ANALISIS RASIO KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN ...
Transcript of ANALISIS RASIO KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN ...
ANALISIS RASIO KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PT GARUDA INDONESIA
TBK PERIODE TAHUN 2015 - 2019
SKRIPSI
OLEH
FAKHIRAH UMAR
NIM 105721121116
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
ANALISIS RASIO KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN PT. GARUDA INDONESIA
TBK PERIODE TAHUN 2015-2019
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Manajemen
Disusun Dan Diajukan Oleh:
FAKHIRAH UMAR
NIM 105721121116
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Janganlah takut pada apa yang kau pilih,
Disaat kamu ragu dan takut akan kehilangan maka
Kamu akan kehilangan segalanya”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua, keluarga, sahabat serta
orang-orang tercinta dan tersayang.
vii
viii
ix
x
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjat kan kehadiran Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hambanya-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan
Guna Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk
Periode Tahun 2015-2019”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis bapak Umar Lenggo dan ibu Nurasia yang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih.
Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi
keberhasilanpenulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka
berikan kepada penulis dalam menuntut ilmu menjadi ibadah dan cahaya
penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada:
xi
1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse,M.ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Muh. Nur Rasyid , SE.,MM selaku Ketua Jurusan Manajemen
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Ruliaty, MM, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat
diselesaikan.
5. Ibu Nurlina, SE., MM, selaku pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Para staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammdaiyah Makassar
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Manajemen 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak
xii
utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa
mengharapkan saran kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fi sabilil Haq fastabiqul khairat, wassalamualaikum Wr.Wb.
Makassar, Oktober 2020
Penulis
xiii
ABSTRAK
Fakhirah Umar, 2020. Analisis Rasio Keuangan Guna Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan PT. Garuda Indonesia Tbk Periode Tahun 2015-2019,
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh Pembimbing I Ruliaty dan Pembimbing II Nurlina Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi keuangan pada PT. Garuda Indonesia Tbk berdasarkan analisis rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas pada periode tahun 2015-2019. Objek yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu laporan keuangan yang berupa Neraca dan Laporan laba rugi PT Garuda Indonesia Tbk periode tahun 2015-2019. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian Kepustakaan dan Dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis rasio yang terdiri dari Analisis Likuiditas, Analisis Leverage, Analisis Aktivitas, Analisis Profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan kondisi keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk dari tahun 2015 sampai 2019 mengalami kondisi yang kurang baik di tinjau dari rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas setiap tahunnya mengalami penurunan yang signifikan sehingga berada di bawah rata-rata standar industri. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Profitabilitas
xiv
ABSTRACT
Fakhirah Umar, 2020. Financial ratio analysis to assess the company
financial performance of PT. Garuda Indonesia Tbk for the 2015-2019 period, thesis of the faculty of economics and business, majoring in management at the Muhammadiyah University of Makassar. Supervisor I by Dr. Ruliaty and supervisor II by Nurlina
This study aims to determine the description of the financial econdition at PT. Garuda Indonesia Tbknbased on analysis of liquidity ratios, leverage, activity and profitability in the 2015-2019. The data method used is the literature study and documentation. The data analysis method used is ratio analysis, leverage, Activity analiysis profitability analysis, the result showed that the ratio level for the five years 2015-2019.the result showed tahta the financial condition in terms of liquidity ratios, leverage ratios, activity ratios and profitability ratios each year had a significant decline so that it was below the average industry standard.
Keywords: Financial performance, Liquidity, Leverage, Activity, Profitability.
xv
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN...................................... Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN ............................................ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
ABSTRAK ........................................................................................................ xiii
ABSTRACT ...................................................................................................... xiv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................................... 7
1. Analisis Laporan Keuangan ..................................................................... 7
2. Analisis Rasio Keuangan ......................................................................... 8
3. Kinerja keuangan perusahaan ............................................................... 14
B. Tinjauan Empiris ..................................................................................... 18
C. Kerangka Konsep .................................................................................... 23
D. Hipotesis ................................................................................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 25
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ....................................... 25
D. Sumber Data ........................................................................................... 29
xvi
E. Populasi dan Sampel .............................................................................. 29
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 30
G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................ 32
1. Profil Perusahaan ............................................................................ 32
3. Visi dan Misi .................................................................................... 36
4. Logo Perusahaan ............................................................................ 37
5. Struktur Organisasi .......................................................................... 37
B. Analisis Rasio Keuangan ........................................................................ 40
C. Hasil Analisis Kinerja Kuangan dan Pembahasan ................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 67
B. Saran ...................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
LAMPIRAN ........................................................................................................ 71
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. 91
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Current Ratio. ............................................................................................ 41
Tabel 4.2 Quick Ratio ................................................................................................ 43
Tabel 4.3 Debt To Asset Ratio .................................................................................. 46
Tabel 4.4 Debt To Equity Ratio ................................................................................. 48
Tabel 4.5 Total Asset Turnover ................................................................................. 51
Tabel 4 6 Inventory Turnover .................................................................................... 53
Tabel 4.7 Net Profit Margin........................................................................................ 55
Tabel 4.8 Return On Investement ............................................................................. 57
Tabel 4.9 Return On Equity ....................................................................................... 59
Tabel 4.10 Analisis Kinerja Keuangan...................................................................... 61
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 23
Gambar 4.1 Logo Perusahaan ........................................................................... 37
Gambar 4.2 Struktur organisasi PT. Garuda Indonesia Tbk. .............................. 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan perubahan teknologi yang begitu cepat banyak
investor yang melakukan perdagangan saham melalui lintas negara,
informasi-informasi yang tersedia bagi investor sekarang begitu mudah untuk
diperoleh. Sehingga banyak perusahaan telah menjual sahamnya ke pasar
modal atau go public yang berarti perkembangan pasar modal patut
diharapkan sebagai salah satu indikator pembangunan ekonomi dalam
menghimpun dana baik untuk proses produksi maupun berinvestasi.
Salah satu analisis yang dijadikan bahan pengambilan keputusan bagi
calon investor adalah dengan membandingkan kinerja perusahaan dari tahun
ke tahun, hasil dari keputusan para calon investor tersebut didasarkan dari
apakah kinerja perusahaan semakin meningkat atau sebaliknya. Apabila
kinerja keuangan perusahaan meningkat dari tahun ke tahun maka akan
mendorong investor menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut.
Salah satu sumber informasi yang digunakan para investor adalah
Laporan Keuangan untuk mengetahui informasi kinerja keuangan suatu
perusahaan baik atau tidak. Informasi yang diperoleh pada Laporan
Keuangan belum sepenuhnya dapat dipergunakan secara langsung, akan
tetapi diperlukan analisis lanjutan terhadap laporan keuangan tersebut
sampai dapat memberikan informasi yang jelas mengenai kinerja
perusahaan.
2
Laporan keuangan membantu investor untuk mengetahui kondisi
perusahaan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Analisis
laporan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik rasio, teknik
ini biasa digunakan ketika melakukan analisis laporan keuangan karena
dianggap muda dalam perhitungannya dan muda dipahami hasilnya.
Rasio keuangan sendiri terdiri dari beberapa kelompok seperti likuiditas,
leverage, profitabilitas dan aktivitas. Setiap kelompok ini memiliki fungsi yang
berbeda-beda seperti tingkat likuiditas untuk mengetahui tingkat kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang sudah jatuh
tempo. Likuiditas yang digunakan pada penelitian ini adalah current ratio dan
quick rasio, alasan digunakan dua rasio rasio likuiditas dikarenakan penelitian
ini ingin mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang jangka
pendeknya.
Tingkat leverage berfungsi untuk mengetahui seberapa besar perusahaan
dibiayai oleh hutang. Tingkat leverage yang digunakan pada penelitian ini
adalah debt to assets rasio dan debt to equity rasio, alasannya penelitian ini
menggunakan kedua rasio tersebut karena peneliti ingin mengetahui
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai hutang dan mengetahui
modalnya sendiri yang dijadikan jaminan hutang.
Tingkat aktivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas dalam
penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Tingkat aktivitas yang
digunakan pada penelitian ini adalah total assets turnover dan inventory
turnover alasan penelitian ini menggunakan rasio ini ingin mengetahui
perputaran dana yang terjadi selama satu periode akuntansi.
3
Tingkat profitabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan profit. Tingkat profitabilitas berfungsi
sebagai rasio yang digunakan pemegang saham untuk mengetahui tingkat
keuntungan yang diperoleh dalam penjualan atau investasi. Tingkat
profitabilitas yang digunakan adalah net profit margin, return on investment,
dan return on equity, alasan menggunakan tiga rasio profitabilitas tersebut
dikarenakan penelitian ini ingin menilai atau mengukur posisi keuangan pada
suatu periode tertentu.
Secara teori, apabila tingkat rasio keuangan tertentu mengalami kenaikan
maka kinerja perusahaan tersebut bagus sehingga apabila kinerja
perusahaan tersebut dinilai bagus, seharusnya investor berani
menginvestasikan dananya untuk perusahaan tersebut, dan jika banyak
investor cenderung ingin membeli saham perusahaan tersebut akan
mengalami tren yang meningkat, hal ini sesuai dengan hukum ekonomi
apabila permintaan terhadap pasar naik maka harga juga akan mengalami
kenaikan diluar faktor-faktor eksternal lain.
Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pihak
pemerintah dan para pemakai laporan keuangan suatu perusahaan
penerbangan yang dimiliki pemerintah dalam memprediksi pertumbuhan laba
perusahaan. Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang
berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah
terdaftar di bursa efek. Bursa efek tersebut bersama-sama dengan pasar
uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan
pemerintah. Salah satunya sektor transportasi udara, industri penerbangan
menjadi kunci untuk mengembangkan sarana transportasi.
4
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai salah satu perusahaan
BUMN yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga dituntut untuk
tetap menjaga kinerja keuangannya PT Garuda Indonesia yang bergerak
dalam bidang transportasi khususnya transportasi udara juga dituntut untuk
tetap menjaga kualitas pelayanannya kepada masyarakat, sebab industri
penerbangan nasional memiliki potensi untuk terus berkembang hal ini
disebabkan karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
yang memiliki lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di sepanjang
khatulistiwa. Semenjak tahun 2000 peraturan mengenai penerbangan di
Indonesia mulai dilonggarkan hal ini menyebabkan banyaknya maskapai-
maskapai penerbangan baru di Indonesia.
Selain itu gencarnya pemerintah Indonesia yang mempromosikan
pariwisata Indonesia membuat beberapa perusahaan penerbangan di
Indonesia memiliki kesempatan untuk terus berkembang dengan banyak
traveler asing yang bepergian ke seluruh pelosok negeri menggunakan jasa
transportasi udara. Terutama perusahaan penerbangan milik pemerintah.
Untuk itu Garuda Indonesia pun memutuskan untuk Go Public dan
menerbitkan saham perdananya pada 11 Februari 2011 lalu. Dengan harga
jual saham per lembar yang ditetapkan oleh Kementerian Badan Usaha Milik
Negara (Kementerian BUMN) sebesar Rp 750. Harga saham perdana PT.
Garuda Indonesia ini mengambil harga terendah dari yang ditawarkan yaitu
RP. 750 – Rp.1100.
PT. Garuda Indonesia Tbk di tahun 2018 dikenakan sanksi oleh lembaga
keuangan pemerintah dan non pemerintah, pasalnya terdapat dalam laporan
keuangan ditemukan keganjalan dalam membukukan laba bersih sebesar
5
RP. 11,33 miliiar berbanding dengan menolanjak tanjamnya di 2017 yang
menderita rugi namun laporan keuangan ini membuat dua komisaris Garuda
Indonesia (Dony Oskaria dan Chairal Tanjung) menganggap laporan
keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK).
Alasan sehingga melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui
perbandingan kinerja keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk selama lima tahun
yaitu dari tahun 2015 sampai 2019 terlebih dengan adanya kasus laporan
keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk di tahun 2018 apakah setelah adanya
kasus tersebut trend kinerja keuangan perusahaan PT. Garuda Indonesia
Tbk mengalami peningkatan atau menurun.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Rasio Keuangan guna menilai Kinerja
Keuangan Perusahaan PT Garuda Indonesia periode 2015-2019”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka peneliti
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Bagaimana trend kinerja keuangan pada PT Garuda Indonesia Tbk
berdasarkan rasio keuangan pada periode 2015-2019?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui trend kinerja keuangan pada PT Garuda Indonesia Tbk.
