Analisis Sebaran Ikan Demersal

26
(REVISI) ANALISIS SEBARAN IKAN DEMERSAL SEBAGAI BASIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DI KABUPATEN KENDAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi SDA dan Lingkungan Dosen Pengampu Drs. H. Edy Yusuf AG, MSc. Ph.D Kelompok 6: Sylvianingrum Firdauzi C2B008068 Teddy Adhadika C2B008069 Tezar Aldi C2B008070 Tresna Maulana C2B008071 Trulyn Aprita R. C2B008072 Vellina Tambunan C2B008073 Wahyu Hiskia C2B008074 Yopi Octavian C2B008075 Yudho Dito C2B008077

description

ekonomi sumberdaya alam

Transcript of Analisis Sebaran Ikan Demersal

Page 1: Analisis Sebaran Ikan Demersal

(REVISI)

ANALISIS SEBARAN IKAN DEMERSAL SEBAGAI BASIS PENGELOLAAN

SUMBERDAYA PESISIR DI KABUPATEN KENDAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi SDA dan Lingkungan

Dosen Pengampu Drs. H. Edy Yusuf AG, MSc. Ph.D

Kelompok 6:

Sylvianingrum Firdauzi C2B008068

Teddy Adhadika C2B008069

Tezar Aldi C2B008070

Tresna Maulana C2B008071

Trulyn Aprita R. C2B008072

Vellina Tambunan C2B008073

Wahyu Hiskia C2B008074

Yopi Octavian C2B008075

Yudho Dito C2B008077

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2010

Page 2: Analisis Sebaran Ikan Demersal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Eksploitasi sumber daya Ikan Demersal di Kabupaten Kendal cukup tinggi.

Terlihat pada data produksi yang pada tahun 1996 sebesar 725,6 ton sedangkan pada

tahun 2003 sebesar 293,78 ton. Keadaan ini dikhawatirkan telah terjadi lebih tangkap

terhadap sumber daya Ikan Demersal di perairan sekitar Kabupaten Kendal. Oleh karena itu,

diperlukan adanya pengelolaan agar potensi sumber daya Ikan Demersal di perairan sekitar

Kendal dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Ikan Demersal merupakan Sumberdaya Ikan yang cukup penting di Laut Jawa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Komisi Ilmiah Stock Assessment tahun

2001, Potensi Lestari Ikan Demersal di Indonesia diduga sebesar 1.370,10 juta ton/Tahun.

Dari potensi tersebut, sebesar 27% berada di Laut Jawa, yaitu 375,20 juta ton / Tahun.

Menurut Rijal dan B Sumiono 1989 : Laju tangkap Ikan Demersal di perairan utara

Semarang – Pekalongan mencapai 41% dibandingkan pada tahun 1978 di lokasi yang sama.

Akhir – akhir ini pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal seperti halnya kegiatan

penangkapan ikan berkembang semakin pesat. Berdasarkan data dari salah satu alat tangkap

tradisional Cantrang yang didaratkan di TPI Tawang Weleri yang menurun dari tahun ke

tahun.

1.2 PERMASALAHAN

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah

sebagai berikut :

1) Bagaimana menjaga kelangsungan sumber daya ikan demersal?

2) Apa yang harus dilakukan agar penggunaan penangkap ikan yang tidak selektif dapat

dikurangi atau dihentikan?

Page 3: Analisis Sebaran Ikan Demersal

3) Bagaimana mencegah penurunan kualitas lingkungan dan pemanfaatan Sumberdaya

Ikan Demersal yang berlebihan?

4) Penyebaran ikan demersal yang belum dipahami!

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

1) Mencari tahu mengenai Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal

di Perairan Kab. Kendal.

2) Mencoba membuat Peta Sebaran Ikan Demersal di Perairan Kabupaten Kendal.

3) Mencari tahu hal-hal apa saja yang telah dilakukan pemerintah guna mengurangi

penggunaan penangkap ikan yang kurang baik.

4) Mencari tahu hal-hal apa saja yang diperlukan untuk menjaga kualitas lingkungan yang

dibutuhkan ikan demersal.

1.4 PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data melalui data-data sekunder yang telah terdahulu yang membahas

mengenai masalah yang sama (jurnal-jurnal yang mendukung).

