ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

21
92 ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN AKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA R Gatot Heru Pranjoto Program Studi Manajemen Universiitas Trunojoyo Madura [email protected] ABSTRACT The company's goal is to achieve maximum profit, through earning power, which is marked by increased profit margins and total assets turn over. The company's operations must be able to produce sales units as high as each unit of company assets, on the other hand each sales unit must be able to produce operating profits as high as high. In addition to the concept of maximum profit the company must be able to achieve high efficiency through the concept of profitability. High efficiency can be measured by the concept of profitability, namely by comparing the amount of net income generated by using company capital. With high profitability, it is hoped that company synergy can be achieved. Key words: Earning Power, Profit Margin, Total Aset Turn Over. 1. PENDAHULUAN Diera pasar global, perusahaan harus dapat menjalankan operasionalnya secara efisiensi, serta laba maksimal . laba maksimal dapat dicapai jika perusahaan dapat memenangkan persaingan dipasar. Perusahaan dapat memenangkan persaingan dipasar jika perusahaan dapat melakukan perbaikan secara terus menerus, sehingga produk yang dihaslkan sesuai dengan selera dan permintaan konsumen. Operasinal perusahaan serta melakukan perbaikan secara terus menerus, memerlukan dana yang besar, adapun sumber dana yang dapat digunakan yaitu berasal dari menggunakan modal sendiri, yang berasal dari menjual saham biasa atau menggunakan sumber yang lain seperti laba ditahan. Selain menggunakan

Transcript of ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Page 1: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

92

ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN AKUISISI YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

R Gatot Heru Pranjoto

Program Studi Manajemen Universiitas Trunojoyo Madura

[email protected]

ABSTRACT

The company's goal is to achieve maximum profit, through

earning power, which is marked by increased profit margins and

total assets turn over. The company's operations must be able to

produce sales units as high as each unit of company assets, on

the other hand each sales unit must be able to produce operating

profits as high as high. In addition to the concept of maximum

profit the company must be able to achieve high efficiency

through the concept of profitability. High efficiency can be

measured by the concept of profitability, namely by comparing

the amount of net income generated by using company capital.

With high profitability, it is hoped that company synergy can be

achieved.

Key words: Earning Power, Profit Margin, Total Aset Turn

Over.

1. PENDAHULUAN

Diera pasar global, perusahaan harus dapat menjalankan operasionalnya

secara efisiensi, serta laba maksimal . laba maksimal dapat dicapai jika

perusahaan dapat memenangkan persaingan dipasar. Perusahaan dapat

memenangkan persaingan dipasar jika perusahaan dapat melakukan perbaikan

secara terus menerus, sehingga produk yang dihaslkan sesuai dengan selera dan

permintaan konsumen.

Operasinal perusahaan serta melakukan perbaikan secara terus menerus,

memerlukan dana yang besar, adapun sumber dana yang dapat digunakan yaitu

berasal dari menggunakan modal sendiri, yang berasal dari menjual saham biasa

atau menggunakan sumber yang lain seperti laba ditahan. Selain menggunakan

Page 2: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

93

komponen modal sendiri, perusahaan dapat menggunakan sumber pendanaan

yang berasal dari hutang, baik hutang yang berasal dari perbankan atau

menggunalan surat berharga seperti obligasi.

Penggunaan sumber pendanaan tersebut tentu mempunyai konsekuensi tersendiri

dari masing masing sumber pendanaan yang digunakan. Jika perusahaan

menggunakan sumber pendanaan dari hutang, maka konsekuensinya perusahaan

harus menanggung beban tetap, seperti bunga. Dilai pihak ika perusahaan

menggunakan sumber pendanaan yang berasal dari modal sendiri, suatu misal

perusahaan menjuala saham biasa, maka konsekuensinya perusahaan harus

membayar dividen kepada para pemegang atau pemilik perusahaan.

Apapun sumber pendanaan yang digunakan oleh perusahaan, para investor

mempunyai kepentingan yang menguntungkan bagi dirinya, yangdapat diukur

melalui earning pershare (EPS) dan return on equity (ROE). Untuk dapat

memperoleh earning pershare (EPS) dan return on equity (ROE), yang

menguntungkan maka para eksekutif serta pemilik perusahaan harus sepakat

untuk dapat menggunakan sistem pengendalian manajemen perusahaan dengan

baik

2. TINJAUAN TORI

2.1. Proporsi Penggunaan Hutang ditinjau dari ROE

Tingkat pengembalian equitas (Return on equity-ROE), merupakan

perbandingan antara laba bersih setelah pajak atau earning after taxes (EAT)

dengan modal sendiri (equity). Nilai return on equity (ROE), semakin

besarsemakin menguntungkan bagi pemegang saham biasa, sumber

pembelanjaan perusahaan diperkenankan menggunakan hutang apabila :

1. Penambahan modal asing (hutang) diperkenankan apabila ROE yang

dihasilkan dengan penambahan hutang tersebut lebih besar jika

dibandingkan dengan ROE yang dihasilkandari penambahan equitas

atau modal sendiri, atau

2. Penambahan hutang tidak diperkenankan apabila tingkat

pengembaliannya < dari suku bunga hutang.

