ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN...

120
ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN BOMBANA SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1) DIAJUKAN OLEH: ANDI NURASIAR RAHMAH Stb. F1I1 12 006 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016

Transcript of ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN...

Page 1: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

i

ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL

DI KABUPATEN BOMBANA

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN

MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH:

ANDI NURASIAR RAHMAH

Stb. F1I1 12 006

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016

Page 2: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

ii

SKRIPSI

ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL

DI KABUPATEN BOMBANA Oleh:

Andi Nurasiar Rahmah

F1I1 12 006

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji

pada tanggal 03 November 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Tim Penguji

Pembimbing I Pembimbng

II

Dr. Djafar Mey, S.P., M.Si Safrudin Sahar, S.T.,

M.Si

NIP. 197005042003121001 NIP.

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Irfan Ido, S.Pi., M.Si Jufri Karim, S.P.,M.Sc Saban Rahim, S.Si., M.P.W

NIP. 197502162005011003 NIP.198112012015041002 NIP.

Kendari, 03 November 2016

Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Universitas Halu Oleo

Prof. Dr. Ir. Weka Widayati, M.S

NIP.196408051988032002

Page 3: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang ada

sebelum kita ada, Tuhan yang ada setelah kita tiada dan Tuhan yang ada karna

memang ada, karena berkat limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Spasial Daerah tertinggal

Di Kabupaten Bombana” untuk memenuhi salahsatu syarat dalam memperoleh

gelar sarjana (Sl) pada Jurusan Geografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Universitas Halu Oleo Kendari.

Salawat dan salam tidak lupa kita kirimkan kepada Rasulullah Muhammad

SAW, Nabi yang telah membawa ajaran penyempurna dari ajaran-ajaran agama

sebelumnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik

dalam hal isi maupun teknik penulisan sehingga segala saran dan kritik yang

bersifat Konstruktif demi paripurnanya skripsi ini akan penulis terima dengan

lapang dada. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menghadapi rintangan

dan tantangan tetapi atas bantuan dan dorongan moril serta materil dari berbagai

pihak akhirnya hambatan tersebut dapat teratasi. Teristimewa saya ucapkan

terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Andi

Umar dan Ibunda Fatimah yang senantiasa memberikan restu, nasehat,

dukungan, kasih sayang, yang tiada henti. Selain itu, penulis mengucapkan

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pembimbing saya,

yakni Bapak Dr. Djafar Mey, S.P., M.Si selaku pembimbing satu dan Bapak

Page 4: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

iv

Safrudin Sahar, S.T., M.Si selaku pembimbing dua yang telah meluangkan

waktunya serta perhatiannya dalam memberikan bimbingan dalam penulisan

skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, MS selaku Rektor Universitas Halu Oleo

Kendari.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Weka Widayati, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu dan

Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.

3. Bapak L.M. Iradat Salihin, S.Pd., ST., M.Sc selaku Ketua Program Studi

Gografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian.

4. Segenap dosen dan staf Jurusan Geografi yang telah membantu dan

memudahkan segala urusan penulis yang berkaitan dengan proses penelitian

sampai pada proses penyusunan skripsi. Terimakasih atas kemurahan hati ibu

dan bapak sekalian,

5. Kepada keluargaku Alfian Renaldi Askac, Hasna Dewi, Nur Intan darwis, Andi

Risqa Wahyuni Safitri dan Adik-adikku Andi Muhammad Mauliadi Rahmat

dan Andi Muhammad Yaqub Akbar.

6. Spesial teruntuk Agus Santoso, SE yang selalu sabar dan tidak pernah bosan

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis demi terselesaikannya

skripsi ini dengan baik.

7. Kakanda Suryadi, SP. Kakanda Muhammad Rusli Abadi, SH. kakanda

Muhammad Faisal, S.Pd. Kakanda Syamsu Rijal, SE. kakanda Ilham G, S.Pd

Page 5: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

v

yang selalu memberikan dukungan dan pengorbanan baik secara moril maupun

materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2012 di Jurusan geografi (Minarsi

Fatmawati, Juhaida, Stevanus Hendriko, Ririn Pratiwi,Dll) yang selalu

memberikan dukungan dan semangat demi mencapai finis daripada pindidikan

Strata satu yang penulis jalani.

9. Kepada semua Teman-teman yang ada di lorong damai asrama Victoria yang

juga selalu memberikan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini

:Muhammad Aksar, Abdullah, Muhammad Ikbal, Hendra,Riska Marwan,

Risna, Satriani, Verawati, Aulia, Mega Indra Pratiwi.

Semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat kepada semua pihak.

Semoga bantuan dan dukungan yang diberikan dari berbagai pihak dapat bernilai

Ibadah serta bernilai pahala disisi Allah SWT, Amin Ya Robbal A’alamin.

Kendari, November 2016

Penulis

Page 6: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

vi

ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN BOMBANA

Andi Nurasiar Rahmah

(Program Studi Geografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas

Halu Oleo)

[email protected]

ABSTRAK

Kabupaten Bombana merupakan salah satu daerah tertinggal diantara tiga

kabupaten yang masuk dalam lingkup daerah tertinggal di Provinsi Sulawesi

Tenggara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui daerah-daerah tertinggal di

Kabupaten Bombana. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah

analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan dan memformulasikan

parameter dengan pendekatan konsep-konsep strategis sedangkan analisis

kuantitatif digunakan untuk menentukan perhitungan pengaruh antara faktor-

faktor internal dan eksternal Kabupaten Bombana dan untuk menentukan

kecamatan tertinggal di Kabupaten Bombana. Jenis data yang dikumpulkan terdiri

data sekunder tahun 2015 yang berjumlah 6 parameter 18 indiktor penentuan

daerah tertinggal, observasi melalui pengamatan terhadap objek, dan dokumentasi

berupa data-data sebagai literatur dan referensi. Hasil keseluruhan klasifikasi

daerah tertinggal di Kabupaten Bombana dari 18 indikator sehingga diperoleh

kecamatan berpotensi maju yaitu 6 kecamatan, kecamatan agak tertinggal terdapat

8 kecamatan, dan daerah tertinggal yaitu 8 kecamatan. Sedangkan berdasarkan

perhitungan analisis skalogram (Hirarki Wilayah) menunjukkan bahwa di

Kabupaten Bombana yang termasuk wilayah hirarki I hanya ada satu kecamatan,

yang termasuk hirarki II hanya ada satu kecamatan sedangkan 20 kecamatan

lainnya termasuk pada hirarki III.

Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

Page 7: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

vii

ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN BOMBANA

Andi Nurasiar Rahmah

(Geography major, Faculty of science and geoscience technology, Halu Oleo

University)

[email protected]

ABSTRACK

Bombana is one of the underdeveloped areas of the three counties are included in

the scope of underdeveloped regions in Southeast Sulawesi. The purpose of this

study to determine the lagging regions in Bombana. The analytical tool used in

this research is analysis qualitative is used to describe and formulate parameters to

approach strategic concepts while quantitative analysis is used to determine the

calculation of the influence of internal factors and external Bombana and to

determine the districts left in Bombana. Types of data collected consisted of

secondary data in 2015 which amounted to 6 parameter 18 indiktor determination

disadvantaged areas, observation by observation of the object, and documentation

of data as literature and references. The overall result of the classification of

disadvantaged areas in Bombana of the 18 indicators in order to obtain potentially

developed districts, namely 6 districts, rather backward districts there are 8

districts and disadvantaged areas, namely 8 districts. While based on the

calculation schallogram analysis (Hierarchy Region) show that in Bombana which

belonged to the first hierarchy there is only one sub-district, which includes II

hierarchy there is only one sub-district, while 20 other districts included in the III

hierarchy’s.

Keywords: Spatial Anaslisis, Underdeveloped Regions, Parameters

Page 8: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8

A. Pembangunan Wilayah ................................................................... 8

B. Daerah Tertinggal ........................................................................... 14

C. Parameter Daerah Tertinggal .......................................................... 20

D. Sistem Informasi Geografis ............................................................ 22

E. Analisis Spasial .............................................................................. 23

F. Keaslian Penelitian ......................................................................... 27

G. Kerangka Pikir ............................................................................... 30

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 31

A. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... 31

B. Bahan dan Alat ............................................................................... 33

C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 33

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 34

E. Metode Pengolahan Data ................................................................ 35

F. Analisa Data ................................................................................... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 44

A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bombana ............................ 44

B. Analisis Spasial Daerah Tertinggal ........................................................ 58

C. Analisis Hirarki Wilayah ................................................................ 70

Page 9: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

ix

V. PENUTUP ......................................................................................... 86

A. Kesimpulan ................................................................................... 86

B. Saran ............................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Keaslian Penelitian ....................................................................... 29

Tabel 2. Parameter Daerah Tertinggal ........................................................ 34

Tabel 3. Parameter yang di ukur daerah tertinggal ...................................... 36

Tabel 4. Nilai sealng Hirarki ...................................................................... 41

Tabel 5. Daftar Bobot 6 Kriteria dan 17 Indikator dalam Penghitungan

Indeks Komposit Kabupaten Daerah Tertinggal ............................ 42

Tabel 6. Wilayah Administrasi Kabupaten Bombana .................................. 46

Tabel 7 Kemiringan Lereng. ...................................................................... 47

Tabel 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bombana ................ 51

Tabel 9. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bombana ....................... 52

Tabel 10. Jumlah Penduduk Miskin Di Kabupaten Bombana ....................... 53

Tabel 11. Jumlah Sekolah Menrut Kecamatan Kabupaten Bombana............. 55

Tabel 12. Jumlah tempat peribadatan di Kabupaten Bombana ...................... 56

Tabel 13. Jumlah Pusat Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bombana ......... 57

Tabel 14. Pendapatan Perkapita Kabupaten Bombana. ................................. 58

Tabel 15. PDRB Perkapita ........................................................................... 59

Tabel 16. Hasil klasifikasi Daerah Tertinggal di Kabupaten Bombana .......... 73

Tabel 17. Jumlah Fasilitas Yang Terdapat Di Kabupaten Bombana .............. 76

Tabel 18. Analisis Skalogram Jumlah Fasilitas Yang Terdapat di

Kabupaten Bombana..................................................................... 79

Tabel 19. Analisis Perhitungan Bobot Fungsi di Kabupaten Bombana .......... 82

Tabel 20. Analisis Perhitungan Indeks sentralitas Terbobot di Kabupaten

Bombana ...................................................................................... 85

Tabel 21. Penentuan Orde di Kabupaten Bombana ....................................... 88

Page 11: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Empat Pilar Pembangunan Wilayah ........................................... 9

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 30

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian ................................................................. 32

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 42

Gambar 6. Diagram Hasil Penghitungan Zscore ........................................... 62

Gambar 7. Diagram Hasil Penghitungan Indeks Kumulatif .......................... 64

Page 12: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Kemiringan Lereng

Lampiran 2. Peta Jenis Tanah

Lampiran 3. Peta sebaran wilayah Tertinggal di Kabupaten Bombana

Lampiran 4. Peta Kecamatan Hirarki I,II,III

Lampiran 5. Tabel Hasil Penghitungan Zscore

Lampiran 6. Tabel Hasil Penghitungan Indeks Komposit

Lampiran 7. Tabel Hasil Penghitungan Interval

Lampiran 8. Tabel Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Menurut Kecamatan Kabupaten Bombana Dari Tahun 2010-2015

Lampiran 9. Tabel Jumalah Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Menurut

Kecamatan Kabupaten Bombana Dari Tahun 2010-2015

Lampiran 10. Tabel Jumlah Sekolah Menrut Kecamatan Kabupaten Bombana

Lampiran 11. Tabel Sarana Kesehatan Di Kabupaten Bombana

Lampiran 12. Tabel Sarana Perdagangan di Kabupaten Bombana

Lampiran 13. Tabel Persentase Kecamatan dengan jenis permukaan jalan utama

terluas aspal/beton.

Lampiran 14. Tabel Jumlah Rumahtangga menurut pengguna sumber air

Lampiran 15. Tabel Persentase Rumahtangga Pengguna Listrik.

Lampiran 16. Tabel Aksesebilitas Yang Terdapat Di kabupaten Bombana

Lampiran 17. Tabel Persentase penduduk miskin

Lampiran 18. Tabel Persentase pendapatan perkapita perkapita

Lampiran 19. Tabel Sumber Daya Manusia di Kabupaten Bombana.

Lampiran 20. Kriteria Kemampuan Keuangan Daerah.

Page 13: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses untuk meningkatkan taraf kehidupan

manusia melalui berbagai proses dan interaksi baik antara manusia maupun antara

manusia dengan lingkungannya. Todaro (2000) menyatakan bahwa pembangunan

merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan proses sosial,

ekonomi dan institusional, mencakup usaha-usaha untuk memperoleh kehidupan

yang lebih baik. Lebih luas sasaran pembangunan mencakup tiga hal penting,

yaitu: Meningkatkan persediaan dan memperluas distribusi bahan-bahan pokok

seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan; Meningkatkan

taraf hidup termasuk menambah penghasilan, penyediaan lapangan kerja,

pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai

budaya dan manusiawi; Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi

setiap individu dengan cara membebaskan masyarakat dari sikap kebodohan dan

ketergantungan.

Melaksanakan pembangunan, ada tiga tujuan yang harus dicapai oleh

pemerintah yaitu pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan. Ketiga tujuan

tersebut mempunyai saling keterkaitan yang erat yang menentukan keberhasilan

dari pembangunan itu sendiri. Pertumbuhan lebih sering menjadi tujuan dalam

pembangunan seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia selama

ini. Hal ini berakibat buruk terhadap pengurasan berbagai sumberdaya yang ada

baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia ataupun sumberdaya sosial. Lebih

jauh lagi karena tujuan kedua, pemerataan, tidak menjadi prioritas selama ini

Page 14: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

2

maka terjadi disparitas yang sangat tinggi antara pusat (Jakarta dan Jawa)

dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia. Bentuk-bentuk pengurasan

sumberdaya yang terjadi selama ini juga merupakan cerminan dari bentuk tujuan

pembangunan sesaat (jangka pendek) yang jelas mengabaikan keberlanjutan

Menurut Anwar (2005), beberapa hal yang menyebabkan terjadinya disparitas

adalah perbedaan karakteristik limpahan sumberdaya alam (resource endowment),

perbedaan demografi, Perbedaan kemampuan sumberdaya manusia (human

capital) perbedaan potensi lokasi, perbedaan dari aspek aksesibilitas dan

kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan perbedaan dari aspek potensi pasar.

Berbagai faktor diatas maka dalam suatu wilayah akan terdapat beberapa macam

karakteristik wilayah ditinjau dari aspek kemajuannya, yaitu: wilayah maju,

wilayah sedang berkembang, wilayah belum berkembang;dan,wilayah tidak

berkembang.

Menurut Lembaga Pengelola Dana Pendidikan kementrian Keuangan

Republik Indonesia merilis bahwa Kabupaten Bombana masuk dalam daftar

daerah tertinggal dari tiga kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Menurut Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik

Indonesia (2004), secara agregat permasalahan yang dihadapi daerah tertinggal

adalah sebagai berikut : 1) Kualitas SDM di daerah tertinggal relatif lebih rendah

di bawah rata-rata nasional akibat terbatasnya akses masyarakat terhadap

pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja; 2) Tersebar dan terisolirnya wilayah-

wilayah tertinggal akibat keterpencilan dan kelangkaan sarana dan prasarana

wilayah; 3) Terbatasnya akses permodalan, pasar, informasi dan teknologi bagi

Page 15: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

3

upaya pengembangan ekonomi lokal; 4) Terdapat gangguan keamanan dan

bencana yang menyebabkan kondisi daerah tidak kondusif untuk berkembang; 5)

Daerah perbatasan antar negara selama ini orientasi pembangunannya bukan; 6)

sebagai beranda depan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan lebih

menekankan aspek keamanan (security approach), sehingga terjadi kesenjangan

yang sangat lebar dengan daerah perbatasan Negara tetangga; 7) Komunitas Adat

Terpencil (KAT) memiliki akses yang sangat terbatas kepada pelayanan sosial,

ekonomi, dan politik serta terisolir dari wilayah di sekitarnya.

Menurut Wanggai (2004) persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kawasan

tertinggal antara lain: rendahnya kualitas ekonomi masyarakat, kesenjangan social

ekonomi antar penduduk, kesenjangan antar wilayah dan antar desa-kota,

rendahnya aksesibilitas wilayah, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, potensi

sumberdaya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal, isolasi wilayah,

rendahnya kehadiran investor , dan rendahnya keterkaitan antar sektor, antar

wilayah dan antar usaha ekonomi.

Kabupaten Bombana merupakan sebuah kabupaten di wilayah Sulawesi

Tenggara, Indonesia, dengan ibu kota Rumbia. Dibentuk berdasarkan UU Nomor

29 Tahun 2003 pada 18 disember 2003, dan merupakan hasil pemekaran

Kabupaten Buton. Jumlah penduduk pada tahun 2005 sebanyak 110.029 orang

tercatat laki-laki sebanyak 54.635 orang dan perempuan 55.394 orang. Luas

wilayah Kabupaten Bombana mempunyai wilayah daratan seluas 2,845.36 km²

atau 284.536 ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas 11,837.31 km².

Letak geografi Kabupaten Bombana terletak di jazirah tenggara Pulau Sulawesi,

Page 16: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

4

secara geografi terletak di bahagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari

Utara ke Selatan di antara antara 4°30' – 6°25' Lintang Selatan dan membentang

dari barat ke Timur antara 120°82' – 122°20' Bujur Timur. Batas wilayah,

Kabupaten Bombana berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kabupaten Kolaka dan

Kabupaten Konawe Selatan, Sebelah Timur : Kabupaten Muna dan Kabupaten

Buton, Sebelah Selatan : Laut Flores, Sebelah Barat : Teluk Bone.

Kriteria wilayah bisa dikatakan sebagai daerah tertinggal ada enam faktor,

yaitu faktor ekonomi, faktor sumberdaya manusia, faktor infrastruktur

(prasarana), faktor kapasitas wilayah, faktor aksesibilitas, dan faktor karakteristik

daerah. Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan program pembangunan daerah

tertinggal yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan di daerah yang

kondisi sosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta

ketersediaan infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya

kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis

terisolir dan terpencil seperti daerah perbatasan antar negara,daerah pulau-pulau

kecil, daerah pedalaman, serta daerah rawan bencana.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014 telah

menetapkan daftar 183 Kabupaten yang masuk katagori daerah tertinggal di

Indonesia salah satunya adalah Kabupaten Bombana, ini dihadapkan kepada

berbagai masalah yang perlu segera ditangani secara serius, terencana, dan

berkelanjutan. Isu kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, tingginya angka

pengangguran, rendanya produktifitas, dan kualitas produksi, merupakan masalah-

Page 17: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

5

masalah yang perlu memperoleh perhatian segera. Selain itu masih banyak lagi

permasalahan yang harus kita gali dan rinci dari kriteria daerah tertinggal.

Oleh karena itu, pembahasan dari kriteria wilayah daerah tertinggal,

permasalahan dan potensi daerah, identifiksi daerah, arahan pembangunan daerah

dan, program prioritas dari Kabupaten Bombana sangat perlu dilakukan.

Penyusunan profil dan karakteristik Kabupaten Bombana ini diperlukan data-data

yang akurat, terperinci, aktual, dan mudah diakses dalam rangka mendukung

pelaksanaan pembangunan di daerah tertinggal sehingga memudahkan

kementerian PDT dan kementerian/lembaga dalam melakukan afirmasi dan

intervensi untuk percepatan pembangunan di daerah tertinggal.

Berdasarkan BPS Kabupaten Bombana 2014 total Pendapatan Domestik

Regional Bruto Daerah (harga konstan) diketahui bahwa total Pendapatan dari 9

sektor (pertanian, pertambangan, industry pengolahan, listrik dan air bersih,

bangunan, perdagangan hotel dan restoran, angkutan/komunikasi,

bank/keu/perum, jasa-jasa lainnya) yaitu sebesar 539.623 rupiah (juta)

dibandingkan salah satu daerah yang tidak menyandang kategori daerah tertinggal

yaitu Kabupaten Kolaka. Berdasarkan hasil BPS Kabupaten Kolaka total

pendapatan Domestik Regional Bruto Dearah (harga Konstan) tahun 2014 sebesar

8.601.461.19 rupiah (Milyar). Berdasrkan total pendapatan antara Kabupaten

Bombana dan Kabupaten Kolaka terlihat perbedaan yang sngat speifik, sehinnga

menjadi salah satu indikator menjadikan Bombana daerah tertinggal di Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Page 18: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

6

B. Rumusan Masalah

Masalah ketimpangan dan kesenjangan antar daerah merupakan masalah pokok

dalam pencapaian pembangunan nasional. Oleh karena itu, kesadaran terhadap

perencanaan pembangunan daerah tertinggal harus menjadi bagian dari

perencanaan pembangunan yang terus berkembang. Konsep pembangunan daerah

tertinggal secara mendasar mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan

desentralisasi dalam rangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk

mencapai sasaran nasional yang bertumpu pada trilogi pembangunan, yaitu

pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas.

Secara geografis Kabupaten Bombana merupakan daerah yang sangat strategis

dimana wilayah Kabupaten Bombana terdapat industri pertambangan yang

melimpah, peternakan sapi yang banyak, tambak yang luas serta tanah pertanian

yang subur. Namun jika dibandingkan dengan Kabupaten Kolaka, Kabupaten

Bombana Jauh tertinggal dapat dilihat dari data BPS Kabupaten Bombana 2014

total pendapatan Domestik Regional Bruto Daerah (harga konstan) diketahui

bahwa total pendapatan dari 9 sektor (pertanian, pertambangan, industry

pengolahan, listrik dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran,

angkutan/komunikasi, bank/keu/perum, jasa-jasa lainnya) yaitu sebesar 539.623

rupiah (juta) dibandingkan salah satu daerah yang tidak menyandang kategori

daerah tertinggal yaitu Kabupaten Kolaka. Berdasarkan hasil BPS Kabupaten

Kolaka total Pendapatan Domestik Regional Bruto Dearah (harga Konstan) tahun

2014 sebesar 8.601.461.19 rupiah (Milyar). Berdasrkan total pendapatan antara

Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka terlihat perbedaan yang sangat

Page 19: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

7

spesifik, sehinga menjadi salah satu indikator yang menjadikan Bombana menjadi

daerah tertinggal di Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan rumusan masalah di

atas, maka terdapat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mengidentifikasi daerah tertinggal di Kabupaten Bombana ?

