ANALISIS SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP … · 2018-04-03 · Penelitian ini bertujuan untuk...
Transcript of ANALISIS SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP … · 2018-04-03 · Penelitian ini bertujuan untuk...
i
ANALISIS SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (STUDI KASUS :
KABUPATEN DAN KOTA DIPROVINSI JAWA BARAT 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (SE)
Oleh:
JIHAD ADHIAS T P
NIM: 1113084000021
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
i. Identitas pribadi
1.Nama : Jihad Adhias T P
2.Tempat Tanggal Lahir : 02 Desember 1994
3.Alamat : Jl.Mesjid 1 no.5 Rt.005/001 Kp.Pabuaran
Kel.JatiMurni Kec.Pondok Melati Kota
Bekasi ,17431
4.Nomor Handphone : 0895353475663
5.Email : [email protected]
ii. Latar Belakang Keluarga
1.Nama Ayah : Muhayat
2.Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 03 Januari 1964
3.Nama Ibu : Tumini
4.Tempat Tanggal Lahir :Brebes, 17 April 1969
iii. Riwayat Sekolah:
1.MI. Al-Ishlah Kota Bekasi Tahun 2001-2007
2. SMP Negeri 24 Jakarta Timur Tahun 2007-2010
3.SMA Negeri 113 Jakarta Timur Tahun 2010-2013
vii
iv. Seminar dan Workshop
1. Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat dengan
Jurusan Sendiri” HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
2. Kuliah Umum “ Fungsi Pengawasan Keuangan Negara sebagai Katalisator
Tercapainya Tujuan Memajukan Kesejahteraan Umum” BPK RI dan HMJ
IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
3. Pelatihan Literasi Informasi “ Let’s literate! Be Ethic!” Perpustakaan FEB
UIN Syarif hidayatullah Jakarta ,2017
4. Seminar Anti korupsi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
viii
Abstract
This research aim to know the effect of manufacturing industrial sector to
increase local government own revenue in the districts and cities in Jawa Barat
province. The variable of this research are investment, employment and the
number of industries in manufacturing industrial sector from 2011 to2015. This
study uses panel data regression with using EViews 9 program. Partially the
result show that investment and employment in manufacturing industrial sector
have significant effect on local government own revenue in Jawa Barat province.
Meanwhile the number of industries does not have significant effect on local
government own revenue.
Keyword: Investment, employment, the number of industries, local government
own revenue.
ix
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sektor industri manukfaktur
terhadap peningkatan pendapatan asli daerah kabupaten dan kota provinsi jawa
Barat. variabel yang digunakan adalah investasi , tenaga kerja dan jumlah unit
usaha industri sektor manufaktur tahun 2011-2015 . metode analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda metode data panel dengan
menggunakan program EViews 9. Secara Parsial, Hasil penelitian menunjukan
bahwa investasi dan jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah Provinsi Jawa Barat.
Sedangkan jumlah unit usaha sektor industri manufaktur tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan asli daerah provinsi jawa barat.
Kata Kunci : Investasi, jumlah tenaga kerja, jumlah unit usaha dan pendapatan asli
daerah kabupaten dan kota Jawa Barat
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmatNya dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis
Sektor Industri Manufaktur Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (Studi Kasus : Kabupaten Dan Kota Diprovinsi Jawa Barat 2011-
2015) ”. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman terang
benderang.Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, pengarahan, bimbingan serta memberikan dukungan berupa
semangat dan do’a baik secara langsung dan tidak langsung dalam
penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Adapun pihak-pihak terserbut adalah:
1. Kedua orang tua yaitu ayah dan ibu saya tercinta yang selalu
mendoakan, menyemangati dan memfasilitasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Karena dengan restu merekalah
penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik.
x
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas
kesempatan berharga yang diberikan kepada penulis untuk
duduk di bangku perkuliahan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan
mengenyam pendidikan di FEB.
3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Ibu Najwa Khairina, SE, MA
selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas perannya
untuk selalu memberikan bimbingan kepada penulis baik dalam
bentuk akademik maupun non-akademik.
4. Bapak Aizirman Djusan, Ph.D, M.Sc., Econ. Selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan
motivasi dan arahan, membantu mencari data kepada penulis
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini hingga skripsi ini
selesai. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan
keberkahan oleh Allah SWT
5. Para sahabat “Wacana-ers”; Hery, Subhan, Luthfan, Mahatir,
Rival, Zekha, Ibas, Alvi, Yoga, Gupron, Irfan, terima kasih
telah menemani dan membimbing kehidupan perkuliahan
selama 4 tahun dan seterusnya. semoga sukses kawan..!
6. Para sahabat “Kosan Berkah (KOBER)” yaitu Derma, Risky
(Joko), Eko, Akhadi, Zanuar, Dimas, Rafiqi, Fauzan, weka,
terima kasih telah menemani kehidupan perkuliahan sehingga
xi
tidak membosankan selama 4 tahun di UIN .semoga sukses
brother..!
7. Para rekan-rekan Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan
2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tanpa
mengurangi rasa hormat penulis, terima kasih karena telah
menjadi bagian kehidupan perkuliahan penulis.
8. Para rekan-rekan KKN PEMANAH yang memberikan
pengalaman mengabdi di masyarakat dan juga menjadi wadah
untuk penulis menjadi pribadi yang lebih baik.
9. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih
memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
segala bentuk saran, masukan dan kritik dari pembaca akan diterima oleh
penulis guna memperbaiki dan mengembangkan penelitian ini. Akhir kata,
semoga penelitian ini dapat berguna serta bermanfaat bagi para pembaca
yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bekasi,20 desember 2017
Jihad Adhias T P
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI…………….…………………iii.
LEMBAR PENGESEHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………………………iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH……………………v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
Abstract ................................................................................................................ viii
Abstrak ................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 11
3. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 13
4. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................... 13
BAB II ................................................................................................................... 14
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 14
A. LANDASAN TEORI ................................................................................... 14
1. Teori Pendukung ....................................................................................... 14
2.Pendapatan Asli Daerah (PAD) .................................................................. 19
3. Industri Pengolahan/ Manufacturing ......................................................... 22
4.Investasi ...................................................................................................... 29
5.Tenaga Kerja ............................................................................................... 30
6.Konsep Jumlah Unit Usaha......................................................................... 32
B. PENELITIAN TERDAHULU ...................................................................... 33
C.KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................... 38
D. HIPOTESIS PENELITIAN .......................................................................... 40
BAB III ................................................................................................................. 41
xiii
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 41
A. Ruang lingkup penelitian .............................................................................. 41
B. Metode pengumpulan data ............................................................................ 41
C.Metode Analisis Data .................................................................................... 42
1.Metode Data Panel ...................................................................................... 42
2.Model Estimasi Regresi Data Panel............................................................ 42
3. Pemilihan Metode Data Panel.................................................................... 44
4.Deteksi penyimpangan asumsi klasik ......................................................... 46
5.Pengujian Statistik ...................................................................................... 49
D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 52
BAB IV ................................................................................................................. 54
PEMBAHASAN ................................................................................................... 54
A.Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 54
B. Analisa dan Pembahasan .............................................................................. 58
C.Hasil Uji Statistik ........................................................................................... 63
1.Estimasi model Data Panel ......................................................................... 63
D.Uji Asumsi Klasik ......................................................................................... 67
1.Uji Normalitas............................................................................................. 67
2.Uji Multikoliniearitas .................................................................................. 68
3.Uji Autokorelasi .......................................................................................... 69
4.Uji Heterokesdasitas ................................................................................... 70
E.Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 71
1.Uji parsial statistik (uji statistik –t) ............................................................. 73
2. Hasil Uji Statistik F.................................................................................... 78
3.Uji Koefisien determinan ............................................................................ 78
BAB V ................................................................................................................... 79
PENUTUP ............................................................................................................. 79
A.KESIMPULAN ............................................................................................. 79
B.SARAN .......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 83
1
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
(Juta Rupiah dan Persen), 2015 .......................................................................................... 4
Tabel 1.3 Jumlah Unit Industri Kecil Menengah dan Besar di Jawa Barat 2015 ................. 8
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 36
Tabel 4.3 Presentase PDRB menurut lapangan Usaha Provinsi Jawa Barat ..................... 57
Tabel 4.7 hasil Uji Chow ................................................................................................... 63
Tabel 4.8 hasil Uji Hausman .............................................................................................. 64
Tabel 4.9 nilai individual effect FEM ................................................................................. 64
Tabel 4.11 Hasil Uji multikolinieritas ................................................................................ 68
Tabel 4.12 uji Autokorelasi DW......................................................................................... 69
Tabel 4.13 hasil Uji Heterokedasitas ................................................................................. 70
Tabel 4.14 hasil regresi linier Fixed Effect Model.............................................................. 71
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2 Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2015 ......... 6
(Ribu Rupiah) .......................................................................................................... 6
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 39
Gambar 4.1 Peta Wilayah Jawa Barat ................................................................... 54
Gambar 4.2 Grafik Jumlah Penduduk Jawa Barat 2016 ....................................... 56
Gambar 4.4 Grafik Pendapatan asli Daerah Jawa Barat 2011-2015 .................... 58
Gambar 4.5 Jumlah Unit Perusahaan Industri manufaktur Jawa Barat ............... 60
Gambar 4.6 Jumlah Tenaga kerja Sektor Industri manufaktur Jawa Barat ........... 61
Gambar 4.6 Investasi Sektor industri manufaktur Jawa Barat .............................. 62
Gambar 4.9 Uji normalitas .................................................................................... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, pembangunan ekonomi ditandai dengan pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama
dalam lapangan industri dan perdagangan.
Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa
ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi
dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat.Dalam
pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai
suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu
masyarakat meningkat dalam jangka panjang dan lebih mementingkan
peran para pengusaha dalam pembangunan ekonomi(Schumpeter dalam
Sadono Sukirno,2006).
Pada era otonomi daerah saat ini daerah diberikan kewenangan untuk
membangun daerahnya sendiri. otonomi daerah diatur dalam undang-
undang nomor 32 tahun 2004 lalu diamandemen menjadi undang-undang
tahun 23 tahun 2014 tentang pemetintahan daerah yang dimana
keberadaan pemerintahan daerah mempunyai hak penuh untuk
2
kewewenangan dan kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri secara
mandiri. keuangan daerahnya sendiri diatur oleh undang-undang no 33
tahun 2004 mengenai dana perimbangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Kewenangan otonomi yang luas mewajibkan
pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat secara demokratis, adil, merata, dan berkesinambungan
(Halim, 2007:229).
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan jembatan dalam rangka
memperbaiki kesejahteraan rakyat. Konsekuensi dengan adanya
pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih
mandiri dalam pengelolaan keuangan dan mencari sumber-sumber
pendapatan sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Setiap daerah
mempunyai potensi pendapatan yang berbeda-beda, karena perbedaan
kondisi ekonomi, sumber daya alam, besaran wilayah dan besaran
penduduk, sehingga memungkinkan masing-masing daerah memberi
penekanan yang berbeda-beda pada sektor pemasukan daerah.
Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah ini tidak lepas dari
kesiapan masing-masing daerah yang menyangkut permasalahan
pendanaan, sumberdaya alam, dan sumberdaya manusianya. Dengan
adanya otonomi daerah dimana daerahdidorong untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah, banyak daerah yangmemikirkan bagaimana
meningkatkan tarif pajak dan retribusi daerah serta memikirkan untuk
menciptakan objek-objek pajak dan retribusi yang baru.Pemerintah
3
didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengumpulkan
pendapatan asli daerah (PAD) dengan maksud agar subsidi daripemerintah
pusat dapat dikurangi dan meningkatkan tingkat kemandirian dalam
keuangan daerahnya sendiri.
Pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi.
Dimana pembangunan industri merupakan suatu kegiatan yang
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu untuk mencapai kualitas
kehidupan yang lebih baik. Sehingga pembangunan industri tidak hanya
mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi mempunyai tujuan pokok untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Keberadaan
industri juga sering dikaitkan dengan peranan industri sebagai sektor
pemimpin (leading sector), yaitu pembangunan industri dapat memacu
dan meningkatkan pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor
perdagangan, pertanian, ataupun sektor jasa (Arsyad, 1999:242).
Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi dipulau Jawa
dengan jumlah PDRB yang meningkat dari tahun ke tahunnya.Sektor
industri dan perdagangan merupakan penyumbang terbesar PDRB menjadi
penggerak kegiatan ekonomi diprovinsi Jawa Barat. Industri pengolahan
(manufacture) adalah usaha dibidang perusahaan secara kimia atau fisik
dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku
industri pengolahan dari produk pertanian, kehutanan, perikanan,
pertambangan, atau penggalian seperti produk dari kegiatan industri
pengolahan lainnya. (ISIC, 2015)
4
Tabel 1.1 PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Juta Rupiah dan Persen), 2015
Kategori
Uraian
2015
2015
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
132,497,853.52
8.69
B Pertambangan dan Penggalian
26,025,115.03
1.71
C Industri Pengolahan
656,140,108.33
43.03
D Pengadaan Listrik dan Gas
11,437,568.85
0.75
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
1,160,269.63
0.08
F Konstruksi
125,923,144.03
8.26
G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
232,322,870.97
15.24
H Transportasi dan Pergudangan
83,856,721.14
5.50
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
38,098,816.06
2.50
J Informasi dan Komunikasi
39,711,997.08
2.60
K Jasa Keuangan dan Asuransi
39,872,157.12
2.61
L Real Estate
15,578,023.58
1.02
M,N Jasa Perusahaan
6,076,874.35
0.40
O Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
36,673,940.87
2.41
P Jasa Pendidikan
40,563,279.30
2.66
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
10,614,557.10
0.70
R,S,T,U Jasa Lainnya
28,278,904.59
1.85
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
1,524,832,201.52
100.0
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)
Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa pada tahun 2015 PDRB
Jawa Barat tahun 2015 sebesar 1.524 trilliun Rupiah. Dari 14 lapangan
usaha penyumbang PDRB tersebut, sektor industri pengolahan
menyumbang terbesar terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat. Sektor
industri pengolahan tersebut menyumbang sebesar 656 triliun Rupiah atau
5
43,03 % dari keseluruhan penyumbang PDRB. Hal itu menunjukkan
bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling
berpengaruh terhadap PDRB Jawa Barat.Struktur perekonomian provinsi
Jawa Barat tahun 2015 merupakan struktur yang didominasi oleh sektor
industri pengolahan sebesar 43.03% kemudian perdagangan besar dan
eceran ,reparasi mobil dan sepeda motor 15,24% dan sektor
pertanian,kehutanan dan perikanan sebesar 8,69%.