Berdasarkan analisis rasio likuiditas,rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas pada periode tahun 2015-2019.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai pengembangan wawasan mengenai kinerja
dilihat dari rasio keuangan.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk
mengembangkan ilmu dan sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu
pengetahuan.
3. Bagi Pihak lain
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan serta menjadi referensi atau bahan masukan dalam
penelitian serupa pada penelitian yang akan datang.
7
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Analisis Laporan Keuangan
Harahap (2010 :190) menyatakan bahwa ”Analisis laporan keuangan
adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara data kuantitatif maupun non kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Menurut Kasmir (2015 :66) setelah laporan keuangan disusun
berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi
dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang
sesungguhnya kondisi keuangan dimaksud adalah diketahuinya berapa
jumlah harta (kekayaan), kewajiban ( utang) serta modal (ekuitas) dalam
laporan posisi keuangan yang dimiliki, kemudian juga akan diketahui jumlah
pendapatan yang diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama periode
tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa Laporan keuangan pada umumnya meliputi
neraca, laporan Laba/Rugi, Laporan perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut merupakan
suatu bentuk laporan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan,
perkembangan perusahaan dan hasil usaha suatu perusahaan pada waktu
8
tertentu. Dua jenis laporan keuangan yang umumnya dibuat oleh setiap
perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi yaitu Neraca dan Laporan
laba rugi.
2. Analisis Rasio Keuangan
Kasmir (2011:104) mengatakan bahwa rasio keuangan merupakan
kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan
dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan
keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan.
Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam
satu periode maupun beberapa periode.
Menurut Munawir (2010 :106), Analisis rasio keuangan adalah future
oriented atau berorientasi dengan masa depan, artinya bahwa dengan analisa
rasio keuangan bisa digunakan sebagai alat untuk meramalkan keadaan
keuangan serta hasil usaha dimasa mendatang dengan angka-angka rasio
historis atau kemungkinan dengan rasio industri (yang dilengkapi dengan data
lainnya) bisa digunakan sebagai dasar untuk penyusunan laporan keuangan
yang diproyeksikan yang merupakan salah satu bentuk perencanaan
keuangan perusahaan.
Adapun manfaat analisis rasio keuangan:
Fahmi (2014 :109) menyatakan bahwa dengan menggunakan rasio
keuangan sebagai alat analisis dapat diperoleh manfaat:
a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat
untuk menilai kinerja dan prestasi.
9
b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan.
c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat mengevaluasi kondisi
suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditur dapat
digunakan memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan
dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan
pengembalian pokok pinjaman.
e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak-pihak
stakeholder organisasi.
Jenis Rasio keuangan yang digunakan adalah:
1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan
aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio ini digunakan
pada posisi jangka pendek yaitu untuk mengetahui kamampuan
perusahaan menyediakan alat-alat yang paling likuid guna menjamin
pengembalian hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan
mengetahui perbandingan rasio ini maka akan diketahui sejauh mana
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Adapun rasio yang digunakan yaitu:
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang
segera jatuh tempo. Standar umum rata-rata industri minimal
10
100% artinya dengan hasil rasio seperti itu perusahaan sudah
berada dititik aman dalam jangka pendek.
Rumus:
Current ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar× 100%
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Quick ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban dengan tidak memerlukan waktu
yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas. Standar umum
rata-rata industri adalah 150% atau 1,5 kali kondisi ini
menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan
bila hendak melunasi utang lancar, tetapi dapat menjual surat
berharga atau penagihan piutang.
Rumus:
Quick ratio =Aset Lancar –Pesediaan
Kewajiban Lancar× 100%
2) Rasio Leverage
Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban perusahaan serta memenuhi
kewajiban atau utang jangka panjang. Apabila suatu perusahaan
mempunyai kekayaan lebih besar dari pada seluruh hutang-
hutangnya, maka dengan sendirinya perusahaan dalam keadaan
solvabel, tetapi sebaliknya jumlah kekayaannya lebih kecil dari pada
seluruh hutang-hutangnya bila diliquit. Adapun rasio yang digunakan
dalam rasio leverage yaitu:
11
a. Debt to Asset Ratio (Rasio utang terhadap total aktiva)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan
antara total utang dengan total aset. Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan
berpengaruh terhadap pembiayaan aset, semakin tinggi rasio ini,
maka semakin besar resiko keuangannya, semakin rendah rasio
ini maka semakin rendah resiko keuangannya. Standar rata-rata
industri adalah 35%.
Rumus:
Debt to Total Asset Ratio =Total Hutang
Total Aktiva
b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas ( Debt to Equity Ratio)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada kreditor.
Standar rata-rata industri sebesar 40% jika berada diatas rata-rata
industry maka perusahaan dianggap kurang baik.
Rumus:
Debt to Equity Ratio = Total Hutang
Total Ekuitas
3) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas disebut juga dengan rasio efektivitas yang
memperlihatkan pemakaian dana perusahaan, rasio ini berkaitan
dengan kegiatan perusahaan yang diukur dengan kegiatan penjualan
dan pendapatan perusahaan dalam operasinya. Rasio aktivitas
adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
besar keefektifan perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber
dananya. Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian
12
menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva tersebut pada kegiatan
tertentu. Adapun rasio yang digunakan dalam rasio aktivitas yaitu:
a. Total Assets Turnover
Total Assets Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan
dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar
dalam satu periode tertentu atau kemampuan dari modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan penjualan. Standar rata-rata
industri rasio ini adalah sebanyak 2 kali dalam setahun.
Rumus:
Total Assets Turnover =Penjualan
Total Aktiva
b. Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
Inventory Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan
berputar dalam satu periode atau berapa lama rata-rata
persediaan tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual. Standar
rata-rata industri rasio ini adalah sebanyak 20 kali dalam setahun.
Rumus:
Inventory Turnover = Penjualan
Persediaan
4) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio perbandingan kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba melalui dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan
sebagainya. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
13
tersebut. Profitabilitas sangat penting untuk menguatkan kondisi
perusahaan. Adapun rasio yang digunakan yakni:
a. Net Profit Margin
Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar
rasionya maka akan semakin baik dianggap kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba adalah cukup tinggi. Standar
rata-rata industri sebesar 20%, jika berada di atas rata-rata
industri maka margin laba suatu perusahaan baik, namun jika
berada dibawah standar industri maka perusahaan tersebut
kurang baik.
Rumus:
Profit Margin Ratio = Laba Bersih
Penjualan× 100%
b. Return On Investment (ROI)
Return On Investment digunakan untuk mengukur kemampuan
dari modal sendiri yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan bersih. Semakin besar ROI
berarti suatu perusahaan mempunyai kinerja yang bagus dalam
menghasilkan laba bersih. Standar rata-rata industri yaitu sebesar
15%.
Rumus:
Return On Investment = Laba Bersih
Total Aktiva× 100%
14
c. Return On Equity (ROE)
Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan dari
modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang
saham. Rasio ini adalah perbandingan keuntungan bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik keadaan perusahaan. Standar rata-rata industri
untuk ROE sebesar 20%.
Rumus:
Return On Equity = Laba Bersih
Modal× 100%
3. Kinerja keuangan perusahaan
Secara umum kinerja keuangan perusahaan merupakan gambaran
tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dinilai dengan alat-alat
analisis rasio keuangan sehingga dapat diketahui mengenai baik
buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan
keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Menurut Fahmi (2011 :2), kinerja keuangan adalah suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan secara
baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang
kondisi keuangan suatu perusahaan yang di analisis dengan alat-alat
analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya
keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja
dalam periode tertentu.
Kinerja perusahaan dapat diukur berdasarkan penghasilan bersih
(laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi
15
(return on investment) atau penghasilan per saham (earning per share)
(Harmono, 2014 :23). Menurut Jumingan (2014 :239) kinerja keuangan
merupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu baik
itu menyangkut aspek penghimpunan maupun penyaluran dana yang
biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan
profitabilitas.
a. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan digunakan perusahaan untuk
melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat
bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan
merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan menyangkut
review data, menghitung, mengukur, menginterpretasi dan memberi
solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai beberapa
tujuan diantaranya (Munawir,2010 :31) :
1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi pada saat ditagih.
2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi.
3) Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau
ekuitas secara produktif.
16
4) Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan
perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya
agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam
membayar pokok utang dan beban bunga tepat waktu, serta
pembayaran dividen secara teratur kepada para pemegang
saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.
Arti penting penilaian kinerja perusahaan bagi masing-masing
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu diantaranya
bagi para investor, kreditur, pemerintahan, manajemen perusahaan
dan pihak-pihak terkait lainnya:
1. Investor (pemegang saham)
Penilaian kinerja perusahaan penting bagi investor tidak lain untuk
menjamin bahwa uang yang diinvestasikan dalam perusahaan itu
digunakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sebagaimana
yang dijanjikan oleh pihak manajemen perusahaan.
2. Kreditur
Setiap perusahaan akan selalu berhubungan dengan pihak
kreditur dalam hal pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari
hutang. Bagi kreditur atau calon kreditur, penilaian kinerja
perusahaan ini dapat memberikan dasar untuk mengambil
keputusan yang menyangkut jaminan kepastian pembayaran
pokok pinjaman beserta bunganya oleh debitur sesuai perjanjian
yang disepakati.
17
3. Manajemen perusahaan
Bagi manajemen perusahaan, penilaian kinerja sangat penting
terutama untuk memastikan keberhasilan tingkat usahanya serta
memberikan dasar untuk melanjutkan perencanaan strategis dan
operasional di masa mendatang. Dengan kata lain penilaian
kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan manajemen atas misi yang diembannya. Melalui
penilaian kinerja ini akan diketahui tingkat hasil nyata yang dicapai
suatu unit usaha selama periode tertentu.
4. Pemerintah
Pemerintah juga berkepentingan terhadap penilaian kinerja
perusahaan, karena dapat dijadikan sebagai dasar untuk
penetapan beban pajak, pembuatan berbagai kebijakan regulasi
pemberian fasilitas terhadap suatu bidang usaha serta
pengawasan terhadap kondisi ekonomi dan moneter suatu Negara
khusus bagi perusahan publik, serta yang berkepentingan
terhadap kinerja emiten sebagai dasar pengawasan bursa efek.
5. Pihak–pihak lain
Pihak pihak lain yang berkepentingan antara lain analisis sekuritas
yang berkepentingan langsung terhadap penilaian kinerja
sedangkan berkepentingan tidak langsung seperti konsultan bisnis
dan keuangan serta peneliti bidang keuangan. Analisis sekuritas
perlu untuk memberikan bahan masukan kepada para pelaku
pasar modal seperti pialang dan investor untuk mengambil
tindakan sehubungan dengan sekuritas yang dimiliki. Konsultan
18
dan peneliti berkepentingan dengan kinerja umumnya berkenaan
dengan hasil yang akan dipublikasikan kepada masyarakat.
B. Tinjauan Empiris
Gregorius Kiren, Silvia Indrarini, dan Suprapti (2017) dengan judul
Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk (Periode 2010-2014) menyimpulkan bahwa, pada
tahun 2010, rasio likuiditas berada dibawah standar industri dan mengalami
kenaikan pada tahun 2011 mencapai standar industri, tahun 2012 hingga
2014 rasio likuiditas menunjukkan tren penurunan jadi kurang likuid untuk
menjamin hutang lancar dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio
perputaran aktiva tahun 2011 di tahun sebelumnya mengalami penurunan
pada tahun 2012 sampai 2014, tahun 2011 perusahaan lebih efisien untuk
menghasilkan penjualan. Rasio solvabilitas periode 2010-2014 kurang baik,
ini ditunjukkan dengan rasio lebih besar dari standar industri. Rasio
profitabilitas menggambarkan keadaan kurang baik karena besarnya rasio
yang berada dibawah standar industri. Rasio pasar menunjukkan tren positif
pada tahun 2012 meningkatnya laba per lembar dan harga pasar per lembar
tapi rasio ini kembali turun pada 2014 karena mengalami kerugian.
Muhammad Rizal (2017), dengan judul Analisis Kinerja Keuangan PT.
