Analisis SWOT Terhadap Alat Formulasi Strategi · 2011-05-31 · Analisis SWOT Terhadap Alat...
Transcript of Analisis SWOT Terhadap Alat Formulasi Strategi · 2011-05-31 · Analisis SWOT Terhadap Alat...
Analisis SWOT Terhadap Alat Formulasi Strategi
• Menurut Freddy Rangkuti ( 2004 : 18 ) , analisis SWOT adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan ( Strength ) dan peluang ( Opportunities ), namun secara bersamaan dapat juga meminimalkan kelemahan ( Weakness ) dan ancaman ( Threats ).
Usulan Strategi & Rencana Tindakan (Action Plan)
• Di dalam kegiatan penyusunan telaah lingkungan internal, eksternal serta kesimpulan analisis faktor internal dan eksternal harus berpedoman pada visi, misi dan nilai-nilai yang telah ditetapkan sebelumnya dan berlaku di lingkungan organisasi.
• Kesesuaian antara hasil scanning dengan visi, misi dan nilai dalam organisasi merupakan dasar dalam pembuatan usulan strategi yang dapat diimplementasikan dalam action plan
• Rancangan Dasar Pengelolaan Pasar Induk Agrobis Jawa Timurdidasarkan atas studi kelayakan Pasar Induk Agrobis JawaTimur Tahun 2009, yaitu aspek operasional terkait usahauntuk menata kegiatan sehingga diperoleh suatu kualitaskegiatan yang tertentu.A. Pemberdayaan Jaringan Distribusi Yang AdaB. Pembentukan Sentra Produksi Hortikultura dan Sub
Pasar IndukC. Pengaturan Kelembagaan (Pengorganisasian Pasar )
• Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode pairwise comparison dalam AHP merupakan metode yangdikembangkan oleh Thomas L. Saaty untuk membantu menentukanprioritas.
• Langkah Metode AHP
Menurut Saaty (1993) pada dasarnya langkah-langkah dalam metodeAHP meliputi:
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yangdiinginkan.
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum,dilanjutkan dengan subtujuan, kriteria dan memungkinkanalternatif pada tingkat kriteria yang paling bawah.
c. Membuat matriks perbandingan berpasangan yangmenggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elementerhadap masing-masing tujuan atau kriteria setingkatdiatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement daripe-ngambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingansuatu elemen dibanding elemen lainnya.
d. Melakukan perbandingan berpasangan sehinggadiperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x ((n-1)/2)buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang diban-dingkan.
e. Menghitung nilai eugen dan menguji konsistensinya, jikatidak konsisten pe-ngambilan data diulangi.
f. Mengulangi langkah c, d, dan e untuk seluruh tingkathirarki.
g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriksperbandingan berpasangan. Nilai vektor eigenmerupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untukmensintesis judgment dalam penentuan prioritaselemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampaipencapaian tujuan.
h. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari10% maka penilaian data judgment harus diperbaiki.
i. Saaty (1993) menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9untuk membandingkan tingkat kepentingan suatuelemen terhadap elemen lain.
Rancangan Alur PenelitianPada penelitian ini model awal pengelolaan pasar IndukAgrobis Jawa Timur disusun berdasarkan Studi KelayakanPasar Induk Agrobis Jawa Timur bulan Januari 2009. dgnTahapan penelitian sbb :
1. Penyusunan hirarki kriteria dan sub kriteria dalam modelpengelolaan Pasar Induk Agrobis Jawa Timur.
2. Penentuan kriteria-kriteria dan sub kriteria apa saja yangmelandasi pengelolaan Pasar Induk Agrobis Jawa Timurdengan data dari kuisioner.
3. Penentuan prioritas atas kriteria-kriteria dan sub kriteriayang telah disusun, yang dilakukan dengan caramenyusun model perbandingan berpasangan (pairwisecomparison) kriteria dan sub kriteria pengelolaan PasarInduk Agrobis Jawa Timur.
4. Kriteria-kriteria dan sub kriteria pengelolaan yangdiprioritaskan tersebut akan menjadi salah satufaktor internal dalam penyusunan strategi pengelolaan
5. Sedangkan faktor-faktor eksternal diperoleh dari datasekunder yang terdiri atas peluang dan ancaman dalampengelolaan pasar induk.
6. Dari Faktor-faktor tsb dilakukan pembobotan denganpairwise comparison untuk mengetahui tingkatkepentingan faktor internal dan eksternal melaluipengisian kuesioner kepada pengelola PIA.
