ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …
Transcript of ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …
i
LAPORAN PENELITIAN STIMULUS
ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA
MASA PANDEMI COVID 19 DI PUSKESMAS
RATU JAYA CIPAYUNG DEPOK
TAHUN 2020
TIM PENELITI
Ketua : Vivi Silawati, SST., SKM., MKM
Anggota : Jenny Anna Siauta, SST., M.Keb
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
TAHUN 2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian :
2. Ketua Tim a. Nama lengkap : Vivi Silawati, SST., SKM., MKM
b. Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 01 Oktober 1979
c. NIDN : 0301107901 d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Fakultas/Prodi : Ilmu Kesehatan/Sarjana Kebidanan
f. Alamat : Permata Depok Regency Cluster Jade E10/32, Depok g. No Telp : 082112005595
h. Email : [email protected]
3. Anggota 1 a. Nama : Jenny Anna Siauta, SST., M.Keb
b. NIDN : 0806017401
c. Kepangkatan : Asisten Ahli
4. Anggota 2 a. Nama : Hita Sri Oktaviani
b. NPM : 205491517010
c. Status : Mahasiswa 5. JangkaWaktu Penelitian : 6 (enam) Bulan
6. Biaya : Rp. 9.000.000 (Sembilan Juta Rupiah)
Mengetahui Jakarta, 2 Februari 2021
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua
Dr. Retno Widowati, M.Si Dr. Vivi Silawati, SST., SKM., MKM
NIDN: 0327096502 NIDN: 0301107901
Menyetujui,
Wakil Rektor Bidang Penelitian,
Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama
Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS., Apt
NIP: 195507311981032001
Analisis Resiko Pre Eklampsi Ibu Hamil Pada Masa Pandemi
Covid 19 Di Puskesmas Ratu Jaya Cipayung Depok Tahun 2020
iii
RINGKASAN
Di Indonesia, preeklamsia berat dan eklamsia merupakan penyebab dari
30%- 40% kematian maternal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia
telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal. Oleh
karena itu diperlukan perhatian, serta penanganan yang serius terhadap ibu
bersalin dengan penyakit komplikasi ini (Yuliati dan Fikawati, 2012).
Berdasarkan Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa PEB masih
menjadi penyebab tertinggi kedua mortalitas dan morbiditas maternal dan
perinatal. Penyebab Pre-eklamsia adalah status reproduksi (usia,paritas,kehamilan
ganda dan faktor genetika), status kesehatan (riwayat Pre-eklamisa,
hipertensi,diabetes melitus, status gizi, stress/cemas), perilaku sehat (Antenatal
Care, penggunaan alat kontrasepsi), tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan
pekerjaan. Semua faktor tersebut dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah
sehingga dapat menimbulkan pre-eklamsia.
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Gejala klinik preeklampsia dibagi menjadi
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Preeklampsia berat adalah
Preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria > 5 g/24 jam. Preeklampsia dan
eklampsia dapat timbul pada sebelum, selama, serta setelah persalinan
Jumlah kematian Ibu tahun 2018 berdasarkan pelaporan profil kesehatan
kabupaten/kota sebanyak 700 kasus atau 79,68 per 100.000 KH, meningkat 5
kasus dibandingkan tahun 2017 yaitu 695 kasus. Penyebab kematian ibu masih
didominasi oleh 26 % pendarahan, 30 % HDK, 17 % gangguan sistem peredaran
darah (jantung) dan 20 % penyebab lainnya. Kota depok menempati urutan ke 17
dari 27 kota yang ada di Jawa Barat dengan jumlah kematian ibu sebanyak 18
(Dinkes Jawa Barat, 2018).
Di Indonesia, preeklamsia berat dan eklamsia merupakan penyebab dari
30%- 40% kematian maternal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia
telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal. Oleh
karena itu diperlukan perhatian, serta penanganan yang serius terhadap ibu
bersalin dengan penyakit komplikasi ini (Yuliati dan Fikawati, 2012).
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... …..i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………. …….........ii
RINGKASAN ...................................................................................................iii
DAFTAR ISI …………………………………………………….....................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………..1
1.2 Kerangka Teori……………………………………………………………...3
1.3 Urgensi Penelitian…………………………………………………………..4
1.4 Rumusan Masalah ………………………………………………………….4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori………………………………………………………………….5
2.2 Kerangka Konsep……………………………………………………………11
2.3 Hipotesis……………………………………………………………………..11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 12
3.2 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 13
3.3 Waktu Penelitian ....................................................................................... 13
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 13
3.5 Definisi Operasional Variabel .................................................................... 13
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................... 14
3.7 Analisa Data .............................................................................................. 14
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………..…………………. 16
4.1 Hasil………………………………………………………………………….16
4.2 Pembahasan…………………………………………………………………..21
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………34
5.1Simpulan…………………………………………………………………….. 34
5.2 Saran…………………………………………………………………………36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan puji sukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT.yang telah memberi
rahmat dan karunianya sehingga proposal penelitian stimulus dengan judul “Pengaruh
Pijat Bayi Terhadap Kenaikan Berat Badan Di Bidan Praktik Mandiri Robiah
Depok Tahun 2018” selesai dikerjakan.
Kami menyadari bahwa penulisan proposal ini tidak akan terselesaikan
tanpa adanya Ridho Illahi, dukungan, bantuan dan masukan dari berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan kami mengucapkan “Alhamdulillahirobbil`alamin”
beserta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Universitas Nasional atas bantuan dana yang diberikan
2. Prof. Ernawati Sinaga, M.Si., Apt, Warek III bidang penelitian, pengabdian
kepada masyarakat, dan kerjasama yang telah memotivasi, mendorong dan
memberikan semangat kepada dosen Universitas Nasional untuk melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan juga mengusahakan dana
dari Universitas nasional.
3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Dr. Retno Widowati,
M.Si.
4. Ka. Puskesmas yang telah memberikan kesempatan untuk peneliti melakukan
penelitian.
Akhirnya, kami sebagai penulis memohon maaf apabila ada kesalahan
baik secara teknik, format ataupun isi dari proposal ini. Harapan kami semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan reproduksi.
Jakarta, Februari 2021
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) masih menjadi salah satu masalah kesehatan
ibu dan anak di Indonesia. Tingginya AKI di Indonesia yakni mencapai 359 per
100.000 kelahiran hidup (KH), masih jauh dari target Milenium Development
Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sampai pada 102 per 100.000 KH atau
1.02 per 1000 KH (SDKI, 2012).
Data world Health Organization (WHO), menyatakan bahwa 342.900
kematian setiap tahunnya dan diiringi sepertiga kematian neonatal. Laporan
kesehatan dunia menyatakan bahwa ada sekitar 287.000 kematain ibu pada tahun
2010 yang terdiri atas Afrika Sub-Sahara (56%) dan Asia Selatan (29%) atau
sekitar 85 % (245.000 kematian ibu) terjadi di negara berkembang. Sedangkan di
negara-negara Asia Tenggara yaitu 150 ibu per 100.000 kelahiran hidup
(Christina, 2013). Indonesia berada pada tingkat ke 14 dari 18 negara di
Association of southest Asian Nations (ASEAN) dan peringkat ke 5 tertingi di
South East Asia Region (SEARO) (Hukmiah dkk,2014).