Garuda Indonesia Tbk, menyimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan
dari rasio likuiditas selama periode tahun 2011 sampai dengan 2015 dalam
kondisi kurang baik. dari rasio solvabilitas selama periode tahun 2011 sampai
2015 dalam kondisi kurang baik. Ditinjau dari rasio profitabilitas selama
periode 2011 sampai 2015 dalam keadaan kurang baik.
19
Meutia Dewi (2017) dengan judul Analisis rasio keuangan untuk
mengukur kinerja keuangan PT Smartfren Telecom, Tbk menyimpulkan
bahwa tingkat likuiditas PT. Smartfren Telecom Tbk. Yang diukur dengan
menggunakan current ratio tahun 2007-2016 menunjukkan kondisi yang
kurang baik karena di bawah standar industri yaitu 200%. Tingkat solvabilitas
yang diukur menggunakan debt ratio menunjukkan kondisi yang kurang baik
karena pada tahun 2007-2016 berada diatas 30%. Tingkat profitabilitas yang
diukur menggunakan ROI yang kurang baik karena pada tahun 2007-2016
berada dibawah 30%.
Reina Damayanti, Hendry salaidin dan Juni Darwin (2019) dengan judul
Analisis kinerja keuangan pada PT Garuda Indonesia Tbk menyimpulkan
bahwa pada tahun 2013 menunjukkan kinerja perusahaan kurang sehat
karena aspek keuangan tahun 2013 adalah 34, kemudian tahun 2014
perusahaan dinyatakan tidak sehat dengan total skor 28,25, tahun 2015
dinyatakan kurang baik dengan skor 41,75, tahun 2016 perusahaan
dinyatakan tidak sehat skor yang diperoleh dari aspek keuangan 2014 adalah
30,25. Tahun 2017 perusahaan dinyatakan tidak sehat dimana total skor dari
aspek keuangan tahun 2015 adalah 25,75 dengan standar penilaian. Secara
keseluruhan dalam kurun 5 tahun yaitu 2013-2017 penilaian kinerja
keuangan PT Garuda Indonesia Tbk mengalami penurunan kinerja masih
dalam kondisi tidak baik tingkat kesehatan kinerja keuangan perusahaan.
Marianno William J.S (2017) dalam judul Analisis rasio keuangan untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan (studi kasus di PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk). Menyimpulkan bahwa keseluruhan trend rasio likuiditas PT
Telekomunikasi Tbk berada dalam kondisi yang tidak baik. Keseluruhan tren
20
rasio solvabilitas, debt ratio berada dalam tingkat yang baik atau solvabel
dimana total hutangnya diatas rata-rata dari total aktiva, selain itu debt to
equity ratio juga menggambarkan posisi hutang diatas rata-rata modal sendiri
hal ini berarti belum mampu karena dapat menimbulkan konsekuensi bagi
kreditor untuk menanggung resiko yang lebih besar saat perusahaan
mengalami kegagalan keuangan. Secara keseluruhan trend rasio aktivitas
menggambarkan belum efektif karena masih banyak aset yang belum terjual
secara efektif dan perusahaan mengalami peningkatan penagihan piutang
Secara keseluruhan trend rentabilitas menggambarkan hasil yang baik. Hal
ini disebabkan adanya kenaikan pendapatan dan hasilkan laba yang cukup
baik.
Grace Diana Pricilia Ramang, Tinneke M. Tumbel, Joula J. Rogahang
(2019) dengan judul penelitian Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja
keuangan pada PT. Indonesia Prima Property Tbk Jakarta Pusat
menyimpulkan bahwa analisis rasio likuiditas perlu ditingkatkan agar
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban dilihat dari
current ratio dan quick ratio mengalami stabilitas. Analisis rasio Aktivitas
untuk penambahan aktiva perlu dipertimbangkan. Dari sisi likuiditas
perusahaan perlu meningkatkan aktiva lancar yang dimiliki dan mengurangi
hutang lancar agar modal kerja menjadi lebih tinggi. Analisis rasio
profitabilitas untuk menghasilkan laba dengan cara meningkatkan
pendapatan operasional dan mengurangi beban operasional maupun non
operasional sehingga perusahaan cenderung mengalami penurunan hingga
bisa meningkatkan sumber modal yang diperoleh dari cadangan keuangan
atau laba yang dapat meningkatkan jumlah modal. Analisis rasio solvabilitas
21
cukup baik untuk lebih meningkatkan lagi perusahaan harus memperbesar
aktiva dan modal perusahaan dari kewajiban agar perusahaan mampu
membiayai kewajiban.
Veronika Nugraheni dan Sri Lestari (2006) dengan judul Analisis rasio
keuangan untuk menilai kinerja keuangan pada PT Indofood Sukses Makmur,
Tbk. Di Bursa Efek Surabaya (BES) periode 1998-2002 menyimpulkan
bahwa tingkat likuiditas cukup baik. Kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban jangka panjangnya cukup baik, sehingga tidak membahayakan
dana yang ditanam oleh penanam modal hal ini menguntungkan pihak
eksternal terutama investor. Kurangnya kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atas penggunaan hutang secara optimal karena proporsi
penggunaan hutang untuk membiayai investasi semakin menurun. Tingkat
profitabilitas dan aktivitas perusahaan cukup baik dan optimal meskipun
tingkat profitabilitas tidak terlalu tinggi, tetapi tingkat kemampuan
pemanfaatan sumber daya dimiliki sudah optimal.
Siti Mudawamah, Topo Wijono, Raden Rustam Hidayat (2018) dengan
judul Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan
(studi pada Bank Usaha Milik Negara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2015) menyimpulkan bahwa tingkat likuiditas bank BUMN dari
tahun 2013 sampai 2015 dilihat dari LDR PT. Bank Negara Indonesia
Persero Tbk dan PT. Bank Tabungan Negara persero Tbk menunjukkan
kinerja yang tidak baik sedangkan PT Bank Mandiri Persero Tbk tahun 2013 -
2015 mengalami kenaikan dan penurunan yang wajar. Pada rasio rentabilitas
empat bank BUMN dari tahun 2013 -2015 dengan ROA dalam tiga tahun
terakhir menunjukkan kinerja yang baik, empat bank BUMN dari tahun 2013 -
22
2015 ditunjukkan dengan NPM menunjukkan kinerja cukup baik dan tingkat
solvabilitas empat bank BUMN dari tahun 2013 -2015 CAR menunjukkan
rasio yang cukup baik.
Joy Pulloh, M.G. Wi Endang NP, Zahhroh. Z. A. (2016) dengan judul
Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan studi
kasus pada PT.HM Sampoerna Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa, hasil rasio likuiditas pada
PT HM Sampoerna Tbk periode tahun 2012-2014 kurang baik dibandingkan
standar industri, hasil leverage sudah baik karena debt to asset ratio melebihi
35% sedangkan debt to equity sudah melebihi 90%. receivable turnover
sudah melebihi 15 kali, inventory turnover kurang baik masih terlalu jauh dari
20 kali namun standar industri tidak berlaku pada perusahaan rokok, working
capital turnover sudah baik karena jauh diatas 5 kali, total turn asset over
dianggap baik karena di atas 2 kali, hasil profitabilitas keseluruhan belum
baik karena masih ada dibawah standar industri, net profit margin dinyatakan
kurang baik karena masih terlalu jauh dari 20%, return on investment sudah
baik karena melebihi 30%, return on equity sudah baik karena melampaui
diatas 40%.
Vivi Yanti Sugianto ( 2016) dengan judul Analisis kinerja keuangan
sebelum dan sesudah Go Public PT. Garuda Indonesia Tbk tahun 2007-2014
menyimpulkan bahwa pada variabel CR, DER, DAR, TATO, FATO, ROA,
ROE, dan NPM yang diuji dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks
Test menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum
dan sesudah go public. Dengan periode penelitian yang membandingkan
23
antara 2 tahun sebelum dengan 2 tahun sesudah go public dan juga 4 tahun
sebelum dengan 4 tahun sesudah go public.
C. Kerangka Konsep
Menurut Sugiyono (2016 :60) seorang peneliti harus menguasai teori-teori
ilmiah sebagai dasar bagi argmentasi dalam menyusun kerangka pemikiran
yang membuahkan hipotesis kerangkapemikiran ini merupakan penjelasan
sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
24
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Diduga bahwa
terjadi trend kinerja keuangan pada PT Garuda Indonesia Tbk Periode
tahun 2015 - 2019”.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif, dikatakan kuantitatif karena terdapat angka
dan perhitungan menggunakan rumus dalam mendeskripsikan rasio
keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara
khusus suatu objek pada PT Garuda Indonesia Tbk yang telah terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia (BEI), terutama pada kinerja keuangan perusahaan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Garuda Indonesia Tbk, dengan data-data yang
digunakan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website resmi.
Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan, dengan rincian:
a. Bulan September tahun 2020 fokus untuk pengumpulan data
b. Pada bulan Oktober tahun 2020 difokuskan untuk penyusunan dan
penyajian hasil penelitian.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan petunjuk atau gambaran tentang
bagaimana suatu variabel diukur sehingga peneliti dapat mengetahui baik
atau buruk pengukuran tersebut. Berikut ini adalah variabelnya:
a. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan kondisi sehat atau tidaknya
keuangan suatu perusahaan dimana rasio rata-rata perusahaan lebih
26
besar dari pada rata-rata industri. Untuk menilai kinerja perusahaan
dengan menggunakan alat ukur rasio keuangan baik rasio likuiditas,
leverage, aktivitas dan profitabilitas.
a) Rasio likuiditas adalah rasio menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban jangka pendek
yang sudah jatuh tempo.
b) Rasio leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan seberapa jauah perusahaan dibiayai oleh hutang
c) Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur efektivitas dan
efisiensi perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki
perusahaan.
d) Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan seberapa besar
kemampuan perusahaan mendapatkan laba baik melalui semua
aset maupun laba dibagi modal sendiri.
b. Rasio Keuangan
Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Alat ukur
analisis rasio keuangan yang digunakan terdiri dari:
1) Rasio Likuiditas
a. Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
Current ratio = Aktiva Lancar
Utang Lancar× 100%
27
b. Quick ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo.
Quick ratio = Aktiva Lancar−Persediaan
Hutang Lancar× 100%
2) Rasio Leverage
a. Debt to Asset Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset.
Debt to Asset Ratio = Total Hutang
Total Aktiva
b. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya bagian utang
Debt to Equity Ratio = Total Hutang
Equitas Pemegang Saham× 100%
3) Rasio Aktivitas
a. Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan
dalam menghasilkan penjualan untuk mengukur berapa jumlah
penjualan yang dihasilkan dari setiap dana yang tertanam
dalam aset
Total Assets Turnover = Penjualan
Total Aktiva
b. Inventory Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan
akan berputar dalam satu periode.
Inventory Turnover = Penjualan
Persediaan
28
4) Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya presentase laba kotor atas penjualan
bersih.
Profit Margin Ratio = Laba Bersih
Penjualan× 100%
b. Return On Investment merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa besar besar kontribusi aset dalam menciptakan laba
bersih
Return On Investment = Laba Bersih
Modal× 100%
c. Return On Equity merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa besar kontribusi ekitas dalam menciptakan laba
bersih
Return On Equity = Laba Bersih
Modal× 100%
2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah
skala rasio. Pada skala rasio terdapat semua skala nominal, ordinal,
dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat
mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa
diubah meskipun menggunakan skala yang lain.
Pada umumnya digunakan dua cara untuk menafsirkan rasio-rasio
keuangan. Dengan menggunakan asumsi bahwa metode yang
dipergunakan oleh perusahaan konsisten dari waktu ke waktu, dan
sama dengan yang dipergunakan oleh perusahaan perusahaan lain,
maka rasio-rasio keuangan dapat dihitung dengan:
29
a. Membandingkan dengan rasio rasio keuangan perusahaan
dimasa yang lalu
b. Membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan yang
tergabung dalam satu industri.
D. Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan data
sekunder. Data sekunder diperoleh atau dikumpulkan peneliti yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk. Berupa
neraca dan laporan laba/rugi yang didapat dari situs resmi Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode tahun 2015-2019.
E. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Wiratna Sujarweni (2014 :65) Populasi adalah keseluruhan
subjek yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik
dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian diatas, populasi dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan perusahaan PT Garuda Indonesia (persero) Tbk yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti.
Menurut Wiratna Sujarweni (2014 :65) sampel adalah bagian dari
sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk
penelitian. Bila populasi besar jadi peneliti mengambil sampel dalam
30
Laporan posisi keuangan (Neraca) dan laba rugi pada perusahaan PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk dari periode 2015 - 2019.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1. Penelitian kepustakaan yaitu berupa informasi atau file yang
berhubungan sesuai dengan analisis yang diteliti yang diperoleh dari
berbagai sumber. File tersebut berupa buku, artikel dan laporan
keuangan.
2. Dokumen yaitu dengan cara mencatat atau mendokumentasikan data
yang telah ada. Data yang digunakan dalam teknik dokumen ini berupa
gambaran umum PT Garuda Indonesia Tbk. yang diperoleh dari situs
http://www.garuda-indonesia.com dan data laporan keuangan
perusahaan dari tahun 2015-2019 diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
yang diunduh melalui situs http://www.idx.co.id.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini digunakan metode analisis horizontal. Kasmir (2011 :69)
menyatakan metode analisis horizontal yaitu membandingkan laporan
keuangan beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat
perkembangan perusahaan dari periode satu ke periode yang lain. Adapun
alat analisis yang digunakan sebagai berikut:
1. Analisis Rasio Keuangan
a. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Current ratio =Aktiva Lancar
Utang Lancar× 100%
2) Quick ratio =Aktiva Lancar−Pesediaan
Hutang Lancar× 100%
31
b. Rasio Leverage
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Debt to Asset ratio=Total Hutang
Total Aktiva
2) Debt to equity ratio = Total Hutang
Equity× 100%
c. Rasio Aktivitas
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Total Assets Turnover = Penjualan
Total Aktiva
2) Inventory Turnover = Penjualan
Persediaan
d. Rasio Profitabilitas
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Profit Margin Ratio = Laba Bersih
Penjualan× 100%
2) Return On Investment = Laba Bersih
Total Aktiva× 100%
3) Return On Equity = Laba Bersih
Modal× 100%
2. Kinerja Keuangan
a. Menghitung rasio keuangan PT Garuda Indonesia Tbk dengan
menggunakan metode analisis-analisis rasio keuangan tahun 2015-
2019.
b. Membandingkan rasio keuangan PT Garuda Indonesia Tbk dari tahun
ke tahun (2015 – 2019).
c. Membandingkan penilai kinerja keuangan perusahaan secara
menyeluruh berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan standar
industri.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Profil Perusahaan
Garuda Indonesia mempersembahkan layanan penerbangan full
service terbaik,Garuda Indonesia maskapai flag carrier Indonesia, saat ini
melayani lebih dari 90 destinasi di seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di
Indonesia. Dengan jumlah penerbangan mencapai 600 penerbangan per hari,
Garuda Indonesia memberikan pelayanan terbaik melalui konsep “Garuda
Indonesia Experience” yang mengedepankan “Indonesian Hospitality”
keramahtamahan dan kekayaan budaya Indonesia.
Garuda Indonesia group mengoperasikan 202 armada pesawat
sebagai jumlah keseluruhan dengan rata-rata usia armada dibawah lima
tahun. Adapun Garuda Indonesia mengoperasikan sebanyak 144 pesawat,
sedangkan Citilink mengoprasikan sebanyak 58 armada.
Melalui program transformasi yang berkelanjutan Garuda Indonesia
berhasil mencatatkan sejumlah pengakuan internasional diantaranya adalah
pencapaian sebagai “The World Best Economy Class” dari TripAdvisor
Travelers Choice Awards, maskapai bintang lima sejak tahun 2014, “Top 10
World Best Cabin Crew” selama lima tahun berturut-turut sejak 2014.
Selain itu, pada tahun 2017 lalu, Garuda Indonesia juga berhasil
meraih predikat “Bintang 5” dari Airline asosiasi nirlaba untuk peningkatan
33
pengalaman penumpang penerbangan yang berkedudukan di New York,
Amerika Serikat.
2. Sejarah Perusahaan PT. Garuda Indonesia
PT. Garuda Indonesia adalah perusahaan jasa penerbangan sipil
Indonesia tercipta pertama kali atas inisiatif Angkatan Udara Republik
Indonesia (AURI) dengan menyewakan pesawat yang dinamakan “Indonesian
Airways” kepada pemerintahan Burma pada 26 Januari 1949. Peran
“Indonesia Airways” pun berakhir setelah disepakatinya Konferensi Meja
Bundar (KMB) pada 1949. Seluruh awak dan pesawatnya pun baru bisa
kembali ke Indonesia pada 1950. Setibanya di Indonesia, semua pesawat dan
fungsinya dikembalikan kepada AURI ke dalam formasi Dinas Angkutan
Udara Militer.
Munculnya Maskapai Nasional Indonesia dengan ditandatanganinya
perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949 maka Belanda wajib
menyerahkan seluruh kekayaan pemerintah Hindia Belanda kepada
pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) termasuk maskapai KLM-IIB
(Koninklijke Luchtvaart Maatschappij-Inter-Insulair Bedrijf). KLM-IIB
merupakan anak perusahaan KLM setelah mengambil alih maskapai swasta
K.N.I.L.M. (Koninklijke Nederkands hindische Luchtvaary Maatschappij) yang
sudah eksis sejak 1928 di area Hindia Belanda.
Lahirnya Garuda Indonesia Airways (GIA) pada 21 Desember 1949
dilaksanakan perundingan lanjutan dari hasil KMB antara pemerintahan
Indonesia dengan maskapai KLM mengenai berdirinya sebuah maskapai
nasional. Presiden Soekarno memilih dan memutuskan “Garuda Indonesia
Airways” (GIA) sebagai nama maskapai ini.
34
Dalam mempersiapkan kemampuan staf udara Indonesia, maka KLM
bersedia menempatkan sementara stafnya untuk tetap bertugas sekaligus
melatih para staf udara Indonesia. Karena itulah pada masa peralihan ini
Direktur Utama pertama GIA merupakan orang Belanda, Dr. E. Konijnenburg.
Armada pertama GIA pun merupakan peninggalan KLM-IIB dan bukan
armada “Indonesian Airways” milik AURI.
Penerbangan perdana Garuda Indonesia Airways (GIA), sehari setelah
pengakuan kedaulatan Republik Indonesia (RI) oleh Belanda, yaitu 28
Desember 1949, dua buah pesawat Dakota (dc -3) berangkat dari bandar
udara Kemayoran, Jakarta menuju Yogyakarta untuk menjemput Soekarno
dibawa kembali ke Jakarta yang sekaligus menandai perpindahan kembali
Ibukota ke Jakarta. Sejak saat itulah GIA terus berkembang hingga dikenal
sekarang sebagai Garuda Indonesia.
Setahun kemudian, di tahun 1950, Garuda Indonesia menjadi
perusahaan negara. Pada periode tersebut, Garuda Indonesia
mengoperasikan armada dengan jumlah pesawat sebanyak 38 buah yang
terdiri dari 22 DC-3,8 Catalina kapal terbang, dan Convair -240. Armada
Garuda Indonesia terus bertambah dan akhirnya berhasil melaksanakan
penerbangan pertama kali ke Mekah membawa jemaah haji dari Indonesia
pada tahun 1956. Tahun 1965, penerbangan pertama kali ke negara-negara
di Eropa dilakukan dengan Amsterdam sebagai tujuan terakhir.
Sepanjang tahun 1980-an Garuda Indonesia melakukan revitalisasi
dan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal ini
mendorong perusahaan untuk mengembangkan program pelatihan yang
komprehensif untuk awak kabin dan awak darat Garuda Indonesia dan
35
mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta Barat dengan nama Garuda
Training Center.
Tahun 1990, armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya
mengalami revitalisasi dan restrukturisasi besar-besaran di sepanjang tahun
1980-an. Hal ini menuntut perusahaan merancang pelatihan yang menyeluruh
bagi karyawan dan mendorong perusahaan mendirikan pusat pelatihan
karyawan, Garuda Indonesia Training Center di Jakarta Barat.
Tahun 2000, seiring upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005,
Garuda Indonesia memiliki tim manajemen baru bagi masa depan
perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang
dan restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan
meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan
keuangan yang mencakup keberhasilan perusahaan dalam menyelesaikan
restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam
memahami pelanggan, dan yanng terpenting memperbaharui fan
membangkitkan semangat karyawan Garuda Indonesia.
Tahun 2010, penyelesaian seluruh restrukturisasi utang perusahaan
mengantarkan Garuda Indonesia siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik
pada 11 Februari 2011. Perusahaan resmi menjadi perusahaan publik setelah
penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham perusahaan kepada
masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak
sejarah penting ini dilakukan setelah perusahaan menyelesaikan transformasi
bisnisnya melalui kerja keras serta dedikasi berbagai pihak.
36
Tahun 2017, Garuda Indonesia maskapai pembawa bendera Bangsa
saat ini melayani 83 destinasi di seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di
Indonesia. Dengan jumlah penerbangan lebih 600 penerbangan per hari dan
jumlah armada 196 pesawat di Januari 2017, Garuda Indonesia memberikan
pelayanan terbaik melalui konsep “Garuda Indonesia Experience” yang
mengedepankan keramahtamahan dan kekayaan budaya Indonesia.
Garuda Indonesia telah melaksanakan program transformasi secara
berkelanjutan. Hasilnya kini Garuda Indonesia merupakan maskapai bintang
lima, dengan berbagai pengakuan dan apresiasi berskala internasional,
diantaranya pencapaian “The World’s Most Loved Airline 2016” dan “The
World’s Best Economy Class 2013” dari skytrax, lembaga pemeringkat
penerbangan independen berbasis London.
3. Visi dan Misi
a. Visi
Grup penerbangan berbasis nilai, membawa keramahan Indonesia ke dunia
(US$3.5 Billion)
b. Misi
Pemegang saham, memaksimalkan nilai grup untuk pengembalian
pemegang saham yang lebih baik diantara maskapai regional
Pelanggan, dengan memberikan keramahan Indonesia yang sangat baik
dan pengalaman terbaik dunia kepada pelanggan.
Proses, sambil menerapkan kepemimpinan biaya dan sinergi dalam
kelompok
Karyawan, dan dengan melibatkan karyawan yang bersemangat dan
bangga di salah satu perusahaan paling dikagumi untuk berkerja di
Indonesia.
37
4. Logo Perusahaan
Gambar 4.1 Logo Perusahaan
Sumber : Annual Report PT. Garuda Indonesia Tbk tahun 2019
Makna logo Garuda Indonesia Membawa Cita dan Asa: “Dapat terus
Terbang Layani Penumpang ke Lima Benua” Kepala burung Garuda
melambangkan Lambang Negara Indonesia. Lima (5) Bulu sayap pada
logogram memiliki makna Garuda dapat terus terbang melayani penumpang
menjelajahi berbagai benua. Warna biru tua mereprentasikan keagungan
langit dan warna laut Indonesia sebagai negara kepulauan. Warna hijau tosca
merepresentasikan warna alam indonesia.
5. Struktur Organisasi
PT Garuda Indonesia menggunakan tipe atau bentuk organisasi garis
dan staf. Hal ini disebabkan Garuda sebagai perusahaan udara sangat
membutuhkan pimpinan dan karyawan yang terampil dan berdedikasi tinggi
dalam tugas pada perusahaan tersebut. Pimpinan memberikan perintah yang
bersifat komando. Dalam hal ini bawahan dapat mengerti dan melakukan
perintah tersebut.
38
Adapun susunan Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia pada saat ini
adalah sebagai berikut:
a. Komisaris Utama : Triawan Munaf
b. Wakil Komisaris Utama : Chairil Tanjung
c. Komisaris Independen : Elisa Lumbantoruan dan Yenny Wahid
d. Komisaris : Peter Frans Gintha
susunan direksi PT. Garuda Indonesia pada saat ini adalah sebagai
berikut:
a. Direktur Utama : Irfan Setiaputra
b. Wakil Direktur Utama : Dony Oskaria
c. Direktur Operasi : Tumpal Manumpak Hutape
d. Direktur Teknik : Rahmat Hanafi
e. Direktur Layanan, Pengembangan : Ade R Susardi Usaha, dan
Teknologi Informasi
f. Direktur Niaga dan Kargo : Mohammad R. Pahlevi
g. Direktur Keuangan dan Manajemen : Fuad Rizal Resiko
h. Direktur Human Capital : Aryaperwira Adileksana
39
Gambar 4.2 Struktur organisasi PT. Garuda Indonesia Tbk.
