ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI DAN...
Transcript of ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI DAN...
ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI DAN INDEKS
SYARIAH TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH
REKSADANA SYARIAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Ahmad Mursyidin
NIM : 105081002556
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
i l I ' U 1. ,^^J^ Al^ OE n;^, ' r^a 4Cr{4 r-J^--- : -ur . r t . I r . UUO|luo l rV. Jvt vrPutOi r4t4 t ruvi lVl td
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDEYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
Teip : (02-2i-7ae$18,7496006,Fax(62-2i17436006)'vVebsiie : www.uiniki.ac.iri emaii : [email protected] / [email protected]
' ^ ,- i wwwxwe *-?e*:!?H!e:an:1
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa
NIM
Jurusan
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi adalah hasil karya saya sendiri yang merupakanhasil penelit ian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupa.kan replikasimaupun saduran dari hasil karva atau hasil penelit ian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi-maka skripsi dianggap gugui'dan hai'usmelakukan penelit ian uiang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta geiarni/adibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian harimenjadi tanggung jawab saya.
Jakarta,
Ahmad Mursyidin
105081002556
Manajemen
Ahmad Mursyidin
10 Juli 2010
ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI DAN INDBKS
SYARIAH TERHADAP NILAI AKTIVA BBRSIH
REKSADANA SYARIAH
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
' Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi.
Oleh :
Ahm:rd l \{ursyit l in
NIM : 10508 100255()
Di Barvah Bimbingan
Pembimbing I
---^\ z'(a-0/Dq
!raf. Dr. Ahmad Rodoni. MM
Pembimbing II
-44 o{ffIwfrt'
\T\ VIndo Yama NaHudin. SE.. MAB
NIP : 19690203 200i 12 1003 NIP : 19741127 2}01t21nn?
JURUSAN MAIIAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAH
JAKARTA
r43t H/20r0 M
t-.lari ini Selasa Tanggal 16 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukanUjian komprenhenslf atas nama Ahmad Mursyidin NIM : 105081002556 dengan
3riaut st<ripsi *AIrtALIsIs VARIABEL MAKROEKoNOMI DAN INDEKS-SYANIATT
TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANASYARIAH".Memperhatikan penampilan Mahasiswa tersebut seiama ujian
berlangsung. maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satttt syarat untukrircniperoteh sarjanq Ekononri pada Jurusan Manajurlcn I:akultas [konorni dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iakarta. l6 Juni 2009
Tim llenguii Uiian Komnrehensif
Kelua
PengujiAhli
Sekretalis
Hari ini Kamis Tanggal l7 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh tetah dilakukanUjian S*ripsi atas nama Ahmad Mursyidin NIM : 105081002556 dengan judulSkripsi SANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI DAN INDEKSSYARIAH TERIIADAP NILAI AKTTVA BERSIH REKSADAFIASYARlAHoo.Memperhatikan penampilan Mahasiswa tersebut selama ujianberlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untukmemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomidan Bisnis Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. l7 Juni 2010
Tim Pensuii Uiian Skripsi
(7/
k-# <'dlIndo Yama Nasarudin. SE..MAB
Sekretaris
[e\sTiti Dewi Warninda" SE., pI.Si
Penguji Ahli II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MMKetua
n
(v' Amalia" SE., MM
Penguji Proposal Skripsi
Penguji Ahli I
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Ahmad Mursyidin 2. Tempat & Tgl. Lahir : Bogor, 8 Desember 1986 3. Alamat : Jl. Kencana 1 No. 53 RT 003/002 Kel.
Kencana Kec. Tanah Sareal Bogor 16167 4. Telepon/Hp : 0251 7532932 / 085697387370 5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN 1. Tahun 1992-1998 : MI NURUL AMAL BOGOR 2. Tahun 1998-2001 : SLTP NEGERI 16 BOGOR 3. Tahun 2001-2004 : SMU NEGERI 6 BOGOR 4. Tahun 2005-2010 : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun 1998-2000 : Anggota PMR di SLTPN 16 Bogor 2. Tahun 2002-2003 : Anggota OSIS di SMUN 6 Bogor 3. Tahun 2002-2004 : Anggota ROHIS di SMUN 6 Bogor
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Januari -Mei 2005 : Pegawai Restoran Soto Ambengan Pak Sadi Juanda Jakarta Pusat
2. Agustus-September 2008 : Magang di PT Parama Mega Jaya Serpong Tangerang
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Kosasih (Alm) 2. Tempat & Tgl. Lahir : Bogor, 13 Oktober 1953 3. Alamat : - 4. Telepon : 0251 7532932 5. Ibu : HJ Nurhasanah 6. Tempat & Tgl. Lahir : Bogor, 15 Januari 1958 7. Alamat : Kencana 1 No 53 RT 003/002 Kel kencana,
Kec. Tanah Sareal Bogor 16167 8. Anak Ke dari : Ketujuh dari Tujuh Bersaudara
ii
ABSTRACT
This research purpose to analyze influence the variables macroeconomics and syariah index toward net asset value syariah mutual funds until January 2005-February 2008 period. Variables this research is exchange rate rupiah toward US Dollar, inflation, SWBI and JII. This research uses path analyze approach, the meaning is for to analysis direct and indirect influence of eksogen variable to endogen variable, after doing the tests, the result is showing that all eksogen variables influence significan toward net asset value syariah mutual funds,where is for the exchange rate have value of direct influence in the amount of 9,79 % and indirect influence in the amount of -11,79% (with total influence in the amount of -1,99%), for the inflation have value of direct influence in the amount of 26,72 % and indirect influence in the amount of 8,00 % (with total influence in the amount of 34,73%), for the SWBI have value of direct influence in the amount of 6,76 % and indirect influence in the amount of -11,30% (with total influence in the amount of -4,54%), while is for the JII have value of direct influence in the amount of 48,58 % and indirect influence in the amount of -7,04 % (.with total influence in the amount of 41,54%). Compare of total influnce its four variables, the have influence more dominant toward net asset value syariah mutual funds is JII.
Keywords : Exchange rate of rupiah to US Dollar, Inflation, SWBI, JII, and Syariah mutual Funds
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh variabel makroekonomi dan indeks syariah terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah selama periode Januari 2005-Februari 2008. Variabel pada penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII.Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis jalur, maksudnya yaitu untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak lansung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen. Setelah dilakukan pengujian, hasil tersebut menunjukan bahwa semua variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah, dimana untuk nilai tukar rupiah memilki nilai pengaruh langsungnya sebesar 9,79% serta pengaruh tidak langsungnya sebesar –11,79% (pengaruh total sebesar -1,99%) , untuk inflasi memilki nilai pengaruh langsung sebesar 26,72% dan pengaruh tidak langsungnya sebesar 8,00% (pengaruh total sebesar 34,73%), untuk SWBI memilki nilai pengaruh langsung sebesar 6,76% dan pengaruh tidak langsungnya sebesar –11,30% (pengaruh total sebesar -4,54%), sedangkan untuk JII memilki nilai pengaruh langsung sebesar 48,58% dan pengaruh tidak langsungnya sebesar –7,04 % (pengaruh total sebesar 41,54%). Jadi dengan membandingkan pengaruh total dari empat variabel tersebut, yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah adalah JII.
Kata kunci : Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar, Inflasi, SWBI dan NAB Reksadana Syariah
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih
jauh dari sempurna. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada
junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya
kehidupan bagi umat, keluarga dan sahabatnya.
Skripsi ini di susun untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
rangka menyelesaikan studi jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “ Analisis Variabel Makroekonomi
dan Indeks Syariah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”.
Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, baik moril
maupun materil. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Orang tuaku, Ibunda tercinta yang tak pernah berhenti mengiringi langkahku
dengan doanya yang penuh keikhlasan,yang tak pernah letih menguatkanku
dengan nasehat-nasehat bijaknya disaat ku lemah dan membuat ku tegar dalam
menghadapi semua cobaan yang diberikan Allah SWT serta menjadi teladan
bagi penulis untuk memamahi arti kesabaran dan kekhilasan.
2. Ahmad Fahmi, Khodijah, Robiatul Hasanah, Maulidah, Nuriah dan wafi adalah
Kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat dan dukungannya bagi
penulis dalam mengerjakan skripsi ini sampai akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan.
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEB.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembimbing I dan Pudek Akademik,
yang telah memberikan bimbingan, tuntunan, motivasi, pengarahan yang luar
biasa kepada penulis, serta menyempatkan waktunya untuk membaca dan
mengkoreksi skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
v
Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala kebaikannya dengan sebaik-
baiknya balasan.
5. IndoYama Nasarudin, SE., MAB, selaku Pembimbing II dan Ketua Jurusan
Manajemen yang banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan banyak ilmu-ilmu
baru, serta dukungannya yang tak henti memberi semangat kepada penulis,
semoga Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.
6. Untuk Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, staff akademik, karyawan dan petugas perpustakaan terimakasih
semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya.
7. Sahabat–sahabat seperjuangan di Manajemen 2005, Andrie Setiadi, Yusup,
Yeni, Uyet, Marcos, Wahyu Ariadi, Jumita, Nina, Ina, Mia, Dahlan, Ridwan,
M. Wirawan, Rully Ahmad, Reza Okta, Fauzi, Enny, Ana, Iin Purwaningsih
dan sahabat – sahabat semua yang penulis tidak sebutkan satu per satu, tanpa
mengurangi rasa persaudaraan kita penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya dan memohon maaf apabila selama ini penulis banyak
kesalahan dan kekurangan. Semoga persahabatan kita tetap dijaga oleh Allah
SWT.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua yang membaca, amien.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... i
Abstract ........................................................................................................... ii
Abstrak ............................................................................................................ iii
Kata Pengantar ............................................................................................... iv
Daftar Isi ......................................................................................................... vi
Daftar Tabel .................................................................................................... x
Daftar Gambar ................................................................................................ xi
Daftar Lampiran .............................................................................................xii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .........................................................................13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................13
1. Tujuan Penelitian ..........................................................................13
2. Manfaat Penelitian ........................................................................14
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi ............................................................................................15
1. Pengertian Investasi .......................................................................15
2. Jenis Investasi ...............................................................................16
3. Dasar Hukum Investasi Syariah .....................................................17
B. Reksadana .........................................................................................20
1. Pengertian Reksadana ...................................................................20
vii
2. Pengertian Reksadana Syariah .......................................................20
3. Pelaku Reksadana Syariah ..............................................................22
4. Proses Investasi Reksadana Syariah ...............................................23
5. Jenis-jenis Reksadana .....................................................................25
6. Mekanisme Kerja Reksadana .........................................................31
7. Alokasi Biaya Reksadana ..............................................................32
8. Keunggulan Manfaat Investasi di Reksadana ..................................34
9. Risiko Investasi di Reksadana ........................................................35
C. Nilai Tukar Mata Uang ....................................................................36
1. Teori Kurs .....................................................................................37
2. Sistem Nilai Tukar ........................................................................39
D.Inflasi ................................................................................................41
1. Penggolongan Inflasi .....................................................................42
2. Pengukuran Inflasi .........................................................................43
E. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) ........................................43
F. Jakarta Islamic Indeks (JII) ................................................................44
G. Nilai Aktiva Bersih ...........................................................................47
H. Hubungan Antara Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen .........48
I. Penelitian Terdahulu ...........................................................................52
J. Kerangka Pemikiran ...........................................................................59
K.Hipotesis ............................................................................................60
viii
Bab III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................62
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................62
C. Metode Pengumpulan Data ...............................................................63
D. Metode Analisis ................................................................................64
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................72
Bab IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................73
1. Pasar Modal Syariah ......................................................................73
2. Tentang Reksadana Syariah ...........................................................76
B. Penemuan dan Pembahasan ...............................................................78
1. Analisa Deskriptif ........................................................................78
2. Analisa Regresi Jalur......................................................................86
3. Gambar Diagram Jalur ..................................................................94
4. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, Pengaruh
Total ..............................................................................................96
C.Interpretasi…………………………………………………………..101
ix
Bab V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .................................................................................... 103
B. Implikasi …………………………………………………………..104
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 106
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………….111
x
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan
2.1 Karakteristik Reksadana .................................................................30
2.2 Kesimpulan Hasil Penelitian Terdahulu ...........................................56
3.1 Operasional Variabel Penelitian ......................................................72
4.1 Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar .................................78
4.2 Data Tingkat Inflasi ........................................................................80
4.3 Data Tingkat Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ..............................82
4.4 Data Tingkat Jakarta Islamic Indeks ................................................83
4.5 Data NAB Reksadana Syariah ........................................................85
4.6 Hasil Koefisien Determinasi ...........................................................86
4.7 Uji F Regresi ...................................................................................87
4.8 Uji t Regresi ...................................................................................88
4.9 Hasil Pengujian Secara Parsial ........................................................90
4.10 Hasil Korelasi .................................................................................91
4.11 Analisis Korelasi Variabel Eksogen .................................................94
4.12 Total Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap NAB Reksadana
Syariah ............................................................................................96
4.13 Total Pengaruh Inflasi Terhadap NAB Reksadana Syariah .................97
4.14 Total Pengaruh SWBI Terhadap NAB Reksadana Syariah .................98
4.15 Total Pengaruh JII Terhadap NAB Reksadana Syariah ......................99
4.16 Total Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SWBI, dan JII
Terhadap NAB Reksadana Syariah ............................................... 100
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan
2.1 Skema Elemen Reksadana Syariah ...................................................22
2.2 Mekanisme Kerja Reksadana ...........................................................31
2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................60
4.1 Diagram Jalur Penelitian Setelah Proses Regresi dan Korelasi .........95
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan
1 Output Regresi dan Korelasi Berdasarkan SPSS .................. 111
2 Data Mentah Masing-masing Variabel ................................ 113
3 Data Setelah di LOG kecuali Inflasi dan SWBI masing-
masing dibagi 12 Setiap Bulannya ...................................... 114
4 Daftar Produk Reksadana Syariah Periode Januari sampai
Februari 2008 ..................................................................... 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pasar modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bias diperjual belikan, baik dalam
bentuk hutang maupun modal sendiri. Pasar modal indonesia dalam beberapa
tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya
ditandai dengan berkembangnya secara pesat reksadana berbentuk Kontrak
Investasi Kolektif (KIK) di pasar modal indonesia. Dalam perkembangannya,
telah hadir reksadana syariah yang dimaksudkan untuk memberikan alternatif
investasi yang lebih luas terutama para pemodal muslim. Dapat dijadikan
catatan bahwa kemunculan reksadana syariah di indonesia yang domotori oleh
Danareksa Syariah terbitan dari PT Danareksa Investment Management tanggal
25 Juni 1997 merupakan cikal bakal kemunculan pasar modal syariah (Yoga
Saltian, 2006:1).
Lahirnya reksadana merupakan suatu pemecahan baru terhadap wahana
investasi dimana seorang pemodal dapat mengimplementasikan prinsip
diversifikasi, “don’t put all your eggs into one basket”, tanpa harus mempunyai
modal yang relatif besar, pengetahuan yang cukup dan tidak perlu
mengorbankan waktu untuk memilih dan mengawasinya terus-menerus untuk
memperhatikan kondisi dan perkembangan pasar. Per definisi,. Reksadana
(mutual fund) adalah perusahaan investasi yang mengelola investasi saham,
2
obligasi, dan lain-lainnya, dengan menerbitkan surat berharga tersendiri yang
ditujukan kepada para investor, sehingga para investor tersebut tidak perlu lagi
melakukan investasi langsung terhadap berbagai surat berharga yang
diperdagangkan di bursa efek tetapi cukup membeli surat berharga yang
diterbitkan reksa dana tersebut (www.jurnal-ekonomi.org).
Reksadana sendiri sebagai produk adalah cukup sederhana dan menarik.
Sederhana karena produk merupakan dalam bentuk sertifikat yang terdiri dari
berbagai instrumen pasar modal dan pasar uang. Pengetahuan yang baik
mengenai kondisi perusahaan-perusahaan akan menjadikan sertifikat reksa
dana sangat menguntungkan bagi calon investor yang tidak harus memilih
hanya saham-saham tertentu. Begitupun, dalam situasi bursa efek yang
berkepanjangan mengalami depresi, banyak sekali kalangan yang melihat reksa
dana sebagai “resep” untuk membuat bursa menjadi bullish kembali. Fenomena
maraknya produk reksadana ini tidak bisa ditutup-tutupi dan yang paling
menonjol dari perkembangan industri reksadana adalah semakin banyaknya
jumlah produk reksadana. Jadi, bukan tidak mungkin krisis perbankan justru
bukan bencana bagi industri reksadana malah sebaliknya merupakan blessing
in disguise. Data memperlihatkan sejak 1996 sampai dengan bulan April 2003
produk reksadana tumbuh pesat dan terus mengalami pertumbuhan yang
signifikan. Setiap tahun rata-rata muncul lebih dari 18 reksadana baru yang
akan semakin memberikan banyak pilihan investasi bagi masyarakat pemodal
(www.bi.go.id).
3
Jenis reksadana itu sendiri cukup banyak, seperti reksadana pendapatan
tetap yang 80 persen portofolio investasinya pada efek yang berbentuk surat
utang seperti obligasi, reksadana pasar uang yang portofolio investasinya pada
jenis instrumen pasar uang seperti SBI, reksadana saham yang portofolio
investasinya terdiri dari saham dan reksadana campuran yang instrumen
investasinya bisa berbentuk saham dan obligasi atau dikombinasikan dengan
instrumen lainnya (www.pkes.org).
Satu bentuk investasi syariah adalah reksadana syariah. Saat ini,
reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang
ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan
alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak
melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional
perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dasar hukum reksadana syariah ialah Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal dan menurut fatwa DSN-MUI NO: 20/DSN-
MUI/IV/2001 Tentang reksadana Syariah yaitu: “Reksadana syariah ialah
Reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syari’ah Islam, baik
dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/ Rabb
al Mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara
Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi
(Burhanuddin Susanto, 2009: 73).
4
Reksadana syariah yang juga sering disebut dengan istilah Islamic
Investment Fund atau Syariah Mutual Fund merupakan lembaga intermediari
(intermediary) yang membantu surplus unit melakukan penempatan dana untuk
selanjutnya diinvestasikan kembali (reinvestment). Selain untuk memberikan
kemudahan bagi calon investor untuk berinvestasi di pasar modal maka
pembentukan Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund juga
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan
keuntungan dari sumber dan mekanisme investasi yang bersih dan dapat
dipertanggungjawabkan secara religius serta tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah, misalnya tidak diinvestasikan pada saham-saham atau
obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan
dengan syariat Islam. Seperti pabrik makanan/minuman yang mengandung
alkohol, daging babi, rokok dan tembakau, jasa keuangan konvensional, serta
bisnis hiburan yang berbau maksiat (MUI, 2001).
Perbedaan yang paling nampak dari operasional reksadana syariah
dengan reksadana konvensional adalah proses screening dalam mengkonstruksi
portofolio. Filterasi menurut prinsip syariah akan mengeluarkan saham yang
memiliki aktivitas haram. Proses cleansing atau filterasi terkadang juga
menjadi ciri tersendiri, yaitu membersihkan pendapatan yang dianggap
diperoleh dari kegiatan haram, dengan membersihkannya sebagai charity
(Yoga Saltian, 2006:2).
