Tetapi juga lebih banyak penambahan makna yang mendukung atas pemboikotan tersebut. Pemilihan kata dalam teks serta skema komposisi berita yang menjadi alasan bentuk ketimpangan tersebut. Penulis melihat berita tersebut bukan hadir dengan sendirinya melainkan merupakan hasil dari kognisi penulis berita disertai konteks sosial yang melatarbelakanginya.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dzat Yang Maha Besar yang
senantiasa memberikan limpahan Rahmat dan Kasih-Nya kepada hamba-
hambanya. Puji serta sykur Penulis panjatkan dengan petunjuk serta Ridho-Nya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Wacana
Teun A van Dijk dalam Pemberitaan Laporan Utama Majalah Gatra Seruan
Boikot Israel dari New York sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Seperti diketahui bahwa penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir penulis
sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) di
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa begitu
banyak dukungan dan perhatian yang penulis dapatkan dari berbagai pihak
sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skipsi ini akhirnya
dapat dilalui. Namun tentunya, ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup
untuk membalas dukungan-dukungan tersebut. Namun bagaimana pun, penulis
menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungannya baik moril
maupun materil selama proses menyeselesaikan studi kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Drs. Mahmud Jalal M.A., Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Bapak Wahidin Saputra, MA., Wakil Dekan Bidang
Akademik, dan Bapak Drs. Study Rizal, LK. MA., Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ibu Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu Ade Rina
Farida, M.Si. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu
iii
mendukung dan memberi banyak kemudahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Tantan Hermansah M.Si.,dosen pembimbing penulis yang telah
begitu banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Study Rizal, LK. M.A selaku ketua penguji sidang yang
merangkap juga sebagai dosen penguji satu dan Bapak Drs. M. Hudri M.Ag
selaku dosen penguji dua yang telah memberikan saran dan masukan dalam
skripsi ini.
5. Seluruh Dosen, serta para staf-staf tata usaha Fakultas ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara khusus penulis
ucapkan terima kasih kepada Dosen Jurnalistik sekaligus pemimpin redaksi
Berita UIN ketika penuulis tergabung di dalamnya, Bapak Nanang Saikhu
yang banyak mengajari penulis, dunia tulis menulis.
6. Kepada pihak Majalah Gatra yang turut berperan dalam selesainya
penelitian penulis, khususnya kepada Sekretaris Redaksi Gatra Mas Sapto,
Bapak Asrori Karni dan Bapak Erwin Y Salim. Terimakasih telah
meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk penulis wawancarai.
7. Secara khusus dan paling utama adalah yang penulis banggakan, kedua
orang tua, H. Mursidun dan Sri Pindani yang telah banyak memberikan doa,
dukungan dan pengorbanan yang tak terkira selama penulis hidup hingga
saat ini.
iv
8. Adik dan Kakak penulis, Abdul Basit Pamungkas terima kasih telah
mengganggu kehidupan Penulis selama ini serta Muhammad Furqon yang
juga tak kalah pentingnya atas terselesaikannya skripsi ini.
9. Nurul Rizki Salam, seseorang yang hingga skripsi ini tersusun menjadi
seseorang yang berarti serta tak henti-hentinya memberi semangat dan
dukungannya kepada Penulis, terimakasih semangat dan dukungannya ya.
Terus berjuang ya bersama-sama!
10. Teman-teman seperjuangan Jurnalistik B angkatan 2009, yang telah menjadi
bagian hidup penulis selama mengenyam pendidikan di UIN Jakarta
diantaranya, Imas Damayanti, Arintika Asharrani, Adjri Septiani, Marisha
Arianti Agustin, Samsul, Andin, Putri Nurazizah, Turi, Dewi Rifqina, Dewi
Febriyanti, Ima, Devi, Pipite, Linda, Phebe, Anis, Puti, Ucup, Sigit, Ali,
Jejep, Ilham Aldiansyah, Bobby, Jauhari, Omen, Nunu, Bima, Dul, Azis,
Mekar, Devit.
11. Sahabat-sahabat penulis yang selalu ada di saat suka maupun duka. Tia,
Tuffah, dan Nevy yang tak pernah lelah untuk menyemangati penulis. Dan
untuk Hilda Savitri, seorang yang selama tiga tahun lebih berjuang bersama
penulis, yang paling memahami penulis dan mengajarkan penulis banyak
hal.
12. Teman-teman anggota KKN PENA dan segenap warga Gunung Seureuh,
terima kasih atas kebersamaannya dan pengalamannya sebulan disana.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran sehingga dapat menjadi
acuan pembelajaran penulis. Akhirnya, penulis berharap agar skripsi ini dapat
v
memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya
dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, 14 Mei 2013
Fauziah Mursid
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 4 C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5 D. Manfaat penelitian ..................................................................... 5 E. Metodologi Penelitian ............................................................... 6
1. Pendekatan Penelitian ........................................................ 6 2. Objek Penelitian .................................................................. 6 3. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 6 4. Teknik Analisis Data ........................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan ................................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Analisis Wacana ....................................................................... 12 1. Definisi Analisis Wacana ................................................. 12 2. Konsep Utama Analisis Wacana kritis .............................. 16 3. Analisis Wacana Teun A van Dijk .................................... 19
B. Berita dan Media Massa dalam Paradigma Kritis ................... 29
BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH GATRA
A. Sejarah Majalah GATRA ....................................................... 34 B. Visi dan Misi Majalah GATRA ............................................. 36 C. Perkembangan Majalah GATRA ........................................... 39 D. Struktur Organisasi ................................................................. 40 E. Segmentasi Pemasaran ........................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Analisis Struktur Teks Laporan Utama Majalah GATRA “Seruan Boikot Israel dari New York ..................................... 45
B. Analisis Kognisi Sosial Laporan Utama Majalah GATRA “Seruan Boikot Israel dari New York ..................................... 62
C. Analisis Konteks sosial Laporan Utama Majalah GATRA “Seruan Boikot Israel dari New York ……………......... ....... 69
BAB V PENUTUP
vii
A. Kesimpulan ............................................................................... 77 B. Saran ......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. ix
LAMPIRAN ................................................................................................ xi
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Struktur Elemen Analisis Wacana ............................................... 9
Tabel 2.1 Struktur Analisis van Dijk ........................................................... 22
Tabel 2.2 Elemen Analisis Wacana van Dijk .............................................. 23
Tabel 4.1 Kerangka Analisis Data Laporan Utama 1 “Seruan Boikot Israel dari New York” ................................................................. 58
Tabel 4.2 Kerangka Analisis Data Laporan Utama 2 “Tidak Beli Demi Palestina” ..................................................................................... 63
Tabel. 4.3 Skema Kognisi Sosial Majalah GATRA .................................... 70
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Analisis Wacana van Dijk ............................................... 9
Gambar 2 Model Analisis Wacana van Dijk ............................................... 21
Gambar 3 Pembaca berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 44
Gambar 4 pembaca berdasarkan Usia .......................................................... 45
Gambar 5 Pembaca berdasarkan pendidikan ............................................... 45
Gambar 6 Pembaca berdasarkan pekerjaan ................................................. 46
Gambar 7 pembaca berdasarkan kesetiaan pembaca ................................... 46
Gambar 8 Alur Peliputan Berita Redaksi Majalah GATRA ........................ 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi saat ini membuat masyarakat menjadi tergantung dengan
media komunikasi. Saat ini manusia tidak pernah lepas dari media komunikasi.
Dalam sebuah riset diperoleh informasi bahwa maju tidaknya suatu negara
ditandai dengan penggunaan media komunikasi di negara tersebut. Media
komunikasi yang dimaksud dalam hal ini yaitu media massa.
Komunikasi massa merupakan disiplin ilmu yang umurnya lebih muda
dibandingkan dengandisiplin ilmu lainnya. Pada dasarnya komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media
massa yang termasuk dalam komunikasi massa ini dihasilkan oleh teknologi
canggih.Media massa yang dimaksud menunjuk pada hasil produksi teknologi
modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.1
Media massa sesuai perannya berfungsi sebagai pemberi informasi,
pemberi identitas pribadi, sarana integrasi dan interaksi sosial, serta sebagai
sarana hiburan. Seiring dengan perkembangannya, media massa, salah satu
contohnya media cetak kini telah menjelma menjadi alat propaganda paling
efektif. Melalui berita yang dikemasnya, media cetak berperan dalam mengubah
pola pikir masyarakat. Masyarakat dengan mudah dipengaruhi oleh arah opini
yang telah digiring media cetak untuk menjalin relasi antara wacana dan
kekuasaan.
1Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: RajaGrafindo, 2007) h. 4.
2
Pada dasarnya kehadiran media massa seharusnya sebagai sarana
penyampai informasi yang tepat dan faktual kepada masyarakat. Oleh karena itu,
media massa dituntut untuk memberikan informasi yang netral dan berimbang
kepada khalayaknya. Namun disadari atau tidak, media massa saat ini merupakan
produk informasi buatan dari ideologi tertentu. Bagaimana hegemoni (idelogis)
dapat menebarkan sayapnya, Stuart Hall berpendapat, media massa merupakan
sarana paling penting dari kapitalisme abad ke-20 untuk memelihara hegemoni
ideologis. Melalui mekanisme kerja tertentu, segala bentuk ekspresi dan cara
penerapannya dalam rangka memengaruhi alam pikiran media, serta kemampuan
media untuk membentuk agenda setting masyarakat dalam menentukan pilihan-
pilihan kultural.1
Analisis wacana kritis diartikan bahwa tidak ada media massa yang
sepenuhnya netral. Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subyek
yang mengkontruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan
pemihakannya.2 Media dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk
mendominasi kelompok yang tidak dominan. Hal tersebut di atas dapat dipahami
karena di setiap proses produksi, distribusi, dan konsumsi informasi terdapat
kepentingan lain yang harus dipenuhi oleh media massa. Alasan tersebut yang
membuat pembuatnya menjadi tidak benar-benar netral atau objektif. Dengan kata
lain, media massa sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan
berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks serta beragam.
Sama seperti halnya media massa pada umumnya, Majalah Gatra
merupakan salah satu media cetak yang telah melahirkan berbagai wacana di
1Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008). h. 29. 2 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001)
h. 36.
3
Indonesia. Kehadiran majalah Gatra padatahun 1994 memberikan warna dalam
pemberitaan di era Orde Baru saat itu. Pembredelan majalah Tempo oleh
pemerintah saat itu berperan penting dalam berdirinya majalah ini. Seiring
perkembangannya, saat ini Majalah Gatra menjadi salah satu media yang turut
diperhitungkan dalam pemberitaan berita nasional. Dalam pemberitaannya selama
ini, majalah Gatraberusaha mengedepankan fakta daripada isu semata.
Pemberitaan mengenai serangan Israel ke Palestina selalu menjadi topik
yang hangat untuk dibicarakan. Kekejaman Israel terhadap Palestina telah
berlangsung sejak lama. Israel selalu melanggar perjanjian dengan terus berusaha
memperluas wilayahnya dengan membuat pemukiman-pemukiman yahudi di
wilayah Palestina.
Semua pihak di dunia menentangapa yang telah dilakukan Israel tersebut.
Negara-negara lain menuntut hak kemanusiaan rakyat Palestina untuk
diperjuangkan. Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai organisasi dunia menjadi
pihak yang diharapkan dalam penyelesaian kasus ini. Namun pada kenyataannya
PBB dianggap tidak mampu mencegah serangan Israel ke Palestina. Israel justru
mendapat dukungan penuh dari Anggota Hak Veto PBB yakni Amerika Serikat.
Namun hal tersebut tidak membuat masyarakat dunia berhenti
memperjuangkan hak rakyat Palestina untuk menjadi rakyat yang merdeka. Saat
ini Palestina telah diakui di PBB sebagai negara anggota pengamat PBB yang
tetap, naik dari sebelumnya yang hanya sebagai organisasi saja. Dukungan ini
dilakukan sebagai upaya untuk mengakui keberadaan negara Palestina. Selain itu
upaya lain yang gencar dilakukan negara di dunia adalah dengan memboikot
4
produk buatan Israel. Pemboikotan tersebut dianggap mampu menekan
perekonomian Israel.
Ide boikot produk Israel ini dilontarkan pertama kali oleh Menteri Luar
Negeri Indonesia Marty Natalegawa, di sela-sela sidang PBB di New York. Ide
boikot ini diserukan Marty untuk produk yang dihasilkan di wilayah pendudukan
Israel atas Palestina. Usai pernyataan Marty inilah kemudian muncul pemberitaan
di berbagai media massa Indonesia terkait pernyataan Marty tersebut.
Pemberitaan mengenai aksi boikot terhadap Israel tersebut juga diangkat
majalah Gatra sebagai laporan utama pada edisi bulan Oktober 2012. Topik ini
merupakan topik yang sensitif yang terkadang meluas pada sentimen agama. Jika
dalam pemberitaannya suatu media dipengaruhi ideologi media tersebut ataupun
kognisi pewarta itu sendiri, maka akan terjadi pemberitaan yang tidak berimbang
condong kepada salah satu pihak.
Dari latarbelakang permasalahan yang dipaparkan diatas, maka peneliti
tertarik meniliti dengan judul “Analisis Wacana Teun A Van Dijk dalam
PemberitaanLaporan Utama Majalah GatratentangSeruan Boikot Israel
Dari New York”dengan alasan untuk mengetahui wacana apa yang ada dibalik
pemberitaan tersebut.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Pembahasan pemberitaan mengenai boikot Israel dan Palestina di majalah
Gatra Edisi mingguan 10 Oktober 2012 ada tiga judul yakni “Seruan Boikot Israel
dari New York, Tidak Beli Demi Palestina, dan Marty Natalegawa: KTT Non-
Blok Sepakat Boikot Israel. Namun karena penulis ingin melihat konteks wacana
pemberitaan dalam majalah Gatra dan merujuk pada latar belakang yang
5
dipaparkan di atas maka penulis membatasi penelitian ini pada dua pemberitaan
saja yakni Seruan Boikot Israel dari New York dan Tidak Beli demi Palestina.
Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana deskripsi teks yang dibangun Majalah Gatra pada pemberitaan
Seruan Boikot Israel dari New York?
2. Bagaimana model kognisi sosial Majalah Gatra pada pemberitaan Seruan
Boikot Israel dari New York?
3. Bagaimana konteks sosial Majalah Gatra pada pemberitaan Seruan Boikot
Israel dari New York?
B. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan penelitian di atas, secara
khusus penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui Bagaimana deskripsi teks yang dibangun Majalah Gatra
pada pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York.
2. Untuk mengetahui bagaimana model kognisi sosial Majalah Gatra pada
pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York.
3. Untuk mengetahui bagaimana konteks sosial Majalah Gatra pada
pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademisi
Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan sebagai pemberi wawasan di
bidang akademis mengenai gambaran metode analisis wacana dalam kajian media
massa khususnya media cetak. Sehingga dapat membantu mahasiswa dalam
6
melakukan penelitian media massa, melalui analisis wacana. Selain itu, hasil
penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan informasi untuk penelitian sejenis di
masa mendatang.
2. Manfaat Praktisi
Kajian tentang analisis wacana media massa ini diharapkan memberikan
kontribusi positif dalam penelitian selanjutnya untuk dijadikan bahan rujukan atau
referensi penelitian yang sejenis.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatankualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh).3 Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data
yang pasti merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.4
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah teks pemberitaan Majalah Gatra mengenai
Seruan Boikot Israel dari New York yang diangkat sebagai Laporan Utama
majalah Gatra Edisi Oktober 2012.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang
digunakan periset untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data
3Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000) h. 4.
4 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 3.
7
dibedakan menjadi dua, yakni riset kualitatif dan kuantitatif. Pada riset kualitatif
yang penulis pakai pada riset ini adalah observasi, wawancara, dan juga
dokumentasi. Ide penelitian kualitatif adalah dengan sengaja memilih informan
(atau dokumen atau bahan-bahan visual lain) yang dapat memberikan jawaban
terbaik pertanyaan penelitian.5
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan
data yang sering digunakan untuk penelitian kualitatif.6Observasi merupakan
metode pertama yang digunakan dalam penelitian dengan melakukan pengamatan
dan pencatatan secara sistemastis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.7
Pada metode observasi, periset biasanya menggunakan instrumen
observasi. Instrumen observasi tersebut antara lain: sistem kategori, sistem skala,
sistem tanda, diary keeping, analisis dokumen, lembar pengamatan, dan panduan
pengamatan. Pada riset ini peneliti hanya menggunakan analisis dokumen sebagai
instrumen observasi. Peneliti mengamati beberapa dokumen sebagai sumber
informasi dan menginterpretasikannya ke dalam hasil penelitian. Dokumen yang
digunakan bisa berupa dokumen publik atau dokumentasi privat sertasumber yang
berkaitan dengan wacana dan objek penelitian.8
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara
5 John W. Creswell, Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,(Jakarta: KIK Press, 2003) h. 143.
6M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h. 186.
7Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 21.
8 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana 2007) Cet-2, h. 111-114.
8
Konteks
dengan informan terkait.9Wawancara dilakukan sebagai metode pengumpulan
data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
narasumbernya.10Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semi terstruktur. Dalam hal ini mula-mula interviewer menanyakan serentetan
pertanyaan yang terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek
keterangan lebih jauh.
4. Teknis Analisis Data
Bagian selanjutnya setelah pengumpulan data – data adalah menyusun data
– data tersebut secara sistematis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
analisis wacana Teun Van Djik. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai
dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk
adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan
analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level
kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi
individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana
yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.
Gambar 1. Model Analisis Wacana van Dijk
9M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia,2003) h. 193. 10Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006) h. 35.
Kognisi sosial
Teks
9
Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat
digambarkan sebagai berikut.11
Tabel. 1.1 Struktur Elemen Analisis Wacana
Struktur Wacana
Hal yang Diamati
Elemen
Struktur Makro Tematik (apa yang dikatakan)
Topik
Superstruktur Skematik (bagaimana pendapat disusun dan dirangkai)
Skema
Struktur Mikro Semantik (makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis (bagaimana pendapat disampaikan)
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti
Struktur Mikro Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai)
Leksikon
Struktur Mikro Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan)
Grafis, Metafora Ekspresi
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis terlebih dahulu membaca dan
menelaah skripsi – skripsi di perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ternyata penulis belum menemukan skripsi mahasiswa yang meneliti tentang
judul yang sama persis. Hanya saja pada skripsi sebelumnya mempunyai jenis
metode yang sama dengan metode yang akan penulis teliti sekarang ini terutama
skripsi yang mempunyai pembahasan mengenai media cetak.
11 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006) h. 74.
10
Selama tinjauan tersebut penulis menemukan beberapa judul skripsi yang
berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti dan penulis jadikan bahan acuan
sebagai pembanding, yaitu :
1. Analisis Wacana Penulisan Feature di Media Indonesia Edisi 25-26
Oktober 2011 yang ditulis oleh Apristia Krisna Dewi mahasiswa Jurusan
Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi angkatan 2008. Pada
skripsi ini terdapat kesamaan yaitu menggunakan metode analisis teks
yang sama yaitu analisis wacana dengan model Analisis Wacana Teun A.
van Djik. Dan perbedaannya adalah skripsi ini lebih menganalisis wacana
pada penulisan feature dan media yang menjadi objek penelitiannya
adalah Media Indonesia.
2. Analisis Wacana Van Djik Terhadap Berita “Sebuah Kegilaan di Simpang
Kraft” di Majalah Pantau yang ditulis oleh Tia Agnes Astuti mahasiswa
Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2006. Persamaan dengan skripsi ini
adalah menggunakan metode analisis teks dengan pisau analisis van Dijk..
Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
belum ada mahasiswa yang meneliti dengan judul skripsi Analisis Wacana Teun
A van Dijk dalam Pemberitaan Laporan Utama Majalah GATRA tentang ‘Seruan
Boikot Israel dari New York’.