Page 3: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

94

Contoh kasus

Suatu perusahaan beroperasi dengan Modal saham biasa senilai Rp 60 juta

yang terdiri dari 1 juta lembar, dimana Tahun depan diperkirakan

perusahaan akan meningkatkan EBIT menjadi Rp 20 juta, untuk itu,

perusahaan akan menambah dana untuk membeli mesin , yaitu sebesar Rp

15 juta, pemenuhan kebutuhan dana tersebut dapat melalui berbagai sumber

dana antara lain :

a. pinjam bank dengan suku bunga 20% pertahun merata

b. emisi saham baru dengan dengan harga Rp 60 perlembar

Alternatif sumber pembelanjaan mana yang sebaiknya dipilih agar return on

equity (ROE) yang dihasilkan menguntungkan para pemegang saham

perusahaan ?

Pemecahan :

1. Jumlah dana keseluruhan setelah penambahan adalah 60 juta + 15 Juta

= 75 juta, dengan EBIT sebesar 20 juta

2. Jadi tambahan dana 15 juta mrpk 20% dari dana keseluruhan, jadi

EBIT yang menjadi bagian tambahan dana 15 juta adalah 20%(20 juta)

yaitu 4 juta

3. Jadi tingkat pengembalian dari tambahan dana tersebut 4juta/15 juta =

26,67%

4. Tingkat pengembalian sebesar 26,6% dibandingkan dengan besarnya

suku bunga yang berlaku, dalam hal ini akan muncul berbabai

kemungkinan perbandingan antara tingkat pengembalian dengan suku

bunga yang berlaku, antara lain suku bunga > tingkat pengembalian,

suku bunga < tingkat pengembalian, suku bunga = tingkat

pengembalian

2.1.1. Perhitungan EPS dan ROE,

jika Dengan asumsi tingkat suku bunga 20% < Tingkat

pengembalian 26,67%, maka hasil perhitungan EPS dan ROE, nampak

sebagai berikut :

Page 4: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

95

Uraian Dana Perbankan Emisi Saham

EBIT Rp 20 000 000,- Rp 20 000 000,-

Bunga 20% 3 000 000,- 0

EBT 17 000 000,- 20 000 000,-

Pajak 10% 1 700 000,- 2 000 000,-

EAT 15 300 000,- 18 000 000,-

Modal Sendiri 60 000 000,- 75 000 000,-

Lembar

Saham

1 000 000 1 250 000

Laba

persaham

15,30 14,40

ROE 25,5 % 24,00 %

Dengan asumsi jika suku bunga lebih kecil dari tingkat pengembalian

maka sebaiknya pemenuhan kebutuhan dana sebesar Rp 15 juta untuk

membeli mesin, sebaiknya dipenuhi dengan meminjam dana perbankan

karena alternative pembelanjaan tersebut memberikan laba persaham dan

tingkat pengembalian equitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan

pemenuhan kebutuhan dana dengan menerbitkan saham, seperti nampak

pada perhitungan diatas.

2.1.2. Perhitungan EPS dan ROE,

jika Dengan asumsi tingkat suku bunga 26,67% = Tingkat

pengembalian 26,67%, maka hasil perhtungan EPS dan ROE nampak

sebagai berikut :

Uraian Dana Perbankan Emisi Saham

EBIT Rp 20 000 000,- Rp 20 000 000,-

Bunga 20% 4 000 000,- 0

EBT 16 000 000,- 20 000 000,-

Pajak 10% 1 600 000,- 2 000 000,-

EAT 14 400 000,- 18 000 000,-

Page 5: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

96

Modal Sendiri 60 000 000,- 75 000 000,-

Lembar

Saham

1 000 000 1 250 000

Laba

persaham

14,40 14,40

ROE 24,00 % 24,00 %

Dari uraian perhitungan diatas nampak jika suku bunga yang berlaku sama

dengan tingkat pengembalian, maka pemenuhan kebutuhan dana sebesar

Rp 15 juta, dapat dipenuhi dengan meminjam dana perbankan atau

dipenuhi dengan menerbitkan saham, akan menghasilkan laba persaham

dan Return On Equity (ROE) yang besarnya sama untuk kedua alternative

pembelanjaan.