Sumber: Struktur Garuda Indonesia tahun 2018
40
B. Analisis Rasio Keuangan
Penelitian ini bertujuan mengetahui perkembangan kinerja perusahaan
dari tingkat likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas. Berdasarkan tujuan
penelitian tersebut, teknik analisis data yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut sebagai berikut:
Berdasarkan data laporan keuangan yang sudah diolah pada tabel:
1. Rasio Likuiditas
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi semua kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo.
a) Current ratio
Merupakan kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang jangka
pendeknya dengan aset yang dimiliki saat ini.
Rumus = Aktiva Lancar
Hutang Lancar× 100%
Hasil perhitungan current dari laporan keuangan PT. Garuda
Indonesia Tbk periode tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tahun 2015 = RP. 13.903.263.263.228.975
RP. 16.496.738.624.195× 100%
= 0,842788599 = 84,28%
Tahun 2016 = RP. 15.572.006.581.230
RP. 20.897.194.857.165× 100%
= 0,7451721 = 74,52%
Tahun 2017 = RP. 13.291.409.715.690
RP. 25.887.267.600.090× 100%
= 0,513434246 = 51,34%
Tahun 2018 = RP.15.716.129.649.780
RP. 42.800.035.603.880× 100%
= 0,367198985 = 36,72%
Tahun 2019 = RP.15.676.064.268.725
RP.45.039.586.391.275× 100%
= 0,348050804 = 34,81%
41
Rata-rata Tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
Current Ratio = 84,28% +74,52% +51,34% + 36,72%+34,81%
5
= 56,33%
Tabel 4.1 Current Ratio PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun 2015-2019 (dihitung dalam Triliun Rupiah)
Tahun Aktiva Lancar (a)
Hutang Lancar (b)
Current Ratio c = (a)/(b)
2015 RP. 13.903.263.228.975 RP. 16.496.738.624.195 84,28%
2016 RP. 15.572.006.581.230 RP. 20.897.194.857.165 74,52%
2017 RP. 13.291.409.715.690 RP. 25.887.267.600.090 51,34%
2018 RP. 15.716.129.649.780 RP. 42.800.035.603.880 36,72%
2019 RP. 15.676.064.268.725 RP. 45.039.586.391.275 34,81%
Jumlah rata-rata 56,33% Sumber : Data diolah Penulis Berdasarkan Laporan Keuangan PT. Garuda ndonesia
Tbk Periode Tahun 2015 - 2019
Berdasarkan tabel 4.1 current ratio PT Garuda Indonesia Tbk
pada tahun 2015 sebesar 84,28% dalam kondisi ini current ratio di
tahun 2015 dalam keadaan baik karena menghampiri standar industri
yaitu 100%. Namun di tahun 2016 rasio mengalami penurunan
sebesar 74,52% yang disebabkan besarnya aktiva lancar perusahaan
tidak sebanding dengan besarnya kenaikan hutang lancar perusahaan
artinya aset lancar perusahaan tidak dapat memenuhi hutang lancar
perusahaan sehingga ditahun 2016 mengalami penurunun sebesar
9,76%. Tahun 2017 kembali menurun menjadi 51,34% dikarenakan
aktiva lancar perusahaan menurun sedangkan hutang lancar
meningkat mengakibatkan perusahaan tidak mampu memenuhi hutang
lancar perusahaan, ini berarti perusahaan kekurangan modal untung
membayar utang atau kewajibannya, penurunan current ratio di tahun
2017 sebesar 23,18%.
42
Pada tahun 2018 current ratio kembali menurun cukup signifikan
yakni sebesar 36,72% dikarenakan besar peningkatan aktiva lancar
tidak sebanding besarnya jumlah peningkatan hutang lancar
perusahaan sehingga perusahaan kekurangan modal untuk dapat
melunasi utang atau kewajibannya, penurunan current ratio di tahun
2018 mengalami penurunan sebesar 14,62%. Pada tahun 2019 current
ratio PT. Garuda Indonesia Tbk kembali menurun menjadi 31,81%
dikarenakan aktiva lancar perusahaan mengalami penurunan di tahun
2018 sedangkan hutang lancar perusahaan meningkat mengakibatkan
perusahaan kekurangan modal untuk dapat melunasi utang atau
kewajibannya, penurunan current ratio tahun 2019 sebesar 1,91%
Kondisi current ratio PT. Garuda Indonesia selama lima tahun
(2015-2019) menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, dalam
kondisi ini menunjukkan keadaan yang “kurang baik” hal ini
menunjukkan perusahaan kesulitan dalam memenuhi kewajiban
lancarnya dimana hutang lancar perusahaan selalu meningkat setiap
tahunnya sedangkan aktiva lancar mengalami keadaan yang kurang
stabil.
b) Quick Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara asset lancar tanpa
persediaan, dan utang lancar.
Rumus = Aktiva Lancar− Persediaan
Hutang Lancar× 100%
Hasil perhitungan quick ratio dari laporan keuangan PT. Garuda
Indonesia Tbk dapat dilihat pada tabel berikut:
43
Tahun 2015 = 𝑅𝑃. 13.903.263.228.975 – 𝑅𝑝. 1.264.052.831.645
𝑅𝑝. 16.496.738.624.195
= 0,766164191 = 76,62%
Tahun 2016 = 𝑅𝑃. 15.572.006.581.230−𝑅𝑃.1.456.176.317.805
𝑅𝑝. 20.897.194.857.165
= 0,67548924 = 67,55%
Tahun 2017 = 𝑅𝑃. 13.291.409.715.690−𝑅𝑃. 1.766.667.507.990
𝑅𝑃. 25.887.267.600.090
= 0,445189596 = 44,52%
Tahun 2018 = 𝑅𝑃. 15.716.129.649.789−𝑅𝑃.2.537.452.077.020
𝑅𝑃.42.800.035.603.880
= 0,307912771 = 30,79%
Tahun 2019 = 𝑅𝑃. 15.676.064.268.725−𝑅𝑃.2.319.376.075
𝑅𝑃. 45.039.586.391.275
= 0,296583516 = 29,66%
Rata-rata quick ratio dari tahun 2015 sampai 2019 sebagai berikut:
Quick ratio = 76,62% + 67,55% + 44,52% + 30,79% +29,66%
5
= 49,83%
Tabel 4.2 Perhitungan Quick Ratio PT. Garuda Tbk tahun 2015-2019 (dihitung dalam Triliun Rupiah)
Tahun Aktiva Lancar
(a)
Persediaan
(b)
Hutang Lancar
(c)
QR
2015 RP. 13.903.263.228.975 RP. 1.264.052.831.645 RP. 16.496.738.624.195 76,63%
2016 RP. 15.572.006.581.230 RP. 1.456.176.317.805 RP. 20.897.194.857.165 67,55%
2017 RP. 13.291.409.715.690 RP. 1.766.667.507.990 RP. 25.887.267.600.090 44,52%
2018 RP. 15.716.129.649.780 RP. 2.537.452.077.020 RP. 42.800.035.603.880 30,79%
2019 RP. 15.676.064.268.725 RP. 2.319.065.376.075 RP. 45.039.586.391.275 29,66%
Rata-rata 49,83%
Sumber : Data diolah Penulis Berdasarkan Laporan Keuangan PT. Garuda ndonesia Tbk
Periode Tahun 2015 - 2019
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan quick ratio pada tahun
2015 sebesar 76,63% dalam kondisi kurang baik karena besarnya
aktiva lancar dikurangi persediaan tidak sebanding dengan jumlah
hutang lancar perusahaan sehingga tidak mampu untuk menutupi
hutang lancar dari perusahaan. tahun 2016 menurun sebesar 67,55%
44
dikarenakan besarnya peningkatan aktiva lancar dikurangi dengan
persediaan tidak sebanding dengan besarnya peningkatan hutang
lancar perusahaan, penurunan ini mengakibatkan perusahaan
kekurangan modal dalam memenuhi utang atau kewajibannya. Di
tahun 2017 quick ratio menurun cukup signifikan sebesar 44,52% hal
ini disebabkan aktiva lancar mengalami penurunan dan dikurangi
dengan persediaan tidak sebanding besarnya peningkatan hutang
lancar mengakibatkan perusahaan kekurangan modal dalam
memenuhi utang atau kewajibannya.
Tahun 2018 kembali menurun sebesar 30,79% disebabkan
besarnya peningkatan aktiva lancar dikurangi persediaan tidak
sebanding dengan besarnya peningkatan hutang lancar perusahaan,
artinya aktiva lancar perusahaan tidak dapat menutupi hutang lancar
dari perusahaan. mengakibatkan perusahaan kekurangan modal
dalam memenuhi utang atau kewajibannya. dan di tahun 2019
kembali menurun 29,66% besarnya peningkatan aktiva lancar
dikurangi persediaan tidak sebanding dengan peningkatan hutang
lancar perusahaan, artinya aktiva lancar perusahaan tidak dapat
menutupi hutang lancar dari perusahaan. mengakibatkan perusahaan
kekurangan modal dalam memenuhi utang atau kewajibannya
Kondisi PT. Garuda Indonesia Tbk dalam lima tahun (2015-2019)
mengalami penurunan, ini dapat dikatakan dalam kondisi yang
“kurang baik” hal ini dikarenakan quick ratio berada di bawah 1,0%
untuk setiap tahunnya sedangkan standar quick ratio yang baik 1,0%
hal ini menandakan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban
45
lancarnya dalam waktu singkat, kemampuan likuiditas perusahaan
yang rendah dapat mengganggu siklus operasional perusahaan.
2. Rasio Leverage
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiaban perusahaan serta kewajiban hutang jangka
panjang.
a. Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang Atas Aktiva)
Merupakan rasio yang mengukur berapa besar aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan.
Rumus = Total Hutang
Total Aktiva× 100%
Hasil perhitungan debt to asset ratio dari laporan keuangan PT.
Garuda Indonesia Tbk periode tahun 2015-2019 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tahun 2015 = 𝑅𝑃. 32.546.375.214.795
𝑅𝑃. 45.661.601.551.870
= 0,712773405 = 71,28%
Tahun 2016 = RP. 36.455.338.565.415
RP. 49.952.614.897.350
= 0,72979884028 = 72,98%
Tahun 2017 = RP. 38.063.834.368.710
RP. 50.691.544.492.710
= 0,750891194 = 75,09%
Tahun 2018 = 𝑅𝑃. 49.430.883.266.860
RP. 59.930.322.394.000
= 0,824805896 = 82,48%
Tahun 2019 = RP. 51.637.106.107.475
RP. 61.599.717.575.550
= 0,838268553 = 83,83%
Rata-rata debt to asset ratio dari tahun 2015 sampai 2019 sebagai
berikut:
46
Debt to asset ratio =71,28 % + 72,98% + 75,09% + 82,48%+83,83%
5
= 77,13%
Tabel 4.3 Debt To Asset Ratio PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun 2015-2019 (dihitung dalam miliaran rupiah)
Tahun Total Hutang
(a)
Total Aktiva
(b)
Debt to Asset Ratio
C = (a)/(b)
2015 RP. 32.546.375.214.795 RP. 45.661.601.551.870 71,28%
2016 RP. 36.455.338.565.415 RP. 49.952.614.897.350 72,98%
2017 RP. 38.063.834.368.710 RP. 50.691.544.492.710 75,09%
2018 RP. 49.430.883.266.860 RP. 59.930.322.394.000 82,72%
2019 RP. 51.637.106.107.475 RP. 61.599.717.575.550 83,83%
Rata-rata 77,13% Sumber : Data diolah Penulis Berdasarkan laporan keuangan PT. Garuda ndonesia Tbk
Periode Tahun 2015 - 2019
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa tahun 2015 debt to
asset ratio sebesar 71,28% disebabkan jumlah total hutang rendah
dibanding dengan total aktiva artinya perusahaan tidak berada
kondisi yang baik karena jumlah hutang yang dimiliki meningkat
sehingga total aktiva perusahaan kurang mampu membiayai utang.
Tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 72,98% disebabkan
total hutang meningkat diikuti dengan kenaikan total aktiva artinya
perusahaan tidak dalam kondisi yang baik karena jumlah hutang
yang dimiliki meningkat sehingga total aktiva perusahaan kurang
mampu membiayai hutang.
di tahun 2017 kembali meningkat menjadi 75,09% disebabkan
total hutang meningkat diikuti dengan kenaikan total aktiva artinya
perusahaan tidak dalam kondisi yang baik karena jumlah hutang
yang dimiliki meningkat sehingga total aktiva perusahaan kurang
mampu membiayai hutang.
47
Tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 84,60% disebabkan
total hutang meningkat diikuti dengan kenaikan total aktiva artinya
perusahaan tidak dalam kondisi yang baik karena jumlah hutang
yang dimiliki meningkat sehingga total aktiva perusahaan kurang
mampu membiayai hutang. Sedangkan tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 87,19% disebabkan total hutang meningkat
diikuti dengan kenaikan total aktiva artinya perusahaan tidak dalam
kondisi yang baik karena jumlah hutang yang dimiliki meningkat
sehingga total aktiva perusahaan kurang mampu membiayai utang.
PT. Garuda Indonesia Tbk selama lima tahun 2015-2019 berada
dalam kondisi kurang baik karena dibawah rata-rata standar industri.
Tingginya Debt to asset ratio penting bagi perusahaan untuk
melakukan efisiensi serta aset likuid untuk mengangsur hutang yang
dimilikinya agar berada dalam kondisi yang baik.
b. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Atas Modal)
Merupakan rasio menggambarkan seberapa besar pemilik dapat
menutupi utang kepada kreditor.
Rumus = Total Hutang
Modal ×100%
Hasil perhitungan debt to equity ratio dari laporan keuangan PT.
Garuda Indonesia Tbk periode tahun 2015-2019 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tahun 2015 = 𝑅𝑃. 32.546.375.214.795
𝑅𝑃.13.115.226.337.075× 100%
= 2,481571753 = 248,16%
Tahun 2016 = 𝑅𝑃. 36.455.338.565.415
𝑅𝑃.13.497.276.331.935× 100%
48
= 2,700940373= 270,09%
Tahun 2017 = 𝑅𝑃. 38.063.834.368.710
𝑅𝑃. 12.627.710.124.000× 100%
= 3,014310116 = 301,43%
Tahun 2018 = RP. 49.430.883.266.860
RP. 10.499.439.127.140× 100%
= 4,707954651 = 470,80%
Tahun 2019 = 𝑅𝑃. 51.637.106.107.475
𝑅𝑃.9.962.611.468.075× 100%
= 5,1828017366 = 518,31%
Rata –rata debt to equity ratio dari tahun 2015 sampai 2019 sebagai
berikut:
Debt to equity ratio = 248,16% + 270,09% + 301,43% + 481,50% + 518,31%
5
= 361,76%
Tabel 4.4 Debt to Equity Ratio PT. Garuda Indonesia Tbk 2015-2019 (dihitung dalam Triliun Rupiah)
Tahun Total Hutang (a)
Equity (b)
DER c = (a)/(b)
2015 RP. 32.546.375.214.795 RP. 13.115.226.337.075 248,16%
2016 RP. 36.455.338.565.415 RP. 13.497.276.331.935 270,09%
2017 RP. 38.063.834.368.710 RP. 12.627.710.124.000 301,43%
2018 RP. 49.430.883.266.860 RP 10.499.439.127.140 470,80%
2019 RP. 51.637.106.107.475 RP. 9.962.611.468.075 518,31%
Rata-rata 361,76% Sumber : Data diolah Penulis berdasarkan laporan keuangan PT. Garuda ndonesia Tbk
Periode Tahun 2015 - 2019
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2015
debt to equity ratio sebesar 248,16% dikarenakan total hutang lebih
besar dibanding dengan jumlah ekuitas perusahaan yang
mengakibatkan semakin tinggi kewajiban perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya.
Tahun 2016 meningkat sebesar 270,09% disebabkan total meningkat
hutang lebih besar dibanding dengan jumlah ekuitas perusahaan
49
yang mengakibatkan semakin tinggi kewajiban perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya.
Tahun 2017 kembali meningkat sebesar 301,43% disebabkan
total meningkat hutang lebih besar dibanding dengan jumlah ekuitas
perusahaan yang mengalami penurunan mengakibatkan semakin
tinggi kewajiban perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka
pendek maupun jangka panjangnya. Di tahun 2018 meningkat
menjadi 470,80% disebabkan total meningkat hutang lebih besar
dibanding dengan jumlah ekuitas yang mengalami penurunan
mengakibatkan semakin tinggi kewajiban perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya.
Tahun 2019 kembali meningkat sebesar 518,31%. disebabkan
total meningkat hutang lebih besar dibanding dengan ekuitas yang
mengalami penurunan yang mengakibatkan semakin tinggi kewajiban
perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek maupun
jangka panjangnya. Debt to equity ratio selama lima tahun (2015-
2019) mengalami tren peningkatan yang cukup tinggi, kondisi ini
menunjukkan kinerja yang “kurang baik”, karena semakin tinggi debt
to equity ratio perusahaan menunjukkan komposisi jumlah hutang
lebih besar dibandingkan jumlah seluruh modal yang dimiliki,
sehingga mengakibatkan beban perusahaan pihak luar besar.
Apabila perusahaan tidak dapat mengelola hutangnya dengan
optimal maka akan berdampak buruk bagi kondisi kesehatan
perusahaan.
50
3. Rasio Aktivitas
Merupakan rasio yang mengukur efektivitas dan efisiensi perusahaan
dalam mengelola aktiva yang dimiliki.
a. Total Asset Turnover (Perputaran Total Aktiva)
Rasio ini mengukur perputaran dari semua aset yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
Rumus = Penjualan
Total Aktiva
Tahun 2015 = 𝑅𝑃.52.627.783.532.275
𝑅𝑃.45.661.601.551.870
= 1,1525610523 = 1,15 kali
Tahun 2016 = 𝑅𝑃. 51.641.311.716.225
𝑅𝑃.49.952.614.897.350
= 1,0338059744 = 1,03 kali
Tahun 2017 = 𝑅𝑃. 56.268.578.270.070
𝑅𝑃. 50.691.544.492.710
= 1,110019015 = 1,11 kali
Tahun 2018 = RP. 62.886.286.266.600
RP.59.930.322.394.000
= 1,049323343 = 1,05 Kali
Tahun 2019 = 𝑅𝑃. 63.216.721.497.475
𝑅𝑃. 61.599.717.575.550
= 1,026250184 = 1,03 Kali
Rata-rata total asset turnover dari tahun 2015 sampai 2019 sebagai
berikut:
Total asset turnover = 1,15 𝑘𝑎𝑙𝑖+1,03 𝑘𝑎𝑙𝑖+1,11 𝑘𝑎𝑙𝑖+1,05 𝑘𝑎𝑙𝑖+1,03 𝑘𝑎𝑙𝑖
5
= 1,07 kali
51
Tabel 4.3 Perhitungan Total Asset Turnover PT. Garuda Indonesia Tbk
(dihitung dalam Triliun Rupiah)
Tahun Penjualan (a)
Total Aktiva (b)
TATO C =(a)/(b)
2015 RP. 52.627.783.532.275 RP. 45.661.601.551.870 1,15 kali
2016 RP. 51.641.311.716.225 RP. 49.952.614.897.350 1,03 kali
2017 RP. 56.268.578.270.070 RP. 50.691.544.492.710 1,11 kali
2018 RP. 62.886.286.266.600 RP. 59.930.322.394.000 1,05 kali
2019 RP. 63.216.721.497.475 RP. 61.599.717.575.550 1,03 kali
Rata-rata 1.07 kali Sumber : Data diolah Penulis Berdasarkan laporan keuangan PT. Garuda ndonesia Tbk
Periode Tahun 2015 - 2019
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dapat dijelaskan bahwa total asset
turnover pada tahun 2015 sebesar 1,15 kali artinya dana yang
tertanam pada keseluruhan aktiva, rata-rata dalam satu tahun
berputar 1,15 kali. Pada tahun 2016 total asset turnover mengalami
penurunan sebesar 1,03 kali hal ini disebabkan meningkatnya jumlah
penjualan tidak sebanding dengan peningkatan total aktiva. Tahun
2017 meningkat menjadi 1,11 kali, artinya dana yang tertanam pada
keseluruhan aktiva perusahaan rata-rata dalam satu tahun berputar
1,11 kali.
Pada tahun 2018 kembali menurun sebesar 1,05 kali disebabkan
penjualan meningkat namun tidak sebanding dengan jumlah total
aktiva meningkat, artinya dana yang tertanam pada keseluruhan
aktiva rata-rata dalam satu tahun berputar 1,05 kali. dan tahun 2019
kembali menurun hinga 1,03 kali disebabkan penjualan dan total
aktiva meningkat, artinya dana yang tertanam pada keseluruhan
aktiva rata-rata dalam satu tahun berputar 1,03 kali. Total asset
turnover PT. Garuda Indonesia Tbk cenderung mengalami kenaikan
dan penurunan selama lima tahun (2015-2019) kondisi ini “kurang
52
baik” meski sudah hampir mencukupi standar industri. Dimana jika
nilai rasio ini semakin tinggi maka semakin baik bagi kinerja
perusahan karena mengimplikasikan perusahaan menghasilkan lebih
banyak jika dibandingkan aset yang dimiliki.
b. Inventory Turnover
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam
siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat.
Rumus = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
Hasil perhitungan Inventory Turnover dari laporan keuangan PT.
Garuda Indonesia Tbk periode tahun 2015-2019 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tahun 2015 = 𝑅𝑃. 52.627.783.532.275
𝑅𝑃. 1.264.052.831.645
= 41.6341645 =41,63 kali
Tahun 2016 = 𝑅𝑃. 51.641.311.716.225
𝑅𝑃.1.456.176.317.805
= 35,46363932 =35.46 kali
Tahun 2017 = 𝑅𝑃. 56.268.578.270.070
𝑅𝑃. 1.766.667.507.990
= 31,85012348 =31.85 kali
Tahun 2018 = RP. 62.271.742.457.180
𝑅𝑃. 2.537.452.077.020
= 24.54105164 = 24.54 kali
Tahun 2019 = 𝑅𝑃. 63.216.721.497.475
𝑅𝑃.2.319.065.376.075
= 27,25956851 = 27.25 kali
Rata –rata inventory turnover pada tahaun 2015 sampai 2019 adalah
Inventory turnover = 41,63 kali + 35,46 kali + 31,85 kali + 24.54 kali + 27,26 kali
5
= 32,15 kali
53
Tabel 4 4 Perhitungan Inventory Turnover PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun 2015-2019 (dihitung dalam Triliun Rupiah)
Tahun Penjualan (a)
Persediaan (b)
Inventory Turnover (a)/(b)
2015 RP. 52.627.783.532.275 RP. 1.264.052.831.645 41,63 kali
2016 RP. 51.641.311.716.225 RP. 1.456.176.317.805 35,46 kali
2017 RP. 56.268.578.270.070 RP. 1.766.667.507.990 31,85 kali
2018 RP. 62.886.286.266.600 RP. 2.537.452.077.020 24.54 kali
2019 RP. 63.216.721.497.475 RP. 2.319.065.376.075 27,26 kali
Rata-rata 32,15 kali
Sumber : Data diolah Penulis Berdasarkan laporan keuangan PT. Garuda ndonesia Tbk
Periode Tahun 2015 - 2019
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2015
inventory turnover sebesar 41,63 kali artinya dana yang tertanam
dalam persediaan rata-rata 41,63 kali dalam setahun. Di tahun 2016
sebesar 35,46 kali, artinya dana yang tertanam dalam persediaan
rata-rata 35,46 kali dalam setahun. Pada tahun 2017 inventory
turnover turun sebesar 31,85 artinya dana yang tertanam dalam
persediaan sebesar 31,85 kali dalam setahun, pada tahun 2018
kembali turun sebesar 24,54% artinya setiap dana yang tertanam
sebesar 24,54 dalam setahun. Pada tahun 2019 kembali menurun
sebesar 27,26 kali artinya dana yang tertanam dalam persediaan rata
rata 27,26 dalam setahun.