Page 4: Analisis Sebaran Ikan Demersal

BAB II

LANDASAN TEORI

Adanya pendapat dari masyarakat yang mengatakan bahwa “Milik semua orang itu

berarti bukan milik siapa-siapa, dan berarti pula milik setiap orang”. Menyebabkan penggunaan

sumberdaya alam secara berlebihan, atau menghabiskan sumberdaya secara cepat. Dengan

perkataan lain pernyataan di atas menyebabkan terjadi tindakan deplisi yang berlebihan.

Ada dua syarat yang mencirikan sumberdaya milik umum yaitu:

1. Tidak terbatasnya cara-cara pengambilan, dan

2. Terdapat interaksi di antara para pemakai sumberdaya itu sehingga terjadi perebutan satu

sama lain dan terjadi eksternalitas dalam biaya yang bersifat disekonomis.

Analisis Komparatif Statik

Analisis ini merupakan analisis tentang terjadinya keseimbangan kompetitif dan

kesejahteraan social yang optimum tanpa memperhitungkan unsur waktu. Asumsi yang dipakai:

1. Perusahaan bebas masuk dan berkompetisi,

2. Masing-masing perusahaan mengharapkan keuntungan maksimum, dan

3. Perusahaan menghadapi produk yang sama.

Page 5: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Gambar 2.1

Penentuan Output Optimal untuk Sumberdaya Milik Umum

TC(x) adalah biaya total yang merupakan fungsi dari output. Pada saat TC(x) lebih besar

dari X* terjadi kenaikan tajam dalam biaya produksi yang disebabkan oleh adanya biaya

marginal yang meningkat karena menyusutnya persediaan dan tambahan biaya untuk mencari

sumberdaya alam yang baru serta eksternalitas biaya akibat berdesakan dengan perusahaan lain.

TWP(x) adalah kesediaan untuk membayar (Total Willingnes to Pay) yaitu harga

dikalikan produk output. Pada saat tingkat produksi lebih besar daripada X* terjadi kenaikan

kesediaan membayar yang semakin kecil dikarenakan berlebihnya produk.

TR1(x) adalah penerimaan total yaitu hasil kali antara harga dan jumlah produk yang

diterima oleh semua perusahaan.

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa X* merupakan tingkat produk social optimum di

mana biaya marginal sama dengan harga atau TC’(x) = TWP(x). Apabila sumberdaya alam

dimiliki secara “pribadi” maka keseimbangan kompetitif pada tingkat produk X*. Perusahaan

Page 6: Analisis Sebaran Ikan Demersal

cenderung mempertahankan keadaan ini sebab pada tingkat produk lebih kecil daripada X* akan

diperoleh laba kecil dan pada tingkat produk lebih besar dari X* tidak diperoleh laba maksimal,

karena biaya marginal lebih besar daripada penerimaan marginal. Pada keadaan tersebut, ab

menunjukkan manfaat bersih bagi masyarakat, cb menunjukkan laba murni bagi produsen, dan

ac adalah surplus konsumen.

- Sehubungan dengan sifat sumberdaya alam milik umum, masing-masing perusahaan

ingin memperoleh laba sebesar-besarnya sehingga terjadi ekspansi produksi sampai

lebih besar daripada X*. Karena produksi meningkat maka harga turun dan

permintaan meningkat. Sehingga menggambarkan keadaan baru ditunjukkan TR2.

Selama TR > TC, ekspansi terus terjadi sampai tercapai tingkat TR = TC, yaitu pada

Xe sebagai tingkat keseimbangan kompetitif yang baru, di mana hanya diperoleh laba

normal. Pada tingkat ini:

a. Laba perusahaan sebesar nol (laba normal)

b. Surplus konsumen lebih besar

c. Manfaat bersih masyarakat lebih kecil.

- Keadaan tersebut merupakan pengelolaan sumberdaya alam dalam skala

internasional. Sekarang, pengelolaan dalam batas region dan secara grafis TWP(x)

sebenarnya adalah TR1(x). Dengan demikian ekspansi produksi dicapai pada tingkat

X3, tingkat di mana TR = TC. Keseimbangan kompetitif yang baru adalah tingkat

produksi X3.

Jadi sifat dari sumberdaya alam milik umum adalah cenderung pengelolaannya secara

deplisi di mana tingkat produksinya sebesar X3 > X*.