7. Faktor-faktor tsb disusun menjadi prioritas usulanstrategi dan selanjutnya dikaitkan dengan visi, misi,sasaran dan konsep serta kebijakan pembangunan danpengembangan Pasar Induk Agrobis sehinggadidapatkan rangking usulan strategi terpilih..
8. Penyusunan strategi diawali dengan melakukan environmental scanning, yaitu analisa faktor Internal dan analisa faktor eksternal
9. Dikualitatifkan dengan analisa SWOT untuk dapat disusun beberapa strategi usulan pengelolaan Pasar Induk Agrobis Jawa Timur.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukandengan cara sebagai berikut:
• Survei.Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan caramenyebarkan kuesioner secara langsung dengan orang-orang yang terkait dengan ruang lingkup penelitian danterlibat dalam pengelolaan Pasar Induk agrobis JawaTimur.
• Riset Pustaka.Riset pustaka digunakan untuk subyek-subyek metodologipenelitian, pairwise comparison, dan operasionalkomputer.
Teknik Pengumpulan Data
• Kuesioner.
Kuesioner terdiri dari 3 bagian. Kuesioner pertamabertujuan untuk mendapatkan kriteria dan sub kriteriapengelolaan PIA Jatim. Kuesioner kedua bertujuan untukmendapatkan prioritas kriteria dan sub kriteriapengelolaan PIA Jatim. Sedangkan kuesioner ketigabertujuan untuk mendapatkan bobot kepentingan faktorinternal dan eksernal dalam pengelolaan PIA Jatim.
Kuesioner pertama dan kedua diberikan kepada stakeholder PIA Jatim yang terdiri dari pengelola, pedagang,dinas terkait dan calon pembeli. Sedangkan kuesionerketiga hanya diberikan kepada General Manager BadanPengelola PIA Jatim.
Metode Analisa Data1. Metode penentuan prioritas kriteria dan sub
kriteria pengelolaan Pasar Induk Agrobis JawaTimur
- Diawali dengan menentukan kriteria dan subkriterianya dengan menyebarkan kuisioner(terlampir) untuk mereview model yang telah disusunoleh penulis dan dari hasil tsb ditetapkan sebuahmodel / hierarki kriteria dan sub kriteria pengelolaanPasar Induk Agrobis Jawa Timur, penentuanprioritas kriteria dan sub kriteria dapat dilakukandengan metode pairwise comparison dalam AHP daridata kuisioner ke 2 (terlampir). Metode pairwisecomparison dalam AHP merupakan metode untukmembantu menentukan prioritas, dalam hal inimenentukan prioritas pengelolaan Pasar Induk yangdisyaratkan berdasarkan faktor-faktor yangdianggap penting.
2. Metode penyusunan strategi pengelolaanPasar Induk Agrobis Jawa Timur
- Hasil dari kriteria dan sub kriteria yang diprioritaskan,akan disusun sebagai faktor internal dalampengelolaan Pasar Induk Agrobis Jatim.Sedangkan faktor eksternal diperoleh dari datasekunder yang bersumber dari pengelola PIAJatim dan Dinas-Dinas pemerintahan terkait.
- Setelah diketahui faktor internal dan eksternal dalampengelolaan PIA Jatim, selanjutnya dilakukanpembobotan dengan pairwise comparison untukmengetahui tingkat kepentingan faktor internal daneksternal melalui pengisian kuesioner kepadapengelola PIA.
- Dari hasil pembobotan tersebut lalu disusun strategiyang diawali dengan mempelajari visi, misi dansasaran dari PIA Jatim dan melakukanenvironmental scanning /analisis lingkunganinternal (kekuatan dan kelemahan) maupuneksternal (kekuatan pesaing, peluangdan ancaman) selanjutnya dilakukan analisaSWOT.
- Berdasarkan matriks SWOT yang dihasilkan,selanjutnya rancangan strategi dapat disusun.Rancangan ini didasarkan pada logika yang dapatmemaksimalkan kekuatan dan peluang, namunsecara bersamaan dapat juga meminimalkankelemahan dan ancaman. Proses perancanganstrategi tersebut dikaitkan dengan tujuan,sasaran, strategi dan kebijakan Pasar IndukAgrobis Jawa Timur.
- Hasil dari analisis SWOT adalah empat strategipengelolaan, yang selanjutnya dinilai hubungannyadengan visi, misi dan nilai-nilai yang diyakinioleh pengelola PIA Jatim. Nilai yang diberikananalisis dalam rangka menetapkan pilihanstrategi adalah 1 (tidak terkait), 2 (kurang terkait),3 (terkait) dan 4 (sangat terkait). Lalu dariStrategi yang dipilih adalah hasil penjumlahanterbesar. Faktor kunci keberhasilan ditetapkan dari 4sampai dengan 7 urutan pilihan strategi yangmemperoleh skor tertinggi, lalu diformulasikandengan mengkaitkan faktor SWOT yangmemperngaruhinya (Akdon,2009: 134).