Fenomena tersebut terjadi karena adanya pergeseran struktural,
dimana sektor pertanian berubah menjadi sektor industri. Pertumbuhan
sektor industri pengolahan yang terus meningkat menyebabkan terjadinya
perubahan struktural yang dapat dijelaskan dengan teori pertumbuhan
Kuznets. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan struktural
dalam perekonomian suatu wilayah antara lain adalah kelancaran transisi
dari pola perekonomian agraris ke perekonomian industri, kesinambungan
akumulasi modal fisik dan manusia, perubahan jenis permintaan
konsumen, perkembangan daerah perkotaan berkat migrasi para pencari
kerja dan daerah pertanian di pedesaan dan kota kecil.
Sektor industri manufaktur telah mampu mendorong peningkatan
laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi penggerak berkembangan
pembangunan daerah, yang juga membuka peluang perluasan kesempatan
kerja bagi masyarakat. Pesatnya pertumbuhan industri ini tercapai berkat
peran serta masyarakat terutama dunia usaha.
6
Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi Nasional
dapat ditelusuri dari kontribusi masing-masing subsektor terhadap Laju
Pertumbuhan EkonomiNasional atau terhadap Pendapatan Nasional.
Selain itu untuk wilayah tertentu, baik kabupaten, atau provinsi dapat juga
dilakukan dengan melihat besaran investasi yang dikeluarkan ke sektor
tersebut dan melihat pengaruhnya terhadap Pendapatan Asli
Daerah.(Mokhamad anwar, Yunizar dan H. Sulaeman Nizar,2007:2)
Gambar 1.2 Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2011-
2015(Ribu Rupiah)
Sumber : APBD Jawa Barat (diolah)
Peningkatan nilai PDRB di jawa barat juga memberikan dampak
kepada meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD). Seperti yang bisa
dilihat dari grafik diatas , menunjukan bahwa kenaikan PAD dari tahun ke
tahun mengalami tren positif kenaikan yang bertahap. Kenaikan PAD yang
Rp5,868,899,649
Rp7,909,533,925
Rp10,200,597,602
Rp11,396,251,116
Rp15,672,958,347
Rp0
Rp2,000,000,000
Rp4,000,000,000
Rp6,000,000,000
Rp8,000,000,000
Rp10,000,000,000
Rp12,000,000,000
Rp14,000,000,000
Rp16,000,000,000
Rp18,000,000,000
2011 2012 2013 2014 2015
PAD Jawa Barat
7
signifikan terjadi pada tahun 2014 k3 2015. Pada tahun 2014pendapatan
asli daerah provinsi Jawa Barat sebesar Rp11.396.251.116 naik signifikan
menjadi Rp 15.672.958.347.
Dan realisasi pendapatan asli daerah provinsi Jawa Barat dari tahun
ke tahun selalu melebihi target yang direncanakan. hal ini menyebabkan
PAD Jawa Barat merupakan daerah yang dapat menyumbang sebesar 30%
terhadap jumlah pendapatan APBD.
8
Tabel 1.3 Jumlah Unit Industri Kecil Menengah dan Besar di Jawa Barat
2015
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat(diolah)
Jawa Barat juga mempunyai sektor industri yang cukup
berkembang mulai dari industri rumahan sampai dengan industri yang
besar. Tabel diatas menunjukan keadaan sektor industri
pengolahan/manufaktur di 26 kabupaten dan kota Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah dengan kontribusi
jumlah unit usaha terbesar berada di kabupaten Sukabumi sebanyak
no kab./kota jumlah unit usaha jumlah tenaga kerja jumlah investasi (juta/rupiah)
1 kab. Bogor 15242 365230 16.406.853Rp
2 kab. Sukabumi 15801 223125 3.030.324Rp
3 kab. Cianjur 1257 159744 464.388Rp
4 kab. Bandung 13999 232540 4.477.503Rp
5 kab. Garut 9846 170250 5.284.912Rp
6 kab. Tasikmalaya 1483 171916 3.350.956Rp
7 kab. Ciamis 1423 190128 5.315Rp
8 kab. Kuningan 2461 193289 723.365Rp
9 kab. Cirebon 10853 99024 5.295.215Rp
10 kab. Majalengka 7428 143882 3.461.068Rp
11 kab. Sumedang 5151 159865 5.340.790Rp
12 kab. Indramayu 2392 123573 70.257Rp
13 kab. Subang 3433 142883 5.511.138Rp
14 kab. Purwakarta 10962 146406 105.789.015Rp
15 kab. Karawang 10113 407227 27.156.680Rp
16 kab. Bekasi 11153 233124 25.498.503Rp
17 kab. Bandung Barat 214 11554 7.780.009Rp
18 Kota Bogor 8494 274770 23.902.978Rp
19 Kota Sukabumi 9462 132011 592.352Rp
20 Kota Bandung 10901 123209 25.689.016Rp
21 Kota Cirebon 9421 158333 5.598Rp
22 Kota Bekasi 10002 114843 8.439.796Rp
23 Kota Depok 10436 170418 5.547.390Rp
24 Kota Cimahi 6155 193263 3.530.274Rp
25 Kota Tasikmalaya 9801 119610 1.052.280Rp
26 Kota Banjar 9712 158117 1.229.553Rp
total 207595 4618334 289.635.528Rp
9
15.801 pada tahun 2015. Untuk penyerapan tenaga kerja industri daerah
yang paling besar kontribusinya adalah Kabupaten Karawang dengan
jumlah 407.227 orang. Investasi pada sektor industri terbesar pada
kabupaten purwakarta.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, Jabar merupakan
provinsi dengan jumlah industri terbanyak. Menurut Ketua Kamar Dagang
Industri (Kadin) Jabar, Agung Suryamal Sutisno mengatakan bahwa Jabar
bisa dibilang jantung industri nasional dengan mengendalikan lebih dari
50 persen kontribusi sektor industri terhadap perekonomian nasional
Dari 74 kawasan industri yang tersebar di Indonesia, 40 di
antaranya berlokasi di Jabar. Dari sisi luasan wilayah, dari 31.000 ha luas
industri di Tanah Air, 23.000 ha di antaranya berada di Jabar.Berkat sektor
industri inilah, Jabar menjadi penyumbang produk domestik bruto (PDB)
ketiga terbesar atau mencapai 14,07 persen setelah DKI Jakarta (16,40
persen) dan Jawa Timur (14,88 persen).
Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dapat
dilihat kontribusinya pada masing-masing subsektor terhadap Laju
Pertumbuhan EkonomiNasional atau terhadap Pendapatan Nasional.
Selain itu untuk wilayah tertentu, baikkabupaten, atau provinsi dapat
ditelusuri bahwa sektor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Mokhamad anwar, Yunizar dan H. Sulaeman Nizar (2007) dalam
10
penelitiannya yang berjudul indentifikasi sektor industri dan peranannya
dalam peningkatan pendapatan asli daerah kabupaten garut menunjukan
bahwa investasi pada sektor industri menunjukan pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi investasi pada sektor industri dikabupaten garut dapat
secara positif meningkatkan pendapatan asli daerah dan sebaliknya .
Selanjutnya, Indrajati Hertanto dan Jaka Sriyana (2011) dalam
penelitiannya yang berjudul sumber pendapatan asli daerah kabupaten dan
kota menunjukan bahwa jumlah industri, jumlah penduduk serta PDRB
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli daerah di Jawa Barat.
Dari beberapa uraian singkat diatas dapat dikatakan bahwa sektor
industri memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Sehingga penelitian ini bermaksud menganalisis mengenai
sektor industri manufaktur yang dilihat dari segi jumlah investasi , jumlah
tenaga kerja yang terserap dan jumlah perusahaan industri yang terlibat.
Hal tersebut dianalisis untuk melihat seberapa besar kontribusinya
terhadap pendapatan asli daerah. Penulis meneliti fenomena tersebut
dengan judul “ANALISIS SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN
2011-2015”
11
2. RUMUSAN MASALAH
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu indikator keberhasilan
dari adanya pelaksanaan otonomi daerah. Jika suatu daerah dapat
menghasilkan pendapatan asli daerah lebih tinggi jumlahnya dari dana
perimbangan pemerintah pusat maka daerah tersebut bisa dikatakan
mandiri dalam pembiayaan daerah mereka. Tentu saja dalam
pelaksanaannya tidak semudah yang diperkirakan. Salah satu sector
penyumbang PAD di Jawa Barat adalah sector industri pengolahan.
Industri pengolahaan merupakan salah satu paling besar kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Barat. Investasi , tenaga
kerja dan jumlah unit usaha merupakan faktor-faktor yang diduga dapat
mempengaruhi peningkatan PAD di Jawa Barat. Berdasarkan kepada
uraian sebelumnya mengenai perkembangan sektor industri manufaktur,
maka penulis rumuskan beberapa masalah yang akan dibahas. Adapun
ruang lingkup pembahasannya berkisar pada:
1. Seberapa besar pengaruh investasi, jumlah tenaga kerja dan jumlah
unit perusahaan secara simultan terhadap pendapatan asli daerah
secara bersama-sama di Kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat?
2. Seberapa besarkah pengaruh investasi sektor industri terhadap
pendapatan asli daerah di Kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat?
3. Seberapa besarkah pengaruh jumlah tenaga kerja sektor industri
terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten dan kota di Provinsi
Jawa Barat?
12
4. Seberapa besarkah pengaruh jumlah perusahaan sektor industri
terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten dan kota di Provinsi
Jawa Barat?
13
3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh investasi, jumlah tenaga
kerja, jumlah unit usaha sektor industri terhadap pendapatan asli
Kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat
2. Untuk mengetahui Seberapa besarkah pengaruh investasi sektor
industri terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten dan kota di
Provinsi Jawa Barat
3. Seberapa besarkah pengaruh jumlah tenaga kerja sektor industri
terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten dan kota di Provinsi
Jawa Barat
4. MANFAAT PENELITIAN
1. penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah Provinsi Jawa Barat
dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor industri ini
2. bagi akademisi penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian yang
lebih lanjut guna menambah wawasan mengenai sektor industri di daerah
kabupaten dan kota.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan wacana untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang sektor industri.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Teori Pendukung
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Pertumbuhan ekonomi didasarkan pada beberapa faktor yang
menjadi faktor penentu di dalamnya yaitu akumulasi pertumbuhan
penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan tingkat
output.(Tarigan, 2005) . selanjutnya dikatakan bahwa dapat terjadi
subtistusi antara tenaga kerja(L) dan modal/kapital (K). Teori neoklasik
mempunyai pandangan dari sudut berbeda dari teori klasik yaitu dari
segi penawaran . pertumbuhan ekonomi ini bergantung pada fungsi
produksi yaitu :
Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah angkatan kerja
yang bekerja dan T adalah teknologi . karena tingkat kemajuan teknologi
ditentukan secara eksogen maka model neoklasik solos juga disebut
model pertumbuhan eksogen.
b. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha
di dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu
ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan
15
terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan
ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang
baru, mempertinggi efisiensi dalam memproduksikan suatu barang,
memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru,
mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan
perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan
mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan
inovasi ini akan memerlukan investasi baru.(Todaro,2006)
Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter
memulai analisanya dengan memisahkan bahwa perekonomian sedang
dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak akan
berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan
pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk
mengadakan inovasi yang menguntungkan.
Didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan dari
mengadakan pembaharuan tersebut, akan melakukan peminjaman
modal.
Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan
ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan
tingkat konsumsi menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan
mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih
banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.
16
c. Teori Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua
ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod.
Teori Harrod-Domar ini mempunyai asumsi yaitu:
1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full
employment) dan barangbarang modal yang terdiri dalam
masyarakat digunakan secara penuh.
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga
dan sektor perusahaan.
3. Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan
nasional.
4. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =
MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output
(Capital-Output Ratio atau COR) dan rasio pertambahan modal-
output (Incremental Capital-Output Rratio atau ICOR)
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan
suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk
mengganti barang-barang modal yang rusak.
Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut,
diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal.
Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output
(COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh,
17
perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi
tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di
investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan
tumbuh.(Sadono Sukirno,2006)
d. Teori Pertumbuhan Kuznets
Dalam teori pembangunan ekonomi, Kuznets memberikan definisi
pertumbuhan ekonomi secara lebih rinci, yakni kenaikan kapasitas
dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri
ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-
penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis
terhadap berbagai tuntutan yang ada (Todaro, 2006).
Salah satu karakteristik dari pertumbuhan ekonomi adalah tingkat
transformasi struktural ekonomi yang tinggi, dimana salah satu
komponen utama dari perubahan tersebut adalah pergeseran secara
bertahap dari aktivitas sektor pertanian ke sektor non pertanian seperti
industri dan jasa. Selain itu, terjadi pula pergeseran lokasi dan status
pekerjaan mayoritas angkatan kerja dari sektor pertanian dan aktivitas
non pertanian di daerah pedesaan ke sektor manufaktur dan jasa di
daerah perkotaan.
e. Teori Pusat Pertumbuhan
Teori ini di populerkan oleh Perroux dan menjadi dasar dari
strategi kebijakan pembangunan industri daerah yang banyak di
18
terapkan di berbagai negara dewasa ini. Perroux mengatakan,
pertumbuhan tidak muncul di bebagai daerah dalam waktu yang sama.
Pertumbuhan hanya terjadi di beberapatempat yang disebut sebagai
pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda.Dalam proses
pembangunan akan timbul industri unggulan yang merupakan industri
penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Kerena keterkaitan
industri satu samalain sangat erat, maka pembangunan industri unggulan
akan mempegaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat
dengan industri unggulan tersebut.
Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat
pertumbuhan perekonomian, karena pemusatan industri akan
menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga
pembangunan industri disuatu daerah akan mempengaruhi
perkembangan industri di daerah yang lainya.Ditinjau dari aspek
lokasinya pembangunan ekonomi di daerah tidak merata dan cenderung
terjadi proses.aglomerasi(pemusatan) pada pusat-pusat pertumbuhan.
Pada nantinya pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan mempengaruhi
dearah yang lambat perkembanganya, terjadinya aglomerasi tersebut
memiliki manfat-manfat tertentu yaitu keungulan secara
ekonomis(usaha dalam jumlah besar) dan keuntungan penghematan
biaya.(lincolin, 1999)
19
2.Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Salah satu faktor utama untuk membiayai pembangunan adalah
penerimaan pemerintah daerah. Penerimaan pemerintah daerah
bersumber dari pendapatan asli daerah berupa pajak daerah dan bantuan
pemerintah pusat.
Pengertian Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh
daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan tulang
punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan
melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan
oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi
yang dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD
berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap
bantuan pemerintah pusat. (Darise, 2009:48)
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu komponen sumber
penerimaan keuangan Negara disamping penerimaan lainnya berupa
dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah
juga sisa anggaran tahun sebelumnya yang dapat ditambahkan sebagai
sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Keseluruhan bagian penerimaan tersebut stiap tahun tercermin dalam
APBD, meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai APBD.
20
Menurut Mardiasmo (2002) “Pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah. Undang-undang Nomor
33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah disebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan
daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan
Pajak.
b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :
1. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Sedangkan menurut Rochmat Sumitro (Darise,2009) pajak
merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dipaksakan) dengan tidak dapat mendapat jasa timbal
balik secara langsung (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
21
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur sebagai berikut:
Iuran dari rakyat untuk negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut
hanya berupa uang bukan barang
Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan ketentuan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya
Tanpa jasa timbal balik secara langsung atau kontraprestasi negara
yang secara langsung dapat ditunjuk dalam pembayaran pajak tidak
dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual dari pemerintah
Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara , yakni
pengeluaran bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
3. Hasil Pengolahan Daerah Yang Sah
Selain pajak daerah dan retribusi daerah, bagian laba perusahaan
milik daerah (BUMD) merupakan salah satu sumber yang cukup
potensial untuk dikembangkan.
22
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Penerimaan lain-lain yang sah yang merupakan Pendapatan Asli
Daerah antara lain hasil penjualan aset tetap daerah dan jasa giro
3. Industri Pengolahan/ Manufacturing
a. Definisi Industri
Industri menurut Undang – undang Nomor 3 tahun 2014 tentang
Perindustrian yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri;
Industri pengolahan menurut Badan Pusat Statistik (2011:34) industri
mempunyai dua pengertian:
1. Pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan di
bidang ekonomi bersifat produktif.
2. Dalam pengertian secara sempit, industri hanyalah mencakup industri
pengolahan yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar mekanis, kimia, atau dengan tangan barang
yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya dan sifatnya
lebih kepada pemakaian akhir.
Menurut KLBI tahun 2015, industri manufaktur atau industri pengolahan
merupakan kegiatan ekonomi/lapangan usaha meliputi di bidang
perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen
23
menjadi produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk
pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan atau penggalian seperti
produk dari kegiatan industri pengolahan lainnya. Perubahan,
pembaharuan atau rekonstruksi yang pokok dari barang secara umum
diperlakukan sebagai industri pengolahan. .
Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan barang-barang yang homogeny, atau barang-barang yang
memounyai sifat saling mengganti yang erat. Secara makro, industri
adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah yakni semua
produk, baik barang maupun jasa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian industri secara luas adalah
suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang mempunyai
tujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang terletak pada suatu
bangunan atau lokasi tertentu serta mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau
lebih yang bertanggungjawab atas resiko usaha tersebut (Hasibuan, 1993).
Unit industri pengolahan digambarkan sebagai pabrik, mesin atau
peralatan yang khusus digerakkan dengan mesin dan tangan. Termasuk
kategori industri pengolahan di sini adalah unit yang mengubah bahan
menjadi produk baru dengan menggunakan tangan, kegiatan maklon atau
kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat yang sama di mana
produk tersebut dijual dan unit yang melakukan pengolahan bahan-bahan
dari pihak lain atas dasar kontrak.
24
Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 142 tahun 2015
tentang kawasan industri, yang dimaksud dengan :
1. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang
telah memiliki izin usaha kawasan industri.
2. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang mengusahakan
pengembangan dan/atau pengelolaan kawasan industri;
3. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang
diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
b. Klasifikasi Industri
1. Berdasarkan Kelompok
Kementrian Perindustrian menjelaskan bahwa industri nasional Indonesia
dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu:
a. Industri Dasar yang meliputi kelompok Industri Mesin dan Logam
Dasar (IMLD) dan kelompok Kimia Dasar (IKD). Termasuk dalam
IMLD antara lain: industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, dan
sebagainya. Sedangkan yang termasuk IKD antara lain: industri
pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk,
industri semen, industri batu bara, industri silikat dan sebagainya.
25
b. Industri Kecil yang meliputi antara lain industri pangan (makanan,
minuman, tembakau) industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi,
serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri
kertas, percetakan, penerbitan, barang-barang karet, plastik dan lain-
lain), industri galian bukan logam, dan industri logam (mesin-mesin
listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang logam dan sebagainya). Misi
kelompok ini adalah melaksanakan pemerataan. Teknologi yang
digunakan adalah teknologi menengah atau sederhana dan padat karya.
Pengembangan Industri Kecil diharapkan dapat menambah
kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan
memanfaatkan pasar dalam negeri dan pasar luar negeri (ekspor).
c. Industri Hilir yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi antara
lain: industri yang mengolah sumber daya hutan, industri yang
mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya
pertanian secara luas, dan lain-lain. Misinya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan
kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah
teknologi menengah atau teknologi maju.
2. Berdasarkan Besar Modal
berdasarkan besar kecilnya modal unit usaha yang bersangkutan, yaitu: :
a. Industri kecil adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai
dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) diluar tanah dan
bangunan usaha;
26
b. Industri menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi lebih
besar dari Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) diluar tanah dan bangunan usaha;
c. Industri besar adalah industri yang memiliki nilai investasi lebih besar
dari Rp 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) diluar tanah dan
bangunan usaha.
3. Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Menurut Badan Pusat Statistik (2002), pengelompokan industri dengan
cara ini dibedakan menjadi 4 yaitu:
a. Perusahaan/Industri Besar jika mempekerjakan 100 orang atau lebih;
b. Perusahaan/Industri Sedang jika mempekerjakan 20 sampai 99 orang;
c. Perusahaan/Industri Kecil jika mempekerjakan 5 sampai 11 orang;
d. Industri Kerajinan Rumah Tangga jika mempekerjakan 3 orang
(termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).
4. Berdasarkan Orientasinya
Menurut Mohs dalam Bale (1980), industri dibedakan menjadi 4, yaitu:
a. Industri primer (raw material): Material diperoleh langsung dari dalam
bumi atau laut, tidak mengalami proses lewat pabrik. Misal jenis raw
material: batu bara (coal), kayu (trees), perikanan (fishing), dan lain-
lain;
27
b. Industri sekunder (manufacture): Biasanya ditandai oleh berbagai
variasi dan lokasinya, bergantung pada pembeli, letak dan raw
material yag tersedia. Industri sekunder berorientasi pada hasil
produksi pabrik;
c. Industri tersier (service): Berorientasi kepada pemberian servis serta
cenderung ke arah mana servis itu dibutuhkan dengan memperhatikan
pasar yang ada;
d. Industri kwarter (expertise): Berorientasi kepada keahlian yang
dimiliki serta diidentifikasikan sebagai suatu aktivitas grup misal:
universitas,think & thanks dan research. Biasanya berorientasi pasar
tetapi lokasinya dapat dimana saja karena media elektronika. Dalam
perkembangannya, lokasi industri ini sangat dipengaruhi oleh
kedekatannya dengan jalan bebas hambatan untuk memudahkan
pengangkutan barang.
5.Industri Kecil
Kementrian Perindustrian membedakan kategori-kategori industri kecil
sebagai berikut:
a. Industri Kecil Modern
o Menggunakan teknologi proses madya (intermediate process
tecnologies);
28
o Mempunyai skala produksi yang terbatas;
o Tergantung pada dukungan Litbang dan usaha-usaha kerekayasaan
(industri besar);
o Dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah dan
menggunakan sistem pemasaran domestik dan ekspor;
o Menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan modal lainnya.
Dengan kata lain, Industri kecil modern mempunyai akses untuk
menjangkau sistem pemasaran yang relatif berkembang baik di pasar
domestik atau di pasar ekspor.
b. Industri Kecil Tradisional
Berlainan dengan industri kecil modern, industri kecil tradisional pada
umumnya mempunyai ciri-ciri:
o Teknologi proses yang digunakan secara sederhana;
o Teknologi pada bantuan Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang
disediakan oleh Departemen Perindustrian sebagai bagian dari
program bantuan teknisnya kepada SI;
o Mesin yang digunakan dan alat perlengkapan modal lainnya relatif
sederhana;
o Lokasi di daerah pedesaan;
o Akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungan langsung yang
berdekatan terbatas.
c. Industri Kerajinan Kecil
29
Industri kerajinan meliputi berbagai Industri kecil yang sangat
beragam mulai dari yang menggunakan teknologi sederhana sampai
yang menggunakan teknologi proses madya atau malahan teknologi
proses yang maju.
4.Investasi
Secara konsep, Investasi adalah kegiatan mengalokasikan atau
menanamkan sumberdaya (sekarang) dengan harapan mendapatkan manfaat
dikemudian hari (masa datang). Sumberdaya ini biasanya dikonversikan
kedalam satuan moneter atau uang.dengan demikian , secara konsep investasi
dapat didefinisikan sebagai menanamkan uang sekarang guna mendapatkan
manfaat (balas jasa atau keuntungan) dikemudian hari.(Henry faizal noor:2009)
Investasi merupakan faktor pendorong yang sangat kuat bagi pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Investasi juga
merupakan langkah awal untuk kegiatan produksi serta pembangunan
ekonomi. Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing
mampu menciptakan lapangan pekerjaan, sumber perkembangan teknologi,
dan diversifikasi produk sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekspor.
Investasi berdasarkan pemilik modal terdiri dari investasi pemerintah dan
investasi swasta.
Harrod – domar berkeyakinan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi sangat
bergantung pada kepada tingkat investasi semakin tinggi tingkat investasi,
semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan yang akan dicapai. Investasi
pemerintah pada umumnya dalam bentuk infrastruktur seperti jalan, pelabuhan
30
dan listrik yang dibutuhkan oleh masyarakat, termasuk dunia usaha untuk
melakukan kegiatan produksi, sedangkan investasi swasta pada umumnya
terdiri dalam bentuk faktor-faktor produksi seperti mesin, bahan baku, dan
bahan penolong untuk meningkatkan produksi barang dan jasa(Sadono ,2006).
Investasi dibedakan menjadi investasi finansial dan investasi non finansial.
Investasi finansial adalah investasi dalam bentuk pemilikan instrument
finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat
berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non finansial
merupakan investasi dalam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud
capital atau barang modal, termasuk didalamnya inventori (persediaan).
Meski demikian, investasi finansial dapat juga direalisasikan menjadi
investasi fisik. Investasi sangat dibutuhkan oleh negara berkembang seperti
negara Indonesia, yang digunakan untuk memutuskan lingkaran setan
kemiskinan. Hal ini dikarenakan investasi dapat meningkatkan pendapatan
nasional di suatu negara. Setiap kenaikan jumlah dari pendapatan sebagai
akibat dari pertambahan investasi akan meningkatkan pendapatan dengan
jumlah yang berlipat.
5.Tenaga Kerja
Setiap usaha dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Tenaga
kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara
31
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki
usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun
– 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut
sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga
kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan
di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-
anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja.
skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang
dibutuhkan dan membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian.biasanya
perusahaan kecil akan membutuhkan tenaga kerja yang sedikit dan sebaliknya
perusahaan skala besar akan membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dan
mempunyai keahlian.penyerapan dimaksudkan sebagai menghimpun orang
atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha , untuk dapat berbuat sesuai dengan
kebutuhan usaha itu sendiri
Penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih
ditentukan oleh pasar tenaga kerja , dalam hal ini dipengaruhi oleh upah tenaga
kerja serta harga outputnya . pengusaha cenderung menambah tenaga kerja
selama produk marginal (nilai tambah output yang diakibatkan oleh
bertambahnya 1 unit tenaga kerja) lebih tinggi daripada cost yang dikeluarkan
untuk upah tenaga kerja . Proses dari usaha-usaha penyerapan tenaga kerja
32
dapat terwujud apabila pembinaan dan pengembangan industri dapat berjalan
baik.
6.Konsep Jumlah Unit Usaha
Menurut Matz dalam Widyantoro (2013), dengan adanya peningkatan
investasi pada suatu industri, juga akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Hal ini dikarenakan oleh dengan adanya peningkatan investasi maka akan
meningkatkan jumlah perusahaan yang ada pada industri tersebut. Peningkatan
jumlah perusahaan maka akan meningkatkan jumlah output yang akan
dihasilkan sehingga lapangan pekerjaan meningkat dan akan mengurangi
pengangguran atau dengan kata lain akan meningkatkan penyerapan tenaga
kerja.
33
B. PENELITIAN TERDAHULU
1. Mokhamad anwar, Yunizar dan H. Sulaeman Nizar (2007) dalam
penelitiannya yang berjudul “Indentifikasi Sektor Industri Dan Peranannya
Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Garut” menunjukan
bahwa investasi pada sektor industri menunjukan pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
investasi pada sektor industri dikabupaten garut dapat secara positif
meningkatkan pendapatan asli daerah dan sebaliknya .
2.Indrajati Hertanto dan Jaka Sriyana (2011) dalam penelitiannya yang
berjudul “sumber pendapatan asli daerah kabupaten dan kota”menunjukan
bahwa jumlah industri, jumlah penduduk serta PDRB berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan Asli daerah di Jawa Barat.