Berdasarkan perhitungan rasio ini, menunjukkan bahwa kondisi
PT. Garuda Indonesia Tbk dalam kondisi “kurang baik” karena
beresiko terjadinya kekurangan persediaan dan proses produksi
berjalan dengan lambat karena tidak stabilnya peningkatan harga
penjualan diikuti peningkatan persediaan.
54
4. Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio yang digunakan dseberapa besar kemampaun
perusahaan memperoleh laba baik dengan aset maupun dengan modal
sendiri.
a. Net Profit Margin
Rasio yang menunjukkan seberapa besar presentase pendapatan
bersih yang didapat dari setiap penjualan atau pendapatan. Semakin
tinggi ini semakin baik bagi operasi dalam perusahaan.
Rumus =Laba Bersih
Penjualan× 100%
Hasil perhitungan Quick Ratio dari laporan keuangan PT Garuda
Indonesia Tbk Periode tahun 2015 – 2019 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tahun 2015 = RP. 1.075.653.550.995
RP. 52.627.783.532.275× 100%
= 0,020438891 = 2,04%
Tahun 2016 = RP. 125.161.327.170
𝑅𝑃. 51.641.311.716.225× 100%
= 0,002436667 = 0,24%
Tahun 2017 = RP. (2.874.358.962.660)
𝑅𝑃. 56.268.578.270.070× 100%
= -0,051082843 =-5,11%
Tahun 2018 = (2.516.906.393.180)
62.886.286.266.600× 100%
= -0,040023136 = -4,04%
Tahun 2019 = RP. 89.278.601.125
𝑅𝑃. 63.216.721.497.475× 100%
= 0,001412262 = 0,14%
Rata–rata net profit margin dari tahun 2015 sampai 2019 adalah
55
Net profit margin = 2,04% + 0,24% +(−5,11%)+(− 4,04%) + 0,14%
5
= -1,34%
Tabel 4.5 Perhitungan Net Profit Margin PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun 2015-2019 (dihitung dalam Triliun Rupiah)
Tahun Laba Bersih (a)
Penjualan (b)
NPM c = (a)/(b)
2015 RP. 1.075.653.550.995 RP. 52.627.783.532.275 2,04%
2016 RP. 125.161.327.170 RP. 51.641.311.716.225 0,24%
2017 RP. (2.874.358.962.660) RP. 56.268.578.270.070 -5,11%
2018 RP. (2.516.906.393.180) RP. 62.886.286.266.600 -4,04%
2019 RP. 89.278.601.125 RP. 63.216.721.497.475 0,14%
Rata-rata -1,34% Sumber : Data diolah Penulis Berdasarkan laporan keuangan PT. Garuda ndonesia Tbk
Periode Tahun 2015 - 2019
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa net profit margin
pada PT. Garuda Indonesia Tbk tahun 2015 sebesar 2,04% kondisi
ini masih kurang baik karena laba bersih perusahaan tidak sebanding
besarnya penjualan perusahaan sehingga perusahaan masih belum
mampu dalam mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. Di tahun
2016 menurun menjadi 0,24% disebabkan penurunan laba
perusahaan tidak sebanding dengan jumlah penjualan meski
mengalami sedikit penurunan, namun penjualan perusahaan tidak
mampu dalam meningkatkan keuntungan perusahaan. Di tahun 2017
menurun secara signifikan menjadi (-5,11%), disebabkan penurunan
laba bersih perusahaan tidak sebanding dengan besarnya kenaikan
pendapatan yang diperoleh perusahaan, artinya perusahaan tidak
mampu dalam meningkatkan keuntungan perusahaan terbukti
dengan mengalami kerugian.
56
Pada tahun 2018 kembali mengalami penurunan sebesar (-4,04%)
disebabkan penurunan laba bersih perusahaan tidak sebanding
dengan besarnya kenaikan penjualan yang diperoleh perusahaan,
artinya perusahaan tidak mampu dalam meningkatkan keuntungan
perusahaan terbukti dengan mengalami kerugian. Dan di tahun 2019
mengalami penurunan sebesar 0,14% kenaikan laba bersih
perusahaan tidak sebanding dengan jumlah kenaikan penjualan yang
diperoleh perusahaan artinya penjualan perusahaan tidak mampu
dalam meningkatkan keuntungan perusahaan. Kondisi net profit
margin PT. Garuda Indonesia Tbk selama lima tahun (2015-2019)
menunjukkan penurunan, dalam kondisi tersebut net profit margin PT.
Garuda Indonesia Tbk menunjukkan dalam kondisi yang “kurang
baik” karena laba yang didapatkan masih kurang mampu untuk
menghasilkan laba bersih yang tinggi.
b. Return On Investment
Merupakan rasio yang menunjukkan berapa persen diperoleh laba
bersih bila diukur dengan modal pemilik. Semakin besar rasio ini
maka semakin bagus.
Rumus = Laba Bersih
Total Aktiva
Tahun 2015 = RP. 1.075.653.550.995
RP. 45.661.601.551.870× 100%
= 0,0235570702 = 2,36%
Tahun 2016 = RP. 125.161.327.170
RP. 49.952.614.897.350× 100%
= 0,002505601 = 0,25%
Tahun 2017 = RP. (2.874.358.962.660)
RP. 50.691.544.492.710× 100%
= -0,0567029273 = -5,67%
57
Tahun 2018 = RP. (2.516.906.393.180)
𝑅𝑃. 59.930.322.394.000× 100%
= -0,041997211= -4,20%
Tahun 2019 = RP. 89.278.601.125
RP. 61.599.717.575.550× 100%
= 0,00144935 = 0,14%
Rata-rata return on investment tahun 2015 sampai 2019 adalah
Return on investment = 2,36% + 0,25%+(−5,67%)+(− 4,20% )+ 0,14%
5
= -1,42%
Tabel 4.6 Perhitungan Return On Investement PT. Garuda Indonesia Periode Tahun 2015-2019 (dihitung dalam Triliun Rupiah)
Tahun Laba Bersih
(a)
Total Aktiva
(b)
ROI
C = (a)/(b)
2015 RP. 1.075.653.550.995 RP. 45.661.601.551.870 2,36%
2016 RP. 125.161.327.170 RP. 49.952.614.897.350 0,25%
2017 RP. (2.874.358.962.660) RP. 50.691.544.492.710 -5,67%
2018 RP. (2.516.906.393.180) RP. 59.930.322.394.000 -4,20%
2019 RP. 89.278.601.125 RP. 61.599.717.575.550 0,14%
Rata-rata -1,42%
Sumber : Data diolah Penulis Berdasarkan laporan keuangan PT. Garuda ndonesia Tbk
Periode Tahun 2015 - 2019
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa ROI PT. Garuda
Indonesia Tbk pada tahun 2015 yaitu sebesar 2,36% kondisi ini
masih kurang baik karena jumlah laba bersih perusahaan tidak
sebanding dengan besarnya kenaikan total aktiva perusahaan,
artinya total aset perusahaan kurang mampu dalam meningkatkan
keuntungan perusahaan. Tahun 2016 menurun sebesar 0,25%
disebabkan penurunan laba bersih perusahaan tidak sebanding
dengan besarnya kenaikan total aktiva perusahaan,artinya total aset
perusahaan tidak mampu dalam meningkatkan keuntungan
perusahaan. ROI kembali mengalami penurunan pada tahun 2017
58
sebesar -5,67% disebabkan karena perusahaan mengalami kerugian
sehingga penurunan laba bersih perusahaan tidak sebanding dengan
besarnya kenaikan total aktiva perusahaan, artinya total aset
perusahaan tidak mampu dalam meningkatkan keuntungan
perusahaan.`
Pada tahun 2018 ROI PT.Garuda Indonesia kembali mengalami
penurunan sebesar -4,20% disebabkan karena perusahaan
mengalami kerugian sehingga penurunan laba bersih perusahaan
tidak sebanding dengan besarnya kenaikan total aktiva perusahaan,
artinya total aset perusahaan tidak mampu dalam meningkatkan
keuntungan perusahaan.` Kemudian di tahun 2019 kembali
mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 0,14%
disebabkan penurunan laba bersih perusahaan tidak sebanding
dengan besarnya kenaikan total aktiva perusahaan,artinya total aset
perusahaan tidak mampu dalam meningkatkan keuntungan
perusahaan. Pada kondisi ini return on investment PT. Garuda
Indonesia Tbk dalam lima tahun 2015-2019 berada dalam kondisi
yang “kurang baik” hal ini menunjukkan bahwa PT. Garuda
Indonesia Tbk belum mampu menghasilkan laba dengan cukup baik
melalui investasi yang dilakukan terhadap aset.
59
c. Return On Equity
Rumus = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Hasil perhitungan Quick Ratio dari laporan keuangan PT Garuda
Indonesia Tbk Periode tahun 2015 – 2019 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tahun 2015 = RP. 1.075.653.550.995
RP. 13.115.226.337.075× 100%
= 0,082015 = 8,20%
Tahun 2016 = RP. 125.161.327.170
Rp. 13.497.276.331.935× 100%
= 0,00927308 = 0,93%
Tahun 2017 = RP. (2.874.358.962.660)
RP. 12.627.710.124.000× 100%
= -0,2276223135 = -22,76%
Tahun 2018 = RP. (2.516.906.393.180)
RP. 10.499.439.127.140× 100%
= -0,0239718176 = -23,97%
Tahun 2019 = RP. 89.278.601.125
RP. 9.962.611.468.075×100%
= 0,008961365 = 0,90%
Rata-rata return on equity dari tahun 2015 sampai 2019 adalah
Return on equity = 8,20%+0,93%+(−22,76%)+(−23,97%)+0,90%
5
= -7,34%
Tabel 4.7 Perhitungan Return On Equity PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun 2015-2019 (dihitung dalam Miliaran Rupiah)
Tahun Laba Bersih (a)
Equity (b)
ROE C = (a)/(b)
2015 RP. 1.075.653.550.995 RP. 13.115.226.337.075 8,20%
2016 RP. 125.161.327.170 RP. 13.497.276.331.935 0,93%
2017 RP. (2.874.358.962.660) RP. 12.627.710.124.000 - 22,76%
2018 RP. (2.516.906.393.180) RP. 10.499.439.127.140 -23,97%
2019 RP. 89.278.601.125 RP. 9.962.611.468.075 0,90%
Rata-rata -7,34% Sumber : Data diolah Penulis Berdasarkan laporan keuangan PT. Garuda ndonesia Tbk
Periode Tahun 2015 - 2019
60
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa ROE PT. Garuda
Indonesia Tbk pada tahun 2015 sebesar 8,20% masih dalam kondisi
kurang baik masih dibawah standar industri yaitu sebesar 20%. Di
tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 0,93% disebabkan karena
penurunan laba bersih perusahaan tidak sebanding dengan besarnya
peningkatan jumlah ekuitas perusahaan artinya ekuitas perusahaan
tidak mampu dalam meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.
Tahun 2017 ROE kembali menurun menjadi -22,76% disebabkan
perusahaan mengalami kerugian serta diikuti penurunanan atas
ekuitas perusahaan, ekuitas perusahaan tidak mampu dalam
meningkatkan keuntungan bagi perusahaan terbukti dengan
perusahaan mengalami kerugian.
Pada tahun 2018 sedikit mengalami sedikit peningkatan dibanding
tahun 2018 yaitu sebesar -23,97% namun laba bersih perusahaan
mengalami kerugian serta penurunan ekuitas perusahaan, artinya
ekuitas perusahaan tidak mampu dalam meningkatkan keuntungan
bagi perusahaan terbukti dengan perusahaan mengalami kerugian.
Pada tahun 2019 kembali menurun secara signifikan sebesar 0,90%
laba bersih perusahaan tidak mengalami kerugian seperti tahun 2018
namun ekuitas perusahaan mengalami penurunan,artinya ekuitas
perusahaan tidak mampu dalam meningkatkan keuntungan bagi
perusahaan. Kondisi return on equity PT Garuda Indonesia Tbk
selama lima tahun (2015-2019) menunjukkan penurunan setiap
tahunnya, dalam kondisi tersebut return on equity PT Garuda
Indonesia Tbk dalam kondisi yang “kurang baik” ini mengindikasikan
61
bahwa perusahaan masih belum mampu mengelola modal secara
efektif dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal ke
perusahaan.
