ANALISIS SEMIOTIKA FOTO KEGIATAN ADAT LAMPUNG DI …digilib.unila.ac.id/55586/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS SEMIOTIKA FOTO KEGIATAN ADAT LAMPUNG DI …digilib.unila.ac.id/55586/3/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS SEMIOTIKA FOTO KEGIATAN ADAT LAMPUNG DI
(Studi pada Akun Instagram Periode Januari Hingga Agustus 2018)
Skripsi
Oleh
Maria Ulfa
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
Oleh
Maria Ulfa
Instagram merupakan salah satu media sosial yang dapat ikut berperan secara aktif
dalam penyebaran informasi mengenai kegiatan adat Lampung. Selain karena
peminat serta pengguna yang banyak, aplikasi ini dianggap mudah dalam
aksesnya serta memiliki banyak fitur yang menarik. Disamping itu, internet sudah
menjadi suatu kebutuhan bagi sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu, peneliti
ingin mengkaji lebih dalam melalui Analisis Semiotika. Menurut Saussure, tanda
(sign) adalah suatu bentukpenanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda
(signified). Dengan kata lain,penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau
“coretan yang bermakna”. Hasil dari penelitian ini adalah dari 9 foto yang diteliti
secara keseluruhan merupakan gambaran tanpa dibutuhkan suatu kode tertentu,
karena diakui foto tersebut merupakan kenyataan, sehingga tak ada ruang untuk
mempersoalkan antara hubungan foto dan realitas. Dalam hal ini peneliti diyakini
oleh bukti (yaitu foto itu sendiri) serta sudah ada orang (yaitu
fotografer/masyarakat) yang melihat peristiwa yang dipresentasikan dalam foto
tersebut.
Kata kunci: Foto, Instagram, Budaya Lampung, Semiotika
Analisis Semiotika Foto Kegiatan Adat Lampung Di Instagram
(Studi Pada Akun Instagram Periode Januari Hingga Agustus 2018)
ABSTRACT
Semiotic Analysis Of Photos Of Lampung Traditional Activities On Instagram
(Study On Instagram Accounts From January to August 2018)
By
Maria Ulfa
Instagram is one of the social media that can play an active role in disseminating
information about Lampung traditional activities. Apart from being interested in
and having many users, this application is considered easy to access and has
many interesting features. Besides that, the internet has become a necessity for
most people. Therefore, researchers want to examine more deeply through
Semiotic Analysis. According to Saussure, a sign (sign) is a form of marker
(signifier) with an idea or sign (signified). In other words, markers are
"meaningful sounds" or "meaningful streaks". The results of this study are that of
the 9 photos studied in their entirety they are a picture without the need for a
particular code, because it is recognized that the photo is a reality, so there is no
room for questioning between the relationship of photos and reality. In this case
the researcher is believed by the evidence (i.e. the photo itself) and there is
already a person (ie photographer / community) who sees the event presented in
the photo.
Keywords: Photos, Instagram, Lampung Culture, Semiotics
ANALISIS SEMIOTIKA FOTO KEGIATAN ADAT LAMPUNG DI
(Studi pada Akun Instagram Periode Januari Hingga Agustus 2018)
Oleh
Maria Ulfa
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Penulis bernama Maria Ulfa, lahir di Surakarta pada
25 Mei 1996, merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Penulis pernah menempuh pendidikan
formal di SD N 1 Sidoharjo, Pringsewu dan lulus
pada tahun 2008. Selanjutnya penulis menempuh
pendidikan SMP N 3 Pringsewu dan lulus tahun 2011.
Kemudian melanjutkan pendidikan SMA N 1
Pringsewu yang selesai di tahun 2014. Salama di SMA, penulis sempat aktif
menjadi anggota di English Club dan mengikuti beberapa perlombaan drama
dalam bahasa inggris yang diadakan oleh Unila.
Ditahun yang sama, dengan bangga penulis terdaftar sebagai Mahasiswa
JurusanIlmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN. Selagi menempuh pendidikan di bangku
kuliah, pengaplikasian ilmu yang didapat penulis juga dituangkan dalam Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di Kantor KOMINFO, Kabupaten Lampung Tengah pada
periode Oktober-Desember2017.
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
“Kamu nyaris bisa mencapai apapun yang kamu inginkan kalau kamu setengah
mati menginginkannya”
(Joe Girard)
“If you’re tired of doing something for yourself, try to do it for someone else”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya yang penuh dengan cerita ini untuk kedua orang tua tercinta Ibuku
Suparti dan Ayahku Parminto. Untuk kakakku Dewi Wulandari, keluarga besarku, serta
seluruh sahabatku yang selalu mendukungku.
SANWACANA
Puji syukur Kehadirat Allah yang Maha Esa, karena atas limpahan Rahmat-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisis
Semiotika Foto Kegiatan Adat Lampung Di Instagram”sebagai salah satu
persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini jauh dari kata
sempurna dan tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun,
penulis berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan Skripsi ini dengan
kemampuan dan pengetahuan yangn penulis miliki, serta berkat bantuan dari
berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Dan dalam kesempatan
ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman yang luar biasa sehingga
penulis diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
2. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
3. Ibu Dhanik S. S.Sos, M.Comn dan Media St, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Lampung.
4. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si selaku Pembimbing Akademik.
Terimakasih atas semua saran-saran yang membangun serta kebaikan dan
keramahan ibu selama menjadi dosen pembimbing akademik penulis.
5. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing.
Terimakasih atas bimbingannya selama ini, selalu sabar dan ramah dalam
membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas
semua ilmu yang luar biasa yang selalu ibu berikan kepada saya.
6. Bapak Drs. Teguh Budi R, M.Si, selaku Dosen Pembahas saya,
terimakasih atas kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik yang
berguna untuk menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semua ilmu
yang bapak berikan sangat bermanfaat untuk saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Untuk Bapak, Ibu Dosen, dan Staff Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP,
Universitas Lampung.
8. Kedua orang tua tercinta, terimakasih atas segala bentuk dukungan yang
ibu dan bapak berikan kepada Maria. Terimakasih untuk semua doa dan
dukungan kalian yang tidak pernah putus sehingga Maria selalu diberikan
kemudahan dan kebahagiaan melimpah di dunia ini. Kasih sayang kalian
selalu menjadi semangat Maria untuk selalu membuat kalian bahagia dan
bangga.
9. Kakak saya satu-satunya, Dewi Wulandari yang baik hati, terimakasih
untuk segala bentuk dukungan dan semangat yang kakak berikan.
10. Untuk yang selalu menemani, Fajar Kurniawan terimakasih telah menjadi
teman sejak awal pembuatan skripsi ini dan telah menjadi tempat
mengeluarkan segala keluh kesah.
11. Untuk Sahabatku Elfira Maharani, Resti Kurnia, Selda Rez, Mia Kartika,
Roro Arum, terimakasih telah menjadi keluarga dan mengajarkan banyak
pelajaran hidup tentang makna menghargai dan saling toleransi adanya
perbedaan.
12. Untuk Sahabatku Astra, Ayu, Muthia, Wisnu, Eka, Dennis dan keluarga
ku Ilmu Komunikasi 2014 Terima kasih untuk doa dan semangat yang
kalian berikan dan kebersamaan kita selama hampir 4 tahun ini. Semoga
kita akan selalu menjadi keluarga.
13. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung, terima kasih untuk segala
pembelajaran berharga di bangku perkuliahan yang telah membuatku
menjadi orang yang lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini bisa bermanfaat dan
memberikan keluasan ilmu bagi semua pihak yang telah membantu. Terima
kasih banyak untuk segala bentuk doa dan dukungan yang kalian berikan.
Bandar Lampung, 23 Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN Halaman
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 6
1.4 Kegunaan Penelitian..................................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu..................................................................... 8
2.2 Tinjauan Masyarakat Lampung .................................................................. 9
2.2.1 Masyarakat Sai Batin......................................................................... 10
2.2.2 Masyarakat Pepadun.......................................................................... 11
2.2.3 Falsafah Hidup Ulun Lampung......................................................... 13
2.3 Tinjauan Media Instagram........................................................................... 13
2.4 Tinjauan Foto............................................................................................... 17
2.4.1 Semiotik Gambar/Fotografi............................................................... 18
2.5 Tinjauan Budaya.......................................................................................... 20
2.5.1 Budaya Lampung............................................................................... 21
2.6 Tinjauan Semiotik........................................................................................ 23
2.6.1 Sejarah Semiotika............................................................................... 24
2.6.2 Konsep Dasar Semiotika.................................................................... 24
2.7. Landasan Teori............................................................................................ 29
2.7.1 Ferdinand De Saussure....................................................................... 29
2.8 Kerangka Pikir.............................................................................................. 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian............................................................................................... 33
3.2 Pendekatan Penelitian.................................................................................... 34
3.3 Metode Penelitian.......................................................................................... 34
3.4 Fokus Penelitian............................................................................................ 34
3.5 Penentuan Informan……………………………………………………….. 35
3.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 35
3.7 Teknik Analisis Data..................................................................................... 36
BAB IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Profil Instagram............................................................................................. 38
4.2 Kegiatan Adat Lampung............................................................................... 41
4.3 Profil Akun Instagram................................................................................... 46
4.3.1 @Selampung........................................................................................ 44
4.3.2 @Pesisirbarat_..................................................................................... 47
4.3.3 @Budayalampung................................................................................ 48
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 50
5.1.1 Profil Informan.................................................................................. 50
5.1.2 Profil Akun Instagram……………................................................... 51
5.1.3 Hasil Wawancara Dan Analisis Foto................................................. 51
5.2 Pembahasan................................................................................................. 97
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.................................................................................................. 102
6.2 Saran............................................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Matriks Penelitian Terdahulu......................................................................... 9
2. Hasil Wawancara Foto Nyenyappur Siger..................................................... 53
3. Analisis Foto Nyenyappur Siger.................................................................... 55
4. Hasil Wawancara Foto Kerajaan Sekala Brak............................................... 62
5. Analisis Foto Kerajaan Sekala Brak..... ........................................................ 63
6. Hasil Wawancara Foto Sekura Kamak.......................................................... 69
7. Analisis Foto Sekura Kamak.......................................................................... 69
8. Hasil Wawancara Foto Ngejalang.................................................................. 72
9. Analisis Foto Ngejalang................................................................................. 72
10. Hasil Wawancara Foto Lalamak Titi Kuya .................................................... 75
11. Analisis Foto Lalamak Titi Kuya.................................................................... 76
12. Hasil Wawancara Foto HUT Pesisir Barat...................................................... 82
13. Analisis Foto HUT Pesisir Barat..................................................................... 82
14. Hasil Wawancara Foto Sekura Betik............................................................... 85
15. Analisis Foto Sekura Betik............................................................................... 85
16. Hasil Wawancara Foto Pedang Alif................................................................. 88
17. Analisis Foto Pedang Alif................................................................................ 89
18. Hasil Wawancara Foto Tari Pedang Samang Begayut.................................... 92
19. Analisis Foto Tari Pedang Samang Begayut.................................................... 93
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Perubahan Logo Instagram............................................................................ 15
Gambar 2. Model Ferdinand De Saussure....................................................................... 31
Gambar 3. Kerangka Pikir............................................................................................... 31
Gambar 4. Tarian Nyenyappur Siger pada Acara Festival Krakatau 2018..................... 52
Gambar 5. Festival Sekala Bekhak V.............................................................................. 60
Gambar 6. Pesta Sekura (topeng) di Lampung Barat...................................................... 68
Gambar 7. Ziarah Kubur di Kabupaten Pesisir Barat...................................................... 71
Gambar 8. Prosesi Adat Syukuran Putra Mahkota.......................................................... 74
Gambar 9. Kumpulan Wanita Menenun Tapis pada HUT Pesisir Barat......................... 81
Gambar 10. Penampilan Para Sekura Kecah di Liwa...................................................... 84
Gambar 11. Proses Perhelatan Adat yang Diawali dengan Pedang Alif......................... 87
Gambar 12. Proses Pelaksanaan Tari Pedang Samang Begayut...................................... 91
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri dalam pewarisan budaya, Lampung memiliki sedikit
kendala. Mengingat, derasnya budaya asing yang makin marak berkembang,
pertambahan penduduk yang pesat serta proses perpindahan penduduk yang
tidak diimbangi dengan kesiapan penduduk lokal dalam mengantisipasi
fenomena. Masyarakat Lampung yang majemuk pun merupakan salah satu
faktor tergerusnya budaya lokal, karena banyaknya suku-suku yang mendiami
Lampung maka, pembauran budaya sulit dihindari. Seperti dalam Firman
Sujadi, (2012:22):
“...Sedangkan penduduk pendatang yang menetap di Lampung
sekitar 84%. Kelompok etnis terbesar adalah Jawa sebesar 30%,
Banten/Sunda sebesar 20%, Minangkabau sebesar 10% dan
Sumendo 12%. Kelompok etnis yang lainnya cukup banyak
jumlahnya adalah Bali, Batak, Bengkulu, Bugis, China, Ambon,
Aceh, Riau dan lain-lain..”