3.Yesika Resianna Barimbing dan Ni Luh Karmini(2015) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pad, Tenaga Kerja, Dan Investasi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Bali”menunjukan bahwa
variabel Pendapatan Asli Daerah, tenaga kerja, dan Investasi secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota
diProvinsi Bali.
34
4.Muchtholifah (2010) meneliti tentang : Pengaruh PDRB, Inflasi, Investasi
Industri, dan Jumlah Tenaga Kerja terhadap PAD di kota Mojokerto. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa : secara simultan PDRB, inflasi, investasi
industri dan jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap PAD. Secara
parsial PDRB dan jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan dan
berhubungan positif terhadap PAD. Investasi industry secara parsial
berpengaruh signifikan dan berhubungan negatif terhadap PAD. Sedangkan
inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan dan berhubungan negatif
terhadap PAD. Pengaruh inflasi sangat kecil terhadap PAD. Variabel yang
dominan mempengaruhi PAD adalah variabel PDRB.
5.Renggar Oktafiani (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Kontribusi
Sektor Industri Informal Terhadap Pembentukan Pendapatan Asli Daerah
(Pad) Kabupaten Madiun Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”
dengan menggunakan data panel menunjukan bahwa Hasil dari penelitian
menunjukan bahwa secara simultan variabel jumlah unit, tenaga kerja, invetasi
dan nilai produksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan
asli daerah kabupaten Madiun.
6.Andi Abdul wahab, Rusdiah Iskandar, Irwansyah (2015)Penelitian ini
dilakukan untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung variabel
investasi pemerintah dan swasta serta tenaga kerja terhadap PDRB dan PAD
kota Samarinda. Hasil penelitian menyatakan bahwa investasi pemerintah tidak
35
berpengaruh signifikan terhadap PDRB sedangkan investasi swasta dan tenaga
kerja berpengaruh signifikan terhdap PDRB.Investasi Pemerintah dan swasta
serta Tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD secara
langsung,tapi berpengaruh secara tidak langsung.
36
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Penulis tahun Judul variabel Hasil
Mokhamad
Anwar,
Yunizar,
dan
H.Sulaeman
Rachman
Nidar
2007 IDENTIFIKASI SEKTOR INDUSTRI
DAN PERANANNYA DALAM
PENINGKATAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH KABUPATEN
GARUT
Investasi sektor
industri
Pendapatan asli
daerah (PAD)
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
investasi berpengaruh signifikan terhadap
PAD.
Indrajati
Hertanto
Jaka Sriyana
2011 SUMBER PENDAPATAN ASLI
DAERAH
KABUPATEN DAN KOTA
Jumlah industri
Jumlah penduduk
PDRB
PAD
Hasil regresi data panel menunjukkan bahwa
jumlah industri, penduduk, dan PDRB
berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pendapatan
asli daerah (PAD) kabupaten/kota di
Jawa Barat
Yesika
Resianna
Barimbing
Ni Luh
Karmini
2015 PENGARUH PAD, TENAGA KERJA,
DAN INVESTASI
TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI PROVINSI BALI
PAD
Tenaga kerja
Investasi
Pertumbuhan
ekonomi
Pendapatan Asli Daerah, tenaga kerja, dan
Investasi secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali.
Mutholifah 2011 PENGARUH
PDRB, INFLASI,
INVESTASI
INDUSTRI,DAN
JUMLAH
TENAGA KERJA
TERHADAP PAD
Pdrb ,
inflasi ,
investasi industri
jumlah tenaga kerja
pendapatan asli
daerah
Nilai Pdrb , tingkat inflasi , nilai investasi
sektor industri dan jumlah tenaga kerja secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan asli daerah di kota mojokoerto.
Secara parsial investasi industri dan inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD di
kota Mojokerto
37
DI KOTA
MOJOKERTO
Renggar
Oktaviani
2017 KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI
INFORMAL TERHADAP
PEMBENTUKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN
MADIUN DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA
Jumlah unit, tenaga
kerja, nilai produksi,
investasi,
pendapatan asli
daerah
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
secara simultan variabel jumlah unit, tenaga
kerja, invetasi dan nilai produksi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan asli daerah kabupaten Madiun
Andi Abdul
wahab,
Rusdiah
Iskandar,
Irwansyah
2015 INFLUENCE OF GOVERMENT
INVESMENT AND PRIVATE
INVESMENT AND LABOR
AGAINST DOMESTIC PRODUC
GROSS REGIONAL AND OWN
LOCAL REVENUE SAMARINDA
Investasi
pemerintah,
investasi swasta,
tenaga kerj, produk
domestik regional
bruto , pendapatan
asli daerah
Penelitian inidilakukan untuk melihat
pengaruh langsung dan tidak langsung
variabel investasi pemerintah dan swasta serta
tenaga kerja terhadap PDRB dan PAD kota
Samarinda. Hasil penelitian menyatakan
bahwa investasi pemerintah tidak
berpengaruh signifikan terhadap PDRB
sedangkan investasi swasta dan tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhdap
PDRB.Investasi Pemerintah dan swasta serta
Tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan
terhadap PAD secara langsung,tapi
berpengaruh secara tidak langsung
38
Dari beberapa uraian diatas mengenai penelitian terdahulu diatas dapat
dijelaskan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel jumlah investai
industri ,jumlah tenaga kerja yang terserap , dan jumlah unit perusahaan yang
dijadikan variabel independen dengan variabel dependen tingkat pendapatan asli
daerah (PAD) di provinsi Jawa Barat.
C.KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran adalah Hubungan dan kaitan antara variable yang
satunya degan variable yang lainnya secara teori.Dalam penelitian ini akan
dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli
daerah(PAD) (Y) yaitu faktor jumlah investai industri yang ditanamkan (x1)
,jumlah tenaga kerja yang terserap (x2), dan jumlah unit perusahaan
(x3).faktor-faktor tersebut akan diteliti secara simultan maupun parsial yang
diukur dengan alat analisis regresi untuk mendapatkan tingkat signifikannya.
39
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Judul: ANALISIS SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP PENINGKATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2011-2015
PAD merupakan salah satu indikator keberhasilan dari pelaksanaan otonomi
daerah. Salah satu sektor yang berkontribusi terhadap PAD adalah sektor Industri
manufaktur. Investasi, tenaga kerja dan jumlah unit usaha merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi PAD Jawa Barat.
Jumlah tenaga
kerja (x2)
Pendapatan Asli
Daerah (Y)
Investasi
(x1)
Jumlah unit usaha
(x3)
Uji asumsi Klasik
Metode Regresi Data Panel
Uji chow
Uji hausman
Uji statistic
Uji secara parsial (uji t)
Uji secara simultan(uji F)
koefisien determinan
Kesimpulan dan Saran
40
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Dari uraian mengenai hubungan antar variabel maka dapat dituliskan hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
1. H0: investasi sektor industri manufaktur secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
H1: investasi sektor industri manufaktur secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
2. H0: jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
H1: jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
3. H0: jumlah unit usaha sektor industri manufaktur secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
H1: jumlah unit usaha sektor industri manufaktur secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
4. H0: Investasi industri , jumlah tenaga kerja , dan jumlah unit perusahaan
diduga secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
asli daerah dikabupaten dan kota provinsi Jawa Barat
H1: Investasi industri , jumlah tenaga kerja , dan jumlah unit perusahaan
diduga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli
daerah dikabupaten dan kota provinsi Jawa Barat
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang lingkup penelitian
Batasan atau ruang lingkup penelitian terdapat pada variabel dependen dan
variabel indipenden .variabel dependen atau variabel yang terkait dalam
penelitian ini adalah tingkat pendapatan asli daerah atau PAD Provinsi Jawa
Barat dan variabel indipenden dalam penelitian ini adalah nilai investasi
industri ,jumlah tenaga kerja yang terserap dan jumlah unit perusahaan dalam
sektor Industri manufaktur Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian
populasi karena data yang digunakan adalah seluruh data dari provinsi Jawa
Barat.
B. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini Jenis data yang digunakan penulis pada penelitian
ini adalah data sekunder yakni data yang diperoleh dari hasil pihak kedua .
adapun data yang digunakan adalah data tahunan. data diperoleh dengan cara
dokumentasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan kategori klasifikasi
data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dari berbagai
sumber antara lain buku-buku,jurnal serta website publikasi yang ada.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari neraca APBD
Provinsi Jawa Barat, statistik Provinsi Jawa Barat serta data yang berasal dari
website resmi Kementrian Perindustrian Dan Perdagangan.
42
C.Metode Analisis Data
1.Metode Data Panel
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode data
panel. Analisis data panel merupakan kombinasi dari deret waktu ( time
series ) dengan kerat lintang ( cross section ) .menurut baltagi ( 2005:125)
keunggulan data panel penggunaan data panel adalah
a. Data panel membuat data lebih informatif, lebih bervariasi dan
mengurangi kolinieritas antar variabel sehingga lebih efisien .
b. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan
dinamis dibandingkan studi berulang dari cross section.
c. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih
kompleks
d. Estimasi data panel dapat menunjukan adanya heterogenitas dalam
setiap individu
2.Model Estimasi Regresi Data Panel
a.Pendekatan kuadrat terkecil ( pooled least square )
Merupakan teknik pendekatan yang paling sederhana dengan
mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada menunjukan kondisi
yang sesungguhnya yaitu menggabungkan pooled seluruh data time
series dan cross section dan kemudian mengestimasi model dengan
43
menggunakan metode ordinary least square . hasil analisis regresi
dianggap berlaku pada semua objek dan waktu .
Kelemahan asumsi ini adalah ketdidaksesuaian model dengan keadaan
yang sesungguhnya . kondisi tiap objek saling berbeda ,bahkan satu
objek pada suatu waktu akan sangat berbeda pada kondisi objek tersebut
pada waktu yang lain (wing wahyu winarno, 2007:9.14)
b.Pendekatan efek tetap ( Fixed effet model )
Model ini dapat menunjukan perbedaan konstan antar objek
meskipun dengan koefisien regressor yang sama . model ini juga
memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah
omitted variables yang mungkin membawa perubahan pada intercept
time series atau cross section . model FEM dengan efek tetap
maksudnya bahwa satu objek , memiliki nilai konstan yang tetap besar
untuk berbagai periode waktu .demikian pula dengan koefisien
regresinya yang besarnya tetap dari waktu ke waktu (time variant)
c.Pendekatan efek acak (random effect model )
Pendekatan random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan
metode efek tetap yang menggunakan variabel semu sehingga model
mengalami ketidakpastianTanpa menggunakan variabel semu metode
efek random menggunakan residual yang diduga memliki hubungan antar
waktu dan antar objek Namun terdapat satu syarat untuk menganalisi
44
dengan menggunakan efek random yaitu objek data silang harus lebih
besar dari banyaknya koefisien.
3. Pemilihan Metode Data Panel
Dalam pengolahan data panel , mekanisme uji untuk menentukan metode
pemilihan data panel yang tepat yaitu dengan cara mmbandingkan metode
pendekatan PLS dan FEM dahulu. Jika hasil yang diperoleh mnunjukan
model pendekatan PLS yang diterima maka model pendekatan PLS yang
akan di analisa . jika model FEM yang diterima maka melakukan
perbandingan lagi dengan model REM .untuk pngujiannya dilakukan
dengan cara yaitu :
a.Uji chow test ( PLS vs FEM )
Yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model PLS
atau FEM yang akan dipilih untuk estimasi data.uji dapat dilakukan
dengan uji F-restricted atau uji Chow test . dalam pengujian ini
dilakukan dngan hipotesa sebagai berikut :
Ho : Model PLS (restricted)
Hi : Model Fixed Effect(unrestricted)
Dengan penolakan pada hipotesa nol tersebut adalah menggunakan
F-statistic seperti yang dirumuskan chow sebagai berikut
CHOW = ( RRSS-URSS) / (N-1)
URSS / (NT-N-K)
45
Dimana :
o RRSS= restricted residual sum square ( mrupakan sum of square
residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode
pooled least / common intercept)
o URSS= unrestricted residual sum square ( merupakan sum of
square rsidual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan
metode fixed effect).
o N = jumlah data cross section
o T = jumlah data time series
o K = jumlah variabel penjelas
b.Uji hausman test (FEM vs REM)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model FEM atau
REM yang dipilih .pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai
berikut :
Ho : Model Random Effect
Hi : Model Fixed effect.
Dasar penolakan Ho adalah dengan menggunakan pertimbangan
statistik chi square . jika chi square statistik > chi square tabel maka Ho
ditolak , model yang digunakan adalah fixed effect .
46
4.Deteksi penyimpangan asumsi klasik
Untuk mengupayakan hasil model yang efisien, maka diperlukan
pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi model yaitu gangguan antar
waktu dan gangguan antar individu . untuk menghasilkan nilai parameter
model penduga yang lebih tepat , maka diperlukan pendeteksian apakah
model tersebut menyimpang dari asumsi klasik atau tidak , uji tersebut
terdiri dari :
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai
residual terdistribusi normal atau tidak pada variabel terikat dan
variabel bebas. model regresi yang baik adalah nilai yang memiliki
residual terdistribusi normal. Menggunakan Jarque-Bera test atau
J-B test, membandingkan JB hitung dengan X2 tabel. Jika JB
hitung < nilai X2 tabel maka data berdistribusi normal atau nilai
Probability > derajat kepercayaan yang ditentukan
b. Uji heterokesdasitas
Uji heterokesdasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain . jika varians residual satu pengamatan ke
pengamatan lain teteap maka disebut homokesdasitas. Dan jika
berbeda disebut heterokesdasitas. Uji yang digunakan adalah uji
47
Park.Uji ini dikembangkan oleh Park pada tahun 1966, pengujian
dilakukan dengan meregresikan nilai log residual kuadrat sebagai
variabel dependen dengan variabel independennya
c. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (
independent variabel). Uji multikolinearitas terjadi hanya pada
regresi ganda . model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi tinggi diantara beberapa atau semua variabel bebas. Jika
terjadi hubungan linear yang sempurna diantara variabel bebas
maka terdapat multikolinearitas. Hal ini menyebabkan adanya
kesulitan untuk melihat pengaruh variabel penjelas dengan variabel
yang dijelaskan.
Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui ataudilihat dari
koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien
korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besardari 0,8
maka terjadi multikolinearitas dan sebaliknya
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara anggota serangkaian observasi
48
runtut waktu atau ruang .salah satu cara mendeteksinya dengan
dengan uji durbin watson (D-W test)
Autokorelasi
positif
Tidak ada
autokorelasi
Autokorelasi
negatif
0 1,66 1,744 2,36 2,44
Uji durbin-watson
Hipotesanya adalah :
Ho : tidak ada autokorelasi positif
Hi : tidak ada autokorelasi negatif
Kriteria pengujiannya :
1. Bila nilai D-W statistik terletak antara 0< d< dl , Ho yang
menyatakan tidak ada autokorelasi positif, ditolak
2. Bila nilai D-W statistik terletak antara 4dl< d< 4 , Hi yang
menyatakan tidak ada autokorelasi negatif, ditolak.
3. Bila nilai D-W statistik terletak antara du< d< 4du , Ho
yang menyatakan tidak ada autokorelasi positif, maupun Hi
yang menyatakan tidak ada autokorelasi negatif,diterima.
4. Ragu-ragu tidak ada autokorelasi positif bila dl < d < du
5. Ragu ragu tidak ada autokorelasi negatif bila du < d < 4-dl
49
5.Pengujian Statistik
a. Uji secara parsial ( uji statistik t)
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas
secara individual terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel
bebas lainnya adalah konstan. Uji t menggunakan hipotesis sebagai
berikut (gujarati,2003) :
Ho : bi = b
Hi : bi ≠ b
Dimana bi adalah koefisien variabel indipenden ke-1 sebagai nilai
parameter hipotesis . nilai b biasanya dianggap nol artinya tidak ada
pengaruh variabel Xi terhadap variabel Y penolakan Ho terjadi apabila t
hitung < t tabel atau jika nilai t hitung > t tabel hal ini berarti bahwa
variabel bebas yang diuji berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat .
Nilai t hitung dirumuskan sebagai berikut :
T hitung = (bi-b)
Sb
50
Dimana :
Bi = koefisien bebas ke-i
B = nilai hipotesis nol
Sb =simpangan baku dari variabel bebas ke-i
b. Uji secara simultan ( uji statistik F)
Uji F diperuntukan untuk melakukan uji hipotesi koefisien (slope) regresi
secara bersamaan . dengan demikian , secara umum hipotesisnya sebagai
berikut:
Ho : β1, β2, β3,.................................= βk= 0
Hi : tidak demikian (setidaknya ada satu slope yang tidak sama dengan 0)
Dimana k adalah banyak variabel bebas
Jika : Fhitung > Ftabel maka tolak Ho dengan kata lain bahwa paling
tidak ada satu slope regresi yang signifikan secara statistik (nachrowi d
2006:17)
c. Koefisien determinasi (R²)
Nilai koefisien determinasi (R²) ini mencerminkan seberapa besar
variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X .
bila nilai koefisien determinasi sama dengan nol (R²=0) artinya variasi
dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali . sementara jika (R²=1)
51
artinya variasi y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.dengan
kata lain bila (R²=1) maka semua titik pengamatan berada pada tepat
pada garis regresi , dengan demikian baik atau buruknya suatau
persamaan regresi ditentukan oleh (R²) yang mempunyai nilai antara nol
dan satu.
52
D. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya adalah sebagai
berikut :
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi
variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel
yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Dalam Penelitian
ini yang menjadi variabel bebas antara lain
a. Investasi sektor industri manufaktur di provinsi Jawa Barat (X1)
Investasi adalah pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-
barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk
mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa
di masa depan. (Sadono Sukirno, 2007:366). Satuan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah triliun Rupiah (Rp).
b.Jumlah Tenaga Kerja sektor industri manufaktur di provinsi Jawa Barat
(X2)
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja 15-64
tahun. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan
53
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Satuan yang digunakan untuk
penelitian ini adalah satuan jiwa / orang.
c.Jumlah unit usaha sektor industri manufaktur di Provinsi Jawa Barat (X3)
Peningkatan jumlah perusahaan maka akan meningkatkan jumlah output
yang akan dihasilkan sehingga lapangan pekerjaan meningkat dan akan
mengurangi pengangguran atau dengan kata lain akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Satuan yang digunakan adalah satuan unit
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk
mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel yang lain. Besarnya efek
tersebut diamati dari ada tidaknya, timbul-hilangnya, membesar-
menegecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat
perubahan pada variabel lain.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah
diprovinsi jawa barat dalam satuan triliun Rupiah (Rp).
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Objek Penelitian
1.Letak Geografis Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa.
Jawa Barat berbatasan dengan provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa
Tengah.Provinsi Jawa Barat merupakan daratan yang dibedakan atas
wilayahpegunungan curam di selatan denganketinggian lebih dari 1.500 m
dpl,wilayah lereng bukit yang landai ditengah dengan ketinggian 100-1.500
mdpl, wilayah dataran luas di utaradengan ketinggian 0-10 m dpl, danwilayah
aliran sungai. Jawa Baratterletak pada posisi antara 5°50'-7°50'Lintang
Selatan dan 104°48'-108°48'Bujur Timur. Secara administratif, Provinsi Jawa
Barat terbagi menjadi 17 kabupaten dan 9 kota.
Gambar 4.1 Peta Wilayah Jawa Barat
Sumber : Jawa Barat dalam Angka (2016)
55
Kabupaten di Jawa Barat terdiri dari 17 kabupaten yaitu Kabupaten
Bogor, Kabupaten Sukabum, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten
Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten
Bandung Barat.
Dan juga terdiri dari 9 kota yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota
Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota
Tasikmalaya dan Kota Banjar.Wilayah Provinsi Jawa Barat bagianutara
berbatasan dengan Laut Jawa,bagian selatan berbatasan denganSamudera
Hindia, bagian baratberbatasan dengan Provinsi Banten danProvinsi DKI
Jakarta, dan bagian timur berbatasan dengan Provinsi JawaTengah.
2.Kependudukan
Pada tahun 2016, penduduk JawaBarat diperkirakan sebanyak 47,38
jutajiwa, menjadikan Jawa Barat sebagaiprovinsi terbesar di Indonesia dalam
haljumlah penduduk. Terdiri atas laki-lakisebanyak 24,01 juta jiwa
danperempuan sebanyak 23,37 juta,sehingga angka sex ratio di Jawa
Baratsebesar 102,75 yang artinya terdapat102 penduduk laki-laki dalam
setiap 100 penduduk perempuan. Jika dilihatmenurut Kabupaten/Kota,
KabupatenCianjur dan Indramayu memiliki sexratio tertinggi, yaitu 106,16;
sedangkanyang terrendah Kabupaten Ciamis danKota Banjar yaitu 97,74.
56
Sebagian besarKabupaten/Kota memiliki angka sexratio lebih dari 100, yang
artinya jumlahpenduduk laki-laki masih lebihmendominasi, kecuali di
enamkabupaten yang memiliki sex ratiokurang dari 100, yaitu Kabupaten
Ciamis, Pangandaran, Tasikmalaya,Majalengka, Sumedang, dan Kota Banjar.
Gambar 4.2 Grafik Jumlah Penduduk Jawa Barat 2016
Sumber:Jawa Barat dalam Angka 2016(diolah)
laki-laki wanita
penduduk 24.01 23.37
23
23.2
23.4
23.6
23.8
24
24.2
Axi
s Ti
tle
Penduduk Jawa Barat (juta)
57
3.Kondisi Perekonomian
Tabel 4.3 Presentase PDRB menurut lapangan Usaha Provinsi Jawa Barat
Sumber: BPS Jawa Barat (diolah)
Perekonomian di Jawa barat masih didominasi oleh sektor inustri
pengolahan dari tahun ke tahunnya. Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa
pada tahun 2015 PDRB Jawa Barat tahun 2015 sebesar 1.524 trilliun Rupiah.
Dari 14 lapangan usaha penyumbang PDRB tersebut , sektor industri
pengolahan menyumbang terbesar terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat. Sektor
industri pengolahan tersebut menyumbang sebesar 656 triliun Rupiah atau
43,03 % dari keseluruhan penyumbang PDRB.
Hal itu menunjukan bahwa sektor industri pengolahan merupakan
sektor yang paling berpengaruh terhadap PDRB Jawa Barat. Struktur
Kategori Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 9,83 9,34 8,93 9,06 8,72 8,69
B Pertambangan dan Penggalian 3,32 3,80 3,27 2,77 2,43 1,71
C Industri Pengolahan 44,51 43,90 43,23 43,22 43,64 43,03
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,59 0,63 0,69 0,70 0,79 0,75
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,08 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08
F Konstruksi 6,96 7,23 7,80 7,87 8,09 8,26
G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 15,41 15,46 15,91 15,86 15,26 15,24
H Transportasi dan Pergudangan 4,12 4,15 4,20 4,50 4,79 5,50
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,39 2,32 2,35 2,39 2,43 2,50
J Informasi dan Komunikasi 2,29 2,47 2,47 2,40 2,46 2,60
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,23 2,23 2,42 2,57 2,56 2,61
L Real Estate 1,09 1,11 1,10 1,09 1,04 1,02
M,N Jasa Perusahaan 0,35 0,38 0,39 0,39 0,39 0,40
O Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,60 2,48 2,55 2,40 2,32 2,41
P Jasa Pendidikan 1,98 2,08 2,27 2,35 2,55 2,66
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,59 0,58 0,59 0,57 0,63 0,70
R,S,T,U Jasa Lainnya 1,66 1,76 1,76 1,77 1,82 1,85
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
58
perekonomian provinsi Jawa Barat tahun 2015 merupakan struktur yang
didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 43.03% kemudian
perdagangan besar dan eceran ,reparasi mobil dan sepeda motor 15,24% dan
sektor pertanian,kehutanan dan perikanan sebesar 8,69%.
B. Analisa dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat.
Gambar 4.4 grafik Pendapatan asli Daerah Jawa Barat 2011-2015
Sumber: Jawa Barat dalam angka 2017 (diolah)
Dalam periode 2010 sampai 2015, realisasi pendapatan asli daerah
jawa Barat cenderung meningkat. Dari keseluruhan kabupaten dan kota
yang ada di kabupaten jawa barat realisasi penerimaan PAD terbesar yaitu
Kabupaten Bogor hal itu dikarenakan kabupaten Bogor merupakan daerah
alternatif untuk warga ibukota berlibur mencari hiburan. Selain itu sekarang
Rp-
Rp2,000,000,000
Rp4,000,000,000
Rp6,000,000,000
Rp8,000,000,000
Rp10,000,000,000
Rp12,000,000,000
Rp14,000,000,000
Rp16,000,000,000
Rp18,000,000,000
2011 2012 2013 2014 2015
PAD JawaBarat
PAD JawaBarat
59
terdapat banyak industri-industri mulai tumbuh dan banyaknya tempat
wisata-wisata baru. Dan kota Banjar jadi penyumbang kontribusi PAD
terkecil diantara kabupaten dan kota lainnya Jawa Barat.
Hal itu disebabkan keadaan kota Banjar yang kota tersebut masih
minimnya transaksi perekonomiannya dan jugajumlah penduduk yang
sedikit, sehingga menyebabkanpemasukan kota Banjar jadi lebihsedikit.
Dengan penigkatan PAD yang positif dari tahun ke tahunnya, provinsi Jawa
Barat diharapkan dapat memberikan dampak yang baik terhadap pemerintah
dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat .
2.Analisis deskriptif Jumlah Industri di Provinsi Jawa Barat
Jumlah perusahaan yang terdaftar dalam perindustrian Jawa barat
mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya. Dengan bertambahnya unit
perusahaan dalam industri memberikan efek yang positif terhadap roda
perekonomian. Bertambahnya tenga kerja yang terserap, perputaran uang
yang semakin bertambah.
60
Gambar 4.5 Jumlah Unit Perusahaan Industri manufaktur Jawa Barat
Sumber: Jawa Barat dalam angka 2017 (diolah)
Berdasarkan tabel berikut, jumlah unit perusahaan yang terbanyak
dimiliki oleh daerah sukabumi dengan total jumlah industri besar dan
kecilnya sebanyak 15.801 perusahaan. Dapat dilihat juga di Tabel terdapat
beberapa daerah yang tidak mengalami kenaikan jumlah perusahaan, namun
mulai tahun 2013 mulai terlihat kenaikan jumlah perusahaan disemua daerah.
203312 203419
205061
206502
207595
201000
202000
203000
204000
205000
206000
207000
208000
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Unit Perusahaan Industri
jumlah unit perusahaan
61
3.Analisis dekriptif jumlah tenaga kerja pada sektor industri manufaktur
Jawa Barat.
Gambar 4.6 Jumlah Tenaga kerja Sektor Industri manufaktur Jawa Barat
Sumber : Jawa Barat dalam angka 2017(diolah)
Tenaga kerja yang terserap disektor industri pengolahan Jawa Barat
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Ini merupakan pengaruh postif dari
kenaikan jumlah unit usaha industri diJawaBarat. Berdasarkan tabel diatas
jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri pengolahan di Jawa
Barat pada tahun 2015 sebesar 4.618.334 orang, meningkat dari tahun 2014
sebesar 4.586.920. kenaikan signifikan terjadi pada tahun 2012 ke tahun 2013
Naik sebesar 200ribu tenaga kerja yang terserap. Daerah dengan jumlah
tenaga kerja terbanyak ada di Kabupaten Karawang sebanyak 407ribu orang
pada tahun 2015. Dan jumlah tenaga kerja paling rendah ada pada kabupaten
Bandung Barat sebanyak 11ribu orang. Hal itu disebabkan kabupaten
Bandung Barat merupakan daerah pemekaran dan belum lama berdiri.