Penentuan Kriteria dan Sub Kriteria Pengelolaan PIA Jatimo Penyebaran kuesioner
Pada survei ini disampaikan maksud tujuan pemberian kuisionerdan cara pengisiannya . Juga diberitahukan pula bahwa hasilkuesioner ini akan dibuat kuisioner yang akan digunakansebagai acuan pada kuisioner berikutnya yang bertujuan untukmenentukan prioritas kriteria-kriteria dan sub kriteria yangmelandasi pengelolaan Pasar Induk Agrobis Jawa Timur.
o Hasil Survei Tingkat Kepentingan
Survei dilakukan untuk mengetahui pendapat respondententang faktor-faktor yang signifikan dalam pengambilankeputusan, Dalam penelitian ini atribut-atribut yang menonjoldiberi penilaian dengan cara menjawab dan memilih salah satujawaban diantara ‘Ya’ dan ‘tidak’, manakah yang paling sesuaidengan perasaan responden.
Penambahan Kriteria dan Sub Kriteria– Berdasarkan penyebaran kuisioner yang diberikan
kepada 15 responden, didapatkan penambahan sub kriteria sebagai berikut:
No. Kriteria Perubahan/ Penambahan
1. Efisiensi OperasionalMenambahkan sub kriteria:1.Fleksibilitas Regulasi2.Transportasi murah dan terjamin
2. Pelayanan Kepada MasyarakatMenambahkan sub kriteria:1.Kualitas produk dan sertifikasi2.Pemberdayaan masyarakat sekitar
Analitical Hierarchy Process (AHP)
• Perhitungan Bobot Antar Kriteria
Pembobotan antar kriteria dilakukan dengan memperhatikandata kuisioner responden, nilai isian sesuai skala menurutproses hirarki analitis dari 1 sampai dengan 9. Isian skalaprioritas 15 responden untuk setiap perbandingan berpasanganlalu dirata-rata dengan menggunakan rata-rata geometrik.Rata-rata geometrik (pemberdayaan jaringan distribusi danpembentukan sub pasar induk) = 2,57Hasil rata-rata geometrik penilaian perbandingan berpasanganantar kriteria selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 4.Selanjutnya dari matrik penilaian perbandingan antar kriteria inidimasukkan ke matrik perbandingan berpasangan antar kriteriasebagai berikut:
Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria
KriteriaPermerdayaan
Jaringan Distribusi
Pembentukan Sub Pasar
Induk
Pengaturan Kelembagaan
Efisiensi Operasional
Pelayanan Kepada
Masyarakat
Permerdayaan Jaringan Distribusi 1.00 2.57 3.44 0.34 0.66
Pembentukan Sub Pasar Induk 0.39 1.00 0.52 0.45 0.29
Pengaturan Kelembagaan 0.29 1.94 1.00 0.78 0.41
Efisiensi Operasional 2.92 2.24 1.29 1.00 0.76
Pelayanan Kepada Masyarakat 1.53 3.50 2.44 1.31 1.00
Jumlah 6.13 11.24 8.69 3.88 3.12
KriteriaPermerdayaa
n Jaringan Distribusi
Pembentukan Sub Pasar
Induk
Pengaturan Kelembagaa
n
Efisiensi Operasional
Pelayanan Kepada
Masyarakat
Mean (bobot)
Permerdayaan Jaringan Distribusi
0.16 0.23 0.40 0.09 0.21 0.217
Pembentukan Sub Pasar Induk
0.06 0.09 0.06 0.12 0.09 0.084
Pengaturan Kelembagaan
0.05 0.17 0.12 0.20 0.13 0.133
Efisiensi Operasional 0.48 0.20 0.15 0.26 0.25 0.265
Pelayanan Kepada Masyarakat
0.25 0.31 0.28 0.34 0.32 0.300
Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.000
Matriks Normalisasi Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria
Hasil analisa didapatkan prioritas sbb :
Hal yang paling penting dalam pengelolaan Pasar Induk adalah:
1. Pelayanan kepada Masyarakat, 2. Efisiensi dalam operasional dan3. Pemberdayaan jaringan distribusi.
Perhitungan Bobot Antar Sub Kriteria
Bobot Sub Kriteria pada Kriteria Pelayanan yang Baik Kepada Masyarakat
No. Sub Kriteria Bobot
1 Lingkungan kerja dan perdagangan yang aman dan nyaman 0,205
2 Konsistensi suplai regular atas makanan pokok 0,123
3 Transparansi penentuan harga 0,155
4 Kesesuaian penentuan standart dan pengklasifikasian 0,155
5 Kesesuaian pengemasan dengan kebutuhan 0,084
6 Kualitas produk dan sertifikasi 0,213
7 Pemberdayaan masyarakat sekitar 0,065
CR = 0,039 (konsisten); Median bobot = 0,155
Hasil analisa didapatkan prioritas sbb :1. Kualitas produk dan sertifikasi2. Lingkungan kerja dan perdagangan yang aman3. Transparansi penentuan harga4. Kesesuaian penentuan standart dan pengklasifikasian
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa yang palingpenting dalam hal pelayanan kepada masyarakat adalahkualitas produk dan ditunjang dengan sertifikasi. Pasarinduk ditujukan menjadi etalase baik produk agro di jawatimur khususnya, di tempat tersebut juga akan dilengkapaidengan layanan jasa eksport-import barang, sehinggakualitas produk yang disediakan di tempat tersebut harusberkualitas, sehingga benar-benar menjadi tempatmenjadi central produk agro yang ideal.
Kriteria Efisiensi OperasionalBobot Sub Kriteria pada Kriteria Efisiensi Operasional
No. Sub Kriteria Bobot
1 Efisiensi kedatangan, loading & unloading 0,112
2 Keteraturan alur, penyimpanan & display 0,088
3 Pengendalian lalu lintas dan parkir 0,095
4 Keamanan lingkungan 0,136
5 Kebersihan dan higienitas 0,115
6 Kecepatan dan efektifitas pelayanan 0,176
7 Fleksibilitas Regulasi 0,155
8 Transportasi murah dan terjamin 0,123
CR = 0,027 (konsisten); Median bobot = 0,119
Hasil analisa didapatkan prioritas sbb :1. Kecepatan dan efektifitas pelayanan2. Fleksibilitas Regulasi3. Keamanan lingkungan4. Transportasi murah dan terjamin
Efisiensi Operasional adalah hal yang harus diperhatikan dalam keberhasilan sebuah pasar. Sehingga kecepatan dan efektifitas pelayanan adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan efisiensi operasional pasar.
Analisis Strategi Pengelolaan PIA JatimFaktor Eksternal Pengelolaan Pasar Induk Agrobis
No. Faktor Eksternal
1 Akan menjadi pusat informasi dan etalase produk agro dan lainnya yang diproduksi Jatim khususnyadan daerah lain umumnya
2Masih belum ada pasar sejenis di Jatim
3 Target market dari pasar2 sub grosir yaitu pedagang banyak yang mempunyai peluang besar utk didipindahkan
4 Bermunculannya pasar2 grosir (dengan skala yang lebih kecil) di daerah2 di jatim akan menjadisupporter komoditi dan menjadi alur distribusi penjualan bagi Pasar Induk Agrobisnis
5 Didukung oleh Departemen2 dalam pemerintahan dalam hal regulasi, sosialisasi dan pendanaan(pertanian, kehutanan, depperindag dan pariwisata)
6Permintaan ekspor komoditi agro yang cukup besar mendukung kemajuan Pasar Induk Agrobis
7Masih sulitnya mencari komoditi agro yang berkualitas dengan standart tertentu di Pasar-pasarTradisional, sehingga masih lekat pandangan barang berkualitas hanya ada di Pasar Modern, yang sangat merugikan Petani ataupun Pedagang.
8 Membuka kesempatan kerja terutama di daerah sekitar PIA
No. Faktor Eksternal
9 Otonomi daerah akan menunjang prospek kemajuan Pasar Induk Agrobis
10 Belum tersediaanya pusat informasi harga yang diperlukan petani untuk mengkontrol hargakomoditas agro dan kontinuitas penjualan
11 Sudah adanya sub pasar grosir yang menyebar di kota surabaya, dan sudah berkembang denganbaik
12 Sudah ada pasar Wilayah dalam skala yang cukup besar yang dibangun oleh pemerintah kotaSurabaya yang sudah beroperasi mendahului PIA, yang punya potensi besar mengambilkesempatan pedagang yang akan membeli stan di PIA
13 Menawarkan sistem baru dalam sirkulasi perdagangan dan sistem perdagangan didalamnya yang belum tentu dapat diterima masyarakat
14 Tidak murni diswastakan sehingga punya peluang gagal dalam operasional
15 Kurangnya produk yang dapat masuk PIA karena rendahnya kualitas produk Agro di Indonesia & tingginya standart yang diberlakukan
16 Persaingan dengan pasar modern yang memberikan harga murah dengan pelayanan yang nyaman, dimana pengambilan produk dilakukan langsung dari petani
17 Persaingan yang cukup tinggi antar Pasar Induk di Indonesia seringkali melemahkan jaringanPasar. Merupakan dampak distribusi yang belum merata.