Faktor predisposisi preeklampsia/eklampsia antara lain adalah paritas,
umur ibu hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, diabetes melitus,
hipertensi kronik, riwayat keluarga dengan preeklampsia, dan penyakit vaskuler
ginjal (Offord, 2012). Catatan statistik seluruh dunia menunjukkan dari insidensi
5%-8% preeklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih diantaranya
dikarenakan oleh primigravida. Menurut data The New England Journal of
Medicine pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia sebanyak 3,9%,
2
kehamilan kedua 1,7%, dan kehamilan ketiga 1,8% (Rozikhan, 2006). Angka
kejadian preeklampsia/eklampsia akan menurun pada ibu dengan paritas 1-3 kali,
namun pada paritas tinggi akan terjadi lagi peningkatan angka kejadian
preeklampsia/eklampsia (Offord, 2012).
Jumlah kematian Ibu tahun 2018 berdasarkan pelaporan profil kesehatan
kabupaten/kota sebanyak 700 kasus atau 79,68 per 100.000 KH, meningkat 5
kasus dibandingkan tahun 2017 yaitu 695 kasus. Penyebab kematian ibu masih
didominasi oleh 26 % pendarahan, 30 % HDK, 17 % gangguan sistem peredaran
darah (jantung) dan 20 % penyebab lainnya. Kota depok menempati urutan ke 17
dari 27 kota yang ada di Jawa Barat dengan jumlah kematian ibu sebanyak 18
(Dinkes Jawa Barat, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Analisis Faktor Resiko Pre Eklampsi Ibu Hamil Pada Masa Pandemi
Covid 19 Di Puskesmas Ratu Jaya Cipayung Depok Tahun 2020”
3
1.2 Kerangka Teori
1.3 Permasalahan
Sumber : Prawirohardjo, (2009), Wibowo, (2006), Wiknjosastro, (2005), Mc.Charty
dan Maine (2011).
Status kesehatan :
1. Riwayat Pre-eklamsia
2. Hipertensi
3. Diabetes mellitus
4. Status gizi
5. Stres
Faktor lingkungan :
1. Pekerjaan
2. Pendidikan
3. Statussosial ekonomi
Pre-eklamsia dan
Eklampsia
Faktor stasus reproduksi :
1. Usia
2. Usia kehamilan
3. Kehamilan ganda
4. Genetika
5. Status
6. Paritas
Perilaku sehat :
1. Penggunaan alat
kontrasepsi
2. Pemeriksaan Antenatal
Care
4
1.3 Permasalahan
Kejadian pre eklampsi di Puskesmas Ratu Jaya Depok terus mengalami
peningkatan dalam beberapa tahun terakhir dengan persetase kenaikan dari tahun
2019 sebesar 15%
1.4 Urgensi Penelitian
Jumlah kematian Ibu tahun 2018 berdasarkan pelaporan profil kesehatan
kabupaten/kota sebanyak 700 kasus atau 79,68 per 100.000 KH, meningkat 5
kasus dibandingkan tahun 2017 yaitu 695 kasus. Penyebab kematian ibu masih
didominasi oleh 26 % pendarahan, 30 % HDK, 17 % gangguan sistem peredaran
darah (jantung) dan 20 % penyebab lainnya. Kota depok menempati urutan ke 17
dari 27 kota yang ada di Jawa Barat dengan jumlah kematian ibu sebanyak 18
(Dinkes Jawa Barat, 2018).
1.5 Tujuan Penelitian
1. Diketahui jumlah resiko ibu hamil dengan pre eklampsi di masa pandemi covid
19
2. Diketahui faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya pre eklampasi pada ibu
hamil selama masa pandemi covid 19 (paritas, usia ibu, usia KH, jarak
kehamilan, kunjungan ANC).
K
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Definisi kehamilan dalam agama Islam adalah Allah menjadikan
gumpalan darah menjadi manusia di rahim seorang ibu. Dari sudut ilmu biologi,
defenisi kehamilan adalah ketika sperma dan ovum menyatu dan membentuk sel
yang terus bertumbuh. Maka dari kedua hal itu disimpulkan defenisi kehamilan
adalah ketika sebuah embrio di dalam perut wanita terbentuk hingga lahirnya bayi
yang dikandung. Defenisi kehamilan lainnya adalah terbentuknya bayi mulai dari
preembriotik, embriotik hingga kelahiran. Fase ini mengacu pada perkembangan
seorang bayi dalam perut sang ibu (Erika Jayantika, 2012).
2.1.2 Pengertian Pre-eklampsia
Pre-eklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi,
proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam
postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Pre-eklampsia dikenal
juga dengan sebutan Pregnancy Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau
toksemia kehamilan (Maryunani, dkk, 2012). Sedangkan menurut Chapman
(2006) pre-eklampsia adalah merupakan kondisi khusus dalam kehamilan ditandai
dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan
dengan kejang (eklampsia) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi
pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrapsio plasenta.
6
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada
triwulan Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatidosa. Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat (Abdul, dkk,
2006). Menurut Mansjoer, dkk (2007) pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan. Kemudian Pre-eklampsia menurut Achdiat
(2004) adalah suatu sindrom klinis dalam kehamilan (usia kehamilan > 20 minggu
dan /atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan
edema. Gejala ini dapat timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu bila terjadi
penyakit trofoblastik.
Menurut Skenna dan Kappel (2001) dalam Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Kelahiran (2006), pre-eklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan,
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubung atau
berlanjut menjadi kejang (eklampsia), sementara komplikasi pada janin meliputi
restriksi pertumbuhan dan abrapsio plasenta / solusio plasenta (Maryunani, dkk,
2012). Pre-eklampsia didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada trimester
kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai dengan
kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema, dan
proteinuria (Mary dan Mandy, 2010)
2.2 Etiologi Pre-eklampsia
Penyebab timbulnya pre-eklampsia pada ibu hamil belum diketahui
secara pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola).
Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya pre-
7
eklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau
lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, dkk, 2012).
Dalam penelitian Rozikhan (2007), sebab pre-eklampsia dan
eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba
menerangkan sebabmusabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut: (1) primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion
dan mola hidatidosa; (2) semakin tuanya kehamilan; (3) terjadinya perbaikan
keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus; dan (4) timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Salah satu teori yang
dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia rahim dan plasenta
(ischemaemia uteroplacentae).
Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada
molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, pada akhir kehamilan, pada
persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes , peredaran darah
dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau desidua
yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Tetapi dengan teori ini tidak
dapat diterangakan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Ternyata
tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Dalam
teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklampsia adalah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang
berkaitan dengan penyakit itu. Ada banyak faktor yang menyebabkan pre-
eklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sudah
8
ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. Dan sampai saat ini, apa yang
menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia belum diketahui, telah banyak
teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi
tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan (Chapman, 2006).
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti,
bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan
pre-eklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan
kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi pre-eklampsia sedini mungkin dengan
melalui antenatal secara teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III
dalam upaya mencegah pre-eklampsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2008).
Sampai sekarang etiologi pre-eklampsia belum diketahui. Membicarkan
patofisiologinya tidak lebih dari “mengumpulkan” temuan-temuan fenomena yang
beragam. Namun pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah kunci utama
suksesnya penanganan pre-eklampsia sehingga pre-eklampsia/eklampsia disebut
sebagai the disease of many theories in obstetrics (Vivian dan Tri Sunarsih, 2010).