4221285 4221393
4430058
4586920 4618334
4000000
4100000
4200000
4300000
4400000
4500000
4600000
4700000
2011 2012 2013 2014 2015
Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur
tenaga kerja
62
4.Analisis deskriptif nilai investasi pada sektor Industri pengolahan Jawa
Barat
Gambar 4.6 Investasi Sektor industri manufaktur Jawa Barat
Sumber : Jawa Barat dalam angka 2017(diolah)
Nilai investasi pada sektor industri pengolahan ditengarai dapat
mempengaruhi pembangunan daerah Jawa Barat. Berdasarkan tabel diatas, nilai
investasi sektor industri manufaktur di Jawa Barat cenderung stagnan pada tahun
2011 sampai tahun 2013 dan dari tahun 2014 sampai 2015. Mengalami kenaikan
yang cukup signifikan pada tahun 2013 sebesar 214 T rupiah naik menjadi 281
Triliun rupiah pada tahun 2014.
Menurut pengamat ekonomi dari universitas pasundan mengatakan bahwa
nilai invetasi yang cenderung stagnan ini terjadi karena penyebaran invetasinya
masih timpang. Penanaman investasi lebih banyak terpusat di bagian barat dan
Bandung raya sehingga daerah lain mengalami pertumbuhan ekonomi yang
lambat
2011 2012 2013 2014 2015
Investasi Rp212,529,6 Rp213,136,3 Rp214,202,1 Rp281,130,2 Rp289,635,5
Rp-
Rp50,000,000
Rp100,000,000
Rp150,000,000
Rp200,000,000
Rp250,000,000
Rp300,000,000
Rp350,000,000
Investasi Sektor Industri (juta/rupiah)
63
C.Hasil Uji Statistik
1.Estimasi model Data Panel
a. Uji Chow
Metode ini membandingkan apakah model bersifat fix effect atau common
effect dengan cara membandingkan F-Statistik dan F-Tabel .sebelum
dibandingkan dibuat dahulu hipotesisnya, hipotesisnya yaitu:
H0: Model PLS
H1: Model Fixed Effect
Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect Model diperoleh F-
Statistik sebagai berikut:
Tabel 4.7 hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 23.307091 (25,101) 0.0000
Cross-section Chi-square 248.607512 25 0.0000 Ber
sumber: data sekunder yang diolah Eviews
Berdasarkan hasil pengujian diatas dapat dilihat bahwa nilai F-satistik
adalah23,307091 , dengan nilai F-tabel α=5% adalah 2,68 sehingga nilai
F-statistik > dari F-tabel, maka H0 ditolak, sehingga model yang
digunakan fixed effect model.
64
b.Uji Hausman
Metode ini digunakan untuk menentukan model panel yang digunakan,
maka digunaka uji F-chis-quare dengan membandingkan chis-square
statistik dan chi-square tabel. Sebelum membandingkan hal tersebut maka
terlebih dahulu dibuat hipotesisnya, yaitu:
H0: Model Random Effect
H1: Model Fixed Effect
Tabel 4.8 hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 9.971458 3 0.0188
sumber: data sekunder yang diolah Eviews
Berdasarkan hasil pengujian diatas dapat dilihat bahwa nilai chi-square
satistik adalah 9,971458 , dengan nilai chi-square tabel pada d.f (3) α=5%
adalah 7,81 sehingga nilai Chi-Sq statistik > dari Chi-Square tabel, maka
H0 ditolak, sehingga model yang digunakan fixed effect model.
Tabel 4.9 nilai individual effect FEM
Cross Section Individual Effect
Kota Bandung 9.949862
Kota Bekasi 9.74712
Kota Cirebon 9.453599
65
Kabupaten Cirebon 9.328613
Kota Sukabumi 9.269824
Kabupaten Bekasi 9.020054
Kabupaten Bandung 8.863332
Kabupaten Bogor 8.824537
Kota Depok 8.738803
Kabupaten Sukabumi 8.573681
Kabupaten Indramayu 8.389754
Kabupaten Bandung Barat 8.38083
Kota Tasikmalaya 8.302979
Kabupaten Garut 7.963016
Kabupaten Karawang 7.867886
Kabupaten Majalengka 7.497669
Kabupaten Purwakarta 7.49006
Kabupaten Cianjur 7.431864
Kabupaten Sumedang 7.287551
Kota Bogor 7.281898
Kota Cimahi 7.203089
Kota Banjar 7.123288
Kabupaten Ciamis 7.049334
Kabupaten Subang 7.010439
Kabupaten Kuningan 6.568789
Kabupaten Tasikmalaya 5.349081 Sumber : data sekunder yang diolah EViews
Perhitungan intersept ini dari hasil nilai C sebesar 8,07562 ditambah dengan
nilai Cross-Section Fixed Effect (lampiran 14) maka akan didapatkan
nilaiindividual effect.Berdasarkan table diatas, dapat dilihat bahwa kota Bandung
mempunyai nilai interseptnya paling tinggi selanjutnya ada kota Bekasi, kota
Cirebon, kabupaten Cirebon, kota Sukabumi dan kabupaten Bekasi.Keenam
kabupaten dan kota tersebut apabila masing-masing variable Inveatasi, jumlah
tenaga kerja, dan jumlah unit usaha mengalami perubahan sebesar 1% maka
mempunyai pengaruh individu terhadap peningkatan PAD diatas sebesar 9% .
sedangkan untuk nilai individu terkecil terdapat pada kota Banjar, kabupaten
Ciamis, kabupaten Subang, kabupten Kuningan dan Tasikmalaya.Apabila masing-
66
masing variable Investasi, jumlah tenaga kerja, dan jumlah unit usaha mengalami
perubahan sebesar 1% maka kota Banjar, kabupaten Ciamis dan Subang
mempunyai pengaruh individu terhadap peningkatan PAD sebesar 7%. Sedangkan
untuk kabupaten Kuningan pengaruh individu terhadap peningkatan PAD sebesar
6,5 %. Dan yang terakhir kabupaten Tasikmalaya mempunyai pengaruh individu
terhadap peningkatan PAD hanya sebesar 5,3%.
67
D.Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
terhadap variabel independen dan variabel dependen. Uji asumsi klasik
bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi dalam
penelitian ini. Uji asumsi klasik pada penelitian ini terdiri atas uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas.
Adapun dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah
investasi, jumlah unit perusahaan, dan jumlah tenaga kerja pada sektor
Industri pengolahan. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah
Pendapatan Asli Daerah provinsi Jawa Barat. Berikut adalah empat uji
asumsi klasik yang telah dilakukan beserta hasil yang diperoleh:
1.Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah variabel independen dan
variabel dependen berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya,
kita dapat menggunakan Jaque-Bera test atau J-B test
Gambar 4.10 Uji normalitas
0
4
8
12
16
20
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 130
Mean 1.71e-18
Median 0.018741
Maximum 0.812122
Minimum -0.578903
Std. Dev. 0.286838
Skewness 0.217855
Kurtosis 2.681924
Jarque-Bera 1.576333
Probability 0.454678
68
sumber: data sekunder yang diolah Eviews
Berdasarkan hasil uji normalitas pada gambar 4.1 diatas dapat
dilihat bahwa nilai probability sebesar 0.454678 dimana 0.454678> 0.05.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi.
2.Uji Multikoliniearitas
Uji multikoliniaritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
terdapat interkorelasi yang sempurna di antara beberapa variabel bebas
yang digunakan dalam persamaan regresi.
Tabel 4.11 Hasil Uji multikolinieritas
INV_LN JTK_LN JUU_LN INV_LN 1.000000 -0.016311 0.225904
JTK_LN -0.016311 1.000000 0.718850
JUU_LN 0.225904 0.718850 1.000000
sumber: data sekunder yang diolah Eviews
Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat bahwa tidak ada masalah
multikoliniearitas. Hal ini dikarenakan nilai matriks korelasi (correlation
Matrix) dari semua variabel kurang dari 0,8. Multikolinearitas biasanya
terjadi pada estimasi data runtut waktu (time series).
Dengan kombinasi data time series dan cross section maka secara
teknis masalah multikolinearitas dapat dikurangi. Dapatdisimpulkan
bahwa semua variabel independen dalam persamaan regresi tidak terdapat
problem multikolinearitas dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
69
3.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antara residual pada satu pengamatan dengan residual pengamatan lainnya.
Salah satu cara mengetahui gejala autokorelasi dengan menggunakan uji
Durbin-Watson (D-W test).
Tabel 4.12 uji Autokorelasi DW
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.892271 Mean dependent var 19.38220
Adjusted R-squared 0.862406 S.D. dependent var 0.873918
S.E. of regression 0.324168 Akaike info criterion 0.778630
Sum squared resid 10.61358 Schwarz criterion 1.418311
Log likelihood -21.61098 Hannan-Quinn criter. 1.038554
F-statistic 29.87647 Durbin-Watson stat 1.277470
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: data sekunder yang diolah Eviews
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil pengujian autokorelasi
dengan melihat nilai durbin-watson stat yaitu sebesar 1,277. Maka dapat
dikatakan bahwa nilai 1,277 merupakan nilai autokorelasi positif.
Nachrowi (2006) menjelaskan bahwa model regresi data panel tidak
mensyaratkan persamaan yang bebas autokorelasi. Hal ini sangatlah
masuk akal, karena sifat autokorelasi disebabkan adanya korelasi serial
antar residual karena data yang terurut secara time series.walaupun ada
autokorelasi positif hal itu tidak berpengaruh terhadap penelitian.
70
4.Uji Heterokesdasitas
Uji heterokesdasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain . jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan
lain teteap maka disebut homokesdasitas
Tabel 4.13 hasil Uji Heterokedasitas
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 10/30/17 Time: 13:09
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 130 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.386762 1.230003 1.127446 0.2622
INV_LN 0.021440 0.023326 0.919141 0.3602
JTK_LN -0.085101 0.261063 -0.325981 0.7451
JUU_LN -0.051973 0.333202 -0.155982 0.8764 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.136150 Mean dependent var 0.231253
Adjusted R-squared -0.103334 S.D. dependent var 0.168473
S.E. of regression 0.176964 Akaike info criterion -0.432003
Sum squared resid 3.162937 Schwarz criterion 0.207678
Log likelihood 57.08017 Hannan-Quinn criter. -0.172079
F-statistic 0.568514 Durbin-Watson stat 2.251050
Prob(F-statistic) 0.955732
Berdasarkan hasil penghitungan dengan eviews diatas dapat dilihat bahwa
nilai prob t-statistik tersebut banyak yang tidak signifikan diatas 0,05
(prob t-statistic > 0,05). Hal itu menunjukan variabel-variabel ini lolos dari
uji heterokesdasitas.
71
E.Pengujian Hipotesis
HASIL REGRESI FIXED EFFECT MODEL
Tabel 4.14 hasil regresi linier Fixed Effect Model
Dependent Variable: PAD_LN
Method: Panel Least Squares
Date: 10/30/17 Time: 13:11
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 130 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 8.075652 2.253159 3.584147 0.0005
INV_LN 0.241307 0.042729 5.647404 0.0000
JTK_LN 1.292010 0.478223 2.701691 0.0081
JUU_LN -0.865233 0.610370 -1.417554 0.1594 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.892271 Mean dependent var 19.38220
Adjusted R-squared 0.862406 S.D. dependent var 0.873918
S.E. of regression 0.324168 Akaike info criterion 0.778630
Sum squared resid 10.61358 Schwarz criterion 1.418311
Log likelihood -21.61098 Hannan-Quinn criter. 1.038554
F-statistic 29.87647 Durbin-Watson stat 1.277470
Prob(F-statistic) 0.000000
Model regresi data panel dengan menggunakan Fixed effect model dapat
dijelaskan melalui persamaan sebagai berikut:
PAD = 8.075652 + 0.241307(INV) +1.292010(JTK) – 0.865233(JUU) + e
Dimana:
Y : PAD (Pendapatan Asli Daerah)
X1 : INV (Investasi)
X2 : JTK (Jumlah Tenaga Kerja)
72
X3 : JUU (Jumlah Unit Usaha)
e : error term
Persamaan regresi berganda diatas dapat dibaca sebagai berikut:
1.Nilai Konstanta sebesar 8.075652, artinya apabila nilai variabel – variabel
independen sebesar 0, maka Nilai Pendapatan Asli Daerah Kabupaten dan kota
sebesar 8.075652
2. Nilai Investasi sektor industri manufaktur sebesar 0.241307, setiap
peningkatan investasi subsektor Industri industri manufaktur 1 persen akan
menaikkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten dan kota sebesar
0.241307persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap.
3. Nilai Jumlah Tenaga Kerja sebesar1.292010, artinya setiap peningkatan
jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur sebanyak 1 persen akan
menaikkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten dan kota Jawa Barat
sebesar1.292010 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap.
4. Nilai jumlah unit Usaha sektor industri manufaktur sebesar– 0.865233,
artinya setiap peningkatan jumlah unit usaha industri manufaktur di Jawa
Barat sebanyak 1 persen akan mengurangi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
dan kota Jawa Barat sebesar 0.865233persendengan asumsi variabel
independen lainnya tetap.
73
1.Uji parsial statistik (uji statistik –t)
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas
secara individual terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas
lainnya adalah konstan. Uji t menggunakan hipotesis sebagai berikut
(gujarati,2003) :
1.H0: variabel investasi sektor industri manufaktur (X1) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah (Y)
H1: variabel investasi sektor industri manufaktur (X1) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah (Y)
2.H0: variabel jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur (X2) secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli
Daerah (Y)
H1: variabel jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur (X2) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah (Y)
3.H0:variabel jumlah unit usaha sektor industri manufaktur (X3) secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli
Daerah (Y)
H1: variabel jumlah unit usaha sektor industri manufaktur (X3) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah (Y)
74
Hasil uji hipotesis 1: Pengaruh Investasi terhadap Pendapatan Asli
Daerah Jawa Barat.
Tabel 4.13 menunjukkan hasil bahwa variabel investasi memiliki nilai
probabilitas t-statistic sebesar 0.0000 < 0.05 yang berarti H1 diterima.
Sehingga dapat dikatakan bahwa investasi mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah Jawa Baratpada tahun 2011-2015.
Hal ini sesuai dengan penelitian mokhammad anwar (2007) bahwa
variabel investasi berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Variabel
Investasi pada sektor Industri berpengaruh signifikan terhadap variabel
Pendapatan Asli Daerah di Jawa Barat selama periode penelitian. Artinya
Investasi yang tertanam ke sektor Industri ternyata berpengaruh positif dan
signifikan terhadap perolehan Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Jawa Barat.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa semakin tinggi investasi dapat secara
positif membua tPendapatan Asli Daerah juga meningkat, dan sebaliknya.