2.1.3. Perhitungan EPS dan ROE,

jika Dengan asumsi tingkat suku bunga 30% > Tingkat

pengembalian 26,67%, maka hasil perhitungan EPS dan ROE nampak

sebagai berikut :

Uraian Dana Perbankan Emisi Saham

EBIT Rp 20 000 000,- Rp 20 000 000,-

Bunga 20% 4 500 000,- 0

EBT 15 500 000,- 20 000 000,-

Pajak 10% 1 550 000,- 2 000 000,-

EAT 13 950 000,- 18 000 000,-

Modal Sendiri 60 000 000,- 75 000 000,-

Lembar

Saham

1 000 000 1 250 000

Laba

persaham

13,95 14,40

ROE 23,25 % 24,00 %

Page 6: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

97

Dari uraian perhitungan diatas nampak bahwa jika suku bunga lebih besar

dari tingkat pengembalian maka sebaiknya pemenuhan kebutuhan dana

sebesar Rp 15 juta, dapat dipenuhi dengan penerbitan saham biasa karena

dapat memberikan laba persaham dan tingkat pengembalian equitas (ROE)

yang lebih besar jika dibandingkan dengan pemenuhan pembelanjaan

menggunakan dana perbankan.

2.2. Hubungan Antara Proporsi Penggunaan Hutang Terhadap

Likuiditas.

Penggunaan hutang oleh perusahaan harus tetap mempertimbangkan

kelancaran operasional perusahaan, dalam arti perusahaan harus tetap dapat

memenuhi segala kewajibannya baik kewajiban jangka panjang maupun

jangka pendek, untuk itu perusahaan harus mempertimbangkan aspek

rentabilitas ekonomisnya yaitu perbandingan antara besarnya laba kotor

terhadap besarnya bunga sebagai akibat penggunaan hutang.

1. Dengan penggunaan hutang, likuiditas perusahaan harus tetap terjaga.

2. Dengan penggunaan hutang perusahaan dibebani biaya tetap yaitu pokok

angsuran + bunga

3. Untuk mengetahui timbul kesulitan likuiditas atau tidak, maka digunakan

pendekatan Debt Service Coverage (DSC), sebagai berikut :

Laba sebelum bunga dan pajak

Beban bunga + Pokok pinjaman

(1-pajak)

Contoh kasus

Perusahaan Linggar Jati tahun lalu memperoleh laba sebelum bunga dan

pajak Rp 12 juta,beban bunga yang harus dibayar Rp 1,5 juta sedangkan

pokok pinjaman Rp 2,7 juta, diasumsikan tarif pajak 10%, maka DSC :

Rp 12 000 000

Rp 1 500 000 + Rp 2 700 000 = 2,6

(1-0,1)

Page 7: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

98

Yang menjadi pertanyaan, bagaimana pengaruhnya Debt Service Coverage

(DSC) sebesar 2,6 terhadap besarnya earning before interest taxes (EBIT)

yang dicapai perusahaan ? Dalam hal ini Debt Service Coverage (DSC),

sebesar 2,6 berarti bahwa :

a. Maksimum penurunan earning before interest taxes (EBIT), adalah

sebesar 1/(1:2,6) = 0,62%

b. Jika penurunan earning before interest taxes (EBIT melebihi 0,62% ,

maka akibatnya laba kotor atau earning before interest taxes (EBIT )

yang dihasilkan akan lebih kecil dari beban tetap yaitu pokok + bunga

Sehingga merupakan suatu keharusan bahwa :

1. Besarnya Debt Service Coverage (DSC) harus lebih besar dari 1

agar likuiditas perusahaan tidak terganggu, karena aliran kas masuk

lebih besar dari beban tetap.

2. Jika Debt Service Coverage (DSC) kurang dari 1 maka likuiditas

perusahaan akan terganggu, karena aliran kas masuk akan lebih

kecil dari beban tetap.

2.3. Pengaruh Proporsi Hutang Terhadap Return On Equity (ROE)

Untuk mengetahui pengaruh proporsi hutang terhadap return on

equity (ROE), maka harus memperhatikan besarnya return on investment

(ROI), yaitu perbandingan antara laba kotor (EBIT) terhadap total asset,

mengapa demikian karena berapapun besarnya tingkat pengembalian yang

diinginkan sangat tergantung pada besarnya investasi yang digambarkan

oleh besarnya total asset, dan perusahaan mempunyai kewajiban bagaimana

dengan besarnya investasi tersebut perusahaan dapat menghasilkan laba

kotor (EBIT) yang semaksimal mungkin. Semakin besar return on

investment (ROI),adalah semakin bagus. Oleh karena pembahasan kita kali

ini berhubungan dengan penggunaan hutang dan konsekwensi penggunaan

hutang perusahaan dibebani bunga, maka dalam pembahasan ini return on

investment (ROI) harus dibandingkan dengan besarnya tingkat bunga yang

berlaku.