2. Dimana saja sebaran daerah tertinggal yang berada di wilayah Kabupaten

Bombana?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi daerah tertinggal di Kabupaten Bombana.

2. Untuk mengetahui sebaran daerah tertinggal di wilayah Kabupaten Bombana.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis.

Sebagai bahan pembanding bagi peneliti sebelumnya yang relevan dengan

penelitian ini.

2. Manfaat Praktis.

Sebagai sumber pemikiran dan masukan kepada pemerintah setempat dalam

merumuskan kebijakan tentang daerah tertinggal.

Page 20: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

8

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pembangunan Wilayah

Ilmu pembangunan wilayah merupakan ilmu yang relatif baru. Ilmu ini

dikembangkan pada awal dasawarsa 1950an, tetapi baru pada dasawarsa 1970an

ilmu ini berkembang dengan pesat. Ilmu ini muncul karena ketidakpuasan pakar

ilmu sosial ekonomi terhadap rendahnya tingkat perhatian dan analisis ekonomi

berdimensi spasial. Ilmu pembangunan wilayah merupakan wahana lintas disiplin

yang mencakup berbagai teori dan ilmu terapan yaitu geografi, ekonomi,

sosiologi, matematika, statistika, ilmu politik, perencanaan daerah, ilmu

lingkungan, dan sebagainya. Hal ini dapat dimengerti karena pembangunan itu

sendiri merupakan fenomena multifaset yang memerlukan berbagai usaha

manusia dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sesuai dengan pandangan

pendiri ilmu wilayah, Walter Isard, bahwa pengetahuan pada berbagai ilmu adalah

menyatu dan saling berkaitan.

Menurut Misra (1977 dalam Budiharsono 2001), ilmu pembangunan

wilayah merupakan disiplin ilmu yang ditopang oleh empat pilar (tetraploid

diciplines) yaitu geografi, ekonomi, perencanaan kota, dan teori lokasi. Pada

Gambar 1 disajikan skema ilmu pembangunan wilayah sebagai tetraploid

disciplines. Namun pendapat Misra mengenai ilmu pembangunan wilayah ini

terlalu sederhana karena tidak memasukkan aspek biogeofisik yang merupakan

dasar dari teori geografi dan teori lokasi serta aspek sosial budaya dan lingkungan

yang berperan dalam pembangunan wilayah tetapi belum ada keterwakilannya

dalam keempat disiplin ilmu tersebut. Oleh karena itu, ilmu pembangunan

Page 21: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

9

wilayah setidaknya perlu ditopang oleh empat pilar analisis, seperti yang tampak

pada gambar 1 (Budiharsono 2001).

Gambar 1 Empat Pilar Pembangunan Wilayah

Umumnya dapat kita katakan bahwa secara internal kemandirian sebuah

kota/kabupaten akan sangat tergantung dari tiga faktor kunci yaitu permodalan,

infrastruktur dan sumberdaya manusia. Asumsi kita ialah bahwa bila pengelola

kota berhasil mengelola faktor-faktor internal tersebut di atas, maka mereka akan

dapat mengembangkan “kemandirian” kota tersebut. Sedangkan “kemandirian”

itu sendiri adalah persyaratan untuk terbentuknya kota yang mempunyai ciri lokal

yang kuat (Santoso 2003).

Mengenai yang pertama yaitu permodalan maka dapat dikatakan bahwa

pergerakan modal akan sedikit terpengaruh oleh otonomi daerah, yaitu hanya

terkait dengan proses perizinan yang mungkin bisa lebih lancar. Tapi bisa saja hal

ini menjadi bumerang, karena pejabat kota melihat ini sebagai kesempatan

meningkatkan PAD atau lahan basah untuk KKN dan bisa menjadi momok bagi

para calon investor.

Perencanaan

kota

Geografi

Ilmu

Pembangunan

Wilayah

Teori Lokasi

Ekonomi

Page 22: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

10

Faktor kunci kedua adalah infrastruktur, di mana kita harus membagi

menjadi dua kelompok, yaitu yang masih dikelola secara sentral seperti listrik,

dan telepon, serta yang menjadi tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten

seperti jalan kota, saluran, air bersih, pengelolaan limbah dan sampah, dan

seterusnya. Yang terberat dari ketiga faktor kunci adalah faktor sumberdaya

manusia (SDM). Seperti kita tahu tingkat penghasilan masyarakat kita sangat

tergantung dari produktivitas kota/kabupaten. Kota/kabupaten dengan

“externalities” yang rendah akan meningkatkan kemampuan badan usaha untuk

membayar imbalan jasa yang lebih tinggi. Sebaliknya kota/kabupaten dengan

kondisi “high-cost economy” akan mendorong para pengusaha untuk menurunkan

penghasilan karyawannya dalam rangka menjaga kemampuannya berkompetisi

dengan pesaing mereka. Karena itu kota-kota yang mempunyai externalities tinggi

akan cenderung kehilangan SDM yang berkualitas karena mereka akan

beremigrasi ke luar kota. Walaupun tingkat penghasilan bukanlah satu-satunya

faktor yang mempengaruhi seseorang untuk meninggalkan sebuah kota, tetapi

statistik menunjukkan bahwa jumlah SDM berkualitas secara prosentual lebih

tinggi di kota-kota dengan tingkat kehidupan yang lebih baik (Santoso 2004).

Pembangunan atau pengembangan, dalam arti development, bukanlah

suatu kondisi atau keadaan yang ditentukan oleh apa yang dimiliki manusianya,

dalam hal ini penduduk setempat. Sebaliknya, pengembangan itu adalah

kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan apa

yang mereka miliki guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup

orang lain (Zen 2001).

Page 23: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

11

Pembangunan pada hakikatnya adalah pemanfaatan sumberdaya yang

dimiliki untuk maksud dan tujuan tertentu. Ketersediaan sumberdaya sangat

terbatas sehingga diperlukan strategi pengelolaan yang tepat bagi pelestarian

lingkungan hidup agar kemampuan serasi dan seimbang untuk mendukung

keberlanjutan kehidupan manusia. Memajukan kesejahteraan generasi sekarang

melalui pembangunan berkelanjutan dilakukan berdasarkan kebijakan terpadu dan

menyeluruh tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang. Strategi

pengelolaan yang dimaksud yaitu upaya sadar, terencana, dan terpadu dalam

pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan

pengembangan sumberdaya secara bijaksana untuk meningkatkan kualitas hidup.

Kesadaran bahwa setiap kegiatan selalu berdampak terhadap lingkungan hidup

merupakan pemikiran awal yang penting untuk memaksa manusia berpikir lebih

lanjut mengenai apa dan bagaimana wujud dampak tersebut, sehingga sedini

mungkin dilakukan langkah penanggulangan dampak negatif dan

mengembangkan dampak positif. Penataan ruang merupakan satu proses

pembangunan yang perlu mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan. Dalam

menyusun suatu rencana tata ruang yang baik, nilai-nilai ekonomi, sosial, dan

lingkungan hidup menjadi bagian yang tidak terpisahkan (BKTRN 2001).

Kenyataannya, seringkali pembangunan ini lebih banyak menekankan

pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan kurang memperhatikan aspek-aspek

spasial. Hal ini tercermin dari adanya berbagai kelemahan antara lain kesenjangan

antar wilayah dan kemiskinan. Kelemahan ini yang menjadi penyebab hambatan

terhadap gerakan maupun aliran penduduk, barang dan jasa, keuntungan dan

Page 24: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

12

kerugian didalamnya. Seluruh sumberdaya ekonomi dan non ekonomi menjadi

terdistorsi alirannya sehingga divergensi menjadi semakin parah. Akibatnya, hasil

pembangunan menjadi mudah didikotomikan antar wilayah, sektor, kelompok

masyarakat maupun pelaku ekonomi (Nugroho dan Dahuri 2004).

Sedangkan pengertian wilayah adalah suatu area geografis yang memiliki

ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan

berinteraksi (Nugroho dan Dahuri 2004). Definisi lain menyebutkan bahwa

wilayah adalah unit geografis dengan batas-batas tertentu dimana komponen-

komponen wilayah tersebut (sub wilayah) satu sama lain saling berinteraksi secara

fungsional (Rustiadi et.al 2004). Dalam menganalisis wilayah secara umum

dikenal tiga tipe (Blair 1991 dalam Nugroho dan Dahuri 2004). Pertama, wilayah

fungsional, yang dicirikan oleh adanya derajat integrasi antara komponen-

komponen didalamnya yang berinteraksi ke dalam wilayah alih-alih berinteraksi

ke wilayah luar. Kedua, wilayah homogen yang dicirikan oleh adanya kemiripan

relatif dalam wilayah yang dapat dilihat dari aspek sumberdaya alam, sosial dan

ekonomi. Ketiga, wilayah administrative. Wilayah ini dibentuk untuk kepentingan

pengelolaan atau organisasi oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain.

Memandang suatu wilayah, minimal ada tiga komponen wilayah yang

perlu diperhatikan, yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan teknologi,

selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah

merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah (Nachrowi dan

Suhandojo 2004)

Page 25: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

13

Lebih lanjut, Triutomo (2001) menyebutkan bahwa tujuan pengembangan

wilayah mengandung dua sisi yang saling berkaitan. Disisi ekonomis,

pengembangan wilayah adalah upaya memberikan kesejahteraan kualitas hidup

masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan kemudahan

prasarana dan pelayanan logistik dan sebagainya. Di sisi lain, secara ekologis

pengembangan wilayah juga bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan

sebagai akibat campur tangan manusia terhadap lingkungan.

Pengembangan wilayah, diperlukan perencanaan yang tidak hanya

mempertimbangkan aspek fisik wilayah semata, akan tetapi juga harus mampu

memasukkan unsur-unsur sosial, budaya, ekonomi dan politik ke dalamnya.

Secara luas, perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya

merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi

dan program pembangunan yang di dalamnya mempertimbangkan aspek wilayah

dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya

kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Nugroho dan Dahuri 2004).

Perencanaan pembangunan wilayah sendiri mempunyai tiga pilar penting

(Hoover and Giarratani 1985). Pertama, keunggulan komparatif (imperfect factor

mobility). Pilar ini berhubungan dengan kondisi spesifik suatu wilayah yang sulit

untuk dipindahkan ke wilayah lain. Kedua, aglomerasi (imperfect divisibility)

yang merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi

sebagai akibat pemusatan ekonomi secara spasial. Ketiga, biaya transport

(imperfect mobility of goods and services).

Page 26: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

14

Satu pendekatan pembangunan yang dikenal dengan nama pendekatan

wilayah menekankan pada penanganan langsung penduduk atau masyarakat yang

berada di wilayah-wilayah terisolasi dan di dalam wilayah-wilayah miskin atau

terisolasi ini pada gilirannya akan dicari dan dikenali kelompok-kelompok sasaran

penduduk termiskin. Dengan demikian, pendekatan wilayah berorientasi pada

pemerataan dan keadilan, dan bertujuan menutup jurang kesenjangan ekonomi

dan sosial, baik antar kelompok dalam masyarakat maupun antar daerah

(Mubyarto 2000).

Dalam kaitannya dengan pembangunan perdesaan, selama 32 tahun

sejarah pembangunan Orde Baru, telah terjadi persaingan antara orientasi

pertumbuhan dan pemerataan yang mewujud dalam bentuk perebutan prioritas

antara pembangunan sector industri dengan pertanian, atau antara sektor ekonomi

modern di perkotaan dengan ekonomi rakyat tradisional di perdesaan. Kesulitan

lain yang dihadapi dalam pembangunan perdesaan adalah adanya keterkaitan yang

sangat erat antara pembangunan perdesaan dengan keharusan pemberdayaan

masyarakat pendukungnya (Mubyarto 2000).

B. Daerah Tertinggal

1. Pengertian Daerah Tertinggal

Menurut Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik

Indonesia (2004) daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif kurang

berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk

yang relatif tertinggal. Dalam konsep Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(2004) wilayah tertinggal pada umumnya dicirikan dengan letak geografisnya

Page 27: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

15

relatif terpencil, atau wilayah-wilayah yang miskin sumberdaya alam, atau rawan

bencana alam. Wilayah tertinggal merupakan suatu wilayah dalam suatu daerah

yang secara fisik, sosial, dan ekonomi masyarakatnya mencerminkan

keterlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan daerah lain.

Selanjutnya, wilayah tertinggal dalam kerangka penataan ruang nasional

didefenisikan sebagai wilayah budidaya yang secara ekonomi jauh tertinggal dari

rata-rata nasional, baik akibat kondisi geografis, maupun kondisi sosial beserta

infrastrukturnya. Pengertian yang lebih umum menyebutkan bahwa wilayah

tertinggal merupakan wilayah pedesaan yang mempunyai masalah khusus atau

keterbatasan sarana dan prasarana, sumberdaya manusia, dan keterbatasan

aksesibilitasnya ke pusat-pusat pemukiman lainnya. Hal inilah yang menyebabkan

kemiskinan serta kondisinya relatif tertinggal dari pedesaan lainnya dalam

mengikuti dan memanfaatkan hasil pembangunan nasional dan daerah.

Pada hakekatnya pelaksanaan program pembangunan daerah tertinggal

sering menghadapi persoalan yaitu adanya tumpangtindih kegiatan dengan

program penanggulangan kemiskinan. Secara umum, memang beberapa kegiatan

program pembangunan daerah tertinggal pada dasarnya sama dengan program

penanggulangan kemiskinan yaitu sama-sama bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di wilayah yang terisolir, tertinggal, terpencil dan

miskin. Namun, dalam program pembangunan wilayah tertinggal tar getnya lebih

luas mengingat bukan hanya manusia atau masyara kat saja yang perlu dibenahi,

melainkan pengembangan aspek spasial yaitu wilayah yang memiliki fungsi

Page 28: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

16

tertentu agar wilayah dengan fungsi tertentu atau wilayah tersebut berkembang

dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurut Bappenas (2004) wilayah tertinggal secara umum dapat dilihat

dan ditentukan berdasarkan letak geografisnya yang secara garis besarnya dapat

dibagi menjadi dua kategori yaitu wilayah tertinggal di pedalaman dan wilayah

tertinggal di pulau-pulau terpencil.

a. Kondisi wilayah tertinggal di pedalaman

1. Kondisi sumberdaya alam sangat rendah (kesuburan tanahnya yang rendah,

rawan longsor, rawan banjir, terbatasnya sumberdaya air, daerah dengan

topografi yang terjal, tanah berawa-rawa/gambut).

2. Semberdaya alamnya mempunyai potensi, namun daerah tersebut belum

berkembang/terbelakang. Kondisi geografis pada umumnya di daerah yang

tidak terjangkau, sehingga walaupun lokasinya relatif dekat, namun tidak

tersedia akses dari wilayah tersebut ke wilayah pusat pertumbuhan.

Penguasaan dan penerapan tekonologi yang relatif rendah dikarenakan

kurangnya pembinaan dan keterbatasan dukungan prasarana teknologi itu

sendiri.

3. Ketersedian atau keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi,

air bersih, air irigasi, kesehatan, pendidikan dan lainnya menyebabkan

wilayah tertinggal tersebut makin sulit untuk berkembang.

4. Tingginya kesenjangan ekonomi antar daerah (misalnya antara pantai/pesisir

dengan pedalaman). Struktur sosial ekonomi masyarakat terbagi dalam

Page 29: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

17

beberapa tingkatan misalnya masyarakat tradisional, semi modern dan

masyarakat modern.

5. Rendahnya akses ke pusat-pusat pertumbuhan lokal misalnya ibukota

kecamatan. Biaya transportasi menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai

jual komoditi.

6. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia, baik aparatur maupun masyarakat.

7. Kualitas dan jumlah rumah penduduk belum layak. Sebaran kampung

penduduk yang terpencar dan pada daerah dengan topografi berat,

menyebabkan daerah tersebut sulit dijangkau.

8. Masih belum mengenal uang sebagai alat jual beli barang. Di masyarakat

yang sudah mengenal uang, proses pemupukan modal dari masyarakat sendiri

belum berlangsung dengan baik.

b. Kondisi wilayah tertinggal di pulau-pulau terpencil

1. Kondisi masyarakat pulau-pulau kecil di wilayah terpencil masih sangat

marjinal, sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak yang mempunyai

kepentingan.

2. Terdapat 88 pulau kecil yang bertitik dasar dan berbatasan langsung dengan

10 negara tetangga.

3. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan pembinaan, pengawasan

dan pengolahan, khususnya terhadap pulau-pulau yang terpencil sulit

dijangkau dan tidak berpenghuni.

Page 30: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

18

4. Kondisi pulau di perbatasan umumnya pulau-pulau yang sangat kecil

sehingga sangat rentan terhadap kerusakan baik oleh alam maupun akibat

kegiatan manusia.

5. Adat istiadat, budaya dan agama masyarakat pulau-pulau kecil yang spesifik

dan pada umumnya bertentangan dengan adat, budaya yang dibawa oleh

pendatang/wisatawan, sehingga akan menghambat proses pembaharuan.

c. Kriteria Daerah Tertinggal

Pemilihan lokasi daerah tertinggal bukan ditentukan dari tingkat propinsi

ataupun pemerintah pusat, tapi ada hal-hal yang menjadi indikator dari pemerintah

dalam menetapkan suatu daerah termasuk dalam kategori daerah tertinggal.

Menurut Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik

Indonesia (2004) penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan

menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam kriteria daerah

dasar yaitu : (1) perekonomian masyarakat, (2) sumberdaya manusia, (3)

prasarana dan sarana (infrastruktur) , (4) kemampuan keuangan daerah, (5)

aksesibilitas dan karakteristik daerah, dan (6) berdasarkan kabupaten yang berada

di daerah perbatasan antar Negara dan gugusan pulau-pulau kecil, daerah rawan

bencana dan daerah rawan konflik. Bappenas (2004) menyebutkan bahwa faktor

penyebab suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal yaitu antara lain:

1) Geografis : secara geografis wilayah tertinggal relatif sulit dijangkau akibat

letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir

dan pantai pulau-pulau terpencil, ataupun karena faktor geomorfologis

Page 31: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

19

lainnya sehingga sulit dijangkau oleh perkembangan jaringan, baik

transportasi maupun media komunikasi.

2) Sumberdaya alam: beberapa wilayah tertinggal terjadi akibat

rendah/miskinnya potensi sumberdaya alam seperti daerah kritis minus atau

lingkungan sekitarnya merupakan wilayah yang dilindungi atau tidak bisa

dieksploitasi, sehingga masyarakat sulit mendapatkan mata pencaharian yang

memadai.

3) Sumberdaya manusia : pada umumnya masyarakat di wilayah tertinggal

mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang

sederhana, serta pada umumnya terikat atau masih memegang teguh nilai-

nilai tradisional dan sulit menerima nilai-nilai baru. Di samping itu,

kelembagaan adat pada sebagian masyarakat pedalaman belum berkembang.

Dalam kondisi demikian, walaupun daerah tersebut memiliki sumberdaya

alam yang potensial namun tidak diolah dengan baik atau dimanfaatkan oleh

dan untuk kepentingan pihak tertentu.

4) Kebijakan pembangunan : suatu wilayah dapat tertinggal karena beberapa

factor ebijakan, seperti keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah,

kesalahan prioritas penanganan dan strategi atau pendekatan, tidak

diakomodasikannya kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan

penanganan pembangunan sehingga mengakibatkan penanganan wilayah

tertinggal selama ini salah sasaran atau tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat setempat.

Page 32: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

20

Seperti yang sudah diutarakan sebelumnya, bahwa daerah tertinggal sangat

kompleks dengan permasalahan-permasalahan, hal inilah yang menjadi tantangan

bagi stakeholders dalam upaya penanganan pembangunan daerah tertinggal.

Namun, sekelumit permasalahan yang dihadapi khususnya pada daerah tertinggal

juga berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Sehingga

membutuhkan pendekatan-pendekatan khusus pada daerah yang dimaksud,agar

dalam membuat suatu strategi pembangunan daerah tertinggal dapat dirumuskan

langkah-langkah yang strategis sehingga pencapaian target bisa lebih tepat pada

sasaran.

C. Parameter Daerah Tertinggal

Parameter merupakan ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu, indicator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan

dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat

tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun tahap setelah

kegiatan selesai dan berfungsi (Rustiadi et al. 2004).

Pembangunan, keberlanjutan merupakan salah satu asas yang sangat penting

karena prinsip pembangunan adalah menjamin ketersediaan kebutuhan hidup

manusia di waktu sekarang maupun yang akan datang. Penerapan pembangunan

berkelanjutan yang kompleks dapat disederhanakan dengan penggunaan sejumlah

indikator yang tepat. Ketepatan indicator yang dipilih menentukan pada penilaian

akhir karena indikator bersifat spesifik untuk masing-masing kondisi. Pemilihan

banyaknya indikator pun perlu diperhitungkan karena jika terlalu banyak tidak

Page 33: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

21

saja akan memakan biaya dan waktu yang banyak, tetapi juga dapat mengaburkan

fokus yang ingin dicapai. Sebaliknya bila terlalu sedikit, dirasakan adanya

kelemahan, bahkan kekeliruan dalam menerjemahkan keadaan. Karena itu

penetapan sekumpulan indikator yang tepat untuk menggambarkan pembangunan

berkelanjutan menjadi satu tugas yang sulit.

