ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG...

123
ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: AHMAD FAUZAN NIM: 1113051000135 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H. / 2017 M.

Transcript of ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG...

  • ANALISIS WACANA

    PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

    DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    AHMAD FAUZAN

    NIM: 1113051000135

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 H. / 2017 M.

  • iv

    ABSTRAK

    Ahmad Fauzan

    Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan

    dari Langit

    Film merupakan salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan

    termasuk pesan-pesan dakwah. Dakwah melalui film dinilai efektif

    mempengaruhi masyarakat karena bersifat audio visual dan dikemas dalam bentuk

    cerita. Salah satu permasalahan yang ada saat ini ialah kurangnya moral manusia

    untuk berbakti kepada orang tua. Film Tendangan dari Langit merupakan salah

    satu film yang memuat pesan dakwah khususnya berbakti kepada kedua orang tua.

    Hanung Bramantyo mampu menyelipkan pesan tersebut dalam film yang

    menceritakan perjuangan seorang anak dalam menggapai impiannya menjadi

    pesepakbola. Film ini pun sukses masuk nominasi empat besar film terbaik tahun

    2011 pada ajang Festival Film Indonesia.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaannya ialah bagaimana

    wacana pesan berbakti kepada kedua orang tua dalam film Tendangan dari Langit

    dilihat dari level teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial?

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis

    wacana Teun A. Van Dijk. Van Dijk membagi tiga level pembentuk wacana yakni

    teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Level teks melihat bagaimana struktur teks

    membentuk wacana yang terdiri dari struktur makro, superstruktur dan struktur

    mikro. Kognisi sosial melihat bagaimana pembuat teks dalam hal ini penulis

    skenario memahami dan memaknai suatu peristiwa. Konteks sosial melihat

    wacana yang berkembang di masyarakat.

    Hasil penelitiannya ialah dari level teks, berbakti kepada kedua orang tua

    digambarkan melalui beberapa adegan di antaranya saat Wahyu membantu

    ayahnya berjualan, pamit saat bepergian, bersikap lemah lembut terhadap orang

    tua serta memberikan ayahnya kuda dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak

    bola. Bahasa yang digunakan ialah bahasa sehari-hari dan juga bahasa Jawa. Dari

    level kognisi sosial, Fajar Nugros selaku penulis skenario mendekatkan Wahyu

    sebagai tokoh utama kepada dirinya. Fajar berasal dari daerah yakni Jogja

    sedangkan Wahyu dari Malang yang sama-sama berjuang menggapai cita-cita.

    Dari level konteks sosial, banyaknya anak yang lupa dengan orang tua ketika

    sudah sukses dan banyaknya orang tua yang melarang bakat dan impian anaknya

    dalam sepak bola membuat film ini hadir untuk menjawab permasalahan tersebut

    dan untuk mengingatkan setiap orang agar jangan lupa dengan kedua orang tua.

    Film Tendangan dari Langit memuat pesan berbakti kepada kedua orang

    tua. Pesan tersebut di antaranya ialah seorang anak hendaknya selalu bersikap

    lemah lembut terhadap orang tuanya sekalipun mereka berlaku kasar. Selalu pamit

    saat bepergian, taat dan membantu urusan orang tua. Mensedekahkan harta

    kepada orang tua dan selalu ingat ibu yang menimang ketika masih kecil.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum wr. Wb.

    Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur

    penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, dan kasih sayang-

    Nya yang senantiasa diberikan kepada hamba-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurah

    kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Semoga

    kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan

    syafaatnya kelak.

    Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 5 bulan, Alhamdulillah

    skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

    mencapai gelar Sarjana Sosial pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,

    Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama

    menyelesaikan skripsi ini, baik dalam diri penulis smaupun faktor lainnya. Namun

    atas izin Allah SWT, semua hambatan dan rintangan dapat diatasi hingga skripsi

    ini dapat terselesaikan.

    Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat

    dilepaskan dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa

    hormat, penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada:

    1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing penulis. Terima kasih

  • vi

    banyak atas bimbingan dan masukan-masukannya kepada penulis selama

    menyelesaikan skripsi ini.

    2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu

    Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi

    Umum, serta Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang

    Kemahasiswaan dan Kerjasama.

    3. Bapak Drs. Masran, MA dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua

    dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

    4. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku dosen penasihat akademik kelas KPI

    C. Terima kasih atas bimbingan dan segala masukannya.

    5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima

    kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

    6. Segenap pimpinan hingga seluruh staf tata usaha Fakultas Ilmu Dawah

    dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam segala urusan

    administrasi.

    7. Segenap pimpinan hingga seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan juga Perpustakaan Utama yang telah

    membantu penulis dalam pencarian bahan penulisan skripsi.

    8. Ayahanda tercinta, Bapak Sutrisno, BA dan almarhumah ibu tercinta, Ibu

    Nurhayati dan juga ibu penulis saat ini, Ibu Nurjanah, S.Ag. Terima kasih

    atas doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya yang tak pernah lelah

    dan tak henti-henti diberikan kepada penulis.

    9. Kakak-kakak saudara kandung penulis, Febrian Kurnia Akbar, SE dan

    juga Ahmad Yanuar Dwi Tama, S.Sy. Adik penulis, Muhammad Said

  • vii

    Ibroohiim, kakak ipar penulis, Siti Nuryanti dan juga seluruh keluarga

    besar penulis. Terima kasih atas segala masukan, do’a, dukungan dan

    motivasinya.

    10. Bapak Fajar Nugros selaku Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit

    dan juga ibu Susanti Dewi beserta seluruh kru Demi Istri Production yang

    telah meluangkan waktunya untuk wawancara dan melengkapi data

    penulis.

    11. Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan KPI angkatan 2013,

    khususnya kelas KPI C yang setia memilih kelas C dari awal hingga akhir

    semester. Terima kasih atas kerja sama serta dukungannya.

    12. Keluarga besar DNK TV yang telah memberikan ilmu serta pengalaman-

    pengalaman dalam memproduksi suatu program selama kurang lebih tiga

    tahun masa jabatan.

    13. Teman-teman KKN BETTER beserta seluruh masyarakat Desa Daru.

    Terima kasih atas pengalaman berharga yang telah diberikan selama satu

    bulan penuh saat pelaksanaan KKN.

    14. Nur Asiah Aisyah Zaldi. Terima kasih telah menjadi penyemangat,

    memberikan doa, dukungan dan tak pernah lelah menemani penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi

    ini dan penulis terbuka atas saran dan kritik membangun dari semua pihak.

    Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang penulis lakukan baik yang

  • viii

    disengaja maupun tidak sengaja. Dengan segala hormat, penulis persembahkan

    skripsi yang berjudul “ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA

    KEDUA ORANG TUA DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT”.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik dari segi akademis maupun praktis.

    Jakarta, 21 Agustus 2017

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ................................................................................................... v

    DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

    DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1

    B. Fokus dan Rumusan Masalah ........................................................................6

    C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................6

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................................6

    E. Metodologi Penelitian ....................................................................................7

    F. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 11

    G. Sistematika Penulisan ................................................................................. 14

    BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 16

    A. Analisis Wacana .......................................................................................... 16

    B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk .............................................................. 20

    1. Teks ......................................................................................................... 22

    2. Kognisi Sosial .......................................................................................... 25

    3. Konteks Sosial ......................................................................................... 26

    C. Film ............................................................................................................. 26

    1. Definisi Film ............................................................................................ 26

    2. Klasifikasi Film ....................................................................................... 27

    3. Jenis-jenis Film ........................................................................................ 31

    4. Struktur Film ........................................................................................... 33

    5. Unsur-Unsur Film .................................................................................... 34

    D. Konsep Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.................................................. 36

  • x

    1. Hak dan Keistimewaan Orang Tua ........................................................... 36

    2. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua......................................... 38

    3. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Kedua Orang Tua ................................... 41

    BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI LANGIT ................... 43

    A. Sinopsis Film Tendangan dari Langit ........................................................... 43

    B. Keunggulan Film Tendangan dari Langit ...................................................... 44

    C. Riwayat Sutradara Film Tendangan dari Langit ............................................ 45

    D. Riwayat Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit ................................. 47

    E. Riwayat Pemain Film Tendangan dari Langit ................................................ 48

    BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ................................................................. 53

    A. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari

    Langit dilihat dari Teks ..................................................................................... 53

    1. Struktur Makro (Tematik) ........................................................................ 53

    2. Superstruktur (Skematik) ......................................................................... 65

    3. Struktur Mikro ......................................................................................... 72

    B. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari

    Langit dilihat dari Kognisi Sosial ...................................................................... 89

    C. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari

    Langit dilihat dari Konteks Sosial ..................................................................... 92

    BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 95

    A. Kesimpulan .................................................................................................. 95

    B. Saran ............................................................................................................ 97

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 99

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 102

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Elemen Wacana Van Dijk .................................................................. 21

    Tabel 4.1 Berbakti kepada Ayah ....................................................................... 54

    Tabel 4.2 Berbakti kepada Ayah ....................................................................... 55

    Tabel 4.3 Berbakti kepada Ayah ....................................................................... 57

    Tabel 4.4 Berbakti kepada Ibu ........................................................................... 59

    Tabel 4.5 Berbakti kepada Ibu ........................................................................... 61

    Tabel 4.6 Cinta Orang Tua terhadap Anak ........................................................ 62

    Tabel 4.7 Cinta Orang Tua terhadap Anak ........................................................ 63

    Tabel 4.8 Cinta Orang Tua terhadap Anak ........................................................ 64

    Tabel 4.9 Opening Bill Board ........................................................................... 66

    Tabel 4.10 Opening Scene ................................................................................ 67

    Tabel 4.11 Conflict Scene ................................................................................. 68

    Tabel 4.12 Anti Klimaks ................................................................................... 70

    Tabel 4.13 Ending ............................................................................................. 71

    Tabel 4.14 Stilistik ............................................................................................ 81

    Tabel 4.15 Grafis .............................................................................................. 84

    Tabel 4.16 Metafora .......................................................................................... 86

    Tabel 4.17 Ekspresi ........................................................................................... 88

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Hanung Bramantyo ......................................................................... 46

    Gambar 3.2 Fajar Nugros ................................................................................... 47

    Gambar 3.3 Yosie Kristanto ............................................................................... 49

    Gambar 3.4 Sudjiwo Tedjo ................................................................................ 50

    Gambar 3.5 Yati Surachhman ............................................................................ 51

    Gambar 3.6 Agus Kuncoro ................................................................................. 52

    Gambar 4.1 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ....................................... 54

    Gambar 4.2 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ....................................... 55

    Gambar 4.3 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ........................................ 57

    Gambar 4.4 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ........................................ 57

    Gambar 4.5 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah.......................................... 57

    Gambar 4.6 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu............................................ 59

    Gambar 4.7 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu............................................ 60

    Gambar 4.8 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu............................................ 61

    Gambar 4.9 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ......................... 62

    Gambar 4.10 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ....................... 63

    Gambar 4.11 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ....................... 64

    Gambar 4.12 Opening Bill Board ....................................................................... 66

    Gambar 4.13 Opening Scene .............................................................................. 67

    Gambar 4.14 Conflict Scene .............................................................................. 68

    Gambar 4.15 Conflict Scene .............................................................................. 68

    Gambar 4.16 Conflict Scene................................................................................. 68

    Gambar 4.17 Conflict Scene .............................................................................. 69

    Gambar 4.18 Conflict Scene .............................................................................. 69

    Gambar 4.19 Conflict Scene................................................................................. 69

    Gambar 4.20 Anti Klimaks ................................................................................ 70

    Gambar 4.21 Ending .......................................................................................... 71

    Gambar 4.22 Stilistik ......................................................................................... 81

    Gambar 4.23 Stilistik ......................................................................................... 81

    Gambar 4.24 Stilistik ......................................................................................... 82

  • xiii

    Gambar 4.25 Stilistik............................................................................................ 82

    Gambar 4.26 Stilistik ......................................................................................... 83

    Gambar 4.27 Stilistik............................................................................................ 83

    Gambar 4.28 Grafis ............................................................................................ 84

    Gambar 4.29 Grafis ............................................................................................ 85

    Gambar 4.30 Metafora ....................................................................................... 86

    Gambar 4.31 Metafora ....................................................................................... 86

    Gambar 4.32 Metafora ....................................................................................... 87

    Gambar 4.33 Ekspresi ........................................................................................ 88

    Gambar 4.34 Ekspresi........................................................................................... 87

    Gambar 4.35 Ekspresi........................................................................................... 88

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Film merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan.

    Dalam komunikasi, pesan disampaikan melalui media oleh komunikator

    kepada komunikan. Melalui film, pesan-pesan dapat disampaikan secara

    efektif oleh pembuat film seperti sutradara, penulis skenario dan tim produksi

    lainnya. Film biasanya diperankan oleh aktor-aktor ternama yang dapat

    menarik khalayak untuk menontonnya.

    Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam

    mempengaruhi penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari

    drama dengan paduan suara dan musik, serta drama dengan paduan dari

    tingkah laku dan emosi yang dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus

    dengan mata dan telinga baik di ruang yang gelap maupun terang.1

    Sebagai salah satu media audio visual, film dapat menjadi media

    yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada masyarakat.

    Dakwah melalui film lebih komunikatif dibandingkan dengan media lainnya.

    Materi dakwah di dalam film diproyeksikan dalam skenario film yang

    menyentuh dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.2 Film

    dapat menjadi media dakwah yang efektif karena dibuat dengan pendekatan

    seni budaya berdasarkan kaidah sinematografi. Pesan dakwah dalam film

    1 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

    2008, cet ke-5), h. 84. 2 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif;Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi

    Da’wah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 39.

  • 2

    disajikan dalam bentuk cerita sehingga memiliki daya pengaruh yang besar

    kepada penontonnya.3

    Di Indonesia, banyak sekali film yang hanya bertemakan hiburan

    dan tidak mengedukasi masyarakat. Film bertema kisah cinta remaja, film

    yang menampilkan pergaulan bebas, film bergenre horror yang mengumbar

    aurat dan adegan-adegan dewasa merupakan film yang diproduksi hanya

    untuk meraih keuntungan dan penonton yang sebanyak-banyaknya. Film ini

    beberapa kali hadir di industri perfilman Indonesia dan membawa dampak

    negatif terhadap masyarakat. Walau begitu, tidak semua film di Indonesia

    tidak mendidik. Beberapa film bersifat edukatif dan memiliki nilai-nilai

    religius di dalamnya termasuk berbakti kepada kedua orang tua.

    Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban dari setiap

    orang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 23-24 yang

    berbunyi:

    ا يَْبلُغَنَّ ِعنَدكَ َوقََضى َربَُّك أاَلَّ تَْعبُُدواْ إاِلَّ إِيَّاهُ َوبِاْلَوالِ اْلِكبَرَ َدْيِن إِْحَسانًا إِمَّ

    o ًَماتَْنَهْرهَُما َوقُل لَُّهَما قَْوالً َكِري تَقُل لَُّهَما أُف ٍّ َوالَ أََحُدهَُما أَْو ِكالَهَُما فاَل

    ِبٍّ ْحَمِة َوقُل رَّ اْرَحْمُهَما َكَما َربَّيَانِي َواْخِفْض لَُهَما َجنَاَح الذُِّلٍّ ِمَن الرَّ

    o َصِغيًرا

    Artinya:

    “Dan Rabb-mutelah memerintahkan kepada manusia janganlah ia

    beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang

    tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-

    duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah ketakan kepada

    keduanya ‘ah’ dan janganah kamu membentak keduanya”, “Dan katakanlah

    kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap

    keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku,

    3 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

    2011), h. 106.

  • 3

    sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil’.”

    (QS. Al-Isra ayat 23-24).

    Dari ayat tersebut, jelas bahwa Allah memerintahkan manusia

    untuk berbakti kepada kedua orang tua. Seorang anak wajib mendoakan orang

    tua dan memperlakukannya dengan kasih sayang. Allah juga melarang

    manusia untuk membentak dan berlaku kasar kepada keduanya.

    Dalam kenyataannya, masih banyak anak-anak yang tidak hormat

    kepada kedua orang tua, bahkan ada yang tega membunuh orang tua hanya

    karena sering dimarahi. Seperti kasus pembunuhan orang tua yang terjadi di

    Brebes, Jawa Tengah. Seorang anak tega membunuh ayah dan ibu

    kandungnya hanya karena sering dimarahi. Ia membunuh ayahnya ketika

    sedang tertidur pulas pada malam hari tepatnya hari selasa, 9 Desember 2014.

    Ia memukul kepala ayahnya dengan palu dan menyayat pipinya dengan

    golok. Melihat kejadian tersebut, ibunya ingin menolong ayahnya, namun

    sang anak justru membunuh ibunya. Tak hanya itu, ia pun melukai kedua

    saudara kandungnya yang ingin menyelamatkan orang tuanya.4 Dari kasus

    tersebut tentu diperlukan adanya upaya yang mampu mengingatkan

    masyarakat untuk berbakti kepada kedua orang tua. Di antaranya yang efektif

    ialah melalui film.