Dari hasil diatas menunjukkan data yang signifikan bahwa penduduk asli
Lampung hanya berjumlah 16%. Oleh karena itu dengan jumlah agen-agen
pewaris budaya lokal yang terbatas, dalam proses pelestariannya pun belum
dapat maksimal. Seperti tokoh adat serta penduduk asli Lampung yang
2
sekiranya memiliki peranan dalam mempertahankan budaya lokal yang kian
lama memudar.
Disamping agen budaya yang mempunyai andil dalam pewarisan budaya
Lampung, media pun dapat dijadikan wadah bagi masyarakat Lampung untuk
terus mempertahankan nilai-nilai leluhur. Saat ini ada berbagai macam
produk media, Tribun, Radar Lampung, Lampung Post merupakan contoh
dari produk media cetak yang cukup besar di Lampung. Selain itu koran-
koran daerah pun sudah mulai beragam, dari Harian Pilar, Fajar Sumatra,
Lampung Newspaper dan terbitan lainnya. Dari media elektronik sendiri,
Lampung memiliki Siger TV, Tegar TV dan Radar TV.
Namun disayangkan, TV Lokal yang mengandung hampir seluruhnya konten
budaya Lampung tidak cukup berkembang. Hal ini disebabkan dalam
perkembangannya, TV Lokal diaanggap “tidak tren” dikalangan remaja
khususnya anak muda. Kenyataan ini membuat diperlukannya media yang
mampu memasuki hingga lapisan-lapisan para pemuda. Karena anak muda
dianggap sebagai generasi-generasi penerus yang menentukan nasib budaya
Lampung kedepannya.
Media yang sudah ada dianggap belum efektif dalam mentransfer budaya
secara merata pada anak muda, khususnya generasi milinial. Selain karena
kurangnya minat masyarakat pada media Lokal, hadirnya media baru
membuktikan akan adanya pergeseran media lama. Saat ini, media baru
masih sangat digandrungi oleh banyak pemuda hampir diseluruh belahan
Indonesia.
3
Media baru atau kerap disebut New Media, erat kaitannya dengan
perkembangan era digital. Dimana, manusia tidak dapat dipisahkan oleh
internet. Hal inilah yang menyebabkan penyebaran budaya luar semakin
mudah dan bebasnya melanglangbuana pada setiap daerah di belahan
Indonesia maupun dunia. Disamping itu, New Media dapat dijadikan gerbang
masuk untuk para agen budaya dalam melaksanakan penyebaran budaya lokal
yang mulai hilang.
Kepopuleran istilah New Media dapat dilihat dari penggunaan internet yang
semakin meningkat tajam. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) telah mengumumkan data survei pengguna internet Indonesia 2017.
Pada tahun itu sebanyak 143,26 juta masyarakat Indonesia telah
menggunakan internet. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
mencapai 262 juta orang, maka penetrasi internet pada 2017 mencapai 54,68
persen.
Tingkat penetrasi ini meningkat jika dibandingkan dengan hasil survei yang
dilakukan APJII pada 2016, yakni hanya 132, 7 juta. http://www.apjii.or.id.
Dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini membuktikan
bahwa, kebutuhan akan internet khususnya di Indonesia sangat tinggi.
Salah satu produk New Media yang hingga saat ini berjaya adalah Media
Sosial, yang merupakan wadah bagi penggunanya untuk melakukan diskusi,
berbagi foto/video, informasi, data atau bahkan sekedar cerita pribadi.
Menurut Poster (dalam Denis McQuail, 2011:151) Internet menggabungkan
radio, film, dan televisi dan menyebarkannya melalui teknologi „tekan‟
4
(push). Fungsi dari Media Sosial ini pun dibagi menjadi kedalam beberapa
jenis yakni, jejaring sosial, blog, wikis, forum, sharing konten, microblogging
dan media sosial komersil seperti itunes.
Namun, disini penulis akan mengangkat salah satu jenis Media Sosial berupa
jejaring sosial yakni Instagram. Instagram merupakan jejaring sosial yang
memiliki keunikan serta karakteristiknya sendiri sehingga ramai diminati
penggunanya. Instagram berhasil meraih kepopuleran tak lain karena
kebiasaan masyarakat sekarang yang cenderung narsis.
Berbagai fitur yang ditawarkan membuat para penggunanya selalu penasaran
untuk terus mengakses Instagram. Misalnya seperti, Instagram stories, siaran
langsung, foto, video. Serta fitur yang tak kalah diminati lainnya yakni
Stickers dan Boomerang. Selain karena fitur Instagram lebih lengkap,
kemudahan dalam mengakses fitur pun bisa menjadi alasan kuat. Hal inilah
yang membuat para pengguna nya dapat dengan bebas berbagi ide, cerita,
pikiran atau bahkan kegiatan berupa foto dan video pada Instagram.
Intensitas Online pada platform Instagram para pemuda Indonesia, khususnya
Lampung membuktikan bahwa, Instagram cukup “populer” dikalangan
masyarakat. Mengingat tidak hanya berbagi foto/video, Instagram diaangap
sebagai ladang bisnis yang besar untuk para produsen. Seperti yang dilansir
pada TEMPO.CO (Rabu, 26 Juli 2017 16.00 WIB):
“Instagram baru saja membeberkan data internalnya perihal
pengguna di Indonesia. Tak kurang dari 45 juta orang Indonesia
ternyata menggunakan media sosial ini secara aktif, serta tercatat
sebagai pembuat konten Instagram Story terbanyak di dunia.”
5
Selain itu, data pendukung lainnya membuktikan dengan hasil survei
WeAreSocial.net dan Hootsuite, Instagram merupakan platform media sosial
dengan jumlah pengguna ke tujuh di dunia. Dengan total pengguna di dunia
mencapai angka 800 juta pada Januari 2018. (Dikutip dari:
http://databoks.katadata.co.id )
Melalui Instagramlah Agen budaya dapat berperan dalam penyebaran
informasi mengenai kearifan lokal budaya Lampung. Mengingat, penyebaran
arus informasi melalui internet khususnya Instagram sangat cepat dan mudah
dalam aksesnya. Sehingga, kemungkinan hal ini dapat berjalan efektif untuk
tetap menjaga serta melestarikan berbagai kegiatan adat budaya Lampung.
Foto merupakan alat utama dalam mendukung penyebaran budaya Lampung.
Melalui postingan foto yang diunggah dapat dijadikan gambaran yang jelas
mengenai kegiatan, prosesi, maupun ritual adat budaya Lampung. Foto
sendiri merupakan salah satu bentuk dari simbol yang sengaja diciptakan oleh
manusia. Sebagai pembuat simbol, manusia dengan bebas membuat sudut
pandang nya sendiri. Sedangkan, caption atau keterangan pada foto dapat
dijadikan acuan dalam menginterpretasikan makna yang terkandung
didalamnya.
Berkaitan dengan foto sebagai objek penelitian, maka pada penelitian ini
peneliti menggunakan Analisis Semiotika. Yakni metode untuk menggali
lebih detail mengenai tanda dan makna. Seperti yang dikatakan oleh Roland
Barthes bahwa, kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang
6
berbeda pada orang yang berbeda situasinya. (Krisyantono, 2009: 270).
Begitu pula, pada hubungan antara postingan foto dan keterangannya.
Dari berbagai alasan diatas, maka penulis ingin meninjau lebih jauh mengenai
foto-foto budaya Lampung yang berada pada Instagram melalui Analisis
Semiotika. Harapan penulis untuk dapat secara lebih detail mencari makna
dari sebuat simbol foto serta caption atau keterangan foto. Seperti yang
diketahui, bahwa budaya Lampung sangat beragam dengan jenis tarian serta
ritual adat didalamnya, tentu hal ini akan menjadi kajian yang menarik serta
mendidik.