Pengelolaan Sumberdaya Ikan

Perikanan merupakan subsektor yang penting, yaitu sebagai sumber pendapatan dan

kesempatan kerja serta menarik perhatian dalm hal efisiensi dan distribusi. Masalah efisiensi

dikaitkan dengan jumlah ikan yang terus terancam punah dan masalah distribusi berkaitan

dengan siapa yang akan memperoleh manfaat.

Page 7: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Untuk meningkatkan pendapatan nelayan, perbaikan gizi rakyat dan peningkatan ekspor

faktor utama yang menentukan adalah “pengelolaan secara bertanggung jawab” artinya

pengelolaan harus dilakukan secara bijaksana dalam melestarikan persediaan sumberdaya ikan

sehingga dapat dinikmati secara optimal oleh generasi sekarang maupun oleh generasi yang akan

datang.

Akibat yang timbul dari penggalian sumber hayati perikanan tidak hanya menyangkut

aspek teknis biologis, tetapi juga aspek social, ekonomi, hukum, keamanan, dan ketertiban

masyarakat yang semuanya memerlukan pengendalian agar tercapai suatu keseimbangan dalam

pembangunan perikanan.

Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan pokok pembangunan perikanan, dilakukan

usaha sebagai berikut :

- Peningkatan produksi dan produktivitas.

- Peningkatan kesejahteraan nelayan melalui perbaikan pendapatan.

- Penyediaan lapangan kerja.

- Menjaga kelestarian sumberdaya hayati perikanan.

- Pola manajemen dalam pengelolaan sumberdaya ikan.

Dari keadaan tersebut di atas salah satu usaha pokok dalam mempertahankan dan

mengembangkan populasi ikan adalah dengan usaha pengelolaan yang efisien yang didasari oleh

sistem manajemen yang mantap sehingga sumberdaya ikan tidak habis dan bahkan dapat

ditingkatkan populasinya.

Hubungan Biologis Dasar

Page 8: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Gambar 2.2

Distribusi Jumlah Ikan Menurut Umur

Proporsi jumlah ikan berumur muda cenderung lebih tinggi dibanding jumlah ikan

berumur dewasa. Kematian ikan karena penyakit atau karena dimakan oleh ikan atau hewan lain

menekan jumlah populasi ikan serta adanya perubahan-perubahan iklim atau perubahan kondisi

lingkungan. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan sumberdaya ikan menjadi kian kompleks.

Ini berarti bahwa: pertama adanya pemikiran pertumbuhan yang proporsional

sebagaimana ditunjukkan oleh ketergantungan tingkat kelahiran terhadap besarnya populasi, dan

yang kedua pemikiran tentang lingkungan seperti tersedianya pakan akan menentukan batas bagi

keseimbangan populasi ikan.

Program Penangkapan dengan Hasil yang Tetap

Pengelolaan sumberdaya alam pada umumnya di dasarkan pada konsep “hasil maksimum

yang tetap” (Maximum Suntainabel Yield = MSY). Yakni merupakan tujuan pengelolaan sumber

daya alam yang paling sederhana yang memperhitungkan fakta bahwa persediaan sumber daya

biologis, disarankan untuk tidak dimanfaatkan atau diambil terlalu berlebihan karena akan

menyebabkan hilangnya produktivitas yang optimal sumberdaya alam tersebut.

Page 9: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Gambar 2.3

Hasil Maksimum yang Dapat Dipertahankan

Kurva OAS menunjukkan hubungan keseimbangan antara persediaan atau populasi (s)

dan penangkapan (q). Hasil maksimum yang dapat dipertahankan (MSY) adalah pada ASo atau

Oqo. Jika penangkapan melebihi tingkat pertumbuhan maksimal (MSY), maka tidak mungkin

ada keseimbangan lagi dan persediaan akan menipis dan cenderung menjadi nol.

Pemanenan yang Selektif

Dalam setiap penangkapan ikan, pertumbuhan jumlah persediaan dapat ditingkatkan

dengan cara penangkapan yang selektif, misalnya dengan menghindari musim dan daerah di

mana ikan bertelur, atau dengan penggunaan jaring yang lobangnya besar agar ikan yang masih

kecil dapat lolos dan tetap hidup di perairan tersebut. Peningkatan pendapatan dapat dicapai

dengan mengurangi umur penangkapan dan dengan tingkat diskonto yang positif, sehingga

periode rotasi akan semakin pendek.