Sedangkan untuk teknis penulisan hasil penelitian ini mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid
Nasuhi dkk. yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
11
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun
2007.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai
latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, , dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS : Pada bab ini penulis akan menguraikan
konsep analisis wacana secara etimologis dan terminologis. Kemudian akan
dibahas mengenai analisis wacana model Teun A. van Dijk.
BAB III GAMBARAN UMUM : Dalam bab ini penulis akan memaparkan
mengenai sejarah dan perkembangan Majalah GATRA, visi dan misi, serta
struktur redaksi dari Majalah GATRA.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA : Dalam bab ini, penulis membahas
tentang temuan dan analisis wacana Majalah GATRA mengenai pemberitaan
Seruan Boikot Israel dari New York
BAB V PENUTUP : Bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran
terhadap apa yang telah diangkat dan diteliti oleh penulis dan juga beberapa
lampiran yang didapat oleh penulis.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Analisis Wacana
1. Definisi Analisis Wacana
Kata wacana merupakan kata yang biasa didengar dalam kehidupan sehari-
hari. Penggunaan kata wacana sering dipakai oleh berbagai disiplin ilmu mulai
dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya. Dan setiap disiplin ilmu tersebut, memiliki makna dan batasan
tersendiri tentang pengertian istilah wacana.
Istilah wacana dalam Kamus Besar Indonesia Kontemporer terdapat tiga
hal. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau
cakapan yang merupakan suatu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar,
terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel,
buku, dan artikel.1
Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju
(dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya”, dan
“komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur”.2
Menurut Riyono Pratikto, proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya
dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya.
Makin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat
jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.3
1 Peter Y Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Modern English Press, 2002), h. 1709. 2 Ismail Muhaimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), h. 26. 3 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006), h.10.
13
Sedangkan dalam lapangan sosiologi, wacana menunjuk terutama pada
hubungan antara konteks sosial dari pemakaian bahasa. Dalam pengertian
linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Analisis
wacana dalam studi linguistik ini merupakan reaksi dari bentuk linguistik
formal yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase, atau, kalimat semata
tanpa melihat keterkaitan di antara unsur tersebut. Analisis wacana, kebalikan
dari linguistik formal, justru memusatkan perhatian pada level di atas kalimat
seperti hubungan gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar dari
kalimat.4 Dari semua keseluruhan disiplin ilmu yang disebutkan di atas,
analisis wacana selalu berhubungan dengan studi pemakaian bahasa.
Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana. Pandangan
pertama diwakili oleh kaum positivme-empiris. Oleh penganut aliran ini
memisahkan antara pemikiran dan realitas. Orang tidak perlu mengetahui
makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya. Analisis wacana
disini dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan
pengertian bersama. Jadi, wacana lantas diukur dengan pertimbangan
kebenaran/ketidakbenaran (menurut sintaksis dan semantik).
Pandangan kedua, yakni kaum konstrukstivisme. Aliran ini menolak
pandangan kaum empirisme/ positivisme yang memisahkan subjek dan objek
bahasa. Dalam pandangan kaum ini, bahasa diatur dan dihidupkan oleh
pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah
tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta
pengungkapan jati diri dari sang pembicara.
4 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001)
h. 3.
14
Pandangan dari kaum kritis sebagai sebagai kelompok ketiga ingin
mengoreksi pandangan kaum konstrukstivisme. Analisis wacana dalam
paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses
produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang
netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena
sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam
masyarakat.5
Menurut Eriyanto, dalam khasanah studi analisis tekstual, analisis wacana
masuk dalam paradigma penelitian kritis, suatu paradigma berpikir yang
melihat pesan sebagai pertarungan kekuasaan, sehingga teks berita dipandang
sebagai bentuk dominasi dan hegemoni satu kelompok kepada kelompok lain.
Wacana dengan demikian adalah suatu alat representasi di mana satu kelompok
yang dominan memarjinalkan posisi kelompok yang tidak dominan.6
Melalui pemahaman paradigma kritis ini tentunya teori yang digunakan
tentu saja bukan diambil dari lingkungan linguistik, tetapi pengertian wacana
yang diperkenalkan oleh Michael Foucault dan Althusser. Sumbangan terbesar
Foucault terutama adalah mengenalkan wacana sebagi praktik sosial. Wacana
berperan dalam mengontrol, menormalkan, dan mendisiplinkan individu.
Sementara dalam konsepsi Althusser, wacana berperan dalam mendefinisikan
individu dan memposisikan seseorang dalam posisi tertentu.7
Analisis Wacana Kritis (AWK) dalam penelitian teks media memerhatikan
beberapa aspek. AWK memandang fakta merupakan hasil proses pertarungan
5 Ibid, h. 6. 6 Ibid, h. 18. 7 Ibid, h. 19.
15
antara kekuatan ekonomi, politik, dan sosial yang ada dalam masyarakat. Dan
menganggap berita sebagai cerminan dari kepentingan kekuatan dominan. Jika
dilihat dari segi posisi media, AWK memandang media sebagai yang dikuasai
oleh kelompok dominan dan menjadi sarana untuk memojokkan kelompok lain
sehingga media hanya dimanfaatkan dan menjadi alat kelompok dominan
tersebut.
Sementara itu, wartawan sebagai seseorang yang terjun langsung meliput
dan menulis berita dianggap oleh AWK memiliki beberapa pengaruh dalam
membuat wacana. Nilai dan ideologi wartawan dalam AWK tidak dapat
dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan peristiwa. Wartawan juga
dianggap sebagai partisipan dari kelompok yang ada dalam masyarakat yang
memiliki profesi atau pekerjaan yang memosisikannya pada kelas sosial yang
berbeda. Sehingga AWK melihat tujuan peliputan dan penulisan sebagai
pemihakkan kelompoknya sendiri dan atau pihak lain.
Dalam analisis wacana ini terdapat beberapa pendekatan atau model
analisis, yakni Roger Fowler dkk, Theo van Leeuwen, Sara Mills, Teun A van
Dijk, dan Norman Fairclough.
Dari model-model yang disebutkan diatas, terdapat persamaan dan
perbedaannya. Secara singkat, persamaan dari masing-masing model adalah
pada ideologi yang menjadi bagian penting dari analisis semua model.
Kekuasaan (power) juga menjadi bagian sentral. Namun, yang harus
diperhatikan pada analisis semua model adalah berpandangan bahwa wacana
dapat dimanipulasi oleh kelompok dominan atau kelas yang berkuasa dalam
masyarakat untuk memperbesar kekuasaannya. Selain persamaan tersebut, unit
16
bahasa digunakan sebagai alat penelitian untuk mendeteksi ideologi dalam
teks.
2. Konsep Utama Analisis Wacana Kritis
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana-
pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan – sebagai bentuk dari praktik
sosial.Praktik sosial dalam wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi. Ia
dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang
antara kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu
direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Menurut Eriyanto
mengutip pernyataan Teun A Van Dijk, Fairclough, dan Wodak, berikut ini
karakteristik penting dalam analisis wacana kritis.
1. Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai tindakan (action). Pemahaman
semacam ini mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Wacana
bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Orang
berbicara atau menulis bukan ditafsirkan sebagai ia menulis atau berbicara
untuk dirinya sendiri. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan
bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Dengan
pemahaman seperti ini ada beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus
dipandang. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan,
apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, bereaksi,
dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang
diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali,
atau diekspresikan di luar kesadaran.
17
2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti
latar, situasi, peristiswa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi,
dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Bahasa di sini
dipahami dalam konteks secara keseluruhan. Guy Cook menyebut ada tiga
hal yang sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana. Teks
adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar
kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar,
efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan
hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti
partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi
yang dimaksudkan, dan sebagainya. Wacana disini, kemudian dimaknai
sebagai teks dan konteks bersama-sama.
Namun, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya yang
relevan dan dalam banyak hal berpengaruh atas produksi dan penafsiran
teks yang dimasukkan dalam analisis. Ada beberapa konteks yang penting
karena berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana,
latar siapa yang memproduksi wacana,. Kedua, setting sosial tertentu,
seperti tempat, waktu, posisi pembicara, dan pendengar atau lingkungan
fisik adalah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana.
3. Historis
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana
diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa
menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk
18
bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks
historis tertentu.
4. Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan
(power) dalam analisisnya. Wacana di sini tidak dipandang sebagai sesuatu
yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan
kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara
wacana dengan masyarakat.
Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk
melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Satu orang atau kelompok
mengontrol orang atau kelompok lain lewat wacana. Kontrol disini tidaklah
harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga kontrol secara
mental atau psikis. Kelompok yang dominan mungkin membuat kelompok
lain bertindak seperti yang diinginkan olehnya, berbicara, dan bertindak
sesuai yang diinginkan.
5. Ideologi
Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat
kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari
praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Peranan wacana
dalam kerangka ideologi, seperti yang dikatakan oleh Teun A van Dijk,
ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan
praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi mempunyai
beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial,
tidak personal, atau individual; ia membutuhkan share diantara anggota
19
kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang lainnya. Hal yang di-
sharekan tersebut bagi anggota kelompok digunakan untuk membentuk
solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak dan bersikap.
Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, ia digunakan secara internal di
antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi tidak
hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk
identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain.8
3. Analisis Wacana Teun A van Dijk
Analisis wacana van Dijk melihat penelitian analisis wacana tidak cukup
hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari
suatu praktik produksi. Disini perlu dilihat pula bagaimana suatu teks
diproduksi, sehingga dapat diketahui bagaimana teks bisa seperti itu. Model
analisis wacana van Dijk ini adalah model yang sering dipakai dalam penelitian
karena model van Dijk bisa dikatakan yang paling lengkap karena
mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga dapat digunakan secara
praktis. Model van Dijk ini sering disebut sebagai kognisi sosial.9
Dalam buku Aims of Critical Discourse Analysis, Van Dijk memberi
pengertian mengenai analisis wacana yakni;
Critical Discourse analysis has become the general label for a study of text and talk,emerging from critical lingustics, critical semiotics, and in general from socio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discourse, and communication. As in the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, practices,aims, theories or methods of CDA.10
8 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 7-14. 9 Ibid, h. 221. 10Teun Van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, (Japan Discourse, 1995) Vol. 1, h.
17.
20
Konteks Sosial
Analisis model van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan
kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana
kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks
tertentu. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/
bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari model ini adalah
menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan
analisis.
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level
kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi
individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan
wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.
Model dari analisis Van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut:11
Gambar 2. Model Analisis Wacana van Dijk
A. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/ tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga
tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari
11 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 225.
Kognisi sosial
Teks
21
suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang
dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur
wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-
bagian teks tersusun kedalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro. Adalah
makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata,
kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan gambar.
Tabel. 2.1 Struktur Analisis van Dijk
Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/ tema
yang diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan
kesimpulan.
Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata,
kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan
sebagai berikut.12
Tabel. 2.2 Elemen Analisis Wacana van Dijk
Struktur Wacana
Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro Tematik (apa yang dikatakan)
Topik
Superstruktur Skematik (bagaimana pendapat disusun dan dirangkai)
Skema
Struktur Mikro Semantik (makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis (bagaimana Bentuk
12 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 74.
22
pendapat disampaikan) kalimat, koherensi, kata ganti
Struktur Mikro Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai)
Leksikon
Struktur Mikro Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan)
Grafis, Metafora Ekspresi
1. Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Sering
disebut juga sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks.
Dalam bukunya van dijk menyebut topik sebagai properti dari arti atau isi teks.
Topik sangat penting dalam pemahaman keseluruhan teks, misalnya dalam
pembentukan koherensi global, dan mereka bertindak sebagai semantik,
kontrol top-down pada pemahaman lokal di tingkat mikro. Topik dalam teks
memang memainkan peran sentral. Tanpa mereka tidak mungkin untuk
memahami apa teks tentang global, kita hanya akan dapat memahami fragmen
lokal teks, tanpa pemahaman tentang hubungan mereka secara keseluruhan,
hierarki, dan organisasi.13
Topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling
mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh
serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan
subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu
13Teun A Van Dijk, News as Discourse, (Amsterdam: University of Amsterdam, 1988),
h. 31.
23
bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang
koheren dan utuh.14
2. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Berita menurut van
dijk mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya
ditandai dengan dua elemen yakni headline dan lead.15
Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini juga
mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau
jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks.
Subkategori situasi yang menggambarkan kisah suatu peristiwa umumnya
terdiri atas dua bagian. Yang pertama mengenai episode atau kisah utama dari
peristiwa tersebut, dan yang kedua latar untuk mendukung episode yang
disajikan kepada khalayak. Sedangkan subkategori komentar yang
menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat memberikan komentar
atas suatu peristiwa terdiri atas dua bagian. Pertama, reaksi atau komentar
verbal dari tokoh yang dikutip wartawan. Kedua, kesimpulan yang diambil
oleh wartawan dari komentar beberapa tokoh.16
3. Semantik (Latar, Detil, Maksud, Pra Anggapan)
Semantik dalam skema van Dijk dikagorikan sebagai makna lokal (local
meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan
14 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 230. 15Teun A Van Dijk, News as Discourse, h. 53. 16Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 232.
24
antarproposisi, yang membangun makna tertentu dari suatu teks. Analisis
wacana memusatkan perhatian pada dimensi teks, seperti makna yang eksplisit
maupun implisit.17
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti)
yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana
pandangan masyarakat hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal
sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud
mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat
beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang
memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.18
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan
mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang
dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara
terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang
diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana
yang dikembangkan oleh media.19
Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil. Bedanya,
dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan
dengan detil yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang
menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas.
Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar,
17Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 78. 18 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 235. 19Ibid, h. 238.
25
implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan
informasi yang menguntungkan komunikator.20
Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti upaya
mendukung dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah
upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya
kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang
terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.21
4. Sintaksis (Koherensi, Bentuk Kalimat, Kata Ganti)
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.
Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan
sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun
dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi
merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseoang secara strategis
menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah
peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau malah sebab akibat.
Pilihan – pilihan mana yang diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan
komunikator terhadap peristiwa tersebut.22
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara
berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menanyakan apakah A yang
menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika
diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan)
20Ibid, h. 240. 21Ibid, h. 256. 22Ibid, h. 242.
26
dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan
teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh
susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi
subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi
objek dari pernyataannya.23
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan
menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang
dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam
wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata
ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut
merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Akan tetapi, ketika
memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari
sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator
dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi
sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan.
Pemakaian kata ganti yang jamak seperti “kita” atau “kami” mempunyai
implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi serta mengurangi kritik dan
oposisi.24
5. Stilistik (Leksikon)
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata
atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata tersebut bukan
dilakukan secara kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan
bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas. Pemilihan kata – kata
23Ibid, h. 251. 24Ibid, h. 253-254.
27
yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat
digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda.25
6. Retoris (Grafis, Metafora)
Elemen grafis ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang
yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini muncul lewat
bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Bagian – bagian yang
ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut.
Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh
komunikator, disana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada
bagian tersebut.26
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan
pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan
sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian
metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna
suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai
landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada
publik.27
B. Kognisi Sosial
Dalam pandangan van Dijk, analsis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau
25Ibid, h. 255. 26Ibid, h. 257. 27Ibid, h. 259.
28
menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi.28Van Dijk menyebut
sebagai kognisi sosial. Untuk mengetahui bagaimana makna tersembunyi dari
teks, diperlukan analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif
didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu
diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental
dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas
representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.29
C. Analisis Sosial
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah
bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk
meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana
wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.
Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin
yang penting: kekuasaan (power), dan akses (acces).
1. Praktek Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk
mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini
umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai
seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat
langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk
persuasif; tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan
28Teun A Van Dijk, The Interdisciplinary Study of News as Discourse, dalam Klaus
Bruhn Jensen dan Nicholas W. Jankowski. Ed. Handbook of Qualitative Methodologies for Mass Communication Research, (London and New York, Routledge, 1993), h. 117.
29 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 259.
29
jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan
pengetahuan.
2. Akses mempengaruhi Wacana
Analisis wacana Van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses,
bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat.
Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok
yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai
kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang
lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran
khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang
dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.30
B. Berita dan Media Massa dalam Paradigma Kritis
1. Konsep Berita
Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,
menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala
seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet.31 News (berita)
yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang
diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar.
William S. Maulby mendefinisikan berita sebagai suatau penuturan secara
benar dan tak memihak dari fakta-fakta yang memunyai arti penting dan baru
terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat
berita tersebut. Sedangkan Dja’far H Assegaf menyebut berita adalah laporan
30 Ibid, h. 273. 31AS. Haris Summadiria, Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2005) h. 65.
30
tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staff redaksi suatu
harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena
luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia
mencakup segi – segi human interest seperti humor, emosi danketegangan.32
Ada berbagai bentuk gaya dalam penulisan berita misalnya dengan gaya to
the point, langsung pada pokok persoalan yakni straight news, sedangkan
berita yang disampaikan tidak langsung arti dan dibumbui agar menarik untuk
dinikmati termasuk jenis feature news. Membumbui kata-kata bukan dengan
menghilangkan faktanya, tetapi fakta adalah landasan untuk berkisah.
Wartawan memang harus membuat tulisannya menarik, tetapi dengan tidak
menjuruskan, mewarnai, atau, memainkan kata-kata. Berita itu sendiri
sebenarnya sudah mempunyai warna. Hamad menyatakan bahwa, nilai berita
dan nilai politik tersebut terutama berkaitan dengan kepentingan media massa
sendiri, dan kepentingan masyarakat, sebagai konsumen atau publik dari media
massa tersebut.33
Perkembangan selanjutnya, berita dalam konsep paradigma kritis dipahami
bahwa berita tidak hanya sampai pada pengertiannya saja. Namun sebagai hasil
dari pertarungan wacana antara berbagai kekuatan dalam masyarakat yang
selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan atau media. Berita disini
tidak berdiri sendiri sesuai realitas yang sebenarnya di lapangan. Tetapi,
terdapat berbagai konteks sosial yang menyertainya.
32 Ibid, h. 65. 33 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: Rajagrafindo, 2012), h.
136.
31
2. Media Massa
Media massa merupakan sarana penyampaian komunikasi dan informasi
melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh
masyarakat secara luas.34 Informasi ini ditujukan kepada sejumlah khalayak
yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik,
sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak.
Saat ini keberadaan media massa dalam kehidupan masyarakat sangat
penting fungsinya. Media massa mengambil tempat di dalam masyarakat dan
menjadi bagian dari suatu sistem tersebut. Pers/media massa memainkan
berbagai peranan dalam masyarakat. Ada beberapa peranan umum yang
dijalankan pers diaantaranya sebagai pelapor (informer). Pada peran ini media
massa bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-
peristiwa yang diluar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa
prasangka. Selain itu, media massa juga berperan dalam penentuan agenda
terhadap isu-isu tertentu. Terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara
apa yang diagendakan oleh media massa dan apa yang menjadi agenda
publik.35
Media massa melakukan proses pesan melalui sistem yang sistematis dan
tersusun rapi, tidak semua pesan dapat dengan bebas diterima oleh khalayak,
namun harus melalui proses seleksi oleh media (censored). Semua pesan yang
diproduksi akan masuk dalam wilayah pemilihan redaksi, pemilihan pesan
34 Ibid, h. 13. 35 Ibid, h. 22.
32
berlandaskan pada dua kepentingan besar, penting menurut media dan penting
menurut khalayak.36
Dalam pandangan kaum pluralis, media dilihat sebagai saluran yang bebas
dan netral, di mana semua pihak dan kepentingan dapat menyampaikan posisi
dan pandangannya secara bebas. Namun, sebaliknya menurut kaum kritis.
Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang
mengkontruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya.
Media juga dipandang sebagai wujud dari pertarungan ideologi antara
kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat.37
Menurut Alex Sobur, Louis Althusser menyebut media dalam
hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena
anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media massa
sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, dan seni, dan kebudayaan,
merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis
guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa
(ideological states apparatus).