Akun Instagram yang akan penulis kaji dipilih menurut konten yang erat
kaitannya dengan penyebaran budaya Lampung, serta konsisten dalam
mempertahankan isinya. Seperti pada akun @Budayalampung,
@Pesisirbarat, @Selampung yang selalu memposting terkait keberagaman
Lampung didalamnya selama tahun 2018. Hasil foto kegiatan adat Lampung
didapat dari para seluruh masyarakat Lampung yang berada di berbagai
wilayah, yang mana nantinya akan dipilih serta diposting ulang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Apa saja kah makna yang terkandung dalam foto kegiatan adat
Lampung di Instagram periode Januari hingga Agustus 2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis makna foto kegiatan
adat Lampung di Instagram periode Januari hingga Agustus 2018.
7
1.4 Kegunaan Penelitian
a) Secara Teoritis
Dapat memberikan pengetahuan serta wawasan dan ilmu pengetahuan
khususnya tentang budaya Lampung. Dimana melalui media
Instagram seseorang dengan mudah mengakses dan memahami makna
pesan dari foto yang dimaksudkan.
b) Secara Praktis
1. Bagi Masyarakat Lampung
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat Lampung pada umumnya, karena melalui postingan
foto kegiatan adat Lampung di Instagram akan menambah
pengetahuan tentang budaya Lampung yang hampir tenggelam
ditengah maraknya budaya populer yang muncul dikalangan anak
muda saat ini.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi bahan informasi dan masukan bagi
mahasiswa agar bisa lebih memahami bagaimana analisis
semiotika foto kegiatan adat Lampung di Instagram. Serta,
melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Lampung.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu diperlukan dalam suatu penelitian untuk
mengindentifikasi penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan
sebelumnya, sehingga peneliti dapat mengetahui perbedaan penelitian yang
dilakukannya dengan penelitian-penelitian yang telah lebih dahulu ada
tersebut. Penelitian diantaranya, sebagai berikut:
Tabel 1. Matriks Penelitian Terdahulu
Nama dan
Judul
Jusni Ansar,
Jurusan Jurnalistik
UIN Alauddin
Makassar (2017),
“Budaya dan Ciri
Khas Suku Batak
(Studi Analisis
Semiotika Foto
Cerita Jusnalistik
Tentang Ulos)”.
Muhammad
Umarudinsyah
Mokoagow,
jurusan Ilmu
Komunikasi
Universitas
Lampung (2013),
“Analisis
Semiotika Foto
Still Life Sebagai
Tolak Ukur
Kreativitas Foto (
Studi Pada Simon
Class
Photography
Angkatan 10-19)”
Faradilla Nurul
Rahma, Jurusan
Jurnalistik
Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah
Jakarta (2014)
“Nilai Budaya
dalam Foto
Jurnalistik
(Analisis
Semiotik Foto
Headline di Surat
Kabar Harian
Kompas Edisi
Ramadhan 1434
H./2013 M.)”
Metode dan
Tujuan
Penelitian
Kualitatif ,
Mengetahui
Pemaknaan dan
penyampaian
Kualitatif,
Mengetahui
Ukuran
Kreativitas
Kualitatif,
Mengetahui
makna nila
budaya lewat
9
pesan dalam ulos
melalui Foto Cerita
melalui foto Surat Kabar
Harian melalui
Foto Jurnalistik
Hasil
Penelitian
Peneliti
mengetahui bahwa
Ulos mempunyai
fungsi yang sangat
penting dalam
kehidupan
masyarakat Batak
Toba.
Peneliti
mengetahui tolak
ukur kreativitas
dengan berbagai
komponen
didalamnya
secara detail.
Peneliti
mengetahui
makna denotasi,
konotasi, mitor
serta nilai budaya
yang etrkandung
dalam Foto
Jurnalistik.
Perbedaan Subjek penelitian
yang
memfokuskan pada
salah satu produk
budaya yakni Ulos.
Subjek berfokus
pada bahasan
tolak ukur
kreativitas.
Subjek penelitian
berfokus pada
foto jurnalistik
yang jatuh pada
hari Ramadhan
1434 H.
Persamaan Menggunakan
analisis Semiotika
Ferdinan De
Saussure.
Menggunakan
analisis
Semiotikan
Ferdinan De
Saussure dan
Roland Barthes.
Menggunakan
analisis
Semiotika Roland
Barthes.
Kontribusi Menjadi bahan
literatur bagi
penelitian
selanjutnya serta,
ikut serta berperan
untuk terus
melestarikan Ulos
dengan informasi
yang ada pada
penelitian ini.
Bagi para
fotografer dapat
menggali lebih
jelas dan
mendalam
mengenai unsur-
unsur atau aspek-
aspek apa saja
yang dibutuhkan
dalma
menghasilkan
keindahan seni
foto.
Menjadi bahan
acuan untuk
pertimbangan
pembuatan
penelitian
selanjutnya
dengan tema
yang sama.
Sumber: Ditulis Oleh Penulis
2.2 Tinjauan Masyarakat Lampung
Secara garis besar masyarakat Lampung dibagi kedalam dua kelompok besar
masyarakat yakni masyarakat Pepadun dan masyarakat Saibatin.
10
2.2.1 Masyarakat Sai Batin
Sai batin merupakan sebutan untuk salah satu suku Lampung
dan berasal dari sekala berak. Pada mulanya masyarakat sai
batin hanya menyebar ke wilayah bagian pesisir/pantai. Tetapi
dengan seiringnya waktu, masyarakat sai batin kini telah
tersebar juga didaerah pedalaman dan juga daerah sektor
perkotaan. Umumnya masyarakat sai batin menggunakan
dialek a/api dalam menggunakan bahasa sehari-hari. Berbeda
pula dengan masyarakat pepadun yang berdialek o/nyow. Jika
berbicara tentang semakin lama semakin tersebarnya penduduk
Lampung, maka dikhawatirkan semakin berkembangnya
kehidupan modern, bahasa lampung akan pudar dengan
sendirinya.
Seperti juga Suku Pepadun, Suku Saibatin atau Peminggir
menganut sistem kekerabatan patrilineal atau mengikuti garis
keturunan ayah. Meski demikian, Suku Saibatin memiliki
kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi. “Saibatin”
bermakna satu batin atau memiliki satu junjungan. Hal ini
sesuai dengan tatanan sosial dalam Suku Saibatin, hanya ada
satu raja adat dalam setiap generasi kepemimpinan. Budaya
Suku Saibatin cenderung bersifat aristokratis karena kedudukan
adat hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan. Tidak
seperti Suku Pepadun, tidak ada upacara tertentu yang dapat
11
mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
Ciri lain dari Suku Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang
digunakan dalam ritual adat. Salah satunya adalah bentuk siger
(sigekh) atau mahkota pengantin Suku Saibatin yang memiliki
tujuh lekuk/pucuk (sigokh lekuk pitu). Tujuh pucuk ini
melambangkan tujuh adoq, yaitu suttan, raja jukuan/depati,
batin, radin, minak, kimas, dan mas. Selain itu, ada pula yang
disebut awan gemisir (awan gemisikh) yang diduga digunakan
sebagai bagian dari arak-arakan adat, diantaranya dalam prosesi
pernikahan. (https://www.indonesiakaya.com)
2.2.2 Masyarakat Pepadun
Masyarakat adat Lampung Pepadun adalah salah satu dari dua
kelompok adat besar dalam masyarakat Lampung. Masyarakat
ini mendiami daerah pedalaman atau daerah dataran tinggi
Lampung. Berdasarkan sejarah perkembangannya, masyarakat
Pepadun awalnya berkembang di daerah Abung, Way Kanan,
dan Way Seputih (Pubian). Kelompok adat ini memiliki
kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi yang
berlangsung dalam masyarakat secara turun temurun.
Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal
yang mengikuti garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga,
kedudukan adat tertinggi berada pada anak laki-laki tertua dari
12
keturunan tertua, yang disebut “Penyimbang”. Gelar
Penyimbang ini sangat dihormati dalam adat Pepadun karena
menjadi penentu dalam proses pengambilan keputusan. Status
kepemimpinan adat ini akan diturunkan kepada anak laki-laki
tertua
dari penyimbang, dan seperti itu seterusnya. Berbeda dengan
Saibatin yang memiliki budaya kebangsawanan yang kuat,
Pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis.
Status sosial dalam masyarakat Pepadun tidak semata-mata
ditentukan oleh garis keturunan. Setiap orang memiliki
peluang untuk memiliki status sosial tertentu, selama orang
tersebut dapat menyelenggarakan upacara adat Cakak
Pepadun. Gelar atau status sosial yang dapat diperoleh melalui
Cakak Pepadun diantaranya gelar Suttan, Raja, Pangeran, dan
Dalom.
Nama “Pepadun” berasal dari perangkat adat yang digunakan
dalam prosesi Cakak Pepadun. “Pepadun” adalah bangku atau
singgasana kayu yang merupakan simbol status sosial tertentu
dalam keluarga. Prosesi pemberian gelar adat (“Juluk Adok”)
dilakukan di atas singgasana ini. Dalam upacara tersebut,
anggota masyarakat yang ingin menaikkan statusnya harus
membayarkan sejumlah uang (“Dau”) dan memotong sejumlah
kerbau. Prosesi Cakak Pepadun ini diselenggarakan di “Rumah
13
Sessat” dan dipimpin oleh seorang Penyimbang atau pimpinan
adat yang posisinya berada paling tinggi.
(https://www.indonesiakaya.com)
2.2.3 Falsafah Hidup Ulun Lampung
Falsafah hidup Ulun Lampung yaitu:
1. Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut
agama serta memiliki harga diri)
2. Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar
adat yang disandangnya)
3. Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilahturahmi
serta ramah menerima tamu)
4. Nengah-Nyappur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan
tidak individualistis)
5. Sakai-Sembayan (gotong-royong dan saling membantu
dengan anggota masyarakat lainnya.
2.3 Tinjauan Media Instagram
Media merupakan sebuah wadah pagi penggunanya untuk berbagi berbagai
hal yang menyangkut pesan komunikasi. Pesan sendiri dapat berupa audio,
visual, audio visual maupun teks. Penggunaan media sangat mendukung
proses komunikasi, karena media tidak memiliki batasan ruang dan waktu
selama komunikasi berlangsung. Peran media semakin penting, mengingat
era digital, dimana semua orang merubah budaya komunikasi. Dari
14
sebelumnya, komunikasi antarmuka (langsung) menjadi melalui media
(perantara).
Seperti dalam (Tamburaka, 2013:71) Media yang berbeda-beda mewakili
pesan yang berbeda-beda. Media juga menciptakan dan mempengaruhi
cakupan serta bentuk hubungan-hubungan dan kegiatan-kegiatan
manusia.pengaruh media telah berkembang dari individu kepada masyarakat.