Nilai persediaan

Page 10: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Persediaan ikan juga dapat dinilai sebagai sumber keindahan atau bahan penelitian ilmiah

serta sumbangan terhadap ekosistem, misalnya sebagai pakan makhluk hidup lain. Pertimbangan

di atas akan menentang adanya deplisi dan khususnya pemunahan sumberdaya ikan.

Masalah Pemilikan Bersama

Dalam keadaan di mana tidak ada peraturan atau larangan, maka akan timbul hal-hal

sebagai berikut:

- Penangkapan akan berlebihan.

- Punahnya populasi ikan akan lebih pasti dibanding dengan di bawah pemilikan

perorangan.

- Dapat menjadikan biaya penangkapan mahal.

Suatu proses kehidupan yang menunjang keberadaan sumberdaya ikan di perairan yang

sekaligus merupakan sumber hayati biologis akan memberikan manfaat atau kegunaan bagi

kehidupan manusia dalam perekonomian.

Salah satu alternative dalam mempertahankan keberadaan sumberdaya ikan yaitu

bagaimana menurunkan tingkat efisiensi input jumlah unit penangkapan yang semakin besar

jumlahnya. Dari hal tersebut muncul prinsip-prinsip dalam pengelolaan sumberdaya ikan yang

dikembangkan dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Prinsip pengelolaan perikanan yang statis

Dengan meningkatkan pertumbuhan populasi ikan dan menekan biaya, serta menaikkan

scarcity rent. Pada dasarnya dalam kondisi pengelolaan sumberdaya ikan secara statis tidak

menggunakan tingkat pengambilan yang secara ekonomis efisien karena kita tidak mengetahui

secara pasti mengenai kondisi-kondisi yang ada.

2. Prisip pengelolaan perikanan yang bersifat dinamis

Pengelolaan sumberdaya ikan dalam hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara:

Melarang penangkapan ikan pada suatu musim tertentu

Menutup daeraha penangkapan tertentu

Page 11: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Membatasi jumlah ikan yang ditangkap

Jadi pada prinsipnya pengelolaan perikanan yang bersifat dinamis menunjukkan maksimisasi

nilai yang ada pada saat ini yang dapat mendorong timbulnya kepunahan, karena pengelolaan

perikanan yang bersifat dinamis ini menunjukkan dinamika keluar masuknya perusahaan yang

dikombinasikan dengan keberadaan tertentu sumberdaya ikan sehingga mendorong ke arah

industri yang tidak menguntungkan dan tidak stabil yang disebabkan oleh kepunahan populasi

ikan yang tidak disengaja.

Sehingga pengelolaan sumberdaya ikan yang optimum dapat dicapai dengan jalan melibatkan

masyarakat dan pihak pemerintah karena kondisi perikanan ini bersifat sumberdaya alam milik

umum.

Page 12: Analisis Sebaran Ikan Demersal

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Ikan Demersal

Pesisir ikan demersal ditemukan pada atau dekat dasar laut perairan pantai antara garis

pantai dan tepi landas kontinen, dimana terletak di laut dalam. Istilah demersal termasuk ikan

karang dan ikan demersal yang mendiami estuaria, lubang dan teluk. Ikan demersal pesisir

ditemukan di perairan dangkal. Mereka memiliki mata di atas kepala mereka dan mulut

menghadap ke atas. Mereka membenamkan diri di pasir dan melompat ke atas untuk menangkap

mangsa yang lewat di atas kepala mereka.

Ikan demersal merupakan jenis ikan yang sebagian besar siklus kehidupannya berada di

dekat dasar perairan. Ikan jenis ini biasanya ditangkap dengan cantrang, trawl, trammel net,

rawai dasar, dan jaring klitik.

Ikan demersal ekonomis penting yang paling umum antara lain adalah kakap merah,

bawal putih, manyung, kuniran, gulamah, layur dan peperek. Ikan demersal ekonomis seperti

layur mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.

Eksploitasi ikan demersal yang sudah berlangsung lama di Indonesia, membuat indeks

kelimpahan stok terus menurun dari tahun ke tahun. Tanpa upaya pengendalian dan perbaikan,

ikan demersal bisa punah.