Adapun teori-teori tersebut antara lain:
2.2.1 Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pengeluaran hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh.
Pembuluh-pembuluh darah menciut, terutama pembuluh darah kecil, akibatnya
tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat asam. Pada
keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat pembeku darah yang ikut
menyambut pembuluh darah pada jaringan jaringan vital.
9
2.2.2 Peran Faktor Imunologis
Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan pertama pembentuk
blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin
sempurna pada kehamilan berikutnya.
2.3 Tanda dan Gejala Pre-eklampsia
2.3.1.1 Hipertensi
Hipertensi merupakan kriteria paling penting dalam diagnosa penyakit pre-
eklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba-tiba. Banyak primigravida
dengan usia muda memiliki tekanan darah sekitar 100-110/60-70 mmHg selama
trimester kedua. Peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau peningkatan sistolik
sebesar 30 mmHg harus dipertimbangkan (William obstetri, 2010).
2.3.1.2 Hasil Pemeriksaan laboratorium
Protein urin merupakan gejala terakhir timbul. Protein urine berarti
konsentrasi protein dalam urine yang melebihi 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
pemeriksaan kualititatif menunjukan +1 sampai 2+ dengan metode dipstik) atau
>1 gr/liter melalusi proses urinalis dengan menggunakan kateter atau midstream
yang diambil urine sewaktu minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam
(Wiknjasastro,2016).
Hemoglobin dan hemotokrit meningkat akibat hemokonsentrasi.
Trombositopenia biasanya terjadi peningkatan FDP, fibronektin dan penurunan
antirombin III. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinininserum
biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklamsia berat. Alkalin fosfatase
meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit meningkat
10
dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dal elektrolit pada pasien preeklamsia
biasanya dalam batas normal. Urinalisis ditemukan proteinurin beberapa kasus
ditemukan hyaline cast.
2.3.1.3 Edema
Edema pada kehamilan normal dapat ditemukan edema dependen, tetapi
jika terdapat edema independen yang djumpai di tangan dan wajah yang
meningkat saat bangun pagi merupakan edema yang patologis. Kriteria edema lain
dari pemeriksaan fisik yaitu: penambahan berat badan > 2 pon/minggu dan
penumpukan cairan didalam jaringan secara generalisata yang disebut pitting
edema > +1 setelah tirah baring 1 jam.
Kemudian tanda dan gejala pre-eklampsia menurut (Maryunani, dkk, 2012)
adalah:
1) Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur minimal 2
kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
2) Proteinuria 5 gram/ 24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada pemeriksaan
3) kualitatif.
4) Oliguria, urine 400 ml / 24 jam atau kurang
5) Edema paru-paru, sianosis
6) Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah pengelihatan,
7) pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri
8) epigastrium, mual atau muntah serta emosi mudah marah
9) Pertumbuhan janin intrauterine terlambat
10) Adanya HELLP syndrome (H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym, P=
Low Plat
11
11) Pertumbuhan janin intrauterine terlambat
12) Kriteria menentukan adanya edema adalah: nilai positif jika edema di daerah
tibia, lumbosakral, wajah (kelopak mata), dan tangan, terutama setelah
bangun tidur dipagi hari.
2.2 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
2.3 Hipotesis Penelitian
HO: Tidak Ada hubungan antara paritas, kunjungan ANC, usia Kehamilan,
Usia Ibu dan Jarak Kehamilan terhadap risiko pre eklampsi
Ha: Ada hubungan antara paritas, kunjungan ANC, usia Kehamilan, Usia Ibu
dan Jarak Kehamilan terhadap risiko pre eklampsi
Kd
Risiko Pre-eklamsia
Paritas
kunjungan ANC
Usia Ibu
Jarak Kehamilan
Usia Kehamilan
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik
yang artinya survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi atau mempelajari dinamika hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen kemudian dilakukan analisa
dinamika korelasi antar fenomena, yaitu antara faktor risiko dengan faktor efek.
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional, yaitu melakukan pengamatan atau penelitian pada populasi pada waktu
yang sama atau hanya dilakukan dengan satu periode waktu tertentu, dan
pemberian kuisioner hanya satu kali saja dan tidak dilakukan ulangan dimana
variabel independen maupun variabel dependen diukur dalam waktu bersamaan
atau sekali waktu (Hidayat, 2012).
Populasi
Populasi adalah seluruh objek penelitian yang akan di teliti (Notoatmodjo,2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil datang berkunjung ke KIA
Puskesmas Ratu Jaya pada bulan Desember 2020-Januari 2021.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini seluruh ibu hamil yang periksa kehamilan dan telah
dilakukan skrining pre eklampsi pada bulan Desember 2020 – Januari 2021 .
Teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling dan jumlah seluruh
13
responden dalam penelitian ini sebanyak 35 ibu hamil yang beresiko pre eklampsi
sejak bulan September 2020 – Januari 2021
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di ambil di Puskesmas Ratu Jaya Depok Jawa Barat.
3.3 Waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada bulan September sampai bulan Februari 2021.
melakukan pengumpulan data sekunder.
3.4 Variabel penelitian
Risiko Pre eklampsi, paritas, usia ibu, usia KH, jarak kehamilan, jumlah
kunjungan ANC
3.5 Definisi Operasional Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel
Penelitian Definisi
Opersional Cara
Ukur Alat
Ukur Hasil
Ukur Skala
Ukur Variabel Dependen
1. Pre-eklamsia
Responden yang
secara skrening
dinyatakan berisiko
prek eklampsi
sedang dan berat sesuai skrening
pada buku KIA
Kuesioner Lembar
Ceklist
0. Risiko Sedang
1. Risiko Tinggi
Ordinal
1. Variabel Independen 2. 2. Paritas Status Paritas
adalah status seorang ibu yang
sedang hamil
a. Primigravida
Ibu yang sedang
hamil untuk
pertama kali
b.Multigravida
Wanita yang
hamil lebihi dari 1
kali
Kuesioner Lembar
Ceklist
0. Primigravida
1. Multigravida
Ordinal
3. Antenatal Care Kunjungan ibu
hamil secara rutin
Kuesioner Lembar
Ceklist 0. Rutin (sesuai jadwal
kunjungan Ordinal
14
di pelayanan
kesehatan secara
rutin
1. Tidak Rutin (sesuai
jadwal kunjungan
4. Usia ibu Umur yang
terhitung sejak ibu
dilahirkan sampai
saat ini yang dilihat
dari faktor resiko
Kuesioner Lembar
Ceklist
0. Usia tidak berisiko
(20-34 tahun)
1. Usia Berisiko
(< 20 th dan ≥35 th)
Ordinal
5. Usia Kehamilan Umur kehamilan dari mulai
dinyatakan
konsepsi sampai
saat ini
Kuesioner Lembar Ceklist
0. ≤20 minggu
1. > 20 minggu
Ordinal
6. Jarak kehamilan Rentang waktu dari
kehamilan
sebelumnya dengan
kehamilan saat ini
Kuesioner Lembar
Ceklist
0. ≤ 3 tahun
1. > 3 tahun
Ordinal
3.6 Instrumen Penelitian
Lembar ceklist, data rekam medik
3.7 Prosedur Pengumpulan Data
Data diambil dengan menggunakan data sekunder dan primer
menggunakan buku KIA
3.8 Pengolahan Data
Analisis dan pengolahan data merupakan bagian penting dari suatu
penelitian, adapun langkah-langkah pengolahan data meliputi :
a. Editing
b. Coding
c. Tabulating
d. Entry data
3.9 Analisa Data
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan rumus atau aturan yang sesuai dengan pendekatan atau desain
15
yang dipergunakan sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang disebut
dengan analisis data (Arikunto, 2010).