Dengan media, setiap bagian dunia dapat dihubungkan menjadi desa global.
Instagram adalah media yang memberi kemudahan cara berbagi secara online
oleh foto-foto, video dan juga layanan jejaring sosial yang dapat digunakan
pengguna untuk mengambil dan membagi ke teman mereka Budiargo, 2015
dalam (jurnal: eprints.ums.ac.id oleh DA Puspitorini). Aplikasi ini didirikan
oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger, dirilis pada Oktober 2010.
Instagram awalnya dikembangkan oleh startup bernama Burbn, Inc yang
dimotori oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger. Di tangan keduanya
Instagram sukses membuat raksasa jejaring sosial Facebook bertekuk lutut
sehingga bersedia membelinya seharga $1 miliar, akuisisi itu terjadi pada 9
April 2012.Pada tanggal 11 Mei 2016, Instagram memperkenalkan tampilan
baru sekaligus ikon baru dan desain aplikasi baru. Terinspirasi oleh ikon
aplikasi sebelumnya, ikon baru merupakan kamera sederhana dan pelangi
hidup dalam bentuk gradien. (https://dailysocial.id/post/apa-itu-instagram)
15
Gambar 1. Perubahan Logo Instagram
Pengguna instragram dapat dengan mudah berinteraksi dengan sesama
pengguna melalui berbagai fitur. Sehingga, tidak hanya bisa berbagi kita juga
dapat menerima berbagai informasi dan juga pengetahuan sesuai dengan akun
yang kita pilih untuk ikuti.
Tampilan awal Instagram punya banyak icon tombol dengan fungsi berbeda-
beda. Dibagian atas ada 2 icon tombol, tombol bergambar kamera, dan
pesawat kertas. Tombol kamera, fungsinya untuk membuat insta stories,
biasa disebut snapgram. Tombol pesawat kertas, fungsinya untuk mengirim
pesan antara pengguna Instagram, biasa disebut DM (direct messages).
Dibagian bawah ada 5 icon, yakni bergambar home, kaca pembesar, tambah,
hati, orang. Tombol rumah, adalah halaman beranda timeline berisi unggahan
foto video akun yang pengguna ikuti. Tombol pencarian, fungsi awalnya
untuk mencari akun Instagram lain. Dibagian bawah pencarian terdapat
related video dan foto, berdasarkan interest pengguna. Tombol tambah,
fungsinya untuk menggunggah foto video pengguna ke Instagram.
16
Tombol hati, ada dua fungsi, pada tab “pengguna” berisi notifikasi mengenai
akun pengguna. Pada tab “Diikuti” berisi timeline kronologis teman-teman
yang pengguna ikuti. Tombol orang, adalah halaman profil Instagram
pengguna. Berisi info dan konten unggahan anda di instagram.
Username, username berguna untuk mengindetifikasi sebuah akun instagram,
atau sebuah url. Username akan memudahkan seseorang menemukan akun
yang dicari. Hanya tingal mengetik @username di pencarian, akun langsung
muncul Dan jika dibuka lewat browser, menjadi
https://www.instagram/username. Kedua nama dan username ini akan tampil
saat pengguna atau seseorang hendak melihat profil akun Instagram tersebut.
Menu halaman profil Instagram, Sorotan cerita (highlight), Fitur ini
memungkinkan penggunanya menyimpan instastory favorit tanpa terhapus.
Pengguna bisa menyimpan instastory sekaligus 4 di profil Instagram. Selain
itu, dibagian paling bawah ada 6 fitur pendamping insta stories yakni:
a. Teks, membuat insta stories dengan banyak kata.
b. Langsung (live), berfungsi untuk membuat video live streaming.
c. Boomerang, membuat insta stories dengan video yang diputar berkali-
kali, layaknya boomerang.
d. Superzoom, membuat insta stories dengan zoom dramatis.
e. Mundur, membuat video yang diputar mundur.
f. Handsfree, membuat insta stories tanpa harus menekan lama tombol
rekam.
17
Fitur menunjang lainnya adalah direct messages hanya bisa mengirim dan
berbalas pesan teks antara pengguna Instagram. Demi meningkatkan
kenyamanan pengguna, saat ini DM Instagram mempunyai kemampuan
mengirim foto dan video. Fitur dari direct message instagram Tentunya
percakapan dengan akun intagram lain. Namun, pengguna bisa mengirim
gambar video berdurasi singkat. Terlebih lagi Mengirim gambar yang
dilengkapi dengan fitur remixing, yakni pengguna bisa berbalas mengedit foto
dengan menambahkan beragam efek filter, stiker, dan beraneka jenis teks.
Tidak hanya itu, pengguna juga bisa mengatur untuk berapa kali foto tersebut
bisa dilihat, dengan pilihan “one view” sekali lihat atau “allow replay” bisa
dilihat/dibuka berkali-kali. Pengguna pun dapat membatalkan pesan yang
sudah terkirim di DM Instagram. Dan yang terbaru adalah pengguna dapat
melihat kapan terakhir seseorang online di Instagram melalui DM.
2.4 Tinjauan Foto
Kata fotografi diambil dari bahasa Yunani, yaitu kata Fotos yang berarti sinar
atau cahaya, dan Grafos yang berarti gambar.pengertian fotografi dalam
kamus bahasa Indonesia adalah seni atau proses penghasilan gambar dan
cahaya pada film. Sehingga dapat dikatakan bahwa fotografi itu sebenarnya
merupakan aktivitas “melukis dengan cahaya”. Suatu proses atau metode
untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam
pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya.
Sedangkan alat yang digunakan untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
18
Foto merupakan alat visual efektif yang dapat menghasilkan sesuatu lebih
kongkrit dan akurat. Seperti halnya pesan dalam konten media lain, pada
dasarnya fotografi adalah aktivitas komunikasi dan foto sendiri merupakan
konten media komunikasi. Melalui media tersebut kita dapat melihat foto dari
berbagai sudut pandang, sesuai dengan yang diharapkan fotografer.
Terkadang dalam satu situasi atau keadaan, kita dapat menghasilkan berbagai
makna dari suatu foto itu sendiri.
Roland Barthes, pakar semiotika dari Prancis dalam bukunya “Camera
Lucida”, 1981 dalam (Tamburaka, 2013:108) mempertanyakan apakah
sebuah foto bisa berbicara tentang sesuatu “yang lain”, sesuatu yang berada
diluar dirinya dari apa yang ditampakkannya. Barthes tidak yakin bahwa
keberadaan sebuah foto mempunyai “kemampuan” dalam dirinya sendiri
(1981:1). Dengan kata lain, foto tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya suatu
upaya si pembuat untuk memberi makna melalui setting dan pemilihan objek
dan berbagai teknik yang digunakan oleh si pembuatnya.
2.4.1 Semiotik Foto
Dalam hal ini kajian semiotika dalan wacana fotografi meliputi
wilayah penelahaan dan pengkajian dalam upaya menafsirkan
setiap “tanda” (visual) yang ada dalam setiap kehadiran karya
fotografi guna mendapatkan kejelasan makna atas
kehadirannya. Sebagai suatu karya visual dwimatra, karya
fotografi hanya dapat dimaknai dengan persepsi/ penginderaan
19
visual pula refleksi menstimulasi daya persepsi visual dengan
mengirimkan sinyal-sinyal refleksi pantulan cahaya melalui
retina mata menuju pusat syaraf otak manusia.
Dalam foto terdapat pesan langsung dan pesan interpretatif,
yang dapat dibedakan dari dua gejala tanda yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu foto secara keseluruhan dan “isi” foto yang
terdiri dari berbagai unsur didalamnya, misalnya dalam foto
Habibie yang sedang minum di tengah-tengah Sidang istimewa
MPR, kita melihat dua gejala tersebut dalam foto secara
keseluruhan dan berbagai unsur seperti figur Habibie, gelas,
latar belakang,mimik, gesture dan sebagainya.
Unsur-unsur ini dapat diuraikan lagi sesuai kejelian dan
ketertarikan kita sebagai peneliti, Untuk kepentingan analisis
strukutural, Barthes membedakan dua macam tanda itu karena
ia akan mencari batasan antara denotatif atau literer dan pesan
konotatif. Untuk menciptakan sebuah semitotika konotasi
gambar, kedua pesan dibedakan terlebih dahulu karena sistem
konotasi adalah sistem semiotik tingkat dua yang dibangun
diatas sistem denotatif.
Lebih jauh Barthes menjelaskan denotatif adalah analogon
yaitu pesan langsung tanpa kode yang disampaikan gambar
20
secara keseluruhan, yang sampai pada kita tanpa harus
melakukan penafsiran, dan diakui bahwa foto tersebut
merupakan kenyataan, sehingga tak ada ruang untuk
mempersoalkan hubungan antara foto dan realitas.
Kita merasa hadir dalam apa yang ditunjuk oleh foto (signifier),
sehingga lewat foto berita orang diyakinkan lewat bukti ( yaitu
foto itu sendiri) bahwa sudah ada orang (yaitu fotografer) yang
melihat peristiwa yang dipresentasikan dalam foto tersebut. kita
tidak membutuhkan kode atau pengetahuan kultural untuk
membuat jarak antara foto dan realitas.
2.5 Tinjauan Budaya
Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak
dari buddhi yang berarti budi atau akal. (Koentjaraningrat, 2002:181)
Maka dapat diartikan bahwa budaya adalah bagaimana seseorang berfikir,
merasakan serta mempercayai sesuatu hal yang ditetapkan bersama antara
individu satu dengan lainnya. Proses terbentunya melalui ideologi yang
dimiliki oleh individu atau masyarakat tertentu dari karakteristik budaya yang
ia miliki. Budaya juga bisa dikatakan sebagai sistem pengetahuan, nilai, adat
istiadat, tatakrama, dan ritual keagamaan yang menjadi identitas masing-
masing individu.
21
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,
merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut
budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi,
tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi, politik dan teknologi, semua itu
berdasarkan pola-pola budaya. Ada yang berbicara bahasa sunda, memakan
ular, menghindari minuman keras terbuat dari anggur, menguburkan orang
mati, berbicara melalui telepon atau meluncurkan roket ke bulan. Ini semua
karena mereka telah dilahirkan atau sekurang-kurangnya dibesarkan dalam
suatu budaya yang mengandung unsur-unsur tersebut. Apa yang mereka
lakukan, bagaimana mereka bertindak, merupakan respons terhadap fungsi-
fungsi budaya. Porter & Samovar dalam ( Mulyana & Rahmat, 2006:183)
Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana: budaya juga berkenaan
dengan bentuk fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita.