Pengeluaran investasi tersebut terutama meliputi mendirikan bangunan
industri, membeli mesin-mesin dan peralatan produksi lain dan pengeluaran
untuk menyediakan bahan mentah. Tujuan para pengusaha untuk mewujudkan
alat-alat produksi tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan
memproduksi yang akan dilakukannya di masa depan. Seperti yang
dikemukakn oleh teori harrod-domar bahwa untuk meningkat pertumbuhan
ekonomi diperlukan adanya investasi-investasi untuk memacu kegiatan
perekonomian. Dalam kegiatan industri yang tinggi akan mempengaruhi
kenaikan retribusi daerah.Besarnya persentase penerimaan dari Retribusi
75
Daerah dan Pajak Daerah juga mengindikasikan pola penerimaan yang
diperoleh sudah tepat dimana penerimaandari retribusi daerah yang besar
menunjukkan tingkat aktivitas perekonomian termasuk industri yang cukup
tinggi, dikarenakan juga retribusi dikenakan atas setiap jasa yang ditawarkan
pemerintah kepada masyarakat. Umumnya semakin tinggi frekuensi retribusi
menunjukkan aktivitas perekonomian masyarakat termasuk sector industri
berjalan cukup tinggi.
Hasil uji hipotesis 2: Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap
Pendapatan Asli Daerah Jawa Barat
Tabel 4.13 menunjukkan hasil bahwa variabel jumlah tenaga kerja
memiliki nilai probabilitas t-statistic sebesar 0.0081< 0.05 yang berarti H1
diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja mempunyai
pengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2011-
2015.
Hasil Penilitian ini mendukung hasil penelitian muhtholifah (2011) yang
menunjukkan bahwa variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan asli daerah Jawa barat. Artinya tenaga kerja yang
terserap di sektor industri manukfaktur ini berpengaruh positif dan
signifikan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di provinsi Jawa
Barat . Muhtholifah menjelaskan bahwa meningkatnya jumlah tenaga kerja
akan mempengaruhi output yang dihasilkan sehingga bertambah pada
meningkatnya barang dan jasa.Kegiatan industry yang tinggi maka sejalan
76
juga dengan mobilitas perokonomian di daerah tersebut. Sehingga retribusi
daerah yang didapat juga semakin tinggi.Seperti yang dijelaskan oleh teori
neoklasik dimana pertumbuhan ekonomi ini bergantung pada fungsi
produksi yaitu :
Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah angkatan kerja yang
bekerja dan T adalah teknologi. Dapat dikatakan bahwa faktor tenaga kerja
merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi.Jumlah tenaga
kerja yang besar bagi Indonesia dipandang sebagai aset modal dasar
pembangunan. Sebagai aset apabila dapat meningkatkan kualitas maupun
keahlian atau keterampilannya sehingga akan meningkatkan produksi
nasional. Temuan ini mengindikasikan bahwa pertambahan jumlah
pendudukakan menjadi faktor positif bagi pembangunan daerah sehingga
berpotensi meningkatkanPAD.
Hasil uji hipotesis 3: Pengaruh Jumlah Unit Usaha terhadap
Pendapatan Asli Daerah Jawa Barat.
Tabel 4.13 menunjukkan hasil bahwa variabel jumlah unit usaha
memiliki nilai probabilitas t-statistic sebesar 0.1594> 0.05 yang berarti H1
ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah unit usaha tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli daerah Jawa
Barat pada tahun 2011-2015.
77
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
Indrajati Hendarto (2010) yang menunjukkan bahwa jumlah unit
perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah.jika jumlah industri meningkat, maka PAD kabupaten/kota di Jawa
Barat juga akan meningkat. Industri merupakan salah satu kegiatan
ekonomi masyarakat yang sangat penting. Melalui kegiatan industri akan
dihasilkan berbagai kebutuhan masyarakat mulai dari peralatan sederhana
sampai peralatan modern.
Berkembangnya industri akan menghasilkan retribusi barang dan
jasa.Hasil penelitian menunjukan jumlah unit usaha mempunyai pengaruh
negative terhadap kenaikan pendapatan asli daerah dikarenakan ketika ada
perusahaan yang bertambah disisi lain ada beberapa perusahaan yang
sudah berhenti beroperasi atau sudah gulung tikar karena industrinya tidak
berkembang. Selain itu perusahaan-perusahaan yang sudah gulung tikar
tersebut masih terdaftar dan belum dikonfirmasi mengenai penutupannya.
Selain itu unit-unit usaha yang baru berdiri tidak akan langsung
berkontribusi terhadap pendapatan daerah pada tahun pertama mereka
berdiri melainkan akan berkontribusi pada tahun berikutnya mereka
beroperasi. dengan bertambahnya jumlah perusahaan maka dapat
menciptakan lapangan kerja baru sehingga dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja.
78
2. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependennya. Untuk melakukan uji F dengan cara Quick Look, yaitu :
melihat nilai Probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam
penelitian atau melihat nilai t tabel dengan F hitungnya. Jika nilai
Probability < derajat kepercayaan yang ditentukan dan jika nilai F hitung
lebih tinggi dari F tabel maka suatu variabel independen secara bersama-
sama mempengaruhi variabel dependennya.
Berdasarkan tabel 4.13diatas, hasil uji F menunjukkan bahwa nilai
probability sebesar 0.000000 yang dimana 0.000000 < 0.05 yang berarti
bahwa investasi, jumlah tenaga kerja, dan jumlah unit usaha secara
simultan berpengaruh tehadap pendapatan asli daerah di Jawa Barat.
3.Uji Koefisien determinan
Nilai koefisien determinasi (R²) ini mencerminkan seberapa besar
variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X.
Berdasarkan tabel 4.13 didapatkan nilai R-square sebesar 0.892271
atau 89,22%. Dengan ini terlihat bahwa 89,22% Penpadatan Asli Daerah
Provinsi Jawa Barat dapat dijelaskan oleh investasi, Jumlah tenaga kerja,
dan jumlah unit usaha sektor industri pengolahan . Sedangkan sisanya
(100% - 89,22% = 10,78%) Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
79
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. secara simultan semua variabel investasi, jumlah tenaga kerja dan jumlah
unit usaha pada sektor industri manufaktur mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah kabupaten dan kota
di provinsi Jawa Barat.
2. Investasi pada sektor industri manufaktur secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah kabupaten dan
kota di provinsi Jawa Barat.
3. Jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan asli daerah kabupaten dan kota di provinsi
Jawa Barat.
4. Jumlah unit usaha Sektor industri manufaktur mempunyai pengaruh yang
negatif dan tidak terlalu signifikan terhadap pendapatan asli daerah
kabupaten dan kota di provinsi Jawa Barat.
B.SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan maka saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
80
Bagi Pemerintah:
1.Sektor industri pengolahan masih menjadi sektor unggulan dalam
perekonomian provinsi Jawa Barat dan sektor ini pun mempunyai pengaruh
yang besar terhadap pendapatan asli daerah Jawa Barat. sehingga dengan
adanya peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor ini, dapat
meningkatkan kinerja dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat
khususnya dikabupaten dan kota Jawa Barat. Selain juga pemerintah dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada disektor ini seperti perbaikan
infrastruktur.
2.investasi disektor industri manufaktur di Jawa Barat sudah tinggi dan perlu
ditingkatkan lagi agar dapat membantu percepatan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah di Jawa Barat. Selain ditingkat lagi, investasi harus lebih merata
lagi ke daerah-daerah yang investasi industrinya masih kecil.
Bagi peneliti selanjutnya
1.sebagai acuan atau referensi penelitian berikutnya dengan menambahkan
variabel-variabel yang terkait dan untuk memperkaya wawasan sektor
industri manufaktur.
2.objek penelitian ini fokus pada provinsi Jawa Barat , untuk penelitian
selanjutnya mungkin bisa tambahkan lagi objek penelitian agar bisa
dibandingkan dengan penelitian selanjutnya, .
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi keuangan daerah, Edisi
Revisi, Jakarta, Salemba Empat
Anwar, Mokhamad, Yunizar, dan H. Sulaeman Nizar.2007. “Identifikasi Sektor
Industri dan Perannya Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Garut.” Penelitian Peneliti Muda UNPAD.
.
Arsyad, Lincolin.1999. Ekonomi Pembangunan, Edisi keempat. Yogyakarta: STIE
YKPN.
Badan Pusat Statistik.2015. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2015.
BPS pusat
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2015. Provinsi Jawa Barat Dalam
Angka 2015. BPS Provinsi Jawa Barat
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2016. Provinsi Jawa Barat Dalam
Angka 2016. BPS Provinsi Jawa Barat .
Barimbing, yesika resiana, karmini, niluh. 2015. “Pengaruh PAD, Tenaga Kerja,
dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi DiProvinsi Bali.” E-jurnal
EP UNUD,
Darise, Nurlan. 2009.Pengelolaan Keuangan Daerah Pedoman untuk Eksekutif
dan Legislatif. Jakarta: Indeks
Hamid, Abdul. 2012. “Paduan Penulisan Skripsi”. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Hertanto, Indrajati, dan Jaka Sriyana. 2011.“Sumber Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten dan Kota.” Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan volume
12,
Gujarati, Damodar N. Porter, Dawn C. 2013. Dasar-dasar Ekonometrika Edisi 5
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta.
ANDI
82
Muchtholifah. 2010. “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Inflasi, Investasi dan Jumlah Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Mojokerto.” Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.1,
No.1, 2010
Nachrowi, N. Djalal dan Hardius Usman 2006. Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Jakarta: LPFE
Universitas Indonesia.
Noor, Henry faizal. 2009. Investasi:Pengelolaan Keuangan Bisnis Dan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat. Jakarta: Indeks.
Oktaviani, Renggar. 2017. “Kontribusi Sektor Industri Informal Terhadap
Pembentukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Madiun dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.” Fakultas Ekonomi dan
Bisnis,Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sukirno, Sadono. 2006. EKONOMI PEMBANGUNAN ,Edisi Kedua. Indonesia:
Kencana Prenada Media Group.
Tarigan, Robinson.2005.Ekonomi Regional : Teori Dan Aplikasi Edisi Revisi.
Jakarta: PT.Bumi Aksara
Todaro,Michael .2006. Ekonomi Pembangunan Jilid Satu. Jakarta :Erlanga
Wahab, Andi Abdul, Rudiyah Iskandar, dan Irwansyah. 2016. “INFLUENCE OF
GOVERNMENT INVESTMENT AND PRIVATE INVESTMENT AND
LABOR AGAINST DOMESTIC PRODUCT GROSS REGIONAL AND
OWN LOCAL REVENUE SAMARINDA.” INOVASI : Jurnal Ekonomi
Keuangan, dan Manajemen, Volume 12, (2)
Widyantoro, Andre. 2013. Pengaruh PDB, Investasi, Dan Jumlah Unit Usaha
Terhadap Penyebaran Tenaga Kerja Usaha Kecil Dan Menengah Di
Indonesia Periode 2000-2011. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Jakarta.
Winarno , Wing,Wahyu 2007.”Analisis Ekonometrika Dan Statistika Dengan Eviews.”
STIM YKPN , Yogyakarta.