3.9.1 Analisis Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskriptipkan
karakteristik setiap variabel penelitian. Hasil dari analisa univariat tersebut
disajikan dalam bentuk tabel yang bertujuan untuk melihat distribusi
frekuensi dari semua variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
3.9.2 Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisa korelasi antara variabel bebas dan terikat.
Uji statistik yang digunakan dalam analisa ini menggunakan SPSS
(Sugioyono, 2014). Analisis data dengan menggunakan uji chi square
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat
1. Preeklampsia
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Preeklampsia Ibu Hamil
Resiko Preeklampsia Frekuensi (f) Persentase (%)
Sedang 11 31,4
Tinggi 24 68,6
Jumlah 35 100
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui
preeklampsia resiko sedang sebanyak 11 responden (31,4%) dan preeklampsia
resiko tinggi sebanyak 24 responden (68,6%)
2. Usia Ibu
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu
Usia Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak Berisiko 12 34,3
Berisiko 23 65,7
Jumlah 35 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui
umur tidak berisiko sebanyak 812responden (34,3%) dan umur berisiko sebanyak
23 responden (65,7%).
17
3. Paritas
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui
paritas Primipara sebanyak 14 responden (40,0%) dan paritas multipara sebanyak
21 responden (60,0%).
4. Usia Kehamilan
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui
ada usia kehamilan ≤ 20 Minggu sebanyak 16 responden (45,7%) dan usia
kehamilan > 20 Minggu sebanyak 19 responden (54,3%).
5. Jarak Kehamilan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui
jarak kehamilan ≤ 3 Tahun sebanyak 9 responden (25,7%) dan jarak kehamilan
>3 Tahun sebanyak 26 responden (74,3%).
Paritas Frekuensi (f) Persentase (%)
Primipara 14 40,0
Multipara 21 60,0
Jumlah 35 100
Usia Kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)
≤ 20 Minggu 16 45,7
> 20 Minggu 19 54,3
Jumlah 35 100
Jarak Kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)
≤ 3 Tahun 9 25,7
> 3 Tahun 26 74,3
Jumlah 35 100
18
6. Kunjungan ANC
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan ANC
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 35 responden melakukan
kunjungan ANC rutin sebanyak 9 responden (25,7%) dan tidak melakukan
kunjungan ANC rutin sebanyak 26 responden (74,3%).
4.1.2 Analisis Bivariat
1. Usia Ibu
Tabel 7 Hubungan Usia Ibu Terhadap Resiko Pre Eklampsi
Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan
nilai p-value 0,006 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa Ada hubungan antara usia
dengan resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR sebesar 13
artinya responden yang memiliki usia berisiko memiliki peluang sebanyak 13 kali
mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam kehamilannya.
Kunjungan ANC Frekuensi (f) Persentase (%)
Rutin 9 25,7
Tidak Rutin 26 74,3
Jumlah 35 100
Usia Ibu
Resiko Preeklampsia Total P Value
OR (CI 95%)
Lower-Upper Sedang Tinggi
f % f % f %
0,006 13
2,03-85,805
Tidak Berisiko 6 75 2 25 8 100
Berisiko 5 18,5 22 81,5 27 100
Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100
19
2. Paritas
Tabel 8 Hubungan Paritas Terhadap Resiko Pre Eklampsi
Berdasarkan tabel 8 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan
nilai p-value 0,011 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa Ada hubungan antara
paritas dengan resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR
sebesar 8 artinya responden yang memiliki paritas multipara memiliki peluang
sebanyak 8 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam kehamilannya.
3. Usia Kehamilan
Tabel 9 Hubungan Usia Kehamilan Terhadap Resiko Pre Eklampsi
Berdasarkan tabel 9 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan
nilai p-value 0,282 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara
usia kehamilan dengan resiko preeklampsia.
.
Paritas
Resiko Preeklampsia Total P Value
OR (CI 95%)
Lower-Upper Sedang Tinggi
f % f % f %
0,011 8
1,5-40,6
Primipara 8 37,1 6 42,9 14 100
Multipara 3 14,3 18 85,7 21 100
Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100
Usia Kehamilan
Resiko Preeklampsia Total P Value OR (CI 95%)
Lower-Upper Sedang Tinggi
f % f % f %
0,282
≤ 20 Minggu 7 43,8 9 56,2 16 100
> 20 Minggu 4 21,1 15 78,9 9 100
Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100
20
4. Jarak Kehamilan
Tabel 10 Hubungan Jarak Kehamilan Terhadap Resiko Pre Eklampsi
Berdasarkan tabel 10 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan
nilai p-value 0,015 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa ada hubungan antara jarak
kehamilan dengan resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR
sebesar 8,4 artinya responden yang memiliki jarak kehamilan > 3 Tahun memiliki
peluang sebanyak 8,4 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam
kehamilannya.
5. Kunjungan ANC
Tabel 11 Hubungan Kunjungan ANC Terhadap Resiko Pre Eklampsi
Berdasarkan tabel 11 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan
nilai p-value 0,001 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa ada hubungan antara
kunjungan ANC dengan resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh
nilai OR sebesar 19,25 artinya responden yang melakukan kunjungan ANC tidak
Jarak Kehamilan
Resiko Preeklampsia Total P Value
OR (CI 95%)
Lower-Upper Sedang Tinggi
f % f % f %
0,015
8,4
1,54-45,73
≤ 3 Tahun 6 66,7 9 56,2 16 100
> 3 Tahun 4 21,1 15 78,9 9 100
Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100
Kunjungan
ANC
Resiko Preeklampsia Total P Value
OR (CI 95%)
Lower-Upper Sedang Tinggi
f % f % f %
0,001 19,25
2,88-128,15
Rutin 7 77,8 2 22,2 9 100
Tidak Rutin 4 15,4 22 84,6 26 100
Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100
21
rutin memiliki peluang sebanyak 19,25 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi
dalam kehamilannya.
4.2. Pembahasan Penelitian
4.2.1 Resiko Preeklampsia
Pre-eklamsia dapat menimbulkan dampak yang sangat serius pada ibu dan
janin. Oleh kare-na itu, mempertahankan tingkat kecurigaan yang tinggi dan
menghindari asumsi berlebihan bahwa temuan yang diperoleh menunjukkan
kondisi nor-mal akan membantu menegakkan diagnosis yang benar dan
penanganan yang tepat. Faktor risiko riwayat pre-eklamsia biasanya dapat
diketahui melalui pengkajian awal riwayat penyakit ibu hamil dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti. Berbagai faktor risiko tersebut
memiliki perannya masing-masing, teta-pi terdapat kecenderungan bahwa seorang
ibu hamil yang lebih banyak memiliki faktor risiko umum-nya akan menunjukkan
keadaan yang lebih buruk.