Budaya kita, secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga
mati dan bahkan setelah mati, kita dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai
dengan budaya kita. Budaya dipelajari tidak diwariskan secara genetis,
budaya juga berubah ketika orang-orang berhubungan antara yang satu
dengan lainnya. (Sihabudin, 2011:24).
2.5.1 Budaya Lampung
Adat istiadat masyarakat Lampung dibedakan kedalam dua
golongan adat yaitu Pepadun & Peminggir (Sai Batin)
Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat:
22
Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda,
Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way
Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau,
Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, karena nya masyarakat
Lampung
memiliki beragam peraturan dan larangan yang harus ditaati
oleh pemimpin & masyarakatnya.
Tinjauan tentang masyarakat Lampung menurut
Koentjaraningrat (200:39)
mendefinisikan “masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat continu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.” Menurut Ali Imron (2005 :106) mendefinisikan
“Mayarakat Lampung adalah suatu kesatuan masyarakat adat,
yang terdiri dari orang lampung dan memiliki dua adat yang
berbeda, yang pertama lampung sai batin pendukung
kebudayaan ini dominan berdomisili di sekitar pantai atau
pesisir.
Sedangkan orang Lampung yang beradat pepadun domoinan
bertempat tinggal di sepanjang way tulang bawang atau sungai
sungai yang berada di sebelah timur bermuara ke laut
Jawa”(Dedikbud 1982/1983 :22) mendefinisikan bahwa
“Lampung sai batin adalah kelompok masyarakat yang
23
berusaha menjaga kemurnian darah dalam mendudukan
seseorang pada jabatan adat, yang untuk kelompok masyarakat
lazim disebut kepunyimbangan.
Menurut Abdulsyani dalam jurnal karangan Dasrul Hidayat,
2014, secara hitoris,Lampung sebagai masyarakat multikultural
dengan keragaman etnis sudah ada sejak zaman Belanda. Pada
saat itu dengan kebijakannya memasukkan orang dari luar
Lampung. sehingga terciptalah masyarakat Lampung yang
pluralism. Dan semakin terasa ketika terjadi perpindhan
penduduk secara besar besaran, yang dapat kita katakana yaitu
transmigrasi. Masuknya orang ke Tanoh Lampung, rupanya
bukan tanpa alasan, melainkan sudah direncanakan oleh
kolonial Belanda. Belanda sengaja melakukan itu sebagai
pencitraan atau alasan bahwa Masyarakat Lampung adalah
masyarakat yang ramah dan terbuka.
2.6 Tinjauan Semiotik
Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala
yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan
tanda-tanda lain, pengiriman dan penerimaannya oleh mereka yang
menggunakan. Menurut Preminger, 2001 dalam (Kriyantono, 2006:265), ilmu
ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu
merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,
24
konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai
arti.
2.6.1 Sejarah Semiotika
Semiotika yang berasal dari bahasa Yunani “semion” atau
tanda, kerap diartikan sebagai ilmu tanda. Istilah Semiotika
secara popular telah digunakan oleh seorang ahli filsafat
Jerman, Lambert, pada abad ke-18 sebagai padanan kata dari
logika. Dalam konteks lain, kita juga mengenal kata semiotika
dipadankan dengan semiotic, semantik, semiology, sememics
dan semics. Penggunaannya kerap rancu dan memiliki model-
model pendekatan tersendiri. (Sachari, 2005:62)
Seseorang menyebut semiologi jika ia berpikir tentang tradisi
Saussurean. Dalam penerbitan-penerbitan Prancis, istilah-
istilah semiologie kerap dipakai. Elements de Semiologie,
misalnya adalah salah satu judul yang dipakai oleh Roland
Barthes (1964) dalam Sobur (2004:12). Namun istilah
semiotics digunakan dalam kaitannya dengan karya Charles
Pierce dan Charles Morris.
2.6.2 Konsep Dasar Semiotika
Konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika ini adalah
'tanda' yang diartikan sebagai a stimulus designating something
other than itself (suatu stimulus yang mengacu pada sesuatu
25
yang bukan dirinya sendiri). Pesan memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam komunikasi. Menurut John Powers
(1995) dalam Morissan (2013:106) , pesan memiliki 3 unsur,
yaitu 1) tanda dan simbol; 2) bahasa; dan 3) wacana
(discourse). Menurutnya, tanda merupakan dasar bagi semua
komunikasi.
Tanda menunjuk atau mengacu pada sesuatu yang bukan
dirinya sendiri, sedangkan makna atau arti adalah hubungan
antara objek atau ide dengan tanda. Kedua konsep tersebut
menyatu dalam berbagai teori komunikasi, khususnya teori
komunikasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa
serta tingkah laku nonverbal. Kelompok teori ini menjelaskan
bagaimana tanda dihubungkan dengan makna dan bagaimana
tanda diorganisasi. Studi yang membahas mengenai tanda ini
disebut dengan semiotika. Tanda mutlak diperlukan dalam
menyusun pesan yang hendak disampaikan. Tanpa memahami
teori tanda, maka pesan yang disampaikan dapat
membingungkan penerima. Morissan (2013:107)
Teori modern pertama yang membahas tanda dikemukakan
oleh ahli filsafat dari abad kesembilan belas, Charles Saunders
Peirce, yang dianggap sebagai pendiri semiotika modern. Ia
mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antara tanda
26
(simbol), objek, dan makna. Tanda mewakili objek (referent)
yang ada di dalam pikiran orang yang menginterpretasikannya
(interpreter). Morissan (2013:107)
Peirce menyatakan bahwa representasi dari suatu objek disebut
dengan interpretant. Misalnya, ketika kita mendengar kata
'anjing', maka pikiran kita akan mengasosiasikan kata itu
dengan hewan tertentu. Kata 'anjing' itu sendiri bukanlah
binatang, namun asosiasi yang kita buatlah (interpretant) yang
menghubungkan keduanya. Ketiga elemen tersebut, yaitu
sebagai berikut. Morissan (2013:108)
a. Tanda, yaitu seperti kata 'anjing' yang terdiri atas
sejumlah huruf atau singkatnya, kata 'anjing' adalah
wakil dari tanda.
b. Referen (renferent), yaitu objek yang tergambarkan
oleh kata 'anjing' yang terbentuk dalam pikiran kita,
yaitu hewan berkaki empat.
c. Makna, yaitu hasil gabungan tanda dan referen yang
terbentuk dalam pikiran. Makna anjing bagi mereka
yang menyukai anjing adalah hewan yang lucu dan
menyenangkan. Bandingkan dengan makna anjing bagi
orang Yang trauma karena pernah digigit anjing.
Wendy Martyana,1978 dalam (Morrisan, 2000:90) memberikan
gambaran yang sangat informatif mengenai semiotik ini dalam
27
penelitiannya terhadap kata ganti orang (generic pronouns) 'dia'
dalam bahasa inggris. Kata 'dia' dalam bahasa inggris memiliki
dua jenis kelamin, yaitu he (dia laki-laki) dan she (dia
perempuan).
Dalam tradisi bahasa inggris, kata he dapat digunakan untuk
mewakili laki-laki dan perempuan jika subjeknya tunggal
(satu). Misalnya, dalam kalimat: when a teacher returns tests,
he usually discusses them with the class (ketika guru
mengembalikan hasil ujian, dia (laki-laki) biasanya
mendiskusikan ujian itu dengan para murid). Dalam kalimat
ini, kata guru mengacu pada jenis kelamin laki-laki.
Dalam penelitiannya, Martyana tertarik untuk mengetahui kata
ganti yang betul-betul ingin dipilih orang dalam konteks atau
situasi kalimat seperti itu serta makna yang diberikan orang
terhadap kata ganti tersebut. Martyana melakukan pengujian
terhadap 40 siswa yang diminta untuk menuliskan kata ganti
yang sesuai dengan pekerjaan atau profesi yang disebutkan
dalam kalimat. Hasilnya adalah sebagai berikut.
a. Siswa akan memilih kata ganti he jika pekerjaan atau
profesi subjek dianggap sebagai pekerjaan laki-laki,
misalnya dalam kalimat: before a judge can give a final
ruling, he must weight the evidence (sebelum seorang
28
hakim menjatuhkan vonis, dia harus
mempertimbangkan bukti-bukti).
b. Siswa akan memilih kata ganti she jika pekerjaan atau
profesi subjek dianggap sebagai pekerjaan perempuan,
misalnya dalam kalimat: after a nurse has completed
training, she goes to work (setelah perawat
menyelesaikan latihannya, dia pergi bekerja).
c. Siswa akan memilih kata ganti he jika pekerjaan atau
profesi subjek dianggap netral, artinya dapat dilakukan
pria ataulun wanita, misalnya dalam kalimat: when a
person loses money, he is apt to feel bad (jika seseorang
kehilangan uang, dia akan mudah sedih).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa memiliki
penilaian yang berorientasi pada jenis kelamin (sex stereotypes)
terhadap setiap profesi atau pekerjaan yang ditunjukkan
kalimat. Penelitian ini secara jelas menunjukkan bahwa tanda,
dalam hal ini kata he atau she, berhubungan dengan referent-
nya melalui pikiran siswa. Makna tergantung pada image atau
pikiran orang dalam hubungannya terhadap tanda dan objek
yang ditandai. Hasil penelitian ini menginspirasi para ahli
semiosis lainnya untuk mengembangkan lebih lanjut ide atau
gagasan dasar dari hasil penelitian Matyana ini
29
2.7 Landasan Teori
2.7.1 Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure, pendiri struktur linguistik modern,
yang berjasa memberikan sumbangan besar pada tradisi
struktural dalam ilmu komunikasi, mengajarkan bahwa
„tanda‟(sign), termasuk bahasa, adalah bersifat acak
(arbitrary), Littlejohn dan Foss dalam (Morissan, 2009:91).
Asumsi demikian tidak saja mendukung ide bahwa bahasa
adalah struktur, tetapi juga menegaskan adanya pandangan
umum bahwa antara bahasa dan realitas adalah terpisah atau
tidak memiliki hubungan. Saussure, kemudian melihat bahasa
sebagai suatu sistem terstruktur yang mewakili realitas. Ia
percaya bahwa peneliti bahasa harus memberikan perhatian
pada bentuk-bentuk bahasa, seperti bunyi ucapan, kata-kata,
dan tata bahasa. Walaupun struktur bahasa bersifat acak,
namun penggunaan bahasa tidak sama sekali bersifat acak
karena bahasa membutuhkan kesepakatan yang mapan
(established convention). Anda tidak bisa memilih atau
menggunakan kata-kata atau tata bahasa secara sembarangan.