3.2 Potensi Ikan Demersal

Jumlah luasan yang telah diteliti adalah sebesar 303 km2. Hasil tangkap ikan Demersal

menggunakan metode swept area diketahui hasil tangkapannya sebesar 182,90 kg, tangkapan

rata-rata per hauling sebesar 10,09 kg, total hasil tangkapan ikan Demersal 112,90 kg yang

diantaranya meliputi di daerah barat Korowelang sebesar 61,30 kg dan di timur Korowelang

sebesar 51,60.

Page 13: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Dari pengamatan penelitian tersebut, diketahui bahwa hasil tangkap di barat Korowelang

lebih besar dibanding dari timur Kolowerang, hal ini disebabkan di barat Korowelang terdapat

sungai-sungai yang bermuara di perairan tersebut.

3.3 Potensi Lestari Stok Ikan Demersal

Dalam menganalisis potensi lestari digunakan model surplus produksi yaitu model

Scaefer, dimana dari analisis ini dapat diketahui jumlah upaya yang diperkenankan sehingga stok

dapat terjaga kelestariannya.

Gambar 3.1

Perkembangan Jumlah Alat dan Hasil Tangkap Ikan Demersal di Perairan Kendal

Tahun 1996-2003

Dari gambar di atas terlihat bahwa hasil tangkap per unit dari tahun ke tahun cenderung

menurun. Hal ini disebabkan jumlah unit alat tangkap yang dari tahun ke tahun semakin

meningkat, sehingga recruitmen sangat lambat yang berarti telah terjadi lebih tangkap (over

fishing) di perairan sekitar Kabupaten Kendal.

3.3.1 Analisis Regresi

Page 14: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Dari hasil analisis yang dilakukan, R2 (koefisien determinasi) sebesar 96%, hal ini berarti

variable jumlah alat tangkap dapat mempengaruhi variable CPUE sebesar 96%, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Berdasarkan analisa varian diketahui nilai Fhitung =

306,11 > F tabel 5% = 4,66. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh antara jumlah effort dengan

CPUE nya. Nilai koefisien regresi b = -1.047,42 sedangkan konstanta a yaitu 55.169,43. Taraf

signifikan 5% untuk konstanta regresi a nilai t hitung = 17,45 > t table 0,025 (6) = 2,447. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan linier antara jumlah alat tangkap dan pada CPUEnya.

Sehingga dapat diketahui bahwa variable jumlah alat tangkap dapat mempengaruhi

variable jumlah tangkapan per unit. Semakin banyak jumlah alat tangkap, maka semakin

berkurang jumlah hasil tangkap ikan demersal pada tiap satu alat tangkap.

Apabila keadaan ini dibiarkan, maka stok ikan demersal yang ada di perairan Kendal dan

sekitarnya akan semakin berkurang, atau mungkin akan kehabisan stok. Oleh karena itu,

diperlukan adanya pengelolaan secara konservatif terhadap sumber daya ikan demersal.

3.3.2 Maximum Sustainable Yield (MSY)

Dari analisis regresi didapat konstanta a = 55.169,43 dan koefisien regresi b = 1.047,42.

Dengan menggunakan formula model Schaefer. Jumlah alat tangkap optimal (E msy) = 26,33 ~

27 unit. Hasil tangkapan lestari (Cmsy) = 726747 kg ~ 726,7 ton.

Model persamaan Schaefer untuk komoditas Ikan Demersal di perairan sekitar Kendal

yaitu :

Hasil tangkapan/unit = 55.169,43 (jumlah alat)–1.047,42 (jumlah alat)2

Dengan :

1. Hasil tangkapan/unit dalam kg

2. Jumlah alat tangkap cantrang dalam unit

Page 15: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Gambar 3.2

Grafik Maximum Sustanable Yield (MSY)

Dari gambar di atas terlihat bahwa titik A merupakan titik dimana terjadi MSY. Pada

kondisi tersebut pemanfaatan maximum dengan mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan

demersal. MSY diperoleh bila jumlah alat adalah 27 unit semenjak tahun 1998, jika lebih dari 27

unit maka akan menyebabkan penurunan hasil tangkap per unit.

3.3.3 Tingkat Pemanfaatan

Tingkat pemanfaatan potensi sumber daya ikan demersal dapat diketahui dari data time

series (dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2003) yang dibandingkan dengan jumlah hasil

tangkapan lestarinya (Cmsy).