Parameter diterapkannya konsep pembangunan berkelanjutan dalam penataan

ruang dapat dibagi sesuai dengan tiga aspek yang ingin dicapainya, yaitu

ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup dengan beberapa contoh yang

diambil dari sumber Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007

tentang pedoman umum rencana tata bangunan dan lingkungan sebagi berikut:

1. Parameter Aksesbilitas: jalan, jalur laut (pelabuhan) dan densitas jalan perluas

wilayah.

2. Parameter Ekonomi: PDRB pendapatan perkapita volume ekspor-impor, dan

lain-lain secara stabil serta kemajuan sektor kegiatan ekonomi yang telah ada

sekaligus tumbuhnya sektor kegiatan baru yang mendukung perekonomian

nasional.

3. Parameter Komunikasi dan Informasi: Listrik dan jaringan.

4. Parameter Sarana dan Prasarana: Rumah sakit, puskesamas, sekolah,

peribadatan, pertamina, pasar, dan kantor kecamatan

5. Parametern Tingkat Pendidikan: Pendidikan formal mempunyai beberapa

tingkatan/jenjang yaitu taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum

(SMU), dan Perguruan Tinggi.

Page 34: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

22

6. Parameter Sumber Daya Manusia: Tingkat pendidikan

7. Parameter Infastruktur: Infrastruktur merupakan komponen utama dalam

pengembangan suatu perkotaan. Pengembangan komponen ini tergantung

pada tingkat pelayanan pendukungnya, seperti jumlah penduduk, tingkat dan

skala pelayanan, sumberdaya alam/fisik yang tersedia, sistem jaringan dan

distribusi. Sistem infrastruktur yang akan direncanaklan pengembangannya

adalah sistem air bersih, sistem drainase dan pembuangan air limbah, sistem

energi listrik, sistem komunikasi dan sistem persampahan.

D. Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis (SIG) mempunyai peran yang penting dalam

berbagai aspek kehidupan dewasa ini. Melalui sistem informasi geografis,

berbagai macam informasi dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisa dan dikaitkan

dengan letaknya di muka bumi (proyeksinya).

Pengertian SIG ini sendiri telah diuraikan oleh banyak ahli dan mempunyai

arti yang relatif sama. Aronoff (1989 dalam Dulbahri 2003) menyebutkan bahwa

SIG adalah sistem informasi yang mendasarkan pada kerja dasar komputer yang

mampu memasukkan, mengelola (memberi dan mengambil kembali),

memanipulasi dan menganalisis data dan memberi uraian. Sedangkan menurut

Barus dan Wiradisastra (2000), SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang

untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi.

Dengan kata lain, suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan

khusus untuk data yang bereferensi spasial bersamaan dengan seperangkat operasi

kerja.

Page 35: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

23

Berdasarkan berbagai pengertian SIG, tercermin adanya pemrosesan data

keruangan dalam bentuk pemrosesan data numerik. Pemrosesan yang

mendasarkan pada kerja mesin, dalam hal ini komputer yang mempunyai

persyaratan tertentu. Data sebagai masukan harus numerik, artinya data masukan

apapun bentuknya harus diubah menjadi angka digital, data lain adalah data

atribut (Dulbahri 2003).

Komponen utama SIG terbagi dalam empat kelompok yaitu perangkat

keras, penrangkat lunak, organisasi (manajemen) dan pemakai. Porsi masing-

masing komponen tersebut berbeda dari satu sistem ke sistem lainnya, tergantung

dari tujuan dibuatnya SIG tersebut (Barus dan Wiradisastra 2000).

E. Analisa Spasial

Menurut Rustiadi et al. (2004), pengertian analisa spasial dipahami secara

berbeda antara ilmuwan berlatar belakang geografi dengan ilmuwan berlatar

belakang social (termasuk ekonomi). Perbedaan keduanya bersumber dari

perbedaan dalam dua hal, pertama perbedaan pengertian kata spasial atau ruang

itu sendiri dan kedua perbedaan fokus kajiannya. Dari pandangan geografi,

pengertian spasial adalah pengertian yang bersifat rigid (kaku), yakni segala hal

yang menyangkut lokasi atau tempat. Definisi suatu “tempat” atau lokasi secara

geografis sangat jelas, tegas dan lebih terukur karena setiap lokasi di atas

permukaan bumi dalam ilmu geografi dapat diukur secara kuantitatif. Fokus

kajian para ahli geografi dalam analisa spasial tertuju pada cara mendeskripsikan

fakta, dengan kata lain lebih memfokuskan pada aspek “apa” dan “bagaimana”

yang terjadi di atas permukaan bumi dan bahkan “dimana”. Domain kajian ilmu

Page 36: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

24

geografi lebih banyak menekankan pada bagaimana mendeskripsikan fenomena

spasial, oleh karenanya ilustrasi-lustrasi spasial dengan “peta” yang memiliki

akurasi informasi spasial didalamnya sangat penting. Analisis mengenai pola-pola

spasial (pemusatan, penyebaran, kompleksitas spasial) kecenderungan spasial,

bentuk-bentuk dan struktur interaksi spasial secara deskriptif menjadi kajian-

kajian yang banyak mendapat perhatian dari ahli geografi. Semuanya dikaji tanpa

harus mendalami permasalahan sosial ekonomi yang ada di dalamnya.

Dalam kerangka konsep geografis, analisis spasial telah lama

dikembangkan oleh para ahli geografi untuk memenuhi kebutuhan untuk

memodelkan dan menganalisis data spasial (Bailey ,1995 dalam Rustiadi et al.

2004) mendefinisikan analisis spasial sebagai upaya memanipulasi data spasial ke

dalam bentuk-bentuk dan mengekstrak pengertian-pengertian tambahan sebagai

hasilnya. Analisis data spasial berbeda dengan spatial summarization of data.

Spatial summarization of data dilakukan untuk menciptakan fungsi dasar

pengambilan informasi spasial secara selektif di suatu areal dengan pendekatan

komputasi, tabulasi atau pemetaan dari berbagai statistik informasi yang

dimaksudkan.

Analisis spasial lebih terfokus pada kegiatan investigasi pola-pola dan

berbagai atribut atau gambaran di dalam studi kewilayahan dan dengan

menggunakan permodelan berbagai keterkaitan untuk meningkatkan pemahaman

dan prediksi atau peramalan. Lebih lanjut, (Haining, 1995 dalam Rustiadi et al.

2004) mendefinisikan sebagai sekumpulan teknik-teknik untuk pengaturan spasial

dari kejadian-kejadian tersebut. Kejadian geografis (geographical event) dapat

Page 37: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

25

berupa sekumpulan obyek-obyek titik, garis atau areal yang berlokasi di ruang

geografis dimana melekat suatu gugus nilai-nilai atribut. Dengan demikian,

analisis spasial membutuhkan informasi baik berupa nilai-nilai atribut maupun

lokasi-lokasi geografis obyek-obyek dimana atribut-atribut melekat di dalamnya.

Berdasarkan proses pengumpulan informasi kuantitatif yang sistematis,

tujuan analisis spasial adalah:

1. Mendeskripsikan kejadian-kejadian didalam ruangan geografis (termasuk

deskripsi pola) secara cermat dan akurat.

2. Menjelaskan secara sistematik pola kejadian dan asosiasi antar kejadian atau

obyek didalam ruang, sebagai upaya meningkatkan pemahaman proses yang

menentukan distribusi kejadian yang terobservasi.

3. Meningkatkan kemampuan melakukan prediksi atau pengendalian kejadian-

kejadian di dalam ruang geografis.

Berdasarkan atas aplikasinya, menurut (Fischer et al.1996 dalam Rustiadi et al

2004), model spasial digunakan untuk tiga tujuan, yaitu:

1. Peramalan dan penyusunan scenario

2. Analisis dampak terhadap kebijakan

3. Penyusunan kebijakan dan disain

Pada data spasial atau data yang memiliki referensi geografis, visualisasi

digunakan untuk membuktikan hipotesis-hipotesis mengenai pola atau

pengelompokkan di dalam ruang geografis serta mengenai peranan lokasi

terhadap aktivitas manusia serta sistem lingkungan (Mac Eachren 1995 dalam

Rustiadi et al.2004). Disamping perkembangan metode-metode analisis spasial,

Page 38: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

26

peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) didalam visualisasi data spasial akhir-

akhir ini semakin signifikan. Menurut (Getis,1995 dalam Rustiadi et al. 2004),

tujuan utama SIG adalah pengelolaan data spasial. SIG mengintegrasikan berbagai

aspek pengelolaan data spasial seperti pengolahan database, algoritma grafis,

interpolasi, zonasi (zoning) dan network analysis. Namun banyak ahli geografi

dan analisis spasial mengklaim bahwa yang selama ini disebut analisis spasial dan

permodelan dengan SIG seringkali ternyata tidak lebih dari proses-proses

manipulasi data seperti overlay polygon, buffering, dan sebagainya yang pada

dasarnya “tidak cukup pantas” menggunakan terminologi analisis.

Analisis spasial berkembang seiring dengan perkembangan geografi kuantitatif

dan ilmu wilayah (regional science) pada awal 1960an. Perkembangannya diawali

dengan digunakannya prosedur-prosedur dan teknik-teknik kuantitatif (terutama

statistik) untuk menganalisa pola-pola sebaran titik, garis, dan area pada peta atau

data yang disertai koordinat ruang dua atau tiga dimensi. Pada perkembangannya,

penekanan dilakukan pada indigenous features dari ruang geografis pada proses-

proses pilihan spasial (spatial choices) dan implikasinya secara spatio-temporal.

Analisis spasial tidak hanya mencakup statistika spasial. Terdapat dua kajian

studi yang bisa dibedakan yaitu Analisis statistik data spasial: kajian-kajian untuk

menemukan metode-metode dan kerangka analisis guna memodelkan efek spasial

dan proses spasial dan permodelan spasial: permodelan deterministic atau

stokastik untuk memodelkan kebijakan lingkungan, lokasi-lokasi, interaksi

spasial, pilihan spasial dan ekonomi regional.

Page 39: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

27

F. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian bertujuan untuk membandingkan penelitian yang

sedang dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Beberapa hal yang

penting diketahui dalam keaslian penelitian adalah lokasi, teknik analisis,

variable, dan hasil penelitian. Penelitian tentang analisis spasial di daerah

tertinggal dengan menggunakan metode analisi spasial, telah digunakan dalam

berbagai penelitian, seperti Wahid Abdullah (2006) yang mengambil penelitian

tentnag strategi pembangunan daerah tertinggal studi kasus Kabupaten Garut,

Provinsi Jawa Barat dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan (evaluasi) dalam menyusun rencana-rencana atau strategi

pembangunan daerah tertinggal dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan suatu wilayah. Imam H. wahyudin (2002) , studi tipologi

kawasan tertinggal sebagai dasar penentuan potensi alokasi dana penanganan

kawasan tertinggal (studi kasus kabupaten Bondowoso, jawa Timur), dengan hasil

penelitian pembagian 76 kawasan tertinggal di Kabupaten Bondowoso menjadi 8

tipe desa dengan karakteristik yang berbeda. Tipologi desa tertinggal tersebut

menjadi dasar dalam penentuan alokasi dana penanganan kawasan tertinggal.

Khaeruddin (2002), studi identifikasi karakteristik dan perkembangan

pedesaan Tertinggal di Kabupaten Batang, hasil penelitian mengkaji wilayah-

wilayah yang termasuk pedesaan tertinggal di Kabupaten Batang dengan

pentipologian kawasan berdasarkan variable BPS. (Novi Sulistyaningsih, 2007),

identifikasi karakteristik kawasan tertinggal di Kota Semarang, hasil penelitian

menentukan karakteristik kawasan tertinggal di Kota Semarang dengan

Page 40: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

28

menggunakan beberapa perbandingan yaitu kawasan tertinggal (miskin), harga

lahan, ketersedian saran dan lokasi.

Rian Ganesha (2008), Implentasi kebijakan pengembangan pertanian dalam

revitalisasi pertanian Daerah tertinggal di Kecamatan Toboali di Kabupaten

Bangka Selatan, hasil penelitian menganalisis bagaimana implementasi kebijakan

revitalisasi pertanian di daerah tertinggal dengan sasaran penelitian mengkaji

karakteristik kelembagaan dan implementasi kebijakan. Berdasarkan kelima

penelitian tersebut, penelitian analisis spasial daerah tertinggal belum tentu

memiliki kesamaan, karena berdasarkan lokasi memiliki perbedaan, secara teori,

bahwa setiap lokasi atau wilayah memiliki ciri dan karakteristik tersendiri,

sehingga dalam memperoleh informasi atau kondisi berbeda pula meskipun

menggunakan metode analisis yang sama dengan wilayah lain. Untuk lebih

ringkasnya sebagaimana disajikan pada tabel 1.

Page 41: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

29

Tabel 1. keaslian penelitian

No. Peneliti Tahun

Penelitian Judul Penelitian Metode yang digunakan Hasil Penelitian

1. Wahid Abdullah 2006 strategi pembangunan daerah

tertinggal studi kasus Kabupaten

Garut, Provinsi Jawa Barat

metode skalogram,

sistem limpitan sejajar

dan strategis, serta analisis matriks IFE,

EFE, SWOT, dan QSP

strategi pembangunan daerah tertinggal

dalam rangka mendorong pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan suatu wilayah

2. Imam H.Wahyudin 2002 studi tipologi kawasan tertinggal sebagai dasar penentuan potensi

alokasi dana penanganan

kawasan tertinggal (studi kasus

kabupaten Bondowoso, jawa Timur)

Pendekatan yang dipakai dalam analisis ini adalah

pendekatan kualitatif

dengan teknik analisis

deksriptif eksploratif

pembagian 76 kawasan tertinggal di Kabupaten Bondowoso menjadi 8 tipe desa

dengan karakteristik yang berbeda. Tipologi

desa tertinggal tersebut menjadi dasar dalam

penentuan alokasi dana penanganan kawasan tertinggal.

3. Khaerudin 2002 studi identifikasi karakteristik

dan perkembangan pedesaan

Tertinggal di Kabupaten Batang

Kuantitaif dengan data-

data dari BPS kemudian

data dianilisis dengan menggunakan SPSS

penelitian mengkaji wilayah-wilayah yang

termasuk pedesaan tertinggal di kabupaten

batang dengan pentipologian kawasan berdasarkan variable BPS

4. Novi

Sulistyaningsih

2007 identifikasi karakteristik

kawasan tertinggal di Kota Semarang

Menggunakan metode

kuantitatif dengan alat analisis GIS

menentukan karakteristik kawasan tertinggal

di Kota Semarang dengan menggunakan beberapa perbandingan yaitu kawasan

tertinggal(miskin), harga lahan, ketersedian

saran dan lokasi.

5. Rian Ganesha 2008 Implentasi kebijakan pengembangan pertanian dalam

revitalisasi pertanian Daerah

tertinggal di Kecamatan Toboali di Kabupaten Bangka Selatan

Menggunakan pendekatan kualitatif

dengan analisis

deksriptif.

menganalisis bagaimana implementasi kebijakan revitalisasi pertanian di daerah

tertinggal dengan sasaran penelitian

mengkaji karakteristik kelembagaan dan implementasi kebijakan

Sunber : Analisis Penyusun 2016.

Page 42: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

30

G. Kerangka Pikir

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kawasan Kabupaten Bombana

Parameter daerah tertinggal

Karakteristik

Daerah ekonomi aksesbilitas SDM Sarana &

Prasarana

Identifikasi parameter

Sebaran daerah tertinggal di

Kabupaten Bombana

Analisis spasial

Kemampuan Keuangan

daerah

Page 43: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

31

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, dilakukan dalam

beberapa tahap yaitu: (1). Tahapan studi, meliputi pengumpulan data, peta dan

anaslisis SIG untuk daereh tertinggal pada bulan April-Mei 2016, (2). Studi

lapangan (survey lapangan) pada Bulan Juni 2016, dan (3). Analisa data

penyususnan laporan.

Lokasi Penelitian terletak di Kabupaten Bombana dengan wilayah daratan

seluas 2,845.36 km² atau 284.536 ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas

11,837.31 km². letak geografi Kabupaten Bombana terletak di jazirah tenggara

Pulau Sulawesi, secara geografi terletak di bahagian selatan garis khatulistiwa,

memanjang dari utara ke selatan di antara antara 4°30' – 6°25' Lintang Selatan dan

membentang dari barat ke timur antara 120°82' – 122°20' Bujur Timur. Batas

wilayah, Wilayah Kabupaten Bombana berbatasan dengan: Sebelah Utara :

Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Selatan, Sebelah Timur : Kabupaten

Muna dan Kabupaten Buton, Sebelah Selatan : Laut Flores, Sebelah Barat : Teluk

Bone. Kabupaten Bombana terdiri dari 22 Kecamatan, 139 Kelurahan/Desa dan

494 Lingkungan/Dusun. Secara jelas disajikan pada tabel 2. dan pada Gambar 3.

peta lokasi penelitian sebagai berikut:

Page 44: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

32

Page 45: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

33

B. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam pengambilan dan pengukuran data di lapangan,

yaitu alat tulis, dan laptop.

Bahan yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data, yaitu software

arcGis 10.2, peta administrasi, peta kawasan, peta topografi dan peta daerah

Bombana.

C. Populasi dan Sampel

Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang memnfaatkan

teknik Sistem Informasi Geografis. Penentuan populasi dan sampel disesuaikan

dengan teknik Sistem Informasi Geografis.

1. Populasi

Populasi adalah himpunan obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas

adalah himpunan obyek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah

maupun batasnya (Tika, 2005). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi atau

obyeknya adalah kawasan Kabupaten Bombana.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari obyek yang representatife mewakili populasi

(Tika, 2005). Sehingga ditentukan sampel berdasarkan system klasifikasi yang

mewakili populasi, yaitu tujuh parameter yang berada di kawasan Kabupaten

Bombana seperti pada Table 2. berikut ini.

Page 46: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

34

Tabel 2. Parameter daerah tertinggal

No Parameter daerah tetinggal Kode

1. Karakteristik KT

2. Aksesbilitas Ak

3. Ekonomi EK

4. Sarana dan Prasarana SDF

5. Sumber Daya Manusia SDM

6. Kemampuan Keungan Daerah KKD

Sumber: Peraturan Mentri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi No 3 tahun 2016..

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.

1. Jenis data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan data secara

langsung di lapangan.

b. Data sekunder

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari berbagai

sumber antara lain BPS Kabupaten Bombana, Bakosurtanal dan instansi lain yang

terkait. Data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan Kecamatan Dalam

Angka tahun 2015 serta data yang berkaitan dengan kondisi fisik wilayah seperti

data topografi, ketinggian, atau jenis tanah. Data lain yang juga digunakan adalah

peta-peta, seperti peta administratif, Unit contoh yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Kecamatan.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Persiapan

Persiapan adalah tahapan awal sari seluruh rangkaian kegiatan. Pada tahapan

ini akan disusun peralatan, menyiapkan data daerah tertinggal dan lain sebagainya

sehingga disaaat pelakasanaan nanti tidak ditemui kendala yang berarti.

Page 47: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

35

b. Observasi lapangan

Observasi lapangan adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau

fenomena yang ada pada obyek penelitian (Tika, 2015). Pada penelitian ini

observasi dilakukan untuk mengetahui, mencatat dan mendokumntasikan

parameter-parameter yang ada di lapangan daerah tertinggal.

E. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dan analisis data menggunakan analisis kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan dan

memformulasikan parameter dengan pendekatan konsep-konsep strategis.

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan perhitungan

pengaruh antar dan antara faktor-faktor internal dan eksternal Kabupaten

Bombana dan untuk menentukan kecamatan tertinggal di kabupaten Bombana.

Ada 6 parameter yang dikaji dalam penelitian ini untuk menentukan daerah

tertinggal dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini,

Tabel 3. Parameter yang akan di ukur daerah tertinggal

No. Bidang Bobot indicator Sumber

1. Karakteristik a. persentase kecamatan gempa

bumi 5%

b. persentase kecamatan tanah

longsor 2,5%

c. peresentase desa banjir 2,5 %

BPS Bombana

Dalam Angka

2015

2. Aksesbilitas a. rata-rata jarak dari kantor

kecamatan ke kantor kabupaten

6,67%

b. persentase kecamatan dengan

jarak pelayanan kesehatan ≥ 5km

6,67%

c. rata-rata jarak dari kecamatan ke

pusat pelayanan pendidikan dasar

6,67%

BPS Bombana

Dalam Angka

2015

Page 48: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

36

No. Bidang Bobot indicator Sumber

3. Ekonomi a. persentase penduduk miskin 10%

b. persentase pendapatan perkapita

10%

BPS Bombana

Dalam Angka

2015

4. Saran dan

Prasarana

a. jumlah kecamatan dengan

permukaan jalan terluas aspal

2,5%

b. persentase pengguna listrik 2,5%

c. persentase pengguna air bersih

2.5%

d. jumlah sarana dan prasaran

kesehatan. 3,5%

e. jumlah dokter. 3%

f. Jumlah SD dan SMP. 3,5%

g. Jumlah kecamatan yang

mempunyai pasar 2,5%.

BPS Bombana

Dalam Angka

2015

5. SDM a. rata-rata lama sekolah 10%

b. angka melek huruf 10%

BPS Bombana

Dalam Angka

2015

6. Kemampuan

Keuangan

Daerah

Kemampuan Keuangan Daerah 10% BPS Bombana

Dalam Angka

2015.

Sumber : Peraturan Menteri Desa,Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi No 3 tahun 2016.