Menurut Saussure, kunci untuk memahami struktur dari sistem
bahasa adalah perbedaan (difference). Bunyi huruf „p‟ berbeda
dengan huruf „b‟; suatu kata berbeda dengan kata lainnya,
seperti „kucing‟ dan „anjing‟; satu bentuk tata bahasa juga
30
berbeda dengan tata bahasa lainnya „akan pergi‟ dan „telah
pergi‟. Sistem perbedaan ini membentuk struktur bahasa, baik
dalam bahasa percakapan maupun tulisan. Saussure percaya
bahwa pengetahuan manusia tentang dunia ditentukan oleh
bahasa. Namun, tidak seperti ahli semiotika lainnya, Saussure
tidak melihat tanda berfungsi sebagai referen. Menurutnya,
tanda tidak memilih objek, tetapi membentuk objek. Tidak ada
objek yang terpisah dari tanda yang digunakan untuk
menunjukkan objek bersangkutan.
Saussure membuat perbedaan tegas antara bahasa formil yang
disebutnya langue (bahasa Prancis yang berarti „bahasa‟)
dengan penggunaan bahasa yang sebenarnya dalam
komunikasi, yang disebutnya parole atau percakapan.
Menurutnya, bahasa adalah suatu sistem formil yang dapat di
analisis secara terpisah dari penggunaan bahasa sehari-hari.
Percakapan adalah penggunaan bahasa yang sesungguhnya
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini, komunikator tidak
menciptakan berbagai aturan bahasa.
Komunikator mempelajari aturan bahasa dalam periode waktu
yang lama yang diterimanya selama proses sosialisasi dalam
suatu masyarakat bahasa. Sebaliknya, komunikator
menciptakan bentuk-bentuk percakapan sepanjang waktu.
31
Singkatnya, ketika berbicara anda menggunakan bahasa, tetapi
anda menyesuaikan bahasa ada dengan percakapan agar dapat
mencapai tujuan komunikasi anda. Menurut Saussure,
linguistik adalah studi mengenai bahasa, bukan percakapan.
Gambar 2. Model Ferdinand De Saussure
2.8 Kerangka Pikir
Bagan 1. Kerangka Pikir
Sumber: Diolah penulis
Fffoto Kegiatan Adat
Lampung
Megdia Instagram
Penanda Makna Petanda
Foto Kegiatan Adat
Lampung
Media Instagram
Makna
Analisis Semiotika Foto
32
Dalam kenyataannya, penggunaan sosial media sebagai media informasi serta
berbagi konten dianggap efektif karena dari sebuah hasil survei
WeAreSocial.net dan Hootsuite, Instagram merupakan platform media sosial
dengan jumlah pengguna ke tujuh di dunia. Dengan total pengguna di dunia
mencapai angka 800 juta pada Januari 2018. (Dikutip dari:
http://databoks.katadata.co.id ). Oleh karena itu, Instagram berperan penting
dalam penyebaran pengetahuan mengenai budaya Lampung khususnya.
Gambaran mengenai kegiatan adat Lampung telah banyak diunggah oleh
berbagai akun/media sharing dengan tujuan menambah pengetahuan
masyarakat Lampung tentang budaya daerahnya. Keberadaan akun-akun
tersebut seperti @Selampung @Pesisirbarat_ dengan jumlah followers
(pengikut) lebih dari 10.000 akan dijadikan acuan penelitian mengenai foto
kegiatan adat Lampung yang mereka unggah.
Foto kegiatan adat Lampung yang diteliti akan dibatasi dengan periode
pengunggahan dari bulan Januari hingga Agustus 2018 serta terfokus pada
tradisi budaya dari masyarakat Saibatin. Metode yang digunakan untuk
mengkaji fenomena tersebut adalah menggunakan analisis semiotika, yang
mana terdapat 3 elemen didalamnya yaitu penanda, petanda serta makna.
Foto dan keterangan foto akan dijadikan penanda dari suatu peristiwa adat
yang dilakukan. Melalui gambaran hal tersebut, peneliti dapat membuat
penjelasan mengenai petanda. Hasil akhir dari gabungan keduanya akan
menghasilkan makna yang dapat memberikan penjelasan detail tentang
kegiatan adat yang terjadi maupun prosesinya.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Riset Kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling
bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul
sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak
perlu mencari sampling lainnya. Disi yang lebih ditekankan adalah persoalan
kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.
Kualitatif adalah suatu proses pemahaman yang berdasarkan pada metodologi
yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
penelitian ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-
kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada
situasi yang alami, Creswell, 1998 dalam (Ardial, 2014:249). Dapat
disimpulkan bahwa kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati.
34
3.2 Pendekatan Penelitian
Analisis semiotika juga menganalisis tidak sekedar realitas media massa akan
tetapi konteks realitas pada umumnya. Semiotik memahami dunia sebagai
sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan „tandak‟.
Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu
tanda. Menurut Saussure, tanda (sign) adalah suatu bentuk penanda (signifier)
dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah
“bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. (Sobur, 2004:46)
3.3 Metode Penelitian
Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data
(sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan,
dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok,
suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Penelaah berbagai
sumber data ini membutuhkan berbagai macam instrument pengumpulan
data. Karena itu, periset dapat menggunakan wawancara mendalam, observasi
partisipan, dokumentasi-dokumentasi, rekaman, bukti-bukti fisik, dan
lainnya.
3.4 Fokus Penelitian
Pada penelitian ini fokus penelitian terdapat pada akun-akun Instagram
@Budaya Lampung, @Selampung, @Pesisirbarat yang membagikan konten
35
berisi foto kegiatan adat Lampung, yang mana dalam konten tersebut, adanya
kegiatan-kegiatan adat istiadat masyarakat Lampung Saibatin dalam periode
tahun 2018. Foto yang dimaksud disini adalah berupa foto yang diambil
ketika kegiatan adat terjadi bukan foto karya photografer yang hanya bersifat
artistik.
3.5 Penentuan Informan
Pemilihan informan didasari oleh seseorang yang dianggap berkompeten
dalam membicarakan masalah budaya. Oleh karena itu peneliti memilih Seem
R. Canggu S.E M.M yang merupakan Raja Duta Perbangsa serta kedudukan
adat sebagai Kepala suku Ugokhan Batin dan juru bicara Kerajaan Adat Paksi
Pak Sekala Brak, Kepaksian Pernong Lampung.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Data kualitatif berbeda dengan data kuantitatif yang menggunakan angka
statistik, dimana data kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat dan uraian
panjang. Data kualitatif bersifat sebjektif sedangkan penelitian harus objektif.
Dokumentasi digunakan penulis sebagai bahan pengumpulan data. Proses
dokumentasi terfokus pada 3 akun Instagram selama periode 2018.
Dalam (Kriyantono, 2006:120) mengungkapkan bahwa, Dokumen bisa
berbentuk dokumen publik atau dokumen privat, dokumen publik misalnya:
36
laporan polisi, berita-berita surat kabar, transkrip acara TV, dan lainnya.
Dokkumen privat misalnya: memo, surat-surat pribadi, catatan telepon, buku
harian individu, dan lainnya.
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Ferdinand De Saussure,
dimana fokus perhatiannya langsung pada tanda itu sendiri. Peneliti dituntut
untuk mencari penanda (signifer), dan petanda (signified) kemudian mengkaji
pesan dan makna dibalik tanda tersebut.
Tahapan penelitian yang akan dilakukan berdasarkan teori semiotika
Ferdinand De Saussure adalah sebagai berikut:
1. Penanda (signifier): mencari tanda berdasarkan kegiatan, waktu kegiatan,
prosesi pelaksanaan yang terdapat pada foto “Kegiatan Adat Lampung”
di Instagram.
2. Petanda (signified): mendefenisikan penanda dapat berupa keterangan
foto (signifier) kedalam sebuah konsep.
3. Makna : mengkombinasikan antara penanda (signifier) dan petanda
(signified), kemudian mengungkapkan sebuah makna dalam foto
“Kegiatan Adat Lampung” di Instagram.
4. Pesan : tahap terakhir yaitu mengungkap pesan yang ingin disampaikan
oleh seorang pemilik akun melalui “Kegiatan Adat Lampung” di
Instagram.
37
Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam istilah dan representasi atau
tingkatan nama. Roland Barthes menggunakan istilah order of Signification.
Tahap pertama dari order of Signification adalah denotasi sedangkan tahap
keduanya adalah konotasi. Makna denotasi merupakan penanda dan petanda
yang berbentuk tanda. Kemudian dari pemaknaan tersebut muncul
pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada tanda (yang
kemudian dianggap sebagai penanda). Pemaknaan inilah yang kemudian
menjadi konotasi. (Birowo, 2004:56)
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Profil Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi sosial yang populer dalam kalangan
pengguna telepon pintar (Smartphone). Nama Instagram diambil dari kata
“Insta‟ yang asalnya “Instan‟ dan “gram‟ dari kata “telegram‟ . Jadi
Instagram merupakan gabungan dari kata Instan-Telegram. Dari penggunaan
kata tersebut dapat diartikan sebagai aplikasi untuk mengirimkan informasi
dengan cepat, yakni dalam bentuk foto yang berupa mengelola foto, mengedit
foto, dan berbagi (Share) ke jejaring sosial yang lain.
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna
mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai
layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Berdiri pada tahun
2010, perusahaan Burbn, Inc. Milik CEO, Kevin Systrom dan juga Mike
Krieger, terus melakukan pembaharuan mengenai aplikasi, mulai dari fitur
Insta Stories, Bommerang hinga IGTV yang memungkinkan penggunanya
mengunggah video dengan durasi 10 menit.
39
Instagram punya dua pendiri. Yang pertama Kevin Systrom, yang telah
dikenal oleh publik sebagai orang yang berkecimpung di dunia App. Systrom
tumbuh di daerah pinggiran asri Boston yang dikenal dengan nama Holliston.