Hasil analisis univariat ibu hamil dengan preeklampsia resiko sedang
sebanyak 11 responden (31,4%) dan preeklampsia resiko tinggi sebanyak 24
responden (68,6%). Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Meriza (2010) dengan judul hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan
kejadian preeklampsia, di RSUP Dr. M. Djamil Padang, dimana angka kejadian
pre-eklampsia kategori sedang yaitu 30 orang (62,5%). Penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Desi (2013) dengan judul, hubungan antara usia
dengan pre-eklampsia pada ibu hamil dipoli KIA RSUD Kefamenanu Kabupaten
Timor Tengah Utara, dimana kejadian pre-eklampsia kategori sedang yaitu 29
orang (83,0%).
22
Menurut Cuningham (2009) preeklampsiaa dalah sindroma menurunya
perfungsi organsebagai efek vasospasme dan aktivitas endotel khusus terjadi
pada kehamilan setelah minggu ke-20 dimana hipertensi disertai dengan protein
uria, oedema tidak lagi dianggap sebagai kriteria diagnosa karena dapat terjadi
pada wanita hamil. Untuk menegakkan dignosis pre-eklampsia, kenaikan
tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasanya
ditemukan, atau mencapai 140mmHg atau lebih. Kenaikan tekanandiastolik
sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan
15mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHgatau lebih, maka diagnosis
hipertensi dapat dibuat. Pre-eklampsia digolongkan pada pre-eklampsia ringan
dan pre-eklampsia berat
4.2.2 Usia Ibu
Hasil analisis univariat ibu hamil dengan umur tidak berisiko sebanyak
12 responden (34,3%) dan umur berisiko sebanyak 23 responden (65,7%).
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunirman (2013)
dengan judul gambaran umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian pre-
eklampsia terdapat (39,6%) memiliki usia aman di RSUP Dr. M. Djamil
padang 2013. Penelitian lain yang dilakukan oleh Harmonis (2015) dengan
judul hubungan umur dan paritas dengan kejadian pre-eklampsia terdapat lebih
dari separuh (63,1%) memiliki usia berisiko di RSUD Dr. Rasyidin Padang
Tahun 2015.
Usia sangat mempengaruhi kehamilan maupun persalinan. Usia yang
baik untuk hamil atau melahirkan 20 sampai 35 tahun. Pada usia tersebut alat
reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal.
23
Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun
kurang baik untuk hamil maupun melahirkan, karena kehamilan pada usia ini
memiliki resiko tinggi seperti terjadinya keguguran, atau kegagalan persalinan,
bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua memiliki
tingkat resiko komplikasi melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan yang
lebih muda. Bagi wanita yang berusia 35 tahun keatas, selain fisik melemah,
juga kemungkinan munculnya berbagai resiko gangguan kesehatan, seperti
darah tinggi, diabetes dan berbagai penyakit lain (Gunawan S, 2010).
Usia sangat mempengaruhi kehamilan maupun persalinan. Usia yang
baik untuk hamil atau melahirkan 20 sampai 35 tahun. Pada usia tersebut alat
reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal.
Sebaliknya pada wanita dengan usia di bawah 20 tahun atau diatas 35 tahun
kurang baik untuk hamil maupun melahirkan, karenakehamilan pada usia ini
memiliki resiko tinggi seperti terjadinya keguguran, atau kegagalan persalinan,
bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua memiliki
tingkat resiko komplikasi melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan yang
lebih muda. Bagi wanita yang berusia 35 tahun keatas, selain fisik melemah,
jugakemungkinan munculnya berbagai resiko gangguan kesehatan, seperti
darah tinggi, diabetes dan berbagai penyakit lain (Gunawan S, 2010).
Usia merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur
berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga
mempengaruhi status kesehatan seseorang. Usia yang baik untuk hamil adalah
20 sampai 35 tahun (Depkes RI, 2000). Royston dan Armstrong (1994) juga
menyatakan bahwa wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan
24
wanita yang hamil pada usia >35 tahu akan mempunyai resiko yang sangat
tinggi untuk mengalami preeklampsia (Indriani, 2012).
Pada kehamilan <20 tahun, keadaan reproduksi yang belum siap untuk
menerima kehamilan akan meningkatkan keracunan kehamilan dalam bentuk
preeklampsia atau toksemia gravidarum. Sedangkan pada usia 35 tahun atau
lebih akan terjadi perubahan pada jaringan dan alat reproduksi serta jalan lahir
tidak lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung didapatkan penyakit lain dalam
tubuh ibu, salah satunya hipertensi dan preeklampsia (Manuaba, 2007).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yaitu umur berisiko (<20 tahun
dan >35 tahun) lebih besar mengalami preeklampsia. Hal ini karena ibu hamil
<20 tahun mudah mengalami kenaikan tekanan darah dan lebih cepat
menimbulkan kejang. Sedangkan usia ibu >35 tahun seiring bertambahnya usia
rentan untuk terjadinya peningkatan tekanan darah. Selain itu usia <20 tahun
keadaan alat reproduksi belum siap untuk kehamilan. Rahim belum siap
mampu untuk memberikan perlindungan kehamilan dan secara psikologis
mental juga belum siap dan matang (Kurniasari D, et.al., 2015).
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian (Saraswati 2016),
didapatkan ada hubungan umur ibu dengan kejadian preeklampsia pada ibu
hamil di RSUD Kabupaten Brebes tahun 2014 dengan p value0,0001.
Penelitian yang dilakukan oleh (Situmorang 2016) juga menemukan ada
hubungan umur ibu dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di Poli KIA
RSU Anutapura Palu tahun 2016 dengan p value 0,000.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nursal dkk (2015) yaitu
terdapat hubungan yang kuat antara usia ibu dengan kejadian preeklampsia (p-
25
value 0,006 OR 8,3 95% CI 2,4-2,8). Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Ananth et al yang menunjukkan bahwa usia ibu berisiko berpeluang
untuk preeklampsia. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Nuning dan Mardiana (2016) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara umur dengan kejadian preeklampsia (p-value 0,0001 dan OR
15,731). Hasil analisis regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
usia ibu merupakan faktor nomor tiga yang paling dominan yang
mempengaruhi kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Bej et al yang menunjukkan
bahwa usia berisiko berhubungan dan usia berisiko berpeluang 2,28 kali untuk
preeklampsia. Ibu hamil yang berusia <20 tahun dan >35 tahun berisiko 4,886
kali berisiko untuk terkena preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil yang
berusia 20-35 tahun. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Tessema et al (2015) yang menunjukkan bahwa wanita hamil berusia 35 tahun
ke atas memiliki risiko 4 kali meningkatkan preeklampsia dibanding wanita
hamil berusia 25-29 tahun.
Peneliti berpendapat bahwa, usia reproduksi sehat dikenal bahwa usia
yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35 tahun. Menurut
teori yang ada preeklampsia lebih sering didapatkan pada masa awal dan akhir
usia reproduktif yaitu usia remaja atau di atas 35 tahun. Saat wanita bertambah
tua, cenderung memiliki masalah kardiovaskuler dimana terjadi penurunan
fungsi pembuluh kardiovaskuler yang berhubungan dengan penuaan pembuluh
darah uterus dan arteri kaku. Selain itu, ketika hamil wanita yang semakin tua,
maka adaptasi hemodinamik selama kehamilan menjadi lebih sulit. Oleh karena
26
itu, apabila usia ibu saat hamil termasuk usia yang berisiko maka ibu harus
melakukan pemeriksaan antenatal dan konseling kesehatan ke pelayanan
kesehatan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah dan melakukan penanganan
yang tepat apabila terjadi preeklampsia kehamilan.