F. Analisis Data

1. Penentuan Indikator Ketertinggalan.

Indikator yang digunakan untuk menentukan ketertinggalan kabupaten dalam

Rencana Pembangnan Jangka Menengah (RPJMN) 2009-2014 terdiri 18 indikator

yang dikelompokkan dalam 6 kriteria, yaitu ekonomi (2 indikator), sumber daya

manusia (2 indikator), saran dan prasarana (7 indikator), aksesibilitas (3

indikator), karakteristik daerah (3 indikator) dan kemampuan keuangan daerah (1

indikator). Seperti diketahui bahwa 18 indikator yang digunakan dalam penentuan

daerah tertinggal mempunyai nilai dengan ukuran yang berbeda-beda, diantaranya

adalah persentase, km, rupiah, dan tahun. Secara rinci ukuran nilai masing-masing

Page 49: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

37

indikator dapat dilihat dari Tabel 4.Terkait dengan nilai indikator yang

mempunyai ukuran berbeda, maka nilai-nilai indikator tersebut tidak bisa

digabung (dijumlahkan atau dikurangkan). Agar nilai-nilai indikator tersebut

dapat dijumlahkan atau dikurangkan maka perlu dilakukan suatu standarisasi nilai

indikator. Menggunakan model statistik, nilai-nilai indikator yang mempunyai

ukuran berbeda dapat distandarisasi dengan cara menghitung Z-score untuk

masing-masing indikator dengan rumus dasar sebagai berikut

𝑍 = 𝑥 − µ……………………………............................... (1)

σ

dimana:

Z: nilai indikator yang telah distandarisasi

x : nilai asal indikator yang distandarisasi

µ: rata-rata nilai asal indikator yang distandarisasi

σ: simpangan baku nilai asal indikator yang distandarisasi

Agar setiap indikator dapat distandarisasi, maka maᵢsing-masing nilai

indikator harus dihitung rata-rata dan simpangan baku dari seluruh kecamatan

(tidak termasuk kabupaten). Rumus penghitungan rata-rata dan simpangan baku

untuk masing-masing indicator adalah:

Rata-rata setiap nilai indicator: 𝜇𝑗 = 𝑋ͭᵢ.𝑗𝑛𝑖=1

𝑁……………………………..(2)

Simpangan baku setiap nilai indicator: 𝜎𝑗 = (𝑋ᵢ.𝑗−𝜇𝑗 )²𝑛𝑖=1

𝑁……….(3)

Dimana:

µj : rata-rata indicator ke-j

αj : simpangan baku indicator ke-j

Page 50: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

38

N : jumlah seluruh kecamatan

Xᵢ.j : nilai indicator j pada kecamatan ke-i

i : 1,2,……N

j : 1,2,……,19(indicator 1 sampai dengan indicator 19)

Menggunakan rumus umum persamaan (1) dan persamaan (2) dan (3)

maka nilai masing-masing indicator distandardisasi menggunakan rumus:

Indicator terstandardisasi Zᵢ.j= 𝑿ᵢ.𝒋−𝝁𝒋

𝝈𝒋 ……………………………..(4)

Dimana:

Zᵢ.j : nilai indicator ke-j (standardized) dari kecamatan ke-i

Xᵢ.j : nilai indicator ke-j dari kecamatan ke-i

i : 1,2,……N

j : 1,2,……,19(indicator 1 sampai dengan indicator 19)

2. Penghitungan Indeks Komposit.

Klasifikasi kabupaten termasuk daerah tertinggal atau tidak tertinggal

ditentukan oleh besaran indeks komposit (IK) kabupaten yang merupakan

penjumlahan dari beberapa nilai indikator yang telah distandarisasi (standardized

indicator) dikalikan dengan bobot masing-masing indikator. Mengacu pada

persamaan (4) dan memperhatikan bobot masing-masing indikator, maka indeks

komposit untuk masing-masing kabupaten dihitung menggunakan rumus berikut :

IKᵢ = 𝒁ᵢ. 𝑗 ∗ 𝒂𝑗 ∗ 𝒃𝑗²⁷𝑗=1 ……………………………(5)

Dimana:

IKᵢ = indeks komposit kecamatan ke-i

aj = arah indicator (+1 atau -1 ) ke-j

bj = nilai bobot/penimbang masing-masing indicator ke-j

Page 51: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

39

Zᵢ.j = nilai indicator j yang telah distandarisasi dari kecamatan ke-i

i = 1, 2, 3,…,N (Jumlah seluruh kecamatan)

j = 1, 2, 3,…,N (Jumlah indikator)

1. Analisis Skalogram

Analisa dilakukan dengan metode skalogram untuk membuktikan adanya

hirarki di wilayah Kabupaten Bombana, khususnya dalam hal sarana infrastruktur.

Data yang digunakan adalah data dari Kecamatan Dalam Angka (KCDA) tahun

2015 dan data dari BPS Tahun 2015. Parameter yang diukur meliputi bidang

pendidikan, kesehatan, transportasi, perekonomian dan aksesibilitas. Urutan

kegiatan pada analisis data dengan metode skalogram antara lain (Saefulhakim

2004):

1. Melakukan pemilihan terhadap data KCDA dan BPS 2015 sehingga hanya

tinggal data yang bersifat kuantitatif

2. Melakukan seleksi terhadap data-data kuantitatif tersebut sehingga hanya yang

relevan saja yang digunakan.

3. Melakukan rasionalisasi data

4. Melakukan seleksi terhadap data-data hasil rasionalisasi hingga diperoleh

beberapa variabel untuk analisa skalogram yang mencirikan tingkat

perkembangan kecamatan di Kabupaten Bombana.

5. Melakukan standardisasi data terhadap beberapa variabel tersebut dengan

menggunakan rumus (Statsoft 2004) yang dimodifikasi:

Zij = Yij – minimum Yj

St. Dev

Page 52: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

40

Dimana:

Zij = nilai baku untuk kecamatan ke-i dan jenis sarana ke-j

Yij = jumlah sarana untuk kecamatan ke-i dan jenis sarana ke-j

minimum Yj = nilai minimum untuk jenis sarana ke-j

St.Dev = nilai standar deviasi

6. Menentukan indeks perkembangan kecamatan (IPK) dan kelas hirarkinya

untuk kemudian diplotkan pada peta.

Dari data yang diukur dibagi ke dalam dua kelompok yaitu yang bisa

langsung dibuat indeks (data jenis dan jumlah sarana) dan yang harus diinverskan

terlebih dahulu setelah proses pembakuan kemudian dilakukan penjumlahan nilai

baku tersebut untuk setiap desa. Untuk melihat struktur wilayah dilakukan sortasi

data dimana wilayah yang mempunyai nilai yang paling besar diletakkan di

barisan atas dan fasilitas yang paling banyak berada di kolom paling kiri. Pada

penelitian ini, IPK dikelompokkan ke dalam tiga kelas hirarki, yaitu hirarki I

(tinggi), hirarki II (sedang), dan hirarki III (rendah). Penentuannya didasarkan

pada nilai standar deviasi (St Dev) IPD dan nilai median. Nilai yang didapat untuk

selang hirarki dan digunakan untuk menentukan kelas hirarki dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Nilai selang hirarki

No Hirarki Nilai Selang (X) Tingkat Hirarki

1 I X > [median + (2*St Dev IPD)] Tinggi

2 II median < X < (2* St Dev) Sedang

3 III X < median Rendah

Sumber : David 2002.

Page 53: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

41

2. Analisis Skoring

Skoring adalah metode pemberian skor pada masing-masing parameter

sesuai parameter yang digunakan. Berikut tabel standar indeks bobot kualitatif

dan kuantitatif berdasarkan parameter strategis.

a. 20% (dua puluh persen) untuk kriteria perekonomian masyarakat.

b. 20% (dua puluh persen) untuk kriteria sumber daya manusia.

c. 20% (sepuluh persen) untuk kriteria Sarana dan Prasarana.

d. 20% (dua puluh persen) untuk kriteria aksesibilitas; dan.

e. 10% (sepuluh persen) untuk kriteria karakteristik daerah.

f. 10% (sepuluh persen) untuk kriteria kemampuan keuangan daerah.

3. Penentuan dan Bobot dan Arah Indikator.

Setiap indikator yang telah distandarisasi (dihilangkan ukuran nilianya)

dapat digabung (dijumlahkan/dikurangkan) untuk penghitungan indeks komposit.

Seperti diketahui bahwa 17 indikator tersebut dikelompokkan mejadi 6 kriteria,

yaitu sarana dan prsarana (6 indikator), aksesibilitas (3 indikator), karakteristik

daerah (3 indikator), ekonomi (2 indikator), sumber daya manusia (2 indikator),

dan kapasitas keuangan daerah (1 indikator).

Untuk penghitungan indeks komposit, setiap kriteria dan indikator diberi

bobot berdasarkan hasil perhitungan indikator menggunakan data BPS Kabupaten

Dalam Angka 2016. Total bobot untuk 6 kriteria dan 17 indikator adalah 1,00 atau

100 persen. Bobot untuk masing-masing kriteria tidak semuanya sama, ada yang

0,20 atau 20 persen (Infrastruktur, Aksesibilitas, Ekonomi, dan Sumber Daya

Manusia), sedangkan untuk Karakteristik daerah dan Celah Fiskal/KKD masing-

Page 54: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

42

masing diberi bobot masing-masing 0,10 atau 10 persen. Oleh karena banyaknya

indikator untuk masing-masing kriteria tidak sama, maka bobot untuk setiap

indikator dapat berbeda. Secara lengkap bobot dan arah masing-masing indikator

menurut kriteria dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Daftar Bobot 6 Kriteria dan 17 Indikator dalam Penghitungan Indeks

Komposit Kabupaten Daerah Tertinggal

No Kode Nama Indikator/Variabel Arah Bobot Sumber

Data 1. Kriteria Sarana Dan Prasarana 0,200

1 V01 Jumlah desa dengan permukaan jalan

terluas aspal

Negatif 0,025 BPS

2 V02 Jumlah prasarana kesehatan per

1000 penduduk

Negatif 0,025 BPS

3 V03 Jumlah dokter per 1000 penduduk Positif

0,025 BPS

4 V04 Jumlah SD/SMP per 1000

Penduduk

Negatif 0,035 BPS

5 V05 Persentase Pengguna Listrik Negatif 0,003 BPS

6 V06 Persentase kecamatan yang

mempunyai perdagangan dan jasa

Negatif 0,035 BPS

7 V07 Persentase Pengguna Air Bersih Negatif 0,025 BPS

2.Kriteria Aksesibilitas 0,200

8 V08 Rata-rata jarak Kantor Desa ke

Kantor Kabupaten

Positif 0,067 BPS

9 V09 Jumlah desa dengan akses ke

pelayanan kesehatan > 5 km

Positif 0,067 BPS

10 V10 Akses ke pelayanan kesehatan (km) Positif 0,067 BPS

3.Kriteria Karakteristik Daerah 0,100

11 V11 Persentase jumlah desa terkena

bencana gempa bumi

Positif 0,005 BPS

12 V12 Persentase jumlah desa terkena

bencana tanah longsor

Positif 0,025 BPS

13 V13 Persentase jumlah desa terkena

bencana banjir

Positif 0,025 BPS

4. Kriteria Ekonomi 0,200

Page 55: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

43

No Kode Nama Indikator/Variabel Arah Bobot Sumber

Data 14 V14 Persentase Penduduk Miskin Positif 0,100 BPS

15 V15 Pendapatan Penduduk Perkapita Negatif 0,100 BPS

5. Kriteria Sumber Daya Manusia 0,200

16 V16 Rata-rata Lama Sekolah Negatif 0,050 BPS

17 V17 Angka Melek Huruf Negatif 0,050 BPS

6. Kiteria Kemampuan Keuangan Daerah

(KKD)

0,100

18 V18 Kemampuan Keuangan Daerah Negatif 0,100 BPS

Jumlah Bobot 1,000

Page 56: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bombana

Kabupaten Bombana merupakan bagian dari wilayah bagian Provinsi

Sulawesi Tenggara yang secara definitif menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan

Undang-Undang No 29 tahun 2004. Secara geografis Kabupaten Bombana

terletak pada koordinat 121º27’ 46,7” - 122º11` 9,4” Bujur Timur dan 4º22’ 59,4”

- 5º28’ 26,7” Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Kolaka dan Konawe

Selatan.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Muna dan Kabupaten

Buton

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Bone

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Flores

Berdasarkan ketinggian, titik tertinggi di Kabupaten Bombana berada di

Kecamatan Matausu dengan ketinggian 165 meter diatas permukaan laut, dan titik

terendah berada di Kecamatan Masaloka Raya 9 m diatas permukaan laut

sedangkan Ibukota Kabupaten yaitu Wilayah Kota Rumbia berada pada

ketinggian 24 meter di atas permukaan laut (mean sea level).

Kabupaten Bombana memiliki luas wilayah 3.316,16 Km2, terdiri dari 22

Kecamatan dan 139 desa/ Kelurahan. Kecamatan yang paling luas daerahnya

adalah Kecamatan Mata Usu dengan luas 456,17 km2 atau 13,76 persen terhadap

total luas daerah Kabupaten Bombana. Sedangkan Kecamatan yang paling kecil

Page 57: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

45

daerahnya adalah Kecamatan Kepulauan Masaloka Raya dengan luas hanya 2,66

km2 atau 0,08 persen dari total luas Kabupaten Bombana. Selengkapnya wilayah

Administrasi Kabupaten Bombana dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Wilayah Administrasi Kabupaten Bombana

No

.

Kecamatan Luas Wilayah Kelurahan/

Desa

Lingkungan

/Dusun Km² Persentase

1. Kabaena 115,39 km² 100,00 10 36

2. Kabaena utara 101,55 km² 100,00 5 21

3. Kabaena selatan 325,05 km² 100,00 9 39

4. Kabaena barat 89,88 km² 100,00 5 23

5. Kabaena timur 133,51 km² 100,00 4 17

6. Kabaena tengah 41,69 km² 100,00 4 15

7. Rumbia 237,27 km² 100,00 8 38

8. Mata oleo 108,53 km² 100,00 10 32

9. K. Masaloka raya 239,4 km² 100,00 8 24

10. Rumbia tengah 166,81 km² 100,00 8 28

11. Rarowatu 58,99 km² 100,00 5 17

12. Rarowatu utara 21,11 km² 100,00 5 15

13. Lantari jaya 285,01 km² 100,00 9 26

14. Mata usu 2,66 km² 100,00 5 15

15. Poleang timur 456,17 km² 100,00 5 16

16. Poleang utara 103,57 km² 100,00 4 12

17. Poleang selatan 275,58 km² 100,00 7 19

18 Poleang tenggara 39,43 km² 100,00 5 18

19. Poleang 121,25 km² 100,00 7 26

20. Poleang barat 129,2 km² 100,00 4 12

21. Tontonunu 132,97 km² 100,00 7 23

22. Poleang tengah 131,14 km² 100,00 5 22

Sumber: Daerah Dalam Angka Kabupaten Bombana 2014.

1. Aspek Fisik Wilayah

Berdasarkan kondisi topografi, Kabupaten Bombana terdiri atas 3 tiga

dimensi daerah yaitu daerah pegunungan, daerah pesisir dan kepulauan serta

dataran rendah, dimana bagian tengah tenggara mempunyai ketinggian 1.000 m

Page 58: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

46

dari permukaan laut, dan sebagian kecil di bagian utara yang mempunyai

ketinggian diatas 500 m. Bagian selatan dan timur dataran utama langsung

berbatasan dengan laut yaitu Selat Kabaena dan Selat Muna. Di Pulau Kabaena

bagian tengah mempunyai tingkat ketinggian diatas 2.000 m di atas permukaan

laut. Secara keseluruhan Kabupaten Bombana mempunyai jenis kelas kelerengan

atau elevasi bervariasi.. Kelas-kelas lereng in dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Kemiringan Lereng

No. Kelas Lereng Jumlah Kecamatan

1. < 2 % 8

2. 2-8 % 6

3. 8-15 % 3

4. 15-25 % 4

5. 25-40 % 9

6. 40-60 % 3

7. > 60 % 3

Sumber : Peta Kemiringan lereng Kabupaten Bombana

Untuk jenis tanah, berdasarkan data yang diperoleh, di Kabupaten Bombana

terdapat beberapa jenis tanah (berdasarkan klasifikasi dari Pusat Penelitian

Tanah). Untuk selengkapnya dapat dilihat pada peta jenis tanah dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Page 59: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

47

Page 60: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

48

Berdasarkan kondisi iklim suatu wilayah dapat dilihat dari keadaan curah

hujan, hari hujan, temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan itensitas

penyinaran matahari. Iklim Kabupaten Bombana berdasarkan Smith dan Ferguson

yang dicirikan oleh bulan basah yaitu pada bulan Februari-Desember dengan

temperatur rata-rata 21,3.° C- 24,4.°C.

1. Curah Hujan

Rerata curah hujan di Kabupaten Bombana sepanjang tahun 2015 mencapai

797 mm/tahun. Bulan basah/kering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi

pada bulan tersebut melebihi/kurang dari rerata curah hujan pada tahun

bersangkutan. Berdasarkan rerata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan

basah Kabupaten Bombana terjadi pada bulan Februari - Juni dengan rerata curah

hujan bulanan berada diatas 41 mm, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan

Agustus-Desember dengan rerata curah hujan bulanan kurang dari 15 mm.

2. Hari Hujan

Berdasarkan hari hujan, rata-rata banyaknya hari hujan tahunan wilayah

Kabupaten Bombana adalah 75 hari. Bulan yang memiliki intensitas hujan paling

sering adalah bulan Februari, yaitu mencapai 13 hari. Sedangkan bulan dengan

banyaknya hari hujan paling sedikit atau tidak terjadi hujan sekalipun adalah

bulan Agustus sampai bulan Oktober 2015.

3. Temperatur

Secara umum keadaan temperatur di Kabupaten Bombana mengikuti kondisi

suhu udara di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan wilayah yang lebih luas.

Temperatur rata-rata selama tahun 2015 di Kabupaten Bombana berkisar 21,3 °C

Page 61: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

49

– 24,4 °C. Pada bulan-bulan tertentu temperaturnya berada di atas rata-rata atau

bahkan berada di bawah rata-rata. Temperatur pada bulan Agustus-November

berada di bawah temperatur rata-rata dengan suhu paling rendah terjadi pada

bulan Agustus mencapai 21,3 °C. Sedangkan temperatur bulan Februari-

Desember berada diatas rata-rata mencapai 24,4 °C pada bulan Februari.

4. Kelembaban Relatif

Sepanjang tahun 2015 kelembaban relatif rata-rata 44,00% - 85% sehingga dapat

dikatakan bahwa Kabupaten Bombana termasuk daerah dengan kelembaban

relatifnya tinggi/rendah (pilih salah satu). Kelembaban relatif wilayah Kabupaten

Bombana cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 85% pada tahun 2015 Pada

bulan Agustus-September merupakan bulan-bulan dengan tingkat kelembabannya

berada diatas rata-rata, sedangkan tingkat kelembaban relatif bulan Februari-Juli

berada di bawah rata-rata.

5. Kecepatan Angin

Rata-rata kecepatan angin di Kabupaten Bombana selama tahun 2015

mencapai 4,9 knot, kecepatan angin diatas kecepatan rata-rata terjadi pada bulan

Agustus yang berkisar 4,9 knot.

6. Itensitas Penyinaran Matahari

Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan

penyinaran matahari pada tiap bulannya. Itensitas penyinaran matahari di

Kabupaten Bombana selama tahun 2015 berkisar 22%-42%, hal ini berarti

efektifitas lama penyinaran yang terjadi di Kabupaten Bombana berkisar 14-21

hari tiap bulannya.

Page 62: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

50

2. Aspek Demografi (Kependudukan).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah

penduduk di Kabupaten/Kota Bombana sampai dengan tahun 2015 berjumlah

164.809 jiwa, yang terdiri dari 83.191 jiwa penduduk laki-laki dan 81.168 jiwa

penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bombana berbeda-beda

untuk setiap kecamatan. Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Bombana

pada tahun 2015 berkisar 102 jiwa/km2. Kecamatan Kepulauan Masaloka Raya

memiliki kepadatan 1.324 jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan

tertinggi di Kabupaten Bombana Sedangkan Kecamatan Kepulauan Mata Usu

memiliki kepadatan penduduk 3 jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan

kepadatan terendah. Selengkapnya jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten

Bombana dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bombana.

No Kecamatan Luas

(Km²)

Penduduk (Jiwa) Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Km²)

Laki-

laki Perempuan Jumlah

1. Kabaena 103,57 1.611 1.757 3.368 33

2. Kabaena utara 132,97 2.204 2.135 4.339 33

3. Kabaena selatan 129,2 1.411 1.671 3.082 24

4 Kabaena barat 39,43 4.245 4.612 8.857 225

5 Kabaena timur 121,25 3.759 4.118 7.877 65

6 Kabaena tengah 275,58 1.985 2.079 4.064 15

7 Rumbia 58,99 6.385 6.276 12.661 215

8 Mata oleo 108,53 3.491 3.710 7. 201 66

9 K. Masaloka raya 2,66 1.767 1.755 3.522 1.324

10 Rumbia tengah 21,11 3.787 3.727 7.514 356

11 Rarowatu 166,81 3.819 3.539 7.358 44

12 Rarowatu utara 239,4 5.122 3.575 8.679 36

13 Lantari jaya 285,01 4.726 4.162 8.888 31

14 Mata usu 456,17 831 663 1.494 3

15 Poleang timur 101,55 5.361 5.407 10.768 106

Page 63: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

51

No Kecamatan Luas

(Km²)

Penduduk (Jiwa) Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Km²)

Laki-

laki Perempuan Jumlah

16 Poleang utara 237,27 6.335 6.022 12.357 52

17 Poleang selatan 89,88 3.861 3.945 7.806 87

18 Poleang tenggara 133,51 2.212 2.225 4.437 33

19 Poleang 115,39 8.181 8.696 16.877 146

20 Poleang barat 325,05 6.759 6.562 13.321 41

21 Tontonunu 131,14 3.281 2.927 6. 208 47

22 Poleang tengah 41,69 2.058 2.055 4.113 99

Jumlah 3.316,16 83.191 81.618 164.809 50

Sumber: Kabupaten Bombana Dalam Angka 2015.

Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Bombana dipengaruhi oleh

pertumbuhan alami (lahir dan mati), penduduk datang dan peduduk keluar

(migrasi). Berdasarkan data penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa

laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2014 sampai tahun 2015 sebesar 3,19 %.