Dia lulus dari Stanford University pada tahun 2006 dengan gelar ganda di
bidang teknik dan manajemen. Lalu bergabung di Google selama dua tahun
dengan tugas mengurus Gmail dan kemudian bekerja di tim Pengembangan
Korporat. Dengan aktivitasnya yang banyak berkecimpung di dunia media
sosial membuat Kevin ingin mengerjakan sesuatu yang merupakan miliknya
sendiri. Kemudian Kevin Systrom meluncurkan startup teknologi
pertamanya, karena latar belakangnya sebagai seorang pemogram, dia mampu
mengelolanya dengan baik. Dia melihat potensi mobile dan ledakan besar App
yang fokus pada check-in berbasis lokasi. Setelah itu dia terjun ke dalam arus
tersebut dengan sebuah website bernama Burbn.com
Kisah Instagram bukan hanya tentang Kevin Systrom. Seperti yang sering
terjadi, ada pendiri lain yakni Mike Krieger. Menurut Kevin, meskipun
kurang terkenal di publik, Mike adalah ruh dari App-nya. Mike besar di
Brasil, dan pindah ke Amerika Serikat pada tahun 2004 untuk belajar teknik
di Stanford University. Dia jenis insinyur yang lebih konservatif, tetapi
memiliki bakat desain dan kreativitas yang kuat. Setelah lulus dari Stanford
University, dia bergabung dengan Startup Superhot Meeb, sebuah platform
chat berbasis mesin jelajah yang populeritasnya meledak. Akan tetapi, apa
yang benar-benar Mike inginkan adalah berkembang dan melakukan sesuatu
yang baru dan berbeda.
40
Dari keinginan yang sejalan tersebut, mereka bertemu. Berasal dari kampus
yang sama membuat keduanya tidak banyak mengalami kesulitan. Dimana
Kevin tahu bahwa dengan masuknya Mike ke dalam kapal, mereka akan
merencanakan sesuatu yang benar-benar berbeda. Awalnya Kevin tidak tahu
persis apa yang akan dia lakukan dengan Burbn.com, aplikasi yang telah
dikembangkannya beberapa waktu yang lalu tersebut. Lalu dengan bantuan
pemikiran kekasihnya, Nicole. Instagram diluncurkan pada 6 Oktober 2010.
Pada hari pertamanya, ia menggaet sekitar 25.000 pengguna. Dalam beberapa
bulan, tepatnya Mei 2011 angkanya menyentuh 3,75 juta.
Kevin Systrom dan Mike Kreiger meneruskan eksekusi dan fokus dengan
sangat bagus. mereka berkutat penuh pada satu platform tunggal, IPhone, dan
melakukan satu hal tunggal, yakni berbagi foto. Twitter dan Facebook
mengikuti pertumbuhan Instagram dengan penuh minat dan kecemasan.
Pertumbuhan semacam itu merupakan ancaman jika dibiarkan begitu saja.
Pada April 2011, keadaan mulai memanas bagi Instagram. Pada beberapa
bulan sebelumnya, basis penggunaannya berlipat ganda menjadi 30 juta dan
versi Android siap-siap diluncurkan.
Tepatnya hari Kamis, 5 April 2012, Zuckerberg yang saat itu sebagai CEO
dari Facebook, mengirim pesan teks ke Kevin Systrom, mengatakan dia ingin
berbicara lebih jauh. Ketika bertemu, Zuckerberg bersikukuh bahwa
Facebook adalah rumah sempurna bagi Instagram. Kemudian ia membingkai
ulang negosiasinya. Dengan angka final yang disepakati sebesar $1 miliar
41
yang merupakan kombinasi saham Facebook dan uang tunai pemanis sebesar
$500 juta. Salah satu alasan terbesar perusahaan-perusahaan mengakusisi
adalah untuk mendorong pertumbuhan. Facebook mengakusisi Instagram
dengan harga $1 miliar untuk mengambil salah satu App fotografi sosial yang
paling cepat pertumbuhannya tersebut. Jelas bahwa pengguna Instagram yang
saat itu berjumlah 300 juta mengunggah banyak foto sehingga melampaui
volume foto yang diunggah pengguna Facebook sendiri.
4.2 Kegiatan Adat Lampung
Tradisi adalah sebuah kata yang sangat akrab terdengar dan terdapat di segala
bidang. Tradisi menurut etimologi adalah kata yang mengacu pada adat atau
kebiasaan yang turun temurun, atau peraturan yang dijalankan masyarakat
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007 : 1208). Jadi tradisi merupakan
kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat dan akan
diwariskan secara turun-temurun. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota
masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi
maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib atau keagamaan.
Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan,
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Tradisi yang dimiliki
masyarakat bertujuan agar membuat hidup manusia kaya akan budaya dan
nilai-nilai bersejarah. Selain itu, tradisi juga akan menciptakan kehidupan
yang harmonis.
42
Memiliki cangkupan yang lebih luas dari tradisi, adat istiadat merupakan
komponen awal adanya tertib sosial di tengah-tengah masyarakat. Adat
merupakan salah satu wujud kebudayaan masyarakat. Kebudayaan adalah
segala perbuatan tingkah laku dan tata kelakuan aturan-aturan yang
merupakan kebiasaan sejak dahulu kala telah dilakukan turun-temurun dan
sampai sekarang masih dilaksanakan.
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,
norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di
suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku
yang dianggap menyimpang. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/adat)
Dari gambaran diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kegiatan adat adalah segala sesuatu aktivitas yang dilakukan berdasarkan
warisan budaya turun temurun dan pelaksanaannya bersifat kontinuitas.
Proses kegiatan adat dianggap sakral dan memiliki aturan serta perbedaan
masing-masing dari setiap daerah. Kesepakatan serta sikap yang konsisten
dalam melakukan suatu kegiatan adat tertentu dapat menjaga kestabilan sosial
budaya untuk keberlangsungannya.
Dalam kehidupan Masyarakat Adat Lampung terdapat tradisi yang
berkembang dalam Adat salah satunya adalah Seremoni Adat yang berkenaan
dengan keyakinan juga memiliki nilai personal, universal dan transendental
43
yang telah membudaya dan mentradisi secara turun temurun. Tradisi
Masyarakat Adat Lampung ini diwujudkan dalam bentuk Upacara Adat, jenis
Upacara Adat ini dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu Upacara
Adat Yang Bersifat Tradisional dan Upacara Adat Yang Besifat Sakral.
a. Upacara Adat Yang Bersifat Tradisional
Upacara Jenis ini dilaksanakan sesuai dengan kehidupan seharihari dalam
setiap transformasi kehidupan, sejak seseorang dalam kandungan sampai
akhir hayat seseorang.
1. Masa Kehamilan
a) Kukhuk Limau/Belangekh: Upacara ini dilaksanakan saat masa
kehamilan berumur lima bulan.
b) Ngekhuang Kaminduan: Upacara ini dilaksanakan saat masa
kehamilan berumur lima bulan.
2. Masa Kelahiran
a) Teppuk Pusokh/Salai Tabui/Salin Khah/Nyilih Dakhah: Upacara
ini dilaksanakan setelah kelahiran bayi umur sehari, caranya
adalah dengan membersihkan dan menanam ari ari sang bayi.
b) Betebus: Upacara ini dilaksanakan saat bayi berumur tujuh hari,
dimaksudkan untuk mendoakan bayi dan menebus bayi dari
dukun bersalin yang telah merawat bayi dari kandungan sampai
membantu kelahirannya.
c) Becukokh: Upacara ini dilaksanakan saat bayi berumur empat
puluh hari yaitu mencukur rambut bayi untuk pertama kalinya
dan dalam acara ini juga dilaksanakan Aqiqahan.
44
d) Ngekuk/Ngebuyu/Mahau Manuk: Upacara ini dilaksanakan saat
bayi berusia tiga bulan disaat bayi telah diberi makanan
tambahan.
3. Masa kanak-kanak
a) Besunat dikenal juga istilah mandi pagi, khitanan bagi anak laki-
laki
b) Ngantak Sanak Ngaji dilaksanakan saat seorang anak mulai
belajar mengaji
4. Masa Dewasa
a) Kukhuk Mekhanai: Saat dimana seorang remaja pria telah
memasuki masa akil balikh
b) Nyakakko Akkos: Upacara ini dilakukan bagi remaja perempuan,
dalam kesempatan ini juga dilakukan acara busepi yaitu
meratakan gigidengan menggunakan asahan yang halus.
c) Nettah Adoq/Cakak Pepadun : Cakak Pepadun dilaksanakan
pada saat Pernikahan Sultan [Tayuh Saibatin], dalam upacara ini
juga ditahbiskan Gelar Adat seseorang [Nettah Adoq]. Namun
demikian Nettah Adoq dilakukan dalam setiap pernikahan bukan
hanya Tayuh Saibatin saja
5. Masa Kematian
Pada saat wafatnya seseorang, akan ada seorang yang ngekunan
yaitu memberitahu keluarga, kerabat dan handai taulan tentang kabar
meninggalnya almarhum agar segera datang untuk ninggam pudak
[melayat] . Dalam situasi ini dibagilah tugas, ada yang melakukan
45
bedah bumi [menggali liang lahat], ada yang memandikan jenazah,
mengkafani, menyolatkan hingga menguburkan. Saat malam harinya
diadakan bedu’a yaitu tahlilan hingga Niga Hari saat malam ketiga
dilanjutkan Mitu Bingi pada malam ketujuh, Ngepakpuluh saat hari
keempatpuluh dan Nyekhatus saat seratus hari wafatnya almarhum.
b. Upacara Adat Yang Bersifat Sakral
Upacara jenis ini lebih berhubungan dengan kepercayaan, alur
transendental dan aura mistis. Upacara dan Ritual jenis ini diantaranya:
1. Upacara Ngebabali
Upacara jenis ini dilaksanakan saat membuka huma atau
perladangan baru disaat membersihkan lahan untuk ditanami atau
pada saat mendirikan rumah dan kediaman yang baru atau juga
untuk membersihkan tempat angker yang mempunyai aura gaib
jahat.
2. Upacara Ngambabekha
Upacara ini dilaksanakan saat hendak Ngusi Pulan (membuka hutan)
untuk dijadikan Pemekonan (Perkampungan) dan perkebunan,
karena diyakini Pulan Tuha (hutan rimba) memiliki penunggunya
sendiri. Upacara ini dilakukan dimaksudkan untuk mengadakan
perdamaian dan ungkapan selamat datang agar tidak saling
mengganggu.
46
3. Upacara Ngumbay Lawok
Upacara ini adalah ungkapan syukur masyarakat pesisir atas hasil
laut dan juga untuk memohon keselamatan kepada sang pencipta
agar diberikan keselamatan saat melaut, dalam ritual ini dikorbankan
kepala kerbau sebagai simbol pengorbanan dan ungkapan
terimakasih kepada laut yang telah memberikan hasil lautnya kepada
nelayan.
4. Upacara Ngalahumakha
Upacara ini dilaksanakan saat hendak menangkap ikan.
5. Upacara Belimau
Upacara ini dilaksanakan saat memasuki Puasa dibulan suci
Ramadhan.