Di Indonesia sekarang ini, proses screening terhadap produk saham
yang berprinsip syariah sudah tidak terlalu sulit lagi, karena sudah ada indeks
5
saham berbasis syariah yaitu Jakarta Islamic Indeks (JII), yang dapat
mempermudah pemilihan saham dan pengukuran kinerja investasi berbasis
syariah. Selain itu instrumen pasar modal syariah lainnya yang sudah mulai
marak adalah obligasi syariah, sedangkan pasar uang syariah sudah lebih
dahulu berkembang dipelopori dengan pendirian bank berbasis syariah dengan
nama Bank Muamalat.
Kegiatan investasi yang bernafaskan Islam khususnya reksadana akan
menarik, terutama karena memberi keyakinan bahwa kegiatan investasi juga
merupakan sebentuk kegiatan muamalah (keperdataan) dalam Islam. Reksadana
syariah ini dapat dijadikan salah satu alternatif masyarakat Indonesia yang
mayoritas muslim untuk ikut serta dalam kegiatan pasar modal dengan cara yang
halal, sesuai syariat agama. Mengingat hal tersebut, Indonesia jelas merupakan
pasar potensial untuk tumbuhnya investasi yang bersifat islam seperti reksadana
syariah.
Pertumbuhan dan perkembangan reksadana syariah mengalami
kenaikan cukup pesat. Hal ini terlihat dari data statistik bahwa sampai dengan
tahun 2003 hanya ada tiga reksadana syariah dimana satu diantaranya efektif
pada tahun yang sama, sedangkan pada tahun 2004 terdapat sebanyak tujuh
reksadana syariah baru dinyatakan efektif, sehingga sampai dengan akhir tahun
2004 secara kumulatif terdapat sepuluh reksadana syariah telah ditawarkan
kepada masyarakat atau meningkat sebesar 233,33 persen jika dibandingkan
dengan tahun 2003 yang hanya terdapat tiga reksadana syariah dengan total
Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp 168,11 M (www.reksadanasyariah.net).
6
Harus diakui bahwa sampai dengan akhir tahun 2004, total (NAB) reksa
dana syariah baru mencapai Rp. 525,97 Milyar (0,51%) dari total NAB industri
reksadana di pasar modal Indonesia yaitu sebesar Rp. 1,04 Trilyun. Namun jika
dibandingkan dengan NAB reksadana syariah sampai dengan tahun 2003,
maka terlihat meningkat sebesar 312,872% yaitu dari Rp 168,11 Milyar pada
akhir tahun 2003 menjadi Rp.525,97 M pada akhir tahun 2004
(www.reksadanasyariah.net).
Pada tahun 2008, NAB reksadana syariah diterpa krisis turun hingga
17,72 % dibandingkan 2007. Jika pada tahun 2007 NAB reksadana syariah
mencapai Rp 2,20 triliun maka pada tahun 2008 turun menjadi hanya Rp 1,814
triliun (www.kilasberita.com). Meskipun sempat turun nilai NAB di tahun
2008, namun hal itu tidak berlangsung lama karena pada tahun 2009 reksadana
yang mencatat persentase pertumbuhan paling fantastis adalah reksadana
syariah. Reksadana syariah berhasil tumbuh hingga 283% selama periode
Januari-Mei 2009, dimana pada bulan Januari tercatat dana kelolaan sebesar Rp
769,78 M menjadi Rp 2,946 triliun di bulan mei 2009 (www.vibiznews.com).
Perkembangan reksadana syariah tidak terlepas dari berbagai macam
faktor yang mendasari. Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi perkembangan reksadana syariah baik secara positif
maupun negatif. Variabel yang dapat digunakan untuk menganalisis
perkembangan reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari
reksadana syariah tersebut.
7
Investasi di reksadana syariah merupakan aktivitas investasi yang juga
akan dihadapkan pada berbagai macam risiko yang seringkali sulit
diprediksikan oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan risiko yang
akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi
yang bersifat fundamental juga bersifat teknikal. Informasi bersifat
fundamental yaitu informasi berasal dari dalam perusahaan, informasi bersifat
teknikal adalah informasi dari luar perusahaan seperti politik, makroekonomi
dan lain-lain.
Iklim investasi yang kondusif cenderung dikaitkan dengan perbaikan
indikator makroekonomi. Kinerja pasar modal (saham) misalnya dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor terutama variabel-variabel makro ekonomi.
Dalam kegiatan ekonomi makro terkandung aspek produksi, pendapatan,
pengeluaran, anggaran nasional, jumlah uang beredar dan neraca pembayaran.
Kondisi ekonomi makro yang stabil merupakan energi pendorong bagi
berkembangnya pasar modal. terdapat empat faktor ekonomi makro yang
berpengaruh terhadap kinerja pasar modal, dua di antaranya adalah kurs mata
uang dan inflasi (I Putu Gede Ari Suta, 2000:13).
Nilai tukar ialah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap
mata uang lainnya. Nilai tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata
uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing
(Manurung dkk., 2008 : 6). Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul
akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar
mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing
8
dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi
resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Salvatore
Dominick,1997:140).
Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat
mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal.
Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan
dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri,
terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung
akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya
nilai eksport dibandingkan dengan nilai import, sebaliknya akan berpengaruh
pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran
negara akan berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan
devisa akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian
Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap
perdagangan saham di pasar modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan
cenderung melakukan penarikan modal sehingga terjadi capital inflow (I Putu
Gede Ari Suta, 2000:15).
Terjadinya penurunan kurs yang berlaku akan berdampak kepada
perusahaan-perusahaan yang menggantungkan faktor-faktor produksi terhadap
barang-barang import, besarnya belanja import dari perusahaan seperti ini akan
mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan. Sehingga
harga saham perusahaan tersebut akan anjlok di pasar modal.
9
Makroekonomi kedua adalah inflasi, inflasi adalah kecenderungan
naiknya harga–harga secara umum yang berlaku dari waktu kewaktu, inflasi
menunjukkan meningkatnya arus harga secara umum. Pembangunan akan
berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin.
Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku
yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap
produk barang yang dihasilkan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak
buruk pada harga saham perusahaan itu di pasar modal. Selain itu,
meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan
menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya
di bursa efek yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima
oleh pemegang saham. Menurunnya pendapatan deviden yang diterima oleh
investor maka akan semakin menurunkan minat masyarakat investor untuk
berinvestasi dipasar modal seperti reksadana.
Besar kecilnya laju inflasi dapat mempengaruhi suku bunga riil. Hal ini
cukup berpengaruh bagi instrumen-instrumen pasar modal yang memberikan
tingkat pendapatan tetap seperti obligasi. Jika bunga tinggi, investor cenderung
mengurangi kegiatan investasinya. Dana investor lebih suka diendapkan di
bank dalam bentuk deposito. Sebaliknya bila inflasi turun, investor cenderung
melakukan investasi di pasar modal, mengingat besarnya return yang di
terimanya di pasar modal (I Putu Gede Ari Suta, 2000:14).
10
Makroekonomi ketiga dalam penelitian ini adalah SWBI (Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia) . SWBI merupakan SBI-nya bagi perbankan syariah.
SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BI sebagai bukti penitipan dana
berjangka pendek dengan prinsip wadiah , sedangkan Wadiah adalah perjanjian
penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak yang dipercaya untuk
menjaga dana titipan tersebut. (Bank Indonesia, 2003: 6). Hubungan SWBI
dengan NAB seperti halnya hubungan antara suku bunga dengan harga saham
adalah negatif atau berlawanan arah. Begitu pula yang terjadi pada SWBI sama
dengan suku bunga, apabila SWBI dengan tingkat yang memadai maka
pemodal akan memindahkan investasinya dari reksadana ke deposito syariah,
demikian pula sebaliknya jika SWBI turun maka pemodal akan memindahkan
investasinya dari deposito syariah ke investasi lain seperti reksadana sehingga
NAB reksadana akan meningkat.
Di samping faktor makroekonomi, dalam mengembangkan pasar modal
syariah, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa
Investment Management (DIM) telah meluncurkan indeks saham yang dibuat
berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII). JII Beroperasi
sejak tanggal 3 juli 2000 dan menggunakan tahun 1 januari 1995 sebagai data
base (dengan nilai 100). Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang
dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam.
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur
(benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor
11
untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah (Burhanuddin
Susanto, 2008: 128). Ini berarti pergerakan dari JII akan dibarengi dengan
pergerakan dari nilai reksadana syariah karena dalam reksadana syariah ada
yang di investasikan dalam bentuk saham yang tentunya sesuai dengan syariah
islam.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan reksadana telah dilakukan,
di antaranya oleh M Romas Sjahputra (2005), dimana inflasi, kurs nilai tukar,
dan Jakarta Islamic Index (JII) pengaruhnya positif, sedangkan untuk SBI
pengaruhnya negatif. Dari semua variabel yang diteliti, JII merupakan variabel
yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana syariah
sedangkan pengaruh variabel lainnya tidak signifikan.
Menurut Abdul Muthalib (2005), mengenai ”Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”.
Variabel independen yang digunakan yaitu : pendapatan nasional bersih,
jumlah uang yang beredar, inflasi ,suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap
US dollar. Hasilnya hanya terdapat satu variabel independen yang signifikan
terhadap kinerja reksadana saham yaitu tingkat pertumbuhan pendapatan
nasional bersih.
Menurut Hadori Yunus & Idrus Mahidin (2005) mengenai“Critical
Factors yang Mempengaruhi Niali Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. SWBI
mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa
Syariah Berimbang, sedangkan JII berpengaruh positif yang sangat kuat serta
signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dan inflasi
12
berhubungan negatif yang rendah dan tidak signifikan terhadap NAB
Danareksa Syariah berimbang.
Menurut Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005) mengenai
“Hubungan Antara Reksadana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 - Desember 2004” Hasilnya
bahwa pergerakan Nilai Aktiva Bersih unit reksadana syariah berhubungan
kuat positif dengan index syariah (JII) dan Index Harga Saham Gabungan
(IHSG). tetapi berhubungan kuat negatif dengan equivalent rate nisbah
simpanan bank syariah dan sertifikat wadiah bank indonesia (SWBI).
Menurut Shandy Rahmadani Tayibnapis (2008) mengenai “Analisis
Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan
Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Studi kasus
Reksadana Danareksa Syariah Berimbang)”. Hasilnya dimana SWBI dan JII
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap NAB Danareksa
Syariah Berimbang sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
serta valuta asing pengaruhnya positif dan tidak signifikan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, untuk itu
dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Variabel Makroekonomi dan
Indeks Syariah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. Pada
penelitian kali ini ada tiga variabel makroekonomi yang akan digunakan ialah
nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, dan SWBI (Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia) dan indeks syariah yaitu JII serta NAB Reksadana Syariah.
Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah pertama pada
13
penelitian ini objek yang dipakai tidak hanya menggunakan satu produk
reksadana syariah saja tetapi seluruh produk reksadana syariah selama periode
penelitian. kedua, metode yang digunakan yaitu metode analisis jalur (Path
Analysis).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh variabel nilai tukar rupiah terhadap US Dollar,
inflasi, SWBI dan JII baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah?
2. Dari variabel nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII,
variabel apa yang paling dominan dalam mempengaruhi nilai aktiva bersih
reksadana syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisa pengaruh variabel nilai tukar rupiah terhadap US
Dollar, inflasi, SWBI dan JII baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
2. Untuk menganalisa variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan
terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
14
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan
pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh variabel
makroekonomi dan indeks syariah terhadap NAB reksadana syariah.
2. Bagi investor, sebagai bahan referensi informasi dalam berinvestasi di
reksadana syariah.
3. Bagi Manajer Investasi, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan penempatan dana ke dalam portofolio efek
investasi suatu reksadana syariah dan dalam rangka mempertahankan
atau meningkatkan hasil reksadana syariah yang dimilkinya.
4. Bagi kalangan akademisi bisa dijadikan sebagai bahan acuan penelitian
selanjutnya.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi menurut Bruce (2003:1) adalah “ investment is an initial
forfeit of something we value exchage for anticipated benefit of getting back
more the we put in ”. Menurut Hirt and Stanley (2003:5) “invesment as the
commitment of current funds in anticipation of receiving a larger future
flow of funds”
Investasi menurut Reilly (2003:5) adalah “...an investment is the
current commitment of dollar for period of time in order a future payments
that will composite the investor for :
a. The time the funds are commited
b. The expected rate inflation, and
c. The uncertainty of future payments.
Menurut Jogianto (2000:109) dalam bukunya berjudul “Teori
Portofolio dan Analisis Investasi” memberi pengertian bahwa Investasi
adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi
yang efisien selama periode waktu tertentu.
Menurut Eduardus Tendellin (2001:3), investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnnya yang dilakukan pada saat ini
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang.
16
Menurut Iswantono (2006:121), investasi adalah tindakan
menanamkan uang dalam bentuk uang tunai, asset dan surat-surat berharga
lainnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan
datang sebagai pendapatan dari investasi tersebut.
Investasi menurut Jones (2007:3) yaitu “investment is the commitment
of funds to one or more assets thet will be held over some future time period
” sedangkan investasi menurut Bodie dkk (2009:1) yaitu “ an investment is
the current commitment of money or other resources in the expectation of
reaping future benefits”.
2. Jenis Investasi
Menurut Abdul Halim (2005:4) pada umumnya investasi ada dua
yaitu:
a. Investasi pada aset–aset finansial yaitu investasi pada aset–aset finansial
baik yang dilakukan dipasar uang misalnya sertifikat deposito,
commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya, maupun
dipasar modal misal saham, obligasi, opsi dan lainnya.
b. Investasi pada aset–aset riil yaitu investasi pada aset–aset riil yang
dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, dan lain–
lain.
17
3. Dasar Hukum Investasi Syariah
Dalam pasar modal syariah, terdapat beberapa landasan hukum yang
secara tidak langsung terkait dengan kegiatan investasi, diantaranya firman
Allah yang menegaskan bahwa (Burhanuddin Susanto, 2009:41) :
a. “Janganlah kamu menghambur-hamburkan harta secara boros.
Karena sesungguhnya pemborosan itu adalah saudara – saudaranya
setan” (QS. Al-Isra [17]:26-270.
b. “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. An-Nisa
[4]:275)
c. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan perniagaan yang
berlaku ridha sama ridha diantara kamu” (QS.An-Nisa [4]:29).
d. “Hai oarang – orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS.Al-Hasyir[59]:18).
e. “Dan Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan mereka. Karena itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang jujur” (QS.An-Nisa[4]:9).
18
Islam sebagai aturan hidup yang mengatur seluruh sisi kehidupan
umat manusia, menawarkan berbagai cara dan kiat untuk menjalani
kehidupan yang sesuai dengan norma dan aturan Allah SWT. Dalam
berinvestasi pun Allah SWT. dan Rasul-Nya memberikan petunjuk (dalil)
dan rambu-rambu pokok yang seyogyanya diikuti oleh setiap muslim yang
beriman. Menurut Satrio dalam Nurul Huda dan Edwin (2007:24) diantara
rambu-rambu tersebut adalah sebagai berikut:
a. Terbebas dari unsur riba
Riba secara etimologi berarti tumbuh dan bertambah, dan dalam
terminologi syariah para ulama banyak memberikan definisi
diantaranya: Riba merupakan kelebihan yang tidak ada padanan
pengganti yang tidak dibenarkan syariah yang disyaratkan oleh salah
satu dari dua orang yang berakad.Imam Badrudin Al ’Aini dalam
kitabnya ’umdatu al-Qari mendefinisikan riba sebagai : ”riba adalah
penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil”.
b. Terhindar dari unsur gharar
Gharar secara etimologi bermakna kekhawatiran atau resiko, dan
gharar berarti juga menghadapi suatu kecelakaan, kerugian, dan/ atau
kebinasaan. Dan taghrir adalah melibatkan diri dalam sesuatu yang
gharar. Gharar juga dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat tidak pasti
(uncertainty). Jual beli gharar berarti sebuah jual beli yang
mengandung unsur ketidaktahuan atau ketidakpastian (jahalah) antara
19
dua pihak yang bertransaksi, atau jual beli sesuatu yang objek akad
tidak diyakini dapat diserahkan.
c. Terhindar dari unsur judi (maysir)
Maysir secara etimologi bermakna mudah. Maysir merupakan
bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan
sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena seseorang yang
seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan tetapi mencari jalan
pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang dikehendaki, walaupun
jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai serta aturan syariah.
d. Terhindar dari unsur haram
Investasi yang dilakukan oleh seorang investor muslim diharuskan
terhindar dari unsur haram. Sesuatu yang haram merupakan sesuatu
yang dilarang oleh Allah SWT. dan Rasul-Nya nabi Muhammad SAW.
dalam Al-Qur’an dan Hadist-Nya. Secara garis besar sesuatu yang
haram dikategorikan menjadi 2 (dua); haram secara zatnya dan haram
karena proses yang ditempuh dalam memperoleh sesuatu.
e. Terhindar dari unsur syubhat
Kata syubhat berarti mirip, serupa, semisal, dan bercampur. Dalam
terminologi syariah syubhat diartikan sebagai sesuatu perkara yang
tercampur (antara halal dan haram), akan tetapi tidak diketahui secara
pasti apakah ia sesuatu yang halal atau haram, dan apakah ia hak
ataukah batil.
20
B. Reksadana
1. Pengertian Reksadana
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 08 Tahun 1995, Pasal 1
ayat 27, reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi yang telah
mendapat izin dari Bapepam.
Pengertian yang diberikan oleh I Putu Gede Ari Suta (2000:256),
reksadana diartikan sebagai wadah berinvestasi untuk dapat
mengembangkan uang di pasar modal. Pemodal menyertakan dananya
dalam satu jenis reksadana (mutual fund), lalu manajer mengelola dana
tersebut untuk meraih keuntungan dan memberikan imbal hasil (return)
kepada pemodal atas penyertaan dananya.
Menurut Heri Sudarsono (2003:12) Reksadana berasal dari kata
“Reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata “Dana” berarti uang.
Sehingga Reksadana pada umumnya diartikan sebagai kumpulan uang yang
dipelihara. Sementara Strong (2003:78) menyatakan bahwa “Mutual fund is
an exasting portfolio of assets into which someone may invest directly”.
2. Pengertian Reksadana Syariah
Reksadana syariah (Islamic Investment Funds) dalam hal ini memiliki
pengertian reksadana yang hanya menempatkan investasinya pada surat-
surat berharga tertentu yang dikeluarkan oleh perusahaan yang hanya
21
memproduksi barang atau jasa yang sesuai dengan prinsip syariat islam (I
Putu Gede.Ari Suta, 2000 :271).
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.20/DSN-
MUI/IV/2001, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad, antara
pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal/rabb al-mal) dengan manajer
investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara manajer investasi
sebgai shahibul maal dengan pengguna investasi (Burhanuddin Susanto,
2009 : 74).
Reksadana Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang
dapat dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan
(+) return dari sumber usaha yang bersih dan dapat dipertanggung jawabkan
secara syariah. Tujuan utama reksadana syariah bukan semata-mata mencari
keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap
lingkungan, komitmen terhadap nilai-nilai religiusitas, meskipun tanpa
harus mengabaikan kepentingan investor (Burhanuddin Susanto, 2009 : 75).