Namun lain hal dengan Gramsci yang menyebut media sebagai arena
pergulatan antar ideologi yang saling berkompetisi. Media dilihat sebagai
ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi
media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan
kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat
resistansi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun
kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga
36 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 11. 37 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 37.
33
bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun
kultur dan ideologi tandingan.38
38 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h.30.
34
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJALAH GATRA
A. Sejarah Majalah Gatra
Majalah Gatra terbit pertama kali pada November 1994. Lahir dari
tuntutan akan sebuah media informasi di tengah kawasan pembangunan Asia
Pasifik yang bergejolak saat itu. Diawali dengan pembredelan majalah Tempo,
pada Juni 1994, awak majalah Tempo yang ada saat itu dihadapkan pada pilihan
untuk menerima pembredelan tersebut dengan memilih jalannya masing-masing,
atau menerima pembredalan dengan menerbitkan majalah Gatra. Setelah
dilakukan semacam memorandum/referendum, maka waktu itu sebagian besar
awak Tempo, memilih alternatif kedua. Yaitu menerbitkan majalah berita
mingguan Gatra, yang terbit pada 19 November 1994.1
Ada dua peristiwa penting yang terjadi di bulan November 1994 itu, yakni
yang pertama adalah pertemuan para pemimpin negara-negara anggota forum
Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Jakarta dan Bogor. Dan peristiwa
yang kedua adalah peluncuran majalah Gatra. Jika pada peristiwa yang pertama
merupakan salah satu sasaran liputan puncak pers nasional Indonesia. Maka, pada
peristiwa kedua dinilai sebagai tonggak kehadiran media massa mutakhir di
tengah semarak taman jurnalisme nasional pada masa itu.2
Tidak mudah dalam memilih nama media yang kelak menjadi Gatra
tersebut. Nama Gatra sendiri dipilih melalui pemikiran yang cukup panjang. Gatra
diangkat dari khazanah bahasa bangsa. Dipilih dengan maksud tidak
1Majalah Gatra, Profil Perusahaan Majalah Berita Mingguan Gatra (Jakarta: PT
Linarasmekar, 1999), h. 20. 2Ibid, h. 5.
35
mencerminkan simbol golongan, mudah diingat, mulus diucapkan, singkat ditulis,
dan lancar dilisankan. Gatra sendiri memiliki makna kata, wujud, sudut pandang.
Karena nama mencerminkan makna, Gatra juga berusaha setia menyajikan
bacaaan sehat dengan informasi akurat dan obyektif. Gatra hadir dimaksudkan
bukan corong suatu golongan. Tidak juga berambisi untuk membentuk golongan
eksklusif sendiri. Profesi jurnalistik, bagi Gatra, mengandung misi lebih dari
sekadar menarik manfaat sesaat.
Tokoh-tokoh yang berada dibalik berdirinya Gatra sekaligus merpakan ex
wartawan Tempo, antara lain Hery Komar, Mahtum Mastum, Lukman Setiawan,
Harijoko Trisnadi dan Budiono Kartohadiprodjo. Pada akhirnya, sejak awal 1999,
keempat tokoh yang disebut diatas, lebih memilih mengelola majalah sendiri,
dengan lahirnya majalah GAMMA. Sedangkan tokoh kelima, Budiono
Kartohadiprojo, masih tetap di majalah Gatra sampai sekarang, sebagai Direktur
Utama.
Budiono Kartohadiprodjo, Insinyur teknik fisika lulusan Institut Teknologi
Bandung ini salah satu orang yang mempersiapkan kelahiran majalah Gatra. Dia
merupakan Direktur Utama PT Era Media Informasi, penerbit Gatra, dan
bukanlah orang baru dalam dunia media cetak di Indonesia. Sebelumnya, ia sudah
memimpin dan membina majalah Sportif dan tabloid Paron. Pengalamannya
dalam memimpin puluhan perusahaan itu tentu saja sangat berperan dalam
pengembangan Majalah Gatra hingga saat ini.
Lukman Setiawan, pemimpin umum Gatra ketika Gatra pertama kali
berdiri berasal dari lapangan. Mulai sebagai fotografer di beberapa surat kabar
nasional, antara lain Kompas, dan majalah Tempo sebagai lahan karir
36
jurnalistiknya. Ternyata, Lukman tak hanya jeli memotret dan lancar menulis. Ia
juga memiliki keterampilan manajerial yang tinggi dalam membina PT Temprint,
sebuah perusahaan percetakan.
Mahtum Mastoem, Pemimpin perusahaan Majalah Gatra ini memulai
karirnya sebagai kartunis, karikaturis, bahkan reporter di berbagai media cetak di
Yogyakarta dan Jakarta. Ia bahkan sempat bekerja serabutan: mengejar berita,
membuat ilustrasi, menjadi korektor di percetakan.
Herry Komar, sarjana Komunikasi Massa FISIP UI ini dikenal sebagai
pekerja pers yang efisien dan efektif. Memulai karirnya sebagai reporter olahraga,
kemudian, merambat naik hingga mencapai jabatan redaktur eksekutif majalah
Tempo. Kemudian ketika Gatra terbit ia di mendapat jabatan sebagai Pemimpin
Redaksi.
Harjoko Trisnadi, sewaktu masih bekerja di Majalah Tempo, pak Harjoko
demikian ia biasa disapa menjabat sebagai Direktur Keuangan. Dan ketika ia
bergabung bersama Gatra, ia menduduki posisi serupa.3
B. Visi dan Misi Majalah GATRA
Dari kebutuhan akan penyajian berita yang tidak saja jernih, melatihkan
juga dalam, luas, lengkap dan tuntas. Kritis tanpa mengiris, tajam tanpa menikam,
hangat tanpa membakar, “menggigit” tanpa melukai, mengungkap tanpa dendam,
melancarkan misi kontrol sosial tanpa menghasut. Bukan pekerjaan gampang,
memang. Gatra percaya, tugas pers adalah mengomunikasikan saling pengertian,
bukan menyebarkan prasangka dan benih kebencian. Jurnalisme Gatra dengan
sendirinya bukan jurnalisme untuk memaki maupun menjilat. Bukan jurnalisme
3 Ibid, h. 3-7.
37
partisan. Tetap kritis, tanpa menumbuhkan fanatisme. Itulah filosofi dan kebijakan
pemberitaan Gatra.
Seperti namanya, hadirnya Gatra dimaksudkan untuk menyajikan berita
melalui penulisan yang bersahaja dan jernih. Gatra tak hanya merujuk kepada
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi juga kepada bahasa yang hidup,
yang lentur, yang bergerak lincah di tengah masyarakat pembaca.
Gatra ditulis tanpa maksud menambahkan beban bagi masyarakat
pembacanya yang cerdas, yang berkembang dinamis di tengah laju informasi dan
arus globalisasi. Gaya feature writing yang dipilih Gatra bukan sekadar berfungsi
menyampaikan informasi, tapi juga menghibur, dan menyegarkan. Karena itu,
untuk Gatra, foto tak kalah penting dari tulisan. Di dalam jurnalisme Gatra foto
memberikan aksentuasi kepada berita dan berita ditulis dalam nuansa ilustratif.
• Visi dari PT. Era Media Informasi (Gatra) :
1. Menjadi bacaan yang cerdas, bermanfaat, dan menghibur.
2. Menjadi sumber referensi yang jernih, dalam, luas, lengkap dan tuntas.
3. Melakukan fungsi kontrol sosial dengan tajam tanpa menikam, hangat
tanpa membakar, “menggigit” tanpa melukai, mengungkap tanpa
dendam, mengkritik tanpa menghasut.
4. Membangun industri informasi menuju masyarakat yang cerdas,
berakhlak, dan sadar akan hak dan kewajibannya, serta mendorong
tegaknya hukum yang berkeadilan; menjadi rujukan informasi bagi
masyarakat global.
• Misi dari PT. Era Media Informasi (Gatra) :
1. Aktual
38
Mengangkat isu-isu pembicaraan di publik dengan sudut pandang yang
cerdas. Dikupas secara teknis, analitis dan mendalam, dengan
mengantisipasi tren mendatang dan keanekaragaman solusi yang jitu.
2. Jujur
Menyampaikan informasi secara transparan, berimbang, proposional,
tidak memihak, menjunjung tinggi asas “praduga tak bersalah”.
Memegang teguh komitmen dengan nara sumber dengan tetap menjaga
kredibilitas lembaga individu wartawan Gatra.
3. Berani
Mengangkat fakta yang tersembunyi (kan), melalui investigate
reporting dengan akurasi tinggi. Menegakkan tanggung jawab yang
tinggi pada setiap masalah. Mengejar pelaku penyimpangan,
membongkar modus operandinya meskipun di “medan berbahaya”.
4. Tajam
Bersikap kritis, analitis, komprehensif. Memilih narasumber yang
kompeten, kredibel dan bermanfaat. Serta menyampaikan fakta data
yang akurat dan tak terbantahkan.
39
C. Perkembangan Majalah GATRA
Dijabarkan ke dalam paket majalah berita mingguan, Gatra meracik
rubrikasinya demi memuaskan hajat informasi semua golongan. Mulai dari skala
nasional, regional, dan internasional. Mulai dari berita politik, tinjauan seni dan
budaya, agama, ekonomi, romantika Indonesia, olahraga, ilmu dan teknologi,
kesehatan, kriminalitas, hukum, sampai hiburan. Setiap nomor edisi bertajukkan
Laporan Utama yang lengkap, dalam, tuntas, dan imbang. Mengangkat isu aktual
dari segala sisi kehidupan.
Sejak awal, Gatra mendapat tempat khusus bukan saja di pasar berita,
melainkan juga di dunia komunikasi pemasaran. Baru memasuki tahun keempat
dari berdirinya, Gatra sudah dibaca oleh 879.000 orang di sembilan kota besar di
tanah air. Demikian hasil pemantauan yang dilakukan oleh lembaga independen,
AC-Nielsen.
Sejak Agustus 1995, ketika belum berusia setahun penuh, Gatra sudah
memasuki dunia Internet. Dengan nama Gatra Info Services – biasa disebut GIS –
alamat akses awalnya dibuka melalui
http/www.uni.stuttgart.de/Indonesia/news/GATRA/index.html. Ketika itu, Gatra
merupakan majalah Indonesia pertama yang masuk jaringan internet. Setahun
lebih GIS menggunakan alamat yang berada di Universitas Stuttgart, Jerman, itu.
Ternyata, kehadiran GIS mendapat sambutan hangat dari masyarakat pengguna
Internet. Mengalir permintaan agar artikel Gatra di kirim ke alamat para pembaca.
Antara lain dari Indonesia Development Studies di Amerika Serikat, dan
perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Jepang.
40
Sejak September 1996, GIS memperoleh nama baru:
http//www.Gatra.com. Nama ini diberikan Internet Network Information Centre
(interNIC), lembaga yang mengatur pemberian nama homepage dalam jaringan
Internet. Dengan nama baru ini, GIS dikelola lebih menarik dan berbobot. Dari
segi isi, selain rutin menampilkan berita majalah Gatra, GIS juga menyajikan
artikel dalam bahasa Inggris. Memasuki tahun ke-5 Gatra, GIS masih berjaya di
urutan ketujuh dari100 hot Magazines lewat homepage http//www.web21.com.
Menduduki peringkat ketujuh dari 100 majalah terkemuka di dunia merupakan
kehormatan tersendiri, karena yang menduduki peringkat atas memang nama-
nama yan sudah sangat populer di dunia Internet. Homepage yang menduduki
peringkat pertama adalah Ziff Davis and Hotfiles, disusul Times Mirror
Interzines, Women’s Wire and Beatrice’s Web Guide, Mecklermedia’s
internet.com, Lycos Search Engine and Point, dan Nickelodeon-entertainment and
games, just for kids. Di bawah Gatra antara lain terdapat The Economist, Business
Week, US News and World Report Online, www.pathfinder.com, @national
geographic.com. Lembaga yang menyusun peringkat 100 homepage majalah
terkemuka dunia itu adalah Web 21, badan riset online yang secara serius
melakukan pemeringkatan berdasarkan analyzing web traffic. Dari urutan itu
menjadi jelas, Gatra majalah Indonesia terbesar di Internet pada saat itu.5
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dibidang redaksional majalah Gatra meliputi,
Pemimpin Redaksi, Wakil Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Kepala Pusat
Liputan, Redaktur, Sidang Redaksi, Manajer Produksi, Sekretaris Redaksi, Kepala
4 Majalah GATRA, Profil perusahaan, h. 8.
41
Bagian Produksi dan Tatamuka, Kepala Bagian Perpustakaan dan Dokumentasi,
Fotografer, Reporter, Redaktur Bahasa, dan Kepala Penelitian dan
Pengembangan.
E. Segmentasi Pemasaran
Gatra terbit pada hari Kamis setiap minggunya. Hasil survey RSI (Survey
Research Indonesia) 1996 di sembilan kota besar Indonesia menunjukkan, Gatra
dibaca oleh lebih dari 879.000 pembaca. Kemudian beberapa tahun setelahnya
yaitu tahun 1999 Gatra terbit dengan oplah 95.000 eksemplar dan didistribusikan
ke berbagai provinsi di Indonesia.
Sirkulasi per daerah :
• Jakarta 54,2 %
• Jawa Barat 8,80 %
• Jawa Tengah 3,50 %
• Daerah Istimewa Yogyakarta 3,10 %
• Jawa Timur 7,80 %
• Sumatera Utara/ Daerah Istimewa Aceh 7,30 %
• Sumatera Barat/Jambi/Riau 5,10 %
• Sumatera Selatan/Bengkulu/Lampung 2,70 %
• Kalimantan Barat 0,60 %
• Kalimantan Tengah 0,10 %
• Kalimantan Selatan 1,00 %
• Kalimantan Timur 1,20 %
• Sulawesi Utara 0,80 %\
• Sulawesi Selatan/Tengah 1,50 %
• Maluku
• Irian Jaya
• Bali/Nusa Tenggara
• Luar Negeri
Kemudian segmentasi pembaca G
responden 3.305 orang menampilkan hasil sebagai berikut :
Gambar3
0,10 %
0,30 %
Bali/Nusa Tenggara 1.00 %
0,90 %
Kemudian segmentasi pembaca Gatra berdasarkan angket pembaca dengan
responden 3.305 orang menampilkan hasil sebagai berikut :
Gambar3.Pembaca berdasarkan Jenis Kelamin
Pria
81%
Wanita
19%
Pembaca
42
berdasarkan angket pembaca dengan
Pembaca berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4
Gambar 5
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
Gambar 4. Pembaca Berdasarkan Usia
Gambar 5. Pembaca berdasarkan Pendidikan
< 17
Tahun17-25
Tahun26-35
Tahun36-45
Tahun46-55
Tahun
0,60%
16,70%
42,60%
25,50%
10,20%
SLTA26%
Sarjana63%
Pasca Sarjana
8%
Lain-lain3%
Pendidikan
43
55
Tahun> 56
Tahun
10,20%
4,40%
Pendidikan
Gambar 6
Gambar 7
35,80%
21,30%
Mulai membaca GATRA sejak 2
tahun atau lebih
Mulai membaca GATRA sejak
pertama kali terbit
Beli eceran setiap edisi
Gambar 6. Pembaca berdasarkan pekerjaan
Gambar 7. Pembaca berdasarkan kesetiaan pembaca
21,30%
15,30%
9,70% 9,30%
2,80% 2,50%
Mulai membaca GATRA sejak 2
tahun atau lebih
Mulai membaca GATRA sejak
pertama kali terbit
Beli eceran setiap edisi
Berlangganan
36,80%
42,40%
32,60%
41,80%
Setia Pembaca
44
Pembaca berdasarkan kesetiaan pembaca
2,50% 3,30%
Setia Pembaca
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini, penulis akan menguraikan temuan data dan analisis
pemberitaan laporan utama Majalah Gatra “Seruan Boikot Israel dari New York” .
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif analisis wacana model Teun A Van
Dijk. Model analisis wacana van Dijk ini menganalisis tiga elemen yaitu analisis
dari segi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
A. Analisis Struktur Teks Majalah Gatra Edisi Bulan Oktober 2012
1. Analisis Laporan Utama 1 “ Seruan Boikot Israel dari New York”
1. Tematik
Tema termasuk ke dalam tingkatan analisis teks pertama yakni struktur
makro. Tema merupakan gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu
teks. Tema atau kadang disebut topik ini menggambarkan apa yang ingin
diungkapkan oleh pemberitaan dalam berita yang dibuatnya.1
Tema yang terkandung dalam laporan utama “Seruan Boikot Israel dari
New York” ini yakni upaya masyarakat dunia untuk menekan Israel agar
mau mengakui Palestina semakin kuat . Upaya ini dilakukan dengan
menyerukan boikot atas produk-produk Israel.
Tema yang diangkat penulis pada pemberitaan ini didasarkan pada
seruan yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty
Natalegawa untuk memboikot produk-produk Israel pada sidang Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Melalui tema
tersebut, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca upaya yang
1 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
229.
46
dilakukan masyarakat dunia seperti yang oleh Marty Natalegawa dengan
negara-negara lain untuk membantu Palestina meraih statusnya dan lepas
dari agresi negara Israel.
2. Skematik
Tingkatan yang kedua dalam analisis wacana van Dijk adalah super
struktur. Skematik ini merupakan bagian dalam tingkatan super struktur.
Teks wacana pada umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
serta akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membuat kesatuan arti.2 Alur dari skema ini
memiliki bentuk yang beragam. Namun pada umumnya berita terbagi
menjadi dua skema besar yaitu, summary yang terdiri dari judul dan lead,
dan yang kedua adalah story yaitu isi berita secara keseluruhan.
Skema berita dalam laporan utama Majalah Gatra ini dimulai dengan
judul berita yakni “Seruan Boikot Israel dari New York” . Kemudian
dilanjutkan dengan paragraf yang disebut penulis “Peminat Pembaca” :
Upaya menekan Israel agar mau mengakui Palestina merdeka makin kuat.
Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, menyerukan aksi boikot
terhadap produk-produk Israel. Tujuannya agar negara kaum Yahudi itu
tidak bisa menangguk keuntungan ekonomi yang dihasilkan di wilayah
pendudukan. Seruan itu dihasilkan dari KTT Non-Blok di Iran.
Dilanjutkan masuk pada paragraf pertama yang merupakan lead berita
berbunyi : New York adalah kota yang menjadi basis komunitas Yahudi
terbesar di Amerika Serikat. Ironisnya, Kamis pekan lalu, di kota ini pula
2 Ibid, h. 232.
47
seruan boikot terhadap produk-produk Israel dikumandangkan. Adalah
Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, yang menjadi pelakon
utama seruan tersebut.
Skema yang kedua adalah Story yang menguraikan situasi yakni proses
atau jalannya peristiwa. Story dalam teks berita ini muncul setelah lead.
Berita diuraikan dengan menceritakan situasi bagaimana seruan boikot itu
muncul pertama kali oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Marty
Natalegawa di sela-sela pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa di New York, yang dihadiri Sekjen PBB Ban Ki-moon. Kemudian
pada bagian tengah berita atau isi berita menceritakan bahwa ide aksi boikot
ini dilakukan sebagai langkah konkret untuk membantu Palestina.
Dipaparkan “bagi yang sudah terlanjur memiliki hubungan dagang,
direkomendasikan agar produk – produk Israel diberi label khusus, yang
menyatakan produk ini dihasilkan Israel di wilayah pendudukan. Dengan
begitu, konsumen yang akan membeli jadi sadar kalau ini produk wilayah
pendudukan. Melalui aksi boikot ini, diharapkan Israel tidak bisa
mendapatkan keuntungan ekonomi dari produk itu. Komite merujuk aksi
boikot yang dilaksanakan Afrika Selatan. Negeri yang sukses berjuang
melawan diskriminasi rezim apartheid itu memiliki hubungan dagang
dengan Israel, namun mereka melabeli produk Israel secara khusus dan
menyatakan bahwa barang ini dihasilkan di daerah pendudukan Palestina.