4.2.3 Paritas
Hasil analisis univariat ibu hamil dengan paritas Primipara sebanyak 14
responden (40,0%) dan paritas multipara sebanyak 21 responden (60,0%).
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriani (2013)
dengan judul hubungan umur dan paritas pada ibu hamil dengan kejadian pre-
eklampsia dimana di dapatkan hasil lebih dari separuh (51,2%) ibu memiliki
paritas baik di RSUP Dr. M. Djamil padang tahun 2013. Penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh wahyuni (2014) dengan judul hubungan
umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian pre-eklampsia dimana didapatkan
hasil lebih dari separuh (69,2%)ibu memiliki paritas baik dirumah sakit tingkat
III Dr. Reksodiwiryo.
Keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak yang dapat
hidup (Dorlan, W, A, 2002). Paritas yang amana dalah 1-3 jumlah anak.
Apabila lebih dari 3 mempunyai angka kematian lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002 )
Paritas merupakan salah satu factor predisposisi terjadinya preeklamsia
pada primigravida frekuensi pre-eklampsia lebih tinggi dibandingkan dengan
multigravida terutama primigravida muda (Winkjosatro,2006). Paritas
dikatakan tinggi bila seorang wanita melahirkan anak ke empat atau lebih.
27
Paritas tinggi mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas, lebih tinggi pula kematian maternal.
Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
lahir hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan (bobak, I ,2004). Paritas yang
aman adalah 1-3 jumlah anak. Apabila lebih dari 3 mempunyai angka kematian
lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.
Resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana (Prawirohardjo, 2002). Paritas adalah seorang wanita yang sudah
pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (Syaifuddin A, B, 2011). Pada
primipara frekuensi preeklampsi lebih tinggi bila dibandingkan dengan
multipara terutama pada primipara muda. Wanita yang telah banyak
melahirkan≥ 3 orang rentan terhadap komplikasi yang serius, bahaya padamasa
kehamilan salah satunya adalah preeklampsi dimana pada paritas yang
tinggialiran darah akan menurun keplasenta yang menyebabkan ganguan
plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin karena kekurangan
oksigenasi (Prawirohardjo, 2008).
Paritas merupakan salah satu penyebab paling banyak ibu hamil
mengalami preeklampsi. Semakin muda kehamilan seseorang (primipara) atau
semaki banyak seseorang melahirkan (Grandemultipara) akan semakin
besarpeluang ibu hamil tersebut mengalami preeklampsi. Hal ini diakibatkan
oleh karena wanita hamil pertama dan dalam keadaan hamil dan berusia muda
lebih cenderung rentan terhadap timbulnya preeklampsi yang diakibatkan oleh
belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sedangkan pada pada wanita
yang telah berulang kali mengalami persalinan lebih diakibatkan karena kondisi
28
tubuh dan kesehatannya yang menjadi lemah sehingga kemungkinan terkena
preeklampsi lebih besar (Prawirohardjo, 2010)
Penelitian ini didukung oleh penelitian Resmi (2013), yang menyatakan
bahwa ibu yang memiliki jumlah paritas berisiko sebesar 56,8% pada kelompok
kasus dan pada kelompok kontrol yaitu sebagian besar terjadi pada ibu yang
jumlah paritas tidak berisko (2-3 kali) yaitu sebesar 55,3% dengan hasil uji
statistik dengan uji chi-square menunjukan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara paritas dengan kejadian preeklampsia (P value= 0,076,
OR=1,628). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Trisnawati (2010) yang menyatakan paritas tidak mempunyai hubungan yang
bermakna terhadap kejadian preeklampsia dengan hasil uji statistik (p= 0.194
>0.05) dengan nilai Odds Ratio1.34. Selain itu menurut penelitian Indriani
(2012), menunjukan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara
faktor paritas terhadap kejadiaan preeklampsia yaitu 0,325.
Analisa peneliti bahwa dari hasil penelitian yang telah didapatkan
dengan kejadian preeklampsi ringan lebih banyak pada ibu hamil dengan
paritas tidak beresiko dibandingkan dengan ibu hamil yang beresiko. Paritas
merupakan faktor predisposisi kejadian preeklampsi yang memiliki pengaruh.
Hal ini sesuai teori yang diungkapkan bahwa paritas >3 merupakan salah satu
faktor predisposisi dari preeklampsi (Prawirohardjo,2008).
4.2.4 Usia Kehamilan
Hasil analisis univariat ibu hamil usia kehamilan ≤ 20 Minggu sebanyak
16 responden (45,7%) dan usia kehamilan > 20 Minggu sebanyak 19 responden
(54,3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,282 ≤ α (0,05), yang
29
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara usia kehamilan dengan resiko
preeklampsia. Afridasari (2012) menyatakan bahwa umur kehamilan merupakan
faktor risiko kejadian preeklampsia. Dalam penelitian Afridasari, persentase umur
kehamilan >37 minggu pada kelompok kasus (32,3%) lebih tinggi dari pada
kelompok kontrol (19,0%).
Preeklampsi-eklamsi sering muncul pada usiakehamilan lebih dari 20
minggu, hal ini disebabkan kerja plasenta yang semakin aktif bekerja mengalirkan
nutrisi bagi janin sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah sebagai reaksi
peningkatan metabolisme organ tubuh ibu. Pemeriksaan kehamilan (antenatal
care)yang teratur dan secara rutin untuk mendeteksi adanya tanda-tanda
preeklampsi-eklamsi sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsi
eklampsi, karena semakin tua umur kehamilan,risiko untuk mengalami
peeklampsi- eklampsi semakin tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan ada
hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian preeklampsi
pada ibu bersalin di Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009 dengan p.value = 0,000.
Makin tua umur kehamilan, makin tinggi frekuensi terjadinya preeklampsi-
eklamsi. Secara fisiologi kehamilan normal, arteria spiralis yang terdapat pada
desidua mengalami pergantian sel dengan trofoblas endovaskuler yang akan
menjamin tetap terbukanya lumen untuk memberikan aliran darah tetap, nutrisi
cukup dan O2 seimbang. Proses pergantian sel ini seharusnya pada trimester
pertama, yaitu minggu ke-16 dengan perkiraan pembentukan plasenta telah
30
berakhir. Invasi endovaskuler trofoblas terus berlangsung pada trimester kedua
dan masuk ke dalam arteria miometrium.
Hal ini menyebabkan pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga
kelangsungan aliran darah, nutrisi dan O2 tetap terjamin. Hal tersebut dibutuhkan
janin dalam rahim. Invasi trimester kedua pada preeklampsi-eklampsi tidak terjadi
sehingga terjadi hambatan pada saat memerlukan tambahan aliran darah untuk
memberikan nutrisi dan O2 dan menimbulkan situasi”iskemia region
uteroplasenter” pada sekitar minggu ke-20. keadaan ini dapat menerangkan
bahwa preeklampsi–eklampsi baru akan terjadi mulai minggu ke-20 kehamilan
4.2.5 Jarak Kehamilan
Faktor interval kehamilan < 2 tahun mempunyai risiko terjadi
preeklampsia dibandingkan ibu dengan jarak kehamilan 2 tahun atau lebih. Hasil
analisis univariat ibu hamil dengan jarak kehamilan ≤ 3 Tahun sebanyak 9
responden (25,7%) dan jarak kehamilan >3 Tahun sebanyak 26 responden
(74,3%). hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,015 ≤ α (0,05), yang
menunjukan bahwa ada hubungan antara jarak kehamilan dengan resiko
preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR sebesar 8,4 artinya
responden yang memiliki jarak kehamilan > 3 Tahun memiliki peluang sebanyak
8,4 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam kehamilannya.