    Salah satu film yang memuat pesan berbakti kepada kedua orang

    tua ialah film Tendangan dari Langit. Film ini menceritakan tentang kisah

    seorang pemuda bernama Wahyu yang gemar bermain sepak bola. Namun

    dalam menjalani hobinya,Wahyu terhalang oleh ayahnya sendiri yang

    4 Mohamad Taufik, “Kejamnya Anak di Brebes,Tega Bunuh Kedua Orang Tua Kandung”,

    artikel diakses pada 15 Agustus 2017 dari https://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-dimarahi.html,

    https://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-dimarahi.htmlhttps://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-dimarahi.htmlhttps://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-dimarahi.html

  • 4

    bernama Pak Darto. Pak Darto tidak mengizinkan Wahyu untuk berkarir dan

    menggantungkan harapan di dunia sepak bola karena ia mengalami masa

    pahit di dunia sepak bola. Dahulu, Pak Darto hampir menjadi pesepakbola

    klub Persema atau Persatuan Sepakbola Malang tetapi berhenti karena cedera

    yang menghantam kakinya. Cederanyapun tak diobati sehingga angan-

    angannya untuk menjadi pesepakbola pupus begitu saja. Inilah yang menjadi

    sebab Pak Darto melarang keras Wahyu untuk bermain sepak bola.

    Film ini berisi semangat pantang menyerah seorang Wahyu yang

    amat mencintai sepak bola. Wahyu ialah sosok yang amat menghormati

    kedua orang tuanya. Ia tidak melawan ayahnya yang melarang ia bermain

    sepak bola tetapi tetap berusaha meyakinkan ayahnya dengan prestasi dan

    kemampuannya. Dalam kesehariannya, Wahyu membantu ayahnya berjualan

    mie seduh dan minuman hangat di Bromo. Ia juga memberikan ayahnya kuda

    dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak di desa Karang Sari. Di dalam film

    ini juga terapat nilai-nilai persahabatan antara Wahyu dengan dua orang

    sahabatnya yakni Mitro dan Purnomo. Inilah yang membuat film ini memiliki

    rasa humor yang baik.

    Untuk membuat film ini lebih menarik, Hanung menarik dua

    pemain tim nasional Indonesia yang digandrungi oleh remaja yakni Irfan

    Bachdim dan juga Kim Jeffrey Kurniawan. Ini merupakan penampilan

    perdana mereka dalam membintangi sebuah film. Selain itu, film ini juga

    menyelipkan kisah cinta antara Wahyu dengan Indah, gadis tercantik di

    sekoalahnya yang diperankan oleh Maudy Ayunda. Film Tendangan dari

    Langit memuat nilai-nilai religi tetapi tetap dapat menghibur penontonnya

  • 5

    dengan dialog-dialog yang natural dengan beberapa kali menggunakan bahasa

    Jawa sebagai latar tempat cerita film dibuat.

    Film ini merupakan karya dari sutradara terkenal dan salah satu

    yang terbaik di Indonesia yakni Hanung Bramantyo. Hanung telah banyak

    memproduksi film-film bioskop berkualitas di Indonesia. Film-film Hanung

    banyak yang bertemakan religi dan memuat nilai-nilai Islami serta pelajaran

    hidup. Beberapa film yang bertema religi dan memuat pesan dakwah karya

    Hanung ialah film Ayat-Ayat Cinta, Sang Pencerah, dan Tanda Tanya. Ketiga

    film tersebut sangat populer dan mendapatkan antusiasme yang tinggi dari

    masyarakat. Begitu juga dengan film Tendangan dari Langit yang memiliki

    pesan dakwah dan dikemas dengan menarik.

    Pada tahun 2011, film ini menjadi salah satu dari empat nominasi

    film bioskop terbaik pada acara Festival Film Indonesia (FFI). Empat film

    tersebut di antaranya ialah Sang Penari, The Mirror Never Lies, ? (Tanda

    Tanya), dan Tendangan dari Langit. Di antara empat film terbaik tahun 2011

    tersebut, Hanung berhasil membawa dua film karyanya yang masuk ke dalam

    nominasi yakni Tanda Tanya dan Tendangan dari Langit. Meski tidak

    memenangkan nominasi ini, film Tendangan dari Langit berhasil memberikan

    penghargaan kepada tim produksi film khususnya pada kategori Pengarah

    Artistik Terbaik.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Berbakti

    Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit”.

  • 6

    B. Fokus dan Rumusan Masalah

    Untuk membatasi penelitian agar tidak terlalu luas, maka penulis

    memfokuskan penelitian ini pada Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua

    yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks, kognisi

    sosial, dan konteks sosial.

    Penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam

    film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks?

    2. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam

    film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial?

    3. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam

    film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat

    dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks

    2. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat

    dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial

    3. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat

    dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi akademis

    maupun dari segi praktis.

  • 7

    1. Manfaat Akademis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

    pengetahuan dan wawasan mengenai pesan berbakti kepada kedua orang

    tua dalam film Tendangan dari Langit yang dianalisis menggunakan model

    analisis wacana Teun A. Van Dijk. Selain itu, penelitian ini diharapkan

    dapat menjadi referensi ilmiah di bidang studi dakwah dan komunikasi.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

    masyarakat mengenai pesan berbakti kepada bedua orang tua yang

    dituangkan dalam sebuah film. Pesan-pesan yang dianalisis menggunakan

    model Teun A. Van Dijk diharapkan dapat daplikasikan oleh masyarakat

    dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian penelitian ini juga diharapkan

    dapat memberikan motivasi kepada sutradara dan penulis skenario agar

    dapat memproduksi film-film yang memuat pesan-pesan positif, tidak

    hanya menghibur, tetapi juga dapat memberikan edukasi kepada

    masyarakat.

    E. Metodologi Penelitian

    1. Paradigma Penelitian

    Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang

    menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan

    sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.5

    5 Dr. Juliansyah Noor, S.E., M.M., Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya

    Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 32.

  • 8

    Pada penelitian ini, penulis menggunakan paradigma

    konstruktivisme. Guba menjelaskan tentang kontruktivisme yang berarti

    pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari

    aktivitas manusia, pengetahuan merupakan kontruksi manusia, tidak

    pernah dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap merupakan

    permasalahan dan selalu berubah.6

    2. Pendekatan dan Metode Penelitian

    Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

    Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami

    fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

    perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara

    deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

    yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7

    3. Subjek dan objek penelitian

    Subjek dari penelitian ini adalah Film Tendangan dari Langit

    sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah analisis wacana

    pesan berbakti kepada kedua orang tua yang dilihat dari teks, kognisi

    sosial, dan konteks sosial.

    4. Teknik pengumpulan data

    Langkah – langkah dalam teknik pengumpulan data sebagai betikut

    a. Wawancara

    6 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT

    Bumi Aksara, 2013). h. 49. 7 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006

    cet ke 22), h. 6.

  • 9

    Menurut Kartono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang

    ditulis oleh Lexy J. Moleong, wawancara adalah suatu percakapan

    yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dimana prosesnya terdiri

    dari tanya jawab lisan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

    berhadap-hadapan secara fisik.8 Dalam penelitian ini, penulis

    melakukan wawancara dengan penulis skenario film “Tendangan dari

    Langit” yakni Fajar Nugros. Penulis melakukan wawancara pada hari

    Minggu, 30 Juli 2017 di Kantor Demi Istri Production, Jalan Depsos I,

    No. 30, Komplek Depsos, Jakarta Selatan.

    b. Observasi

    Observasi merupakan kegiatan memerhatikan secara akurat,

    mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan

    antar aspek dalam fenomena tersebut.9 Penulis melakukan observasi

    dengan menonton film “Tendangan dari Langit” lewat bentuk soft

    copy. Penulis mencatat bagian-bagian yang penting di dalam film yang

    memiliki pesan berbakti kepada kedua orang tua untuk kemudian

    dijadikan bahan analisis. Penulis juga menyesuaikan dialog-dialog

    yang terdapat dalam film dengan yang ada pada naskah skenario.

    c. Dokumentasi

    Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang

    ditulis oleh Imam Gunawan, dokumen merupakan catatan peristiwa

    yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya

    monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

    8 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 160. 9 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 143.

  • 10

    penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan

    lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Teknik

    dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber

    noninsani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Sedangkan

    kata dokumen digunakan untuk mengacu setiap tulisan selain rekaman,

    yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti

    surat-surat, buku harian, naskah pidato, dan sebagainya.10 Pada

    penelitian ini, penulis mengumpulkan dokumen-dokumen terkait

    dengan film “Tendangan dari Langit”. Dokumen tersebut di antaranya

    dalam bentuk soft copy film dan juga naskah skenario film Tendangan

    dari Langit.