6. Upacara Ngebala
Upacara ini dilaksanakan tujuannya sebagai Tulak Bala agar tehindar
dari musibah.
4.3 Profil Akun Instagram
Akun Instagram yang dipilih peneliti sebagai sumber foto yang akan dikaji
lebih dalam dengan beberapa pertimbangan seperti jumlah postingan foto dan
kontinuitas dalam pengunggahan.
4.3.1 Akun @Selampung
Akun Instagram @Selampung dibuat pertama pada tahun 2016, akun
ini memiliki 2 admin yang berguna untuk saling membantu dalam hal
upload foto/video maupun berita terbaru tentang segala sesuatu
47
mengenai Lampung. Tidak hanya sebagai media informasi dan
penyebaran berita, akun ini pun terbuka untuk menerima promote atau
media iklan baik yang bertarif/gratis. Tarif yang ditawarkan ialah
50.000 sekali posting.
Tujuan dibuatnya akun ini adalah untuk memperkenalkan pariwista
yang terdapat di Lampung secara konsisten setiap minggunya, sehingga
akun ini dapat membangun kredibilitas sebagai salah satu media berita
dan informasi di wilayah Lampung. Adapun konten yang termasuk
kedalam akun ini ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan Lampung,
seperti kegiatan adat, kegiatan daerah hingga makanan tradisional
maupun kuliner yang sedang hits di Lampung.
Netizen atau warga internet memungkinkan dapat ikut berpartisipasi
dalam penyebaran berita maupun berbagi informasi mengenai tempat
wisata ataupun kuliner di Lampung, dengan cara memposting foto dan
di tag atau ditandai ke akun @Selampung. Dikategorikan akun baru,
@Selampung memiliki jumlah follower (pengikut) mencapai 11.700
dengan jumlah following (mengikuti) 528. Jumlah postingan sendiri
telah mencapai 3.851, angka ini membuktikan bahwa akun ini secara
konsisten menyajikan berita serta informasi.
4.3.2 Akun @Pesisirbarat_
Berbeda dengan akun Instagram sebelumnya, akun ini menyajikan
informasi maupun berita secara lebih spesifik, yakni segala sesuatu
48
mengenai pariwisata, budaya, seni daerah, kuliner khas Pesisir Barat
atau masyarakat Sai Batin. Dikelola oleh 3 admin akun ini telah
menjadi salah satu acuan bagi para pengguna Instagram dalam mencari
tempat wisata maupun kuliner.
Dibuat pada tahun 2015, akun ini telah memiliki jumlah follower
(pengikut) 13.600 dan following (mengikuti) 281. Namun dalam hal
konten hanya berjumlah 952, mengingat adanya pembatasan isi konten
yakni hal-hal terkait daerah Pesisir Barat saja.
4.3.3 Akun @Budayalampung
Akun ini lebih berfokus untuk menyediakan informasi seputar hal
apapun yang ada di Lampung, dalam hal upload foto pun dilakukan
secara rutin untuk menjaga konsistensi sebagai penyedia akun sharing.
Tidak menerima promote merupakan pilihan dari admin
@Budayalampung, Adien Rohyanudin.
Dibuat pada tahun 2015, akun ini tidak sepopuler 2 akun sebelumnya,
karena hanya memiliki jumlah follower (pengikut) 5.326 dan following
(mengikuti) 2.158. Meskipun demikian, akun ini dapat diperhitungkan
karena informasi yang disajikan selalu up to date dengan disertai
keterangan foto yang lengkap, sehingga memudahkan kita dalam
mengetahui kegiatan/informasi apa yang ada dalam foto/video.
49
Sistem foto/video yang di upload pun menggunakan istilah citizen
journalism yakni, foto-foto yang diambil dari berbagai masyarakat
daerah yang menyaksikan langsung kegiatan adat, acara daerah maupun
segala hal tentang kebudayaan Lampung, nantinya hasil foto tersebut
akan dipilih oleh admin dan di repost ulang di akun @Budayalampung.
102
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini didapat beberapa kesimpulan yang dapat peneliti
ambil, diantaranya:
1. Arti signifer (penanda) pada 9 foto kegiatan adat Lampung di
Instagram edisi Januari hingga Agustus 2018 adalah gambaran
keseluruhan ataupun petunjuk yang mendeskripsikan simbol melalui
caption (keterangan) foto serta objek dari foto itu sendiri. Menjelaskan
bagaimana suatu prosesi kegiatan adat Saibatin dilakukan dan
diperlihatkan secara jelas melalui visual seseorang. Dari setiap foto
memiliki keunikan serta cirinya masing-masing sehingga, dapat
dibedakan dengan jelas objek satu dengan yang lainnya. Misalnya,
dalam prosesnya, atribut pakaian yang dikenakan berupa ketupung,
keris, selempang, motif tapis, kakambut (tutup kepala) yang dililitkan
wanita Lampung serta payung agung dengan warna yang berbeda pada
setiap kegiatan adat.
2. Arti signifed (petanda) pada 9 foto kegiatan adat Lampung di Instagram
edisi Januari hingga Agustus 2018 adalah penjelasan mengenai setiap
103
detail simbol yang dihasilkan dari signifer (penanda), bahwa setiap
caption (keterangan) foto dan objek foto itu sendiri mewakili tanda
dalam bentuk yang lain. Sehingga, petanda mempunyai peranan dalam
menjelaskan maksud dari hal tersebut secara bahasa. Disaat terdapat
keterangan foto yang tidak lengkap dan dirasa belum dapat mewakili
gambaran mengenai objek foto, maka petanda itu sendiri dapat berasal
hanya dari objek yang dimaksud.
3. Makna pada 9 foto kegiatan adat Lampung di Instagram edisi Januari
hingga Agustus 2018 adalah penjelasan mengenai maksud atau tujuan
dari sebuah objek foto serta keterangan foto melalui pesan
sesungguhnya yang ingin disampaikan photografer kepada seseorang
yang melihat karya tersebut. Hal ini dapat dipercaya sebagai suatu
kesimpulan dari sebuah objek foto, keterangan foto yang dijelaskan
melalui bahasa. Oleh karena itu, makna pada 9 foto ini memiliki
penjelasan yang lengkap bagaimana suatu kegiatan adat Lampung pada
foto dapat tercipta.
6.2 Saran
Berdasarkan dari pengkajian penelitian maka penulis memberikan saran
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, lembaga maupun bagi
peneliti yang selanjutnya, yaitu:
1. Bagi pemilik akun Instagram @Selampung, @Pesisirbarat_ dan
@Budayalampung diharapkan bisa lebih selektif dalam memilih
postingan foto yang hendak di re-post ulang, terutama mengenai
104
gambaran jelas tentang kegiatan adat pada setiap fotonya. Selain itu,
ditingkatkan kembali mengenai pemahaman dalam dunia jurnalistik,
mengingat pentingnya mempelajari nilai-nilai jurnalis untuk menunjang
keberlangsungan akun @Selampung @Pesisirbarat_ dan
@Budayalampung.
2. Bagi masyarakat Lampung agar lebih mencintai serta mengenal budaya
daerahnya melalui foto pada Instagram, serta ikut berperan
menyebarkan informasi terkait kegiatan adat Lampung yang ada pada
daerahnya masing-masing. Selain itu, penting juga untuk belajar
mencari cara pengambilan foto dengan baik, agar diharapkan foto yang
dihasilkan lebih memiliki makna dan nilai seni.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan mengkaji lebih banyak konten
foto pada Instagram, serta meninjau lebih detail mengenai makna apa
saja yang dihasilkan dari sebuah foto. Selain itu, mengutamakan
kualitas foto dibandingkan dengan kuantitas dalam artian sebuah foto
perlu juga dinilai dari segi artistik nya. Serta, diharapkan penelitian
selanjutnya dapat meninjau mengenai kegiatas adat Pepadun, karena
penelitian ini masih sebatas kajian mengenai sebagian kegiatan adat
Saibatin. Hal ini membuktikan, masih banyak hal yang bisa diperdalam
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ardial, H. 2014. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Birowo, M. Antonius, ed. 2004. Metode Penelitian Konunikasi. Yogyakarta: Gitanyali.
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: prenada Media.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kominfo RI. 2016. Cakap Bermedia Sosial. Jakarta: Tim.
Kuntjara, Esther. 20016. Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Krisyantono, R. 2006. Riset komunikasi (Edisi pert). Jakarta: kencana
Prenada media group.
Mcquail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba.
Moloeng, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Morissan dan Corry W, Andy. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia.
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Nurudin. 2008. Hubungan Media Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Rivers, William L. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada
Media.
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan aplikasi.
Jakarta: Rineka Cipta
Sachari, Agus. 2005. Pengantar Metodologi Penelitian: Budaya Rupa. Jakarta: Erlangga.
Sihabudin, Ahmad. 2011. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sobur, Alex.2004.Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugihartati, Rahma. 2014. Perkembangan Masyarakat Informasi dan Teori Sosial
Kontemporer.Jakarta: Prenada Media.
Sugiyanto. 2004. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sujadi, Firman. 2012. Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Cita Insan Madani.
Tim Penyusun Pusat. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Internet
https://www.apjii.or.id/content/read/39/342/hasil-survei-penetrasi-dan-perilaku-pengguna-
internet-indonesia-2017 (diakses tanggal 27 Mei 2018, pukul 09.00 WIB)
Etd.repository.ugm.ac.id
(diakses tanggal 3 Februari 2018, pukul 22.00 WIB)
Library.gunadarma.ac.id
(diakses tanggal 3 Februari 2018, pukul 22.30 WIB)
http://digilib.unila.ac.id/15452/16/BAB%20I.pdf
(diakses pada 2 April 2018, pukul 19.05 WIB)
http://abdulsyani.blogspot.co.id/2016/
(diakses pada 3 April 2018, pukul 10.00 WIB)
http://www.lampungprov.go.id/
(diakses pada 1 April 2018, Pukul 09.45 WIB)
https://dailysocial.id/post/apa-itu-instagram
(diakses pada tanggal 2 Mei 2018, Pukul 13.00 WIB)
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-pengguna-instagram-dari-
indonesia(diakses pada 3 Mei 2018, Pukul 07.55 WIB)
https://bisnis.tempo.co/read/894605/45-juta-pengguna-instagram-indonesia-pasar-terbesar-di-
asia(diakses pada 3 Mei 2018, Pukul 08.10 WIB)
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/masyarakat-adat-lampung-pepadun?
(diakses pada 28 Mei 2018, Pukul 22.00 WIB)