Page 16: Analisis Sebaran Ikan Demersal

Gambar 3.3

Grafik Tingkat Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Ikan Demersal Berdasarkan

Hasil Tangkapan

Semenjak tahun 1996 pemanfaatan telah mencapai tangkapan lestarinya, jadi pengelolaan

perlu dilakukan melalui pembatasan jumlah hasil tangkapan, sehingga tidak terjadi penurunan

CPUE (jumlah hasil tangkap ikan demersal pada tiap satu alat tangkap). Pemanfaatan yang tidak

dikendalikan menyebabkan semakin menurunnya persedian sumber daya ikan demersal pada

tahun 2002 yang hanya 275.533 kg sementara alat tangkapnya bertambah menjadi 48 unit.

Gambar 3.4

Grafik Tingkat Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Ikan Demersal Berdasarkan

Alat Tangkap

Pengelolaan perlu dilakukan dengan pembatasan jumlah alat tangkap ikan demersal

hingga pada jumlah 27 unit, yang perlu dilakukan untuk mengembalikan kelestarian sumber daya

ikan demersal di Kabupaten Kendal.

3.4 Sebaran penangkapan ikan demersal

Penangkapan ikan demersal bagi armada cantrang dan arad meliputi lokasi utara Weleri,

Sendang Sekucing, Kendal, Korowelang hingga Ngebum. Beroperasinya kapal dengan

mengetahui kapal lain yang telah berhasil sehingga sering terjadi pemusatan pengoperasian alat

tangkap ikan demersal pada satu titik daerah penangkapan sehingga sering terjadinya kegagalan

dalam operasi penangkapan kapal.

Page 17: Analisis Sebaran Ikan Demersal

3.5 Faktor yang mempengaruhi sebaran ikan demersal:

3.5.1 Kedalaman dan Dasar Perairan

Perairan Kendal merupakan suatu komunitas yang didukung dengan perilaku ikan

demersal yang mempunyai aktivitas gerak rendah dan beruaya tidak terlalu jauh dari garis pantai

dengan kedalaman yang tidak jauh berbeda.

Hasil sampling penelitian menunjukkan perolehan sampel Ikan Demersal mencapai 44

famili dan 99 spesies dengan berat total 31.830 gr jumlah individu 5.869 ekor. Berdasarkan

sampling Ikan Demersal yang diperoleh, hasil terbesar pada kedalaman ≥ 10 m, sebanyak 4.590

individu. Sedangkan paling sedikit pada kedalaman < 10 m sebanyak 1.279 individu, dari

karakter perairan, pada kedalaman tersebut kondisinya sangat labil, antara lain tanahnya sangat

mudah teraduk–aduk oleh gelombang dan arus air relatip kecil yang berakibat perairan menjadi

keruh. Ikan Demersal muda tidak bisa bertahan pada lingkungan yang demikian. Akibatnya Ikan

Demersal muda atau juvenile berupaya secepat mungkin menyebar ke dasar perairan tersebut.

3.5.2 Penangkapan

Ukuran Ikan Demersal yang tertangkap umumnya berukuran kecil atau usia muda

(juvenile) hal ini mungkin perairan Kendal merupakan kawasan muara dari banyak sungai, hal

ini ditandai dengan salinitas rendah, dan banyaknya sungai besar / kecil yang bermuara di

perairan tersebut sehingga lebih bersifat nursery ground bagi organisme perairan yang ditandai

dengan tertangkapnya ikan berukuran kecil pada segala kedalaman.

Page 18: Analisis Sebaran Ikan Demersal

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian beberapa hal

dapat dijadikan kesimpulan,yaitu :

Potensi Ikan Demersal di perairan sekitar Kendal pada saat penelitian adalah 683,40 ton

pada luasan 303 km2 atau 2,25 per km2, terdiri dari 44 famili dan 99 spesies, dengan famili paling

dominan adalah famili Apogonidae.

Dari 44 Famili terdapat Lima Famili Dominan yang terdiri dari: Apogonidae (Srinding),

Leiognathidae (Petek), Nemipteridae (Kurisi), Synodontidae (Beloso) dan Tetraodontidae

(IkanBuntal).