Faktor Internal Pengelolaan Pasar Induk Agrobis
No. Faktor Internal
1 Lahan yang sangat luas dengan fasilitas yang sangat lengkap
2 Dukungan penuh pemerintah melalui birokrasi dan subsidi dana pembangunan APBD
3 Sistem jaringannya menggunakan potensi pasar sub-sub grosir di daerah yang berpotensi
4 Menjadi pioner pasar dengan sistem penjagaan kualitas dengan adanya lab dan penerapan sertifikasi
5 Menerapkan sistem dan teknologi maju yang dapat menjadi pengendali perdagangan di jawa timur (sistem komputerisasi dan internet)
6 Menerapkan sistem pengelolaan modern yang akan mendahulukan kecepatan dan efektifitas pelayanan (Birokrasi yang pendek dan efektif)
7 Mempunyai fasilitas komposting yang dapat menjadi sumber daya energi dan agrowisata yang keduanya dapat menjadi sumber penerimaan bagi daerah
8 Menjadi satu-satunya pasar induk yang dilengkapi rusunawa dan medikal centre di jawa timur dan indonesia
9 Lokasi yang terjangkau dengan kendaraan umum
No. Faktor Internal
10 Mempunyai regulasi yang fleksibel dan memberi keuntungan untuk semua pihak, dannyaman untuk pedagang, misalnya ketentuan dalam perhitungan sistem sewa danloading unloading
11 Lokasi yang jauh dari pusat kota dan berada di daerah padat penduduk12 Akses jalan dan angkutan yang belum selesai dan belum memadai
13 Dana yang disediakan oleh pemerintah belum mencukupi pembangunan seluruhbangunan
14 Pengelola adalah pemain baru dalam Pasar, sehingga masih belajar dalam pelayananPasar
15 Akses transportasi di porong terganggu dengan adanya lumpur lapindo
16 Citra PIA di masyarakat kurang baik, terutama dikarenakan permasalahan pembebasanlahan
17Diperlukan pendampingan yang maksimal dari departemen-departemen terkait utkmemenuhi fasilitas dan persyaratan bagi petani dan pedagang untuk terealisasinyasistem di Pasar ini
18 Sosialisasi akan sistem baru yang diterapkan kurang maksimal, sehingga akan menjadikendala dalam operasionalnya nanti
19 Penerapan regulasi yang fleksibel memerlukan pengawasan dan konsistensi tinggi daripengelola, sehingga dapat menjadi ancaman bagi pengelola apabila lengah.
Matriks External Factor Analysis Summary (EFAS)
No Critical Success Factors
PIA JATIM
Weight RatingWeight
Score
OPPORTUNITY
1Akan menjadi pusat informasi dan etalase produk agro danlainnya yang diproduksi Jatim khususnya dan daerah lain umumnya
0,067 5 0,337
2 Masih belum ada pasar sejenis di Jatim 0,020 3 0,059
3 Target market dari pasar2 sub grosir yaitu pedagang banyakyang mempunyai peluang besar utk di dipindahkan
0,035 4 0,140
4Bermunculannya pasar2 grosir (dengan skala yang lebih kecil) di daerah2 di jatim akan menjadi supporter komoditi danmenjadi alur distribusi penjualan bagi Pasar Induk Agrobisnis
0,020 3 0,059
5Didukung oleh Departemen2 dalam pemerintahan dalam halregulasi, sosialisasi dan pendanaan (pertanian, kehutanan, depperindag dan pariwisata)
0,067 5 0,337
6 Permintaan ekspor komoditi agro yang cukup besar mendukungkemajuan Pasar Induk Agrobis
0,071 5 0,355
7Masih sulitnya mencari komoditi agro yang berkualitas denganstandart tertentu di Pasar-pasar Tradisional, sehingga masihlekat pandangan barang berkualitas hanya ada di Pasar Modern, yang sangat merugikan Petani ataupun Pedagang.