Perbedaan reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah
adanya dua proses dalam rangka melakukan penempatan investasinya
(majalah prospektif, 2001:45) yaitu :
a. Screening, pemilihan saham –saham yang sesuai dengan syariat islam
(telah mendapat izin dari Dewan Syariah Nasional)
b. Cleansing, dalam berinvestasi manajer investasi selalu berpedoman
pada fatwa yang dikeluarkan oleh DSN. Perusahaan yang efeknya
22
dibeli adalah perusahaan yang sejenis dan ruang lingkup kegiatannya
sesuai dengan syariat islam. Bila sebagian kecil, yang jumlahnya tidak
melebihi 5 % dari pendapatan perusahaan berasal dari kegiatan yang
tidak sesuai dengan syariat islam. DSN masih mungkin mengizinkan
berinvestasi. Selanjutnya bagian dari hasil investasi reksadana dalam
bentuk shadaqah atau hadiah. Pemotongan hasil dalam bentuk
shadaqah dapat mengurangi NAB. Inilah yang dikenal dengan sebutan
cleansing.
Gambar 2.1
Skema Elemen Reksadana Syariah
Sumber : Burhanuddin Susanto, 2009:78
3. Pelaku Reksadana Syariah
Untuk mewujudkan Investasi melalui perusahaan reksadana syariah
terdapat beberapa pelaku yang saling berhubungan (Burhanuddin
Susanto,2009:75):
Reksadana Syariah
Dewan Syariah
Investor Perusahaan
Mudharabah Bagi Hasil
23
a. Adanya semacam Dewan Syariah yang bertugas memberikan
pengarahan tertentu kepada Manajer Investasi agar senantiasa sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Kedudukan dewan syariah berfungsi
sebagai Shariah Compliance Officer (SCO) yaitu petugas disuatu
perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi dari DSN-
MUI dalam pemahaman mengenai prinsip-prinsip syariah dipasar
modal.
b. Investor adalah pihak yang menggunakan perusahaan reksadana sebagai
instrumen melakukan investasi. Kriteria investor diperusahaan
reksadana tidak jauh berbeda dengan investor dipasar modal pada
umumnya. Perbedaannya hanya terdapat pada volume dana yang
diinvestasikan.
c. Perusahaaan reksadana syariah yang anggota utamanya terdiri dari
Manajer Investasi dan Bank Kustodian.
d. Perusahaan lain yang dijadikan lembaga syariah reksadana sebagai
instumen investasi.
4. Proses Investasi Reksadana Syariah
Proses investasi reksadana syariah didasarkan pada fatwa yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional yaitu pedoman pelaksanaan
investasi untuk reksadana syariah yang dikeluarkan pada tahun 2001.
Menurut fatwa ulama pasal 2 (2001) proses investasi reksadana syariah
(www. msi-uii.net) adalah :
24
a. Mekanisme operasional dalam reksadana syariah terdiri atas : (1)
Antara pemodal dengan manajer investasi dilakukan dengan sistem
waktualah (pendelegasian atau pemberian mandat); (2) Antara manajer
investasi dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem
mudharabah.
b. Karakteristik sistem mudharabah : (1) pembagian keuntungan antara
pemodal (shahib al-mal) yang diwakili oleh manajer investasi dan
pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati
kedua belah pihak melalui manajer investasi sebagai wakil dan tidak
ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal; (2) Pemodal
hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan; (3)
Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung risiko kerugian atas
investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.
Jenis dan instrumen investasi menurut fatwa ulama pasal 7 tahun 2001
(www.msi-uii.net) adalah :
a. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai
dengan syariah islam.
b. Instrumen keuangan meliputi : (1) Instrumen saham yang sudah melalui
penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba
usaha; (2) Penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah; (3)
Surat hutang jangka panjang yang sesuai dengan prinsip syariah.
25
5. Jenis-Jenis Reksadana
Bentuk reksadana konvensional dan syariah adalah sama berdasarkan
Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat (1),
berdasarkan bentuk hukum, reksadana di Indonesia ada dua, yaitu :
a. Reksadana Berbentuk Perseroan
Reksadana berbentuk perseroan adalah emiten yang kegiatan
usahanya menghimpun dana dengan menjual saham dan selanjutnnya
dana dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai aspek
yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang (pasal 18 ayat 1
huruf a). Reksadana perseroan dapat berbentuk Reksadana terbuka dan
reksadana tertutup (pasal 18 ayat 2).
Reksadana berbentuk perseroan adalah suatu perseroan terbatas
(PT) yang dari sisi badan hukum tidak berbeda dengan perusahaan
lainnya, perbedaan hanya terletak pada jenis usaha yang dijalankan.
Dalam bentuk ini perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana
melalui penjualan saham kepada para investor, sehingga mereke
memilki hak kepemilikan atas perusahaan tersebut. Hasil dari penjualan
saham kemudian di investasikan kedalam berbagai jenis efek yang
diperdagangkan di pasar modal atau pasar uang (Burhanuddin
Susanto,2009:79).
Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas merupakan suatu
perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan portofolio investasi pada
surat berharga yang tersedia di pasar investasi. Dari pengelolaan
26
tersebut PT Reksadana akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
peningkatan nilai aset perusahaan, yang kemudian akan dibagi hasilkan
kepada para investor yang memilki hak kepemilkan atas perusahaan
tersebut (Huda dan Nasution, 2007:96).
b. Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
Reksadana Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak antara
manajer investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemodal atau
pemegang unit penyertaan dimana manajer investasi diberi wewenang
untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian
diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif (pasal 18 ayat
1 huruf b).
Reksadana KIK tidak menerbitkan saham, kecuali melalui unit
penyertaan hingga jumlah yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
Investor yang berpartisipasi akan mendapat bukti penyertaan berupa
surat konfirmasi dari bank kustodian (Burhanuddin Susanto, 2009:83).
Karakteristik dari reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
adalah (Burhanuddin Susanto, 2009:84):
1) Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor
yang membeli
2) Unit penyertaan tidak dicatatkan di bursa
3) Investor dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimilikinya
kepada manajer investasi yang mengelola
27
4) Hasil penjualan atau pembayaran pembelian kembali unit penyertaan
akan dibebankan kepada kekayaan reksadana
5) Harga jual/beli unit penyertaan didasarkan atas nilai aktiva bersih
perunit yang dihitung oleh bank kustodian secara harian.
Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dibagi menjadi dua yaitu
(Sawidji Widoatmodjo, 2007 : 198) :
a. Reksadana Tertutup (Closed-end Fund)
Reksadana yang tidak dapat dijual kembali kepada perusahaan
manajemen investasi yang menerbitkannya. Unit penyertaan reksadana
tertutup hanya dapat dijual kembali kepada investor lain melalui
mekanisme perdagangan di Bursa Efek. Harga jualnya bisa diatas atau
dibawah Nilai Aktiva Bersihnya.
b. Reksadana Terbuka (Open-end Fund)
Reksadana yang dapat dijual kembali kepada Perusahaan
Manajemen Investasi yang menerbitkannya tanpa melalui mekanisme
perdagangan di bursa efek. Harga jualnya biasanya sama dengan Nilai
Aktiva Bersihnya. Sebagian besar reksadana yang ada saat ini adalah
merupakan reksadana terbuka.
Berdasarkan alokasi portofolio investasi dan target investasi investor,
produk-produk reksadana yang dipasarkan oleh sejumlah manajer investasi
dibedakan menjadi beberapa jenis di antaranya (Parluhutan Situmorang
dkk., 2010:15-17) :
28
a. Reksadana Pasar Uang
Reksadana pasar uang merupakan investasi pada pasar efek yang
bersifat utang. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan
pemeliharaan modal atau menjadi pelengkap tabungan atau deposito
investor.
Reksadana ini mempunyai risiko yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya. Karena instrumen
investasi yang dipilih adalah instrumen utang yang mempunyai jatuh
tempo kurang dari satu tahun, seperti SBI, Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU), sertifikat deposito, dan surat pengakuran hutang.
b. Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana pendapatan tetap melakukan investasi sekurang-
kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang.
Reksadana ini memilki risiko yang relatif lebih besar dari reksadana
pasar uang dengan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi
pula. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang
stabil untuk jangka menengah atau kurang dari lima tahun.
c. Reksadana Campuran.
Reksadana campuran adalah jenis reksadana yang menempatkan
dana investasi milik investor pada efek bersifat ekuitas dan efek bersifat
utang, yakni surat utang atau obligasi dan pada efek saham. Komposisi
dana kelolaan pada reksadana campuran biasanya 40%-60% untuk
investasi pada obligasi dan saham.
29
Mengingat komposisinya yang sangat variatif, sebelum
menentukan pilihan pada reksadana reksadana campuran tertentu,
investor harus benar-benar mengetahui bagaimana komposisi investasi
yang terdapat pada reksadana campuran yang akan dipilih dengan
mempelajari prospektus reksadana tersebut (Muhammad Sholahuddin
dan Lukman Hakim, 2008:300).
Reksadana ini memiliki risiko moderat dengan tingkat
pengembalian investasi lebih tinggi dari pada reksadana pendapatan
tetap. Jenis ini cocok untuk investor yang sudah mengerti risiko
investasi, tetapi belum ingin menginvestasikan seluruh dananya pada
efek saham. Jenis reksadana ini bisa dimanfaatkan untuk mencapai
tujuan investasi jangka menengah ke jangka panjang, yakni antara 3-10
tahun.
d. Reksadana Saham.
Reksadana saham adalah jenis reksadana yang menempatkan
mayoritas dana investasi milik investor pada efek saham. Komposisi
dana kelolaan pada reksadana ini biasanya di atas 75% atau sekurang-
kurangnya 80% diinvestasikan pada efek bersifat ekuitas, yakni saham.
Berinvestasi pada reksadana jenis ini memilki risiko tinggi karena
sifat harga saham yang fluktuatif. Akan tetapi, tingkat pengembaliannya
sangat tinggi. Untuk itu reksadana ini cocok untuk investor yang sudah
mengerti risiko investasi dan ingin memaksimalkan dana investasi
untuk mendapatkan hasil yang tinggi dalam jangka panjang. Bisa
30
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang, di atas
10 tahun.
Tabel 2.1 Karakteristik Reksadana
Reksadana Tujuan Investasi Return Risiko Jangka
Waktu Investasi
Pasar Uang Keutuhan 100% modal, likuid, return lebih kompetitif dibanding deposito
Rendah Rendah < 1 Tahun
Pendapatan Tetap
Hasil investasi berkala yang lebih kompetitif dibandingkan deposito
Sedang Sedang > 1 Tahun
Campuran Pertumbuhan investasi dan pendapatan di atas deposito
Agak Tinggi
Agak Tinggi
> 1 Tahun
Saham Hasil investasi optimal dengan risiko terdiversifikasi
Tinggi Tinggi > 1 Tahun
Sumber : Parluhutan Situmorang dkk, 2010:18
Selain empat jenis reksadana tersebut, masih ada reksadana jenis
khusus atau reksadana struktur khusus yang merupakan reksadana yang
memilki tujuan dan kebijakan investasi dengan struktur tertentu dan
karakteristik khusus yang berbeda dengan reksadana yang saat ini telah
diatur dalam peraturan Bapepam-LK. Namun tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan lainnya dibidang pasar modal (Parluhutan
Situmorang dkk., 2010:13).
Sejumlah produk reksadana khusus itu diantaranya adalah reksadana
dengan perlindungan atau reksadana terproteksi, reksadana dengan
penjaminan, reksadana indeks, reksadana penyertaan terbatas, dan juga
reksadana yang diperdagangkan di bursa saham (ETF). Khusus untuk ETF,
31
mekanisme pembeliannya dilakukan dengan mekanisme perdagangan saham
di Bursa Efek Indonesia, berbeda dengan reksadana lainnya yang bisa dibeli
langsung kepada manajer investasi (Parluhutan Situmorang dkk., 2010:14).
6. Mekanisme Kerja Reksadana
Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Reksadana
Sumber : Parluhutan Situmorang dkk, 2010:56
Dari gambar di atas, bisa dijelaskan urutan proses atau mekanisme
kerja sebuah reksadana, penjelasannya adalah sebagai berikut (Parluhutan
Situmorang dkk, 2010:57) :
1. Permohonan pembelian atau penjualan kembali unit penyertaan
2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil
penjualan kembali
3. Perintah transaksi investasi
4. Eksekusi transaksi
LAPORAN BULANAN
BAPEPAM
PENGAWASAN
PEMODAL MANAJER INVESTASI
BANK KUSTODIAN
PERANTARA
DEPOSITO
OBLIGASI
SAHAM 8
1
2 10
7 6
5
3
9
4
32
5. Konfirmasi transaksi
6. Perintah penyelesaian transaksi
7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta
8. Informasi NAB per unit secara harian melalui media massa
9. Laporan valuasi harian dan bulanan
10. Laporan bulanan kepada BAPEPAM
7. Alokasi Biaya Reksadana
Reksadana memiliki tiga komponen biaya (Pratomo dan Nugraha,
2005:87) :
a. Biaya yang Menjadi Beban Manajer investasi.
Biaya ini merupakan biaya persiapan pembentukan reksadana
seperti biaya pembuatan kontrak investasi kolektif dan dokumen-
dokumen saat reksadana di daftarkan ke Bapepam. Biaya terbesar pada
umumnya meliputi imbal jasa notaris, konsultan hukum serta akuntan
publik. Biaya lainnya meliputi penerbitan prospektus dan formulir yang
diperlukan sebelum penawaran umum serta biaya promosi lainnya.
b. Biaya yang Menjadi Beban Reksadana.
Biaya yang dikenakan kepada reksadana adalah :
1) Imbal jasa Manajer Investasi yang besarnya antara 1% - 2,5% per
tahun dari NAB Reksadana.
2) Biaya transaksi efek seperti komisi pialang, biaya transfer, biaya
registrasi efek, bea materai dan lainnya.
33
3) Imbal jasa akuntan publik, notaris serta konsultan hukum.
4) Imbal jasa bank kustodian yang besarnya antara 0,15% - 0,25% per
tahun dari NAB Reksadana.
5) Biaya pengiriman laporan bulanan, pembuatan serta pengiriman
prospektus.
6) Biaya pajak. Biaya-biaya ini sudah termasuk dalam perhitungan
NAB/unit harian yang dilakukan oleh bank kustodian sehingga
perubahan NAB perunit penyertaan yang diumumkan setiap hari
sudah merupakan hasil dari investasi bersih yang diperoleh investor
(sebelum biaya pembelian dan penjualan kembali)
c. Biaya yang Menjadi Beban Investor.
1) Biaya Pembelian. Biaya yang dikenakan setiap kali investor
melakukan pembelian unit penyertaan yang besarnya berkisar
antara 1% - 3% dari harga unit penyertaan. Namun manajer
investasi dapat memberikan diskon tertentu bagi investor dengan
jumlah investasi tertentu.
2) Biaya Penjualan Kembali. Biaya ini dikenakan setiap kali investor
melakukan penjualan kembali unit penyertaan yang dimilki dan
besarnya berkisar antara 0 – 2% dari nilai transaksi. Umumnya
smakin lama periode investasi maka semakin kecil biaya penjualan
kembali yang dikenakan.
3) Biaya Pengalihan. Biaya ini dikenakan kepada investor ketika
terjadi relokasi aset dengan cara berpindah dari suatu jenis
34
reksadana ke reksadana lain. Biaya ini meliputi biaya penjualan
kembali pada saat keluar dari reksadana, kemudian dikenakan
biaya pembelian kembali pada saat masuk reksadana lainnya.Hal
ini tidak perlu terjadi jika relokasi dana tersebut dilakukan manajer
investasi yang sama. Adapun besarnya biaya pengalihan berkisar
antara 0,5% - 1% dari nilai transaksi.
8. Keunggulan dan Manfaat Investasi di Reksadana
Dibandingkan instrumen investasi lain, investasi di reksadana memilki
keunggulan, dan manfaat sebagai berikut (Parluhutan Situmorang dkk.,
2010:9) :
a. Para pemodal tak perlu memonitor aktivitas perdagangan saham,
investasi mereka diurus oleh manajer investasi. Dengan begitu
reksadana sangat cocok bagi pemodal yang baru akan melakukan
investasi di portofolio efek untuk pertama kalinya.
b. Mendapat deviden dan bunga.
c. Distribusi laba kapital.
d. Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko sehingga risiko
berinvestasi di reksadana pun relatif lebih kecil dibanding investasi
langsung seperti pada saham, obligasi, valas, atau lainnya.
e. Biaya rendah karena reksadana merupakan kumpulan dari banyak
pemodal dan dikelola secara profesional.
f. Harga reksadana tidak tergantung pada harga saham di bursa.
35
g. Likuiditas terjamin karena pemodal dapat mencairkan kembali saham
atau penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-
masing reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya.
h. Pengelolaan portofolio yang profesional oleh manajer investasi yang
andal.
9. Risiko Investasi di Reksadana
Risiko investasi pada reksadana diantaranya adalah sebagai berikut
(Parluhutan Situmorang dkk., 2010:11) :
a. Berkurangnya nilai unit penyertaan, dipengaruhi oleh turunnya harga
dari efek yang menjadi bagian portofolio reksadana. Ini mengakibatkan
turunnya nilai unit penyertaan. .
b. Risiko Likuiditas. penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit
penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan
dapat menyulitkan manajer investasi dalam menyediakan uang tunai
bagi pembayaran tersebut.
c. Risiko politik dan ekonomi. Perubahan kebijakan di bidang politik dan
ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tidak terkecuali
perusahaan yang telah listing di bursa efek. Hal tersebut jelas akan
mempengaruhi harga efek yang termasuk dalam portofolio reksadana.
d. Aset perusahaan tidak di lindungi. Aset perusahaan reksadana sebagian
besar adalah sekuritas yang terdiri atas hak dan klaim hukum terhadap
perusahaan yang menerbitkan. Hak yang bersifat intangible, tidak
36
memilki wujud fisik sekalipun pemilikan bisa dibuktikan oleh surat-
surat berharga yang disimpan pada kustodian. Perlindungan terhadap
aset reksadana dari risiko pencurian, kehilangan, serta penyalahgunaan
adalah hal yang sangat penting.
e. Nilai aset perusahaan tidak bisa ditetapkan secara tepat sehingga NAB
dari suatu saham reksadana tidak bisa dihitung dengan akurat.
f. Risiko Wanprestasi. Resiko yang timbul apabila rekan usaha manajer
investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rekan usaha dapat termasuk
tetapi tidak hanya terbatas pada emiten, pialang, bank kustodian dan
agen penjual. Melainkan semua pihak yang terikat dengan kewajiban
terhadap perusahaan reksadana (Burhanuddin Susanto, 2009: 92).
C. Nilai Tukar Mata Uang
Menurut Faisal dalam Manurung dkk.(2008 : 6), nilai tukar ialah harga
suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar
dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk
membeli satu unit mata uang asing. Menurut Keown dkk (2005:777) Exchange
Rate is the price of foreign currency stated in terms of the domestic or home
currency.
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga
satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik, atau dapat juga dikatakan
harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sebagai contoh nilai
tukar (NT) Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) adalah harga satu dollar
37
Amerika (USD) dalam Rupiah (Rp), atau dapat juga sebaliknya diartikan harga
satu Rupiah terhadap satu USD. Kurs ini dipertahankan sama disemua pasar
melalui arbitrase. Arbitrase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila
harganya rendah dan menjualnya bila harganya tinggi (Mugi Raharjo,
2009:29).
Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh
perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara
lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam
menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko
nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan
akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Salvatore Dominick, 1997:140).
1. Teori Kurs
a. Teori Keseimbangan Suku Bunga (Theory of Intereset Rate Parity)
Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga
(sekuritas) pada International Money Market akan cenderung sama
dengan forward rate premium atau discount. (Hamdy Hady, 2005:60)
Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat diperkirakan
berapa perubahan forward rate (FR) dibandingkan dengan spot rate
(SR) jika terdapat perbedaan tingkat bunga, misalnya antara tingkat
bunga di dalam negeri dengan di negara lain. Dengan demikian
seorang investor akan dapat menentukan dalam mata uang atau valuta
asing apa dananya akan diinvestasikan.
38
Kondisi di mana tingkat rate of return yang ditawarkan dalam
berbagai valuta asing adalah sama bila dihitung dengan satu satuan
yang sama yang disebut kondisi paritas tingkat bunga (interest parity).
b. Teori Keseimbangan Daya Beli (Theory of Purchasing Power Parity)
Pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817
dan kemudian dikembangkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1916.
Prinsip Paritas Daya Beli, dipopulerkan oleh seorang ekonom Swedia
(Levi, 2001:85), dinyatakan bahwa kurs antara dua mata uang dari dua
negara, sama dengan nisbah atau rasio tingkat harga kedua negara yang
bersangkutan.
Teori ini mendasari logika bahwa mata uang dalam standar kertas
tidak mempunyai nilai intrinsik atau dapat dikatakan tidak didukung
dan dikaitkan nilainya dengan suatu komoditi tertentu yang dijadikan
standar sehingga nilai tersebut di dalam negeri ditentukan oleh
kemampuan daya belinya.
c. International Fischer Effect Theory (IFE)
Menurut Hamdy Hady (2005:62) jika semua kondisi lainnya
tetap (ceteris paribus), kenaikan perkiraan titik inflasi suatu saat pada
akhirnya akan menimbulkan kenaikan titik bunga dari simpanan mata
uang negara yang bersangkutan. Begitu pula sebaliknya, penurunan
perkiraan inflasi (tingkat inflasi di masa yang akan datang) pada
gilirannya akan mengakibatkan penurunan tingkat bunga .
39
2. Sistem Nilai Tukar
Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu: Pertama, fixed
exchange rate atau sistem nilai tukar tetap. Kedua, floating exchange rate
atau sistem nilai tukar mengambang Ketiga, managed floating axchange
rate atau sistem nilai tukar mengambang terkendali (Mugi Rahardjo,
2009:109-111).
a. Sistem Nilai Tukar Tetap
Pada sistem nilai tukar ini, nilai tukar atau kurs suatu mata uang
terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misal; nilai
tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar Amerika adalah
Rp.8000 per dolar. Pada sistem nilai tukar ini bank sentral akan siap
menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai
tukar yang ditetapkan pemerintah, sebab, sebetulnya nilai tukar mata
uang dengan mata uang lain bergantung atas permintaan dan
penawaran mata uang itu sendiri. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi
dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi
ataupun revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.
Devaluasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah pada
suatu negara untuk secara sepihak menurunkan nilai tukar mata uang
negara tersebut terhadap mata uang lainnya; misal nilai tukar rupiah
yang semula ditetapkan sebesar Rp.8000 per dolar AS diturunkan
menjadi Rp.9000 per dolar AS. Sebaliknya, revaluasi adalah kebijakan
menaikkan nilai tukar negara tersebut terhadap mata uang lain.
40
b. Sistem Nilai Tukar Mengambang
Pada sistem nilai tukar ini, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.
Dengan demikian nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan
permintaan diatas penawaran, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah
apabila terjadi kelebihan penawaran diatas permintaan yang terjadi di
pasar valuta asing.
Nilai tukar dikatakan melemah apabila diperlukan nilai uang
yang lebih banyak untuk membeli valuta asing dalam jumlah yang
sama, misal nilai tukar rupiah melemah dari semula per dolar dapat
dibeli dengan Rp.8000 menjadi Rp.9000 per dolar. Bank sentral dapat
melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan menjual
devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli devisa
apabila terjadi kelebihan penawaran untuk menghindari gejolak nilai
tukar yang berlebihan di pasar, akan tetapi intervensi dimaksud tidak
diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau dalam
kisaran tertentu.
c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali
Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem
yang berada diantara kedua sistem nilai tukar diatas. Dalam sistem
nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan suatu kisaran tertentu
dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band (batas pita
intervensi). Nilai tukar akan ditentukan sesuai mekanisme pasar
41
sepanjang berada di dalam batas kisaran pita intervensi tersebut.
Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari kisaran
tersebut, bank sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di
pasar valuta asing sehingga nilai tukar bergerak kembali ke dalam pita
intervensi.
Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari
pita intervensi, secara otomatis bank sentral akan menjual atau
membeli devisa yang diperlukan oleh pasar sehingga nilai tukar
bergerak kembali ke dalam batas kisaran pita intervensi. Penetapan
lebarnya kisaran intervensi tergantung pada besarnya cadangan devisa
yang dimiliki bank sentral serta kemungkinan kebutuhan yang terjadi
di pasar. Umumnya hal ini akan disesuaikan dari waktu ke waktu
sesuai dengan perkembangan cadangan devisa dan volume transaksi di
pasar valuta asing.
D. Inflasi
Inflasi adalah kecendrungan dari harga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi,
kecuali kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan)
sebagian besar dari harga-harga lain (Boediono,2001:161).
Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat, pembangunan akan
berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Perhitungan inflasi
dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Perhitungan inflasi negara dihitung
42
berdasarkan inflasi di 45 kota yang terdiri dari 30 provinsi dan meliputi 293-
397 jenis harga barang dan jasa (Manurung dkk.,2008 : 4).
Dalam inflasi dikenal istilah pajak inflasi yaitu apabila pemerintah
meningkatkan pendapatan dengan cara mencetak uang. Pajak inflasi tentu saja
tidak sama dengan pajak yang lain karena tidak seorang pun yang menerima
surat tagihan dari pemerintah atas pajak ini. Pajak inflasi sifatnya lebih halus.
Apabila pemerintah mencetak uang, tingkat harga naik dan uang menjadi
kurang berharga .Jadi pajak inflasi adalah seperti pajak yang dibebankan
kepada setiap orang yang menyimpan uang (N. Gregory Mankiw, 2006:205).
1. Penggolongan Inflasi
Penggolongan atas dasar sebab musabab awal dari inflasi. Atas dasar
penggolongan ini kita dapat bedakan inflasi menjadi dua macam, yaitu:
(Boy Leon dan Ericson, 2007:46).
a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang
terlalu tinggi. Inflasi semacam ini disebut juga dengan inflasi akan
permintaan atau demands of inflation.
b. Inflasi yang terjadi karena biaya ongkos produksi atau biasa disebut
dengan cost inflation.
Berdasarkan asal dari inflasi tersebut, inflasi dibedakan menjadi dua
yaitu :
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), misalnya
karena defisit anggaran belanja yang ditutupi dengan pencetakan uang
43
baru, panen raya yang gagal dan contoh lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu per satu di sini.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), adalah inflasi
yang timbul karena kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau di
negara-negara langganan yang menjadi mitra dagang utama Indonesia.
2. Pengukuran Inflasi
Laju inflasi dapat diukur dengan menghitung perubahan Indeks Harga
Konsumen yang merupakan indeks harga dari barang yang selalu digunakan
oleh para konsumen dengan memakai indeks harga tahun sebelumnya
sebagai tahun dasar, yakni:
LI t= IHKt - IHKt - 1
IHKt - 1
Keterangan :
LIt : Laju inflasi pada tahun atau periode t
IHKt : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t
IHKt-1 : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t-1
E. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BI sebagai bukti penitipan
dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah , sedangkan Wadiah adalah
perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak yang dipercaya
untuk menjaga dana titipan tersebut. (Bank Indonesia, 2003: 6). Bonus
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah imbalan dalam rupiah yang
44
ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk penitipan dana dalam bentuk SWBI
menurut jangka waktu 1 minggu, 2 minggu dan 1 bulan.
SWBI berbeda dengan SBI yang dijadikan investasi oleh perbankan
konvensional. Jika SBI memakai suku bunga satu dan tiga bulanan, SWBI
memakai system bagi hasil dengan pemberian bonus dari sejumlah dana yang
ditanamkan perbankan syariah (MUI, 2003).
Karakteristik SWBI sebagaimana diterangkan dalam pasal 6 Peraturan BI
Tahun 2004 tersebut adalah, Pertama, SWBI diterbitkan dan ditatausahakan
tanpa warkat (scripless) dan kedua, SWBI tidak dapat diperjualbelikan (non
negotiable). Benefit yang diberikan dari SWBI bukan bunga didasarkan atas
system diskonto, akan tetapi apa yang dinamakan dengan bonus. Sebagaimana
diterangkan dalam Peraturan BI Tahun 2004 tersebut, dalam pasal 9
disebutkan, Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas Penitipan Dana
Wadiah sebagai dimaksud Pasal 2 ayat 1. Fungsi SWBI dikatakan sebagai SBI
bagi perbankan syariah, secara tidak langsung menyebabkan apabila naik
turunnya tingkat suku bunga SBI berdampak juga terhadap perkembangan
perbankan syariah (www.hendrowibowo.blogspot.com).
F. Jakarta Islamic Index (JII)
Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek
Jakarta (BEJ) terhitung tanggal 3 Juli 2000 telah meluncurkan indeks saham
yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII).
45
Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-
saham yang sesuai dengan syariah Islam.
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur
(benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor
untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
Komponen perhitungan indeks dievaluasi setiap enam bulan dengan
penentuan komponen indeks setiap awal bulan Januari dan Juni setiap tahun.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus-
menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Perhitungan JII dilakukan
oleh PT. Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode perhitungan indeks
yang ditetapkam dengan menggunakan bobot kapitalisasi pasar (market cap
weighted). JII menggunakan tanggal perhitungan awal januari 1995 dengan
nilai awal 100 (www.reksadanasyariah.net).
Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah (JII) adalah emiten-
emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Berdasarkan fatwa No. 40 / DSN-MUI / X / 2003 tentang pasar modal dan
pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal, menetapkan
bahwa kriteria kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah ialah
(Burhanuddin Susanto, 2009:129) :
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
46
2. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
3. Produsen, distributor, dan atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
4. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat
transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembanga
keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.
Kemudian selain dari segi kegiatan usaha, kriteria perusahaan juga
ditentukan oleh indeks: (a) Kapitalisasi pasar dari saham dimana JII
menggunakan kapitalisasi harian rata-rata selama satu tahun; (b) Perdagangan
saham di bursa, JII menggunakan rata-rata harian perdagangan reguler saham
dibursa selama satu tahun. Dari kriteria tersebut saham-saham yang dipilih
untuk dapat masuk kedalam inderks syariah ialah sebagai berikut (Burhanuddin
Susanto, 2009:130) :
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3
bulan (kecuali termasuk 10 kapitalisasi besar).
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva
maksimal sebesar 90%.
3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-
rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
47
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-
rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
5. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap enam bulan
sekali.
Perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus
menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah
lini bisnisnya sehingga menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan
dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan
diganti oleh saham emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk
mengeliminasi adanya saham spekulatif. Meskipun sebagian saham – saham
spekulatif memilki tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan yang tinggi
memiliki tingkat kapitalisasi sektor riil yang rendah.
G. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai yang menggambarkan total
kekayaan reksadana per hari atau dalam tenggang waktu tertentu . Nilai ini
tidak hanya di pengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksadana oleh para
investor, tetapi juga oleh harga pasar dari portofolio yang menjadi underlying
assets reksadana tersebut ( Parluhutan Situmorang dkk, 2010:91).
NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur dalam
memantau hasil dari suatu reksadana. Nilai Aktiva Bersih adalah total nilai
investasi dan kas yang dipegang dikurangi dengan biaya–biaya hutang dari
kegiatan operasional yang harus dibayarkan, sedangkan NAB per unit
48
penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksadana setelah
dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan
yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. (I.H.Achsien, 2003 :
75).
Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan
nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai
investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan. Begitu juga sebaliknya,
menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi pemegang Unit
Penyertaan atau saham. Nilai Aktiva Bersih perusahaan investasi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (Sawidji Widoatmodjo, 2007 : 201).
NABt = (NPWt – LIABt)
NSOt
Dimana :
NABt = Nilai Aktiva Bersih pada waktu t
NPW = Nilai pasar wajar dari asset pada waktu t
LIABt = Kewajiban yang dimiliki oleh reksa dana pada waktu t
NSOt = Jumlah Unit Penyertaan yang beredar pada waktu t
H.Hubungan Antara Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen
1. Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih
Hubungannya nilai tukar dengan harga saham yang di kemukakan
oleh Madura (2000:173) sebagai berikut : “Stock prices primarilly involved
in exporting could be favorably affected by a weak dollar and adversely by
49
strong dollar. Stock prices of importing firms could be affected in the
opposite manner. ....foreign investor attempt to purchase stocks when the
dollar is weak and then sell the stock when the dollar is strong”. Dalam
pernyataan oleh madura ini yang menjadi negara domestik adalah Amerika
serikat. Pada saat mata uang suatu negara mengalami depresiasi dan hal-hal
lain tetap maka para pemodal mengalihkan investasinya dengan melakukan
pembelian saham akibatnya permintaan saham naik dan demikian juga
dengan harga saham. Hal ini berlaku sebaliknya bila mata uang negara
tersebut mengalami apresiasi.
Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar memilki hubungan positif
terhadap return saham yang diperdagangkan emiten yang bergerak dibidang
impor dalam artian makin tinggi nilai tukar rupiah maka makin tinggi return
yang dihasilkan pada bursa saham. Ketika rupiah terdepresiasi terhadap US
Dollar karena pada saat ekspor, keuntungan yang didapatkan dalam bentuk
dollar sehingga laba perusahaan meningkat. Hal ini menyebabkan
meningkatnya kinerja perusahaan tersebut sehingga harga saham yang dijual
pada bursa saham meningkat, dimana hal ini akhirnya akan mengakibatkan
return yang di dapat investor meningkat (Tayibnapis, 2008:44).
Begitu pula hubungan nilai tukar dengan NAB. Penelitian yang
dilakukan Sjahputra (2005) menunjukan hasil bahwa nilai tukar rupiah
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja reksadana syariah dan
Tayibnapis (2008) menunjukan hasil bahwa valuta asing mempunyai
50
pengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah
Berimbang.
2. Hubungan antara inflasi dengan Nilai Aktiva Bersih
Hubungan antara inflasi dan harga saham yang secara lebih khusus
diungkapkan oleh Ritchie (1996:98) sebagai berikut : “...Stock perform
poorly during an accerelating phase of inflation,...when inflation rates slow
down appreciably, stock prices move up substandtrally” hubungan yang
terjadi antara tingkat inflasi dan harga saham adalah berlawanan arah
(negatif) yang berarti bahwa pada saat inflasi tinggi harga saham akan turun
dan sebaliknya. Begitu pula hubungan inflasi dengan NAB sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Hadori Yunus dan idrus Mahidin (2005)
serta Tayibnapis (2008) yang menunjukan bahwa inflasi berpengaruh
negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah.
3. Hubungan antara SWBI dengan Nilai Aktiva Bersih
Hubungan SWBI dengan NAB seperti halnya hubungan antara suku
bunga dengan harga saham adalah negatif atau berlawanan arah
sebagaimana pernyataan dari Gup (2000: 227) “A close examination reveals
that they tend to be inversely related....when market rates of interest go up,
stock prices tend to go down, conversely, when market rates of interest
decline, stock price tend to increase”.
Dari pernyataan tersebut maka bila suku bunga naik dengan tingkat
yang memadai maka pemodal akan berusaha memindahkan investasinya
dari saham ke deposito. Dengan kata lain, akan terjadi aksi jual saham yang
51
berakibat turunnya harga saham, demikian pula sebaliknya. Begitu pula
yang terjadi pada SWBI dengan NAB sama dengan suku bunga dengan
harga saham, apabila SWBI dengan tingkat yang memadai maka pemodal
akan memindahkan investasinya dari reksadana ke deposito syariah
sehingga NAB dari reksadana akan turun, demikian pula sebaliknya.
Dalam penelitian Hadori Yunus & Idrus Mahidin (2005), SWBI
mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa
Syariah Berimbang. Penelitian yang dilakukan Reno Virlandana A dan Budi
Hermana (2005) SWBI mempunyai hubungan kuat negatif terhadap
pergerakan nilai aktiva bersih unit reksadana syariah.
4. Hubungan Antara JII dengan Nilai Aktiva Bersih
IHSG berhubungan positif dengan return saham dalam artian makin
tinggi nilai IHSG makin tinggi pula return yang dihasilkan karena IHSG
menunjukkan semakin stabilnya BEI dimana bila bursa saham tersebut
semakin baik secara otomatis kinerja perusahaan yang ikut sebagai emiten
semakin baik sehingga return yang dihasilkan meningkat (Tungka, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Pasha (2005) menunjukkan hasil
bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara IHSG dengan
NAB reksadana saham. Penelitian yang dilakukan oleh Tayibnapis (2008)
menunjukkan hasil bahwa JII memiliki pengaruh yang signifikan dan positif
terhadap NAB reksadana syariah dan penelitian yang dilakukan oleh Hadori
Yunus & Idrus Mahidin (2005) menunjukan bahwa JII berpengaruh positif
dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.
52
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian Abdul Muthalib (2005), mengenai “Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”.
Dalam analisis ini menggunakan lima indikator makro ekonomi yang meliputi
Pertumbuhan pendapatan nasional bersih, pertumbuhan jumlah uang yang
beredar, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI serta perubahan nilai tukar
Rp terhadap US dollar. Hasil dari metode regresi linear berganda menunjukkan
bahwa variabel makro ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap
tingkat kinerja reksadana saham. Dari uji yang dilakukan dengan metode
regresi linear berganda (enter method maupun stepwise method) hanya terdapat
satu variabel independen yang signifikan yaitu tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional bersih. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hanya tingkat
pertumbuhan pendapatan nasional bersih merupakan variabel makro yang
paling signifikan mempengaruhi tingkat kinerja reksadana saham.