Laju pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Poleang sedangkan

untuk laju pertumbuhan terkecil terdapat di Kecamatan Mata Usu Lebih jelas

mengenai laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bombana terlihat pada Tabel 9

berikut:

Tabel 9. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bombana.

No. Kecamatan Jumlah penduduk (Jiwa) Laju pertumbuhan

penduduk(%) 2014 2015

1 Kabaena 3.264 3.368 3,19

2 Kabaena utara 4.205 4.339 3,19

3 Kabaena selatan 2.986 3.082 3,22

4 Kabaena barat 8.584 8.857 3,18

5 Kabaena timur 7.634 7.877 3,18

6 Kabaena tengah 3.939 4.064 3,17

7 Rumbia 12.269 12.661 3,20

8 Mata oleo 6.979 7.201 3,18

9 K. Masaloka raya 3.413 3.522 3,19

10 Rumbia tengah 7.282 7.514 3,19

11 Rarowatu 7.131 7.358 3,18

Page 64: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

52

No. Kecamatan Jumlah penduduk (Jiwa) Laju pertumbuhan

penduduk(%) 2014 2015

1 2 Rarowatu utara 8.428 8.697 3,19

13 Lantari jaya 8.614 8.888 3,18

14 Mata usu 1.448 1.494 3,18

15 Poleang timur 10.435 10.768 3,19

16 Poleang utara 11.975 12.357 3,19

17 Poleang selatan 7.564 7.806 3,20

18 Poleang tenggara 4.300 4.437 3,19

19 Poleang 16.356 16.877 3,19

20 Poleang barat 12.910 13.321 3,18

21 Tontonunu 6.016 6.208 3,19

22 Poleang tengah 3.986 4.113 3,19

Jumlah 159.718 164.809 3.19%

Sumber: Kabupaten Bombana Dalam Angka 2015.

Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai oleh

pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi

ketimpangan. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan

berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh

dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi.

Tabel 10. Jumlah Penduduk Miskin Di Kabupaten Bombana

No Kecamatan

(1)

Pra

Sejahtera

Keluarga Sejahtera Jumlah

I II III III+

1 Kabaena 217 216 257 186 25 901

2 Kabaena utara 438 347 193 38 - 1.016

3 Kabaena selatan 279 339 236 63 - 917

4 Kabaena barat 610 570 520 254 38 1.992

5 Kabaena timur 707 389 422 316 - 1.834

6 Kabaena tengah 256 474 190 7 - 927

7 Rumbia 222 339 1.167 1.021 128 2.877

8 Mata oleo 852 595 263 128 1 1.839

9 K. Masaloka raya 337 258 88 104 - 787

10 Rumbia tengah 425 559 232 109 4 1.329

11 Rarowatu 147 250 600 346 10 1.353

12 Rarowatu utara 436 514 518 399 - 1.867

13 Lantari jaya 868 781 123 26 - 1.798

14 Mata usu 126 124 189 16 - 455

15 Poleang timur 895 739 639 174 5 2.452

Page 65: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

53

No Kecamatan

(1)

Pra

Sejahtera

Keluarga Sejahtera Jumlah

I II III III+

16 Poleang utara 585 597 1.015 666 2 2.865

17 Poleang selatan 541 492 537 180 12 1.798

18 Poleang tenggara 717 135 87 15 7 961

19 Poleang 1.030 1.494 1.066 242 15 3.847

20 Poleang barat 992 1. 295 783 166 - 3. 236

21 Tontonunu 638 507 238 20 - 1.403

22 Poleang tengah 431 281 142 24 - 878

Jumlah 11.749 11. 295 11. 295 4.500 247 37.332

Sumber:Bombana Dalam Angka 2015.

3. Sarana dan Prasarana

Dalam pelaksanaan pembangunan sosial, pemerintah telah mengupayakan

berbagai usaha guna terciptanya kesejahteraan masyarakat di bidang sosial yang

lebih baik. Usaha tersebut meliputi kegiatan di bidang pendidikan, agama,

kesehatan, serta urusan sosial lainnya.

a. Sarana Pendidikan

Sasaran pembangunan pendidikan dititik beratkan pada peningkatan mutu dan

perluasan kesempatan belajar di semua jenjang pendidikan, dimulai dari kegiatan

prasekolah (Taman Kanak-Kanak) sampai dengan Perguruan Tinggi. Upaya

peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai tersebut dimaksudkan untuk

menghasilkan manusia berkualitas. Sedangkan perluasan kesempatan belajar

dimaksud agar penduduk usia sekolah yang setiap tahun mengalami peningkatan

sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dapat memperoleh kesempatan belajar

yang seluas-luasnya.

Pelaksanaan pembangunan pendidikan di KecamatanPoleang mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat

Page 66: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

54

perkembangan pembangunan pendidikan di Kabupaten Bombana seperti

banyaknya sekolah dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11. Jumlah Sekolah Menrut Kecamatan Kabupaten Bombana.

No Kecamatan SMAN

(2)

MAN

(3)

SMKN

(4)

MTSN

(5)

SMPN

(6)

SDN

(7)

TK

(9)

1. Kabaena - 1 - 2 2 6 5

2. Kabaena utara - - 1 1 2 8 6

3. Kabaena selatan - - 1 - 1 4 4

4. Kabaena barat 1 1 1 1 4 13 10

5. Kabaena timur 1 1 - 1 1 8 7

6. Kabaena tengah 1 - - 3 9 5

7. Rumbia 1 1 - - 2 6 3

8. Mata oleo 1 - - - 3 7 3

9. K. Masaloka raya 1 - - - 1 4 4

10. Rumbia tengah - 1 1 1 1 5 5

11. Rarowatu 1 - - - 2 8 7

12. Rarowatu utara - 1 1 3 6 9

13. Lantari jaya 1 - - 1 1 9 6

14. Mata usu - - 1 - 4 4

15. Poleang timur 1 2 1 4 3 8 11

16. Poleang utara 2 1 - 1 4 11 10

17. Poleang selatan 1 1 - 3 1 8 5

18. Poleang tenggara 1 - - 1 2 5 4

19. Poleang 2 1 1 2 3 12 12

20. Poleang barat 1 - - - 4 14 11

21. Tontonunu 2 - - 2 1 5 5

22. Poleang tengah 2 - 1 2 1 3 4

Jumlah 20 10 8 24 45 163 140

Sumber: Bombana Dalam Angka 2015.

a. Sarana Peribadatan.

Pembangunan di bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa diarahkan untuk menciptakan keselarasan hubungan antar manusia dengan

manusia, manusia dengan penciptanya serta dengan alam sekitarnya. Indikator

pembangunan bidang agama, digambarkan dengan pembangunan sarana

Page 67: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

55

peribadatan, pembinaan umat beragama, dan berbagai kegiatan keagamaan di

Kabupaten Bombana.

Tabel 12. Jumlah tempat peribadatan di Kabupaten Bombana.

No. Kecamatan

Masjid

(2)

Mushalla

(3)

Gereja

(4)

Pura

(5)

Vihara

(6)

1. Kabaena 6 - - - -

2. Kabaena utara 8 4 - 2 -

3. Kabaena selatan 4 - - - -

4. Kabaena barat 9 3 - - -

5. Kabaena timur 8 2 - - -

6. Kabaena tengah 8 2 - 1 -

7. Rumbia 12 3 2 - -

8. Mata oleo 10 1 - - -

9. K. Masaloka raya 6 1 - - -

10. Rumbia tengah 11 1 - - -

11. Rarowatu 11 1 1 - -

12. Rarowatu utara 11 7 4 3 -

13. Lantari jaya 12 8 1 8 -

14. Mata usu 7 - - - -

15. Poleang timur 17 1 - - -

16. Poleang utara 26 9 2 1 -

17. Poleang selatan 12 - - - -

18. Poleang tenggara 10 - - 1 -

19. Poleang 18 - - - -

20. Poleang barat 28 - - - -

21. Tontonunu 17 - - - -

22. Poleang tengah 2 - - - -

Jumlah 243 43 10 16 -

Sumber: Bombana Dalam Angka 2015.

b. Sarana Kesehatan

tempat pemeriksaan dan perawatan kesehatan, biasanya berada di bawah

pengawasan dokter/tenaga medis, termasuk rumah sakit khusus seperti rumah

sakit perawatan paru paru, dan RS jantung dan pusat pelayanan kesehatan lainnya

seperti puskesmas, posyandu, klinik. Dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:

Page 68: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

56

Tabel 13. Jumlah Pusat Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bomban

No Kecamatan RS

(2)

Rumah bersalin

(3)

Puskesmas

(4)

Posyandu

(5)

Klinik

(6)

Polindes

(7)

1. Kabaena - 1 1 7 - 1

2. Kabaena utara - 1 - 8 2 1

3. Kabaena selatan - - 1 5 - 1

4. Kabaena barat - 1 2 12 1 1

5. Kabaena timur - 1 1 14 1 1

6. Kabaena tengah - 3 8 1 4

7. Rumbia - 1 - 12 - 1

8. Mata oleo - 1 - 15 2 8

9. K. Masaloka raya - 1 - 7 3 -

10. Rumbia tengah 1 - 1 8 2 -

11. Rarowatu - - - 10 2 -

12. Rarowatu utara - - 1 8 2 3

13. Lantari jaya - 1 2 5 - 3

14. Mata usu - 1 1 12 3 1

15. Poleang timur - 1 - 12 2 -

16. Poleang utara - 1 - 13 5 -

17. Poleang selatan - 1 1 11 3 -

18. Poleang tenggara - 1 2 8 2 1

19. Poleang - 1 1 17 3 1

20. Poleang barat - 1 2 16 3 -

21. Tontonunu - 1 1 10 - 4

22. Poleang tengah - - 1 6 2 -

Jumlah 1 16 21 224 39 31

Sumber/source: Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Bombana.

4. Aspek Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bombana dapat diukur dari besarnya nilai

PDRB atas dasar harga konstan yang berhasil diciptakan pada tahun sebelumnya.

Pada tahun 2014 nilai PDRB Kabupaten Bombana sebesar Rp. 3.985.950,01. dan

dari tahun ke tahun terus meningkat hingga pada tahun 2015 sebesa Rp.

4.530.094,39.

Page 69: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

57

Tabel 14. PDRB/Pendapatan Perkapita

Perincian 2014 2015

1. PDRB Harga Paasar (Juta

Rupiah)

3.985.950,01 4.530.094,39

2. Penyusutan (Juta Rupiah) 886.265,26 1.007.254,30

3. PDRN Pada Harga Pasar

(Juta Rupiah)

3.099.684,74 3.522.840,08

4. Pajak Tak Langsung Netto

(Juta Rupiah)

180.902,62 205.598,65

5. PDRB Atas Dasar Biaya

Factor/Pendapatan Regional

(Juta Rupiah)

2.918.782,12 3.317.241,43

6. Penduduk Pertengahan

Tahun (Jiwa)

159.718 164.809

7. PDRB Perkapita (Juta

Rupiah)

24.956.173 27.486.936

Ket: *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara Tabel 15. Pendapatan Perkapita Kabupaten Bombana.

Lapangan Usaha 2014 2015

1. Pertanian. 1.260.780,79 1.372.804,63

2. Pertambangan dan Penggalian 1.159.450,72 1.356.951,23

3. Industry pengelolaan 218.976,11 244.929,08

4. Pengadaan Listrik dan Gas 419,47 476,88

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah

dan Limbah.

5.367,92 6.276,27

6. Konstruksi 316.577,14 398.591,37

7. Perdagangan Eceran; Reparasi

Mobil

474.666,39 532.146,32

8. Transportasi dan Pergudangan 23.122,41 25.789,64

9. Penyedian Akomodasi Dan Makan

Minum

15.854,90 19.241,22

10. Informisi dan Komunikasi 27.953,21 29.536,95

11. Jasa Keungan dan Akutansi 39.099,36 43.989,71

12. Real Estate 59.604,52 65.468,55

13. Jasa Perusahaan 482,62 563,23

14. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan Dan Jaminan Social

Wajib

171.812,13 183.231,69

15. Jasa Pendidikan 162.527,02 193.951,38

Page 70: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

58

Lapangan Usaha 2014 2015

16. Jasa Kesehatan Dan Kegiatan

Lainnya

32.045,53 36.548,37

17. Jasa Lainnya 17.209,77 19.597,86

PDRB / GRDP 3.985.950,01 4.530.094,

39

Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

B. Analisis Spasial Daerah Tertinggal

1. Penghitungan Zscore

Seperti yang diketahui bahwa 18 indikator yang dikelompokkan dalam 6

kriteria, yaitu ekonomi (2 indikator), sumber daya manusia (2 indikator), saran

dan prasarana (7 indikator), aksesibilitas (3 indikator), karakteristik daerah (3

indikator) dan kemampuan keuangan daerah (1 indikator). Seperti diketahui

bahwa 18 indikator yang digunakan dalam penentuan daerah tertinggal

mempunyai nilai dengan ukuran yang berbeda-beda, diantaranya adalah

persentase, km, rupiah, dan tahun. Secara rinci ukuran nilai masing-masing

indikator dapat dilihat dari Tabel penghitungan Zscore berikut..Terkait dengan

nilai indikator yang mempunyai ukuran berbeda, maka nilai-nilai indikator

tersebut tidak bisa digabung (dijumlahkan atau dikurangkan). Agar nilai-nilai

indikator tersebut dapat dijumlahkan atau dikurangkan maka perlu dilakukan

suatu standarisasi nilai indikator. Menggunakan model statistik, nilai-nilai

indikator yang mempunyai ukuran berbeda dapat distandarisasi hasil Z-score

untuk masing-masing indicator.

Dari hasil penghitungan Zscore diperoleh hasil Zscore tertinggi pada

sarana pendidikan berada di kecamatan Poleang Tengah dengan nilai 10.21721,

sarana kesehatan dengan Zscore tertinggi berada pada kecamatan Lantari Jaya

Page 71: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

59

dengan nilai 5.173965, sarana perdagangan dengan Zscore tertinggi terdapata

pada daerah Poleang Timur dengan nilai 19.80489, banyaknya rumahtangga

pengguna air bersih dengan Zscore tertinggi terdapat pada daerah Poleang Utara

dengan nilai 4.46914, banyaknya pengguna listrik menurut rumahtangga dengan

Zscore tertinggi terdapat pada daerah Kabaena Barat dengan nilai 8.619415,

penduduk miskin dengan Zscore tertinggi terdapat pada daerah Kabaena Barat

dengan nilai 5.65236, Luas Jalan Aspal/tidak diaspal dengan Zscore tertinggi

terdapat pada daerah Poleang Utara, Aksesbilitas dengan Zscore tertinggi terdapat

pada daerah Rumbia dengan nilai 1.428869, dan sumber daya manusia dengan

nilai Zscore tertinggi terdapat pada daerah Kabaena Tengah dengan nilai

819.0331. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Diagram batang berikut :

Diagram Batang Hasil Penghitungan Zscore Daerah Tertinggi Setiap Wilayah

10.21721 5.173965 19.80489 4.46914 8.619415 5.65236 15.68929

819.0331

1.4288690

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Poleang Tengah

Lantari Jaya

Poleang Timur

Poleang Utara

Kabaena Barat

Kabaena Barat

Poleang Utara

Kabaena Tengah

Rumbia

Hasil Penghitungan Zscore

Pendidikan Kesehatan Perdagangan Air Bersih Listrik

Penduduk Miskin Luas Jalan SDM Aksesbilitas

Page 72: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

60

2. Penghitungan Indeks Komposit

Untuk penghitungan indeks komposit, setiap kriteria dan indikator diberi

bobot berdasarkan hasil perhitungan indikator menggunakan data BPS Kabupaten

Dalam Angka 2016. Total bobot untuk 6 kriteria dan 17 indikator adalah 1,00 atau

100 persen. Bobot untuk masing-masing kriteria tidak semuanya sama, ada yang

0,20 atau 20 persen (Infrastruktur, Aksesibilitas, Ekonomi, dan Sumber Daya

Manusia), sedangkan untuk Karakteristik daerah dan Celah Fiskal/KKD masing-

masing diberi bobot masing-masing 0,10 atau 10 persen. Oleh karena banyaknya

indikator untuk masing-masing kriteria tidak sama, maka bobot untuk setiap

indikator dapat berbeda.

Hasil penghitungan indeks komposit diperoleh hasil indeks komposit

sarana pendidikan tertinggi terdapat di daerah Poleang Timur dengan indeks

komposit yaitu 8.45743, sarana kesehatan dengan indeks komposit tertinggi

terdapat pada daerah Mata Oleo dengan nilai -25.6178, sarana perdagangan

dengan indeks komposit tertinggi terdapat pada daerah Poleang Barat dengan nilai

-260.508, banyankya rumahtangga pengguna air bersih dengan indeks komposit

tertinggi terdapat pada daerah Poleang Utara dengan nilai 174,994 banyaknya

rumahtangga pengguna listrik dengan indeks komposit tertinggi terdapat pada

daerah 14. 21892, aksesibilitas tertinggi berdasarkan penghitungan indeks

komposit terdapat pada daerah Mata Usu dengan nilai 32.97585, sedangkan untuk

sumber daya manusia deng penghitungan hasil inddeks komposit tertinggi

terdapat pada daerah Kabaena dengan nilai 803.6206. Secara lengkap bobot dan

Page 73: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

61

arah masing-masing indikator menurut kriteria dapat dilihat pada Diagram batang

berikut:

Diagram Batang Penghitungan Indeks Komposit Daerah Tertinggi Setiap Wilayah

3. Penentuan Klasifikasi Kecamatan

Klasifikasi kabupaten termasuk tertinggal atau tidak tertinggal ditentukan

berdasarkan hasil perhitungan indeks komposit dari nilai 17 indikator

standardized indicators masing-masing kecamatan dengan cara sebagai berikut:

Kelompok Kecamatan Berpotensi Maju, apabila Ikmin ≤ (IKi) < IKmin + I

Kelompok Kecamatan Agak Tertinggal apabila Ikmin + I ≤ (IKi) < IKmin + 2I

Kelompk Kecamatan Tertinggal apabila IKmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I.

-8.45743 -25.6178

-260.508-174.994

-19.687

32.97585

803.6206

14.21892

-400

-200

0

200

400

600

800

1000

Poleang Timur

Mata oleo Poleang Barat

Poleang Utara

Kabaena Barat

Mata Usu Kabaena Barat

Poleang

Hasil Penghitungan Indeks Komposit

Pendidikan Kesehatan Perdagangan Air Bersih Listrik Aksesbilitas SDM Luas Jalan

Page 74: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

62

1. Sarana Pendidikan.

Kecamatan Berpotensi Maju : IKmin ≤ (IKi) < + I

: -8.45743≤ (IKi) < -8.45743 + 2.342278

: -8.45743 ≤ (IKi) < -6.11516

Kecamatan Agak Tertinggal : Ikmin + I ≤ (IKi) < Ikmin + 2I

: -8.45743 + 2.342278 ≤ (IKi) < -8.45743 + 2 (2.342278)

: -6.11516 ≤ (IKi) < -3.772874

Kecamatan Tertinggal : Ikmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I

: -8.45743 + 2 (2.342278)≤(IKi)<-8.45743+3 (2.342278)

: -3.772874 ≤ (IKi) < 1.2479397

Dari penghitungan klasifikasi Kecamatan maka pada sarana pendidikan yang

berpotensi maju yaitu kecamatan Rumbia, Rumbia Tengah, Poleang timur,

Poleang Utara, dan Poleang. Kecamatan Agak Tertinggal yaitu Kecamatan

Kabaena Barat, Kabaena Timur, Rarowatu, Rarowatu Utara, Lantari Jaya, Poleang

Selatan, Poleang Tenggara, Poleang Barat, Tontonunu, dan Poleang Tengah,

sedangkan Kecamatan Tertinggal yaitu Kecamatan Kabaena, Kabaena Utara,

Kabaena Selatan, Kabaena Tengah, Mata Oleo, K. Masaloka Raya, dan Mata Usu.

2. Sarana Kesehatan

Kecamatan Berpotensi Maju : IKmin ≤ (IKi) < + I

: -25.6178≤ (IKi) < -25.6178 + 6.618637

: -25.6178 ≤ (IKi) < -18.99917

Kecamatan Agak Tertinggal : Ikmin + I ≤ (IKi) < Ikmin + 2I

: -25.6178 + 6.618637 ≤ (IKi) < -25.6178 + 2 (6.618637)

Page 75: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

63

: -18.99917≤ (IKi) < -12.38054

Kecamatan Tertinggal : Ikmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I

: -25.6178 + 2 (6.618637)≤(IKi)<-25.6178+3 (6.618637)

: -12.38054 ≤ (IKi) < -5.76191

Dari hasil klasifikasi kecamtan sarana kesehatan yang berpotensi maju yaitu

Kecamatan Rumbia, Rumbia Tengah, Kecamtan Poleang, Mata Oleo. Kecamatan

Agak Tertinggal yaitu Kecamatan Kabaena Barat, Kabaena Timur, Kabaena

Tengah, Rarowatu Utara, Lantari Jaya, Poleang Utara, Poleang Selatan, Poleang

Tenggara, Poleang Barat, Tontonunu. Dan Kecamatan Tertinggal yaitu

Kecamatan Kabaena, Kabaena Utara, Kabaena Selatan, K. Masaloka Raya,

Rarowatu, Poleang Timur dan Poleang Tengah,

3. Sarana Perdagangan

Kecamatan Berpotensi Maju : IKmin ≤ (IKi) < + I

: -260.508≤ (IKi) < -260.508 + 84.68923

: -260.508≤ (IKi) < -175.81887

Kecamatan Agak Tertinggal : Ikmin + I ≤ (IKi) < Ikmin + 2I

: -260.508+ 84.68923 ≤ (IKi) < -260.508 + 2 (84.68923)

: -175.81887≤ (IKi) < -91.12954

Kecamatan Tertinggal : Ikmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I

: -260.508+ 2 (84.68923)≤(IKi)<- 260.508+3 (84.68923)

: -91.12954 ≤ (IKi) < -6.44031

Hasil kalsifikasi kecamatan sarana perdgangan dan jasa yang termsuk

Kecamatan Berpotensi maju yaitu Kecamatan Rumbia, Rumbia Tengah, Poleang

Page 76: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

64

Timur, Poleang, dan Poleang Barat, yang masuk dalam kategori Kecamatan Agak

Tertinggal yaitu Kecamatan Kabaena Barat dan Rarowatu Utara. Sedangkan yang

masuk kategori Kecamatan Tertinggal yaitu Kecamatan Kabaena, Kabaena Utara,

Kabaena Selatan, Kabaena Timur, Kabaena Tengah, Mata Oleo, K. Masaloka

Raya, Rarowatu, Lantari Jaya, MataUsu, Poleang Utara, Poleang Selatan, Poleang

Tenggar, Tontonunu, dan Poleang Tengah.