"Setelah dilabeli, produk Israel itu biasanya jadi kurang laku," ujar Marty.
Selanjutnya isi pemberitaan ini diceritakan bagaimana dampak yang
dihasilkan dari aksi boikot negara-negara Arab terhadap perekonomian
48
Israel. Gerakan boikot yang dilakukan negara-negara Arab juga
memberikan pukulan tak kalah hebat. Dari gerakan boikot yang
berlangsung sejak tahun 1945 hingga akhir tahun 1990-an, ditengarai
Israel telah mengalami kerugian sebanyak US$ 90 milyar. Data statistik ini
sangat penting sekali untuk memahami bagaimana sebenarnya keberhasilan
aksi boikot Arab pada Israel. Tak ada keraguan bahwa aksi boikot telah
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara mendasar pada bangsa Israel.
Sedangkan bagian penutup dari laporan utama ini penjelasan mengenai
sikap pemerintah Indonesia dalam aksi boikot produk Israel ini. “Dewan
Perwakilan Rakyat mendesak pemerintah agar segera merealisasikan
seruan tersebut. Anggota Komisi I DPR-RI, Roy Suryo, mengatakan
pemerintah harus membuat daftar produk yang secara keseluruhan dibuat
Israel, dan yang merupakan produk campuran. Hal ini penting lantaran
dalam produk militer, meski Indonesia tak berhubungan langsung, juga
membeli produk senjata Israel seperti, senapan serbu Uzi dan Galil/Galatz.
Sementara itu, menurut Wakil Ketua Komisi VI yang membidangi
perdagangan, Aria Bima, dalam waktu dekat pihaknya akan memanggil
Menteri Perdagangan untuk membahas langkah kongkret seruan ini.
Selanjutnya, ujar dia, pemerintah harus menyampaikan produk-produk
tersebut pada masyarakat. Aria Bima menegaskan, pemerintah juga harus
menjelaskan apakah boikot juga meliputi produk turunan. Ia berharap
langkah ini bisa menegaskan sikap Indonesia dalam mendukung
kemerdekaan Palestina”.
49
Skema ini disusun sedemikian rupa sesuai dengan gaya penuturan Gatra
berupa feature reporting. Skema yang digunakan diurutkan sesuai dengan
peristiwa antara lain apa yang dilakukan Marty dalam sidang PBB, lalu isi
pernyataan Marty, dan kemudian upaya-upaya yang dilakukan negara-
negara lain dalam memboikot produk-produk Israel.
3. Latar
Latar termasuk ke dalam bagian tingkat analisis struktur mikro yakni
semantik. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi
semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar biasanya ditulis sebagai latar
belakang suatu berita atau peristiwa. Latar yang ditulis tersebut menentukan
ke arah mana pandangan khalayak dibawa oleh wartawan tersebut.3
Latar dalam pemberitaan “Seruan Boikot Israel dari New York” ini
muncul dalam paragraf pertama yang merupakan lead, isinya menceritakan
latar belakang kota New York sebagai basis Yahudi. “New York adalah
kota yang menjadi basis komunitas Yahudi terbesar di Amerika Serikat.
Ironisnya, Kamis pekan lalu, di kota ini pula seruan boikot terhadap
produk-produk Israel dikumandangkan. Adalah Menteri Luar Negeri
Indonesia, Marty Natalegawa, yang menjadi pelakon utama seruan
tersebut”.
Latar yang ingin ditampilkan wartawan pada pemberitaan ini adalah
mengajak pembaca terlebih dahulu mengenal peran kota New York,
sebagai kota tempat pertama kali seruan boikot itu dikumandangkan
sebelum lebih jauh membahas mengenai boikot Israel tersebut.
3 Ibid h. 235.
50
4. Detil
Detil juga masuk dalam semantik. Detil ini merupakan elemen wacana
yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang.
Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan
sikapnya dengan cara yang implisit.4
Detil yang hendak disampaikan penulis dalam pemberitaan “Seruan
Boikot Israel dari New York” ini adalah ketika penulis memaparkan
bagaimana dampak yang diakibatkan dari aksi boikot Israel ini. “Seruan
boikot terhadap produk-produk Israel memang bisa menjadi senjata ampuh
untuk menekan. Menengok sedikit ke belakang, ulama internasional Dr.
Yusuf Qaradhawy pada November 2000 pernah mengeluarkan fatwa haram
membelanjakan uang yang dimiliki kaum Muslimin untuk membeli produk-
produk pro-zionis. Dampak fatwa ini ternyata bisa membuat guncang
perekonomian Israel hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.
Qardhawi memfatwakan, tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang
digunakan untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan
cepat akan menjelma menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuhi
pemuda dan bocah-bocah Palestina. Karena itu, ulama kharismatik ini pun
mengharamkan umat Islam membeli barang-barang atau produk Israel.
Membeli barang atau produk mereka, berarti ikut serta mendukung
kekejaman tirani, penjajahan, dan pembunuhan yang dilakukan mereka
terhadap umat Islam di belahan dunia lainnya.”
4 Ibid, h. 238.
51
Pada bagian tersebut wartawan menguraikan pernyataan secara
panjang dan lebar. Tidak diketahui secara jelas makna apa yang hendak
disampaikan kepada pembaca jika tidak membacanya secara keseluruhan.
Tetapi, jika dibaca secara utuh, maksudnya dapat diketahui untuk
mempengaruhi pembaca bahwa dengan apapun yang berhubungan
menguntungkan Israel berarti turut serta dalam mendukung aneksasi atas
Palestina.
5. Maksud
Elemen maksud, hampir sama dengan elemen detil. Bedanya, jika
dalam detil informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan
dengan detil yang panjang, maka dalam elemen maksud informasi yang
menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas.
Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar,
implisit, dan tersembunyi.5
Elemen maksud yang terkandung dalam penulisan pemberitaan ini ada
pada teks yang memaparkan dampak dari aksi boikot negara-negara Arab
terhadap Israel. “Gerakan boikot yang dilakukan negara-negara Arab juga
memberikan pukulan tak kalah hebat. Dari gerakan boikot yang
berlangsung sejak tahun 1945 hingga akhir tahun 1990-an, ditengarai
Israel telah mengalami kerugian sebanyak US$ 90 milyar. Data statistik ini
sangat penting sekali untuk memahami bagaimana sebenarnya
keberhasilan aksi boikot Arab pada Israel. Tak ada keraguan bahwa aksi
5 Ibid, h. 240.
52
boikot telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara mendasar pada
bangsa Israel”.
Dalam teks tersebut, wartawan menggambarkan secara jelas bahwa
aksi boikot yang dilakukan negara-negara di dunia ini telah berhasil
setidaknya membuat perekonomian Israel guncang.
6. Pra Anggapan
Elemen wacana lainnya, praanggapan merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Hampir serupa dengan latar
yang berupaya mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang.
Kalau praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan
premis yang dipercayai kebenarannya.6
Bagian praanggapan yang ada dalam teks berita tersebut yakni bagian
berita yang memaparkan “...tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang
digunakan untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan
cepat akan menjelma menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuhi
pemuda dan bocah-bocah Palestina”.
Bagian praanggapan di dalam teks dibuat oleh penulis untuk
mendukung pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu
dipertanyakan. Artinya bahwa, jika kita membeli produksi dan barang Israel
atau Amerika Serikat secara cepat akan menjadi senjata untuk membunuh
pemuda dan bocah Palestina. Pernyataan tersebut merupakan fakta yang
belum terbukti kebenaran seluruhnya tetapi memang dipercayai oleh semua
orang.
6 Ibid, h. 256.
53
7. Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam
teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak
berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang
menghubungkannya.7
Bentuk koherensi yang terkandung dalam laporan utama ini yakni :
- “Upaya menekan Israel agar mau mengakui Palestina merdeka
makin kuat”. Kalimat diatas menggunakan kata hubung yang
menyatakan tujuan yaitu “agar”. Proposisi “upaya menekan Israel”
dan “mau mengakui Palestina merdeka makin kuat” adalah dua hal
yang berlainan. Tetapi, dengan menggunakan kata hubung “agar”
dua hal tersebut menjadi tampak koheren.
8. Leksikon
Leksikon ini merupakan elemen bagaimana seorang wartawan atau
penulis melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang
tersedia. Pemilihan kata tersebut tidak semata hanya kebetulan saja, tetapi
bisa jadi mengandung unsur ideologis yang menunjukkan bagaimana
pemaknaan seseorang terhadap suatu fakta.8
Pemilihan kata dalam laporan utama “Seruan boikot Israel dari New
York ini dapat dilihat sebagai berikut.
7 Ibid, h. 242. 8 Ibid, h. 255.
54
- Kata pelakon dalam kalimat : Adalah Menteri Luar Negeri
Indonesia, Marty Natalegawa, yang menjadi pelakon utama seruan
tersebut. Kata Pelakon memiliki kata lain yakni tokoh.
- Kata menangguk dalam kalimat : “Tujuannya agar negara kaum
Yahudi itu tidak bisa menangguk keuntungan ekonomi yang
dihasilkan di wilayah pendudukan. Kata menangguk di atas
sebenarnya memiliki kata lain seperti mengambil atau meraih.
- Kata enteng dalam kalimat : Marty sendiri, ketika itu, menanggapi
enteng aksi pengusiran tersebut.
- Kata pro-zionis pada kalimat : Menengok sedikit ke belakang,
ulama internasional Dr. Yusuf Qaradhawy pada November 2000
pernah mengeluarkan fatwa haram membelanjakan uang yang
dimiliki kaum Muslimin untuk membeli produk-produk pro-
zionis.
- Kata mengucurkan pada kalimat : AS juga mengucurkan uang
sebesar US$ 730 juta untuk bidang keuangan.
- Kata pukulan dalam kalimat : Gerakan boikot yang dilakukan
negara-negara Arab juga memberikan pukulan tak kalah hebat.
- Kata membabi-buta dalam kalimat : Dukungan AS yang membabi
buta terhadap Israel dinilai wajar.
9. Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan
atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat
diamati dari teks. Grafis dalam wacana berita, biasanya muncul lewat
55
bagian tulisan yang dibuat lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat besar. Termasuk didalamnya
adalah pemakaian caption, raster. Grafik, gambar, tabel, dan pemakaian
angka untuk mendukung arti penting sebuah pesan.9
Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan laporan utama Majalah
Gatra ini diantaranya muncul dalam foto yang menggambarkan demo
mendukung boikot Israel diletakkan paling depan dan berukuran sangat
besar. Kemudian unsur grafis lainnya adalah adanya peta negara-negara
yang melakukan aksi boikot terhadap Israel. Sedangkan unsur grafis yang
muncul dalam teks, yakni data yang menunjukkan angka penurunan sektor
perekonomian Israel baik dari segi pariwisata maupun investasi akibat
boikot negara-negara lain.
10. Metafora
Metafora adalah bentuk pengungkapan pesan melalui kiasan atau
ungkapan. Metafora ini dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari
suatu berita.10 Unsur metafora yang termuat dalam teks berita “Seruan
Boikot Israel dari New York” ini yakni ada dalam kata “semua tutup mata”
pada kalimat "Dari zaman dahulu, semua tutup mata senjata itu produksi
mana, karena kita dalam posisi embargo,...............". Sedangkan yang
kedua adalah kata membabi-buta dalam kalimat “Dukungan AS yang
membabi buta terhadap Israel dinilai wajar.”
9 Ibid, h. 257. 10Ibid, h. 259.
56
Tabel. 4.1 Kerangka Analisis Data Laporan Utama 1 “Seruan Boikot Israel
dari New York”
Struktur Wacana
Elemen Keterangan
Makro • Topik/Tema Lead berita
Super struktur Skema : - Diawali dengan Judul berita - Lead Berita - Story :
1. Situasi apa yang terjadi yakni pernyataan Marty Natalegawa.
2. Bentuk upaya negara di dunia terhadap produk Israel.
3. Dampak yang terjadi atas boikot produk Israel
4. Sikap pemerintah Indonesia terhadap boikot produk Israel
Struktur Mikro Latar Paragraf 1 Detil Paragraf 10 Maksud Paragraf 15 Pra
anggapan Paragraf 10
Koherensi Lead berita : Upaya menekan Israel agar mau mengakui Palestina merdeka makin kuat... Paragraf 4 : ....Tel Aviv menganggap pertemuan itu ilegal, lalu mengusir para menlu tersebut, termasuk Marty lantaran mewakili negara-negara, yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, serta tidak mengakui negara Yahudi tersebut.
Leksikon - Kata pelakon dalam paragraf 1 - Kata menangguk dalam Lead berita - Kata enteng dalam paragraf 5 - Kata pro-zionisdalam paragraf 9 - Kata mengucurkan dalam paragraf 14 - Kata pukulan dalam paragraf 15 - Kata membabi-buta dalam paragraf terakhir
Grafis - Foto diletakkan paling depan dan berukuran sangat besar.
- Peta negara-negara yang melakukan aksi boikot terhadap Israel.
- grafis dalam teks, yakni data yang menunjukkan angka penurunan sektor perekonomian Israel baik dari segi pariwisata maupun investasi akibat boikot negara-negara
57
lain. Metafora Kata “semua tutup mata” pada paragraf 17
Kata “membabi-buta” pada paragraf terakhir
2. Analisis Laporan Utama 2 “Tidak Beli Demi Palestina”
1. Tematik
Tema dalam laporan utama majalah Gatra yang berjudul “Tidak Beli
Demi Palestina” ini adalah kampanye boikot produk Israel dilakukan
aktivitas pro Palestina di beberapa negara. Bagi mereka, memakai produk
Israel sama artinya dengan mendukung penjajahan atas Palestina.
Tema yang ingin disampaikan wartawan dalam keseluruhan isi
pemberitaan ini adalah agar masyarakat mengetahui upaya yang dilakukan
negara-negara di dunia dalam menekan Israel diantaranya melalui kampanye
boikot produk Israel. Tak hanya sekedar kampanye boikot produk Israel,
disertai pula daftar nama produk buatan Israel. Sehingga masyarakat dunia
mengetahui apa saja produk buatan Israel.
2. Skematik
Struktur skematik yang biasa muncul dalam suatu teks berita dimulai
dengan lead, story yang merupakan isi suatu berita kemudian ditutup dengan
penutup atau kesimpulan berita. Skema atau alur cerita yang muncul dalam
laporan utama berjudul “Tidak Beli Demi Palestina” ini diawali dengan
judul itu sendiri yakni “Tidak Beli Demi Palestina”. Kemudian dilanjutkan
dengan lead yang isinya “Kampanye boikot produk Israel dilakukan oleh
aktivis pro-Palestina di beberapa negara. Dilengkapi daftar terboikot yang
diperbarui setiap tahun. Pemerintah Afrika Selatan melarang pencantuman
Made In Israel untuk produk dari wilayah pendudukan”.
58
Bagian story dalam teks berita ini dilanjutkan setelah lead berita. Jika
dalam lead diceritakan aksi kampanye boikot produk Israel berlangsung di
berbagai negara, maka paragraf setelahnya menceritakan daftar produk apa
saja yang merupakan produk buatan Israel. Dimulai dengan kurma yang
merupakan barang komoditas utama ekspor negara Israel. Diceritakan pula
yang menjadi keprihatinan kelompok pro Palestina yakni kurma-kurma
tersebut dihasilkan di wilayah pendudukan Israel.
Isi berita selanjutnya dipaparkan mengenai perkembangan kampanye
boikot produk Israel di beberapa negara. Bisa dikatakan kampanye itu
berhasil mengajak masyarakat di dunia melakukan aksi serupa dalam rangka
menekan upaya agresi Israel terhadap Palestina.
3. Latar
Latar yang muncul dalam teks pemberitaan laporan utama ini ada
dalam paragraf kedua. “Kurma adalah salah satu komoditas andalan Israel
yang memegang porsi 15% angka ekspor negara itu. Buah itu dikapalkan ke
berbagai negara, terutama Eropa dengan volume 10.000 ton per tahun, dan
bernilai 80 juta Poundsterling”.
Sebelum memasuki latar berita tentang kurma tersebut, wartawan
memaparkan mengenai keprihatinan kelompok pro Palestina terhadap
kurma-kurma Israel yang ternyata dihasilkan di wilayah pendudukan Israel
seperti Lembah Yordan. Latar yang berusaha disampaikan wartawan kepada
pembaca agar pembaca mengetahui bahwa kurma adalah menjadi barang
yang penting dan menjadi andalan pemasukan ekspor utama negara itu.
Namun barang andalan tersebut merupakan barang yang dihasilkan dari
59
wilayah pendudukan Israel yang seharusnya menjadi pemasukan utama
Palestina.
4. Detil
Detil yang wartawan paparkan pada teks berita ini yakni ada dalam
paragraf ke-9. “Dari waktu ke waktu kampanye ini agaknya makin populer.
Di berbagai negara mulai muncul berbagai aksi yang semakin menyudutkan
produk-produk Israel. Daftar produk itu bahkan terus meluas menjadi
produk-produk milik pengusaha Yahudi, yang kemungkinan tidak berkaitan
langsung dengan Israel”.
Detil lain juga muncul pada teks berita “...namun kampanye boikot
agaknya berfokus pada produk-produk konsumsi.”
Detil yang ingin ditampilkan wartawan dalam teks paragraf tersebut
yakni bagaimana besarnya perkembangan kampanye boikot Israel yang
makin meluas. Tidak hanya berorientasi pada produk-produk Israel tetapi
juga meluas menjadi produk-produk milik pengusaha Yahudi yang mungkin
tidak secara langsung berhubungan dengan Israel tetapi secara tidak
langsung penulis ingin mengatakan kepada pembaca bahwa pengusaha
Yahudi juga sama dengan Israel.
5. Maksud
Maksud yang penulis temukan dalam teks berita ini ada dalam paragraf
ke-7. Selain itu, ada Strauss group, perusahaan makanan minuman kedua
terbesar dunia yang keuntungannya mencapai US$1,8 milyar pada 2010.
Boikot terhadap Strauss sangat diserukan karena perusahaan ini diketahui
sebagai penyokong dua unit infanteri terkenal di Israel, yakni Brigade
60
Golani dan Givati, yang menggunakan fosfor putih dalam sebuah serangan
di jalur Gaza.
Maksud dari teks ini secara jelas dipaparkan bahwa penulis mendukung
untuk memboikot produk perusahaan tersebut.
6. Praanggapan
Praanggapan yang hendak dimunculkan wartawan dalam teks berita ini
yaitu ”.... membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi atas
wilayah Palestina”.
7. Koherensi
Bentuk koherensi yang terkandung dalam laporan utama ini yakni :
- membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi
ataswilayah Palestina.
- Seiring dengan pendudukan Israel di beberapa wilayah Palestina,
sentimen anti negara zionis itu semakin meluas.
- Sejak Israel melakukan pendudukan paksa di beberapa wilayah
Palestina seperti Yerusalem Timur, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan
Dataran Tinggi Golan, pada 1967, industrinya berkembang pesat
8. Leksikon
Pemilihan kata dalam laporan utama “Tidak Beli Demi Palestina” ini
dapat dilihat sebagai berikut.
- Kata aneksasi dalam kalimat : “...membeli kurma Israel sama dengan
mendukung aneksasi atas wilayah Palestina.”
- Kata sinyalir dalam kalimat : “Situs inminds.co.uk membuat daftar
panjang merek yang mereka sinyalir lahir di Israel...”
61
- Kata Penyokong dalam kalimat : karena perusahaan ini diketahui
sebagai penyokong dua unit infanteri terkenal di Israel..”
- Kata menyudutkan dalam kalimat : “Di berbagai negara mulai
muncul berbagai aksi yang semakin menyudutkan produk-produk
Israel.”
- Kata menyusup dala kalimat : “Barang-barang asal Israel, kata Bayu,
bisa menyusup masuk di Indonesia dari negara lain dengan tidak
dilengkapi dokumen asal negara.”
- Kata berang dalam kalimat : “Langkah Afrika Selatan ini membuat
berang Israel.”