Penelitian yang dilakukan oleh M Romas Sjahputra (2005), tentang
“Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Uang, Tingkat Suku Bunga
Bebas Resiko dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah”,
menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah,
sedangkan hasil regresi menunjukkan pengaruh yang beragam. Untuk inflasi,
kurs, nilai tukar, dan Jakarta Islamic Index (JII) pengaruhnya positif,
sedangkan untuk SBI pengaruhnya negatif. Dari semua variabel yang diteliti,
JII merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan sedangkan
53
pengaruh variabel lainnya tidak signifikan, dari uji koefisien determinasi (R2)
dapat diketahui bahwa selama periode penelitian besarnya perubahan kinerja
reksa dana syariah yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang diteliti
adalah 49,4 persen. Sementara 50,6 persen dijelaskan oleh factor-faktor lain
diluar penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan Hadori Yunus & Idrus Mahidin (2005) dalam
penelitiannya yang berjudul “Critical Factors yang Mempengaruhi Niali Aktiva
Bersih Reksadana Syariah” yang menggunakan variabel NAB, SWBI, JII dan
Inflasi. Studi empirisnya pada Danareksa Syariah Berimbang. Dalam penelitian
ini terlebih dahulu membandingkan secara langsung antara return Darareksa
Syariah Berimbang dengan return rata-rata suku bunga deposito selama periode
penelitian yaitu Januari 2002-Desember 2004 untuk mengetahui tingkat return
yagn lebih menarik diantara keduanya.Hasil penelitian ini ternyata Return dari
NAB Danareksa Syariah Berimbang lebih baik dari return suku bunga deposito
selama periode penelitian, secara berganda atau bersama-sama ketiga variabel
yang digunakan dalam penelitian tersebut : SWBI (X1), JII (X2), dan Tingkat
Inflasi (X3) mempunyai hubungan positif yang sangat kuat dengan NAB
Danareksa Syariah Berimbang dan secara bersama-sama ketiga variabel
independen dalam penelitian tersebut juga sangat mempengaruhi NAB
Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management.
secara parsial SWBI mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan
NAB Danareksa Syariah Berimbang, sedangkan JII berpengaruh positif yang
sangat kuat serta signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dan
54
inflasi berhubungan negatif yang rendah dan tidak signifikan terhadap NAB
Danareksa Syariah berimbang.
Penelitian Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005) mengenai
“Hubungan Antara Reksadana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 - Desember 2004” Dengan
teknik analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi. Hasilnya bahwa
pergerakan Nilai Aktiva Bersih unit reksadana syariah berhubungan kuat
positif dengan index syariah (JII) dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG).
tetapi berhubungan kuat negatif dengan equivalent rate nisbah simpanan bank
syariah dan sertifikat wadiah bank indonesia (SWBI).
Penelitian yang dilakukan oleh Shandy Rahmadani Tayibnapis (2008)
mengenai “Analisis Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jakarta
Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah (Studi kasus Reksadana Danareksa Syariah Berimbang)”.
Dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda hasilnya
dimana SWBI dan JII memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang sedangkan inflasi dan valuta
asing pengaruhnya tidak signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pasha (2005) mengenai “Pengaruh IHSG
di Bursa Efek Jakarta Terhadap NAB Reksadana Saham di PT. BNI Securities
Bandung”. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Hasil
penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara
IHSG dengan NAB Reksadana Saham. Besarnya kontribusi IHSG
55
mempengaruhi NAB reksadana saham sebesar 75,8%, dengan uji t IHSG
berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana saham.
Penelitian Hafizal Mohamed Fadhil, Azlinna noor Azizan , Roselee Shah
Shaharudin (2007) dengan judul “The Interaction Between Macroeconomics
Variables and The Performance Mutual Fund in Malaysia”. Variabel yang
digunakan adalah Kuala Lumpur Composite Index (KLCI), Indeks Harga
Konsumen (CPI), uang beredar (M2) , Inter Bank Rate (IBR) dan NAB
reksadana. Dengan menggunakan teknik analisis ECM. Hasil penelitian
menunjukan bahwa bahwa NAB cointegrated dengan KLCI, M2 dan CPI. Ibr
tidak cointegrated dengan NAB. KLCI memiliki hubungan positif yang
signifikan dengan NAB. NAB adalah cointegrated dengan uang beredar secara
tidak langsung sejalan dengan permintaan dan penawaran. Dari hasil ECM
menunjukan bahwa KLCI IHK dan M2 mempengaruhi NAB. Hubungan
adalah searah yang berjalan dari KLCI, IHK dan M2 untuk NAB.
Penelitian yang dilakukan Maysami, dkk (2004) yang berjudul
Relationship Between Macroeconomic Variabels and Stock Market Indices :
Cointegration Evidence From Stock Exchange of Singapore’s All’s Sector
Indices. Mengkaji tentang hubungan keseimbangan jangka panjang antara
peubah makro ekonomi yang terpilih seperti interest (suku bunga), tingkat
harga (inflasi), nilai tukar (exchange rate), produksi industri dan money supply
dengan indeks pasar modal Singapura (STI) serta beberapa indeks sektoral
seperti indeks property, keuangan, dan indeks perhotelan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan VECM (Vector Error Corecction Model), hasil
56
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasar saham Singapura dan indeks
property menunjukkan hubungan kointegrasi dengan perubahan suku bunga
(interest) jangka pendek dan jangka panjang serta dengan tingkat harga, nilai
tukar dan money supply.
Tabel 2.2 Kesimpulan Hasil Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel yang diteliti
Alat Statistik
Hasil Penelitian
1 Abdul Muthalib (2005)
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004
Pendapatan nasional bersih, jumlah uang yang beredar, inflasi ,suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap US dollar, NAB/unit
Regresi Linear Berganda
secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat kinerja reksadana saham.satu variabel independen yang signifikan yaitu tingkat pertumbuhan pendapatan nasional bersih pendapatan nasional bersih merupakan variabel makro yang paling signifikan mempengaruhi tingkat kinerja reksadana saham.
2 M.R. Sjahputra (2005)
Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Uang, Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah
inflasi, kurs nilai tukar, JII, SBI dan NAB/unit
Metode Sharpe Measure Analisis Regresi Linear Berganda
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. inflasi, kurs nilai tukar, dan JII pengaruhnya positif, sedangkan untuk SBI pengaruhnya negatif. Hanya JII yangsignifikan sedangkan pengaruh variabel lainnya tidak signifikan,
3.
Hadori Yunus & Idrus Mahidin (2005)
Critical Factors yang Mempengaruhi Niali Aktiva Bersih Reksadana Syariah
NAB/unit, SWBI, JII dan Inflasi.
Regresi Linear Berganda
Return dari NAB Danareksa Syariah Berimbang lebih baik dari return suku bunga deposito selama periode penelitian, secara berganda atau bersama-sama ketiga
57
variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut : SWBI (X1), JII (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) mempunyai hubungan positif yang sangat kuat dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang dan secara bersama-sama ketiga variabel independen dalam penelitian tersebut juga sangat mempengaruhi NAB Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management. secara parsial SWBI mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang, sedangkan JII berpengaruh positif yang sangat kuat serta signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dan inflasi berhubungan negatif yang rendah dan tidak signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah berimbang.
4 Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005)..
“Hubungan Antara Reksadana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 - Desember 2004”
NAB/unit, JII,IHSG, equivalent rate nisbah simpanan bank syariah dan SWBI
statistik deskriptif dan analisis korelasi
Bahwa pergerakan Nilai Aktiva Bersih unit reksadana syariah berhubungan kuat positif dengan index syariah (JII) dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG). tetapi berhubungan kuat negatif dengan equivalent rate nisbah simpanan bank syariah dan sertifikat wadiah bank indonesia (SWBI)
5 Shandy rahmadani
“Analisis Pengaruh
SWBI, JII, Inflasi,
Analisis deskriptif
SWBI dan JII memberikan pengaruh yang positif dan
58
Tayibnapis (2008)
Sertifikat wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Studi kasus Reksadana Danareksa Syariah Berimbang)
Valuta Asing dan NAB/unit.
dan analisis regresi berganda.
signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang,sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah berimbang serta Valuta asing berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang..
6 Pasha (2005)
“Pengaruh IHSG di Bursa Efek Jakarta Terhadap NAB Reksadana Saham di PT. BNI Securities Bandung”.
IHSG, NAB/unit
Regresi sederhana
terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara IHSG dengan NAB Reksadana Saham. Besarnya kontribusi IHSG mempengaruhi NAB reksadana saham sebesar 75,8%, dengan uji t IHSG berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana saham.
7 Hafizal Mohamed Fadhil, dkk (2007)
“The Interaction Between Macroeconomics Variables and The Performance Mutual Fund in Malaysia”. reksadana. Dengan menggunakan teknik analisis ECM.
Variabel yang digunakan adalah Kuala Lumpur Composite Index (KLCI), Indeks Harga Konsumen (CPI), uang beredar (M2) , Inter Bank Rate (IBR) dan NAB
Error Correction Model (ECM)
Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa NAB cointegrated dengan KLCI, M2 dan CPI., Ibr tidak cointegrated dengan NAB . KLCI memiliki hubungan positif yang signifikan dengan NAB. NAB adalah cointegrated dengan uang beredar secara tidak langsung sejalan dengan permintaan dan penawaran. Dari hasil ECM menunjukan bahwa KLCI IHK dan M2 mempengaruhi NAB. Hubungan adalah searah yang berjalan dari KLCI, IHK dan M2 untuk NAB
59
8 Maysami dkk. (2004)
Relationship Between Macroeconomic Variabels and Stock Market Indices : Cointegration Evidence From Stock Exchange of Singapore’s All’s Sector Indices.
Interest, tingkat harga, exchange rate, produksi industri dan money supply dengan indeks pasar modal Singapura (STI) serta beberapa indeks sektoral seperti indeks property, keuangan, dan indeks perhotelan.
VECM hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasar saham Singapura dan indeks property menunjukkan hubungan kointegrasi dengan perubahan suku bunga (interest) jangka pendek dan jangka panjang serta dengan tingkat harga, nilai tukar dan money supply.
J. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis variabel makroekonomi dan
indeks syariah yang mempengaruhi nilai aktiva bersih reksadana syariah Ada
pun variabel - variabel yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu
nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, Sertifikat Wadi’ah Bank
Indonesia (SWBI), Jakarta Islamic Index (JII) dan NAB Reksadana Syariah.
Perkembangan reksa dana syariah dapat diukur dengan indikator Nilai
Aktiva Bersih (NAB), di mana semakin tinggi NAB reksadana berarti semakin
berkembang reksadana tersebut. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel
yang diteliti mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen maka
60
rx1x2
rx2x3
rx3x4
rx1x3
rx2x4
rx1x4
yx1
yx4
yx3
yx2
penulis menggunakan metode analisis jalur ( path analysis), secara skematis
dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
є
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
K. Hipotesis
Dari hasil pembahasan dalam kerangka pemikiran, hipotesis yang akan
dibuktikan dalam penelitian ini adalah :
1. H0 : yx1,yx2,yx3,yx4 = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari variabel nilai tukar (X1), inflasi
(X2), SWBI (X3) dan JII (X4) secara
simultan terhadap NAB Reksadana
Syariah (Y).
Nilai Tukar Rupiah (X1)
Inflasi (X2)
SWBI (X3)
JII (X4)
NAB Reksadana Syariah
(Y)
61
H1 : yx1,yx2,yx3,yx4 ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel nilai tukar (X1), inflasi (X2),
SWBI (X3) dan JII (X4) secara simultan
terhadap NAB Reksadana Syariah(Y).
2. H0 : yxi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai
tukar (X1), inflasi (X2), SWBI (X3) dan JII (X4) secara
parsial terhadap NAB Reksadana Syariah (Y).
H1 : yxi ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar
(X1), inflasi (X2), SWBI (X3) dan JII (X4) secara parsial
terhadap NAB Reksadana Syariah (Y).
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari variabel nilai tukar
rupiah, inflasi, SWBI dan JII terhadap Nilai Aktiva Bersih reksadana syariah.
Setelah merumuskan masalah dan melakukan pembatasan ruang lingkup agar
penelitian ini dapat terfokus, ditentukan model dan metode analisis yang dapat
digunakan agar tujuan penelitian ini dapat tercapai.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data yang diperlukan, yaitu data
nilai tukar yang diwakili oleh nilai tukar rupiah terhadap USD, data tingkat
inflasi, data SWBI, data JII dan Data NAB Reksadana Syariah periode Januari
2005–Februari 2008. Untuk dapat menganalisis pengaruh variabel nilai tukar
rupiah, inflasi, SWBI dan JII terhadap NAB reksadana syariah dilakukan
pengujian statistik dengan menggunakan metode analisis jalur (Path Analysis).
B. Metode Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Judgement Sampling. Metode ini merupakan metode penentuan
sampel dimana pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau
pertimbangan pribadi semata. Penggunaan metode ini adalah untuk
mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan yaitu seluruh produk reksadana syariah yang terdaftar di Bapepam
63
periode Januari 2005-Februari 2008. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan data time series dengan sample data dalam rentang waktu 38
bulan yaitu dari bulan Januari 2005- Februari 2008.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain yang berkaitan dengan
penulisan penelitian ini, seperti data yang bersumber dari Bapepam (Badan
Pengawas Pasar Modal) , Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia.
2. Library Research
Penelusuran literatur, buku, artikel dan jurnal serta sumber lain yang
berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh
data yang valid.
3. Internet Research
Media teknologi internet juga digunakan untuk mendapatkan data yang up
to date seperti www.bi.go.id , www.ortax.org , dan lain-lain.
64
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil analisis jalur untuk
menganalisis data yang diperoleh, Variabel endogen adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel eksogen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel
endogen adalah NAB reksadana syariah. Variabel eksogen adalah variabel
yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel endogen, yaitu : Nilai
tukar (X1), inflasi (X2) , SWBI (X3), dan JII (X4).
Menurut Rutherford dalam Jonathan Sarwono (2007:1), analisis jalur
adalah suatu tehnik untuk menganalisis hubungan sebab-akibat yang terjadi
pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel
tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi secara tidak langsung Definisi
lain menurut Webley dalam Jonathan Sarwono (2007:1),. mengatakan bahwa
analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda
dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude)
dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam
seperangkat variabel.
David Garson dari North Carolina State University mendefinisikan
analisis jalur sebagai model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji
keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab-
akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk
gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai
sebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu model
sebagai variabel tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai
65
penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang
dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel
dan dilakukan juga perhitungan uji keselarasan statistik (Garson dalam
Jonathan Sarwono, 2007:1).
Sewall Wright dalam Muhidin dan Abdurrahman (2007:121), path
analisis digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah
yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat
langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab,
terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat.
Adapun pertimbangan menggunakan analisis ini adalah karena penulis
ingin mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi,
SWBI dan JII terhadap NAB reksadana syariah .
Adapun beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai
dengan yang paling rumit (Jonathan Sarwono, 2007:6), diantaranya adalah :
a) Model Regresi Berganda
Merupakan pengembangan dari regresi berganda dengan menggunakan 2
variabel exogenus, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogenus (Y).
b) Model Mediasi
Model kedua adalah model mediasi atau perantara, dimana variabel Y,
memodifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Z.
66
c) Model Kombinasi Pertama dan Kedua.
Model ini merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu
variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara
tidak langsung mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y.
d) Model Kompleks
Model keempat ini merupakan model yang kompleks yaitu variabel X1
secara langsung mempengaruhi Y2 dan variabel X2 secara tidak langsung
mempengaruhi Y2 sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel
Y1.
e) Model Recursif dan Non Recursif.
Dari sisi pandang arah sebab akibat ada dua tipe model jalur, yaitu
recrusif (dimana semua anak panah menuju satu arah) dan non recrusif
(jika anak panah tidak searah atau terjadi arah terbalik).
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam analisis jalur di antaranya ialah
(Jonathan Sarwono, 2007 : 2) :
a) Adanya linearitas (linearity), dimana hubungan antar variabel bersifat
linear.
b) Adanya aditivitas (additivitas), dimana tidak ada efek-efek interaksi.
c) Data berskala interval, semua variabel yang diobservasi mempunyai
data berskala interval (scaled value), Jika data belum dalam bentuk
skala interval, sebaiknya data diubah dengan menggunakan metode
suksesive interval (MIS) terlebih dahulu.
67
d) Semua data residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan satu
variabel dalam model.
e) Istilah gangguan (disturbance terms) atau variabel residual tidak boleh
berkorelasi dengan semua variabel endegenous dalam model. Jika
dilanggar maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk
mengestimasikan parameter-parameter jalur.
f) Sebaiknya hanya terdapat multikoliniearitas yang rendah. Maksud
multikoliniearitas adalah dua atau lebih variabel bebas (penyebab)
mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang
sangat tinggi kita akan mendapatka error yang besar dari koefisien beta
(b) yang digunakan untuk menghilangkan varian biasa dalam
melakukan analisis korelasi secara parsial.
g) Adanya rekursivitas, semua anak panah mempunyai arah, tidak boleh
terjadi pemutaran kembali (looping).
h) Spesifikasi model sangat diperlukan untuk menginterpretasikan
koefisien-koefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel
penyebab yang signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien
jalur akan merefleksikan kovarian bersama dengan semua variabel
yang tidak diukur dan tidak akan dapat diinterpretasikan secara tepat
dalam kaitannya dengan akibat secara langsung dan tidak langsung.
i) Terdapat masukan korelasi yang sesuai, artinya jika kita menggunakan
matriks korelasi sebagai masukan maka korelsi pearson digunakan
untuk dua varabel berskala interval ; korelasi polychoric untuk dua
68
variabel berskala ordinal ; tetracholic untuk dua variabel dikotomi
(berskala nominal) ; polyserial untuk satu varabel interval dan lainnya
nominal .
j) Terdapat ukuran sampel yang memadai.
k) Sampel sama dibutuhkan untuk perhitungan regresi dalam model jalur.
Langkah pertama dalam analisis jalur adalah menggambarkan diagram
jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang di ajukan dengan di
lengkapi persamaan strukturalnya, sehingga bisa tampak jelas variabel apa saja
yang merupakan variabel eksognus dan apa yang menjadi variabel
endogenusnya. Adapun persamaan strukturalnya sebagai berikut:
Y = yx1X1 + yx2X2 + yx3X3 + yx4X4 + Є
Dimana :
Y : NAB reksa dana syariah
X1 : Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar
X2 : Inflasi
X3 : SWBI
X4 : JII
yx1, .....yx4 : Koefisien Jalur
Є : Variabel residu
Langkah kedua adalah menghitung koefisien regresi untuk stuktur yang
telah dirumuskan. Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi
yang distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang
telah diset dalam angka baku atau Z-score. Koefisien jalur yang distandarkan
ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap
69
variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel terikat.Dalam penelitian ini
menggunakan program SPSS dimana koefisien jalur ditunjukan oleh output
yang dinamakan coeffisient yang dinyatakan sebagai Standardized Coefficient
atau dikenal dengan nilai Beta .
Langkah ketiga adalah menghitung koefisien jalur secara simultan
(keseluruhan). Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh signifikan antara
beberapa variabel bebas (eksogen) secara bersama-sama terhadap variabel
terikat (endogen) digunakan F-test, yaitu dengan membandingkan signifikansi
F-hitung (F-value) dan signifikansi F-tabel dengan tingkat kepercayaan 95%
dengan ketentuan berikut :
a. Jika F penelitian < dari F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
b. Jika F penelitian > dari F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Pengujian juga dapat dilakukan dengan membandingkan taraf
signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi α 5 % (0,05). Dengan
ketentuan berikut :
a. Jika signifikansi (sig) penelitian > dari α 0.05 maka H0 diterima dan H1
ditolak.
b. Jika signifikansi (sig) penelitian < dari α 0.05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Langkah keempat adalah menghitung koefisien jalur secara individu.Uji
statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen
(Mudrajad Kuncoro, 2001 : 97).
70
Hipotesis :
H0 : Koefisien jalur tidak signifikan
H1 : Koefisien jalur signifikan
Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan t-hitung dengan t-
tabel
1. Jika t hitung > t tabel, atau t-hitung < t-tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima.
2. Jika t hitung < t tabel, atau t-hitung > t-tabel maka H0 diterima dan H1
ditolak.
Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikansi:
1. Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka H0 diterima. Hal ini berarti
bahwa suatu variabel eksogen tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel endogen.