0,070 5 0,352
8 Membuka kesempatan kerja terutama di daerah sekitar PIA 0,042 4 0,169
9 Otonomi daerah akan menunjang prospek kemajuan PasarInduk Agrobis 0,068 4 0,273
10Belum tersediaanya pusat informasi harga yang diperlukanpetani untuk mengkontrol harga komoditas agro dan kontinuitaspenjualan
0,039 4 0,157
THREATS
1 Sudah adanya sub pasar grosir yang menyebar di kota surabaya, dan sudahberkembang dengan baik
0,053 4 0,212
2Sudah ada pasar Wilayah dalam skala yang cukup besar yang dibangun olehpemerintah kota Surabaya yang sudah beroperasi mendahului PIA, yang punya potensi besar mengambil kesempatan pedagang yang akan membelistan di PIA
0,053 4 0,212
3 Menawarkan sistem baru dalam sirkulasi perdagangan dan sistemperdagangan didalamnya yang belum tentu dapat diterima masyarakat 0,112 5 0,561
4 Tidak murni diswastakan sehingga punya peluang gagal dalam operasional 0,030 3 0,089
5 Kurangnya produk yang dapat masuk PIA karena rendahnya kualitas produkAgro di Indonesia & tingginya standart yang diberlakukan 0,112 5 0,561
6Persaingan dengan pasar modern yang memberikan harga murah denganpelayanan yang nyaman, dimana pengambilan produk dilakukan langsungdari petani
0,085 4 0,340
7Persaingan yang cukup tinggi antar Pasar Induk di Indonesia seringkalimelemahkan jaringan Pasar. Merupakan dampak distribusi yang belummerata.
0,055 4 0,220
Jumlah 1 4,43
Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
No Critical Success Factors
PIA JATIM
Weight RatingWeight
Score
STRENGHT
1Lahan yang sangat luas dengan fasilitas yang sangat lengkap
0,078 5 0,389
2 Dukungan penuh pemerintah melalui birokrasi dan subsidi danapembangunan APBD
0,031 5 0,153
3 Sistem jaringannya menggunakan potensi pasar sub-sub grosir di daerahyang berpotensi
0,031 3 0,092
4 Menjadi pioner pasar dengan sistem penjagaan kualitas dengan adanyalab dan penerapan sertifikasi
0,085 5 0,424
5 Menerapkan sistem dan teknologi maju yang dapat menjadi pengendali perdagangan di jawa timur (sistem komputerisasi dan internet)
0,032 3 0,096
6 Menerapkan sistem pengelolaan modern yang akan mendahulukan kecepatan dan efektifitas pelayanan (Birokrasi yang pendek dan efektif)
0,055 4 0,219
7Mempunyai fasilitas komposting yang dapat menjadi sumber daya energi dan agrowisata yang keduanya dapat menjadi sumber penerimaan bagi daerah
0,052 2 0,104
8 Menjadi satu-satunya pasar induk yang dilengkapi rusunawa dan medikal centre di jawa timur dan indonesia
0,041 3 0,124
9 Lokasi yang terjangkau dengan kendaraan umum 0,045 3 0,135
10 Mempunyai regulasi yang fleksibel dan memberi keuntungan untuk semua pihak, dan nyaman untuk pedagang, misalnya ketentuan dalam perhitungan sistem sewa dan loading unloading
0,052 4 0,206
WEAKNESSES
1 Lokasi yang jauh dari pusat kota dan berada di daerah padatpenduduk
0,044 4 0,175
2Akses jalan dan angkutan yang belum selesai dan belum memadai
0,081 5 0,406
3 Dana yang disediakan oleh pemerintah belum mencukupipembangunan seluruh bangunan 0,023 3 0,069
4 Pengelola adalah pemain baru dalam Pasar, sehingga masih belajardalam pelayanan Pasar 0,044 4 0,175
5 Akses transportasi di porong terganggu dengan adanya lumpurlapindo 0,086 5 0,429
6 Citra PIA di masyarakat kurang baik, terutama dikarenakanpermasalahan pembebasan lahan 0,081 5 0,406
7Diperlukan pendampingan yang maksimal dari departemen-departemen terkait utk memenuhi fasilitas dan persyaratan bagipetani dan pedagang untuk terealisasinya sistem di Pasar ini
0,044 5 0,219
8 Sosialisasi akan sistem baru yang diterapkan kurang maksimal, sehingga akan menjadi kendala dalam operasionalnya nanti 0,024 3 0,071
9Penerapan regulasi yang fleksibel memerlukan pengawasan dan konsistensi tinggi dari pengelola, sehingga dapat menjadi ancaman bagi pengelola apabila lengah.