9. Grafis
Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan laporan utama Majalah
Gatra ini khususnya pada berita “Tidak Beli Demi Palestina” diantaranya
muncul dalam foto yang menggambarkan aksi aktivis pro Palestina di
Irlandia yang membawa poster berisi mendukung boikot Israel diletakkan
paling depan dan berukuran satu halaman lebih.
10. Metafora
Tidak ada
Tabel. 4.2 Kerangka Analisis Data Laporan Utama 2 “Tidak Beli Demi
Palestina”
Struktur Wacana
Elemen Keterangan
Makro • Topik/Tema
Kampanye boikot produk Israel dilakukan aktivitas pro Palestina di beberapa negara. Bagi mereka, memakai produk Israel sama artinya dengan mendukung penjajahan atas Palestina
Super struktur
Skema : • Summary
- Diawali dengan Judul berita - Lead Berita
62
• Story - Story : 1. Menceritakan daftar produk apa saja yang
merupakan produk buatan Israel. 2. Perkembangan kampanye boikot produk
Israel di beberapa negara. Struktur Mikro
Latar Paragraf 2 : “Kurma adalah salah satu komoditas andalan Israel yang memegang porsi 15% angka ekspor negara itu.
Detil Paragraf 5 Paragraf 9
Maksud Paragraf 7 Pra
anggapan Paragraf 1 : ”.... membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi atas wilayah Palestina”.
Koherensi Paragraf 1 : “...membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi atas wilayah Palestina.” Paragraf 3: “...Seiring dengan pendudukan Israel di beberapa wilayah Palestina, sentimen anti negara zionis itu semakin meluas.” Paragraf 5 :“...Sejak Israel melakukan pendudukan paksa di beberapa wilayah Palestina seperti Yerusalem Timur, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Dataran Tinggi Golan, pada 1967, industrinya berkembang pesat.”
Leksikon - Kata aneksasi dalam paragraf 1 - Kata sinyalir dalam paragraf 3 - Kata penyokongdalam paragraf 7 - Kata menyudutkan dalam paragraf 9 - Kata menyusup dalamparagraf 12 - Kata berang dalam paragraf 14
Grafis foto aksi aktivis pro Palestina diletakkan paling depan dan berukuran satu halaman lebih.
Metafora Tidak ada
B. Analisis Kognisi Sosial Laporan Utama Majalah GATRA “Seruan
Boikot Israel dari New York”
Selain menganalisa teks, dalam analisis wacana juga penting untuk
mengamati kognisi sosial teks yakni bagaimana suatu teks itu bisa diproduksi.
Karena anggapan seseorang mengenai teks bahwa teks itu memiliki makna itu
63
tidak sepenuhnya benar. Suatu teks itu bisa bermakna sesuatu karena diberikan
oleh si pemakai bahasa (penulis). Dan makna inilah yang dikonstruksi oleh
penulis. Selain makna dalam teks juga mengandung pendapat dan ideologi penulis
tersebut.
Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan
proses produksi berita. Titik kunci dalam memahami produksi berita adalah
dengan meneliti proses terbentuknya teks. Proses terbentuknya teks ini tidak
hanya bermakna bagaimana suatu teks itu dibentuk, proses ini juga memasukan
informasi bagaimana peristiwa itu ditafsirkan, disimpulkan, dan dimaknai oleh
wartawan.11 Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks,
dibutuhkan penelitian kognitif dan strategi si penulis dalam memproduksi suatu
berita. Karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan,
prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.12 Sama halnya dengan
teks dalam pemberitaan “Seruan Boikot Israel dari New York,” teks ini tidak
terlepas dari proses produksi berita yang tentu melibatkan kesadaran mental dari
penulis yakni Tim Laporan Utama Majalah Gatra.
Wacana tentang seruan boikot Israel yang diangkat majalah Gatra ini
sebenarnya sudah cukup lama diperdengarkan ke masyarakat dunia. Namun,
mengapa kemudian santer lagi terdengar pada September 2012 lalu, karena
adanya pernyataan dari Anggota Gerakan Non Aliansi yang diwakili oleh Menteri
Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia, Marty Natalegawa yang menyerukan
boikot produk Israel pada pertemuan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) di New York, Amerika Serikat. Pernyataan ini dianggap berani karena
11 Ibid h. 266. 12 Ibid h. 260.
64
dilontarkan di tengah Sidang Umum PBB yang dihadiri negara pro Israel. Imbas
dari pernyataan ini tentunya menggugah masyarakat dunia untuk mendukung
upaya boikot produk Israel. Di negara-negara seperti di Palestina sendiri, Amerika
Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Uni Eropa, Afrika Selatan, dan Timur Tengah
gencar mendata produk buatan Israel dan melabeli produk tersebut jika
merupakan hasil dari wilayah pendudukan.
Dikutip dari wawancara peneliti dengan salah satu tim penulisan Laporan
Utama, Erwin Y Salim yang juga merupakan bagian dari tim Sidang Redaksi,
terkait dengan proses pengangkatan tema dan proses produksi laporan utama
“Seruan Boikot Israel dari New York”. Majalah Gatra dalam proses mengangkat
sebuah berita memiliki kriteria sendiri, termasuk dalam mengangkat tema seruan
boikot Israel tersebut. Proses penentuan tema berita laporan utama tersebut
dihasilkan melalui rapat pleno perencanaan setiap hari Rabu yang dihadiri oleh
segenap tiap personil redaksi (Reporter sampai dengan Pemimpin redaksi).13
Erwin menuturkan bagaimana pertimbangan Majalah Gatra dalam memilih
dan mengangkat tema tentang seruan boikot Israel tersebut. Terkait alasan
pengangkatan tema Seruan Boikot Israel ini dikarenakan berita tersebut
memenuhi kriteria layak siar juga layak rubrik termasuk jenis laporan utama ini.
Unsur kriteria berita layak siar di Majalah Gatra ini seperti yang diungkapkan
Erwin, antara lain :
Hangat (dalam arti sedang dibicarakan), baru (pertama kali tema itu
dimuat), memiliki daya tarik, memiliki kedekatan masalah, sudut pandang,
dramatik, fenomenal, eksklusif (tenar/sangat terkenal), dan unik.
13GATRA: Nilai-Nilai dan prinsip Pemberitaan GATRA, (Jakarta: Majalah GATRA), h. 3.
65
“Nah dari kriteria ini, boikot Israel ini sangat memenuhi banyak dari 10 kriteria ini. Salah satu dari kriteria ini untuk pertama kalinya seorang Menlu RI Marty Natalegawa, menyerukan boikot. Kalau tidak salah juga secara resmi, Gerakan Non Blok di sebuah sidangnya atau konferensi menyatakan harus boikot Israel. Pernyataan Marty juga menarik itulah yang membuat GATRA mengangkat tema ini. Sebetulnya jika dilihat masalah boikot itu sendiri itu sudah lama, tetapi yang mendorong kita mengangkat tema ini adalah pernyataan Marty itu sendiri dan pernyataan gerakan non blok.” Kemudian berita itu diputuskan melalui rapat redaksi majalah GATRA.
Mengenai mekanisme peliputan berita Majalah GATRA terdapat alur kerja
sebagai berikut :
Gambar 8.Alur Peliputan Berita Redaksi Majalah Gatra
Sidang Redaksi
Rapat Perencanaan
Isi
Hasil Rapat
1. Pemimpin Redaksi
2. Wakil Pemimpin Redaksi
3. Redaktur Pelaksana
4. Penanggung Jawab Rubrik
5. Reporter
6. Fotographer
Penanggung Jawab
Rubrik (surat
penugasan)
Pusat Liputan
Repoter
Reporter Fotographer
Turun Lapangan
Rapat Pengecekan
Redaktur Pelaksana
Editor Naskah
Produksi
Tatamuka
66
Dari alur peliputan diatas, dapat dijelaskan terdapat dua prosedur tahap
penugasan dan tahap penulisan. Pada tahap penugasan,bagian redaksi mulai dari
pemimpin redaksi sampai reporter melakukan rapat perencanaan untuk
menentukan masalah yang akan diangkat untuk dijadikan berita. Kemudian dari
hasil rapat, penanggung jawab rubrik membuat surat penugasan untuk dikirimkan
kepada pusat liputan. Setelah menerima surat penugasan, pusat liputan
menentukan reporter lalu diteruskan kepada reporter yang bersangkutan.Reporter
turun ke lapangan dan membuat laporan berdasarkan penugasan yang diberikan.
Tahap kedua adalah tahap penulisan, tahap ini dimulai dari hasil laporan-
laporan yang ditulis oleh reporter kemudian dirapatkan ke dalam rapat
pengecekkan untuk menentukan apakah masalah tersebut sudah sesuai dengan
kriteria yang akan dimuat dalam majalah.Dari hasil rapat, redaktur pelaksana
membuat kertas merah yang dikirim kepada penanggung jawab rubrik. Lalu,
penanggung jawab rubrik membuat tulisan berdasarkan kertas merah yang
diberikan.Tulisan yang dibuat oleh penanggung jawab rubrik kemudian dikirim
kepada redaktur pelaksana untuk penyuntingan tulisan.Setelah penyuntingan
tulisan, kemudian tulisan dikirim kepada editor naskah untuk dilakukan
pengeditan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar.Setelah
tulisan tersebut diedit kemudian dikirim kepada PTM untuk penyusunan layout.
Proses diatas merupakan prosedur produksi berita di Majalah Gatra. Ketika
dihadapkan dengan kondisi saat laporan utama “Seruan Boikot Israel dari New
York” ini dibuat, saat itu berita mengenai seruan boikot produk Israel ini tengah
hangat dibicarakan oleh media-media di Indonesia.
67
Begitu pun dengan Gatra, setelah melalui rapat perencanaan dengan redaksi
dan dipilihnya tema boikot Israel ini, maka kemudian ditentukan penulis dan
narasumber terkait dengan tema tersebut. Tim penulis dalam laporan utama ini
diantaranya adalah Erwin Y Salim, M. Agung Riyadi, Basfin Siregar, dan Rach
Alida Bahaweres, dan Mujib Rahman. Setelah dipilih beberapa wartawan dan
penulis, sesuai dengan prosedur peliputan Majalah Gatra, maka masing-masing
wartawan mencari berita dengan dibekali Terms of Reference (TOR) yang dibuat
oleh redaktur berikut dengan narasumber yang terkait dengan tema tersebut. Pada
laporan utama ini, sumber berita utamanya adalah Marty Natalegawa, yang
dihubungi oleh wartawan Gatra, Basfin Siregar. Selain Marty, narasumber dalam
laporan utama ini adalah dari dalam negeri yaitu Anggota DPR RI, yang dimintai
komentarnya mengenai boikot Israel tersebut. Untuk sumber Internasionalnya,
karena tema Laporan utama ini termasuk jenis Internasional, maka data yang
diambil juga melibatkan rubrik Internasional.
Berita mengenai seruan boikot Israel ini tentu tidak terlepas dari
kecenderungannya terhadap suatu pihak. Karena kognisi wartawan dalam
penulisan laporan utama ini mempunyai pandangan dan perspektif berbeda
terhadap suatu peristiwa. Skema berita yang ditulis Gatra pada Seruan Boikot
Israel ini seperti yang diungkapkan Erwin yakni :
Kita berangkat dari apa dan apa sih Marty ini ngomong begitu tiba-tiba, dari situ kita menganggap bahwa ini pantas didukung dan yang kedua bahwa ternyata masih banyak produk Israel yang ternyata diam-diam masuk, dan produk produk perusahaan yang mendukung Israel. Nah mau diapain sih Marty ngomong begitu kita disini.14
14Wawancara dengan Erwin Y Salim
68
Erwin Y Salim, salah satu tim penulis Laporan Utama Seruan Boikot
Israel ini merupakan wartawan senior Gatra yang telah memiliki jam terbang
cukup banyak, salah satunya adalah pengalaman meliput langsung di
perbatasan Israel. Dari skema yang disebutkan Erwin tersebut, seperti yang
disebutkan van Dijk, ada beberapa model atau skema tertentu untuk
menggambarkan kognisi wartawan dalam pemberitaan.
Tabel. 4.3 Skema Kognisi Sosial Majalah GATRA Skema Person (Person Schemas)
Gatra memandang seruan boikot produk Israel ini bentuk kepedulian
negara-negara non aliansi termasuk Indonesia untuk membebaskan rakyat
Palestina dari agresi militer Israel. Karena, melalui aksi boikot ini merupakan
jalan untuk menekan bentuk aneksasi Israel ke Palestina.
Skema Peran (Role Schemas)
Redaksi Gatra melihat upaya yang dilakukan oleh Marty Natalegawa
adalah sebuah keberanian yang harus didukung. Marty dan segenap pihak yang
mendeklarasikan upaya boikot ini tentu memiliki tujuan, yakni menekan Israel
dengan segala cara untuk menghentikan agresi militernya kepada rakyat
Palestina. Mengingat begitu besarnya peran media massa dalam menyebarkan
segala infomasi, Gatra berkewenangan dalam menyebarkan seruan yang
dilakukan oleh negara-negara pendukung pembebasan Palestina.
Skema Peristiwa (Event Schemas)
Israel dengan dukungan Amerika Serikat terus memperluas wilayahnya
ke tanah Palestina dengan cara melancarkan serangan militernya ke Palestina.
Palestina pun tidak tinggal diam. Dengan roket dan amunisi yang dimilikinya,
69
mereka berusaha membalas ke pihak Israel. Begitu pun seterusnya. Hal ini
yang kemudian mengakibatkan jiwa-jiwa tak berdosa melayang dari kedua
belah pihak. Upaya gencatan senjata juga terus dilakukan, namun hal tersebut
selalu gagal di meja perundingan oleh Israel.
C. Analisis Konteks Sosial Laporan Utama Majalah Gatra “Seruan Boikot
Israel dari New York”
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah
bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti
teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana
tentang suatu hal diproduksi dan dikontruksi dalam masyarakat. Analisis sosial
(konteks sosial) berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi pemakaian bahasa,
dan terbentuknya sebuah wacana. Seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi
sosial yang sedang terjadi saat itu.
Seperti dalam pemberitaan laporan utama majalah Gatra ini, untuk
mengetahui bagaimana wacana pemberitaan media tentang Israel ini adalah
dengan menganalisis bagaimana negara melakukan produksi dan reproduksi
mengenai keberadaan Israel, lewat buku-buku sekolah, pidato politik, hubungan
politik, dan sebagainya.
Penilaian negatif bangsa Indonesia terhadap Israel telah dibangun berpuluh-
puluh tahun yang lalu ketika Israel mulai melebarkan ekspansi ke wilayah
Palestina. Israel yang merupakan negara republik demokrasi dengan sistem
pemerintahan parlementer memproklamasikan kemerdekaannya pada 4 Mei 1948
70
dan memiliki luas wilayah sekitar 21.596 km persegi (sekitar 8338 mil persegi).15
Sampai dengan tahun 2009, populasi Israel adalah sebesar 7,5 juta jiwa. Israel
memiliki dua bahasa resmi, yaitu bahasa Ibrani dan bahasa Arab. Agama
mayoritas di Israel ini adalah agamaYahudi. Afiliasi keagamaan penduduk Yahudi
Israel bervariasi: 55%-nya mengaku sebagai "tradisional", sedangkan 20%-nya
menganggap dirinya sendiri sebagai "Yahudi sekuler", 17% mengaku sebagai
"Yahudi Ortodoks"; sisa 8%-nya mengaku sebagai "Yahudi Haredi". Sedangkan
Agama Islam mencapai 16% total populasi Israel dan merupakan agama minoritas
terbesar di Israel. Sekitar 2% populasi beragama Kristen dan 1,5%-nya beragama
Druze. Terdapat pula sebagian kecil kelompok agama seperti agama Buddha dan
Hindu.16
Seperti diketahui bahwa pemerintah Indonesia tidak membuka hubungan
diplomatik dengan Israel. Alasan tidak adanya hubungan diplomatik dengan Israel
ini memiliki sejumlah alasan salah satunya terkait dengan kultur keagamaan
Indonesia yang dikenal dekat dengan negara di Timur Tengah yang berasaskan
Islam. Sedangkan kondisi di negara Timur Tengah menunjukkan suasana yang
menegangkan antara dunia Arab dan Israel. Konflik Israel dan Palestina itu yang
membuat Indonesia tidak membuka hubungan diplomatiknya dengan Israel,
karena populasi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam tentu
mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Jumlah populasi penduduk yang beragama Islam di Indonesia pada tahun
2011 seperti data yang dlihat dari Kementerian Agama berjumlah 209.286.151
penduduk atau 88,10 % dari jumlah penduduk Indonesia keseluruhan. Jumlah ini
15Israel Gen Web, Artikel diakses pada 9 Mei 2013 dari http://www.israelgenealogy.com/ 16 Israel, artikel diakses pada 9 mei 2013 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Israel#cite_note-
cia-1
71
tentu berimplikasi terhadap tidak dibukanya hubungan diplomatik Indonesia
dengan Israel, mengingat kebijakan Pemerintah yang mengikuti mayoritas suara
rakyat umat Muslim keseluruhan yang menentang keras dibukanya hubungan
diplomatik terhadap Israel.
Pasang surut hubungan Indonesia dengan Israel ini telah berlangsung lama
sejak zaman orde lama hingga saat ini. Pada zaman orde baru, yakni pada
pemerintahan presiden Soeharto, pemerintah pada pendiriannya untuk tidak
memiliki hubungan bilateral dengan Israel jika dinamika politik di Timur Tengah
belum tercipta karena ekspansi wilayah yang dilakukan Israel terhadap negara
Arab dan Palestina.
Namun pada zaman orde baru juga tidak terlepas dari isu pembukaan
hubungan diplomatik dengan Israel. Pada tahun 1993 seperti diberitakan media di
Indonesia bahwa Menteri Luar Negeri (Menlu) Ali Alatas dan Shimon Peres
dalam konferensi tentang HAM di Wina. Sebulan kemudian, koran berita
terkemuka Israel, Haaretz (edisi 22 Juli 1993) memberitakan bahwa sejumlah
pengusaha Israel berkunjung ke Indonesia guna menjalin kontak bisnis dengan
Jakarta. Selain itu, diberitakan bahwa Duta Besar Israel di Singapura, Daniel
Megiddo telah melalukan pembicaraan dengan para pejabat Departemen Luar
Negeri (Deplu) RI guna menjajaki kemungkinan pembukaan hubungan diplomatik
Jakarta-Tel Aviv.17
Berlanjut pada pemerintahan setelah Orde baru, yakni era reformasi, zaman
Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI ke-4. Pada zaman ini wacana
pembukaan hubungan diplomatik kencang disuarakan. Rencana Presiden
17Sirwan, “Rethinking Diskursus Pembukaan Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel,” artikel diakses 3 Mei 2012 dari http://bemfisipol.umy.ac.id/2012/11/rethinking-diskursus-pembukaan-hubungan.html
72
Abdurrahman Wahid atau Gusdur tersebut untuk membuka hubungan bilateral
dengan Israel sudah diwacanakan pada tahun 1994 ketika Gusdur yang saat itu
menjabat sebagai salah satu ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama diundang oleh
Israel. Namun, sekali lagi wacana pembukaan hubungan bilateral dengan Israel ini
urung dilakukan karena tidak mendapatkan dukungan oleh rakyat Indonesia
khusunya umat Muslim di Indonesia.
Sedangkan pada era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudoyono ini,
wacana hubungan Indonesia-Israel kembali muncul ketika sekelompok
masyarakat yang menamakan dirinya Komunitas Yahudi Indonesia dan lembaga
yang berafiliasi dengan Israel, yakni IIPAC (The Indonesia-Israel Public Affairs
Committee) berencana merayakan hari kemerdekaan Israel di Jakarta yang
bertepatan dengan tanggal 14 Mei 2011. Namun hal tersebut urung dilakukan
setelah mendapat protes yang kencang dari sebagian besar masyarakat Indonesia,
umat Islam khususnya, Setelah peristiwa tersebut, pro-kontra mengenai wacana
pembukaan hubungan Indonesia-Israel muncul kembali dalam ruang publik
Indonesia.