2 Jika probabilitas signifikan < 0.05, maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa
suatu variabel eksogen berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel endogen
Langkah kelima adalah menguji kesesuaian dalam model analisis jalur
dengan metode trimming. Teori Trimming dimaksudkan untuk menguji
kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah dihitung.
Apabila koefisien jalur yang dihitung tidak signifikan, maka terjadi trimming.
Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara menghilangkan jalur
yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna atau tidak signifikan.
71
Langkah terakhir adalah meringkas dan menyimpulkan dengan
melakukan interpretasi atas hasil analisis berdasarkan rumusan masalah dan
tujuan penelitian, yaitu berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung
antar variabel. Variabel mana yang paling dominan, dalam artian memberikan
pengaruh paling besar terhadap variabel endogen yang dikonfirmasikan.
Dalam analisis jalur ada pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan
pengaruh total. Untuk menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak
langsung serta pengaruh secara total variabel eksogen terhadap variabel
endogen secara parsial dapat dilakukan dengan rumus (Sambas Ali Muhidin
dan Maman Abdurrahman, 2007:236) :
1. Besarnya pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen =
(Pxuxi) x (Pxuxi).
2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogen terhadap variabel
endogen = (Pxuxi) x (rxuxi) x (Pxuxi).
3. Besarnya pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen adalah
penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan besarnya pengaruh tidak
langsung = [(Pxuxi) x (Pxuxi)] + [(Pxuxi) x (rxuxi) x (Pxuxi)].
72
E. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Eksogen (X) Variabel Endogen (Y)
1. Nilai Tukar Rupiah (Exchange rate)
Nilai tukar ialah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Data yang di gunakan adalah data nilai tukar rupiah terhadap US Dollar yang digunakan berdasarkan data nilai penutupan rupiah per 1 US Dollar menurut Bank Indonesia (kurs BI) pada setiap akhir bulan
1. Nilai Aktiva Bersih
Nilai Aktiva Bersih adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang dikurangi dengan biaya–biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Data NAB yang digunakan yaitu data NAB seluruh produk reksadana syariah perbulan yang bersumber dari Bapepam.
2.Inflasi
Inflasi adalah kecendrungan dari harga untuk naik secara umum dan terus menerus Data inflasi yang digunakan adalah data inflasi bulanan berdasarkan IHK yang bersumber dari BI
3.SWBI
SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BI sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah/titipan (Bank Indonesia, 2003: 6). Data SWBI yang digunakan adalah data SWBI bulanan yang bersumber dari BI
4. JII (Jakarta Islamic Index)
Indeks JII adalah indeks dari sejumlah emiten yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index di BEI yang tentunya berbasis syariah. Data JII yang digunakan adalah stock price indeks per bulan pada saat penutupan yang bersumber dari Jakarta Stock Exchange.
73
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Pasar Modal Syariah
Sejak secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret
2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Bapepam dengan
Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), maka
dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah
di pasar modal Indonesia terus meningkat. Harus dipahami bahwa ditengah
maraknya pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah secara umum di
Indonesia, perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal
Indonesia masih dianggap belum mengalami kemajuan yang cukup
signifikan, meskipun kegiatan investasi syariah tersebut telah dimulai dan
diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalui instrumen reksa dana
syariah serta sejumlah fatwa DSN-MUI berkaitan dengan kegiatan investasi
syariah di pasar modal Indonesia.
Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar penduduk
Indonesia mayoritas beragama Islam namun perkembangan pasar modal
yang berbasis syariah dapat dikatakan sangat tertinggal jauh terutama jika
dibandingkan dengan Malaysia yang sudah bisa dikatakan telah menjadi
pusat investasi berbasis syariah di dunia, karena telah menerapkan beberapa
74
instrumen keuangan syariah untuk industri pasar modalnya. Kenyataan lain
yang dihadapi oleh pasar modal syariah kita hingga saat ini adalah
minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika
dibandingkan dengan jumlah pemodal yang ada pada sektor perbankan.
Dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia misalnya, Indonesia
terlihat begitu tertinggal jauh dalam mengembangkan kegiatan investasi
syariah di pasar modal. Malaysia pertama kali mengembangkan kegiatan
pasar modal syariah sejak awal tahun 1990 dan saat ini terus mengalami
kemajuan yang cukup pesat. Sebagai contoh, data menunjukkan hingga
akhir tahun 2004 total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah
mencapai 7,7% (tujuh koma tujuh perseratus) dari total NAB industri Reksa
Dana di Malaysia, sedangkan Indonesia baru mencapai 0,51% (nol koma
lima puluh satu per seratus) dari total NAB industri reksa dana.
Untuk obligasi syariah, di Malaysia hingga akhir tahun 2004 mencapai
kenaikan 31,69% dari total nilai obligasi yang tercatat di pasar modal
Malaysia, sementara di Indonesia hingga akhir Desember 2004 baru
mencapai Rp. 1.424 Triliun atau 1,72% dari total nilai emisi obligasi di
Indonesia pada tahun yang sama yaitu sebesar Rp. 83.005,345 Triliun.
Pada sisi lain, harus diakui bahwa masih terdapat beberapa
permasalahan mendasar yang menjadi kendala berkembangnya pasar modal
yang berprinsip syariah di Indonesia. Kendala-kendala dimaksud
diantaranya adalah selain masih belum meratanya pemahaman dan atau
pengetahuan masyarakat Indonesia tentang investasi di pasar modal yang
75
berbasis syariah, juga belum ditunjangnya dengan peraturan yang memadai
tentang investasi syariah di pasar modal Indonesia serta adanya anggapan
bahwa untuk melakukan investasi di pasar modal syariah dibutuhkan biaya
yang relatif lebih mahal apabila dibandingkan dengan investasi pada sektor
keuangan lainnya.
Hal-hal lain yang dianggap bisa mempengaruhi perkembangan Pasar
Modal Syariah diantaranya adalah : perkembangan jenis instrumen pasar
modal syariah yang dikuatkan dengan fatwa DSN — MUI, perkembangan
transaksi sesuai syariah atas instrumen pasar modal syariah; dan
perkembangan kelembagaan yang memantau macam dan transaksi pasar
modal syariah (termasuk Bapepam Syariah, Lembaga Pemeringkat Efek
Syariah dan Dewan Pengawas Islamic Market/Index). Keberadaan pasar
modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut
membangung perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan
perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai media
untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi
keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve
centre (saraf finansial dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini,
bahkan perekonomian modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya
pasar modal yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir
dengan baik.
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara umum
ditandai oleh berbagai indikator diantaranya adalah semakin maraknya para
76
pelaku pasar modal syariah yang mengeluarkan efek-efek syariah selain
saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JII). Dalam perjalanannya
perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan,
sebagai gambaran bahwa setidaknya terdapat beberapa perkembangan dan
kemajuan pasar modal syariah yang patut dicatat hingga tahun 2004,
diantaranya adalah telah diterbitkan 6 (enam) Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berkaitan dengan
industri pasar modal (www.reksadanasyariah.net).
2. Tentang Reksadana Syariah
Di Indonesia, instrumen Reksa Dana mulai dikenal pada tahun 1995,
yakni dengan diluncurkannya PT BDNI Reksa Dana. Berdasarkan sifatnya
BDNI Reksa dana adalah Reksa Dana tertutup mirip The Scottish American
Investment Trust. Seiring dengan hadirnya UU pasar modal pada tahun
1996, mulailah Reksa Dana tumbuh secara aktif. Reksa Dana yang tumbuh
dan berkembang pesat adalah Reksa Dana terbuka jika pada tahun 1995
tumbuh satu Reksa Dana dengan dana yang dikelola sebesar Rp. 356 miliar,
maka pada tahun 1996 tercatat 25 Reksa Dana. Dimana sebanyak 24
merupakan Reksa Dana terbuka atau Reksa Dana yang berupa KIK
(Kontrak Investasi Kolektif) dengan total dana yang dikelola sebesar Rp.
5,02 miliar.
77
Hadirnya Bank Muamalat, Asuransi Takaful, dan tumbuhnya lembaga
keuangan syariah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah
investasi yang berbasis pada investor muslim. Bapepam mulai melakukan
inisiatif untuk mewadahi investor muslim, maka mulai tahun 1997, tepatnya
pada tanggal 25 Juni 1997 dihadirkan Reksa Dana Syariah dengan
produknya yang bernama Danareksa Syariah yang dikeluarkan oleh PT
Danareksa Investment Management. Kemudian pada tahun 2000 dihadirkan
kembali produk baru dengan nama Danareksa Syariah Berimbang. System
Danareksa syariah ini belum menjadi bagian terpisah system Reksa Dana
yang ada selama ini (www.rac.uii.ac.id).
Saat ini ada banyak pilihan reksadana syariah yang bisa ditawarkan
kepada masyarakat indonesia. Pada dasarnya, produk-produk tersebut bisa
dikategorikan pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran.
Produk reksadana syariah yang masuk kategori reksadana pendapatan tetap
di antaranya BNI Dana Syariah, Dompet Dhuafa BTS Syariah, PNM
Amanah Syariah, Big Dana Syariah dan I-Hajj Syariah Fund. Sedangkan
produk reksadana syariah yang masuk dalam kategori reksadana campuran
diantaranya PNM Syariah, Danareksa Syariah Berimbang, Batasa Syariah,
BNI Dana Plus Syariah, AAA Syariah Fund, dan BSM Investasi Berimbang
(Parluhutan Situmorang dkk., 2010:52).
78
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisa Deskriptif
a. Analisa Deskriptif Variabel Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal
yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Resiko nilai
kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai
tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain
(asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam
menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi
resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi
oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Adapun
data nilai tukar rupiah terhadap US Dollar yang didasarkan pada nilai
penutupan Rupiah per 1 US Dollar menurut Bank Indonesia (kurs BI)
pada setiap akhir bulan selama periode Januari 2005 – Februari 2008 :
Tabel 4.1 Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 Januari 9.204,15 9.493,00 9.066,50 9.409,68 Februari 9.244,94 9.253,15 9.067,80 9.178,95 Maret 9.370,52 9.171,57 9.163,95 April 9.539,36 8.936,94 9.097,55 Mei 9.479,80 8.984,86 8.844,33 Juni 9.616,45 9.362,73 8.983,65 Juli 9.799,29 9.125,48 9.067,14 Agustus 9.986,64 9.094,25 9.366,68 September 10.232,57 9.143,33 9.309,90 Oktober 10.093,38 9.187,18 9.107,06 November 10.040,71 9.134,59 9.264,27 Desember 9.857,32 9.086,80 9.333,60
Sumber :BI ( Data sekunder diolah)
79
Pada tabel 4.1 menunjukkan adanya fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap dollar amerika, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai tukar
rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan
September yaitu dengan nilai Rp 10.232,57, sedangkan nilai tukar rupiah
paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan Januari yaitu dengan
nilai Rp 9.204,15. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai tukar
rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Januari
yaitu dengan nilai Rp 9.493, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat
terhadap dollar amerika terjadi di bulan April yaitu dengan nilai Rp
8.936,94. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai tukar rupiah sangat
lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Agustus yaitu dengan
nilai Rp 9.366,68, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap
dollar amerika terjadi di bulan Mei yaitu dengan nilai Rp 8.844,33.
Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilai tukar
rupiah sangat lemah terjadi dibulan Januari Rp 9.409,68 dibandingkan
bulan Februari Rp 9.178,95. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari
2008 menunjukan nilai tukar rupiah paling lemah terhadap dollar amerika
terjadi dibulan September 2005 dan nilai rupiah paling kuat terhadap
dollar amerika terjadi pada bulan Mei 2007.
b. Analisa Deskriptif Variabel Inflasi.
Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat, pembangunan
akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Apabila
inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku yang pada
80
akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap produk
barang yang dihasilkan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak buruk
pada harga saham perusahaan itu di pasar modal. Selain itu,
meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang
mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang
mencatatkan sahamnya di bursa efek yang pada akhirnya akan
memperkecil deviden yang diterima oleh pemegang saham. Menurunnya
pendapatan deviden yang diterima oleh investor maka akan semakin
menurunkan minat masyarakat investor untuk berinvestasi dipasar modal
seperti reksa dana. Adapun data inflasi pada periode Januari 2005 –
Februari 2008 :
Tabel 4.2 Data Tingkat Inflasi
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 Januari 0,0061 0,0142 0,0052 0,0061 Februari 0,0060 0,0149 0,0053 0,0062 Maret 0,0073 0,0131 0,0054 April 0,0068 0,0128 0,0052 Mei 0,0062 0,0130 0,0050 Juni 0,0062 0,0129 0,0048 Juli 0,0065 0,0126 0,0051 Agustus 0,0069 0,0124 0,0054 September 0,0076 0,0121 0,0058 Oktober 0,0149 0,0052 0,0057 November 0,0153 0,0044 0,0056 Desember 0,0143 0,0055 0,0055 Sumber : BI (Data sekunder diolah)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa inflasi mengalami penurunan dan
kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai Inflasi tertinggi terjadi
pada bulan November yaitu dengan nilai 0,0153, sedangkan nilai Inflasi
81
terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0060. selanjutnya
untuk tahun 2006 dimana nilai inflasi tertinggi terjadi pada bulan
Februari yaitu dengan nilai 0,0149, sedangkan nilai inflasi terendah
terjadi di bulan November yaitu dengan nilai 0,0044. Selanjutnya untuk
tahun 2007 dimana nilai inflasi tertinggi terjadi pada bulan September
yaitu dengan nilai 0,0058, sedangkan nilai inflasi terendah terjadi di
bulan Juni yaitu dengan nilai 0,0048. Selanjutnya pada tahun 2008 antara
Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 0,0062
dibandingkan bulan Januari 0,0061. Jadi selama Periode Januari 2005 –
Februari 2008 menunjukan nilai inflasi tertinggi terjadi dibulan
November 2005 dan nilai inflasi terendah terjadi pada bulan November
2006.
c. Analisa Deskriptif Variabel Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia.
SWBI merupakan SBI-nya bagi perbankan syariah. SWBI berbeda
dengan SBI yang dijadikan investasi oleh perbankan konvensional. Jika
SBI memakai suku bunga satu dan tiga bulanan, SWBI memakai sistem
bagi hasil dengan pemberian bonus dari sejumlah dana yang ditanamkan
perbankan syariah. Apabila SWBI naik maka investor akan beralih pada
kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas resiko
sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SWBI turun
maka masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih
menguntungkan di pasar modal seperti reksa dana. Adapun data SWBI
selama periode Januari 2005 – Februari 2008 sebagai berikut :
82
Tabel 4.3 Data Tingkat Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 Januari 0,0034 0,0036 0,0067 0,0050 Februari 0,0031 0,0039 0,0038 0,0051 Maret 0,0030 0,0040 0,0054 April 0,0037 0,0040 0,0052 Mei 0,0031 0,0066 0,0052 Juni 0,0039 0,0041 0,0044 Juli 0,0038 0,0042 0,0048 Agustus 0,0033 0,0048 0,0043 September 0,0034 0,0037 0,0055 Oktober 0,0040 0,0044 0,0054 November 0,0043 0,0071 0,0057 Desember 0,0045 0,0072 0,0057
Sumber :BI ( Data diolah)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa SWBI mengalami penurunan dan
kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi
pada bulan Desember yaitu dengan nilai 0,0045, sedangkan nilai SWBI
terendah terjadi di bulan Maret yaitu dengan nilai 0,0030. selanjutnya
untuk tahun 2006 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan
Desember yaitu dengan nilai 0,0072, sedangkan nilai SWBI terendah
terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai 0,0036. Selanjutnya untuk
tahun 2007 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu
dengan 0,0067, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Februari
yaitu dengan nilai 0,0038. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari
dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 0,0051 dibandingkan
bulan Januari 0,0050. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008
menunjukan nilai SWBI tertinggi terjadi dibulan Desember 2006 dan
nilai SWBI terendah terjadi pada bulan Maret 2005.
83
d. Analisa Deskriptif Variabel Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Jakarta Islamic Index
dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk
mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah.
Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor
untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Adapun
Data Indeks JII periode Januari 2005 – Februari 2008 :
Tabel 4.4 Data Tingkat Jakarta Islamic Indeks
Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 Januari 174,187 215,357 296,958 476,969 Februari 171,834 218,261 294,062 508,945 Maret 169,334 233,821 315,245 April 161,002 260,193 344,963 Mei 178,201 237,238 354,580 Juni 187,884 233,272 356,853 Juli 198,242 239,301 388,630 Agustus 178,261 251,352 368,153 September 183,731 263,497 399,747 Oktober 181,422 268,992 463,055 November 188,836 295,479 483,964 Desember 199,749 311,281 493,014
Sumber : Jakarta Stock Exchange
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa data JII mengalami penurunan dan
kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada
bulan Desember yaitu dengan nilai 199,749, sedangkan nilai JII terendah
terjadi di bulan April dengan nilai 161,002. selanjutnya untuk tahun 2006
dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai
311,281, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan Januari yaitu
84
dengan nilai 215,357. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai JII
tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 493,014,
sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai
294,062. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari,
nilainya lebih tinggi dibulan Februari 508,945 dibandingkan bulan
Januari 476,969. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008
menunjukan nilai JII tertinggi terjadi dibulan Februari 2008 dan nilai JII
terendah terjadi pada bulan April 2005.
e. Analisa Deskriptif Variabel Nilai Aktiva Bersih.
NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur dalam
memantau hasil dari suatu reksadana. Besarnya NAB bisa berfluktuasi
setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dari portofolio.
Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang
saham atau Unit Penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurunnya NAB
berarti berkurangnya nilai investasi pemegang Unit Penyertaan. Nilai
NAB tidak hanya dipengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksadana
oleh para investor, tetapi juga oleh harga pasar dari portofolio yang
menjadi underlying asset reksadana tersebut. Adapun data NAB
Reksadana Syariah berdasarkan total NAB dari seluruh produk reksadana
syariah periode Januari 2005 – Februari 2008 adalah sebagai berikut :
85
Tabel 4.5 Data NAB Reksadana Syari’ah (dalam Jutaan)
Bulan
Tahun 2005 2006 2007 2008
Januari 671.703,65 596.310,40 883.792,01 2.918.133,12
Februari 827.962,99 547.873,80 924.071,17 3.095.632,86
Maret 1.193.699,01 574.350,81 1.001.817,95
April 1.583.093,03 608.660,33 1.071.334,91
Mei 1.481.725,76 637.544,49 1.200.217,51
Juni 1.463.981,06 652.772,25 1.285.810,83
Juli 1.517.151,99 668.189,95 1.485.454,30
Agustus 1.506.366,60 681.064,66 1.525.622,92
September 577.880,68 713.939,55 1.611.855,05
Oktober 622.564,96 736.110,05 1.803.281,40
November 572.289,53 797.317,94 2.353.286,12
Desember 563.927,13 868.008,70 2.512.391,76 Sumber : BAPEPAM
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa data NAB mengalami penurunan
dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai NAB tertinggi
terjadi pada bulan April yaitu dengan nilai 1.583.093,03 sedangkan nilai
NAB terendah terjadi di bulan Desembar dengan nilai 563.927,13.
selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada
bulan Desember yaitu dengan nilai 868.008,70 , sedangkan nilai NAB
terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 547.873,80
Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada
bulan Desember yaitu dengan nilai 2.512.391,76, sedangkan nilai NAB
terendah terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai 883.792,01.
Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih
tinggi dibulan Februari 3.095.632,86 dibandingkan bulan Januari
2.918.133,12. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008
86
menunjukan nilai NAB tertinggi terjadi dibulan Februari 2008 dan nilai
NAB terendah terjadi pada bulan Desember 2005.
2. Analisis Regresi Jalur
a. Analisis Regresi
Dalam analisis ini di bagi menjadi dua bagian. Pertama, melihat
pengaruh secara simultan dan kedua, melihat pengaruh secara parsial.
1) Melihat pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII secara gabungan
atau simultan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi SWBI dan JII
secara gabungan atau simultan terhadap nilai aktiva bersih reksadana
syariah, dilihat dari perhitungan model summary, khususnya angka R
square di bawah ini.
Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
.836a .698 .662 .12792
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), JII, inflasi, nilaitukar, SWBIa.
Sumber : Output SPSS
Besarnya angka R square (r²) adalah 0,698. angka tersebut dapat
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI
dan JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah dengan cara
menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
87
KD = r² x 100 %
KD = 0,698 x 100 %
KD = 69,8%
Angka tersebut mengartikan bahwa pengaruh nilai tukar, inflasi,
SWBI dan JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah adalah
69,8 % .Sedangkan sisanya sebesar 30,2 % ( 100% - 69,8%)
dipengaruhi oleh varibel-variabel lain diluar model ini.
Kemudian, untuk mengetahui apakah model regresi di atas
sudah benar atau salah diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis
menggunakan uji F test berikut ini.
Tabel 4.7 Uji F Regresi
ANOVAb
1.249 4 .312 19.077 .000a
.540 33 .016
1.789 37
Regression
Residual
Total
Model1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), JII, inflasi, nilaitukar, SWBIa.
Dependent Variable: NABb.
Sumber : Output SPSS
Dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F
tabel, dimana F penelitian 19,077 > F tabel 2,66 dan Berdasarkan
perhitungan angka signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga H0 di
tolak dan H1 diterima. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara
nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII terhadap nilai aktiva bersih
reksadana syariah. Dengan demikian, model regresi di atas sudah
layak dan benar. Kesimpulannya, nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII
88
secara simultan mempengaruhi reksadana syariah di Indonesia.
Besarnya pengaruh adalah 69,8 % dan sisanya sebesar 30,2 % (100% -
69,8%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi tersebut.
2) Melihat pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII secara sendiri -
sendiri atau parsial terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel nilai tukar, inflasi,
SWBI dan JII secara sendiri - sendiri atau parsial terhadap nilai aktiva
bersih reksadana syariah secara parsial, digunakan Uji t, sedangkan
untuk melihat besarnya pengaruh, digunakan angka Beta atau
Standardized Coeffecient di bawah ini.
Tabel 4.8 Uji t Regresi
Coefficientsa
-7.900 6.686 -1.182 .246
4.521 1.637 .313 2.761 .009
-30.329 6.228 -.517 -4.870 .000
-51.562 24.663 -.260 -2.091 .044
1.010 .200 .697 5.045 .000
(Constant)
nilaitukar
inflasi
SWBI
JII
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: NABa.
Sumber : Output SPSS
(a) Pengaruh nilai tukar terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
Dengan nilai t hitung sebesar 2,761 > t tabel sebesar 1,68 dan
Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,009 < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya, nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva
bersih reksadana syariah.
89
Karena nilai beta menunjukan nilai yang positif, maka
pengaruh nilai tukar terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah
positif. Besarnya pengaruh nilai tukar berpengaruh terhadap nilai
aktiva bersih reksadana syariah sebesar 0,313 atau 31,3%, dianggap
signifikan.
(b) Pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
Dengan nilai t hitung sebesar -4,870 < t tabel sebesar -1,68
dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,000 <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya, inflasi berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih
reksadana syariah.
Karena nilai beta menunjukan nilai yang negatif, maka
pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah
negatif. Besarnya pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih
reksadana syariah sebesar - 0,517 atau -51,7% dianggap signifikan.
(c) Pengaruh SWBI terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
Dengan nilai t hitung sebesar -2,091 < t tabel sebesar -1,68
dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,044 <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya, SWBI berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih
reksadana syariah.
Karena nilai beta menunjukan nilai yang negatif, maka
pengaruh SWBI terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah
90
negatif .Besarnya pengaruh SWBI terhadap nilai aktiva bersih
reksadana syariah sebesar -0,260 atau -26,7% dianggap signifikan.
(d) Pengaruh JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
Dengan nilai t hitung sebesar 5,045 > t tabel sebesar 1,68 dan
Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,000 < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya, JII berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih
reksadana syariah.
Karena nilai beta menunjukan nilai yang positif, maka
pengaruh JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah positif.
Besarnya pengaruh JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana
syariah sebesar 0,697 atau 69,7 % dianggap signifikan.
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Secara Parsial
Variabel Koefisien
Jalur Taraf
Signifikansi Kesimpulan
Nilai Tukar 0,313 0,009 signifikan
Inflasi -0,517 0,000 signifikan SWBI -0,260 0,044 signifikan
JII 0,697 0,000 signifikan Sumber : Data Diolah
Tabel di atas menjelaskan bahwa semua variabel eksogen
mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial atau sendiri –
sendiri terhadap variabel endogen (NAB Reksadana Syariah).
91
b. Analisis Korelasi
Korelasi antara variabel nilai tukar rupiah, inflasi, SWBI dan JII
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.10 Hasil Korelasi
Correlations
1 .249 -.435** -.518**
.132 .006 .001
38 38 38 38
.249 1 -.263 -.432**
.132 .111 .007
38 38 38 38
-.435** -.263 1 .624**
.006 .111 .000
38 38 38 38
-.518** -.432** .624** 1
.001 .007 .000
38 38 38 38
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
nilaitukar
inflasi
SWBI
JII
nilaitukar inflasi SWBI JII
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Sumber : Outpt SPSS
1) Korelasi antara nilai tukar dengan inflasi
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
tingkat nilai tukar dengan inflasi sebesar 0,249. untuk menafsirkan
angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut:
0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
> 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
> 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
> 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,249 mempunyai maksud hubungan antara
variabel nilai tukar dan inflasi sangat lemah dan searah (karena hasilnya
92
positif). Searah artinya jika nilai tukar mengalami kenaikan maka nilai
inflasi akan mengalami kenaikan juga. Korelasi dua variabel tersebut
bersifat tidak signifikan, karena angka signifikansi sebesar 0,132 >
0,05.
2) Korelasi antara nilai tukar dan SWBI.
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
nilai tukar dan SWBI sebesar -0,435. Korelasi sebesar -0,435
mempunyai maksud hubungan antara variabel nilai tukar rupiah dan
SWBI yang cukup kuat dan tidak searah (karena hasilnya negatif).
Tidak searah artinya jika nilai nilai tukar rupiah mengalami kenaikan
maka nilai SWBI akan mengalami penurunan. Korelasi dua variabel
tersebut bersifat signifikan, karena angka signifikansi sebesar 0,006 <
0,01.
3) Korelasi antara nilai tukar rupiah dan JII.
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
nilai tukar dan JII sebesar -0,518. Korelasi sebesar -0,518 mempunyai
maksud hubungan antara variabel nilai tukar dan JII yang kuat dan tidak
searah (karena hasilnya negatif). Tidak searah artinya jika nilai tukar
rupiah mengalami kenaikan maka JII akan mengalami penurunan.
Korelasi dua variabel tersebut bersifat signifikan, karena angka
signifikansi sebesar 0,001 < 0,01.
93
4) Korelasi antara Inflasi dan SWBI.
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
inflasi dan SWBI sebesar -0,263. Korelasi sebesar -0,263 mempunyai
maksud hubungan antara variabel tingkat inflasi dan SWBI cukup kuat
dan tidak searah (karena hasilnya negatif). Tidak searah artinya jika
nilai inflasi mengalami kenaikan maka nilai SWBI akan mengalami
penurunan. Korelasi dua variabel tersebut bersifat tidak signifikan,
karena angka signifikansi sebesar 0,111 > 0,05.
5) Korelasi antara inflasi dan JII.
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
inflasi dan JII sebesar -0,432. Korelasi sebesar - 0,432 mempunyai
maksud hubungan antara variabel tingkat Inflasi dan JII yang cukup
kuat dan tidak searah (karena hasilnya negatif). Tidak searah artinya
jika nilai inflasi mengalami kenaikan maka JII akan mengalami
penurunan. Korelasi dua variabel tersebut bersifat signifikan, karena
angka signifikansi sebesar 0,007 < 0,01.
6) Korelasi antara SWBI dan JII.
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
SWBI dan JII sebesar 0,624. Korelasi sebesar 0,624 mempunyai
maksud hubungan antara variabel SWBI dan JII yang kuat dan searah
(karena hasilnya positif). Searah artinya jika SWBI mengalami
kenaikan maka nilai JII akan mengalami kenaikan juga. Korelasi dua
94
variabel tersebut bersifat signifikan, karena angka signifikansi sebesar
0,000 < 0,01.
Tabel 4.11 Analisis Korelasi Variabel Eksogen
Variabel Koefisien Korelasi
Hubungan Taraf
Signifikansi Kesimpulan
Nilai Tukar dan
Inflasi 0,249
Sangat Lemah
0,132 Tidak Signifikan
Nilai Tukar dan
SWBI -0,435
Cukup Kuat
0,006 Signifikan**
Nilai Tukar dan
JII -0,518 kuat 0,001 Signifikan**
Inflasi dan SWBI
-0,263 Cukup Kuat
0,111 Tidak Signifikan
Inflasi dan JII
-0,432 Cukup Kuat
0,007 Signifikan**
SWBI dan JII
0,624 Kuat 0,000 Signifikan**
** Signifikan pada alfa 0.01 * Signifikan pada alfa 0.05 Sumber : Data diolah
Tabel di atas menjelaskan mengenai besarnya hubungan atau
korelasi antara masing–masing variabel eksogen dalam model
penelitian yang ditunjukan dengan besarnya koefisien korelasi dan taraf
signifikansi sebesar 0,05 (5 %) dan 0,01 (1%).
3. Gambar Diagram Jalur
Setelah melakukan proses regresi jalur dan korelasi maka diagram
jalur dari penelitian ini dapat dibuat dengan dilengkapi koefisien jalur dan
koefisien korelasinya yang ditunjukkan pada gambar 4.1 sebagai berikut :
95
0,249
-0,263
0,624
-0,435
-0,432
-0,518
0,313
0,697
- 0,260
- 0,517
0,549
є
Gambar 4.1 Diagram Jalur Penelitian Setelah Proses Regresi dan Korelasi
Persamaan struktural untuk diagram jalur diatas adalah:
Y = yx1X1 + yx2X2 + yx3X3 + yx4X4 + Є
Y = 0,313 Nilai Tukar + (-0,517) Inflasi + (-0,260) SWBI + 0,697 JII + Є
Untuk mencari koefisien residu adalah dengan 1.00 – R square
Sehingga koefisien residu adalah :
ρYЄ = 1,00 - 0,698 = 0,549
Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi :
NAB Reksadana Syariah = 0,313 Nilai Tukar + (-0,517) Inflasi + (-0,260)
SWBI + 0,697 JII + 0,549Є
Inflasi (X2)
SWBI (X3)
JII (X4)
NAB Reksadana Syariah
(Y)
Nilai Tukar Rupiah (X1)
96
Karena dari semua variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap
variabel endogen maka tidak ada proses trimming, sehingga bisa dilakukan
perhitungan pengaruh langsung, tidak langsung dan pengaruh total
4. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total
a. Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap NAB reksadana syariah.
Besarnya pengaruh nilai tukar (X1) terhadap NAB reksadana syariah
(Y) adalah sebagai berikut :
1) Pengaruh langsung :
= (0,313)2 = (0,313) (0,313) = 0,09796
2) Pengaruh tidak langsung :
X1 terhadap Y melalui X2 = (0,313) (0,249) (-0,517) = - 0,04029
X1 terhadap Y melalui X3 = (0,313) (- 0,435) (- 0,260) = 0,03540
X1 terhadap Y melalui X4 = (0,313) (- 0,518) (0,697)
= -0,11300
3) Pengaruh total :
= 0,09796 + (- 0,04029) + (0,03540) + (- 0,11300)
= - 0,01993
Tabel 4.12 Total Pengaruh Nilai Tukar Terhadap NAB Reksadana Syariah
Pengaruh nilai tukar terhadap NAB Reksadana Syariah
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,09796
Tidak Langsung -0,11789
Total Pengaruh -0,01993
Sumber : Data diolah
97
Secara langsung, variabel nilai tukar memberikan pengaruh sebesar
0,09796 atau 9,79% dan secara tidak langsung, melalui hubungannya
dengan variabel inflasi, SWBI dan JII memberikan pengaruh sebesar -
0,11789 atau –11,79%. Secara total, variabel nilai tukar mempengaruhi
sebesar - 0,01993 atau -1,99%.
b. Pengaruh inflasi terhadap NAB reksadana syariah.
Besarnya pengaruh inflasi terhadap NAB reksadana syariah (Y) adalah
sebagai berikut :
1) Pengaruh langsung :
= (- 0,517) 2 = (-0,517) (-0,517) = 0,26729
2) Pengaruh tidak langsung :
X2 terhadap Y melalui X1 = (-0,517) (0,249) (0,313) = - 0,04029
X2 terhadap Y melalui X3 = (-0,517) (-0,263) (-0,260) = - 0,03535
X2 terhadap Y melalui X4 = (-0,517) (-0,432) (0,697) = 0,15567
3) Pengaruh total :
= 0,26729 + (- 0,04029) + (- 0,03535) + (0,15567)
= 0,34732
Tabel 4.13 Total Pengaruh Inflasi Terhadap NAB Reksadana Syariah
Pengaruh inflasi Terhadap NAB Reksadana Syariah
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,26729
Tidak Langsung 0,08003
Total Pengaruh 0,34732
Sumber : Data Diolah
98
Secara langsung, variabel inflasi memberikan pengaruh sebesar
0,26729 atau 26,73% dan secara tidak langsung, melalui hubungannya
dengan variabel nilai tukar rupiah, SWBI dan JII memberikan pengaruh
sebesar 0,08003 atau 8%. Secara total, variabel inflasi mempengaruhi
sebesar 0,34732 atau 34,73%.
c. Pengaruh SWBI terhadap NAB reksadana syariah.
Besarnya pengaruh SWBI terhadap NAB reksadana syariah (Y) adalah
sebagai berikut :
1) Pengaruh langsung :
= (- 0,260) 2 = (-0,260) (-0,260) = 0,0676
2) Pengaruh tidak langsung :
X3 terhadap Y melalui X1 = (-0,260) (-0,435) (0,313) = 0,03540
X3 terhadap Y melalui X2 = (-0,260) (-0,263) (-0,517) = - 0,03535
X3 terhadap Y melalui X4 = (-0,260) (0,624) (0,697) = - 0,11308
3) Pengaruh total :
= 0,0676 + (0,03540) + (- 0,03535) + (-0,11308)
= - 0,04543344
Tabel 4.14 Total Pengaruh SWBI Terhadap NAB Reksadana Syariah
Pengaruh SWBI Terhadap NAB Reksadana Syariah
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,0676
Tidak Langsung - 0,11303
Total Pengaruh - 0,04543
Sumber : Data Diolah
99
Secara langsung, variabel SWBI memberikan pengaruh sebesar
0,0676 atau 6,76% dan secara tidak langsung, melalui hubungannya
dengan variabel nilai tukar rupiah, inflasi dan JII memberikan
pengaruh sebesar -0,11303 atau -11,3%. Secara total, variabel SWBI
mempengaruhi sebesar - 0,04543 atau – 4,54%.
d. Pengaruh JII terhadap NAB reksadana syariah.
Besarnya pengaruh JII terhadap NAB reksadana syariah (Y) adalah
sebagai berikut :
1) Pengaruh langsung :
= (0,697) 2 = (0,697) (0,697) = 0,48581
2) Pengaruh tidak langsung :
X4 terhadap Y melalui X1 = (0,697) (-0,518) (0,313) = - 0,11301
X4 terhadap Y melalui X2 = (0,697) (-0,432) (-0,517) = 0,15567
X4 terhadap Y melalui X3 = (0,697) (0,624) (-0,260) = -0,11308
3) Pengaruh total :
= 0,48581 + (- 0,11301) + (0,15567) + (-0,11308)
= 0,41539109
Tabel 4.15 Total Pengaruh JII Terhadap NAB Reksadana Syariah
Pengaruh JII Terhadap NAB Reksadana Syariah
Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,48581
Tidak Langsung - 0,07042
Total Pengaruh 0,41539
Sumber : Data Diolah
100
Secara langsung, variabel JII memberikan pengaruh sebesar
0,48581 atau 48,58% dan secara tidak langsung, melalui hubungannya
dengan variabel nilai tukar rupiah, inflasi dan SWBI memberikan
pengaruh sebesar - 0,07042 atau -7,04%. Secara total, variabel JII
mempengaruhi sebesar 0,41539 atau 41,54%.
Tabel 4.16 Total Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, SWBI dan JII Terhadap NAB
Reksadana Syariah
Variabel Pengaruh
Total langsung tidak langsung
Nilai tukar rupiah (X1)
0,09796 -0,11789 -0,01993
Inflasi (X2) 0,26729 0,08002 0,34732
SWBI (X3) 0,0676 - 0,11303 - 0,04543
JII (X4) 0,48581 - 0,07042 0,41539
Total pengaruh 0,91866 - 0,22132 0,69734 Sumber : Data Diolah
Tabel di atas menunjukan total pengaruh dari masing – masing
variabel eksogen baik pengaruh secara langsung, tidak langsung, dan
pengaruh total terhadap variabel endogen (NAB Reksadana Syariah).
Dari tabel 4.16 dapat dilihat variabel eksogen yang paling dominan
berpengaruh terhadap variabel endogen adalah JII karena pengaruh
totalnya sebesar 0,41539 atau 41,54% lebih besar dari pada variabel
yang lainnya.
101
C. Interpretasi
Dari empat variabel yaitu nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi ,
SWBI dan JII. Setelah dilakukan penelitian terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah menunjukkan bahwa semua variabel memilki pengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap NAB Reksadana
Syariah.
Berdasarkan nilai koefisien jalur (nilai Beta), Nilai tukar rupiah terhadap
US Dollar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah menunjukkan
bahwa NAB reksadana syariah yang meningkat sangat di pengaruhi oleh
perekonomian suatu negara yang membaik yang ditandai dengan meningkatnya
nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing, karena dengan
meningkatnya nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing, maka
daya beli masyarakat akan meningkat sehingga kemampuan masyarakat dalam
berinvestasipun akan meningkat pula sehinggga hal ini akan berdampak positif
bagi perkembangan pasar modal seperti reksadana syariah.
Inflasi berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah, hal ini
menunjukkan perkembangan reksadana syariah sangat dipengaruhi oleh biaya-
biaya yang harus dibayarkan, biaya-biaya tersebut tentunya di pengaruhi oleh
tingkat inflasi, dimana tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan biaya-
biaya sehinggga hasil investasi yang akan didapat akan turun. Dari variabel
nilai tukar dan inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana
syariah, ini menunjukan sangat berperannya informasi mengenai perubahan
variabel ini bagi investor.