Interval kelahiran berhubungan dengan kejadian preeklamsia dimana jarak
terdiagnosa preeklamsia (Rozanna, 2009). Interval kelahiran merupakan salah satu
faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya preeklamsia. Skjaerven, dkk.
(2002) menyatakan risiko terjadinya preeklamsia pada pasangan yang sama
maupun pada pasangan yang berbeda. yaitu jarak kelahiran yang panjang antara
31
anak sekarang dengan sebelumnya. Robillard dan Hulsey menyatakan bahwa
meningkatnya risiko preeklamsia pada ibu dengan jarak yang lebih pendek dalam
melakukan hubungan seksual sebelum hamil (Cathrine, et.al 2013).
Stephansson dkk., (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan jarak
kehamilan <72 bulan akan meningkatkan resiko lahir mati dan kematian neonatal
dini. Menurut Conde-Agudelo dan Belizan (2000), penelitian yang dilakukan di
Amerika Latin dan Caribia ada hubungan yang bermakna antara jarak kelahiran
sekarang dengan sebelumnya dengan kejadian preeklamsi bila jarak kelahiran
tersebut > 59 bulan. Hal ini sesuai dengan penelitian Skajaerven dkk (2002)
menyebutkan bahwa resiko pre eklampsia selama kehamilan kedua ditemukan
meningkat seiring dengan peningkatan jarak kelahiran pertama apalagi bila jarak
waktu setelah melahirkan anak pertama 10 tahun dengan kehamilan kedua, resiko
itu akan meningkat lebih dari tiga kali lipat hampir sama resikonya dengan wanita
nullipara. Trongstad dkk. ( 2001) menyebutkan bahwa wanita dengan jarak
kelahiran lebih lama akan meningkatkan resiko pre-eklampsia dibandingkan pada
wanita dengan kehamilan kedua yang jarak kelahiran 1-5 tahun setelah kelahiran
anak pertama. Studi ini juga mengungkapkan bahwa pasangan yang berbeda pada
kehamilan kedua menurunkan resiko preeklampsia bila jarak kelahiran pertama
dengan kedua tidak terlalu panjang pada wanita tanpa riwayat pre-eklampsia.
Resiko itu akan meningkat bila jarak kelahiran terlalu panjang.
4.2.6 Kunjungan ANC
Pemeriksaan kehamilan atau asuhan Ante natal Care (ANC) merupakan
suatu proses peme- riksaan yang dilakukan sejak mulai masa kehami-lan sampai
saat proses persalinan dan pemeriksaan masa kehamilan ini dilakukan untuk
32
mengawasi dan memonitor kesehatan ibu dan bayi sehingga proses kehamilan
hingga persalinanya dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
Hasil analisis univariat ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC rutin
sebanyak 9 responden (25,7%) dan tidak melakukan kunjungan ANC rutin
sebanyak 26 responden (74,3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,001
≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa ada hubungan antara kunjungan ANC dengan
resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR sebesar 19,25
artinya responden yang melakukan kunjungan ANC tidak rutin memiliki peluang
sebanyak 19,25 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam kehamilannya.
Hal tersebut dikarenakan tidak terdeteksinya faktor risiko preeklampsia dan
apabila tidak dapat diberi penanganan secara tepat oleh tenaga kesehatan dapat
menyebabkan eklampsia atau kematian ibu (Djannah, 2010).
Kunjungan ANC (Ante Natal Care) merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan sebagai pencegahan awal dari pre-eklampsia berat. Data atau informasi
awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas
kesehatan untuk membedakan antara hipertensi kronis dengan pre-eklampsia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Saraswati (2014) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemeriksaan ANC
dengan kejadian preeklampsia. Pada penelitian tersebut pemeriksaan ANC
berisiko (<4 kali) pada kelompok kasus sebanyak (87,50%) lebih banyak
dibandingkan dengan pada kelompok kontrol yaitu (29,03%). Penelitian ini juga
diperkuat oleh penelitian Isnanda (2012), menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara pelayanan ANC dengan kejadian preeklampsia (p value 0,004) dengan
OR= 9,6 yaitu bagi ibu hamil yang tidak rutin memeriksakan kehamilannya
33
mempunyai risiko 9,6 kali untuk mengalami preeklampsia dibanding dengan ibu
hamil yang rutin ANC.
Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC lengkap dapat meningkatkan
kewaspadaan dan menjaga kondisi kesehatan kehamilan dengan cara mengatur
aktivitas fisik dan memperhatikan kebutuhan energi san zat gizi selama masa
kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada ibu dan
janin sangat kecil (Kemenkes, 2010).
34
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis preeklampsia ibu hamil
pada masa pandemi covid-19 di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2021, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Sebagian besar ibu hamil memiliki resiko pre eklampsi tingg sebanyak 24
orang (68,6%), umur berisiko sebanyak 23 orang (65,7%), paritas berisiko
(multipara) sebanyak 21 orang (60.0%), usia kehamilan > 20 tahun
sebanyak 19 orang (54,3%), jarak kehamilan > 3 tahun sebanyak 26 orang
(74,3%) dan kunjungan ANC tidak rutin sebanyak 26 orang (74,3%) pada
masa covid-19 di Puskesmas Ratu Jaya Tahun 2021.
2. Ada hubungan yang bermakna antara usia ibu, paritas, jarak kehamilan dan
kunjungan ANC terhadap resiko preeklampsia ibu hamil pada masa covid-
19 di Puskesmas Ratu Jaya Tahun 2021.
3. Kunjungan ANC yang tidak rutin memiliki peluang terbesar sebanyak 19
kali dalam menimbulkan resiko preeklampsia ibu hamil.
1.2 Saran
5.2.1 Bagi Bidan di Puskesmas Ratu Jaya Cipayung
Berdasar hasil penelitian, disarankan agar bidan lebih jeli dalam
melakukan antisipasi preeklampsia terutama bagi ibu hamil yang tidak rutin
melakukan kunjungan ANC. Bidan disarankan agar memotivasi ibu hamil
untuk pemeriksaan antenatal care secara rutin, pemeriksaan tekanan darah
35
secara rutin, lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan antenatal care
pada ibu hamil, dan menggiatkan penyuluhan dan konseling informasi dan
edukasi (KIE) tentang risiko tinggi kehamilan.
5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan agar peneliti selanjutnya meneliti lebih lanjut tentang faktor
risiko kejadian preeklampsia pada ibu hamil dengan menggunakan desain
penelitian yang lebih baik.
36
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana A, et.al.,(2011) Report on the Achievement of Millenium
Development Goals in Indonesia 2011. 2011;124.
Bobak, I, (2004), Keperwatan Maternitas.Jakarta : EGC.
Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencanan Nasional,
Departemen Kesehatan, Macro International (2013). Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. SDKI. 2013;16.
Cunningham, F Gary, Dkk. (2009), ObstetriWilliams Edisi 1 Dan 2. Jakarta :
EGC.