Dari hasil sampling selama penelitian kelimpahan dari berbagai ukuran ikan demersal

terkonsentrasi pada kedalaman 10 – 15 m. Persebaran penangkapan ikan demersal bagi armada

cantrang dan arad meliputi lokasi utara Weleri, Sendang Sekucing, Kendal, Korowelang hingga

Ngebum.

Semenjak tahun 1996 pemanfaatan telah mencapai tangkapan lestarinya, jadi pengelolaan

perlu dilakukan melalui pembatasan jumlah hasil tangkapan, sehingga tidak terjadi penurunan

CPUE. Dengan menggunakan formula model Schaefer. Jumlah alat tangkap optimal (E msy)

adalah sebanyak 27 unit. Sedangkan hasil tangkapan lestarinya (Cmsy) adalah sebanyak 726,7

ton. Pada tahun 2002 jumlah alat tangkap yang ada telah melebihi jumlah optimalnya sebanyak

48 unit dan hasil tangkapan ikan demersal hanya sebanyak 275.533 kg

Sehingga yang terjadi pada saat ini adalah eksploitasi terhadap sumber daya Ikan

Demersal diperairan sekitar Kendal telah terjadi lebih tangkap (over fishing), hal ini dapat

diketahui dengan menurunnya jumlah hasil tangkapan per unit alat tangkap (CPUE). Jika hal ini

dibiarkan terus menerus maka yang akan terjadi penghabisan sumberdaya ikan secara cepat dan

mungkin dapat menghancurkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Untuk itu dalam

mengatasi permasalahan ini berbagai pihak termasuk pemerintah melibatkan diri dlam

penanggulangan pemulihan sumberdaya ikan demersal. Oleh karena itu pelaksanaan

Page 19: Analisis Sebaran Ikan Demersal

pembangunan perikanan harus berwawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai

keseimbangan pemenuhan kebutuhan bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

Pengelolaan sumberdaya ikan dalam hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

antara lain yang pertama adalah dengan menghindari musim dan daerah di mana ikan bertelur,

atau dengan penggunaan jaring yang lobangnya besar agar ikan yang masih kecil dapat lolos dan

tetap hidup di perairan tersebut, yang kedua menutup daerah penangkapan tertentu dan yang

ketiga membatasi jumlah ikan yang ditangkap.

Untuk menjaga kelestarian lingkungan untuk menjaga keberadaan ikan demersial adalah

dengan cara mencegah pengerusakan terumbu karang, hal ini dimaksudkan karena kebanyakan

dari ikan demersal berada di dasar laut yang berpasir sehingga perlu sekali untuk menjaga

kelestarian terumbu karang bawah laut.

SARAN

Sesuai dengan kondisi di atas maka kami menyarankan bagi pengelola sumber daya ikan

demersal adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembatasan jumlah alat tangkap ikan demersal hingga mencapai jumlah

optimal. Pembatasan tersebut dapat dilakukan melalui pembatasan pemberian ijin usaha

perikanan oleh Pemda Kab. Kendal.

2. Meneruskan pendataan produksi dan jumlah alat tangkap ikan demersal sebagai upaya

control terhadap perkembagan persediaan sumber daya ikan demersal.

3. Melakukan sosialisasi atau penyuluhan terutama kepada nelayan akan pentingnya

menjaga kelestarian sumber daya yang ada di wilayah pantai khususnya di perairan

sekitar Kendal karena kondisi perikanan ini bersifat sumberdaya alam milik umum.

4. Melakukan pelestarian terumbu karang sebagai habitat alami dari ikan demersal.

Page 20: Analisis Sebaran Ikan Demersal

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Teori dan Aplikasi).

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Suparmoko. 1997. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (suatu pendekatan teoritis).

Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA

http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Pemberdayaan%20Pembudidaya%20Ikan%20dan

%20Nelayan%20Berbasis%20Kampus&&nomorurut_artikel=409

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/

Demersal_fish&ei=GY6gTPZOgaK-

A9anyf4M&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CCgQ7gEwAQ&prev=/search

%3Fq%3Ddemersal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DOYD%26rls

%3Dorg.mozilla:en-US:official

http://io.ppijepang.org/article.php?id=136

http://seputarberita.blogspot.com/2009/06/jenis-ikan-damersal-dan-potensinya-di.html

http://www.p2sdkpkendari.com/index.php?pilih=news&aksi=lihat&id=600