Page 8: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

99

2.3.1. Penghitungan ROE dg asumsi ROI = 20% >Tingkat bunga 15%

Untuk mengetahui besarnya Return On Equity (ROE) dengan berbagai

alternative perbandingan antara Return On Investment (ROI) terhadap

tingkat bunga, maka perlu dilihat terlebih dahulu besarnya elemen seperti

total asset, hutang (debt) dengan besarnya Equity (E), didalam hal ini untuk

alternative 1 , besarnya asset sebesar Rp 20 000,-, equity sebesar Rp 16

000,- dan hutang atau debt sebesar Rp 4 000,-, sehingga dapat diketahui

besarnya Debt to Equity (D/E) sebesar 25% dan Debt to Asset (D/A) sebesar

20% , dengan komposisi ketiga elemen tersebut, ternyata menghasilkan

Return On Investment (ROI) sebesar 20,0 % yang lebih besar jika

dibandingkan dengan tingkat bunga pasar sebesar 15%, dengan demikian

maka jika pada alternative 1 dengan komposisi D/E dan D/A sedemikian

rupa maka akan menghasilkan Return On Equity (ROE) sebesar 19,1 %,

demikian dan seterusnya untuk alternative struktur 2 dan struktur 3, berturut-

turut akan mengasilkan Return On Equity (ROE) sebesar 22,5% untuk

struktur ke 2 dan struktur 3 menghasilkan Return On Equity (ROE) sebesar

36,0%

Uraian

Struktur -1 Struktur-2 Struktur-3

D/E 25% ,D/A 20% D/E 100%,D/A 50% D/E 400%,D/A 80%

EBIT Rp 4 000,- Rp 4 000,- Rp 4 000,-

Bunga 15% 600,- 1 500,- 2 400,-

EBT 3 400,- 2 500,- 1 600,-

Pajak 10% 340,- 250,- 160,-

EAT 3 060,- 2 250,- 1 440,-

Debt 4 000,- 10 000,- 16 000,-

Equity 16 000,- 10 000,- 4 000,-

Aset 20 000,- 20 000,- 20 000,-

ROE = EAT/E 19,1 % 22,5 % 36,0 %

ROI = EBIT/A 20,0 % 20,0 % 20,0 %

Page 9: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

100

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika Return On Investment

(ROI) lebih besar dari tingkat bunga maka penggunaan pembelanjaan hutang

yang lebih kecil dari equity maka akan menghasilkan Return On Equity

(ROE) sebesar 19,1 %, tetapi jika penggunaan pemebelanjaan hutang lebih

besar dari equity (struktur 3) maka akan menghasilkan Return On Equity

(ROE) yang lebih besar dari struktur 1 yaitu sebesar 36,0 %, berikutnya kita

akan melihat jika kondisi dipasar menunjukkan bahwa tingkat bunga = ROI

seperti nampak pada sub bahasan 8.4.2. berikut :

2.3.2. Penghitungan ROE dg asumsi ROI = 15% = Tingkat bunga 15%

Uraian

Struktur -1 Struktur-2 Struktur-3

D/E 25% ,D/A 20% D/E 100%,D/A 50% D/E 400%,D/A 80%

EBIT Rp 3 000,- Rp 3 000,- Rp 3 000,-

Bunga 15% 600,- 1 500,- 2 400,-

EBT 2 400,- 1 500,- 600,-

Pajak 10% 240,- 150,- 60,-

EAT 2 160,- 1 350,- 540,-

Bebt 4 000,- 10 000,- 16 000,-

Equity 16 000,- 10 000,- 4 000,-

Aset 20 000,- 20 000,- 20 000,-

ROE = EAT/E 13,5 % 13,5 % 13,5 %

ROI = EBIT/A 15,0 % 15,0 % 15,0 %

Ternyata dari hasil perhitungan nampak bahwa jika tingkat suku bunga

dipasar sebesar 15% sama dengan Return On Investment (ROI) sebesar

15%, maka akan menunjukkan bahwa berbagai alternative penggunaan

sumber pembelanjaan antara hutang dan equity, apakah pembelanjaan

hutang lebih kecil dari equity dan sebaliknya, maka akan menghasilkan

Return On Equity (ROE) yang sama yaitu sebesar 13,5 % , lalu bagaimana

jika tingkat bunga pasar lebih kecil dari Return On Investment (ROI), maka

hasil perhitungannya akan nampak sebagai berikut :

Page 10: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

101

2.3.3. Penghitungan ROE dg asumsi ROI = 12,5% < Tingkat bunga

15%

Uraian

Struktur -1 Struktur-2 Struktur-3

D/E 25% ,D/A 20% D/E 100%,D/A 50% D/E 400%,D/A 80%

EBIT Rp 2 500,- Rp 2 500,- Rp 2 500,-

Bunga 15% 600,- 1 500,- 2 400,-

EBT 1 900,- 1 000,- 100,-

Pajak 10% 190,- 100,- 10,-

EAT 1 710,- 900,- 90,-

Debt 4 000,- 10 000,- 16 000,-

Equity 16 000,- 10 000,- 4 000,-

Aset 20 000,- 20 000,- 20 000,-

ROE = EAT/E 10,7% 9,0 % 2,25%

ROI = EBIT/A 12,5% 12,5% 12,5%

Dari hasil perhitungan nampak bahwa jika tingkat bunga lebih besar dari

Return On Investment (ROI), maka alternative pembelanjaan hutang yang

lebih kecil dari equity maka akan menghasilkan Return On Equity (ROE)

sebesar 10,7 % yang lebih besar jika menggunakan alternative

pembelanjaan sebaliknya yaitu komposisi hutang lebih besar dari equity

yang menghasilkan Return On Equity (ROE) lebih kecil yaitu sebesar 2,25

%, jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa :

1. Apabila ROI >tingkat bunga, maka dengan proporsi hutang yang

semakin tinggi akan berpengaruh positif yang semakin besar terhadap

ROE

2. Apabila ROI = tingkat bunga, maka dengan proporsi hutang berapapun

akan menghasilkan ROE yang sama

3. Apabila ROI < tingkat bunga, maka dengan proporsi hutang yang

semakin tinggi akan berpengaruh negatif yang semakin besar terhadap

ROE

Page 11: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

102

Kasus

Sebuah industri perakitan barang elektronik,daerah pemasarannya 60%

ditujukan untuk negara asean, sedangkan sisanya untuk memenuhi

permintaan dalam negeri, Sebagai seorang konsultan keuangan saudara

diminta untuk menganalisa berbagai alternatif sumber pembelanjaan untuk

investasi peralatan perakitan modern, Informasi yang didapat dari manajer

keuangan dan akuntansi, bahwa EBIT sebesar 600 juta dengan komposisi

modal sebagai berikut :

Komposisi modal

Saham biasa @ Rp 15 000,- Rp 600 juta

Saham preferen 12% 300 juta

Laba ditahan 250 juta

Jumlah modal sendiri Rp 1 150 juta

1. Tingkat penjualan sangat peka terhadap gerakan pasar yang disebabkan

perkembangan teknologi

2. Untuk mengantisipasi lonjakan teknologi perusahaan membutuhkan

tambahan dana sebesar Rp 750 juta untuk peralatan

3. Dengan peralatan tersebut EBIT dapat ditingkatkan menjadi Rp 800 juta.

Ada 2 alternatif sumber pendanaan

1. Sejumlah 60% bersumber dari pinjaman bank dengan tingkat bunga 18%

pertahun merata, sisanya emisi saham biasa dengan harga bersih setelah

dikurangi biaya yaitu sebesar Rp 20 000,-perlembar

2. Sejumlah 60% emisi saham biasa dengan harga bersih Rp 20 000

perlembar, sedang sisanya pinjam bank dengan bunga 18% pertahun

merata.

3. Saudara diminta membuat kertas kerja yang jelas dan lengkap tentang

alternatif sumber pendanaan mana yang akan dipilih, dengan asumsi tarif

pajak rata-rata 27,5%

Page 12: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

103

Pemecahan :

Untuk membahas alternative , apakah pemenuhan dana dibelanjai dengan

pinjam dana perbankan atau mengeluarkan (emisi) saham baru pengaruhnya

terhadap Return On Equity (ROE) atau Laba persaham (EPS), dapat

dihitung sebagai berikut :

Uraian

Alternatif Pembelanjaan

Dana Perbankan 60%,

Emisi saham 60%

Emisi saham 40%,

Dana Perbankan 40%

EBIT Rp 800 000 000,- Rp 800 000 000,-

Bunga 18% 81 000 000,- 54 000 000,-

EBT 719 000 000,- 746 000 000,-

Pajak 27% 197 725 000,- 205 150 000,-

EAT 521 275 000,- 540 850 000,-

Dividen P’St 36 000 000,- 26 000 000,-

EAT Unt C’St 485 275 000,- 504 850 000,-

Jml Modal Sendiri 1 450 000 000,- 1 600 000 000,-

Jml Lembar Saham 55 000 62 500

EPS 8 823,18 8 077,60

ROE 35,95% 33,80%

Jumlah modal sendiri = 1150 000 + 300 000 = 14 50 000

Jumlah lembar saham = (600 juta : 15 000) + (300 juta:20 000) = 55 000

lembar

Dari hasil perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa didalam memenuhi

kebutuhan dana sebaiknya perusahaan memilih alternatif 1 yaitu :

a. Pinjam bank 60% yaitu sebesar 60% (750 juta) = Rp 450 000

000,-

b. Emisi saham biasa 40%, yaitu sebesar 40%(750 juta) = Rp 300 000

000,-

Page 13: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

104

c. Karena alternative pembelanjaan ini menghasilkan EPS dan ROE

lebih tinggi jika dibandingkan dengan alternative pembelanjaan yang

lain.

Kasus

United Batteray Corporation (UBC) menghasilkan sejenis produk baterai

berumur panjang dan dapat diisi ulang untuk kalkulator kecil.Berikut

laporan laba rugi PT UBC adalah sebagai berikut :