    5. Teknik Analisis Data

    Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan

    pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan dan materi-materi

    lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai

    materi-materi dan untuk menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada

    orang lain. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan dan

    pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani,

    perangkumannya, pencarian pola-pola, dan penemuan apa yang

    penting.11

    Dalam penulisan ini, penulis menggunakan model analisis wacana

    Teun Van Dijk dimana wacana terbentuk melalui tiga level yakni level

    10 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 176. 11 Prof. Dr. Emzir, M. Pd., Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada, 2012, cet ke-3), h. 85.

  • 11

    teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial. Pada level teks, terdapat tiga

    elemen struktur di antaranya:12

    1. Struktur Makro (Tematik) : Elemen ini berisi makna umum dari

    sebuah teks biasa juga disebut sebagai tema ataupun topik.

    2. Superstruktur (Skematik) : Elemen ini berisi bagaimana sebuah teks

    disusun sedemikian rupa sehingga dapat membentuk sebuah makna atau

    pesan yang disampaikan.

    3. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Reotris) : Elemen ini

    berisi hubungan antar kalimat, kata, proposisi, latar, detail, sampai

    kepada gaya bahasa yang dipakai dalam suatu teks.

    Dalam struktur wacana Van Dijk, tidak hanya meneliti sebuah teks,

    melainkan juga bagaimana teks tersebut dibuat dan disusun sehingga

    memunculkan makna. Hal inilah yang kemudian disebut dengan kognisi

    sosial dan juga konteks sosial. Penulis melakukan analisis sesuai dengan

    tiga konsep wacana dari Van Dijk yang terdiri dari teks, kognisi sosial dan

    juga konteks sosial.

    F. Penelitian Terdahulu

    Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan tinjauan

    pustaka ke Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

    Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tinjauan pustaka

    dilakukan untuk memastikan belum ada penelitian yang sama dengan

    penelitian yang akan dilakukan penulis dan juga sebagai bahan rujukan untuk

    penelitian. Penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki kemiripan

    12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.

    228.

  • 12

    dengan judul penelitian penulis yang kemudian dijadikan langkah awal untuk

    menjadi rujukan penelitian. Adapun beberapa skripsi yang ditemukan antara

    lain :

    1. Zakiyah Al-Wahdah, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

    2014. Zakiyah Al-Wahdah menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana

    Percintaan Beda Agama dalam Film Cinta Tapi Beda”. Di dalam skripsi

    ini dijelaskan tentang percintaan beda agama yang terdapat dalam film

    Cinta Tapi Beda. Zakiyah Al-Wahdah menjelaskan bahwa banyak

    masyarakat di Indonesia yang mengalami percintaan beda agama seperti

    dalam film tersebut. Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah

    sama-sama meneliti analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaannya

    terletak pada subjeknya. Zakiyah Al-Wahdah meneliti film Cinta Tapi

    Beda, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.

    2. Sutrisno Sugiyono, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

    2013. Sutrisno Sugiyono menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana

    Berbakti kepada Ibu dalam Lagu Keramat Karya Rhoma Irama”. Di dalam

    skripsinya dijelaskan tentang perintah dan nasihat untuk berbakti kepada

    ibu yang terdapat dalam lirik lagu Keramat. Persamaan dengan skripsi

    yang akan diteliti yakni sama-sama meneliti tentang Analisis Wacana

    berbakti kepada orang tua. Namun Sutrisno Sugiyono memfokuskan pada

    ibu dan meneliti sebuah lagu, sedangkan penulis meneliti film. Perbedaan

  • 13

    terletak pada subjeknya. Sutrisno Sugiyono meneliti lagu Keramat Karya

    Rhoma Irama, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.

    3. Putri Rizky Handayani, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

    2016. Putri Rizky Handayani menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana

    Dakwah dalam Film Kartun Syamil dan Dodo”. Di dalam skripsi ini

    dijelaskan tentang pesan dakwah yang terdapat dalam film kartun Syamil

    dan Dodo. Putri Rizky Handayani menjelaskan bahwa film ini memiliki

    pesan-pesan dakwah yang berhubungan dengan aqidah dan syariah.

    Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah sama-sama meneliti

    analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaanya terletak pada subjeknya.

    Putri Rizky Handayani meneliti film kartun Syamil dan Dodo, sedangkan

    penulis meneliti film Tendangan dari Langit.

    4. Sugeng Priyanto, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

    Muhammadiyah Surakarta, tahun 2013. Sugeng Priyanto menulis skripsi

    berjudul “Pendidikan Karakter dalam Film Tendangan dari Langit (Kajian

    Semiotik Dalam Perspektif PPKn)”. Di dalam skripsi ini dijelaskan tentang

    pendidikan karakter para tokoh yang terdapat dalam film Tendangan dari

    Langit. Hasil penelitian ini ialah bahwa film Tendangan dari Langit

    memiliki muatan karakter yang pantang menyerah, kerja keras,

    persahabatan dan nasionalisme yang terdapat pada tokoh utama Wahyu.

    Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti terletak pada subjeknya, yakni

    sama-sama meneliti film Tendangan dari Langit. Sedangkan perbedaannya

    terletak pada objeknya. Sugeng Priyanto meneliti pendidikan karakter.

  • 14

    dengan menggunakan kajian semiotik, sedangkan penulis menggunakan

    analisis wacana.

    Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil

    kesimpulan bahwa belum ada penelitian yang sama dengan penelitian

    penulis. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul

    Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film

    Tendangan dari Langit.

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri

    dari beberapa sub bab, sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang

    masalah, fokus dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan

    sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini berisi kerangka teori penelitian yang di dalamnya

    diuraikan tentang pengertian analisis wacana, analisis wacana

    menurut Teun A Van Dijk, film dan juga konsep berbakti

    kepada kedua orang tua.

    BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI

    LANGIT

    Bab ini memaparkan tentang sinopsis film, keunggulan film,

  • 15

    profil sutradara, profil penulis skenario, dan juga profil pemain

    film Tendangan dari Langit.

    BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

    Bab ini menjelaskan tentang pembahasan dan analisis data

    yang berbentuk uraian hasil temuan lapangan. Di dalamnya

    diuraikan pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat

    dalam film Tendangan dari Langit dilihat dari teks, kognisi

    sosial dan konteks sosial.

    BAB V PENUTUP

    Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulis.

  • 16

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Analisis Wacana

    Kata “Analisis” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

    penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang

    sebenarnya. Analisis juga berarti penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya

    dan penelaahan begian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh

    pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.131

    Sedangkan kata “Wacana” berarti komunikasi verbal, percakapan,

    keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan. Wacana juga berarti satuan

    bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh,

    seperti novel, buku, artikel, pidato atau khutbah.2

    Istilah Wacana belum dipakai di Indonesia pada tahun 1960-an karena

    pada mulanya wacana berasal dari kata discourse yang terdapat dalam Kamus

    Inggris-Indonesia yang ditulis oleh Echols dan Shadily pada tahun 1975. Dalam

    kamus tersebut, kata discourse berarti pidato, tulisan, percakapan atau ceramah.

    Penjelasan dari kamus tersebut menggambarkan pengertian umum tentang wacana

    yang digunakan di Indonesia. Segala hal yang berkaitan dengan ujaran atau

    penggunaan bahasa pidato, tulisan, percakapan disebut sebagai wacana.3

    1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat,

    (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 58. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat, h.

    1552. 3 Herudjati Purwoko, Discourse Analysis; Kajian Wacana bagi Semua Orang, (Jakarta:

    Indeks, 2008), h.1.

  • 17

    Secara bahasa, wacana juga berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata

    “wac” atau “wak” atau “vak”, yang artinya “berkata” atau “berucap”. Kemudian

    kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Tambahan “na” di belakang

    kata “wac” adalah bentuk akhiran yang bermakna “membendakan”. Dengan

    demikian, kata “wacana” dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Kata

    wacana dalam kamus bahasa kontemporer memiliki tiga arti. Pertama,

    percakapan, ucapan, atau tuturan. Kedua, keseeluruhan percakapan yang

    merupakan satu kesatuan. Ketiga satuan bahasa terbesar yang realisasinya

    merupakan bentuk karangan yang utuh.4

    Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang wacana dan juga analisis

    wacana. Wahab dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko

    Rusminto, menyatakan bahwa,

    “Wacana dapat diartikan sebagai organisasi bahasa yang lebih luas

    dari kalimat atau klausa, dan oleh karena itu dapat juga dimaksudkan

    sebagai satuan linguistik yang lebih besar, misalnya percakapan lisan

    atau naskah tulisan. Oleh karena itu, wacana tidak dapat dibatasi

    hanya pada bentuk-bentuk linguistik yang terpisah dari tujuan dan

    fungsi bahasa dalam proses interaksi manusia.”5

    Menurut J.S. Badudu pada tahun 2000 dalam buku Analisis Wacana yang

    ditulis oleh Aris Badara, Wacana adalah kalimat-kalimat yang berkaitan yang

    menghubungkan suatu proposisi dengan proposisi lainnya. Proposisi yang telah

    terhubung satu sama lain membentuk makna di antara kalimat-kalimat tersebut.

    Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi di atas kalimat maupun klausa dengan

    4 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,

    (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), h. 20. 5 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, (Yogyakarta:

    Graha Ilmu, 2015, cet. pertama), h. 2.

  • 18

    koherensi dan kohesi yang tinggi. Wacana dapat disampaikan secara lisan maupun

    tertulis. 6

    Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko

    Rusminto, menyatakan bahwa, Wacana merupakan satuan bahasa di atas kalimat

    yang digunakan untuk melakukan proses komunikasi dalam konteks sosial.

    Wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran dalam bentuk lisan atau

    tulisan, baik bersifat transaksional atau interaksional. Secara lisan, wacana ialah

    proses komunikasi antara penyapa dan pesapa. Sedangkan secara tulisan, wacana

    ialah ungkapan gagasan atau ide dari penyapa.7

    Objek kajian wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang

    digunakan sehari-hari, baik yang berupa lisan maupun teks tertulis. Objek

    kajiannya adalah unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan

    mekna dan kepaduan bentuk dalam kehidupan sehari-hari, seperti naskah pidato,

    rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat

    dan sebagainya. Kajian atau analisis wacana pada dasarnya merupakan

    pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks.

    Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antarkalimat atau antarujaran,

    yang membentuk wacana. Dengan demikian, rentetan kalimat yang berkaitan yang

    menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk

    kesatuan yang dinamakan wacana.8

    6 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada

    Wacana Media. (Jakarta; Kencana Prenada Media Grup, 2012), h. 16-17. 7 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 3. 8 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,

    h. 20-21.

  • 19

    Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi dan terlengkap di atas kalimat

    atau klausa. Tarigan menggambarkan kedudukan wacana dalam satuan bahasa

    yakni sebagai berikut.

    Skema 2.1

    Satuan Bahasa9

    WACANA

    Kalimat

    Klausa

    Frase

    Kata

    Morfem

    Fonem

    Menurut Stubs dalam buku Analisis Wacana yng ditulis oleh Aris Badara,

    analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa

    yang digunakan secara alamiah, yakni penggunaan bahasa dalam komunikasi

    sehari-hari. Wacana dapat digunakan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

    Definisi ini sejalan dengan Cook yang menyatakan bahwa analisis wacana

    merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedangkan wacana merupakan

    bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.10

    Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko

    Rusminto menyimpulkan bahwa

    9 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 4. 10 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada

    Wacana Media, h. 18.

  • 20

    “Analisis wacana menginterpretasikan makna sebuah ujaran atau

    tulisan dengan memperhatikan konteks yang melatarinya baik konteks

    linguistik maupun konteks etnografi. Konteks linguistik merupakan

    rangkaian kata yang mengikuti satuan bahasa tertentu, sedangkan

    konteks etnografi merupakan ciri atau faktor dari pemakai bahasa

    seperti faktor budaya, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di

    masyarakat.”11

    Ada beberapa ahli yang memiliki perspektif terhadap analisis wacana di

    antaranya ialah Foucault, Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, Tony

    Trew, Theo Van Leeuwen, Sara Mills, Norman Fairclogh, dan Teun A. Van Dijk.

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Analisis Wacana milik Teun

    A. Van Dijk.

    B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

    Model analisis wacana yang dipakai oleh Van Dijk sering disebut sebagai

    “Kognisi Sosial”. Pendekatan ini menjelaskan bahwa wacana terbentuk tidak

    hanya dari teks karena teks merupakan suatu bentuk hasil dari praktik produksi

    yang juga harus diamati. Pengetahuan mengenai bagaimana suatu teks diproduksi

    diperlukan dalam analisis kognisi sosial.12

    Menurut Van Dijk, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis

    yang membongkar maksud-maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya

    pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu

    pernyataan. Teun Van Dijk mengembangkan pendekatan kognisi sosial . Ia

    melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana.

    11 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 5. 12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.

    221.

  • 21

    Van Dijk berpendapat bahwa hal yang dapat membedakan wacana atau

    bukan adalah adanya kesatuan, baik struktur maupun teksturnya. Struktur dan

    tekstur dapat dipahami sebagai kohesi dan koherensi. Van Dijk menjelaskan bawa

    elemen-elemen struktur wacana antara lain ialah tematik atau apa yang dikatakan,

    skematik atau cara informasi disusun, semantik atau makna yang ditekankan,

    sintaksis atau bagaimana pendapat disampaikan, stilistik atau pemilihan kata, dan

    retoris atau cara penekanan itu dilakukan.13

    Struktur elemen wacana yang dikemukakan oleh Van Dijk dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Tabel 2.1

    Elemen Wacana Van Dijk14

    Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen

    Struktur Makro Tematik (Apa yang

    dikatakan?)

    Topik

    Superstruktur Skematik (Bagaimana

    pendapat disusun dan

    dirangkai?)

    Skema

    Struktur Mikro Semantik (Makna yang

    ingin ditekankan dalam

    teks berita)

    Latar, detail, maksud,

    praanggapan,

    nominalisasi

    Struktur Mikro Sintaksis (Bagaimana

    pendapat disampaikan)

    Bentuk kalimat,

    koherensi, kata ganti

    Struktur Mikro Stilistik (Pilihan kata apa

    yang dipakai?)

    Leksikon

    Struktur Mikro Retoris (Bagaimana dan

    dengan cara apa

    penekanan dilakukan?)

    Grafis, metafora, ekspresi

    Menurut Teun Van Dijk, makna atau pesan dari suatu teks tidak hanya

    dilihat dari teksnya saja melainkan juga dilihat dari kesadaran pembuat teks dan

    juga kehidupan sosial masyarakat yang juga mempengaruhi. Van Dijk

    13 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,

    h. 5-6. 14 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 228

  • 22

    membagikan tiga elemen pembentuk makna dari suatu wacana yakni elemen teks,

    kognisi sosial dan juga konteks sosial. Jika digambarkan, model analisis wacana

    Van Dijk ialah sebagai berikut:

    Skema 2.2

    Model Analisis Wacana Van Dijk15

    Teks

    Kognisi Sosial

    Konteks Sosial

    1. Teks

    Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan yakni struktur

    makro, superstruktur, dan juga struktur mikro.16

    a. Struktur Makro (Tematik)

    Struktur makro ialah makna global dari suatu teks yang dapat

    dipahami dengan melihat topiknya. Struktur makro biasa disebut dengan

    tematik. Tematisasi merupakan proses pengaturan tekstual yang berguna

    untuk memberikan perhatian pada bagian-bagian terpenting dari isi teks,

    kepada pembaca.

    Tema kerap disandingkan dengan topik. Topik dapat digambarkan

    sebagai bagian dari informasi penting dari suatu wacana atau inti pesan

    yang disampaikan oleh komunikator. Dalam kerangka Van Dijk, topik

    15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 225. 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

    Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004. Cet. Ke-3), h. 75-84.

  • 23

    dalam suatu teks didukung oleh beberapa subtopik Masing-masing

    subtopik ini mendukung, memperkuat, bahkan membentuk topik utama.

    b. Superstruktur (Skematik)

    Superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks.

    Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau

    pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan pemecahan

    masalah, penutup, dan sebagainya. Struktur skematik merupakan strategi

    bagaimana menempatkan bagian yang penting dari suatu teks. Struktur

    skematik memberikan penekanan bagian yang ingin didahulukan oleh

    pembuat teks. Dalam film, skematik dapat berupa alur dari film tersebut.

    c. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Retoris):

    1.) Semantik

    Dalam skema Van Dijk, semantik dikategorikan sebagai makna

    lokal. Makna lokal merupakan makna yang muncul dari hubungan antar

    kalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu

    dalam suatu teks. Latar, detail dan maksud dari suatu teks merupakan

    bagian dari strategi semantik.

    Latar merupakan bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin

    ditampilkan. Latar menentukan ke arah mana pandangan khalayak

    dibawa. Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan oleh

    seseorang. Detil yang panjang dan lengkap ialah suatu penonjolan yang

    disengaja dengan tujuan untuk menciptakan makna tertentu kepada

  • 24

    khalayak. Maksud ialah informasi yang disampaikan oleh komunikator

    baik secara implisit ataupun eksplisit.17

    2.) Sintaksis

    Sintaksis merupakan pemakaian kata ganti, aturan tata kata,

    pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak kalimat, pemakaian

    kalimat yang kompleks dan sebagainya. Koherensi atau jalinan antarkata,

    bentuk kalimat dan kata ganti merupakan bagian dari strategi sintaksis.