0,074 4 0,296
Jumlah 1,00 4,22
Matriks Prioritas Pilihan Strategi
StrategikKeterkaitan dengan: Prioritas
StrategiVisi Misi Nilai
SODapat menjadi pioner pasar dengan sistem penjagaan kualitas, adanya laboratorium dan penerapan sertifikasi yang didukung penuh oleh departemen dalam pemerintahan untuk melayani besarnya potensi pasar di pasar-pasar tradisional (O4 x S1)
4 4 4 12
Diharapkan menjadi pusat informasi dan etalase produk agro di Jatim dengan mengoptimalkan lahan yang sangat luas, fasilitas lengkap dan lokasi yang terjangkau (O3 x S2)
4 4 3 11
Dukungan pemerintah harus dimanfaatkan PIA untuk menjadi pioner pasar dengan sistem penjagaan kualitas melalui pembuatan regulasi yang mendukung hal tersebut (O4 x S1)
4 4 4 12
Dengan dukungan penuh pemerintah, PIA harus mampu menerapkan sistem pengelolaan modern yang mendahulukan regulasi yang fleksibel dan efektifitas pelayanan (O4 x S3 x S4)
4 3 4 11
ST
Dengan dukungan penuh pemerintah, PIA harus mensosialisasikan aplikasi sistem baru dalam sirkulasi dan sistem perdagangan melalui sistem komputerisasi dan internet sehingga pasar dan pengaturan jalur distribusi dapat terkendali (T1 x S5)
3 3 4 10
Kurangnya produk yang dapat masuk PIA karena rendahnya kualitas diatasi dengan dukungan pemerintah melalui pendampingan terhadap petani oleh departemen-departemen terkait (T2 x S5)
3 3 3 9
Persaingan dengan pasar modern yang memberikan harga murah dengan pelayanan yang nyaman, dapat diatasi dengan penerapan regulasi yang fleksibel serta penyediaan fasilitas yang lengkap bagi pedagang (T3 x S2 x S4)
3 3 4 10
WO
Akses transportasi yang terganggu di porong dan akses jalan yang belum memadai mengharuskan PIA memperhatikan tatacara pengiriman barang sehingga permintaan ekspor komoditi agro yang cukup besar dapat terlayani dengan baik (O1 x W1 x W2)
4 4 4 12
Masih sulitnya mencari komoditi agro yang berkualitas dengan standart tertentu di Pasar-pasar Tradisional mengharuskan PIA harus segera membangun dan memperbaiki akses jalan yang belum memadai, sehingga dengan semakin cepatnya proses distribusi maka kualitas dapat semakin terjaga (W3 x O2)
4 4 4 12
Potensi permintaan ekspor komoditi agro yang tinggi dan lokasi PIA yang berada di daerah padat penduduk, harus diatasi dengan pembangunan akses jalan yang memadai (O1 x W2)
4 4 4 12
Keterangan:
1 : tidak terkait2 : kurang terkait3 : terkait4 : paling terkait
WT
Pengaplikasian sistem baru dalam sirkulasi dan sistem perdagangan harus dapat diatasi PIA dengan koordinasi yang baik antara pengelola dengan departemen terkait melalui pendampingan yang maksimal (T1 x W5)
3 3 3 9
PIA harus mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam hal perbaikan akses jalan, akibat kurangnya produk yang dapat masuk PIA karena rendahnya kualitas yang juga ditambah dengan akses jalan yang terganggu dan belum memadai (T2 x W2)
3 3 4 10
Ancaman dari persaingan pasar modern yang memberikan harga relatif murah dan pelayanan yang baik harus diatasi dengan akses jalan yang baik dan penerapan regulasi yang fleksibel dan konsisten (T3 x W4)
3 3 3 9
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 7 strategi yang memiliki weight scoretertinggi, yaitu sebagai berikut:
1. Dapat menjadi pioner pasar dengan sistem penjagaan kualitas, adanya laboratoriumdan penerapan sertifikasi yang didukung penuh oleh departemen dalampemerintahan untuk melayani besarnya potensi pasar di pasar-pasar tradisional
2. Diharapkan menjadi pusat informasi dan etalase produk agro di Jatim denganmengoptimalkan lahan yang sangat luas, fasilitas lengkap dan lokasi yangterjangkau
3. Dukungan pemerintah harus dimanfaatkan PIA untuk menjadi pioner pasar dengansistem penjagaan kualitas melalui pembuatan regulasi yang mendukung hal tersebut
4. Dengan dukungan penuh pemerintah, PIA harus mampu menerapkan sistempengelolaan modern yang mendahulukan regulasi yang fleksibel dan efektifitaspelayanan
5. Akses transportasi yang terganggu di porong dan akses jalan yang belum memadaimengharuskan PIA memperhatikan tatacara pengiriman barang sehinggapermintaan ekspor komoditi agro yang cukup besar dapat terlayani dengan baik
6. Masih sulitnya mencari komoditi agro yang berkualitas dengan standart tertentu diPasar-pasar Tradisional mengharuskan PIA harus segera membangun danmemperbaiki akses jalan yang belum memadai, sehingga dengan semakin cepatnyaproses distribusi maka kualitas dapat semakin terjaga
7. Potensi permintaan ekspor komoditi agro yang tinggi dan lokasi PIA yang berada didaerah padat penduduk, harus diatasi dengan pembangunan akses jalan yangmemadai
Kesimpulan
• Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan mengenaiprioritas kriteria-kriteria dan sub kriteria yang melandasipengelolaan Pasar Induk Agrobis Jawa Timur maka dapatdisimpulkan sebagai berikut:
• Dalam penentuan prioritas kriteria yang melandasipengelolaan Pasar Induk Agrobis Jawa Timur, kriteriayang paling penting adalah pelayanan kepada masyarakat,disusul dengan efisiensi dalam operasional danpemberdayaan jaringan distribusi. Untuk kriteriapelayanan kepada masyarakat, sub kriteria yang pentingadalah kualitas produk yang ditunjang dengan sertifikasi,lingkungan kerja dan perdagangan yang aman dannyaman, kesesuaian penentuan standart danpengklasifikasian serta transparansi dalam penentuanharga. Sedangkan untuk kriteria efisiensi dalamoperasional, sub kriteria yang penting adalah kecepatandan efektifitas pelayanan, fleksibilitas Regulasi, keamananlingkungan dan transportasi murah dan terjamin.