Penjualan bersih 500 000 unit @ Rp 20 Rp 10 000 000,-

Biaya variabel Rp 8 perunit 4 000 000,-

Biaya tetap 2 000 000,-

EBIT 4 000 000,-

Bunga 1 250 000,-

EBT 2 750 000,-

Pajak 25% 687 500,-

EAT 2 062 500,-

EPS (100 000 lb) 20,625

Perusahaan ingin meningkatkan volume produksi dengan membeli mesin

baru yang otomatis dan modern, unt itu biaya tetap naik 100%, tetapi biaya

variabel perunit turun menjadi Rp 5,-, bila mesin baru tersebut dibiayai dg

obligasi maka bunga meningkat sebesar Rp 750 000,- dan bila dibiayai

dengan emisi saham biasa, maka total saham yg beredar meningkat 25 000

lb, asumsi tingkat penjualan naik 10%, tentukan alternatif mana yg dipilih

unt membiayai perubahan menuju produksi baru tersebut

Page 14: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

105

Pemecahan

Uraian Dana Obligasi Emisi Saham

Penjualan 550 000 unit @ 20 Rp 11 000 000,- Rp 11 000 000,-

Biaya Variabel 2 750 000,-

Biaya Tetap 4 000 000,-

Total Biaya 6 750 000,- 6 750 000,-

EBIT 4 250 000,- 4 250 000,-

Bunga 2 000 000,- 1 250 000,-

EBT 2 250 000,- 3 000 000,-

Taxes 25% 562 500,- 750 000,-

EAT 1 687 500,- 2 250 000,-

Lembar Saham 100 000 125 000

EPS 16,87 18,00

Keinginan perusahaan untuk meningkatkan volume produksi, dengan

membeli mesin baru, sebaiknya menggunakan alternatif 2, yaitu emisi

saham biasa 100% karena laba persahamnya sebesar Rp 18 lebih besar jika

menggunakan alternative pembelanjaan obligasi, yaitu sebesar Rp 16,87

2.4. Struktur Sistem Pengawasan Manajemen

Sistem pengawasan manajemen terdiri dari struktur atau kerangka

serta proses, dimana keangka sistem terdiri dai bagian bagian yang

membentuk sistem tersebut , sedang suatu proses sistem menjelaskan

bekerjanya tiap tiap bagian dalam sistem untuk mencapai tujuan sistem

tersebut.

Kerangka sistem pengawasan manajemen terdiri dari unit unit

dalam organisasi yang berupa pusat pusat peranggungjawaban dan ukuran

yang digunakan untuk meilai prestasi tiap tiap manajer pusat

pertanggungjawaban tersebut.proses sistem pengawasan manajemen terdiri

dari empat tahap sebagai berikut :

a. Penyusunan progam

b. Penyusunan anggaran

Page 15: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

106

c. Pelaksanaan dan pengukuran

d. Pelaporan dan analisa

Pusat peranggungjawaban (Resposibility Center), adalah unit

oganisasi yang dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggungjawab,

adapun kegiatan pusat pertanggungjawaban adalah terdiri dari pengolahan

masukan (input) menjadi output yang berupa produk atau jasa, yang

selanjutnya produk tersebut akan mengalir kepada pusat

pertanggungjawaban yang lain atau kepada para langganan diluar

perusahaan.

3. METODE PENELITIAN

3.1.Populasi Dan Penentuan Sampel.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Eefek

Indonesia, yang melakukan akuisisi pada tahun 2014, yaitu sebanyak 10

perusahaan

3.2. Variable Terukur.

1. Return On Net Worth, yaitu perbandingan antara laba bersih setelah

pajak dengan total aset.

2. Return On Equity, yaitu tingkat pengembalian yang diperuntukkan bagi

pemilik modal sendiri., yaitu perbandingan antara laba bersih setelah

pajak dengan modal sendiri.

3. Net Profit Margin, yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak

dengan penjualan.

3.3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian, peneliti

menggunakan metode pengumpulan data library reseach, yaitu merupakan

metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara penelitian kepustakan,

yaitu diperoleh melalui buku-buku pustaka sebagai bahan kajian untuk

membahas permasalahan yang diteliti.

Page 16: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

107

3.4. Perbedaan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi

Untuk mengetahui perbedaan variabel yang dihitung yaitu return on net

worth, return on equity dan net profit margin, sebelum dan sesudah

melakukan akuisisi dilakukan dengan membandingkan rasio sebelum

dan sesudah melakukan akuisisi, melalui uji T, dengan menggunakan

SPSS, uji Wilxocon.

4. PEMBAHASAN

4.1. Return On Investment

Retun on investment,merupakan perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dibagi dengan total aset, jadi return on investment

menunjukkan besarnya laba yang dihasilkan oleh penggunaan total

aset perusahaan.