102
SWBI berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar reksadana syariah bukan diinvestasikan di
pasar uang (dalam bentuk SWBI). Dari hasil ketiga variabel makroekonomi ini
dalam mempengaruhi NAB Reksadana Syariah, telah sesuai dengan teori
namun tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya dikarenakan adanya
perbedaan waktu penelitian, ruang lingkup dan metode penelitian.
Variabel JII berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah, hal ini
menunjukkan atau diperkirakan reksadana syariah sebagian besar atau hampir
seluruhnya di investasikan pada saham-saham yang termasuk kedalam indeks
syariah/JII sehingga peningkatan pada indeks syariah tersebut akan
berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai aktiva bersih reksadana
syariah, hal ini sesuai dengan teori dimana JII merupakan tolak ukur dari suatu
investasi saham berbasis syariah. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh M Romas Syahputera (2005), Hadori Yunus dan Idrus Muhidin
(2005), Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005) dan Shandy Rahmadani
Tayibnapis (2008).
103
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan (yang
merupakan jawaban dari perumusan masalah) sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengujian dengan path analysis, menunjukkan bahwa
semua variabel eksogen mempunyai pengaruh signifikan. Pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah. Dengan nilai pengaruh langsung dan tidak langsung dari nilai tukar
rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih menunjukkan hasil masing–masing
sebesar 0,09796 atau 9,79 % dan -0,11789 atau –11,79 %, selanjutnya
pengaruh langsung dan tidak langsung dari inflasi terhadap Nilai Aktiva
Bersih menunjukkan hasil masing–masing sebesar 0,26729 atau 26,73 %
dan 0,08002 atau 8,00 %, selanjutnya pengaruh langsung dan tidak
langsung dari SWBI terhadap Nilai Aktiva Bersih menunjukkan hasil
masing – masing sebesar 0,0676 atau 6,76 % dan –0,11303 atau –11,30 %,
selanjutnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari JII terhadap Nilai
Aktiva Bersih menunjukkan hasil masing – masing sebesar 0,48581 atau
48,58 % dan -0,07042 atau –7,04 %.
2. Dari keempat variabel eksogen tersebut (nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII),
Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih
104
Reksadana Syariah adalah JII, hal ini dapat dilihat dari nilai pengaruh
totalnya, yakni dengan nilai sebesar 0,41539 atau 41,54 % lebih besar dari
pada pengaruh total variabel lainnya dimana pengaruh total nilai tukar
sebesar -0,01993 atau -1,99%, pengaruh total variabel inflasi sebesar
0,34732 atau 34,73%, pengaruh total variabel SWBI sebesar - 0,04543 atau
-4,54%.
B. Implikasi
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis
melalui empat variabel yaitu, nilai tukar rupiah, inflasi, SWBI dan JII terhadap
NAB reksadana syariah. Agar dapat diperoleh gambaran yang lebih dalam dan
lebih komprehensif maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi Investor, dalam berinvestasi di reksadana syariah sebaiknya
memperhatikan informasi kondisi perekonomian yang dapat dilihat dari
nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI serta dari indeks
syariah yaitu JII, karena dalam penelitian ini semua variabel tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NAB reksadana syariah.
2. Bagi Manajer Investasi, sebaiknya mempertimbangkan empat variabel
tersebut (nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII) dalam
mengambil keputusan penempatan dana dari masyarakat pemodal kedalam
portofolio efek yang tepat dan supaya bisa mempertahankan atau
meningkatkan hasil dari reksadana syariah yang dimilki.
105
3. Bagi Akademisi, perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni dengan
menambah variabel–variabel baru seperti Pendapatan Nasional Bersih,
Jumlah Uang Beredar dan lain–lain dengan analisis jalur atau analisis yang
lain serta dengan memperpanjang rentang waktu penelitian.
106
DAFTAR PUSTAKA
Achsien, Iggi H. “Invetasi Syariah Di Pasar Modal”, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003.
Bank Indonesia, Gubernur Bank Indonesia. Peraturan nomor: 5/7/pbi/2003 tentang kualitas aktiva produktif bagi bank syariah, 2003.
Bodie, Zvi, Alex Kane, and Alan J Marcus. “ Investment”, Eight Edition, Mc Graw Hill, New York, 2009.
Boediono, “Ekonomi Moneter”, Edisi ke Tiga, BFE, Yogyakarta, 2001.
Bruce J, Feibel. “Investment Performance Measurement”, N.Y (J) : John Willey & Sons, Inc, New York, 2003.
Dominick, Salvatore. “ Teori dan Soal–Soal Ekonomi Internasional”, Edisi Ketiga Erlangga, Jakarta, 1997.
Fadhil, M. H., Azizan, N A, Shaharudin R S (2007) “The Interaction Between Macroeconomics Variables and The Performance Mutual Fund in Malaysia”, Journal, Juni, 2007.
Gup, Benton E. “ The Basic of Investing”, Third Edition, John Willey & Sons, New York, 2000.
Hady, Hamdy. “Manajemen Keuangan Internasional”, Edisi Kedua, Mitra Wacana Media dan YAI, Jakarta, 2005.
Halim, Abdul. “Analisis Investasi”. Edisi Kedua Salemba 4 Jakarta, 2005.
Hirt, Geoffrey and Stanley B. Block CFA, CMM. “Fundamentals Of Investment Management” ,Sevent Edition, Mc Graw-Hill Irwin, Newyork, 2003.
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. “Investsi Pada Pasar Modal Syariah”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007.
Iswantono, H. W. ”Kamus Istilah Populer”, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2006.
107
Jogianto. ”Teori Portofolio dan Analisis Investasi’’, Edisi ke-2, BPFE, Yogyakarta, 2000.
Jones, Charles P. “ Investments : Analysis and Management”, Tenth Edition, John Willey & Sons, New York, 2007.
Keown, Arthur J.dkk. “Financial Management:Principle and Applications” 10th
Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2005.
Kuncoro, Mudrajad. “Metode Kuantitatif Teori dan aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi”, Edisi 1, cetakan 1, Unit Penerbitan dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.
Leon, Boy. dkk. “Manajemen Aktiva Pasiva Bank Nondevisa”, Grasindo, Jakarta, 2007
Levi, Maurice D. “International Finance”, Terjemahan. Edisi Pertama, Penerbit ANDI. Yogyakarta, 2001.
Madura, Jeff. “International Financial Management”, 7th Edition, Cincinnati: South-Western College Publishing, 2000.
Majalah Prospektif, No. 45, Vol 3, Tahun 2001.
Mankiw, N Gregory. “Principles of Economics Pengantar Ekonomi Makro”, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Manurung,dkk.“Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap IHSG’’, Jurnal, 2008.
Maysami,dkk. “Relationship Between Macroeconomic Variabels and Stock Market Indices : Cointegration Evidence From Stock Exchange of Singapore’s All’s Sector Indices”, Journal, 2004.
Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurrahaman,“ Analisis Korelasi, Rgresi, dan Jalur Dalam Penelitian’’, Pustaka Setia, Bandung, 2007.
MUI. “ Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/2001”, MUI. Jakarta, 2001.
108
Muthalib, Abdul. “ Analisis. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”, Tesis, Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,2005.
Pasha, “Pengaruh IHSG di Bursa Efek Jakarta Terhadap NAB Reksadana Saham di PT. BNI Securities Bandung”,Tesis, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2005.
Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. “ Reksadana Solusi Investasi di Era Modern”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Raharjo, Mugi ” Ekonomi Moneter”, UNS Press, Surakarta, 2009.
Reilly, F. K and K.C Brown. “Investment Analysis and Portfolio Management”, 7th Edition, Thomson Southwestern, USA, 2003.
Ritchie, J R, John C. “ Fundamental Analysis”, Revised Edition, Richard D Irwin, Chicago, 1996.
Saltian, Yoga.“Analisis Perbandingan Resiko dan Tingkat Pengembalian Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006.
Sarwono, Jonathan. ”Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2007.
Sholahuddin, Muhammad dan Lukman Hakim. “Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer”. Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2008.
Situmorang, Parluhutan dkk. “Langkah Awal Berinvestasi Reksa Dana”, TransMedia Pustaka, Jakarta, 2010.
Sjahputra, M. Romaz. “ Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi Nilai Tukar Uang, Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah” , Tesis. Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2005.
Strong, Robert A. ”Portfolio Construction, Management, and Protection”, Thompson south-western, Ohio, 2003.
109
Sudarsono, Heri. “ Bank dan Lembaga Keuangan Syariah’’, Edisi 2. Penerbit Ekonisia Kampus Fakultas FE UII, Yogyakarta, 2003.
Susanto, Burhanuddin. “Pasar Modal Syaiah (Tinjauan Hukum)”, UII Press, Yogyakarta, 2009.
Suta. I Putu.G.A. “ Menuju Pasar Modal Modern “, Yayasan Sad Satria Bhakti, Jakarta, 2000.
Tayibnapis, S Rahmadani. “Analisis Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Studi kasus Reksadana Danareksa Syariah Berimbang)”, Tesis, Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Tendellin, Eduardus. “ Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Yogyakarta, BPFE, 2001.
Tungka, Mariesa Mariona Avrillena Monica. “Analisis Pengaruh SBI, Kurs, Inflasi dan IHSG Terhadap Return Saham (studi pada saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta)”, Tesis, Magister Akuntansi, Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.
UU Pasar Modal.1995. UU Pasar Modal No. 08 Tahun 1995, Pasal 1 ayat 27, Jakarta.
Virlandana A., Reno dan Budi Hernama. “Hubungan Antara Reksa Dana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 – Desember 2004”, Proceeding Seminar Nasional PESAT, Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005.
Widoatmodjo, Sawidji. “ Cara Sehat Investasi di Pasar Modal (Pengantar Menjadi Investor Profesional) ”, PT Elexmedia Komputindo, Jakarta, 2007.
Yunus, Hadori dan Idrus Mahidin. “ Critical Factors yang Mempengaruhi Nilai Aktifa Bersih Reksadana Syariah”, Jurnal, 2005.
110
www.bi.go.id
www.henrowibowo.blogspot.com
www.jurnal-ekonomi.org
www.kilasberita.com
www.msi-uii.net
www.ortax.org
www.pkes.org
www.reksadanasyariah.net
www.rac.uii.ac.id
www.vibiznews.com
111
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Output Regresi dan korelasi berdasarkan SPSS
Model Summary
.836a .698 .662 .12792
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), JII, inflasi, nilaitukar, SWBIa.
ANOVAb
1.249 4 .312 19.077 .000a
.540 33 .016
1.789 37
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), JII, inflasi, nilaitukar, SWBIa.
Dependent Variable: NABb.
Coefficientsa
-7.900 6.686 -1.182 .246
4.521 1.637 .313 2.761 .009
-30.329 6.228 -.517 -4.870 .000
-51.562 24.663 -.260 -2.091 .044
1.010 .200 .697 5.045 .000
(Constant)
nilaitukar
inflasi
SWBI
JII
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: NABa.
112
(Lanjutan Lampiran 1)
Correlations
1 .249 -.435** -.518**
.132 .006 .001
38 38 38 38
.249 1 -.263 -.432**
.132 .111 .007
38 38 38 38
-.435** -.263 1 .624**
.006 .111 .000
38 38 38 38
-.518** -.432** .624** 1
.001 .007 .000
38 38 38 38
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
nilaitukar
inflasi
SWBI
JII
nilaitukar inflasi SWBI JII
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
113
Lampiran 2 : Data mentah masing-masing variabel
Bln-Thn
Nilai Tukar Rupiah / US
Dollar Inflasi SWBI JII NAB
Januari 2005 9.204,15 0,0732 0,0411 174,187 671.703.651.623,35
Februari 2005 9.244,94 0,0715 0,0375 171,834 827.962.991.078,96
Maret 2005 9.370,52 0,0881 0,0358 169,334 1.193.699.014.102,44
Apr-05 9.539,36 0,0812 0,0449 161,002 1.583.093.029.148,18
Mei 2005 9.479,80 0,0740 0,0375 178,201 1.481.725.763.904,89
Juni 2005 9.616,45 0,0742 0,0462 187,884 1.463.981.063.577,73
Juli 2005 9.799,29 0,0784 0,0456 198,242 1.517.151.996.961,96
Agustus 2005 9.986,64 0,0833 0,0392 178,261 1.506.366.597.214,49
Sep-05 10.232,57 0,0906 0,0411 183,731 577.880.685.632,21
Oktober 2005 10.093,38 0,1789 0,0477 181,422 622.564.957.854,06
Nov-05 10.040,71 0,1838 0,0517 188,836 572.289.535.358,12
Desember 2005 9.857,32 0,1711 0,0542 199,749 563.927.128.494,45
Januari 2006 9.493,00 0,1703 0,0432 215,357 596.310.398.333,07
Februari 2006 9.253,15 0,1792 0,0462 218,261 547.873.792.577,34
Maret 2006 9.171,57 0,1574 0,0475 233,821 574.350.806.199,94
Apr-06 8.936,94 0,1540 0,0480 260,193 608.660.335.677,57
Mei 2006 8.984,86 0,1560 0,0792 237,238 637.544.489.024,14
Juni 2006 9.362,73 0,1553 0,0492 233,272 652.772.254.615,47
Juli 2006 9.125,48 0,1515 0,0506 239,301 668.189.947.085,72
Agustus 2006 9.094,25 0,1490 0,0579 251,352 681.064.665.102,63
Sep-06 9.143,33 0,1455 0,0445 263,497 713.939.551.392,43
Oktober 2006 9.187,18 0,0629 0,0533 268,992 736.110.046.497,83
Nov-06 9.134,59 0,0527 0,0854 295,479 797.317.940.465,64
Desember 2006 9.086,80 0,0660 0,0862 311,281 868.008.691.848,39
Januari 2007 9.066,50 0,0626 0,0807 296,958 883.792.010.499,67
Februari 2007 9.067,80 0,0630 0,0453 294,062 924.071.173.682,19
Maret 2007 9.163,95 0,0652 0,0648 315,245 1.001.817.951.388,83
Apr-07 9.097,55 0,0629 0,0627 344,963 1.071.334.910.985,03
Mei 2007 8.844,33 0,0601 0,0626 354,580 1.200.217.515.705,54
Juni 2007 8.983,65 0,0577 0,0533 356,853 1.285.810.829.178,42
Juli 2007 9.067,14 0,0606 0,0571 388,630 1.485.454.300.029,13
Agustus 2007 9.366,68 0,0651 0,0515 368,153 1.525.622.920.460,19
Sep-07 9.309,90 0,0695 0,0661 399,747 1.611.855.053.848,99
Oktober 2007 9.107,06 0,0688 0,0647 463,055 1.803.281.404.115,90
Nov-07 9.264,27 0,0671 0,0687 483,964 2.353.286.116.400,98
Desember 2007 9.333,60 0,0659 0,068 493,014 2.512.391.763.717,65
Januari 2008 9.409,68 0,0736 0,0595 476,969 2.918.133.122.024,35 Februari 2008 9.178,95 0,0740 0,0606 508,945 3.095.632.865.982,10
114
Lampiran 3 :Data Setelah di Log kecuali Inflasi dan SWBI masing-masing di bagi 12 setiap bulannya
Bln-thn
Nilai Tukar Rupiah / US
Dollar Inflasi SWBI JII NAB Januari 2005 3,96 0,0061 0,0034 2,24 11,83
Februari 2005 3,97 0,0060 0,0031 2,24 11,92
Maret 2005 3,97 0,0073 0,0030 2,23 12,08
Apr-05 3,98 0,0068 0,0037 2,21 12,20
Mei 2005 3,98 0,0062 0,0031 2,25 12,17
Juni 2005 3,98 0,0062 0,0039 2,27 12,17
Juli 2005 3,99 0,0065 0,0038 2,30 12,18
Agustus 2005 4,00 0,0069 0,0033 2,25 12,18
September 2005 4,01 0,0076 0,0034 2,26 11,76
Oktober 2005 4,00 0,0149 0,0040 2,26 11,79
November 2005 4,00 0,0153 0,0043 2,28 11,76
Desember 2005 3,99 0,0143 0,0045 2,30 11,75
Januari 2006 3,98 0,0142 0,0036 2,33 11,78
Februari 2006 3,97 0,0149 0,0039 2,34 11,74
Maret 2006 3,96 0,0131 0,0040 2,37 11,76
Apr-06 3,95 0,0128 0,0040 2,42 11,78
Mei 2006 3,95 0,0130 0,0066 2,38 11,80
Juni 2006 3,97 0,0129 0,0041 2,37 11,81
Juli 2006 3,96 0,0126 0,0042 2,38 11,82
Agustus 2006 3,96 0,0124 0,0048 2,40 11,83
Sep-06 3,96 0,0121 0,0037 2,42 11,85
Oktober 2006 3,96 0,0052 0,0044 2,43 11,87
Nov-06 3,96 0,0044 0,0071 2,47 11,90
Desember 2006 3,96 0,0055 0,0072 2,49 11,94
Januari 2007 3,96 0,0052 0,0067 2,47 11,95
Februari 2007 3,96 0,0053 0,0038 2,47 11,97
Maret 2007 3,96 0,0054 0,0054 2,50 12,00
Apr-07 3,96 0,0052 0,0052 2,54 12,03
Mei 2007 3,95 0,0050 0,0052 2,55 12,08
Juni 2007 3,95 0,0048 0,0044 2,55 12,11
Juli 2007 3,96 0,0051 0,0048 2,59 12,17
Agustus 2007 3,97 0,0054 0,0043 2,57 12,18
Sep-07 3,97 0,0058 0,0055 2,60 12,21
Oktober 2007 3,96 0,0057 0,0054 2,67 12,26
Nov-07 3,97 0,0056 0,0057 2,68 12,37
Desember 2007 3,97 0,0055 0,0057 2,69 12,40
Januari 2008 3,97 0,0061 0,0050 2,68 12,47
Februari 2008 3,96 0,0062 0,0051 2,71 12,49
115
Lampiran 4 : Daftar Produk Reksadana Syariah Periode Januari 2005 - Februari 2008
No Nama Produk Reksadana Syariah 1 CIMB Islamic Equity Growth Syariah 2 RD TRIM SYARIAH SAHAM 3 SI DANA SAHAM SYARIAH 4 PNM Ekuitas Syariah 5 Batasa Syariah 6 Danareksa Syariah Berimbang 7 Kausar Balanced Growth Syariah 8 RD TRIM SYARIAH BERIMBANG 9 MEGA DANA SYARIAH
10 Capital Syariah Fleksi 11 AAA Amanah Syariah Fund 12 BNI DANAPLUS SYARIAH 13 IPB SYARIAH 14 Mandiri Investa Syariah Berimbang 15 EURO PEREGRINE SYARIAH BALANCED PLUS 16 PNM Syariah 17 SYARIAH BATASA KOMBINASI 18 PNM PUAS 19 PNM AMANAH SYARIAH 20 BIG DANA MUAMALAH 21 MEGA DANA OBLIGASI SYARIAH 22 Batasa Investa Haji 23 BNI DANA SYARIAH 24 HAJI SYARIAH 25 INDEKS DANAREKSA INDEKS SYARIAH 26 MANDIRI INVESTA ATRAKTIF-SYARIAH 27 SYARIAH FORTIS PESONA AMANAH
Sumber : Bapepam