    Bentuk kalimat ialah makna yang dibentuk lewat susunan kalimat.

    Bentuk kalimat menentukan subjek yang diekspresikan secara eksplisit

    ataupun implisit dan teks menggunakan kalimat aktif atau pasif dengan

    struktur deduktif ataupun induktif. Koherensi ialah jalinan antar kata,

    atau kalimat dalam teks. Suatu kalimat dapat memiliki hubungan sebab

    akibat, keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya melalui kata hubung

    yang digunakan. Sementara kata ganti ialah struktur teks untuk

    menunjukkan posisi komunikator dalam wacana.18

    3.) Stilistik

    Stilistik ialah cara yang digunakan penulis atau pengarang untuk

    menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.

    Gaya bahasa mencakup diksi tau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas,

    dan citraan yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam

    sebuah karya sastra.

    4.) Retoris

    17 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 235-240. 18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 242-254.

  • 25

    Retoris berhubungan erat dengan bagaimana pesan disampaikan

    kepada khalayak. Strategi retoris muncul dalam bentuk interaksi yakni

    bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya di antara

    khalayak dengan menggunakan gaya formal, informal atau santai. Grafis,

    metafora dan ekspresi merupakan bagian dari retoris.

    Grafis merupakan bagian yang ditekankan dan ditonjolkan dalam

    teks. Penekanan dapat dilakukan dengan membedakan tulisan yang satu

    dengan yang lain seperti dengan menggunakan huruf tebal, besar, miring

    dan sebagainya sedangkan metafora ialah pemakaian ungkapan, atau

    kiasan.19

    2. Kognisi Sosial

    Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada

    struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan

    sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna

    tersembunyi dari teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.

    Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna,

    tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses

    kesadaran mental dari pemakai bahasa.

    Peristiwa dapat dimengerti dan dipahami berdasarkan pada skema atau

    model dan juga memori dari komunikator. Skema digunakan untuk memproses

    informasi yang datang dari lingkungan dan diintegrasikan dengan informasi baru

    yang menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami., ditafsirkan, dan

    19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 257-259.

  • 26

    dimasukkan sebagai bagian dari pengetahuan. Sedangkan memori mengandung

    pemasukan dan penyimpanan pesan-pesan untuk memandang realitas.20

    3. Konteks Sosial

    Wacana adalah bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat,

    sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan

    meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi di

    dalam masyarakat. Dalam kerangka Van Dijk, perlu dilakukan penelitian

    mengenai wacana diproduksi dan dikonstruksi oleh masyarakat. Titik penting dari

    anaisis ini ialah bagaimana wacana yang dihayati bersama-sama.21

    C. Film

    1. Definisi Film

    Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi

    penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari drama dengan paduan

    suara dan musik, serta drama dengan paduan dari tingkah laku dan emosi yang

    dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus dengan mata, telinga dan di ruang

    yang gelap dan terang.22

    Film adalah medium komunikasi massa yang tidak hanya berfungsi

    sebagai hiburan, melainkan juga pendidikan dan juga penerangan. Film dapat

    digunakan untuk alat bantu memberikan penjelasan, ceramah-ceramah,

    penerangan atau pendidikan. Bukan hanya sebagai alat bantu, bahkan secara

    penuh film berfungsi sebagai penerangan dan pendidikan. Sejak audio visual

    20 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 260-264. 21 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 272. 22 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

    2008, cet ke-5), h. 84.

  • 27

    dianggap sebagai media yang terbaik dalam pendidikan, berbagai universitas,

    sekolah, industri, lembaga kesehatan, polisi lalu lintas dan sebagainya

    menggunakan film untuk mengintensifkan usahanya. Film juga merupakan alat

    yang ampuh untuk memberikan penerangan, petunjuk, dan instruksi kepada

    orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis.23

    Film dapat menyampaikan banyak pesan. Melalui film, orang yang buta

    huruf dapat ikut menikmatinya dibandingkan dengan media cetak. Mimik dalam

    film dapat diperlihatkan dengan jelas dengan melakukan big close up pada wajah.

    Begitu juga dengan gerak-gerik dan teknik suara yang diperlihatkan. Film

    merupakan media yang paling banyak menampilkan lambang untuk menunjang

    penyampaian pesan.24

    2. Klasifikasi Film

    Film dapat diklasifikasikan berdasarkan genre, yang di antaranya:25

    a. Aksi

    Film bergenre aksi merupakan film yang berisi adegan-adegan fisik

    adegan menegangkan dan adegan berbahaya dengan tempo yang cepat.

    Film aksi menayangkan adegan perkelahian, tembak-menembak, balapan,

    ledakan serta aksi-aksi fisik lainnya. Dalam film ini, umumnya tokoh

    protogonis berperan sebagai penegak hukum seperti polisi, detektif, agen

    pemerintah, tentara dan sebagainya. Film aksi banyak menggunakan

    karakter laki-laki sebagai tokoh utama dan sasaran penonton juga

    ditujukan untuk laki-laki.

    23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya

    Bakti, 2003) h. 209. 24 Amura, Perfilman di Indonesia dalam Era Orde Baru, (Jakarta: Lembaga Komunikasi

    Massa Islam di Indonesia, 1989), h. 136-137. 25 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 13-20.

  • 28

    b. Drama

    Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, karakter

    serta suasana yang sesuai dengan kehidupan nyata. Tema-tema film ini

    mengangkat isu-isu sosial di masyarakat seperti ketidakadilan, kekerasan,

    dikriminasi, penyakit, kemiskinan, poiltik, dan sebagainya. Cerita dari film

    drama kerap kali merupakan cerita yang diadaptasi dari novel, puisi,

    biografi dan karya sastra lainnya. Film drama dapat ditonton oleh semua

    kalangan namun biasanya tertuju pada kalangan penonton seperti keluarga,

    remaja dan anak-anak.

    c. Epik Sejarah

    Film epik sejarah menceritakan tentang peristiwa sejarah masa

    lampau dengan latar sebuah kerajaan yang menjadi mitos ataupun legenda.

    Film kolosal ini menggunakan setting mewah, megah dan menampilkan

    berbagai kostum yang unik, perlengkapan perang, seperti pedang, tombak,

    kereta kuda, panah dan sebagainya. Tokoh utama dalam film ini biasanya

    merupakan sosok yang gagah dan disegani oleh lawannya.

    d. Fantasi

    Film fantasi ialah film yang menampilkan peristiwa, tempat, serta

    karakter yang tidak nyata. Film ini berhubungan dengan mitos, dongeng,

    imajinasi, halusinasi serta alam mimpi. Cerita dari film ini banyak

    mengadaptasi kisah 1001 malam, dan mitos dewa-dewi Yunani. Genre ini

    biasanya juga berhubungan dengan fiksi ilmiah, petualangan, supernatural,

    dan horror. Film fantasi ditujukan untuk penonton remaja dan anak-anak,

    namun mampu juga memikat kalangan dewasa.

  • 29

    e. Fiksi Ilmiah

    Film fiksi ilmiah berhubungan dengan teknologi serta kekuatan

    yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini. Film ini umumnya

    menceritakan tentang masa depan, perjalanan luar angkasa, penjelajahan

    waktu, invasi atau kehancuran bumi. Karakter dari film ini biasanya bukan

    manusia melainkan makhluk asing, robot, monster, hewan purba, dan

    sebagainya. Sasaran penonton film ini bervariasi namun umumnya disukai

    oleh laki-laki.

    f. Horror

    Film horror ialah film yang bertujuan untuk memberikan efek rasa

    takut, kejutan ataupun terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot dari

    film ini yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat

    yang berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.

    Pelaku terror berbentuk menyeramkan yang dapat berwujud manusia,

    makhluk goib, monster, hingga makhluk asing. Film ini memiliki suasana

    yang gelap dengan diiringi oleh musik yang mencekam.

    g. Komedi

    Komedi ialah film yang dibuat untuk membuat penontonnya

    tertawa dan terhibur. Film komedi berisi drama yang melebih-lebihkan

    aksi, situasi, bahasa hingga karakternya. Film komedi dibagi menjadi dua

    jenis yakni komedi situasi dan juga komedi lawakan. Dalam komedi

    situasi, unsur komedi menyatu dengan cerita, sedangkan dalam komedi

    lawakan bergantung pada figur komedian.

  • 30

    h. Kriminal dan Gangster

    Film kriminal umumnya menampilkan aksi-aksi kriminal seperti

    pencurian, perampokan, perjudian, pembunuhan dan lain sebagainya.