Menghadapi pro-kontra tersebut, melalui kementerian luar negeri Indonesia
(kemenlu RI) sebagai perwakilan resmi pemerintah dalam urusan hubungan luar
negeri Indonesia, menegaskan posisi hubungan Indonesia dengan Israel
sebagaimana kenyataan yang terlihat hingga kini Indonesia belum memiliki
hubungan diplomatik dengan Israel. Di dunia saat ini, Indonesia termasuk ke
dalam kelompok negara Gerakan Non Blok yang mendukung kemerdekaan
Palestina atas pendudukan Israel. Mayoritas masyarakat Indonesia juga sangat
73
mendukung kebijakan pemerintah dalam menolak segala bentuk hubungan dengan
Israel.
Kebijakan yang dilakukan setiap pemerintahan diatas juga merupakan hasil
suara mayoritas rakyatnya. Demikian yang terjadi pada masyarakat Indonesia,
Muslim khususnya. Ekspansi wilayah Israel terhadap tanah Palestina melanggar
perjanjian pembagian wilayah tahun 1947. Israel terus memperluas wilayahnya
dan melakukan pendudukan tanah rakyat Palestina tanpa memperhatikan hak asasi
kemanusiaan. Hal ini yang membuat penilaian masyarakat dunia terhadap Israel
memburuk khususnya umat muslim. Hal itu pun yang terjadi pada masyarakat di
Indonesia.
Seperti yang dikutip pada pemberitaan Arrahmah mengenai seruan boikot
Israel yang berjudul “Serukan boikot produk Israel, Menlu dianggap bagaikan
little Soekarno” pada Sabtu, 29 September 2012.
Pernyataan Menlu Marty Natalegawa tentang dukungan terhadap Palestina dan tidak membeli produk Israel sungguh dinilai sebagai langkah berani yang luar biasa. Langkah berani Marty menggambarkan sikap kongkrit pemerintah Indonesia dalam mendukung perjuangan Palestina untuk merdeka dan diakui sebagai anggota penuh di PBB. “Pernyataan Menlu Marty bisa menjadikan dirinya Soekarno kecil (little Soekarno) di mana Soekarno secara konsisten memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa yang terjajah meski harus berhadapan dengan negara-negara besar,” ujar Guru Besar Hukum Internasional FHUI, Hikmahanto, dalam keterangan persnya seperti dilansir detikcom, Sabtu (29/9).
Sedangkan pemberitaan lainnya yakni laporan khusus media Eramuslim
berjudul “Jangan Bedakan Suriah dengan Palestina” pada Selasa, 8 Januari 2013 :
Persekutuan Barat kemudian menyerahkan negeri-negeri kecil baru itu kepada para boneka lokalnya. Suriah diserahkan pada minoritas Nushairi Alawi. Sementara Palestina diserahkan pada Yahudi Zionis yang didatangkan dari berbagai negeri, menambah jumlah Yahudi lokal yang tadinya minoritas. Jadi, Suriah adalah bagian tak terpisahkan dari Syam dan Palestina. Keduanya sama-sama dizhalimi. Yang satu dijajah Zionis, yang satunya dihancurkan kota-kota dan dibantai penduduknya oleh rezim
74
Nushairi yang sesat. Maka, Anda -Muslim yang peduli dan cinta Palestina- seharusnya juga peduli dan cinta pada Suriah. Dan saat ini, mereka betul-betul menderita. Muslim di sana digempur setiap hari di tengah musim dingin yang menggigit tulang.
Kemudian, pada berita yang ditulis Abu Ikram di situs media Islam Sabili
pada Jumat, 8 Maret 2012 yang berjudul “Israel Makin Terkucil” yang merupakan
kutipan wawancara wartawan Sabili dengan Ketua Grup Kerjasama Bilateral
Parlemen Indonesia dan Palestina, Al Muzammil Yusuf.
Mengapa kita harus peduli Palestina? Karena sesuai dengan amanat konstitusi kita di Pembukaan UUD alinea 1, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." Dari segi HAM, kepedulian pada Palestina adalah penghargaan pada eksistensi dan nyawa manusia, pada kebebasan dan pada kesejahteraan manusia. HAM itu berlaku universal, tidak hanya untuk konstitusi Indonesia saja. Dalam tinjauan keumatan. Indonesia sebagai bangsa muslim terbesar di dunia dan posisi Indonesia dalam regional menjadi penting. Dalam regional muslim dunia ada: Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Selatan dan Timur Tengah. Nah, di Asia Tenggara itu pusatnya Indonesia. Kaum muslimin Indonesia terbesar di dunia, maka Indonesia menjadi barometer. Jadi Timur Tengah menaruh harapan besar agar Indonesia berbuat sesuatu untuk perdamaian. Apalagi dari historis jangan lupa, pengakuan Mesir pada Indonesia, atas masukan Mufti Palestina. Jadi ada jasa Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan pada media yang bernafaskan Islam terbesar di Indonesia, yakni
Republika. Pemberitaan Republika Online pada Rabu, 9 Juni 2010 mengenai
“Bagaimana Mesin Propaganda Israel dalam Membentuk Opini Dunia” beberapa
kutipan yang penulis ambil sebagai berikut :
Sebaliknya, Israel menempuh berbagai cara untuk melancarkan propaganda. Para pemimpin Israel tidak hanya mengandalkan kemampuannya dalam menyampaikan pesan, tapi juga ikut mempengaruhi para pengelola media massa untuk memberikan dukungan. Erward Said dalam artikel opini yang dimuat dalam buku kompilasi From Oslo to Iraq and Roadmap mengungkapkan bahwa Israel telah membelanjakan ratusan miliar dolar untuk membiayai penyampaian informasi ke dunia luar.
75
Sebaliknya, bentuk kedekatan masyarakat Indonesia dengan rakyat Palestina
jauh berbeda dengan Israel. Berbagai sumber menyebutkan bahwa kedekatan
emosional Indonesia dan Palestina berlangsung sejak awal kemerdekaan
Indonesia. Selain Mesir, bangsa Palestina saat itu sangat mendukung
kemerdekaan Indonesia. Faktor lain yang membuat kedekatan Indonesia dan
Palestina erat adalah kedua negara ini memiliki faktor kesamaan sesama bangsa
yang terjajah, sehingga memunculkan semangat agar rakyat Palestina terbebas
dari penjajahan Israel.
Bentuk kedekatan Indonesia dengan Palestina ini juga terus berlangsung
hingga saat ini. Selain mendukung penuh kemerdekaan rakyat Palestina dengan
ikut bagian dalam kelompok Komite Pembebasan Palestina, Indonesi juga kerap
memberikan bantuan materil kepada rakyat Palestina. Adanya organisasi seperti
Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) dan Komite Indonesia untuk
Solidaritas Palestina (KISPA), misalnya, yang kerap menggalang bantuan untuk
Palestina. Bentuk kedekatan Indonesia-Palestina pada 2013 ini adalah bersama
dengan Jepang membantu bangsa Palestina melalui Konferensi Negara-Negara
Asia Timur bagi Pembangunan Palestina (CEAPAD) di Tokyo, Jepang.
Seperti dikutip Sindonews.com pada Kamis, 14 Februari 2013 lalu
Indonesia yang diwakili Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa juga
menekankan sikap masyarakat internasional bagi rakyat Palestina harus lebih dari
sekedar pernyataan simpati melainkan dalam bentuk bantuan konkrit. Termasuk
Indoenesia, dalam 4 tahun terakhir ini, Indonesia telah memfasilitasi 101 program
pelatihan bagi 842 warga Palestina, dengan target untuk melatih tidak kurang dari
76
1.000 warga Palestina hingga 2013 ini. Indonesia juga membantu pembangunan
pusat perawatan kardiologi di RS Al Shifa di Gaza.18
18 “Indonesia & Jepang galang kerja sama konkrit bagi Palestina,” berita diakses pada 3
Mei 2013 dari http://international.sindonews.com/read/2013/02/14/40/717796/indonesia-jepang-galang-kerja-sama-konkrit-bagi-palestina
77
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial sebagaimana
metode yang dipakai yakni teori wacana Teun A van Dijk pada pemberitaan
Laporan Utama Majalah Gatra “Seruan Boikot Israel dari New York”, dapat
disimpulkan bahwa adanya keberpihakan dan strategi wacana yang termanifestasi
ke dalam beberapa wujud kebahasaan, yakni dilihat dari struktur teks, wacana
yang ditampilkan penulis majalah Gatra menjelaskan turut mendukung aksi
pemboikotan terhadap produk Israel. Sedangkan dari struktur makro, tema yang
ditampilkan lebih menekankan upaya dukungan terhadap boikot produk Israel
tersebut. Kemudian dari superstruktur, Gatra mengemas alur berita dengan skema
pemboikotan terhadap produk Israel di berbagai negara di dunia ditambah dengan
pernyataan mengenai tujuan pemboikotan. Kemudian dari struktur mikro,
berdasarkan latar, detil, maksud, dan pra anggapan turut mengecam produk Israel.
Seperti pada kalimat “...tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang digunakan
untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan cepat akan
menjelma menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuhi pemuda dan
bocah-bocah Palestina”. Dari keseluruhan teks tersebut, Gatra dikatakan
cenderung berpihak ikut mendukung boikot produk Israel karena menempatkan
dan menekankan Israel sebagai aktor/pelaku tindakan dan Palestina sebagai
sasaran/korban dalam teks berita. Pemilihan kata yang dipakai Gatra cenderung
menggunakan kata berkonotasi negatif seperti negarazionis,aneksasi, yang dapat
menggambarkan pandangan negatif media tersebut terhadap Israel.
78
Kecenderungan Gatra memposisikan dirinya berpihak terhadap Palestina
tersebut merefleksikan adanya berbagai kemungkinan. Keberpihakan tersebut
berkemungkinan sejalan dengan ideologi tertentu yang diusung Gatra. Secara
ideologis, Gatra menjunjung ideologi humanisme, yakni pendekatan kemanusiaan.
Melalui pendekatan tersebut, Gatra merasa perlu turut membelakemanusiaan
rakyat Palestina atas Israel dengan boikot produk Israel. Namun, untuk
memastikan bahwa ideologi Gatra adalah humanis masih diperlukan penelitian
yang lebih mendalam mengenai latar belakang dan pihak-pihak yang berpengaruh
terhadap proses produksi teks berita dalam institusi media tersebut, seperti
pemilik dan redaktur.
Selain itu, keberpihakan tersebut mencerminkan pandangan sosial
sebagian masyarakat Indonesia yang melihat wacana pemberitaan mengenai Israel
dan Palestina sebagai konflik agama dan kontra terhadap Israel.Seperti pada
pemberitaanseruan boikot produk Israel ini mayoritas penduduk dan pemerintah
Indonesia selalu berada di pihak pro dengan seruan tersebut. Hal itu dikarenakan
karena secara kultur Indonesia yang mayoritas Muslim, memandang bahwa
dengan boikot ini sebagai upaya menekan Israel agar berhenti melakukan
pendudukan atas wilayah Palestina.
B. Saran
Setelah melihat berbagai pemberitaan mengenai Israel dan Palestina,
peneliti melihat tidak ada pembenaran atas apa yang dilakukan Israel terhadap
Palestina. Namun dalam pemberitaan Seruan Boikot Israel ini peneliti memberi
pengecualian. Ideologi yang Gatra usung sebagai media yang memiliki
pendekatan humanisme seharusnya juga diterapkan dalam pemberitaan ini dengan
79
tidak menyangkut pautkan pemberitaan ini dari sisi agama tetapi berangkat dari
sisi kemanusiaan. Unsur cover both side dalam sebuah pemberitaan media
sebaiknya tetap dikedepankan. Artinya berita mengenai seruan boikot produk
Israel ini seharusnya juga menampilkan suara dari pihak Israel. Karena
kebanyakan di setiap pemberitaan Israel dan Palestina ini tidak memberikan
proporsi yang cukup di pihak Israel.
Selain itu, pemberitaan mengenai masalah Israel dan Palestina ini
hendaknya menjadi saran kepada media massa pada umumnyaberangkat pada hak
kemanusiaan rakyat Palestina bukan lebih menyoroti kepada isu agama antara
Islam dan Yahudi sehingga dalam pemberitaannya tak ada motif propaganda
antara umat kedua agama ini.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gitanyali, 2004.
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2008.
Creswell, John W. Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: KIK Press, 2003.
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS, 2001.
Fairclough and Wodak, 1997.
Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007.
Maleong, Lexy J, ed 13. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Muhaimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya, 1994.
Nasuhi, Hamid dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Cet ke-2. Ciputat: CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007
Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003
Nurudin, M. Si. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo, 2007.
Profil Perusahaan Majalah Berita Mingguan GATRA. Jakarta: PT Linarasmekar, 1999.
Putra, Dedi Kurnia Syah. Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sobur, Alex, cet. keempat. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
Summadiria , Drs. AS. Haris. Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.
Tamburaka, Apriadi. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajagrafindo, 2012.
W.Jorgensen , Marianne dan Phillips, Louise J. Analisis Wacana Teori dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010.
Indonesia & Jepang galang kerja sama konkrit bagi Palestina, berita diakses pada 3 Mei 2013 dari http://international.sindonews.com/read/2013/02/14/40/717796/indonesia-jepang-galang-kerja-sama-konkrit-bagi-palestina
x
Israel Gen Web, Artikel diakses pada 9 Mei 2013 dari http://www.israelgenealogy.com/
Israel, artikel diakses pada 9 mei 2013 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Israel#cite_note-cia-1
Prospek Hubungan Bilateral Indonesia-Israel Dalam Perspektif Ekonomi Politik, artikel ini diakses pada 16 Mei 2013 dari skripsi-ilmiah.blogspot.com/2013/02/prospek-hubungan-bilateral-indonesia.html
Sirwan, “Rethinking Diskursus Pembukaan Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel,” artikel diakses 3 Mei 2012 dari http://bemfisipol.umy.ac.id/2012/11/rethinking-diskursus-pembukaan-hubungan.html
Teun A van Dijk, artikel diakses pada 16 Mei 2013 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Teun_A._van_Dijk
xi
LAMPIRAN
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Erwin Y Salim
Jabatan : Redaktur Majalah GATRA
Tanya : Kapan, bapak mengawali karir sebagai wartawan?
Jawab : Saya mulai menjadi wartawan pada tahun 1993 dari forum keadilan.
Tanya : Berapa umur bapak pada saat itu?
Jawab : Umur saya waktu itu 34 tahun.
Tanya : Apakah memang berniat menjadi wartawan?
Jawab : Awalnya saya ingin menjadi penulis.
Tanya : Kalau mulai gabung di GATRA sejak kapan, Pak?
Jawab : 2002,sebelumnya saya ada di majalah PATRA, majalah PATRA itu
majalah feature.
Tanya : Kalau posisi bapak di GATRA saat ini apa pak?
Jawab : Saya redaktur, bidang saya, salah satunya membidangi ragam, karena
dari awal saya memang ke feature.
Tanya : Kalau saya lihat dari susunan Redaksi ini, bapak sebagai sidang redaksi,
kewenangan bapak dalam sidang redaksi apa?
Jawab : Redaktur ini membawahi suatu rubrik yang merencanakan, yang menjadi
penanggung jawab suatu rubrik, sayalah yang merencanakan konten.
Tanya : Cara menentukan konten tersebut seperti apa pak?
Jawab : oh, melalui rapat. Jadi, ada mekanisme di GATRA itu, melalui rapat
perencanaan, lalu rapat checking, jadi pada rapat perencanaan tersebut
kita menentukan isi setiap hari Rabu. Lalu ada rapat checking tiap hari
jumat untuk mengecek bahan-bahan yang di lapangan atau yang kurang,
apa yang harus diperbaiki. Kemudian kita penjatahan halaman, kalau
anda lihat disini itu setiap rubrik itu diberi jatah halamannya, pada rapat
checking kita minta, rubrik ragam, misalnya saya minta 10 halaman
karena memungkinkan 10 halaman, tetapi rata-rata 9 halaman. (Peneliti
menyela) ada batasnya pak? Minimal ragam ini 8 halaman, untuk rubrik
lain bisa dikondisikan tergantung berapa item, nah klo untuk laporan
utama rata- rata bisa 8 sampai 10 halaman.
Tanya : Dalam laporan utama itu ada beberapa judul ya pak, gak harus satu
judul?
Jawab : Oh ya, tentu begitu dalam laporan utama.
Tanya : Kalau untuk sidang redaksi siapa saja yang terlibat pak?
Jawab : Sidang redaksi ini terdiri dari para redaktur, para penanggung jawab
rubrik, ada beberapa orang. Tiap orang ini membawakan rubrik-rubrik.
Ketika misalnya rubrik internasional dan rubrik ragam, pasti ada
redaktur untuk masing-masing untuk seni, kesehatan, ada redaktur
ekonomi, nasional politik, ada hukum.
Tanya : Kalau untuk wartawan yang akan ke lapangan itu apakah dia ikut dalam
rapat perencanaan?
Jawab : Pada rapat perencanaan wajib hukumnya setiap reporter ke lapangan
untuk ikut rapat untuk mengajukan usul atau memberikan usul dan yang
memutuskan adalah penanggung jawab rubrik apakah ini layak atau
tidak, setelah itu diajukan dalam rapat sidang redaksi, rapat perencanaan.
Tanya : Apakah bapak punya kewenangan dalam sidang redaksi untuk membuat
TOR (Term of Reference)?
Jawab : Ya, memang kita yang bikin.
Tanya : Berarti setiap wartawan yang akan turun ke lapangan harus dibekali
TOR?
Jawab : Ya, harus. Jadi mekanismenya begitu setelah rapat perencanaan semua
berita yang dihasilkan dalam rapat, kita bikin penugasan atau TOR itu
oleh masing-masing redaktur. Istilah kami adalah flow penugasan. Flow
penugasan ini berisi semacam apa ya?(agak bingung) Panduan untuk
reporter ke lapangan, siapa narasumbernya. Jadi yang menentukan
narasumber dan daftar pertanyaan adalah redaktur.
Tanya : Berarti setiap wartawan dibolehkan improvisasi?
Jawab : Ya, harus. Begini ya, sebelum turun ke lapangan, wartawan itu seperti
militer harus memiliki amunisi, bahan yang harus dibekali sebelum turun
ke lapangan, reporter juga tidak terpaku dengan daftar ini tetapi juga
mempunyai referesi dari sumber lain agar lebih enak berbicara dengan
narasumber karena telah mengetahui pengetahuan tentang tema tersebut.
Tanya : Lalu, apa yang melatarbelakangi GATRA dalam pengangkatan tema ini
sebagai laporan utama?
Jawab : Begini ya, ketika kami mengangkat tema ini, GATRA mempunyai 10
kriteria atau berita yang layak diangkat termasuk dalam laporan utama.
Hangat (dalam arti sedang dibicarakan), baru (pertama kali tema itu
dimuat), memiliki daya tarik, memiliki kedekatan masalah, sudut
pandang, dramatik, fenomenal, eksklusif (tenar/sangat terkenal), dan
unik. Nah dari kriteria ini boikot Israel ini sangat memenuhi banyak dari
10 kriteria ini. Salah satu dari kriteria ini untuk pertama kalinya seorang
Menlu RI Marty Natalegawa, menyerukan boikot. Kalau tidak salah juga
secara resmi, Gerakan Non Blok di sebuah sidangnya atau konferensi
menyatakan harus boikot Israel. Pernyataan Marty juga menarik itulah
yang membuat GATRA mengangkat tema ini. Sebetulnya jika dilihat
masalah boikot itu sendiri itu sudah lama, tetapi yang mendorong kita
mengangkat tema ini adalah pernyataan Marty itu sendiri dan pernyataan
gerakan non blok.
Tanya : Kalau untuk judulnya itu pak, Seruan Boikot Israel dari New York,
alasan latar belakang New York sebagai judul, Pak?
Jawab : New York itu karena Marty menyebutkan itu disana lokasinya.