4. Penduduk Miskin

Kecamatan Berpotensi Maju : IKmin ≤ (IKi) < + I

: -0.36093≤ (IKi) < -0.36093 + 267.9938

: -0.36093 ≤ (IKi) < 267.63317

Kecamatan Agak Tertinggal : Ikmin + I ≤ (IKi) < Ikmin + 2I

: -0.36093+ 267.9938 ≤ (IKi) < -0.36093 + 2 (267.9938)

: -267.63317≤ (IKi) <535,62667

Kecamatan Tertinggal : Ikmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I

: -0.36093+ 2 (267.9938)≤(IKi)<-0.36093+3 (267.9938)

: -535.62667 ≤ (IKi) < 1703.62047

Hasil Klasifikasi penduduk miskin yang masuk kategori Kecamatan

Berpotensi Maju yaitu Kecamatan Kabaena Utara, Kabaena Barat, Kabaena

Timur, Rumbia, Mata Oleo, Rumbia Tengah rarowatu, Rarowatu Utara, Lantari

Jaya, Poleang Timur, Poleang Utara, Poleang Selatan, Poleang, Poleang Barat,

Tontonunu. Kecamatan Agak Tertinggal yaitu Kabaena selatan, Poleang

Tenggara, Poleang Tengah. Sedangkan Kecamatan Tertinggal yaitu Kecamatan

Kabaena, Kabaena Tengah, K. Masaloka Raya, Mata Usu, Poleang Tengah.

Page 77: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

65

5. Banyaknya Rumahtangga Pengguna Air Bersih.

Kecamatan Berpotensi Maju : IKmin ≤ (IKi) < + I

: -174.994≤ (IKi) < -174.994+ 58.31658

: -174.994 ≤ (IKi) < -116.67742

Kecamatan Agak Tertinggal : Ikmin + I ≤ (IKi) < Ikmin + 2I

: -174.994+ 58.31658 ≤ (IKi) < -174.994 + 2 (58.31658)

: -116.67742≤ (IKi) <-58.36084

Kecamatan Tertinggal : Ikmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I

: -174.994+ 2 (58.31658)≤(IKi)<- 174.994+3 (58.31658)

: -58.36084 ≤ (IKi) < -0.04426.

Hasil klasifikasi jumlah rumahtangga pengguna air bersih di dapatkan

Kecamatan Berpotensi Maju yaitu Kecamatan Rumbia, Rumbia Tengah, Poleang

Utara, Poleang, tontonunu. Kecamatan Agak Tertingal yaitu Rarowatu dan K.

Masaloka Raya. Sedangkan yang masuk kategori Kecamatan Tertinggal yaitu

Kabaena, Kabaena Utara, Kabaena Selatan,Kabaena Barat, Kabaena Timur,

Kabaena Tengah, Mata Oleo, Rarowatu Utara, Lantari Jaya, Mata Usu, Poleang

Timur, Poleang Selatan, Poleang Tenggara, Poleang Barat, dan Poleang Tengah.

6. Jumlah Rumah Tangga Pengguna Listrik

Kecamatan Berpotensi Maju : IKmin ≤ (IKi) < + I

: -19.687≤ (IKi) < -19.687+ 6.445658

: -19.687 ≤ (IKi) < -13.24135.

Kecamatan Agak Tertinggal : Ikmin + I ≤ (IKi) < Ikmin + 2I

: -19.687+ 13.24135 ≤ (IKi) < -19.687 + 2 (6.445658)

Page 78: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

66

: -13.24135≤ (IKi) <-6.7957

Kecamatan Tertinggal : Ikmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I

: -19.687+ 2 (6.445658)≤(IKi)<-19.687 +3 (6.445658)

: -6.7957≤ (IKi) < -0.35005.

Hasil klasifikai jumlah rumahtangga pengguna listrik yang masuk kategori

Kecamatan berpotensi maju yaitu Rumbia, Mata Oleo, Rumbia Tengah, Poleang,

Poleang Tengah, Kecamatan kategori agak tertinggal yaitu Kabaena Barat,

Kabaena Tengah, K. Masaloka Raya, Mata Usu, Poleang Tenggara, Tontonunu.

Sedangkan kategori Kecamatan tertinggal yaitu Kabaena Utara, Kabaena Selatan,

Kabaena Timur, Rarowatu, Rarowatu Utara, Lantari Jaya,Poleang Timur, Poleang

Selatan, Poleang Barat.

7. Luas Jalan Kecamatan Aspal.

Kecamatan Berpotensi Maju : IKmin ≤ (IKi) < + I

: 0.187383.≤ (IKi) < 0.187383+4.802102

: 0.187383≤ (IKi) < 4.98948.

Kecamatan Agak Tertinggal : Ikmin + I ≤ (IKi) < Ikmin + 2I

: 0.187383+4.802102≤ (IKi) <0.187383 + 2 (4.802102)

: 4.98948≤ (IKi) < 9.79158

Kecamatan Tertinggal : Ikmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I

:0.187383+2 (4.802102)≤(IKi)<0.187383 +3 (4.802102)

: 9.79158≤ (IKi) < 14.78106

Hasil klasifikasi luas jalan kecamatan aspal hampir semua kecamatan

berada pada kategori Kecamatan Berpotensi Maju yaitu Kabaena, Kabeana Utara,

Page 79: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

67

Kabaena selatan, Kabaena Barat, Kabaena Timur, Kabaena Tengah, Rumbia,

Mata Oleo, K. Masaloka Raya, Rumbia Tengah, Rarowatu Utara, Lantari Jaya,

Poleang Selatan, Poleang Tenggara, Poleang, Poleang Barat, Tontonunu, Poleang

Tengah, Poleang Utara. Kecamatan yang masuk kategori Kecamatan agak

tertinggal yaitu dan Poleang Timur. Sedangkan kecamatan yang masuk kategori

daerah tertinggal yaitu Mata Usu.

8. Klasifikasi Aksesbilitas

Kecamatan Berpotensi Maju : IKmin ≤ (IKi) < + I

:2.000417.≤ (IKi) < 2.000417+10.32515

: 2.000417≤ (IKi) < 12.325567.

Kecamatan Agak Tertinggal : Ikmin + I ≤ (IKi) < Ikmin + 2I

: 2.000417+10.32515≤ (IKi) < 2.000417 + 2 (10.32515)

: 12.325567≤ (IKi) < 22.65071

Kecamatan Tertinggal : Ikmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I

:2.000417+2 (10.32515)≤(IKi)<2.000417 +3 (10.32515)

: 22.65071≤ (IKi) < 32.97586

Hasil klasifikasi aksesbilitas, kecamatan yang masuk kategori kecamatan

berpotensi maju yaitu kecamtan Rumbia, Rumbia Tengah, Mata Oleo, K.

Masaloka Raya, Rarowatu, Rarowatu Utara, Lantari Jaya, Poleang Timur, Poleang

Utara, Poleang. Yang masuk kategori Kecamatan Agak Tertinggal yaitu

Kecamatan Poleang Selatan, Poleang Tenggara, Poleang Barat, Poleang Tengah

dan Tontonunu. Kecamata tertinggal yaitu Mata Usu,Kabaena, Kabaena Tengah,

Kabaena Utara, Kabaena Selatan,Kabaena Timur.

Page 80: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

68

9. Kalsifikasi Sumber Daya Manusia

Kecamatan Berpotensi Maju : IKmin ≤ (IKi) < + I

: -15.9548.≤ (IKi) < -15.9548+31.90941

: -15.9548≤ (IKi) < 15.95461.

Kecamatan Agak Tertinggal : Ikmin + I ≤ (IKi) < Ikmin + 2I

: -15.9548+31.90941≤ (IKi) <-15.9548 + 2 (31.90941)

: 15.95461≤ (IKi) < 47.86402

Kecamatan Tertinggal : Ikmin + 2I ≤ (IKi) < IKmin + 3I

:-15.9548+2 (31.90941)≤(IKi)< -15.9548 +3 (31.90941)

: 47.86402 ≤ (IKi) < 79.77343.

Hasil kalsifikasi sumber daya manusia, untuk klasifikasi ini semua

kecamatan yang ada di kabupaten Bombana masuk dalam kategori maju.

Tabel16. Hasil klasifikasi Daerah Tertinggal di Kabupaten Bombana.

No Kecamtana Sarana dan Prasarana

Ekonomi Aksesibilitas SDM Persentase

(%)

1 Kabaena 12.11722231 16.50543291 6.302794022 0.016829689 34.94227894

2 Kabaena utara 12.30927229 16.2479142 7.407407407 0.018922308 35.9835162

3 Kabaena selatan 16.25883027 12.30100792 7.147498376 7.850746688 43.55808326

4 Kabaena barat 5.221516083 38.30305161 6.172839506 7.291026434 56.98843363

5 Kabaena timur 7.592786581 26.34079042 5.393112411 0.023004026 39.34969343

6 Kabaena tengah 11.43923041 17.48369364 7.537361923 14.4043207 50.86460668

7 Rumbia 5.064213079 39.49280902 0.454840806 5.146512942 50.15837585

8 Mata oleo 7.458326344 26.81566759 2.079272255 0.01624553 36.36951172

9 K. Masaloka raya 15.49508015 12.90732272 1.851851852 0.015624399 30.26987912

10 Rumbia tengah 7.414480257 26.97424406 0.64977258 5.028202299 50.06669919

11 Rarowatu 8.40288657 23.80134473 1.104613385 13.89410606 47.20295075

12 Rarowatu utara 5.724622385 34.93680221 1.234567901 12.50395601 54.39994851

13 Lantari jaya 8.248569628 24.24662808 1.559454191 0.018796603 39.47344851

14 Mata usu 14.31902853 13.967428 11.17608837 0.029755127 34.49230002

15 Poleang timur 4.735516637 42.2340402 3.83365822 12.11944642 62.92266148

16 Poleang utara 6.390925949 31.2943698 2.501624431 0.016422996 40.20334318

17 Poleang selatan 9.438898817 21.18891238 5.198180637 0.015210312 35.84120215

18 Poleang tenggara 12.72034905 15.72283898 5.782975958 0.029540689 34.25570469

19 Poleang 4.02852714 49.64593586 5.977907732 8.510971833 68.16334256

20 Poleang barat 3.804456843 52.56992214 6.952566602 13.00677624 76.33372183

21 Tontonunu 8.289214599 24.12773823 4.158544509 0.027891734 36.60338908

22 Poleang tengah 11.34446282 17.62974618 5.523066927 0.015698343 34.51297427

Sumder: Data Hasil Olahan 2016.

Page 81: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

69

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan klasifikasi daerah tertinggal di

Kabupaten Bombana yaitu, Kecamatan Kabaena (34,9%), Kecamatan K.

Masaloka Raya (30,2%), Kecamatan Mata Usu (34%), Kecamatan Poleang

Tenggara (34,2%), Kecamatan Poleang Tengah (34,5%). Dan daerah agak

tertinggal di Kabupaten Bombana yaitu, Kecamatan Kabaena Utara (35,9%),

Kecamatan Kabaena selatan (43,5%), Kecamatan Kabaena Timur (39,4%),

Kecamatan Mata Oleo (36,3), Kecamatan Rarowatu (47,2%), Kecamatan Lantari

Jaya (39,4%), Kecamatan Poleang Utara ( 40,2%), Keacamatan Poleang Selatan

(35.8%), Kecamatan Tontonunu (36,6%). Sedangkan daerah berpotensi maju

yaitu, Kecamatan Kabaena Barat (56,9%), Kecamatan Kabaena Tengah (50,8%),

Keacmatan Rumbia (50,1%), Kecamatan Rumbia Tengah (50%), Kecamatan

Rarowatu Utara (54,3%), Kecamatan Poleang Timur (62,9%), Kecamatan Poleang

(68,1%), Kecamatan Poleang Barat (76,3%).

Ketertinggalan wilayah tersebut disebabkan karena rendahnya nilai

wilayah ini dari beberapa variabel penilaian yang digunakan, antara lain jalan

utama kecamatan, lapangan usaha mayoritas penduduk, fasilitas pendidikan,

fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, sarana komunikasi, kepadatan penduduk per

km2, persentase rumah tangga listrik, persentase rumahtangga yang memiliki

aksesibilitas baik terhadap puskesmas, pasar permanen maupun pertokoan. Jika

dikaitkan dengan densitas jalan yang ada, kecamatan ini berada di wilayah yang

memiliki densitas jalan yang rendah dan berada pada bentuk lahan (landform)

yang datar hingga bergelombang dan berbukit.

Page 82: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

70

C. Analisis Hirarki Wilayah

Hasil analisis skalogram akan menentukan struktur pusat pelayanan

menurut hirarki wilayah. Penentuan hirarki didasarkan atas tingkat perkembangan

dan kapasitas pelayanan yang dapat disediakan oleh suatu wilayah. Tingkat

hirarki ini penting dalam penentuan kapasitas suatu wilayah, apakah suatu

wilayah merupakan pusat/inti atau hinterland.

Perkembangan pembangunan yang berbeda antara satu daerah dengan

daerah lainnya akan berdampak pada adanya struktur hirarki pada wilayah-

wilayah tersebut yang dicerminkan dari adanya pusat-pusat pelayanan di suatu

wilayah. Wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk yang relatif tinggi dan

yang relatif lebih maju akan membutuhkan berbagai sarana dan prasarana serta

pelayanan sosial ekonomi yang lebih dari wilayah dengan kepadatan penduduk

yang lebih rendah dan yang relatif belum maju. Contohnya dalam hal prasarana

pendidik dan kesehatan serta sarana dan prasarana transportasi.

Page 83: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

71

Tabel 17. Jumlah Fasilitas Yang Terdapat Di Kabupaten Bombana.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Kabaena √ √ √ √

2 Kabaena utara √ √ √ √

3 Kabaena selatan √ √ √

√ √

4 Kabaena barat √ √ √ √ √ √ √ √

5 Kabaena timur √ √ √ √ √ √

6 Kabaena tengah √ √ √

7 Rumbia √ √ √

√ √

8 Mata oleo √ √ √

9 K. Masaloka raya √ √ √

10 Rumbia tengah √ √ √ √

√ √ √ √ √

11 Rarowatu √ √ √

12 Rarowatu utara √ √ √ √

√ √

13 Lantari jaya √ √ √ √ √

14 Mata usu √ √

15 Poleang timur √ √ √ √ √ √ √

16 Poleang utara √ √ √ √ √ √

17 Poleang selatan √ √ √ √ √ √

18 Poleang tenggara √ √ √ √ √

19 Poleang √ √ √ √ √ √ √ √

20 Poleang barat √ √ √

21 Tontonunu √ √ √ √ √

22 Poleang tengah √ √ √ √ √

√ √

Jumlah 22 22 21 15 16 9 8 15 1 17

Ket: 1. TK 2. SD 3. SMP 4. MTS 5.SMA

6. MAN 7. SMK 8. Puskesmas. 9. Rumah Sakit. 10. Klinik.

Page 84: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

72

Lanjutan.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Kabaena √ √ √ √ √

2 Kabaena utara √ √ √ √ √

3 Kabaena selatan √ √ √ √

4 Kabaena barat √ √ √ √ √ √

5 Kabaena timur √ √ √ √ √ √

6 Kabaena tengah √ √ √ √ √ √

7 Rumbia √ √ √ √ √ √

8 Mata oleo √ √ √ √ √

9 K. Masaloka raya √ √ √ √

10 Rumbia tengah √ √ √ √ √ √ √ √

11 Rarowatu √ √ √ √ √ √ √

12 Rarowatu utara √ √ √ √ √ √ √

13 Lantari jaya √ √ √ √ √ √ √

14 Mata usu √ √ √ √

15 Poleang timur √ √ √ √ √ √ √

16 Poleang utara √ √ √ √ √ √ √

17 Poleang selatan √ √ √ √ √ √

18 Poleang tenggara √ √ √ √ √

19 Poleang √ √ √ √ √ √ √

20 Poleang barat √ √ √ √ √ √

21 Tontonunu √ √ √ √

22 Poleang tengah √ √ √ √ √

Jumlah 22 6 8 22 17 18 22 5 6

11. Posyandu 12. Toko. 13.Hotel. 14. Transportaasi. 15. Restoran. 16. Pasar.

17.Mesjid 18. Gereja. 19. Pura. 20. Lapangan Umum Sepak Bola.

Page 85: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

73

Lanjutan.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

21 22 23 24 25 26

1 Kabaena √

2 Kabaena utara √

3 Kabaena selatan √

4 Kabaena barat √

5 Kabaena timur √

6 Kabaena tengah √

7 Rumbia √ √

8 Mata oleo √

9 K. Masaloka raya √

10 Rumbia tengah √ √ √ √

11 Rarowatu √ √

12 Rarowatu utara √

13 Lantari jaya √

14 Mata usu √

15 Poleang timur √

16 Poleang utara √

17 Poleang selatan √ √

18 Poleang tenggara √

19 Poleang √ √

20 Poleang barat √

21 Tontonunu √

22 Poleang tengah √

Jumlah 1 1 1 3 1 22

21. Kantor Polres. 22.kantor Kodim. 23. Kantor PDAM. 24. Kantor PLN. 25.

Kantor Bupati. 26. Kantor Kecamatan.

Page 86: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

74

Tabel 18.Analisis Skalogram Jumlah Fasilitas Yang Terdapat Di Kabupaten

Bombana.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

1 2 11 14 17 26 3 16 10 15

1 Kabaena √ √ √ √ √ √ √ √

2 Kabaena utara √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Kabaena selatan √ √ √ √ √ √ √ √

4 Kabaena barat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5 Kabaena timur √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6 Kabaena tengah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

7 Rumbia √ √ √ √ √ √ √ √

8 Mata oleo √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9 K. Masaloka raya √ √ √ √ √ √ √ √ √

10 Rumbia tengah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

11 Rarowatu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

12 Rarowatu utara √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

13 Lantari jaya √ √ √ √ √ √ √ √ √

14 Mata usu √ √ √ √ √ √ √ √

15 Poleang timur √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

16 Poleang utara √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

17 Poleang selatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

18 Poleang tenggara √ √ √ √ √ √ √ √ √

19 Poleang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

20 Poleang barat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

21 Tontonunu √ √ √ √ √ √ √ √

22 Poleang tengah √ √ √ √ √ √ √ √ √

Jumlah 22 22 22 22 22 22 21 18 17 17

Ket: 1. TK 2. SD 3. SMP 4. MTS 5.SMA

6. MAN 7. SMK 8. Puskesmas. 9. Rumah Sakit. 10. Klinik.

.

Page 87: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

75

Lanjutan.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

5 4 8 6 7 13 12 19 18 24

1 Kabaena √ √ √ √

2 Kabaena utara √ √ √

3 Kabaena selatan √ √

4 Kabaena barat √ √ √ √ √ √

5 Kabaena timur √ √ √ √ √

6 Kabaena tengah √ √ √

7 Rumbia √ √ √ √

8 Mata oleo √

9 K. Masaloka raya √

10 Rumbia tengah √ √ √ √ √ √

11 Rarowatu √ √ √ √ √

12 Rarowatu utara √ √ √ √ √

13 Lantari jaya √ √ √ √

14 Mata usu √ √

15 Poleang timur √ √ √ √ √ √

16 Poleang utara √ √ √ √ √

17 Poleang selatan √ √ √ √ √ √

18 Poleang tenggara √ √ √ √

19 Poleang √ √ √ √ √ √ √

20 Poleang barat √ √ √

21 Tontonunu √ √ √ √

22 Poleang tengah √ √ √ √ √

Jumlah 16 15 15 9 8 8 6 6 5 3

11. Posyandu 12. Toko. 13.Hxotel. 14. Transportasi. 15. Restoran. 16. Pasar.

17.Mesjid 18. Gereja. 19. Pura. 20. Lapangan Umum Sepak Bola.

Page 88: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

76

Lanjutan.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

9 20 21 22 23 25

1 Kabaena

2 Kabaena utara

3 Kabaena selatan

4 Kabaena barat

5 Kabaena timur

6 Kabaena tengah

7 Rumbia √ √

8 Mata oleo

9 K. Masaloka raya

10 Rumbia tengah √ √ √ √

11 Rarowatu

12 Rarowatu utara

13 Lantari jaya

14 Mata usu

15 Poleang timur

16 Poleang utara

17 Poleang selatan

18 Poleang tenggara

19 Poleang

20 Poleang barat

21 Tontonunu

22 Poleang tengah

Jumlah 1 1 1 1 1

21. Kantor Polres. 22.kantor Kodim. 23. Kantor PDAM. 24. Kantor PLN. 25.

Kantor Bupati. 26. Kantor Kecamatan.