    Perseteruan antara pelaku kriminal dan penegak hukum seperti detektif

    swasta, polisi atau pengacara biasanya terdapat dalam film ini. Berbeda

    dengan film bergenre aksi, film ini menampilkan aksi kekerasan yang

    lebih sadis. Latar tempat dalam film ini umumnya mengambil kota-kota

    besar yang padat penduduk.

    i. Musikal

    Film musikal adalah film yang mengkombinasikan unsur musik,

    lagu, tari, dan gerak. Lagu-lagu dan tarian biasanya ditampilkan sepanjang

    film dan menyatu dengan cerita. Penggunaan musik dan lagu beserta

    liriknya ialah untuk mendukung jalannya alur cerita yang umumnya

    berkisah tentang percintaan, kesuksesan serta popularitas. Sasaran dari

    film ini lebih ditujukan untuk keluarga, remaja dan anak-anak.

    j. Petualangan

    Film petualangan ialah film yang mengisahkan tentang perjalanan,

    eksplorasi atau ekspedisi ke suatu wilayah yang belum pernah dikunjungi.

    Film-film ini menampilkan pemandangan atau panorama alam seperti

    hutan rimba, pegunungan, savana, gurun pasir, lautan, serta pulau

    terpencil. Dalam film ini, umumnya menceritakan tentang pencarian

    sesuatu yang berharga seperti harta karun, artefak, emas, berlian dan

    lainnya. Film ini juga dapat berupa penaklukan suatu wilayah atau usaha

    penyelamatan diri dari suatu wilayah tertentu.

  • 31

    k. Perang

    Film perang ialah film yang menampilkan adegan pertempuran

    baik di darat, laut, maupun udara. Berbeda dengan film epik sejarah, film

    ini umumnya menampilkan perang dengan menggunakan kostum,

    peralatan serta perlengkapan dan strategi yang modern mulai dari seragam,

    sepatu, pistol, tank, helikopter, kapal selam dan sebagainya.

    l. Western

    Western ialah film yang berasal dari Amerika. Film ini berisi

    konflik dari pihak yang baik dan juga jahat. Latar tempat dari film ini

    biasanya ialah kota kecil, bar, sungai, pohon kaktus, peternakan, serta

    perkampungan suku Indian. Ciri khas dari film ini dilihat dari karakternya

    seperti koboi, sheriff¸ Indian dan kavaleri yang memiliki perlengkapan

    seperti pistol, senapan, jaket kulit, topi dan sepatu boot. Film ini umumnya

    menampilkan aksi tembak-menembak, berkuda, dan aksi duel.

    3. Jenis-jenis Film

    Berdasarkan sifatnya, film terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut:

    a. Film Cerita

    Film cerita merupakan film yang mengandung suatu cerita yang

    lazim dipertunjukkan di bioskop dengan bintang film yang ternama. Film

    yang bersifat auditif visual disajikan kepada publik dalam bentuk gambar

    dan suara. Film ini dapat membuat penonton tertawa, menangis, marah,

    terharu, tegang dan lain sebagainya dengan cerita yang dapat diambil dari

    kejadian sehari-hari, cerita nyata, sejarah, atau juga khayalan.26

    26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212.

  • 32

    Film cerita memiliki berbagai jenis genre seperti drama, horror,

    perang, fiksi ilmiah, komedi dan sebagainya. Film cerita dapat diartikan

    sebagai pengutaraan cerita atau ide dengan pertolongan gambar-gambar,

    gerak dan suara. Dalam pembuatannya, diperlukan proses pemikiran dan

    proses teknis. Proses pemikiran berupa ide, gagasan, atau cerita,

    sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan

    cerita tersebut menjadi film yang menarik untuk ditonton.27

    b. Film Berita

    Film berita adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar-

    benar terjadi. Dengan adanya TV yang sifatnya auditif visual seperti film,

    maka berita yang difilmkan dapat ditayangkan kepada publik melalui TV

    dengan lebih cepat daripada dipertunjukkan di bioskop yang mayoritas

    diawali film cerita.28

    c. Film Dokumenter

    Istilah dokumenter dipopulerkan oleh John Gierson berkebangsaan

    Prancis yang menyebut karya dari Robert Flaherty, warga Amerika Serikat

    yang berjudul Moana, 1926. Ia mendefinisikan film dokumenter sebagai

    perlakuan kreatif atas peristiwa.29 Film dokumenter menitikberatkan pada

    fakta atau peristiwa yang sedang terjadi. Film dokumenter berkisar pada

    hal-hal yang merupakan perpaduan manusia dan alam.30

    d. Film Kartun

    27 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT Grasindo 1996), h. 10-13. 28 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212. 29 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 14. 30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 214.

  • 33

    Film kartun menitikberatkan pada seni lukis. Ditemukannya

    sinematografi membuat para pelukis memiliki gagasan unutuk

    menghidupkan lukisan-lukisannya. Lukisan tersebut dapat menjadi

    menarik karena dapat memegang peran apa saja yang tidak dapat

    diperankan oleh manusia. Tokoh dalam film kartun dapat menjadi ajaib

    seperti terbang, menghilang, menjadi besar atau kecil secara tiba-tiba.31

    4. Struktur Film

    Semua film memiliki struktur yang berguna untuk membagi segmentasi

    plot film secara sistematik. Struktur fisik film terbagi menjadi shot, adegan dan

    juga sekuen:32

    a. Shot

    Shot dapat diartikan berdasarkan dua bagian yakni saat produksi

    berlangsung dan pasca produksi. Shot selama produksi ialah proses

    perekaman gambar dari mulai kamera roll atau aktif hingga kamera

    dihentikan. Shot saat produksi biasa disebut dengan take atau pengambilan

    gambar. Sementara shot pasca produksi ialah suatu rangkaian gambar utuh

    yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar. Shot merupakan unsur

    terkecil dari film karena dapat berdurasi kurang dari satu detik, namun bisa

    beberapa menit atau bahkan jam. Sekumpulan shot dapat menjadi sebuah

    adegan dimana satu adegan memiliki belasan hingga puluhan shot.

    b. Adegan (Scene)

    Adegan adalah suatu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang

    memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan. Suatu adegan diikat

    31 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 216. 32 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.

  • 34

    oleh waktu, cerita, tema, karakter atau motif. Dalam sebuah film, biasanya

    tediri dari tiga puluh hingga lima puluh adegan dan dalam satu adegan

    terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan.

    c. Sekuen

    Sekuen adalah suatu bagian dari sebuah film yang memperlihatkan

    satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen dikelompokkan

    berdasarkan satu periode, lokasi, atau satu rangkaian aksi panjang yang

    terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Sebuah film cerita

    biasanya terdiri dari delapan hingga lima belas sekuen.

    5. Unsur-Unsur Film

    Dalam memproduksi sebuah film, diperlukan orang-orang yang bekerja

    untuk membuat dan mengemas film tersebut sehingga layak untuk ditonton.

    Unsur-unsur film tersebut di antaranya:33

    a. Sutradara

    Sutradara ialah orang tertinggi dalam sebuah film dari segi artistik.

    Ia memimpin sebuah film dari segi apa yang dilihat oleh penonton.

    Sutradara bertanggung jawab untuk mengarahkan dialog dan akting,

    mengontrol posisi kamera, pencahayaan, suara dari awal produksi hingga

    tahap penyelesaian.

    b. Penulis Skenario

    Penulis skenario ialah orang yang memiliki keahlian untuk

    menuangkan sebuah film dalam bentuk tertulis. Ia bertugas untuk

    33 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 34-80.

  • 35

    menjabarkan gagasan, jalan cerita, perwatakan dan bahasa. Ia menyusun

    dialog ke dalam bahasa yang hidup dan sesua dengan karakter para tokoh.

    c. Penata Fotografi

    Penata fotografi atau yang biasa dikenal dengan cameraman ialah

    orang yang bertugas untuk menentukan jenis-jenis shot bersama dengan

    sutradara. Ia menentukan jenis lensa, filter, diafragma dan mengatur lampu

    untuk mendapatkan efek pencahayaan yang diinginkan.

    d. Penyunting / Editor

    Editor atau penyunting ialah orang yang bertugas menyusun

    gambar-gambar dan suara dari hasil syuting untuk membentuk cerita. Ia

    dapat memotong, menyempurnakan dan membentuk kembali gambar dan

    suara tersebut untuk mendapatkan isi yang diinginkan dalam setiap bagian

    dan film secara keseluruhan.

    e. Penata Artistik

    Penata artistik ialah orang yang menentukan setting dari sebuah

    film. Setting ialah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film.

    f. Penata Suara

    Penata suara bertugas untuk merekam suara baik di lapangan

    maupun di studio. Selain itu, seorang penata suara bertugas mengolah

    materi suara dari berbagai sistem rekaman.

    g. Penata Musik

    Penata musik ialah orang yang bertanggung jawab untuk menata

    paduan bunyi yang berfungsi untuk menambah nilai dramatik seluruh

    cerita film.