• Rancangan strategi pengelolaan yang diusulkan kepadapengelola Pasar Induk Agrobis Jawa Timur adalah sebagaiberikut:
– Dapat menjadi pioner pasar dengan sistem penjagaankualitas, adanya laboratorium dan penerapan sertifikasi yangdidukung penuh oleh departemen dalam pemerintahan untukmelayani besarnya potensi pasar di pasar-pasar tradisional
– Diharapkan menjadi pusat informasi dan etalase produk agrodi Jatim dengan mengoptimalkan lahan yang sangat luas,fasilitas lengkap dan lokasi yang terjangkau
– Dukungan pemerintah harus dimanfaatkan PIA untuk menjadipioner pasar dengan sistem penjagaan kualitas melaluipembuatan regulasi yang mendukung hal tersebut
– Dengan dukungan penuh pemerintah, PIA harus mampumenerapkan sistem pengelolaan modern yang mendahulukanregulasi yang fleksibel dan efektifitas pelayanan
– Akses transportasi yang terganggu di porong dan akses jalanyang belum memadai mengharuskan PIA memperhatikantatacara pengiriman barang sehingga permintaan eksporkomoditi agro yang cukup besar dapat terlayani dengan baik
– Masih sulitnya mencari komoditi agro yang berkualitasdengan standart tertentu di pasar-pasar Tradisionalmengharuskan PIA harus segera membangun danmemperbaiki akses jalan yang belum memadai, sehinggadengan semakin cepatnya proses distribusi maka kualitasdapat semakin terjaga
– Potensi permintaan ekspor komoditi agro yang tinggi danlokasi PIA yang berada di daerah padat penduduk, harusdiatasi dengan pembangunan akses jalan yang memadai
Saran
• Dalam implementasi konsep strategi, pengeloladiharapkan dapat menentukan action plan yangsesuai dan tepat sasaran sehingga visi dan misiorganisasi dapat tercapai.
• Penelitian dapat dikembangkan denganmelakukan evaluasi terhadap implementasistrategi pengelolaan Pasar Induk Agrobis JawaTimur. Hasil evaluasi dapat dijadikan dasardalam melakukan studi-studi yangberkelanjutan.
Daftar Pustaka• Akdon. (2009), Strategic Management For Educational Management, cetakan ketiga,
Alfabeta, Bandung.• Bryson, John M, (2003), Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Terjemahan
M. Miftahuddin, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.• Istijanto, (2005), Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, Gramedia, Jakarta.• Jatim Graha Utama, (2009), Studi Kelayakan Pasar Induk Agrobis Jawa Timur, PT
Karya Nugraha Konsultama, Surabaya.• Mahendra, M. S, (2008), Analisis SWOT dan SMART Keragaan Fasilitas dan Utilitas
Pasar di Indonesia, Universitas Udayana, Denpasar.• Nurgiyantoro, B., Gunawan dan Marzuki, (2004), Statistik Terapan. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.• Riduwan, (2004), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung.• Saaty, T.L, (1993), The Analytical Hierarchy Process; Planning, Priority Setting,
Resource Allocation, The Wharion School, University of Pennsylvania.• Santoso, S. dan Tjiptono F, (2002), Riset Pemasaran. Gramedia, Jakarta.• Sugiyono, (2005), Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.• Suryadi K., dan Ramdhani M. Ali, (2002), Sistem Pendukung Keputusan, Cetakan
Keempat, CV. Remaja Rosdakarya, Bandung.