Page 89: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

77

Tabel 19. Analisis Perhitungan Bobot Fungsi di Kabupaten Bombana.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

1 2 11 14 17 26 3 16 10 15

1 Kabaena 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Kabaena utara 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 Kabaena selatan 1 1 1 1 1 1 1 1

4 Kabaena barat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 Kabaena timur 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Kabaena tengah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 Rumbia 1 1 1 1 1 1 1 1

8 Mata oleo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 K. Masaloka raya 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 Rumbia tengah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 Rarowatu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 Rarowatu utara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 Lantari jaya 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 Mata usu 1 1 1 1 1 1 1 1

15 Poleang timur 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 Poleang utara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

17 Poleang selatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

18 Poleang tenggara 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 Poleang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

20 Poleang barat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

21 Tontonunu 1 1 1 1 1 1 1 1

22 Poleang tengah 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah 22 22 22 22 22 22 21 18 17 17

Centralitas Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Bobot 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

Ket: 1. TK 2. SD 3. SMP 4. MTS 5.SMA

6. MAN 7. SMK 8. Puskesmas. 9. Rumah Sakit. 10. Klinik.

Page 90: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

78

Lanjutan.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

5 4 8 6 7 13 12 19 18 24

1 Kabaena 1 1 1 1

2 Kabaena utara 1 1 1

3 Kabaena selatan 1 1

4 Kabaena barat 1 1 1 1 1 1

5 Kabaena timur 1 1 1 1 1

6 Kabaena tengah 1 1 1

7 Rumbia 1 1 1 1

8 Mata oleo 1

9 K. Masaloka raya 1

10 Rumbia tengah 1 1 1 1 1 1

11 Rarowatu 1 1 1 1 1

12 Rarowatu utara 1 1 1 1 1

13 Lantari jaya 1 1 1 1

14 Mata usu 1 1

15 Poleang timur 1 1 1 1 1 1

16 Poleang utara 1 1 1 1 1

17 Poleang selatan 1 1 1 1 1 1

18 Poleang tenggara 1 1 1 1

19 Poleang 1 1 1 1 1 1 1

20 Poleang barat 1 1 1

21 Tontonunu 1 1 1 1

22 Poleang tengah 1 1 1 1 1

Jumlah 16 15 15 9 8 8 6 6 5 3

Centralitas Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Bobot 6,25 6,66 6,66 11,11 12,5 12,5 16,66 16,66 20 33,33

11. Posyandu 12. Toko. 13.Hotel. 14. Transportasi. 15. Restoran. 16. Pasar.

17.Mesjid 18. Gereja. 19. Pura. 20. Lapangan Umum Sepak Bola.

Page 91: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

79

Lanjutan.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

JF 9 20 21 22 23 25

1 Kabaena 12

2 Kabaena utara 12

3 Kabaena selatan 10

4 Kabaena barat 16

5 Kabaena timur 15

6 Kabaena tengah 13

7 Rumbia 1 1 13

8 Mata oleo 11

9 K. Masaloka raya 10

10 Rumbia tengah 1 1 1 1 20

11 Rarowatu 15

12 Rarowatu utara 15

13 Lantari jaya 13

14 Mata usu 10

15 Poleang timur 16

16 Poleang utara 15

17 Poleang selatan 16

18 Poleang tenggara 13

19 Poleang 17

20 Poleang barat 13

21 Tontonunu 12

22 Poleang tengah 14

Jumlah 1 1 1 1 1 1

Centralitas Total 100 100 100 100 100 100

Bobot 100 100 100 100 100 100

21. Kantor Polres. 22.kantor Kodim. 23. Kantor PDAM. 24. Kantor PLN. 25.

Kantor Bupati. 26. Kantor Kecamatan.

Page 92: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

80

Tabel 20. Analisis Perhitungan Indeks Sentralitas Terbobot di Kabupaten

Bombana

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

1 2 11 14 17 26 3 16 10 15

1 Kabaena 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,88 5,88

2 Kabaena utara 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76

3 Kabaena selatan 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

4 Kabaena barat 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

5 Kabaena timur 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

6 Kabaena tengah 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55

7 Rumbia 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,88 5,88

8 Mata oleo 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

9 K. Masaloka raya 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,88 5,88

10 Rumbia tengah 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

11 Rarowatu 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

12 Rarowatu utara 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55

13 Lantari jaya 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

14 Mata usu 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 5,55 5,88 5,88

15 Poleang timur 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

16 Poleang utara 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

17 Poleang selatan 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

18 Poleang tenggara 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

19 Poleang 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

20 Poleang barat 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55

21 Tontonunu 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55 5,88 5,88

22 Poleang tengah 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 5,55

Jumlah 22 22 22 22 22 22 21 21 17 17

Centralitas Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Bobot 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,54 4,76 4.76 5,88 5,88

Ket: 1. TK 2. SD 3. SMP 4. MTS 5.SMA

6. MAN 7. SMK 8. Puskesmas. 9. Rumah Sakit. 10. Klinik.

Page 93: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

81

Lanjutan.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

5 4 8 6 7 13 12 19 18 24

1 Kabaena 6,66 6,66 11,11 16,66

2 Kabaena utara 6,66 12,5 16,66

3 Kabaena selatan 6,66 12,5

4 Kabaena barat 6,25 6,66 6,66 11,11 12,5 12,5

5 Kabaena timur 6,25 6,66 6,66 11,11 12,5

6 Kabaena tengah 6,25 6,66 16,66

7 Rumbia 6,25 11,11 12,5 20

8 Mata oleo 6,25

9 K. Masaloka raya 6,25

10 Rumbia tengah 6,66 6,66 11,11 12,5 12,5 20

11 Rarowatu 6,25 16,66 16,66 20 33,33

12 Rarowatu utara 6,66 6,66 12,5 16,66 20

13 Lantari jaya 6,25 6,66 6,66 16,66

14 Mata usu 6,66 6,66

15 Poleang timur 6,25 6,66 11,11 12,5 12,5 16,66

16 Poleang utara 6,25 6,66 11,11 16,66 20

17 Poleang selatan 6,25 6,66 6,66 11,11 12,5 33,33

18 Poleang tenggara 6,25 6,66 6,66 16,66

19 Poleang 6,25 6,66 6,66 11,11 12,5 12,5 33,33

20 Poleang barat 6,25 6,66 16,66

21 Tontonunu 6,25 6,66 6,66 16,66

22 Poleang tengah 6,25 6,66 6,66 12,5 12,5

Jumlah 16 15 15 9 8 8 6 6 5 3

Centralitas Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Bobot 6,25 6,66 6,66 11,11 12,5 12,5 16,66 16,66 20 33,33

11. Posyandu 12. Toko. 13.Hotel. 14. Transportasi. 15. Restoran. 16. Pasar.

17.Mesjid 18. Gereja. 19. Pura. 20. Lapangan Umum Sepak Bola.

Page 94: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

82

Lanjutan.

No. Kecamatan Jumlah Fasilitas

Total 9 20 21 22 23 25

1 Kabaena 68

2 Kabaena utara 74

3 Kabaena selatan 57

4 Kabaena barat 105

5 Kabaena timur 92

6 Kabaena tengah 79

7 Rumbia 100 100 388

8 Mata oleo 57

9 K. Masaloka raya 52

10 Rumbia tengah 100 100 100 100 419

11 Rarowatu 142

12 Rarowatu utara 112

13 Lantari jaya 79

14 Mata usu 52

15 Poleang timur 115

16 Poleang utara 110

17 Poleang selatan 126

18 Poleang tenggara 80

19 Poleang 138

20 Poleang barat 79

21 Tontonunu 74

22 Poleang tengah 88

Jumlah 1 1 1 1 1 1

Centralitas Total 100 100 100 100 100 100

Bobot 100 100 100 100 100 100

21. Kantor Polres. 22.kantor Kodim. 23. Kantor PDAM. 24. Kantor PLN. 25.

Kantor Bupati. 26. Kantor Kecamatan.

Page 95: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

83

Tabel 21. Penentuan Orde di Kabupaten Bombana.

No. Hirarki Total

Nilai Kecamatan Keterangan

1. Orde 1 419 Rumbia Tengah Pusat Pelayanan Utama

2. Orde 2 388 Rumbia Sub Pusat Pelayanan Utama

3. Orde 3 142 Rarowatu Pusat Pelayanan Penunjang

4. Orde 3 138 Poleang Pusat Pelayanan Penunjang

5. Orde 3 126 Poleang Selatan Pusat Pelayanan Penunjang

6. Orde 3 115 Poleang Timur Pusat Pelayanan Penunjang

7. Orde 3 112 Rarowatu Utarra Pusat Pelayanan Penunjang

8. Orde 3 110 Poleang Utara Pusat Pelayanan Penunjang

9. Orde 3 105 Kabaena Barat Pusat Pelayanan Penunjang

10. Orde 3 92 Kabaena Timur Pusat Pelayanan Penunjang

11. Orde 3 88 Poleang Tengah Pusat Pelayanan Penunjang

12 Orde 3 80 Poleang Tenggar Pusat Pelayanan Penunjang

12. Orde 3 79 Kabaena Tengah,

Lantari Jaya,

Poleang Barat.

Pusat Pelayanan Penunjang

13. Orde 3 74 Kabaena Utara,

Tontonunu.

Pusat Pelayanan Penunjang.

14. Orde 3 68 Kabaena Pusat Pelayanan Penunjang

15. Orde3 57 Kabaena Selatan,

Mata Oleo

Pusat Pelayanan Penunjang

16. Orde 3 52. K. Masaloka Raya,

Mata Usu

Pusat Pelayanan Penunjang

Sumber: Data Sekunder Diolah 2016.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis skalogram untuk menentukan

hirarki wilayah menurut jumlah dan jenis fasilitas pelayanan atau infrastruktur,

diperoleh hasil kelompok sebagai berikut :

a) Wilayah yang termasuk pada hirarki I merupakan Kecamatan yang

mempunyai tingkat perkembangan yang paling tinggi. Kecamatan ini

umumnya mempunyai tingkat ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas

pelayanan umum yang lebih tinggi dan lebih memadai dibandingkan

Kecamatan dengan hirarki yang lebih rendah. Adapun sarana dan prasarana

yang lebih terutama dalam hal sarana pendidikan, sarana kesehatan (termasuk

Page 96: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

84

tenaga kesehatan) dan aksesibilitas terhadap pusat pemerintahan. Ciri-ciri lain

yang menonjol dari wilayah Kecamatan hirarki I ini adalah mempunyai

landform yang relatif datar dan merupakan daerah urban dengan kepadatan

penduduk yang relative tinggi serta tidak lagi mengandalkan pada sector

pertanian.

b) Wilayah yang termasuk pada hirarki II yang merupakan wilayah Kecematan

dengan tingkat perkembangan yang sedang. Ciri-ciri dari wilayah Kecamatan

ini adalah mempunyai ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas

pelayanan yang relatif lebih rendah dari hirarki I, berada di dekat Kecamatan

yang berhirarki I, dan masih mengandalkan pada sektor pertanian.

c) Wilayah yang termasuk pada hirarki III merupakan wilayah dengan tingkat

perkembangan yang paling rendah. Adapun ciri-ciri yang menonjol dari

Kecamatan ini adalah ketersediaan sarana yang relatif kurang dibandingkan

Kecamatan pada hirarki yang lebih tinggi, sebagian Kecamatan yang

berhirarki III mempunyai akses terhadap pusat yang jauh lebih sulit, berada

pada daerah dengan tingkat kelerengan yang lebih tinggi dan berada dekat

dengan kawasan hutan.

Berdasarkan hasil pengelompokkan di atas terlihat bahwa sebagian besar

(50.12%) Kecamatan yang ada di Kabupaten Bombana berada di hirarki III dan

44.24% berada di hirarki II. Hanya 5.65% yang berada di Hirarki I. Jika dilihat

sebaran dari hirarki I maka terlihat bahwa pusat hirarki terletak di Kecamatan

Rumbia. Hal ini dapat dimengerti karena Rumbia merupakan ibukota dari

Kabupaten Bombana dimana sebagai pusat pemerintahan biasanya diikuti dengan

Page 97: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

85

berkumpulnya berbagai fasilitas dan pelayanan sosial. Lokasi yang terletak pada

poros Bombana-Kendari juga turut mempercepat perkembangan wilayah ini.

Selain itu, adanya aksesibilitas jalan yang baik, juga sangat menunjang

perkembangan wilayah ini.

Page 98: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

86

V. KESIMPULAN DAN SARAN.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada hasil penelitian maka kesimpulan dalam

penelitian ini adalah:

1. Secara umum, dari hasil keseluruhan klasifikasi daerah tertinggal di Kabupaten

Bombana dari 18 indikator maka di diperoleh tiga kategori yaitu Kecamatan

berpotensi maju, kecamatan agak tertinggal, dan kecamtan tertinggal.

Kecamatan yang termasuk kategori berpotensi maju yaitu Kecamatan Rumbia,

rumbia Tengah, Poleang, Poleang Timur, Poleang Selatan, dan Rarowatu.

Kecamata yang masuk kategori agak tertinggal terdapat di daerah Kabaena

Barat, Poleang Utara, Rarowatu Utara, kecamatan Poleang Tenggara, Kabaena

Timur, Poleang Barat, Lantari Jaya. Sedangkan Kecamtan Tertinggal terdapat

di daerah Mata Usu, K. Masaloka Raya, Kabaena Selatan, Kabaena Utara,

Mata Oleo, dan Kecamatan Poleang Tengah.

2. Ketertinggalan wilayah tersebut disebabkan karena rendahnya nilai wilayah ini

dari beberapa variabel penilaian yang digunakan, antara lain jalan utama

kecamatan, lapangan usaha mayoritas penduduk, fasilitas pendidikan, fasilitas

kesehatan, tenaga kesehatan, sarana komunikasi, kepadatan penduduk per km2,

persentase rumah tangga listrik, persentase rumahtangga yang memiliki

aksesibilitas baik terhadap puskesmas, pasar permanen maupun pertokoan. Jika

dikaitkan dengan densitas jalan yang ada, kecamatan ini berada di wilayah

yang memiliki densitas jalan yang rendah dan berada pada bentuk lahan

(landform) yang datar hingga bergelombang dan berbukit..

Page 99: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

87

Dilahat Dari Analsisis Hirarki wilayah pada hiraki I dari 22 Kecamatan yang

berhirarki I di Kabupaten Bombana hanya terdapat 1 kecamatan yaitu Kecamatan

Rumbia Tengah yang merupakan pusat pelayanan utama. Sedang pada wilayah

hirarki 2 juga hanya terdapat 1 kecamatan yaitu Kecamatan Rumbia yang

merupakan sub pelayanan Utama. Secara keseluruhan, jumlah Kecamatan

berhirarki III adalah 19 Kecamatan yang menjadi pusat pelayanan penunjang.

B. Saran

Untuk memperkecil disparitas pembangunan yang ada, perlu upaya-upaya

pembangunan berbagai sarana dan prasarana, terutama dalam hal aksesibilitas di

tertinggal serta peningkatan mutu pendidikan baik berupa sarana ruang belajar,

sarana kesahatan maupun kesempatan mengikuti pendidikan bagi penduduk usia

sekolah.

Page 100: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

88

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Tinjauan

Kritis.P4Wpress. Bogor.

[BAPPENAS]. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.2005. Penentuan

Wilayah Tertinggal. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan

Tertinggal, BAPPENAS. www.kawasan.or.id [21 Mei 2016].

Barus, B dan Wiradisastra, US. 2000. Sistem Informasi Geografis Sarana

Manajemen Sumberdaya. Laboratorium Penginderaan Jauh dan

Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Kabaena Dalam

Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten Bombana

dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Kabaena Utara

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Kabaena Selatan

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Kabaena Barat

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Kabaena Timur

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Kabaena Tengah

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan R umbia Dalam

Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten Bombana

dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan M ata Oleo

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan K. M asaloka

Page 101: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

89

R aya Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan R umbia

Tengah Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA

Kabupaten Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan R arowatu

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan R arowatu

Utara Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Lan tar i Jaya

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan M ata Usu

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Po leang

T imur Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Po leang

Utara Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Po leang

Se latan Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA

Kabupaten Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan po leang

Tenggara Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA

Kabupaten Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Po leang

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Po leang

B ara t Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

Page 102: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

90

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Ton tonunu

Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA Kabupaten

Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. Kecamatan Po leang

Tengah Dalam Angka 2016. Bombana: Kerjasama BAPEDA

Kabupaten Bombana dengan BPS Kabupaten Bombana; 2016.

Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.

PT Pradnya Paramita. Jakarta.

David, F. R. 2002. Manajemen Startegi. Prehalindo. Jakarta.

Dulbahri. 2003. Sistem Informasi Geografis. Pelatihan Sistem Informasi

Geografis Tingkat Operator, Staf UPT Direktur Jenderal RLPS.

Kinnear, T.L and Tailor. 1991. Marketing Research: an applied approach.

Fourth edition. MC Graw Hill. USA.

Mubyarto. 2000. Pengembangan Wilayah, Pembangunan Perdesan, dan Otonomi

Daerah dalam Suhandojo.

Nachrowi, D. dan Suhandojo. 2001. Analisis Sumberdaya Manusia, Otonomi

Daerah dan Pengembangan Wilayah dalam Alkadri, Muchdie dan

Teknologi untuk Pengembangan Wilayah. BPPT. Jakarta.

Nugroho, I. dan Dahuri, R. 2004. Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi,

Sosial dan Lingkungan. Pustaka LP3ES. Jakarta.

Rencher, AC. 1996. Methods of Multivariate Analysis. A Wiley-Interscience

Publication John Wiley & Sons, INC. New York

Rustiadi, E., Saefulhakim, S., dan Panuju, DR. 2004. Diktat Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Santoso, J. 2004. Konsep Pengembangan Dan Penataan Ruang Wilayah Kota

Bercirikan Lokal. www.bktrn.org. [22 MEI 2016]

Tarigan, R. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Tika, Moh.Pabundu.,2005, Metode Penelitian Geografi, Bumi Aksara, Jakarta.

Todaro, MP. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Alih Bahasa Drs.

Hari Munandar,MS. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Triutomo, S . 2001. Pengembangan Wilayah Melalui Pembentukan Kawasan

Page 103: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

91

Pengembangan Ekonomi Terpadu dalam Alkadri,

Muchdie dan Suhandojo. 2001. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah.

Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk Pengembangan Wilayah.

BPPT. Jakarta.

.

Wanggai, V. V. 2004. Rencana Kerja Sub- Direktorat Kawasan Tertinggal.

Bappenas. Jakarta.

Zen, MT. 2001. Falsafah Dasar Pengembangan Wilayah : Memberdayakan

Manusia dalam Alkadri, Muchdie dan Suhandojo. 2001. Tiga Pilar

Pengembangan Wilayah. Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk

Pengembangan Wilayah. BPPT. Jakarta.

Zulfah, A. 2004. Optimasi Struktur Keterkaitan Antara Pola Spasial Agroindustri

Dengan Penggunaan Lahan (Studi Kasus Kabupaten Bogor dan Kota

Depok) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Page 104: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

92

Page 105: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

93

Page 106: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

94

Tabel 1 Hasil Penghitungan Zscore

No. Kecamatan Zscore

Perdagangan

Zscore

Air Bersih

Zscore

listrik

Zscore

Pend.Miskin

Zscorre

Luas jalan

Zscore

Aksesibilitas

Zscore

SDM

Zscore

Pendidikan

Zscore

Kesehatan

1 Kabaena 8.203422 1.765294 4.081556 8.919207 2.606539 0.856181 6.942373 6.423641 3.434014

2 Kabaena utara 8.633592 1.970714 4.235678 -1.18934 1.693068 0.873967 4.172266 5.504336 3.611576

3 Kabaena

selatan

6.591889 1.564985 1.896738 5.65147 3.56236 0.94526 19.40586 5.33745 3.292523

4 Kabaena barat 15.08288 1.876736 8.619415 -1.8103 4.516208 0.901761 18.69041 5.903806 3.421971

5 Kabaena timur 13.02096 1.522911 2.246128 -1.61168 1.893596 0.88012 1.973027 6.00245 3.040818

6 Kabaena tengah

7.911987 1.962357 3.69394 4.218881 2.264498 0.923738 819.0331 4.994971 4.47724

7 Rumbia 17.77115 1.736937 2.362204 -1.0379 1.685854 1.428869 41.38441 6.607159 2.684377

8 Mata oleo 11.60833 1.74321 3.802681 -1.1701 1.558711 1.065779 6.158165 5.253351 3.941204

9 K. Masaloka

raya

7.644008 2.977951 3.621186 5.14687 1.414214 0.912555 4.470061 5.33745 3.60317

10 Rumbia

tengah

15.03472 1.732051 2.271553 -1.30429 2.655467 1.166424 38.55139 7.160941 3.611576

11 Rarowatu 12.44445 2.519559 2.178463 -1.35369 1.950502 1.409345 118.4293 5.060282 2.738613

1 2 Rarowatu

utara

15.44052 1.732051 2.902004 -1.93318 2.770744 1.81571 88.5271 5.454545 4.244373

13 Lantari jaya 13.07312 1.732051 2.284482 -0.93473 2.15166 1.306395 3.851613 4.996225 5.173965

14 Mata usu 5.412057 2.674686 3.199963 5.064944 1.414214 0.9586 53.50206 4.541585 3.638034

15 Poleang timur 19.80489 1.740713 3.616469 -1.4286 2.14971 0.993106 91.67844 7.79487 2.899668

16 Poleang utara 13.06859 4.46914 3.84889 -1.21512 15.68929 1.337665 2.945629 6.811248 3.340022

17 Poleang

selatan

11.46029 1.525624 3.432363 -1.61814 1.414214 0.939779 6.732941 6.864065 3.455474

18 Poleang

tenggara

8.33416 1.823405 3.51245 2.883417 1.414214 0.925203 14.45647 6.324937 4.445004

19 Poleang 17.22784 1.766003 4.256704 -0.50763 4.091776 0.844019 43.72399 6.247809 3.218121

20 Poleang barat 18.84326 2.06884 2.500688 -0.92339 2.013856 0.878008 68.81567 5.46504 3.26365

21 Tontonunu 9.144925 3.567898 3.531774 -1.09099 1.485483 0.950105 5.06607 8.494918 3.762883

22 Poleang

tengah

8.247729 1.936391 4.894746 4.334726 1.583431 0.93151 12.03597 10.21721 3.503245

Page 107: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

95

Tabel 2. Hasil Penghitungan Indeks Komposit

No. Kecamatan Ik

Perdagangan

Ik

air bersih Ik listrik

Ik

pend. miskin

Iki

luas jalan

Iki

aksesibilitas

Iki

SDM

Ik

Pendidikan

Ik

kesehatan

1 Kabaena -20.0984 -40.4252 -11.2161 803.6206 2.411048 16.6099 -1.58008 -3.59724 -8.58504

2 Kabaena utara -26.5915 -0.54392 -13.3424 -0.12084 1.608415 19.92646 -1.06768 -3.46773 -10.8347

3 Kabaena selatan -11.3051 -35.2122 -5.12119 518.2398 1.813241 20.79572 -2060.35 -1.86811 -5.76192

4 Kabaena barat -140.422 -36.7959 -19.687 -0.36061 3.330703 17.13346 -1842.91 -6.40563 -14.5434

5 Kabaena timur -77.9304 -10.3381 -2.34699 -0.29558 2.242964 14.60999 -0.61381 -4.20172 -13.6837

6 Kabaena tengah -20.2151 -51.6591 -11.6692 391.0902 2.858929 21.43073 -159548 -3.14683 -17.909

7 Rumbia -187.219 -41.7746 -0.61587 -0.29861 0.758635 2.000417 -2880.35 -3.23751 -9.39532

8 Mata oleo -64.194 -12.5242 -19.0286 -0.21518 0.619588 6.820985 -1.35295 -2.57414 -25.6178

9 K. Masaloka

raya

-17.3901 -60.4524 -8.82121 405.0587 0.187383 5.201564 -0.94452 -1.86811 -9.90872

10 Rumbia tengah -111.558 -0.04456 -1.29809 -0.17334 0.859044 2.332847 -2621.49 -3.75949 -10.8347

11 Rarowatu -64.4622 -80.4999 -0.65066 -0.18315 1.238569 4.791774 -22252.9 -3.18798 -8.21584

1 2 Rarowatu utara -149.696 -0.06118 -1.30214 -0.36093 2.105766 6.899699 -14969.9 -3.81818 -14.8553