  • 36

    h. Pemeran

    Pemeran ialah orang yang memainkan peran dari tokoh dalam

    sebuah film. Ia melakukan proses penokohan, menyajikan penampilan,

    seperti cara bertingkah laku, ekspresi emosi, mimik, gerak-gerik, dan cara

    berdialog sebagai tokoh yang diperankan.

    D. Konsep Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

    1. Hak dan Keistimewaan Orang Tua

    Secara umum, khususnya di Indonesia, hak dan kewajiban orang tua dan

    anak dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

    Perkawinan. Pada Bab X yang berjudul Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan

    Anak, pasal 46 butir 1 disebutkan bahwa anak wajib menghormati orang tua dan

    mentaati kehendak mereka yang baik. Kemudian pada butir ke 2 disebutkan

    bahwa jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya,

    orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan

    bantuannya.34

    Kemudian di dalam Islam, Allah SWT memberi wahyu kepada nabi untuk

    menghormati kedua orang tua yakni dengan mengetahui hak-hak orang tua. Orang

    tua memiliki dua hak, yang pertama ketika masih hidup, seorang anak wajib taat

    dan patuh. Kemudian yang kedua ketika sudah meninggal, seorang anak wajib

    mendoakan keduanya.35

    34 Martiman Prodjohaamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal

    Center Publishing, 2011), cet. Ke-3, h. 84. 35 Jejen Musfah, Bahkan Tuhan Pun Bersyukur; Memahami Rahasia Hati, (Jakarta: Hikmah,

    2003). h. 65.

  • 37

    Berbakti kepada kedua orang tua ialah hak kedua orang tua yang

    dilaksanakan oleh seorang anak selama perintah dari orang tua tidak untuk

    melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT. Seorang anak diperbolehkan

    untuk melawan perintah orang tua apabila perintah tersebut menyimpang dari

    ajaran-ajaran Islam.36

    Setiap orang tua memiliki keistiewaan dan kemuliaan yang dikaruniai oleh

    Allah SWT. yang diantaranya ialah:37

    a. Taat Orang Tua sama dengan Taat Allah

    Orang tua ialah orang yang mulia, maka setiap kehendaknya

    menjadi istimewa. Allah memerintahkan setiap manusia untuk taat kepada

    orang tua selama ketaatan itu tidak melanggar aturan dan ketentuan Allah.

    b. Ridha Allah sama dengan Ridha Orang Tua, dan Murka Allah sama

    dengan Murka Orang tua

    ِ َعْبدِ َوَعنْ ُ َرِضيَ - ُعَمرَ ْبنِ للََاَّ ِ اَلنَّ َعنْ , -َعْنُهَما للََاَّ عليه هللا صلى بِيٍّ

    ِ ِرَضا :قَالَ وسلم ِ َوَسَخطُ , اَْلَواِلَدْينِ ِرَضا فِي للََاَّ اَْلَواِلَدْينِ َسَخطِ فِي للََاَّ

    Artinya:

    “Dari Abdillah bin Amr bin Ash’ radliallahu ‘anhuma dikatakan

    bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ridha Allah

    ada pada ridha orang tua dan murka Allah juga ada pada murka orang tua.”

    HR Tirmidzi.38

    Allah memerintahkan manusia untuk taat dan tidak mendurhakai

    orang tua. Meski seseorang telah taat dan bersyukur kepada Allah belum

    cukup jika tidak taat dan bersyukur kepada orang tua.

    36 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani

    Press, 1992), h. 14. 37 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015),

    h. 40-52. 38 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi,

    Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Keutamaan Keridhaan Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 646.

  • 38

    c. Melaknat Orang Tua Sama dengan Melaknat Diri Sendiri

    Laknat, cacian atau celaan seorang anak yang ditujukan kepada

    orang tua merupakan dosa besar yang dapat mendatangkan laknat dari

    Allah SWT.

    d. Doa Orang Tua sama dengan Doa Nabi

    Doa orang tua ialah salah satu doa yang mustajab yang ditrangkan

    dalam hadits

    َوَدْعَوةُ اْلُمَسافِرِ َوَدْعَوةُ اْلَمْظلُْومِ َدْعَوةُ فِْيِهنَّ َشكَّ الَ ُمْستََجابَات َدَعَوات ثاَلَثُ

    َولَِدهِ َعلَى اْلَواِلدِ

    “Ada tiga doa yang akan dikabulkan oleh Allah dan tidak ada keraguan

    padanya; doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang

    tua kepada anaknya.” HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.39

    e. Orang Tuamu sama dengan Surga dan Nerakamu

    Orang tua ialah sosok yang berpengaruh terhadap usaha seorang

    anak untuk masuk surga. Berbakti dan menaati kedua orang tua ialah sebab

    dekatnya seorang anak memasuki surga.

    2. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua

    Berbakti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata Bakti

    yang berarti pernyataan tunduk dan hormat. Imbuhan ber di awal kata bakti berarti

    berbuat sehingga berbakti berarti berbuat bakti.40 Berbakti kepada kedua orang tua

    merupakan perbuatan yang harus diutamakan oleh setiap orang. Beberapa

    keutamaan berbakti kepada Kedua Orang tua antara lain:41

    39 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi,

    Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Doa Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 648.

    40 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahas; Edisi Keempat, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 123.

    41 Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Birrul Walidain; Berbakti kepada Kedua Orang Tua, (Jakarta: Darul Qolam, 2002), h. 27-36.

  • 39

    a. Amal yang Paling Utama

    Berdasarkan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang

    disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman

    Abdullah bin Mas’ud radliallahu ‘anhu:

    Artinya:

    “Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku bertanya kepada nabi

    shalllallahu ‘alaihi wasallam tentang amal-amal yang paling utama dan

    dicintai Allah? Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Pertama

    sholat pada waktunya, kedua, berbakti kepada kedua orang tua. Ketiga,

    jihad di jalan Allah’.” (HR Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari

    2/9).42

    Dari hadits ini dapat diketahui bahwa perbuatan berbakti kepada

    kedua orang tua merupakan amal yang paling utama setelah melaksanakan

    sholat pada waktunya.

    b. Ridha Allah tergantung kepada Ridha Orang Tua

    Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul

    Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim dan Imam Tarmidzi dari sahabat Abdillah

    bin Amr dikatakan:

    ِ َعْبدِ َوَعنْ ُ َرِضيَ - ُعَمرَ ْبنِ للََاَّ ِ اَلنَّ َعنْ , -َعْنُهَما للََاَّ عليه هللا صلى بِيٍّ

    ِ ِرَضا :قَالَ وسلم ِ َوَسَخطُ , اَْلَواِلَدْينِ ِرَضا فِي للََاَّ اَْلَواِلَدْينِ َسَخطِ فِي للََاَّ

    Artinya:

    “Dari Abdillah bin Amr bin Ash’ radliallahu ‘anhuma dikatakan

    bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ridha Allah

    42 Ibrahim Al-Abyari, Tarjamah Shahih Bukhari, Penerjemah Zeid Husein Al-Hamid.

    (Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t.), h. 221.

  • 40

    ada pada ridha orang tua dan murka Allah juga ada pada murka orang tua.”

    HR Tirmidzi.43

    c. Menghilangkan Kesulitan yang Dapat Dialami

    Perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah dilakukan

    dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika seseorang berada

    dalam kesulitan. Dengan bertawassul, kesulitan itu insya Allah akan

    hilang.

    d. Diluaskan Rezeki dan Dipanjangkan Umur

    Orang yang berbakti kepada orang tua akan diluaskan rezeki dan

    dipanjangkan umur. Berdasarkan hadits yang disepakati oleh Bukhari dan

    Muslim, dari sahabat Anas Radliallahu ‘anhu bersabda:

    فِى أَثَِرِه فَْليَِصْل َرِحَمهُ َمْن أََحبَّ أَْن يُْبَسَط لَهُ فِى ِرْزقِِه، َويَْنَسأَ لَهُ

    Artinya:

    “Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan

    umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi. (HR Bukhari

    7/72, Muslim 2257, Abu Dawud 1693)”44

    Silaturahmi kepada kedua orang tua wajib didahulukan sebelum

    silaturahmi kepada orang lain.

    e. Dimasukkan ke surga

    Anak yang berbuat baik kepada orang tua akan dimasukkan oleh

    Allah Subhanahu wa Ta’ala ke surga. Seorang anak yang berbuat baik

    43 Abu Isa Muhammad bin Isa