Tabel 4.1. Return On Investment Perusahaan Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2017 (000 000)

No

Kode

Perusahaan

Tahun

2011 2012 2013 2015 2016 2017

1. AALI PT Astra 0,25 0,21 0,14 0,04 0,10 0,09

2 AISA PT.Tiga P 0,04 0,07 0,07 0,04 0,08 -0,10

3. APLN PT.Agung.P 0,02 0,11 0,12 0,05 0,04 0,27

4. ASII PT Astra I 0,14 0,58 0,46 0,27 0,09 0,08

5. PTBA PT.Bukit A 0,27 0,23 0,16 0,13 0,12 0,21

6. MDLN PT Modernland 0,03 0,06 0,25 0,08 0,03 0,04

7. XL PT.XL Asia 0,10 0,08 0,03 -0,42 0,68 0,68

8. INTP PT Indocement 0,20 0,21 0,20 0,17 0,13 0,07

9. SIMP PT Salim Ivo 0,09 0,05 0,02 0,01 0,02 0,03

10. META PT.Nusantara -0,02 0,02 0,03 0,04 0,04 0,03

Sumber : Bursa Efek Indonesia (Data Diolah)

Pada tabel 4.1. nampak bahwa besarnya return on investment 10

perusahaan sebelum maupun sesudah akuisisi berfluktuasi, hal ini

menunjukkan bahwa apabila dalam operasinya, perusahaan menambah

hutang, maka akan berdampak berfluktuasinya return on equity. Besar

Page 17: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

108

kecilnya Return on investment tergantung dari net profit margin dan

perputaran aktiva, jadi jelas fokus utama operasional perusahaan harus

menghasilkan penjualan setinggi tingginya.

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,092

Dengan menggunakan uji Wilxocon, menujukkan bahwa return on

investment secara keseluruhan, baik sebelum maupun sesudah akuisisi

berbeda secara signifikan

4.2. Return On Equity.

Return on equity, meunjukkan besarnya laba bersih setelah pajak yang

dihasilkan oleh besanya modal sendiri yang dipakai perusahaan. Besar

kecilnya return on equity, berhubungan dengan rentabilitas ekonomi.

Tabel 4.2. Return On Equity Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2011-2017 ( 000 000)

No

Kode

Perusahaan

Tahun

2011 2012 2013 2015 2016 2017

1. AALI PT Astra 0,30 0,28 0,19 0,06 0,12 0,11

2 AISA PT.Tiga P 0,09 0,12 0,15 0,10 0,17 -0,54

3. APLN PT.Agung.P 0,05 0,20 0,23 0,12 0,10 0,16

4. ASII PT Astra I 0,29 0,25 0,21 0,13 0,16 0,14

5. PTBA PT.Bukit A 0,38 0,34 0,26 0,22 0,20 0,33

6. MDLN PT Modernland 0,07 0,12 0,52 0,15 0,76 0,10

7. XL PT.XL Asia 0,21 0,18 0,07 -0,02 0,02 0,03

8. INTP PT Indocement 0,23 0,25 0,22 0,18 0,15 0,10

9. SIMP PT Salim Ivo 0,15 0,10 0,04 0,03 0,03 0,04

10. META PT.Nusantara -0,03 0,05 0,05 0,08 0,08 0,05

Sumber : Bursa Efek Indonesia (Data Diolah).

Dimana rentabilitas ekonomi menunjukkan perkalian antara profit

margin dengan perputaran aktiva.

Page 18: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

109

Return on equity perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia baik

sebelum maupun sesudah akuisisi umumnya berfluktuasi, jadi untuk

meningkatkan sinergi perusahaan terutama setelah akuisisi, maka ada

dua fokus utama yang harus dicapai perusahaan untuk meningkatkan

return on equity, yaitu efisiensi semaksimal mungkin, artinya dengan

mencapai penjualan setinggi tingginya akan berdampak pada tingginya

laba operasi. Sedangkan fokus yang kedua yaitu bagaimana dengan

menggunakan total aset perusahaan dapat mencapai penjualan setinggi

tingginya.

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,005

Dengan menggunakan uji Wilxocon, menujukkan bahwa return on

equity secara keseluruhan, baik sebelum maupun sesudah akuisisi

berbeda secara signifikan

4.3. Net Profit Margin.

Net profit margin, menunjukkan besarnya laba bersih setelah pajak yang

dihasilkan oleh penjualan, semakin tinggi net profit margin berarti

menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien.

Tabel 4.3. Net Profit Margin Perusahaan Yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2011-2017 (000 000)

No

Kode

Perusahaan

Tahun

2011 2012 2013 2015 2016 2017

1. AALI PT Astra 0,23 0,22 0,15 0,05 0,15 0,12

2 AISA PT.Tiga P 0,09 0,09 0,09 0,06 0,11 -0,17

3. APLN PT.Agung.P 0,25 0,72 1,82 0,19 0,16 0,07

4. ASII PT Astra I 0,13 0,25 0,23 0,19 0,13 0,11

5. PTBA PT.Bukit A 0,29 0,25 0,14 0,15 0,14 0,23

6. MDLN PT Modernland 0,15 0,25 1,33 0,03 2,03 0,20

7. XL PT.XL Asia 0,12 0,13 0,05 -0,01 0,08 0,02

8. INTP PT Indocement 0,26 0,28 0,22 0,24 0,25 0,13

9. SIMP PT Salim Ivo 0,18 0,11 0,05 0,03 0,04 0,04

10. META PT.Nusantara -0,12 0,18 0,19 0,34 0,22 0,12

Sumber : Bursa Efek Indonesia (Data Diolah).