13 Lantari jaya -79.1577 -0.08846 -4.25889 -0.16806 2.183935 6.270694 -0.97908 -3.14762 -14.2284

14 Mata usu -6.44035 -19.3915 -8.7839 230.4549 4.242641 32.97585 -21.5292 -1.4306 -16.3712

15 Poleang timur -219.735 -14.1963 -0.35005 -0.35029 4.245676 11.71865 -15026.1 -8.45743 -10.8738

16 Poleang utara -87.821 -174.994 -2.5346 -0.34813 10.9825 10.30002 -0.65422 -7.3902 -15.8651

17 Poleang selatan -55.7543 -7.60535 -2.87679 -0.29094 0.989949 15.03647 -1.38497 -4.80485 -13.8219

18 Poleang

tenggara

-22.1689 -41.8927 -9.68382 277.0963 0.848528 16.46861 -5.77536 -2.87785 -15.5575

19 Poleang -202.599 -10.1246 -9.14131 -0.19528 14.21892 15.52995 -5032.63 -7.21622 -18.5042

20 Poleang barat -260.508 -6.45447 -3.34449 -0.29881 5.261198 18.78938 -12104.7 -6.12085 -17.9501

21 Tontonunu -32.6474 -126.928 -12.0893 -0.15307 4.029372 12.16135 -1.91092 -5.3518 -15.0515

22 Poleang tengah -22.2276 -42.6974 -14.4346 380.5889 2.177217 15.83568 -2.55524 -5.00643 -7.8823

Page 108: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

96

Tabel 4. Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan

Kabupaten Bombana Dari Tahun 2010-2015.

No. Kecamatan

Jumlah penduduk

(Jiwa) Laju

pertumbuhan

penduduk(%) 2014 2015

1 Kabaena 3.264 3.368 3,19

2 Kabaena utara 4.205 4.339 3,19

3 Kabaena selatan 2.986 3.082 3,22

4 Kabaena barat 8.584 8.857 3,18

5 Kabaena timur 7.634 7.877 3,18

6 Kabaena tengah 3.939 4.064 3,17

7 Rumbia 12.269 12.661 3,20

8 Mata oleo 6.979 7.201 3,18

9 K. Masaloka raya 3.413 3.522 3,19

10 Rumbia tengah 7.282 7.514 3,19

11 Rarowatu 7.131 7.358 3,18

1 2 Rarowatu utara 8.428 8.697 3,19

13 Lantari jaya 8.614 8.888 3,18

14 Mata usu 1.448 1.494 3,18

15 Poleang timur 10.435 10.768 3,19

16 Poleang utara 11.975 12.357 3,19

17 Poleang selatan 7.564 7.806 3,20

18 Poleang tenggara 4.300 4.437 3,19

19 Poleang 16.356 16.877 3,19

20 Poleang barat 12.910 13.321 3,18

21 Tontonunu 6.016 6.208 3,19

22 Poleang tengah 3.986 4.113 3,19

Jumlah 159.718 164.809 3.19%

Sumber / Source : Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010 / Projected Sensus

Result, 2010

Page 109: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

97

Tabel 5. Jumalah Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

Kabupaten Bombana Dari Tahun 2010-2015

No. Kecamatan Luas

(Km²)

Penduduk (Jiwa) Kepadatan

Penduduk (Jiwa/Km²)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Kabaena 103,57 1.611 1.757 3.368 33

2. Kabaena utara 132,97 2.204 2.135 4.339 33

3. Kabaena selatan 129,2 1.411 1.671 3.082 24

4 Kabaena barat 39,43 4.245 4.612 8.857 225

5 Kabaena timur 121,25 3.759 4.118 7.877 65

6 Kabaena tengah 275,58 1.985 2.079 4.064 15

7 Rumbia 58,99 6.385 6.276 12.661 215

8 Mata oleo 108,53 3.491 3.710 7. 201 66

9 K. Masaloka raya 2,66 1.767 1.755 3.522 1.324

10 Rumbia tengah 21,11 3.787 3.727 7.514 356

11 Rarowatu 166,81 3.819 3.539 7.358 44

12 Rarowatu utara 239,4 5.122 3.575 8.679 36

13 Lantari jaya 285,01 4.726 4.162 8.888 31

14 Mata usu 456,17 831 663 1.494 3

15 Poleang timur 101,55 5.361 5.407 10.768 106

16 Poleang utara 237,27 6.335 6.022 12.357 52

17 Poleang selatan 89,88 3.861 3.945 7.806 87

18 Poleang tenggara 133,51 2.212 2.225 4.437 33

19 Poleang 115,39 8.181 8.696 16.877 146

20 Poleang barat 325,05 6.759 6.562 13.321 41

21 Tontonunu 131,14 3.281 2.927 6. 208 47

22 Poleang tengah 41,69 2.058 2.055 4.113 99

Jumlah 3.316,16 83.191 81.618 164.809 50

Sumber / Source : Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010 / Projected Sensus

Result, 2010

Page 110: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

98

Tabel 6. Jumlah Sekolah Menrut Kecamatan Kabupaten Bombana Kecamatan

(1)

SMAN

(2)

MAN

(3)

SMKN

(4)

MTSN

(5)

SMPN

(6)

SDN

(7)

MIN

(8)

TK

(9)

1. Kabaena - 1 - 2 2 6 - 5

2. Kabaena utara - - 1 1 2 8 - 6

3. Kabaena selatan - - 1 - 1 4 - 4

4. Kabaena barat 1 1 1 1 4 13 - 10

5. Kabaena timur 1 1 - 1 1 8 1 7

6. Kabaena tengah 1 - - 3 9 - 5

7. Rumbia 1 1 - - 2 6 1 3

8. Mata oleo 1 - - - 3 7 - 3

9. K. Masaloka raya 1 - - - 1 4 - 4

10. Rumbia tengah - 1 1 1 1 5 1 5

11. Rarowatu 1 - - - 2 8 - 7

12. Rarowatu utara - 1 1 3 6 - 9

13. Lantari jaya 1 - - 1 1 9 - 6

14. Mata usu - - 1 - 4 - 4

15. Poleang timur 1 2 1 4 3 8 1 11

10. Poleang utara 2 1 - 1 4 11 2 10

11. Poleang selatan 1 1 - 3 1 8 1 5

12. Poleang tenggara 1 - - 1 2 5 - 4

13. Poleang 2 1 1 2 3 12 - 12

14. Poleang barat 1 - - - 4 14 2 11

15. Tontonunu 2 - - 2 1 5 3 5

16. Poleang tengah 2 - 1 2 1 3 1 4

Jumlah 20 10 8 24 45 163 13 140

Sumber / Source : Masing-Masing Sekolah se-Kab. Bombana.

Page 111: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

99

Tabel 7. Sarana Kesehatan Di Kabupaten Bombana

Kecamatan

(1)

RUMAH SAKIT

(2)

RUMAH BERSALIN

(3)

PUSKESMAS (4)

POSYANDU (5)

KLINIK (6)

POLINDES (7)

Kabaena - 1 1 7 - 1

Kabaena utara - 1 - 8 2 1

Kabaena selatan - - 1 5 - 1

Kabaena barat - 1 2 12 1 1

Kabaena timur - 1 1 14 1 1

Kabaena tengah - 3 8 1 4

Rumbia - 1 - 12 - 1

Mata oleo - 1 - 15 2 8

K. Masaloka raya - 1 - 7 3 -

Rumbia tengah 1 - 1 8 2 -

Rarowatu - - - 10 2 -

Rarowatu utara - - 1 8 2 3

Lantari jaya - 1 2 5 - 3

Mata usu - 1 1 12 3 1

Poleang timur - 1 - 12 2 -

Poleang utara - 1 - 13 5 -

Poleang selatan - 1 1 11 3 -

Poleang tenggara - 1 2 8 2 1

Poleang - 1 1 17 3 1

Poleang barat - 1 2 16 3 -

Tontonunu - 1 1 10 - 4

Poleang tengah - - 1 6 2 -

Jumlah 1 16 21 224 39 31

Sumber/source: Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Bombana.

Page 112: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

100

Tabel 8. Sarana Perdagangan di Kabupaten Bombana

Kecamatan

(1)

Pasar

Umum

(2)

Pertokoan

(3)

Warung/

Kios

(4)

Restoran

(5)

Hotel

(6)

1. Kabaena - 4 65 1 -

2. Kabaena utara - - 86 2 -

3. Kabaena selatan 2 - 47 - -

4. Kabaena barat 1 - 259 3 3

5. Kabaena timur 4 - 157 7 3

6. Kabaena tengah 1 - 71 1 -

7. Rumbia - - 270 17 14

8. Mata oleo 3 - 154 1 -

9. K. Masaloka raya - - 62 3 -

10. Rumbia tengah 1 - 189 12 10

11. Rarowatu 2 6 133 7 -

12. Rarowatu utara 2 - 269 6 -

13. Lantari jaya 2 3 159 9 -

14. Mata usu 1 - 33 - -

15. Poleang timur 2 33 266 15 1

16. Poleang utara 2 - 184 6 -

17. Poleang selatan 1 - 130 7 1

18. Poleang tenggara 4 - 72 - -

19. Poleang 3 2 323 5 3

20. Poleang barat 3 12 377 3 -

21. Tontonunu 1 - 101 - -

22. Poleang tengah 2 - 74 - 1

jumlah 37 60 3.481 98 38

Sumber: Bombana Dalam Angka 2015

Page 113: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

101

Tabel 9. Persentase Kecamatan dengan jenis permukaan jalan utama terluas

aspal/beton.

Kecamatan Aspal Tidak Diaspal Lainnya

1. Kabaena 14,00 23,00 -

2. Kabaena utara 4,32 33,68 -

3. Kabaena selatan 3,00 12,00 5,36

4. Kabaena barat 11,04 14,46 4,00

5. Kabaena timur 8,26 38,92 0,20

6. Kabaena tengah 14,34 36,16 -

7. Rumbia 16,00 2,00 -

8. Mata oleo 1,00 14,90 -

9. K. Masaloka raya - - 5,30

10. Rumbia tengah 7,84 5,10 -

11. Rarowatu 20,40 5,00 -

12. Rarowatu utara 13,40 17,00 -

13. Lantari jaya 30,30 - 10,30

14. Mata usu - 120,00 -

15. Poleang timur 20,00 59,00 -

16. Poleang utara 9,80 7,70 10,50

17. Poleang selatan 28 - -

18. Poleang tenggara - 24,00 -

19. Poleang 39,00 77,00 23,00

20. Poleang barat 22,50 82,00 -

21. Tontonunu 3,50 105,00 -

22. Poleang tengah 4,00 51,00 -

jumlah

Sumber: Bombana Dalam Angka 2015

Page 114: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

102

Tabel 10. Jumlah Rumahtangga menurut pengguna sumber air

Kecamatan

(1)

PAM/

ledeng

Sumur/

Perigi Mata Air Air Sungai

1. Kabaena - 13 903 -

2. Kabaena utara - 10 - 1.040

3. Kabaena selatan 24 876 -

4. Kabaena barat - 1.254 738 45

5. Kabaena timur 270 1.536 -

6. Kabaena tengah - 96 957 -

7. Rumbia 960 1.016 1.014 -

8. Mata oleo - 286 1.382 -

9. K. Masaloka raya - 441 371 -

10. Rumbia tengah - - 1.029 -

11. Rarowatu 213 93 966 6

12. Rarowatu utara - 1.413 - -

13. Lantari jaya - 2.043 - -

14. Mata usu 98 172 20

15. Poleang timur 1.219 - 325 -

16. Poleang utara 741 1.246 435 389

17. Poleang selatan - 1.403 198

18. Poleang tenggara - 884 - 35

19. Poleang - 226 3.323 -

20. Poleang barat 1.794 109 - 14

21. Tontonunu 287 80 858 198

22. Poleang tengah 72 810 - -

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2015

Page 115: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

103

Tabel 11. Persentase Rumahtangga Pengguna Listrik

Kecamatan

PLN

Non PLN

Minyak tanah

Tenaga Tata

Surya Diesel sendiri

Usaha perorang

an

Koperasi/ usaha

patungan

1. Kabaena 544 189 - - 66 117

2. Kabaena utara - 19 - 562 317 152

3. Kabaena selatan 763 135 2

4. Kabaena barat 1.344 67 126 158 213 196

5. Kabaena timur 1.302 - - - 347 -

6. Kabaena tengah - - 30 616 30 377

7. Rumbia 2.906 - - - 83 1

8. Mata oleo - 20 - 900 670 78

9. K. Masaloka raya - 62 512 7 231

10. Rumbia tengah 1.485 - - 1 188 -

11. Rarowatu 1.560 - - - 98

12. Rarowatu utara 1.568 15 - - 120 13

13. Lantari jaya 1.423 - 540 80

14. Mata usu - - 282 - 633 -

15. Poleang timur 2.264 20 - - 10 -

16. Poleang utara 2.509 12 - 88 117 -

17. Poleang selatan 1.379 38 - - 192 48

18. Poleang tenggara 624 6 - 134 135 20

19. Poleang 2.836 35 98 - 400 180

20. Poleang barat 1.810 39 - - 405 -

21. Tontonunu 592 - - - 549 -

22. Poleang tengah 404 - 190 30 359 -

Jumlah

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2015.

Page 116: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

104

Tabel 12. Aksesebilitas Yang Terdapat Di kabupaten Bombana

Kecamatan

(1)

Ibukota

Kecamatan ke

pusat pelayanan

Km

Ibukota

Kecamatan ke

pusat

pendidikan

Km

Ibukota

Kecamatan Ke

kantor

kabupaten

Km

1. Kabaena 1 2 94

2. Kabaena utara 3 2 109

3. Kabaena selatan 4 6 100

4. Kabaena barat 2 4 89

5. Kabaena timur 2 2 79

6. Kabaena tengah 3 6 107

7. Rumbia 1 1 5

8. Mata oleo 2 3 27

9. K. Masaloka raya 1 1 26,5

10. Rumbia tengah 1 1 8

11. Rarowatu 4 1 12

12. Rarowatu utara 3 4 12

13. Lantari jaya 3 3 18

14. Mata usu 8 9 155

15. Poleang timur 4 3 52

16. Poleang utara 5 5 28,5

17. Poleang selatan 3 4 73

18. Poleang tenggara 5 2 82

19. Poleang 1 1 90

20. Poleang barat 2 3 102

21. Tontonunu 3 3 58

22. Poleang tengah 3 4 78

jumlah

Sumber: Bombana Dalam Angka 2015.

Page 117: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

105

Tabel 13. Persentase penduduk miskin

Kecamatan

(1)

Pra

Sejahtera

Keluarga Sejahtera Jumlah

I II III III+

1. Kabaena 217 216 257 186 25 901

2. Kabaena utara 438 347 193 38 - 1.016

3. Kabaena selatan 279 339 236 63 - 917

4. Kabaena barat 610 570 520 254 38 1.992

5. Kabaena timur 707 389 422 316 - 1.834

6. Kabaena tengah 256 474 190 7 - 927

7. Rumbia 222 339 1.167 1.021 128 2.877

8. Mata oleo 852 595 263 128 1 1.839

9. K. Masaloka raya 337 258 88 104 - 787

10. Rumbia tengah 425 559 232 109 4 1.329

11. Rarowatu 147 250 600 346 10 1.353

12. Rarowatu utara 436 514 518 399 - 1.867

13. Lantari jaya 868 781 123 26 - 1.798

14. Mata usu 126 124 189 16 - 455

15. Poleang timur 895 739 639 174 5 2.452

16. Poleang utara 585 597 1.015 666 2 2.865

17. Poleang selatan 541 492 537 180 12 1.798

18. Poleang tenggara 717 135 87 15 7 961

19. Poleang 1.030 1.494 1.066 242 15 3.847

20. Poleang barat 992 1. 295 783 166 - 3. 236

21. Tontonunu 638 507 238 20 - 1.403

22. Poleang tengah 431 281 142 24 - 878

Jumlah 11.749 11. 295 11. 295 4.500 247 37.332

Sumber: Bombana Dalam Angka 2015.

Page 118: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

106

Tabel 14. Persentase pendapatan perkapita perkapita

Lapangan Usaha 2014 2015

Pertanian. 1.260.780,79 1.372.804,63

Pertambangan dan Penggalian 1.159.450,72 1.356.951,23

Industry pengelolaan 218.976,11 244.929,08

Pengadaan Listrik dan Gas 419,47 476,88

Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah

dan Limbah.

5.367,92 6.276,27

Konstruksi 316.577,14 398.591,37

Perdagangan Eceran; Reparasi Mobil 474.666,39 532.146,32

Transportasi dan Pergudangan 23.122,41 25.789,64

Penyedian Akomodasi Dan Makan

Minum

15.854,90 19.241,22

Informisi dan Komunikasi 27.953,21 29.536,95

Jasa Keungan dan Akutansi 39.099,36 43.989,71

Real Estate 59.604,52 65.468,55

Jasa Perusahaan 482,62 563,23

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan Dan Jaminan Social Wajib

171.812,13 183.231,69

Jasa Pendidikan 162.527,02 193.951,38

Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Lainnya 32.045,53 36.548,37

18. Jasa Lainnya 17.209,77 19.597,86

PDRB / GRDP 3.985.950,01 4.530.094,39

Ket / Exp :Angka Sementara / Temporary Number

**) Angka Sangat Sementara / Most Temporary Number.

Page 119: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

107

Tabel 15. Sumber Daya Manusia di Kabupaten Bombana.

Kecamatan

(1)

Rata-rata lama

sekeolah

(2)

Angka melek huruf

(3)

1. Kabaena 1.157 1.119

2. Kabaena utara 1.346 1.213

3. Kabaena selatan 1.713 1060

4. Kabaena barat 1.018 985

5. Kabaena timur 1.995 1.116

6. Kabaena tengah 975 973

7. Rumbia 398 298

8. Mata oleo 1.076 1.121

9. K. Masaloka raya 1.096 1.017

10. Rumbia tengah 395 285

11. Rarowatu 984 895

12. Rarowatu utara 910 781

13. Lantari jaya 1.348 1.194

14. Mata usu 2.013 2.013

15. Poleang timur 876 763

16. Poleang utara 1.010 1.211

17. Poleang selatan 1.045 1.012

18. Poleang tenggara 2.011 1.984

19. Poleang 698 453

20. Poleang barat 995 764

21. Tontonunu 1.984 1.788

22. Poleang tengah 1.067 1.056

Jumlah

Sumber: Bombana Dalam Angka 2016.

Page 120: ANALISIS SPASIAL DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1I112006_sitedi_SKRIPSI ANDI... · Kata Kunci :Anslisis Spasial, Daerah Tertinggal, Parameter.

108

Tabel 16. Kriteria Kemampuan Keuangan Daerah.

Jenis Pendapatan 2014 2015

A. Pendapatan.

1. Pendapatan Asli Daerah 35.149.036.230 14.366.451.289

a. Pajak Daerah 5.519.851.682 4.350.688.747

b. Restribusi Daerah 10.433.466.194 6.084.458.764

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Yang Dipisahkan.

11.929.649.634 -

d. Lain-lain PAD 7.266.068.720 3.931.303.778

2. Dana Perimbangan. 529.546.505.59

375.110.133.390

a. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 37.739.437.599 39.398.640.218

b. Dana Alokasi Umum 414.006.948.000 306.397.092.172

c. Dana Alokasi Khusus 77.800.120.000 29.314.401.000

d. Dana AD HOC (Penyesuaian Gaji) - -

e. DBH Pajak Dari Provinsi - -

f. DBH Lainnya Dari Provinsi - -

3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah

73.268.444.420

99.776.237.066

a. Pendapatan Hibah - -

b. Dana Darurat 9.554.392.420 7.760.591.266

c. Dana Penyesuaian Infrastruktur 61.494.052.000 89.938.964.400

d. Bantuan Keuangan dari Provinsi 2.220.000.000 1.995.000.000

e. Dana Penyesuaian dan Otonomi - -

f. Lain-lain Pendapatan Yang Sah - 81.681.400

Jumlah Pendapatan 637.963.986.249 489.252.821.745.