____(2013)Obstetri William Ed.23 Vol 2. Jakarta: EGC; 2013.
de Souza Rugolo LMS, Bentlin MR, Trindade CEP. Preeclampsia: Effect on the
Fetus and Newborn. Neoreviews [Internet]. 2011;12(4):e198–206.
Availablefrom:http://neoreviews.aappublications.org/lookup/doi/10.1542/n
eo.12-4-e198
Grum T, et.al. (2017), Determinants of pre- eclampsia / Eclampsia among women
attending delivery Services in Selected Public Hospitals of Addis Ababa ,
Ethiopia : a case control study. 2017;1–7.
Junia (2020), FAKTOR RESIKO IBU HAMIL PADA KEJADIAN
PREEKLAMPSIA, Skripsi, Unair, 2020
Kemenkes RI (2015), Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals
(SDGs). Rakorpop Kementeri Kesehat RI. 2015;(97):24. Available from:
http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wpcontent/uploads/201
5/12/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf
Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Kementrian Kesehatan,
Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.2010; 1 of
40.Availablefrom:http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp
content/uploads/downloads/2013/12/Pedoman-ANC-Terpadu.pdf
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Vol.70, Kesehatan. 2016. 1780-1790 p.
Kurniasari D (2015), Arifandini F. Hubungan Usia , Paritas Dan Diabetes Mellitus
Pada Kehamilan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2014. J Kesehatan Holistik. 2015;9(3):142–50.
37
Meriza, (2010), Hubungan Umur Dan ParitasIbu Bersalin Dengan Kejadian Pre-
Eklampsia Di Rsup Dr. M. Djamil Padang: Akademi Kebinana
AlifahPadang.
Noatmojdo Soekidjo, 2012.MetedologiPenelitian Kesehatan Edisi Revisi.Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursal, et.al., (2015), Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di
RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.
Osungbade KO, Ige OK. Public Health Perspectives of Preeclampsia in
Developing Countries: Implication for Health System Strengthening. J
Pregnancy.2011;2011:1–6.
Availablefrom:http://www.hindawi.com/journals/jp/2011/481095/
Prawirohardjo, (2010).Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
______(2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin A. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Sibagariang, E. E. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Administrasi. edisi 2015. Bandung :
Alfabeta
Surinati, I. D. A. K. (2011). Perbedaan Berat Badan Lahir Dan Berat Plasenta
Lahir Pada Ibu Hamil Aterm Dengan Anemia Dan Tidak Anemia Di
RSUD Wagaya Kota Denpasar Tahun 2011. Tesis. Denpasar
Sukriani, (2013). Hubungan Usia Dan ParitasIbu Bersalin Dengan Kejadian Pre-
Eklampsia Di Rsup Dr. M. DjamilPadang: Akademi Kebidanan Alifah
Padang
Uzan J,et.al., (2011). Pre-eclampsia: Pathophysiology, diagnosis, and
management. Vasc Health Risk Manag. ;7(1):467–74.
Wahyuni, (2014). Hubungan Umur Dan ParitasIbu Bersalin Dengan Kejadian Pre-
Eklampsia Dirumah Sakit Tk. III Dr.Reksodiwiryo: Akademi
KebidananAlifah Padang
Waryana. (2010), Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Winkjosastro, H, (2006). Ilmu Kebidanan.Jakarta YBPSP.
38
WHO (2007), World Health Statistics 2007. World Health Statistics. 2007. 1-97 p.
Yunirman, (2013), Gambaran Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan
KejadianPre-Eklampsia Rsup Dr. M. Djamil Padang: Akademi Kebidanan
Amanah Padang.
39
LAMPIRAN
usiaibu * preeklampsi
Crosstab
preeklampsi Total
0 1
usiaibu
0 Count 6 2 8
% within usiaibu 75.0% 25.0% 100.0%
1 Count 5 22 27
% within usiaibu 18.5% 81.5% 100.0%
Total Count 11 24 35
% within usiaibu 31.4% 68.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.135a 1 .003 Continuity Correctionb 6.703 1 .010 Likelihood Ratio 8.702 1 .003 Fisher's Exact Test .006 .006
Linear-by-Linear Association 8.874 1 .003 N of Valid Cases 35 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.51. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for usiaibu (0 / 1)
13.200 2.031 85.805
For cohort preeklampsi = 0 4.050 1.669 9.829 For cohort preeklampsi = 1 .307 .091 1.033
N of Valid Cases 35
paritas * preeklampsi
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.159a 1 .007 Continuity Correctionb 5.309 1 .021 Likelihood Ratio 7.228 1 .007 Fisher's Exact Test .011 .011
Linear-by-Linear Association 6.955 1 .008 N of Valid Cases 35 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.40. b. Computed only for a 2x2 table
40
Crosstab
preeklampsi Total
0 1
paritas
0 Count 8 6 14
% within paritas 57.1% 42.9% 100.0%
1 Count 3 18 21
% within paritas 14.3% 85.7% 100.0%
Total Count 11 24 35
% within paritas 31.4% 68.6% 100.0%
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for paritas (0 / 1) 8.000 1.588 40.299 For cohort preeklampsi = 0 4.000 1.277 12.528 For cohort preeklampsi = 1 .500 .266 .938
N of Valid Cases 35
usiakh * preeklampsi Crosstab
preeklampsi Total
0 1
usiakh
0 Count 7 9 16
% within usiakh 43.8% 56.2% 100.0%
1 Count 4 15 19
% within usiakh 21.1% 78.9% 100.0%
Total Count 11 24 35
% within usiakh 31.4% 68.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.076a 1 .150 Continuity Correctionb 1.157 1 .282 Likelihood Ratio 2.087 1 .149 Fisher's Exact Test .273 .141
Linear-by-Linear Association 2.017 1 .156 N of Valid Cases 35 a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.03. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for usiakh (0 / 1) 2.917 .664 12.820 For cohort preeklampsi = 0 2.078 .740 5.838 For cohort preeklampsi = 1 .713 .436 1.164
N of Valid Cases 35
41
jarakkh * preeklampsi
Crosstab
preeklampsi Total
0 1
jarakkh
0 Count 6 3 9
% within jarakkh 66.7% 33.3% 100.0%
1 Count 5 21 26
% within jarakkh 19.2% 80.8% 100.0%
Total Count 11 24 35
% within jarakkh 31.4% 68.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.981a 1 .008 Continuity Correctionb 4.953 1 .026 Likelihood Ratio 6.660 1 .010 Fisher's Exact Test .015 .015
Linear-by-Linear Association 6.781 1 .009 N of Valid Cases 35 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.83. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jarakkh (0 / 1)
8.400 1.543 45.737
For cohort preeklampsi = 0 3.467 1.391 8.640 For cohort preeklampsi = 1 .413 .161 1.059
N of Valid Cases 35
ANC * preeklampsi
Crosstab
preeklampsi Total
0 1
ANC
0 Count 7 2 9
% within ANC 77.8% 22.2% 100.0%
1 Count 4 22 26
% within ANC 15.4% 84.6% 100.0%
Total Count 11 24 35
% within ANC 31.4% 68.6% 100.0%
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for ANC (0 / 1) 19.250 2.883 128.517 For cohort preeklampsi = 0 5.056 1.923 13.293 For cohort preeklampsi = 1 .263 .077 .901
N of Valid Cases 35
42