83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
84
Lampiran 1. Invetasi sektor industri
kabupaten / kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kabupaten Bogor Rp 8.321.619 Rp 8.321.619 Rp 8.473.437 Rp 16.096.583 Rp 16.406.853
Kabupaten Sukabumi Rp 419.557 Rp 419.557 Rp 421.108 Rp 2.596.785 Rp 3.030.324
Kabupaten Cianjur Rp 13.211 Rp 13.211 Rp 13.211 Rp 380.711 Rp 464.388
Kabupaten Bandung Rp 1.121.566 Rp 1.121.566 Rp 1.762.456 Rp 3.613.708 Rp 4.477.503
Kabupaten Garut Rp 3.331.023 Rp 3.331.023 Rp 3.332.951 Rp 5.284.912 Rp 5.284.912
Kabupaten Tasikmalaya Rp 3.350.046 Rp 3.350.046 Rp 3.350.046 Rp 3.350.136 Rp 3.350.956
Kabupaten Ciamis Rp 3.465 Rp 3.540 Rp 4.718 Rp 5.222 Rp 5.315
Kabupaten Kuningan Rp 32.275 Rp 638.782 Rp 639.182 Rp 722.990 Rp 723.365
Kabupaten Cirebon Rp 843.639 Rp 843.639 Rp 889.817 Rp 1.304.416 Rp 5.295.215
Kabupaten Majalengka Rp 3.458.385 Rp 3.458.385 Rp 3.460.875 Rp 3.460.875 Rp 3.461.068
Kabupaten Sumedang Rp 4.960.587 Rp 4.960.587 Rp 4.960.787 Rp 5.332.044 Rp 5.340.790
Kabupaten Indramayu Rp 5.414 Rp 5.414 Rp 5.414 Rp 70.257 Rp 70.257
Kabupaten Subang Rp 1.319.528 Rp 1.319.528 Rp 1.334.478 Rp 5.466.801 Rp 5.511.138
Kabupaten Purwakarta Rp 105.230.937 Rp 105.230.937 Rp 105.230.937 Rp 105.555.407 Rp 105.789.015
Kabupaten Karawang Rp 16.555.446 Rp 16.555.446 Rp 16.555.446 Rp 26.928.219 Rp 27.156.680
Kabupaten Bekasi Rp 7.995.277 Rp 7.995.277 Rp 7.995.276 Rp 25.110.319 Rp 25.498.503
Kabupaten Bandung Barat Rp 5.764.878 Rp 5.764.878 Rp 5.764.878 Rp 7.657.036 Rp 7.780.009
Kota Bogor Rp 23.266.319 Rp 23.266.319 Rp 23.272.175 Rp 23.274.573 Rp 23.902.978
Kota Sukabumi Rp 8.296 Rp 8.296 Rp 8.296 Rp 15.215 Rp 592.352
Kota Bandung Rp 8.560.783 Rp 8.560.903 Rp 8.560.903 Rp 25.550.481 Rp 25.689.016
Kota Cirebon Rp 5.098 Rp 5.098 Rp 5.098 Rp 5.598 Rp 5.598
Kota Bekasi Rp 7.681.059 Rp 7.681.059 Rp 7.815.177 Rp 8.335.928 Rp 8.439.796
85
Kota Depok Rp 5.189.835 Rp 5.189.835 Rp 5.223.944 Rp 5.340.120 Rp 5.547.390
Kota Cimahi Rp 3.068.699 Rp 3.068.699 Rp 3.068.701 Rp 3.407.715 Rp 3.530.274
Kota Tasikmalaya Rp 921.916 Rp 921.916 Rp 925.117 Rp 1.046.033 Rp 1.052.280
Kota Banjar Rp 1.100.779 Rp 1.100.779 Rp 1.127.706 Rp 1.218.179 Rp 1.229.553
Jumlah Rp 212.529.637 Rp 213.136.339 Rp 214.202.134 Rp 281.130.263 Rp 289.635.528
86
Lampiran 2.Jumlah tenaga kerja
kabupaten / kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kabupaten Bogor 14.975 14.975 15.047 15.141 15.242
Kabupaten Sukabumi 15.471 15.471 15.472 15.782 15.801
Kabupaten Cianjur 1.244 1.244 1.244 1.250 1.257
Kabupaten Bandung 13.483 13.483 13.833 13.941 13.999
Kabupaten Garut 9.813 9.813 9.824 9.846 9.846
Kabupaten Tasikmalaya 1.480 1.480 1.480 1.481 1.483
Kabupaten Ciamis 1.382 1.408 1.415 1.420 1.423
Kabupaten Kuningan 2.350 2.430 2.434 2.457 2.461
Kabupaten Cirebon 10.699 10.699 10.739 10.795 10.853
Kabupaten Majalengka 7.396 7.396 7.401 7.401 7.428
Kabupaten Sumedang 5.130 5.130 5.146 5.149 5.151
Kabupaten Indramayu 2.377 2.377 2.377 2.391 2.392
Kabupaten Subang 3.410 3.410 3.420 3.426 3.433
Kabupaten Purwakarta 10.850 10.850 10.850 10.920 10.962
Kabupaten Karawang 9.341 9.341 9.902 10.009 10.113
Kabupaten Bekasi 10.704 10.704 10.704 10.966 11.153
Kabupaten Bandung Barat 52 52 52 137 214
Kota Bogor 8.227 8.227 8.251 8.319 8.494
Kota Sukabumi 9.436 9.436 9.436 9.449 9.462
Kota Bandung 10.820 10.821 10.821 10.890 10.901
Kota Cirebon 9.379 9.379 9.379 9.380 9.421
Kota Bekasi 9.891 9.891 9.967 9.985 10.002
Kota Depok 10.308 10.308 10.349 10.367 10.436
Kota Cimahi 6.112 6.112 6.114 6.138 6.155
Kota Tasikmalaya 9.734 9.734 9.749 9.782 9.801
Kota Banjar 9.248 9.248 9.655 9.680 9.712
87
Lampiran 3. Jumlah unit usaha
kabupaten / kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kabupaten Bogor 338687 338687 338725 361551 365230
Kabupaten Sukabumi 214278 214278 214278 222966 223125
Kabupaten Cianjur 159294 159294 159294 159744 159744
Kabupaten Bandung 189850 189850 212468 228156 232540
Kabupaten Garut 168188 168188 169805 170250 170250
Kabupaten Tasikmalaya 171899 171899 171899 171904 171916
Kabupaten Ciamis 189917 189917 189980 190099 190128
Kabupaten Kuningan 191760 191868 191868 193272 193289
Kabupaten Cirebon 88972 88972 91439 95176 99024
Kabupaten Majalengka 143681 143681 143760 143760 143882
Kabupaten Sumedang 159477 159477 159477 159863 159865
Kabupaten Indramayu 123391 123391 123391 123573 123573
Kabupaten Subang 140693 140693 141193 142688 142883
Kabupaten Purwakarta 117395 117395 117395 145696 146406
Kabupaten Karawang 215580 215580 389819 405246 407227
Kabupaten Bekasi 194221 194221 194221 230321 233124
Kabupaten Bandung Barat 2251 2251 2251 6663 11554
Kota Bogor 268543 268543 268785 273823 274770
Kota Sukabumi 130131 130131 130131 131053 132011
Kota Bandung 121120 121120 121120 123169 123209
Kota Cirebon 158320 158320 158320 158321 158333
Kota Bekasi 107582 107582 111906 114686 114843
Kota Depok 165573 165573 165638 166434 170418
Kota Cimahi 187215 187215 187215 191505 193263
Kota Tasikmalaya 118064 118064 118358 119384 119610
Kota Banjar 155203 155203 157322 157617 158117
88
Lampiran 4.pendapatan asli daerah Kabupaten dan kota Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
01.Bogor Rp 685.121.399 Rp 1.068.548.454 Rp 1.261.034.564 Rp 1.363.996.369 Rp 1.904.144.073
02.Sukabumi Rp 151.825.718 Rp 185.190.546 Rp 273.452.383 Rp 355.346.307 Rp 509.484.993
03.Cianjur Rp 154.209.665 Rp 215.802.560 Rp 266.100.617 Rp 279.096.823 Rp 454.627.908
04.Bandung Rp 291.079.862 Rp 366.316.690 Rp 507.243.684 Rp 512.622.962 Rp 784.216.215
05.Garut Rp 122.418.644 Rp 184.269.765 Rp 240.631.630 Rp 255.101.696 Rp 419.201.758
06.Tasikmalaya Rp 55.771.205 Rp 60.970.811 Rp 70.474.192 Rp 87.499.844 Rp 186.487.258
07.Ciamis Rp 58.467.315 Rp 87.711.885 Rp 117.475.935 Rp 138.809.504 Rp 180.304.950
08.Kuningan Rp 82.917.043 Rp 97.605.696 Rp 112.517.243 Rp 142.809.857 Rp 229.170.388
09.Cirebon Rp 193.843.222 Rp 229.992.688 Rp 250.848.893 Rp 368.111.750 Rp 478.690.101
10.Majalengka Rp 86.579.536 Rp 103.740.972 Rp 142.505.677 Rp 154.484.314 Rp 283.735.793
11.Sumedang Rp 139.823.278 Rp 161.995.577 Rp 189.612.072 Rp 212.894.543 Rp 327.369.262
12.Indramayu Rp 144.553.804 Rp 164.671.615 Rp 174.713.400 Rp 241.321.575 Rp 346.871.269
13.Subang Rp 94.181.847 Rp 120.972.035 Rp 144.513.483 Rp 150.997.506 Rp 316.141.452
14.Purwakarta Rp 111.271.086 Rp 151.567.978 Rp 173.764.160 Rp 307.987.714 Rp 331.073.426
15.Karawang Rp 378.630.051 Rp 658.597.371 Rp 660.841.120 Rp 796.772.404 Rp 1.056.535.774
16.Bekasi Rp 599.070.130 Rp 801.852.906 Rp 1.154.525.309 Rp 1.124.165.441 Rp 1.843.836.910
17.BandungBarat Rp 94.606.169 Rp 136.291.257 Rp 187.170.467 Rp 251.472.414 Rp 314.621.268
18.Bogor Rp 230.449.644 Rp 252.280.722 Rp 463.368.420 Rp 413.249.213 Rp 627.597.050
19.Sukabumi Rp 115.351.808 Rp 148.387.666 Rp 174.959.121 Rp 201.242.474 Rp 276.845.601
20.Bandung Rp 834.505.864 Rp 1.005.583.425 Rp 1.442.775.239 Rp 1.762.952.227 Rp 1.859.694.643
21.Cirebon Rp 120.130.531 Rp 149.489.858 Rp 206.019.070 Rp 224.468.022 Rp 319.893.842
22.Bekasi Rp 568.344.299 Rp 730.735.134 Rp 969.741.298 Rp 1.042.728.151 Rp 1.497.596.390
89
23.Depok Rp 282.747.544 Rp 474.705.361 Rp 581.207.571 Rp 588.606.351 Rp 618.204.601
23.Cimahi Rp 116.677.729 Rp 144.540.602 Rp 191.599.457 Rp 182.394.096 Rp 268.816.074
25.Tasikmalaya Rp 110.369.865 Rp 153.027.660 Rp 172.877.461 Rp 173.254.830 Rp 117.968.218
26.Banjar Rp 45.952.391 Rp 54.684.691 Rp 70.625.136 Rp 63.864.729 Rp 119.829.130
Jumlah Rp 5.868.899.649 Rp 7.909.533.925 Rp 10.200.597.602 Rp 11.396.251.116 Rp 15.672.958.347
90
Lampiran 5 hasil uji chow
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 23.307091 (25,101) 0.0000
Cross-section Chi-square 248.607512 25 0.0000 Ber
Lampiran 6 hasil uji Hausman
hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 9.971458 3 0.0188
sumber: data sekunder yang diolah Eviews
91
lampiran 7. Hasil uji normalitas
Uji normalitas
0
4
8
12
16
20
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 130
Mean 1.71e-18
Median 0.018741
Maximum 0.812122
Minimum -0.578903
Std. Dev. 0.286838
Skewness 0.217855
Kurtosis 2.681924
Jarque-Bera 1.576333
Probability 0.454678
sumber: Data Sekunder yang diolah Eviews
lampiran 10
uji multikolinearitas
Hasil Uji multikolinieritas
INV_LN JTK_LN JUU_LN INV_LN 1.000000 -0.016311 0.225904
JTK_LN -0.016311 1.000000 0.718850
JUU_LN 0.225904 0.718850 1.000000
sumber: Data Sekunder yang diolah Eviews
92
lampiran 11
uji autokolerasi
uji Autokorelasi DW
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.892271 Mean dependent var 19.38220
Adjusted R-squared 0.862406 S.D. dependent var 0.873918
S.E. of regression 0.324168 Akaike info criterion 0.778630
Sum squared resid 10.61358 Schwarz criterion 1.418311
Log likelihood -21.61098 Hannan-Quinn criter. 1.038554
F-statistic 29.87647 Durbin-Watson stat 1.277470
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: Data Sekunder yang diolah Eviews
lampiran 12. Uji heterokesdasitas
hasil Uji Heterokedasitas
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 10/30/17 Time: 13:09
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 130 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.386762 1.230003 1.127446 0.2622
INV_LN 0.021440 0.023326 0.919141 0.3602
JTK_LN -0.085101 0.261063 -0.325981 0.7451
JUU_LN -0.051973 0.333202 -0.155982 0.8764 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.136150 Mean dependent var 0.231253
Adjusted R-squared -0.103334 S.D. dependent var 0.168473
S.E. of regression 0.176964 Akaike info criterion -0.432003
Sum squared resid 3.162937 Schwarz criterion 0.207678
Log likelihood 57.08017 Hannan-Quinn criter. -0.172079
F-statistic 0.568514 Durbin-Watson stat 2.251050
Prob(F-statistic) 0.955732
93
Lampiran 13.
Hasil regresi linier Fixed Effect Model
Dependent Variable: PAD_LN
Method: Panel Least Squares
Date: 10/30/17 Time: 13:11
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 130 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 8.075652 2.253159 3.584147 0.0005
INV_LN 0.241307 0.042729 5.647404 0.0000
JTK_LN 1.292010 0.478223 2.701691 0.0081
JUU_LN -0.865233 0.610370 -1.417554 0.1594 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.892271 Mean dependent var 19.38220
Adjusted R-squared 0.862406 S.D. dependent var 0.873918
S.E. of regression 0.324168 Akaike info criterion 0.778630
Sum squared resid 10.61358 Schwarz criterion 1.418311
Log likelihood -21.61098 Hannan-Quinn criter. 1.038554
F-statistic 29.87647 Durbin-Watson stat 1.277470
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: Data sekunder yang diolah EViews
94
lampiran 14.
Tabel cross-section fixed effects
ENTITAS Effect
1 Kabupaten Bogor 0.748885
2 Kabupaten Sukabumi 0.498029
3 Kabupaten Cianjur -0.643788
4 Kabupaten Bandung 0.787680
5 Kabupaten Garut -0.112636
6 Kabupaten Tasikmalaya -2.726571
7 Kabupaten Ciamis -1.026318
8 Kabupaten Kuningan -1.506863
9 Kabupaten Cirebon 1.252961
10 Kabupaten Majalengka -0.577983
11 Kabupaten Sumedang -0.788101
12 Kabupaten Indramayu 0.314102
13 Kabupaten Subang -1.065213
14 Kabupaten Purwakarta -0.585592
15 Kabupaten Karawang -0.207766
16 Kabupaten Bekasi 0.944402
17 Kabupaten Bandung Barat 0.305178
18 Kota Bogor -0.793754
19 Kota Sukabumi 1.194172
20 Kota Bandung 1.874210
21 Kota Cirebon 1.377947
22 Kota Bekasi 1.671468
23 Kota Depok 0.663151
24 Kota Cimahi -0.872563
25 Kota Tasikmalaya 0.227327
26 Kota Banjar -0.952364
sumber: Data sekunder yang diolah Eviews
95
lampiran 15
nilai individual effect FEM
Cross Section Individual Effect
Kota Bandung 9.949862
Kota Bekasi 9.74712
Kota Cirebon 9.453599
Kabupaten Cirebon 9.328613
Kota Sukabumi 9.269824
Kabupaten Bekasi 9.020054
Kabupaten Bandung 8.863332
Kabupaten Bogor 8.824537
Kota Depok 8.738803
Kabupaten Sukabumi 8.573681
Kabupaten Indramayu 8.389754
Kabupaten Bandung Barat 8.38083
Kota Tasikmalaya 8.302979
Kabupaten Garut 7.963016
Kabupaten Karawang 7.867886
Kabupaten Majalengka 7.497669
Kabupaten Purwakarta 7.49006
Kabupaten Cianjur 7.431864
Kabupaten Sumedang 7.287551
Kota Bogor 7.281898
Kota Cimahi 7.203089
Kota Banjar 7.123288
Kabupaten Ciamis 7.049334
Kabupaten Subang 7.010439
Kabupaten Kuningan 6.568789
Kabupaten Tasikmalaya 5.349081 Sumber : data sekunder yang diolah EViews