Tanya : Kalau penentuan judul itu berdasarkan sidang redaksi atau hak penulis?
Jawab : Begini, pada waktu menulis naskah, penulis atau redaktur sudah
termasuk dengan judul, seperti ini (sambil menunjukkan berita dalam
majalah GATRA), ini disebut pemikat, pengail. Judul ini kadang dirubah
oleh redaktur pelaksana. Kalau wartawan hanya buat laporan, sedang
yang menulis adalah redaktur. Kan satu tema atau tulisan dilaporkan
oleh beberapa wartawan. Penulis dibantu oleh wartawan 1 redaktur ini
yang menentukan bahan di lapangan dan tidak tertutup kemungkinan
redakturnya bisa ikut turun sendiri.
Tanya : Kalau laporan utama Seruan Boikot Israel dari New York itu siapa yang
terlibat dan bagaimana prosesnya?
Jawab : Itu biasanya tim. Misalnya, kayak Israel ini. Tema ini kan tema
internasional berarti penanggung jawab rubrik internasionallah yang
merencanakan merencanakan pertama dengan redaktur pelaksana dan
orang-orang di bawahnya.
Tanya : Untuk sumber data dari mana pak pertimbangannya? Misalkan untuk
internasional.
Jawab : Kita kan juga ada liputan didalam, kayak seperti dengan anggota DPR,
kemudian wawancara dengan Marty langsung saat Marty sudah kembali
ke Indonesia.
Tanya : Kalau skema pemberitaan Israel ini bagaimana, Pak?
Jawab : Oh jadi begini, kita berangkat dari apa dan apa sih Marty ini ngomong
begitu tiba-tiba, dari situ kita menganggap bahwa ini pantas didukung
dan yang kedua bahwa ternyata masih banyak produk Israel yang
ternyata diam-diam, dan produk produk perusahaan yang mendukung
Israel. Nah mau diapain sih Marty ngomong begitu kita disini. Apakah
kita perlu seluruh penduduk Indonesia, boikot untuk melepaskan
ketergantungan kita terhadap produk-produk ini. Contoh: Anda pakai
make-up apa? (bertanya kepada peneliti)..nama produk ini salah satu
buatan Israel. Artinya apa yang kita pakai sekarang itu banyak dari
Israel, paling tidak masih memiliki hubungan dengan Israel.
Tanya : Bapak pernah meliput langsung ke Palestina?
Jawab : Saya pernah ke daerah perbatasan Israel.
Tanya : Bagaimana pak keadaan disana menurut Bapak?
Jawab : Kalau situasinya sendiri,begini, Pasukan Israel atau tentara Israel itu
memang seperti parno terhadap orang asing. Kelihatan banget. Seperti
orang ketakutan. Saya kira wajar kelihatan, sebagai sebuah negari tidak
diakui oleh banyak negara di dunia, mereka juga apa hidupnya kalo
boleh dibilang di lingkungan Timur Tengah itu kan sering dikucilkan,
wajar mereka parno. Contoh: Ketika itu saya diperbatasan itu mencoba
foto. Itu di sekitar pagar tempat tentara Israel menjaga perbatasan. Nah
saya di pagar bawa kamera, mengeluarkan kamera, hanya dalam waktu
tidak ada 3 menit kemudian datang panser, senapannya langsung
membidik saya. Beruntung tentara di perbatasan dengan seragam
membantu saya. Memang terhadap orang asing itu dia memprotect diri
berlebihan. Waktu itu saya di perbatasan Libanon Israel gak lama setelah
pecah Libanon Israel. Waktu itu tahun 2003.
Tanya : Kalau menurut Bapak, upaya negara-negara di dunia untuk menekan
Israel itu efektif atau tidak?
Jawab : Selama Amerika dan Inggris memback up atau selama dari i’tikad baik
dari seluruh bangsa Islam di dunia untuk memboikot produk Israel itu
akan terjadi. Contohnya seperti yang saya bilang tadi di Indonesia tidak
bisa melepaskan ketergantungan terhadap produk Israel. Siapa yang gak
minum coca cola coba? Kalo liat produk Israel itu ada di sebuah situsnya
tapi saya lupa. Mereka membuat daftar produk Israel dan produk produk
perusahaan yang mendukung Israel.
Tanya : Lalu pak, saat ini Palestina saat ini telah meraih status yang lebih baik
dari yang hanya organisasi pengamat menjadi negara bukan anggota,
menurut Bapak?
Jawab : Ya, itu bagusnya. Statusnya sama dengan Vatikan. Itu bagusnya,
selangkah lagi lebih bagus. Intinya itu ya itu. Satu persoalan adalah
Palestina ini juga di dalam mereka gontok-gontokkan, selama mereka
masih gontok-gontokkan di dalam antara kelompok Hamas dan Fatah itu
gak akan pernah selesai. Sebab apa? Di dalam dunia Islam juga pecah.
Untuk mendukung Palestina harusnya kita berusaha mendamaikan kedua
kelompok ini. Jangan salah ya anda, di dalam Israel itu sendiri ini ada
wakil Arab atau wakil Islam di parlemennya, ya sebenernya tidak apa-
apa sih karena Israel itu negara demokratis, uniklah. Di lain pihak
banyak kelompok kelompok Yahudi di Israel sendiri yang mengecam
pembentukan negara Israel, mereka maunya bergabung dengan Arab.
Tanya : Sebenernya dalam Israel itu sendiri siapa yang menghendaki hal
demikian atas Palestina ini?
Jawab : Kalau kita lihat dari peta politik itu kalau kita petakan di Israel itu jadi
ada 3 kelompok. Yakni kiri, jadi dalam arti mereka bukan komunis,
dalam arti mereka sangat konservatif yang menginginkan Israel Raya.
Lalu demokrat, kelompok yang sikapnya terhadap Palestina agak lebih
demokrat. Dan masalahnya penguasa saat ini adalah kelompok
konservatif, kelompok yang tak segan-segan membantai Palestina. Dan
yang menjadi permasalahan pemerintah dahulu, sebelumnya Benyamin
Etanyahu ini kelompok demokrat. Kemudian, ada lagi kelompok kanan
yang menghendaki perdamaian bentuk negara bersama dengan Palestina.
Jadi, intinya selama AS berada di belakang Israel, selama itu juga tidak
ada penyelesaian, sebab masalah itu juga yang menimbulkan adalah
Inggris. Itu kan daerah jajahan Inggris. Mereka yang merebut tanah itu,
dan memberi jatah tanah Israel, padahal itu tanah Palestina. Itu sekitar
tahun 1940an. Prosesnya kan begitu, panjanglah prosesnya. Di lain pihak
juga kesalahannya orang-orang Palestina sendiri juga menjual tanahnya
ke Inggris. Nah karena bangsa Israel bangsa zionis, yang kemudian
melebarkan tanahnya hingga menyebabkan beberapa kali perang hingga
sekarang. Dan kayaknya Amerika kalau kita lihat beruntung dengan
bisnis perangnya. Dengan peranglah ekonomi mereka hidup. Coba
perhatikan saya khawatir mereka sedang mencari lahan perang baru.
Coba ketika mereka menciptakan perang di Irak dibilang mempunyai
nuklir, nyatanya tidak. Dari situlah ekonominya hidup. Mereka
mengirim pasukan kesini dan dibantu oleh pasukan Inggris, siapa
pemasok makanannya? Kontraktor-kontraktor Amerika. yang pemasok
makanannnya kan hidup dari situ. Itu baru dari makanan, belum yang
lainnya.
Tanya : Kalau untuk Bapak sendiri, penilaian bapak untuk masalah ini apa Pak?
Jawab : Kalau saya sih, dunia Islam harus bersatu. Dalam arti, saya ingat ketika
tahun 67, dunia arab memboikot AS. Tapi sekarang Arab saudi sudah
menjadi kaki tangan AS. Dan saya sangat menyayangkan bahwa Libya
itu jatuh, jatuhnya kepemimpinan Khadafi yang paling berani terhadap
Amerika. Dan bodoh sekali, Libya itu mau dipecah belah oleh Amerika
dan sekarang rakyat Libya menjadi apa, Irak jadi apa? Hancur semua.
Tanya : Lalu bagaimana pandangan bapak dengan Pemerintah kita?
Jawab : Kalau kita ya harus konsisten jangan pernah mengakui Israel dan jangan
pernah melakukan kerjasama ekonomi dengan Israel.Dan saya kira
selama pemerintahan SBY ini terlalu lunak dengan Israel dan Amerika.
Anda bisa menilainya sendiri. Saya lebih menyukai pernyataan pak
Yusuf Kalla waktu itu untuk memakai produk dalam negeri.
Tanya : Pesan yang GATRA ingin sampaikan melalui laporan utama ini apa,
Pak?
Jawab : Mari kembali ke fittoh jangan pernah mendukung Israel.
Home arsip Gatra.com Log out Search
Arsip Majalah | Tentang Gobang | Ketentuan | Menu Anggota
LAPORAN UTAMA
Tidak Beli Demi Palestina
Kampanye boikot produk Israel dilakukan oleh aktivis pro-Palestina di beberapa negara.
Dilengkapi daftar terboikot yang diperbarui setiap tahun. Pemerintah Afrika Selatan
melarang pencantuman Made In Israel untuk produk dari wilayah pendudukan.
Please don't buy Israeli dates! Begitu bunyi sebuah kampanye yang ditayangkan pada bulan
Puasa yang lalu di situs bigcampaign.com. Menurut website yang dibuat untuk menggalang
solidaritas Palestina itu, membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi atas
wilayah Palestina.
Kelompok ini menyiarkan keprihatinan karena kurma-kurma itu sebagian besar ditanam di
tanah-tanah pendudukan Israel seperti Lembah Jordan. Di antara buah-buah itu dikemas
dengan merek Mehadrin. Kurma adalah salah satu komoditas andalan Israel yangmemegang porsi 15% angka ekspor negara itu. Buah itu dikapalkan ke berbagai negara,terutama Eropa dengan volume 10.000 ton per tahun, dan bernilai 80 juta Poundsterling.
Seiring dengan pendudukan Israel di beberapa wilayah Palestina, sentimen anti negarazionis itu semakin meluas. Situs inminds.co.uk membuat daftar panjang merek yang merekasinyalir lahir di Israel, dan menggarisbawahi beberapa produk yang mempunyai kaitankongkret dengan negara itu.
Tidak hanya kurma, hampir semua jenis produk asal Israel dicatat dalam daftar boikot. Daftarini dipublikasikan ulang oleh situs-situs lain di beberapa negara. Di Indonesia, salah satusitus yang merilis kampanye ini adalah dakwatuna.com. Setiap tahun daftar ini diperbaruidan jumlahnya bisa bertambah atau berkurang.
Sejak Israel melakukan pendudukan paksa di beberapa wilayah Palestina seperti YerusalemTimur, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Dataran Tinggi Golan, pada 1967, industrinya berkembangpesat. Banyak perusahaan multinasional asal Israel yang bergerak di segala bidang, namunkampanye boikot agaknya berfokus pada produk-produk konsumsi. Merek-merek yang
masuk daftar hitam itu sebagian dipasarkan pula di Indoesia. Starbucks juga diselipkan diantara daftar panjang mereka. Kedai kopi itu dituding telah menyumbang langsung ke Israeldari kantor pusat mereka di Amerika Serikat.
Sebagian merek yang ada dalam daftar adalah produk plastik Keter Group yang menguasai90% pasar dunia. Produknya meliputi furnitur dan segala jenis alat-alat rumah tangga dan
perlengkapan bayi dari bahan plastik. Perusahaan milik keluarga Joseph Sagol itu dinilai
mempunyai kontribusi terhadap negara Israel.
Selain itu, ada Strauss group, perusahaan makanan minuman kedua terbesar dunia yang
keuntungannya mencapai US$1,8 milyar pada 2010. Boikot terhadap Strauss sangat
diserukan karena perusahaan ini diketahui sebagai penyokong dua unit infanteri terkenal di
Israel, yakni Brigade Golani dan Givati, yang menggunakan fosfor putih dalam sebuahserangan di jalur Gaza.
Sebuah merek bisa masuk daftar atau dikeluarkan dari daftar tadi, tergantung padakomposisi pemilik saham atau aksi korporasi yang dilakukan perusahaan itu. Tahun lalu
klub sepak bola Arsenal pernah dimasukkan dalam daftar semasa menjalin kontrak dengan
Departemen Pariwisata Israel, dan mempromosikan Israel sebagai official and exclusive
travel destination.
Dari waktu ke waktu kampanye ini agaknya makin populer. Di berbagai negara mulai muncul
berbagai aksi yang semakin menyudutkan produk-produk Israel. Daftar produk itu bahkanterus meluas menjadi produk-produk milik pengusaha Yahudi, yang kemungkinan tidak
berkaitan langsung dengan Israel.
Asosiasi Konsumen Islam Malaysia dan Asosiasi Pengelola Restoran Muslim Malaysia,
misalnya, telah mengumumkan mengambil bagian dalam boikot tersebut. Mereka bahkan
48 / XVIII 10 Okt 2012
RUBRIK
Apa & Siapa
Astakona
Buku
Ekonomi & Bisnis
Film
Focil
Hukum
Ilmu & Teknologi
Internasional
Kesehatan
Kolom
Laporan Khusus
Laporan Utama
Lingkungan
Nasional
Olahraga
Pariwara
Perspektif
Ragam
Seni
Seni Rupa
Surat & Komentar
Tatapan
Teropong
misalnya, telah mengumumkan mengambil bagian dalam boikot tersebut. Mereka bahkan
memasukkan Coca-Cola dalam daftarnya.
Seruan boikot bahkan muncul dalam aksi massa di Italia, meski berskala kecil. "Kita tidak
bisa tinggal diam melihat apa yang terjadi di Gaza. Kami mempertimbangkan untuk
membuat daftar pengusaha yang berkaitan dengan Tel Aviv," kata Giancarlo Desiderati,
anggota lembaga perdagangan di Italia.
Di Tanah Air tidak ada produk yang secara langsung diimpor dari Israel karena Indonesia
tidak mempunyai hubungan dagang dengan negara itu. Namun produk-produk asal Israel
banyak beredar di pasar dalam negeri melalui negara eksportir lain. Wakil Menteri
Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengungkapkan, kemungkinan itu ada. "Kita harus telusuri
dulu, kalaupun ada sangat kecil," ujarnya. Barang-barang asal Israel, kata Bayu, bisa
menyusup masuk di Indonesia dari negara lain dengan tidak dilengkapi dokumen asal
negara. "Jangan-jangan tidak melengkapi dokumen sumber aslinya," katanya.
Badan Pusat Statistik pada Agustus lalu melansir data, dua di antara sembilan jenis buah
impor terbesar yang diminati konsumen Indonesia berasal dari Israel. Pada Juni lalu
sebanyak 20,6 ton buah kurma senilai US$ 191.300, yang aslinya dari Israel, masuk ke
Indonesia. Buah lain, seperti jeruk shantang juga datang dari Israel.
Di Arika Selatan, pemerintah setempat mewajibkan penulisan ulang sebagai Made In
Palestine apabila produk itu dibuat di wilayah pendudukan seperti Yerusalem Timur, Tepi
Barat, dan Gaza. "Bagi Afrika Selatan batas Israel adalah keputusan Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada 1948," kata Jimmy Manyi, juru bicara pemerintah. Langkah Afrika Selatan ini
membuat berang Israel. Menteri Luar Negeri Yigal Palmor tidak bisa menerima kebijakan ini.
"Pengubahan label itu tidak dilandasi semangat kerja sama ekonomi melainkan prasangka
politik," katanya.
Mujib Rahman
ARTIKEL LAIN Marty Natalegawa: KTT Non-Blok Sepakat Boikot Israel
Seruan Boikot Israel dari New York
Created and maintained by Gatra.com
Home arsip Gatra.com Log out Search
Arsip Majalah | Tentang Gobang | Ketentuan | Menu Anggota
LAPORAN UTAMA
Seruan Boikot Israel dari New York
Upaya menekan Israel agar mau mengakui Palestina merdeka makin kuat. Menteri Luar
Negeri RI, Marty Natalegawa, menyerukan aksi boikot terhadap produk-produk Israel.
Tujuannya agar negara kaum Yahudi itu tidak b isa menangguk keuntungan ekonomi yang
dihasilkan di wilayah pendudukan. Seruan itu dihasilkan dari KTT Non-Blok di Iran.
New York adalah kota yang menjadi basis komunitas Yahudi terbesar di Amerika Serikat.
Ironisnya, Kamis pekan lalu, di kota ini pula seruan boikot terhadap produk-produk Israel
dikumandangkan. Adalah Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, yang menjadi
pelakon utama seruan tersebut.
Marty, yang mewakili Komite Pembebasan Palestina, mengeluarkan seruan tersebut di sela-
sela pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, yang dihadiriSekjen PBB Ban Ki-moon. Komite tersebut adalah forum kepedulian menteri-menteri luarnegeri anggota gerakan non-aliansi, untuk membebaskan Palestina dari agresor zionisIsrael.
Menurut pria kelahiran Bandung, 22 Maret 1963, itu, seruan boikot tersebut suatu bentukkomitmen bersama untuk mendukung kemerdekaan Palestina. "Jangan sampai Israelmendapatkan keuntungan ekonomi dari produk yang dihasilkan di wilayah pendudukan,"kata Marty lewat sambungan telepon internasional dari New York kepada Gatra.
Sebelumnya, pada Agustus kemarin, ke-13 menlu dari komite ini pernah menggelar rapatdarurat di Ramallah, Palestina. Namun rapat itu batal karena aksi sepihak Israel yangmembubarkan pertemuan tersebut sebelum perhelatan dimulai. Tel Aviv menganggappertemuan itu ilegal, lalu mengusir para menlu tersebut, termasuk Marty lantaran mewakilinegara-negara, yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, serta tidakmengakui negara Yahudi tersebut.
Marty sendiri, ketika itu, menanggapi enteng aksi pengusiran tersebut. "Ditolak masuk Israel
adalah sebuah "kehormatan", karena itu adalah pengakuan bahwa Israel memangmembatasi Palestina berhubungan dengan dunia luar," ujarnya.
Menurut Marty, ide melakukan boikot atas produk Israel ini sudah muncul saat KTT Non-Blokdi Iran Agustus lalu. Ide ini dibahas Komite Palestina di KTT. "Kami bicara banyakbagaimana agar bisa membantu Palestina. Terus langkah kongkretnya apa?" ujarnya. Lalu
disepakatilah agar dilakukan boikot terhadap produk-produk yang dihasilkan Israel di
kawasan pendudukan.
Bagi yang sudah terlanjur memiliki hubungan dagang, direkomendasikan agar produk-
produk Israel diberi label khusus, yang menyatakan produk ini dihasilkan Israel di wilayah
pendudukan. Dengan begitu, konsumen yang akan membeli jadi sadar kalau ini produk
wilayah pendudukan.
Melalui aksi boikot ini, diharapkan Israel tidak bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari
produk itu. Komite merujuk aksi boikot yang dilaksanakan Afrika Selatan. Negeri yang suksesberjuang melawan diskriminasi rezim apartheid itu memiliki hubungan dagang dengan
Israel, namun mereka melabeli produk Israel secara khusus dan menyatakan bahwa barang
ini dihasilkan di daerah pendudukan Palestina. "Setelah dilabeli, produk Israel itu biasanya
jadi kurang laku," ujar Marty.
Seruan boikot terhadap produk-produk Israel memang bisa menjadi senjata ampuh untuk
menekan. Menengok sedikit ke belakang, ulama internasional Dr. Yusuf Qaradhawy padaNovember 2000 pernah mengeluarkan fatwa haram membelanjakan uang yang dimiliki
kaum Muslimin untuk membeli produk-produk pro-zionis. Dampak fatwa ini ternyata bisa
membuat guncang perekonomian Israel hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.