Page 19: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

110

Pada tabel 4.3. nampak bahwa net profit margin perusahaan yang

terdaftardi Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017, baik sebelum

maupun sesudah akuisisi berfluktuasi. Untuk meningkatkan net profit

margin, fokus utamanya untuk meningkatkan earning power, yaitu

melalui profit margin dan operating aset turn over, antara lain

meningkatkan penjualan, menaikkan harga jual perunit, menambah

modal usaha dan menurunkan penjualan sampai volume tetentu.

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,004

Dengan menggunakan uji Wilxocon, menujukkan bahwa net profit

margin secara keseluruhan baik sebelum maupun sesudah akuisisi

berbeda secara signifikan

4.4. Total Aset Turn Over.

Total aset turn over, menunjukkan seberapa besar satuan penjualan yang

dihasilkan setiap satuan total aset.

Tabel 4.4. Total Aset Turn Over Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Tahun 2011-2017 (000 000)

No

Kode

Perusahaan

Tahun

2011 2012 2013 2015 2016 2017

1. AALI PT Astra 1,07 0,94 0,86 0,62 0,59 0,70

2 AISA PT.Tiga P 0,49 0,71 0,81 0,66 0,71 0,56

3. APLN PT.Agung.P 0,10 0,15 0,06 0,24 0,23 0,41

4. ASII PT Astra I 0,12 0,23 0,23 0,21 0,15 0,70

5. PTBA PT.Bukit A 0,93 0,91 1,12 0,82 0,76 0,89

6. MDLN PT Modernland 0,20 0,23 0,19 0,24 0,17 0,22

7. XL PT.XL Asia 0,72 0,60 0,53 0,39 0,39 0,41

8. INTP PT Indocement 0,77 0,75 0,86 0,65 0,52 0,50

9. SIMP PT Salim Ivo 0,49 0,51 0,47 0,44 0,45 0,48

10. META PT.Nusantara 0,13 0,13 0,17 0,13 0,18 0,156

Sumber : Bursa Efek Indonesia (Data Diolah).

Page 20: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

R. Gatot, Analisis Resiko Likuiditas

111

Pada tabel 4.4. nampak bahwa, total aset turn over perusahaan baik

sebelum maupun sesudah akuisisi umumnya berfluktuasi, hal ini

menunjukkan bahwa setiap satuan penjualan yang dihasilkan setiap

satuan aset perusahaan kurang maksimal. Adapun fokus utama untuk

meningkatkan total aset turn over, yaitu dengan jalan meningkatkan

profit margin serta operating aset turn over, jadi daharapkan dapat

meningkatkan efisiensi setinggi tingginya.

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,059

Dengan menggunakan uji Wilxocon, menujukkan bahwa total aset turn

over secara keseluruhan, baik sebelum maupun sesudah akuisisi

berbeda secara signifikan

5. KESIMPULAN-SARAN :

a. Kesimpulan :

1. Dari hasil analisis return on investment, return on equity, net profit

margin dan total aset turn over baik sebelum maupun sesudah

akuisisi, menunjukkan hasil yang berfluktuasi dan mempunyai

kecenderungan menurun.

2. Dari uji T menunjukkan bahwa return on investment, return on

equity, net profit margin dan total aset turn over baik sebelum

maupun sesudah akuisisi terdapat perbedaan nyata.

3. Pada saat melakukan akuisisi perusahaan berada pada posisi puncak

return on investment, return on equity, net profit margin dan total

aset turn over, sehingga akusisi hanya merupakan alat untuk

mempertahankan hidup atau memperkuat diri.

b. Saran :

1. Perlu adanya ehati hatian bagi perushaan yang mau melakukan

akuisisi, walaupun permulaan tahun sesudah akuisisi mengalami

pertumbuhan return on investment, return on equity, net profit

margin dan total aset turn over namun secara keseluruhan setelah

melakukan akuisisi berfluktuasi dan mempunyai kecenderungan

menurun, dan berbeda nyata.

Page 21: ANALISIS RISIKO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA ...

Kompetensi, Vo 14, No 1, April 2020

112

2. Perusahaan yang melakukan akuisisi harus fokus meingkatkan

efisiensi, sehingga retabilitas ekonomi dapat tercapai dan dapat

meningkatkan rentabilitas secara keseluruhan dimasa yang akan

datang

DAFTAR PUSTAKA :

Agus Sartono, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.

Baritwan, 1997, Alat Analisa Keuangan , Edisi Keenam, Penerbit BPFE, LMP2M,

Amp Yogjakarta.

Bambang Riyanto, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi

Keempat, BPFE, Yogyakarta

Briham, Eugane F. and J.F.Houston, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi 8,

Erlangga, Jakarta

Copeland Thomas E,2001;Manajemen Keuangan ,edisi 8,Erlangga,Jakarta

Mamduh, 1996, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE

Yogjakarta.

Suad Husnan, 1993, Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan), Liberty, YogYakarta.

Syafarudin Alwi, 1991, Alat-Alat Analisa Dalam Pembelanjaan, Edisi

Revisi,Andi Offset, Yogyakarta