Qardhawi memfatwakan, tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang digunakan untuk
48 / XVIII 10 Okt 2012
RUBRIK
Apa & Siapa
Astakona
Buku
Ekonomi & Bisnis
Film
Focil
Hukum
Ilmu & Teknologi
Internasional
Kesehatan
Kolom
Laporan Khusus
Laporan Utama
Lingkungan
Nasional
Olahraga
Pariwara
Perspektif
Ragam
Seni
Seni Rupa
Surat & Komentar
Tatapan
Teropong
Qardhawi memfatwakan, tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang digunakan untuk
membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan cepat akan menjelma menjadi
peluru-peluru yang merobek dan membunuhi pemuda dan bocah-bocah Palestina. Karena
itu, ulama kharismatik ini pun mengharamkan umat Islam membeli barang-barang atau
produk Israel. Membeli barang atau produk mereka, berarti ikut serta mendukung kekejaman
tirani, penjajahan, dan pembunuhan yang dilakukan mereka terhadap umat Islam di belahan
dunia lainnya.
Fatwa ini mendorong terjadinya aksi boikot terhadap produk-produk Israel di seluruh dunia.
Selain negara-negara Arab, negara-negara Afrika, Eropa, Amerika, dan Asia juga ikut
melakukan boikot terhadap produk-produk Israel. Akibatnya, perekonominan Israel pun
guncang. Pada 3 Juli 2002, mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak mengakui bahwa
perekonomian Israel tengah berada dalam titik kritis.
Menteri Keuangan Israel, Silvan Shalom, juga mengeluhkan bahwa investor luar negeri telah
kehilangan kepercayaan untuk menanamkan investasinya. Israel kehilangan investasi
hingga US$ 5 milyar. Sejumlah US$ 2 milyar hilang akibat ditutupnya sejumlah perusahaan,
sedangkan sisanya hilang karena terdepresi situasi perekonomian dan politik di Israel yang
terus-menerus menunjukkan grafik yang kurang menguntungkan.
Sektor-sektor perekonomian andalan Israel, seperti pariwisata juga ikut terpukul akibat boikot
ini. Pekan pertama Juli 2002, data statistik resmi Pemerintah Israel mengungkapkan
terjadinya penurunan jumlah turis secara drastis. Sepanjang pertengahan tahun itu, jumlah
kunjungan wisata ke Israel tercatat hanya berjumlah 33.000 turis. Di periode yang sama,
tahun 2001, jumlahnya 116.000. Bahkan, pada tahun 2000, jumlahnya mencapai 500.000
wisatawan. Penurunan itu juga memukul bisnis perhotelan di sana. Dalam periode yang
sama, tingkat hunian hotel-hotel di Israel turun sebesar 47%.
Memburuknya perekonomian Israel pada 2000-2001 membuat Washington merasa perlumenyuntik dana bantuan. Presiden George Walker Bush, ketika itu, menyetujui programbantuan untuk tahun 2002 sebesar US$ 2,04 milyar untuk militer dan persenjataan. AS jugamengucurkan uang sebesar US$ 730 juta untuk bidang keuangan. Jumlah bantuan AS ininyaris mendekati 20% dari total bantuan luar negeri AS ke seluruh dunia.
Gerakan boikot yang dilakukan negara-negara Arab juga memberikan pukulan tak kalahhebat. Dari gerakan boikot yang berlangsung sejak tahun 1945 hingga akhir tahun 1990-an,ditengarai Israel telah mengalami kerugian sebanyak US$ 90 milyar. Data statistik ini sangatpenting sekali untuk memahami bagaimana sebenarnya keberhasilan aksi boikot Arab padaIsrael. Tak ada keraguan bahwa aksi boikot telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomisecara mendasar pada bangsa Israel.
Karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat mendesak pemerintah agar segera merealisasikanseruan tersebut. Anggota Komisi I DPR-RI, Roy Suryo, mengatakan pemerintah harusmembuat daftar produk yang secara keseluruhan dibuat Israel, dan yang merupakan produkcampuran. Hal ini penting lantaran dalam produk militer, meski Indonesia tak berhubunganlangsung, juga membeli produk senjata Israel seperti, senapan serbu Uzi dan Galil/Galatz.
"Dari zaman dahulu, semua tutup mata senjata itu produksi mana, karena kita dalam posisiembargo," ujar Roy Suryo kepada Mira Febri Mellya dari Gatra. Bahkan, dalam rancangan
belanja TNI AU 2010-2014, ada rencana untuk membeli pesawat udara tanpa awak buatan
Israel meski dilakukan lewat AS. Nah, selama ini TNI tidak pernah membicarakan tentangpemboikotan produk alutsista Israel dengan Komisi I DPR.
Sementara itu, menurut Wakil Ketua Komisi VI yang membidangi perdagangan, Aria Bima,dalam waktu dekat pihaknya akan memanggil Menteri Perdagangan untuk membahas
langkah kongkret seruan ini. "Pemerintah harus mengambil langkah kongkret, harus ada
tindakan atau keputusan politik," ujarnya kepada Jennar Kiansantang dari Gatra.
Bentuknya bisa berupa keputusan presiden atau keputusan menteri perdagangan.Selanjutnya, ujar dia, pemerintah harus menyampaikan produk-produk tersebut pada
masyarakat. Aria Bima menegaskan, pemerintah juga harus menjelaskan apakah boikot
juga meliputi produk turunan. Ia berharap langkah ini bisa menegaskan sikap Indonesia
dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
Berbeda dari Aria Bima, rekan sekomisinya, Muhammad Sohibul Iman, mengaku skeptis
bahwa pemerintah akan membuat tindak lanjut terhadap seruan tersebut. "Pemerintah
belum pernah memiliki sikap tegas," katanya kepada Gatra. Padahal sudah lama kaukusparlemen untuk Palestina menyuarakan pemboikotan produk Israel. "Saya pribadi skeptis itu
terjadi, mengingat koordinasi antar-kementerian selama ini memang barang mahal,"
katanya.
Meski demikian, ia masih berharap, pemerintah masih melakukan koordinasi dan kerja
sama dengan Komisi I maupun Komisi VI. Jika jadi dilaksanakan, Sohibul mengusulkan,
selain membuat daftar produk, pemerintah juga harus membuat daftar perusahaan yang
selain membuat daftar produk, pemerintah juga harus membuat daftar perusahaan yang
kerap membantu Pemerintah Israel. Pemerintah seharusnya melacak identitas perusahaan.
"Penerapan boikot dalam bentuk larangan impor tentu bisa dilakukan pemerintah," katanya.
Tak semua pihak optimistis langkah boikot ini akan membuahkan hasil berupa pengakuan
atas Palestina sebagai negara merdeka. Direktur Eksekutif The Indonesian Society for Middle
East Studies (ISMES), Hamdan Basyar, mengatakan pengakuan Palestina merdeka melalui
resolusi PBB tidak akan terwujud dengan kondisi seperti saat ini. "Ada ketidakadilan dalam
sistem di PBB," ujarnya kepada Gatra.
Amerika Serikat, yang merupakan pendukung setia Israel, selalu mengancam menjatuhkan
veto di tingkat Dewan Keamanan PBB jika keputusan itu lolos di sidang umum. Dukungan AS
yang membabi buta terhadap Israel dinilai wajar. Sebab, kemerdekaan Palestina
berimplikasi serius bagi Israel. Dengan kemerdekaannya, Palestina akan memiliki legal
standing untuk mengajukan kejahatan negara zionis itu ke Mahkamah Internasional.
"Amerika tidak akan membiarkan hal itu," kata Hamda Basyar.
M. Agung Riyadi, Basfin Siregar, dan Rach Alida Bahaweres
Seruan Boikot Israel di Berbagai Belahan Dunia
Palestina: Mahasiswa Palestina membagikan selebaran berisi daftar 500 produk Israel yang
harus diboikot oleh warga Palestina, dan mendorong 27 negara anggota Uni Eropa
memberlakukan larangan perdagangan dengan perusahaan-perusahaan Israel. Pada 2010
silam, Palestina juga melancarkan aksi serupa. Hasilnya 17 perusahaan Yahudi di Tepi
Barat tutup.
Amerika Serikat: The Flaming Eggplant, sebuah kafe yang dikelola mahasiswa di EvergreenState College di Olympia, Washington, mengumumkan bahwa para mahasiswa memilihmemboikot produk Israel. Para mahasiswa ingin mengakhiri keterlibatan perguruan tinggimereka dalam pelanggaran Israel atas Palestina.
Kelompok American Muslims for Palestine (AMP) juga melancarkan aksi boikot terhadapkurma-kurma yang didatangkan dari perkebunan di wilayah pendudukan Israel pada Juli lalu.Aksi ini didukung banyak kalangan, termasuk umat Yahudi di Amerika. Aksi ini adalah bagiandari gerakan Boikot Divestasi dan Investasi (BDS) yang mengincar produk Israel di pasarinternasional, dan dimulai sejak 2005 silam.
Kanada: Kelompok Serikat Kerja Gereja Kanada memboikot produk-produk Israel Agustuslalu. Mereka mengusulkan boikot komoditas yang dihasilkan zionis Yahudi di daerahpendudukan, seperti Tepi Barat dan Quds Timur.
Inggris: Co-operative Group, perusahaan terbesar kelima di Inggris Raya, yang memasokproduk sayuran dan buah-buahan dari seluruh dunia ke ribuan toko di seluruh Inggrismenyatakan, tidak akan berhubungan lagi dengan pemasok yang produksinya diketahui
berasal dari permukiman-permukiman Israel (di wilayah Palestina).
Co-operative Group menyebutkan, mereka tidak memboikot seluruh produk Israel, tapi hanya
produk Israel yang diproduksi di pemukiman-pemukiman ilegal Israel di wilayah Palestina.
Perusahaan-perusahaan Israel yang terkena ''kebijakan boikot'' Co-operative Group, antaralain Agrexco, Arava Export Growers, Adafresh, dan Mehadrin.
Australia: Aktivis kampanye The Boycott Divestment Sanctions (BDS) mengejutkan pembelidi Mall Myer Centre Food Court, Brisbane, dengan menyanyikan lagu "Kita akan boikot Israel",
yang diambil dari lirik salah satu lagu Queen, We Will Rock You. Para aktivis menyerukan
pembeli dan manajemen foodcourt itu untuk menghormati seruan pemboikotan produkbuatan Israel, dan menghormati hak asasi manusia sesuai dengan hukum internasional.
Kampanye ini bertujuan mengakhiri pendudukan Israel dan kolonisasi di semua tanah Arab,
serta meruntuhkan tembok Apartehid.
Uni Eropa: Uni Eropa telah mempertimbangkan ''larangan total'' pada barang yang diproduksiIsrael. Negara-negara Eropa saat ini tengah melakukan diskusi untuk memberlakukan
larangan pada semua barang yang diproduksi di wilayah-wilayah pendudukan, dan dicap
sebagai "made in Israel". Keputusannya akan diambil Oktober ini. Langkah boikot tersebutmengadopsi kebijakan Afrika Selatan yang memboikot produk Israel pada Agustus lalu.
Afrika Selatan: Afrika Selatan mengesahkan undang-undang pelabelan terhadap barang
atau produk yang berasal dari Iots (Wilayah Pendudukan Israel). Hal ini dimaksudkan untukmencegah konsumen membeli barang-barang yang berasal dari Israel. Sebaliknya,
Pemerintah Afrika Selatan melegalkan merek dagang buatan Otoritas Palestina untuk masuk
ke negara tersebut. Timur Tengah: Sebanyak 18 dari 22 negara anggota Liga Arab sejak tahun lalu berupaya
mengaktifkan kembali larangan berdagang dengan Israel, yang telah ada sejak setengah
mengaktifkan kembali larangan berdagang dengan Israel, yang telah ada sejak setengah
abad lalu. Boikot Liga Arab terhadap produk Israel dimulai sejak tahun 1945 hingga akhir
tahun 1990-an. Aksi ini telah menyebabkan Israel mengalami kerugian ekonomi senilai
puluhan milyar dolar. Menurut data statistik supervisi aksi boikot di Damaskus sampai tahun
1999, Israel telah mengalami kerugian sebanyak 90 milyar dolar lebih.
Sumber: dari berbagai sumber
Manuver Palestina Meraih Status
Kalaulah tak ada aral melitang, akhir tahun ini status Palestina di Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) agak meningkat. Dari sekadar "organisasi" pengamat tetap, yang
disandangnya sejak 22 November 1974, menjadi "negara" pengamat bukan anggota PBB.
"Kami yakin benar, sebagian besar negara di dunia mendukung upaya kami dengan tujuan
menyelamatkan peluang-peluang demi tercapainya perdamaian yang adil," ujar Mahmoud
Abbas, seperti dikutip CNN.
Keyakinan itu disampaikan Abbas dalam pidatonya di hadapan sidang ke-67 Majelis Umum
PBB, Kamis pekan silam. Berbicara pada hari ketiga debat umum yang berlangsung hingga
Senin lalu, pemimpin Otoritas Palestina ini kembali menegaskan tekadnya meraih
keanggotaan penuh Palestina di badan dunia itu, seperti diupayakannya pada tahun lalu. Ia
mengaku sudah melakukan konsultasi intesif dengan negara-negara anggota dan
organisasi regional untuk meraih dukungan.
Langkah konsultasi itu rupanya tak sia-sia. Setidaknya dukungan secara terang-terangan
diberikan sejumlah negara di Timur Tengah. Berbicara di hari terakhir debat umum, Menteri
Luar Negeri Oman, Yusuf bin Alawi bin Abdullah, menegaskan dukungan pemerintahnya
agar Palestina dapat menjadi negara non-anggota PBB. "Kami berharap hal ini membawa
tahapan baru perundingan Palestina-Israel yang dapat secara positif memberi sumbanganpenyelesaian masalah," katanya, seperti dikutip United Nations News.
Sikap serupa disampaikan pemimpin baru Mesir pada hari pertama debat umum. Dalampidatonya, Presiden Mohamed Moursi menyerukan agar masyarakat internasionalmendukung upaya Palestina untuk memperoleh pengakuan PBB. "Saya menyerukan kepadaAnda semua untuk memberi dukungan penuh kepada rakyat Palestina dalam upaya merekamemperoleh kembali hak penuh dan sah sebagai bangsa yang berjuang meraihkemerdekaan dan membangun negara merdeka," katanya.
Selain Oman dan Mesir, setidaknya sekitar dua pertiga anggota PBB menyatakan dukunganterhadap langkah yang ditempuh Palestina, termasuk negara besar seperti Cina dan India.Bahkan anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi,berpandangan lebih positif. Ia memperkirakan, tak kurang dari 150 dari 193 anggota PBBbakal mendukung upaya Palestina ini. Menurut dia, setidaknya pada akhir tahun ini, upaya
tersebut akan berbuah. Palestina masih akan menanti saat yang tepat untuk mengajukanresolusi ihwal statusnya di PBB ini hingga usai pemilihan Presiden Amerika Serikat,November nanti.
Walaupun agak lambat, langkah-langkah yang ditempuh Palestina lewat jalur diplomatik
terus menunjukkan kemajuan. Hingga Januari tahun ini, tercatat ada 129 negara anggotaPBB mengakui keberadaan Palestina sebagai negara. Pada akhir Desember silam, tercatatada lima negara yang mengakui kedaulatan negara Palestina, yakni Islandia, Brasil,
Argentina, Bolivia, dan Ekuador.
Pengakuan dari berbagai negara itu berdatangan setelah Palestina berhasil mengupayakan
keanggotaan penuhnya pada badan dunia bidang pendidikan, sains, dan kebudayaan,
UNESCO, November 2011. Keberhasilan Palestina ini sempat membuat berang Israel dan
Amerika Serikat. Dalam pemungutan suara di markas badan itu di Paris, Palestina berhasil
meraih dukungan 107 negara dari 173 negara yang ikut pemungutan suara pada akhirOktober 2011.
Prancis masuk dalam daftar negara yang setuju Palestina masuk jadi anggota UNESCO,berdampingan dengan negara-negara Arab, Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Israel, Amerika
Serikat, Jerman, dan Kanada masuk dalam daftar 14 negara yang menentang. Adapun
Jepang dan Inggris masuk dalam 54 negara yang tidak memberi suara alias abstain.
Sebelum diadakan pemungutan suara, delegasi Amerika Serikat sempat mengancam.
Mereka menyatakan akan menghentikan bantuan dana kepada badan itu bila permohonan
Palestina dikabulkan. Artinya, UNESCO terancam kehilangan sekitar 20% anggaran
tahunannya yang diperoleh dari bantuan Washington, dan nilainya sekitar US$ 70 juta pertahun. Beruntung, Amerika Serikat tak memiliki hak veto di badan ini, sehingga Palestina
lolos menjadi anggota badan ini.
Boleh dibilang, ini merupakan keberhasilan langkah taktis yang dijalankan otoritas Palestina
untuk mendapat pengakuan dunia internasional. Sebelumnya, dalam sidang ke-66 Majelis
untuk mendapat pengakuan dunia internasional. Sebelumnya, dalam sidang ke-66 Majelis
Umum PBB pada akhir September 2011, Mahmoud Abbas menempuh langkah yang cukup
kontroversial. Ia secara resmi mengajukan permohonan kepada Sekretaris Jenderal PBB,
Ban Ki-moon, agar Palestina dimasukkan sebagai anggota PBB.
Namun upaya itu kandas setelah Dewan Keamanan PBB bersidang dua bulan kemudian.
Andai Palestina berhasil lolos menjadi anggota PBB, negara baru itu akan memiliki hak yang
sama dengan anggota lain. Wakilnya di PBB punya hak untuk terlibat aktif dalam perdebatan
yang berlangsung di Majelis Umum. Status itu juga membuka lebar peluangnya bergabung
dengan badan-badan PBB dan Mahkamah Pidana Internasional.
Kegagalan upaya tahun lalu itu mendorong Mahmoud Abbas menurunkan permohonannya
pada sidang Majelis Umum tahun ini. Setidaknya, ia berharap dapat meningkatkan status
dari organisasi pengamat tetap menjadi negara pengamat bukan anggota, seperti yang
diberikan kepada Vatikan sejak 1 Juli 2004.
Otoritas Palestina mengambil langkah ini setelah proses perdamaian dengan Israel macet
sejak Oktober 2010. Kemacetan perundingan ini terjadi akibat perbedaan pandangan yang
tajam soal permukiman Yahudi. Israel dinilai melanggar kesepakatan dan upaya Palestina
mempertegas batas-batas wilayah yang berlaku sebelum 1967 di Tepi Barat, Yerusalem
Timur, dan Gaza.
Israel, dengan dukungan utama Amerika Serikat, menentang segala upaya Palestina. Kedua
negara ini menuntut penyelesaian konflik tetap melalui perundingan damai, walau
penyelesaian lewat meja perundingan selalu saja gagal. Terakhir, perundingan itu dilakukan
melalui mediasi Quartet on the Middle East (QME), yang terdiri dari PBB, Uni Eropa, Amerika
Serikat, dan Rusia. Toh, langkah mediasi tersebut yang diupayakan hingga Januari lalu tetap
berakhir di jalan buntu.
Perundingan QME, Palestina, dan Israel seperti tak menghasilkan apa-apa. Palestina tetapmenuntut penghentian pembangunan permukiman Yahudi di wilayah-wilayah pendudukansebelum perundingan langsung dimulai. Selain itu, Palestina tetap berkeras hanya akanmenyetujui adanya dua negara yang hidup berdampingan berdasarkan batas-batas wilayahyang berlaku sebelum 1967. Israel selalu menolak syarat-syarat ini.
Akankah langkah taktis Palestina untuk meningkatkan statusnya di PBB terganjal kelak, saatdibahas dalam forum Dewan Keamanan? Lagi-lagi tergantung sikap Amerika Serikat yangkerap menggunakan hak veto bila dirasa akan merugikan posisi sekutunya, Israel. Tapi satuhal tak terbendung: daftar anggota PBB yang mengakui Palestina sebagai negara berdaulatbakal semakin panjang.
Erwin Y. Salim
ARTIKEL LAIN Marty Natalegawa: KTT Non-Blok Sepakat Boikot Israel Tidak Beli Demi Palestina
Created and maintained by Gatra.com