C. Hasil Analisis Kinerja Kuangan dan Pembahasan
Dalam bagian ini akan disajikan hasil dari analisis data berdasarkan
laporan keuangan pada PT. Garuda Indonesia Tbk selama 2015-2019 yang
merupakan perhitungan dari hasil penelitian dari laporan keuangan untuk
kepentingan penelitian. sebagaimana dapat dilihat tabel 4.10
Tabel 4.8 Analisis Kinerja Keuangan
Ketera-
ngan
Tahun
Rata –
rata
Standar
industri
2015 2016 2017 2018 2019
Rasio Likuiditas
CR 84,28% 74,52% 51,34% 36,72% 34,81% 56,33% 100%
QR 76,63% 67,55% 44,52% 30,79% 29,66% 49,83% 150%
Rasio Leverage
DAR 71,28% 72,98% 75,09% 82,48% 83,83% 77,13% 35 %
DER 248,16% 270,09% 301,43% 470,80% 518,31% 361,76% 40%
Rasio Aktivitas
TATO 1,15 kali 1,03 kali 1,11 kali 1,05 kali 1,03 kali 1.07 kali 2 kali
ITR 41,63 kali 35,46 kali 31,85 kali 24,54 kali 27,26 kali 32,15 kali 20 kali
Rasio Profitabilitas
NPM 2,04% 0,24% -5,11% -4,04% 0,14% -1,34% 20%
ROI 2,36% 0,25% -5,67% -4,20% 0,14% -1,42% 15%
ROE 8,20% 0,93% -22,76% -27,36% 0,90% -7,34% 20%
Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 4.10 dapat dijelaskan secara
berturut-turut sebagai berikut:
62
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan
perusahaan dalam menyanggupi tagihan kewajiban lancarnya, Dilihat dari
hasil analisis data pada tabel 4.10 rata-rata current ratio PT. Garuda
Indonesia Tbk selama lima tahun (2015-2019) hanya mencapai 56,33%
sedangkan standar industri sebesar 100% ini menunjukkan bahwa
perusahaan “kurang baik” karena hasil current ratio PT. Garuda Indonesia Tbk
dari tahun 2015 sampai 2019 berada pada posisi nilai rendah yakni dibawah
1,0 % sedangkan standar perusahaan yang mempunyai kemampuan baik
dalam melunasi hutang lancarnya harus berada diatas 1,0%. dalam kondisi ini
kemungkinan perusahaan kurang mempergunakan aktiva lancar serta hutang
lancarnya secara efisien sehingga perusahaan dalam melunasi utang
lancarnya masih sangat kurang maksimal.
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Berdasarkan tabel 4.10 memiliki rata-rata rasio quick ratio PT. Garuda
Indonesia Tbk selama lima tahun terakhir (2015-2019) hanya sebesar
48,83% sementara standar industri untuk quick ratio adalah sebesar 150%. Ini
berarti bahwa besarnya kas dan setara kas hanya mampu menjamin
kewajiban lancar sebesar 48,83% saja, hal tersebut menunjukkan bahwa
quick ratio PT. Garuda Indonesia Tbk dalam keadaan “kurang baik”. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa quick ratio PT Garuda Indonesia Tbk
mengalami penurunan yang signifikan selama lima tahun terakhir (2015-2019)
hal ini disebabkan rendahnya aktiva lancar selain persediaan perusahaan
terhadap kemampuan perusahaan untuk mengembalikan utang lancar, dilihat
63
dari laporan keuangan perusahaan aktiva lancar lebih kecil jika dibandingkan
dengan hutang lancar perusahaan, sehingga tidak mampu menutupi utang
lancar apabila dikurangi dengan persediaan.
2.Rasio Leverage
a. Debt to asset ratio
Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan dalam mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Standar industri untuk
rasio debt to asset ratio adalah sebesar 35%, Sedangkan rata-rata debt to
asset ratio PT. Garuda Indonesia Tbk adalah sebesar 77,13% dalam lima
tahun terakhir (2015-2019) hal tersebut menunjukkan kondisi yang “kurang
baik” Semakin tinggi rasio ini, maka pendanaan utang semakin banyak
sehingga semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utangnya
dengan aktiva yang dimiliki. Sehingga untuk meningkatkan tingkat rasio debt
to asset ratio maka sebaiknya perusahaan dapat lebih meningkatkan total
aktiva agar dapat menutupi hutang-hutang perusahaan.
b. Debt to equity ratio
Semakin tinggi rasio debt to equity ratio akan menunjukkan kinerja yang
buruk bagi perusahaan, maka perusahaan harus berusaha agar debt to equity
ratio bernilai rendah. Sedangkan PT. Garuda Indonesia Tbk memiliki rata rata
selama lima tahun (2015-2019) sebesar 361,76% sedangkan standar industri
debt to equity ratio adalah sebesar 40%. Oleh karena itu, debt to equity ratio
PT. Garuda Indonesia Tbk dalam kondisi yang “kurang baik” karena semakin
tinggi rasio hutang atas modal maka semakin tinggi pula resiko kerugian yang
harus ditanggung oleh PT. Garuda Indonesia Tbk. Maka untuk menurunkan
64
resiko perusahaan yang lebih besar sebaiknya perusahaan lebih
meningkatkan modal sendiri yang dimiliki agar perusahaan dapat menjamin
hutang perusahaan dan mendapatkan kepercayaan terhadap kreditur.
3.Rasio Aktivitas
a. Total Asset Turnover
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran
semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh. Pada tahun 2015 sampai 2019 total asset turnover
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 1.07 kali, sedangkan standar industri total
asset turnover adalah sebesar 2 kali. Meski menghampiri standar industri
namun total asset turnover PT. Garuda Indonesia Tbk masih berada dibawah
standar industri atau “kurang baik”. Hal ini dapat dilihat adanya penurunan
tidak diimbangi dengan biaya usaha yang dikeluarkan walaupun total aktiva
mengalami peningkatan, dalam hal ini perusahaan masih belum mampu
memaksimalkan aktiva yang dimiliki oleh sebab itu perusahaan diharapkan
mampu untuk dapat meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi
sebagian aktiva yang kurang produktif.
b. Inventory Turnover
Inventory turnover PT. Garuda Indonesia Tbk mendapat rata-rata sebesar
32,15 kali sedangkan standar industri adalah sebesar 20 kali ini menandakan
bahwa dalam keadaan “kurang baik” dikarenakan perusahaan menahan
persediaan dalam jumlah yang berlebihan (tidak produktif) perputaran
persediaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan bekerja
semakin efisien sebaliknya jika perusahaan rendah maka perusahaan tidak
bekerja secara efisien sehingga banyak barang persediaan yang menumpuk,
65
hal ini mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah.
Dalam hal ini pihak manajemen perusahaan harus bekerja untuk
meminimalkan rasio perputaran modal kerjanya hingga minimal mencapai
rata-rata industri.
4. Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin
Berdasarkan tabel 4.10 rata-rata net profit margin PT. Garuda Indonesia
Tbk sebesar (-1,34%) sedangkan standar industri untuk net profit margin
adalah 20% artinya PT. Garuda Indonesia Tbk berada dalam kondisi yang
“kurang baik”. hal ini dikarenakan pendapatan perusahaan meningkat namun
perusahaan kurang mampu mengelola, hal tersebut akan berdampak atas
penurunan laba bersih perusahaan. Hal ini menunjukkan indikasi yang rendah
sehingga dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen perusahaan kurang
melakukan kontrol terhadap biaya operasional yang kurang efektif, jika
perusahaan menurunkan beban-beban yang berkaitan dengan penjualan
maka perusahaan tentunya akan mempunyai lebih banyak dana untuk
kegiatan-kegiatan usaha lainnya.
b. Return On Investment (ROI)
Return on investment PT. Garuda Indonesia Tbk dari tahun 2015 sampai
2019 memiliki rata rata sebesar (-1,42%) sedangkan standar industri return on
investment adalah 15%. Hal ini menunjukkan bahwa ROI PT. Garuda
Indonesia dalam kondisi “kurang baik”. penurunan ini disebabkan peningkatan
perolehan jumlah laba bersih setiap tahunnya lebih kecil dibandingkan
perolehan jumlah aset yang diterima setiap tahunnya, kecilnya jumlah laba
bersih yang diterima perusahaan diakibatkan besarnya jumlah biaya yang
66
harus dikeluarkan perusahaan, hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan
belum mampu menghasilkan laba secara maksimal dari dana yang telah
diberikan oleh pemegang saham.
c. Return On Equity (ROE)
Return on equity PT. Garuda Indonesia Tbk dari tahun 2015 sampai
2019 memiliki rata-rata yaitu sebesar (-7,34%) sedangkan standar industri
return on equity adalah 20% Hal ini menunjukkan bahwa ROE PT. Garuda
Indonesia Tbk belum mampu menghasilkan laba secara maksimal dari dana
yang telah diberikan pemegang saham, yang berarti kinerja keuangan PT.
Garuda Indonesia Tbk berada dalam kategori ”Kurang baik” karena cenderung
terus menurun dari tahun ke tahun dari tahun 2015 sampai 2019, penurunan
return on equity disebabkan karena kecilnya laba bersih yang diperoleh
perusahaan setiap tahunnya diakibatkan oleh besarnya jumlah biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan PT.
Garuda Indonesia Tbk masih belum mampu mengelola modal secara efektif
dari investasi yang telah dilakukan oleh pemilik saham. Maka sebaiknya
perusahaan lebih meningkatkan modal sendiri, dan lebih memperhatikan
hutang-hutang perusahaan agar laba yang dihasilkan bisa maksimal.
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Trend kinerja keuangan perusahaan PT. Garuda Indonesia Tbk ditinjau dari
rasio likuiditas selama periode tahun 2015 sampai 2019 dalam keadaan
kurang baik apabila dibandingkan dengan standar industri, dikarenakan
rendahnya jumlah aktiva perusahaan dan besarnya hutang yang harus segera
dibayar bahkan hutang perusahaan lebih besar melebihi jumlah aktiva
perusahaan. Hal ini menunjukkan perusahaan belum aman dalam mengelola
hutang jangka pendeknya.
2. Trend kinerja keuangan perusahaan PT. Garuda Indonesia Tbk ditinjau dari
rasio leverage selama periode tahun 2015 sampai 2019 dalam keadaan
kurang baik, karena perusahaan masih belum mampu mengelola struktur
modal dalam menghasilkan laba serta memenuhi kewajiban jangka
panjangnya dalam membiayai operasional perusahaan.
3. Trend kinerja keuangan perusahaan PT. Garuda Indonesia Tbk ditinjau dari
rasio Aktivitas selama periode tahun 2015 sampai 2019 dalam keadaan
kurang baik karena masih jauh dari rata industri perusahaan masih belum
mampu mengelola dengan baik persediaan serta penjualannya.
4. Trend kinerja keuangan perusahaan PT. Garuda Indonesia Tbk ditinjau dari
rasio profitabilitas selama periode tahun 2015 sampai 2019 dalam keadaan
kurang baik karena masih jauh dari standar industri, karena kerugian yang
68
terjadi pada perusahaan sehingga kurang mampu dalam mengelola dengan
baik pendapatan, total aktiva dan ekuitas perusahaan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat menyarankan sebagai
berikut:
1. Bagi Perusahaan
PT. Garuda Indonesia Tbk diharapkan bisa meningkatkan kualitas kinerja
keuangannya karena mengingat perusahaan ini merupakan maskapai
Multinasional yang dimiliki pemerintah dibidang jasa penerbangan. Sertah
pihak perusahaan diharapkan terus berusaha meningkatkan kualitasnya
dalam sektor logistik, sehingga dapat memperoleh profit atau keuntungan
bagi perusahaan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan dan
referensi untuk penelitian, dan sebagai bahan pertimbangan untuk
memperdalam penelitian selanjutnya dengan menggunakan rasio
keuangan dengan data yang digunakan tidak hanya terbatas pada
perusahaan sejenis tetapi dapat digunakan kelompok perusahaan lainnya
yang ada di Bursa Efek Indonesia seperti sektor manufaktur, sektor
makanan dan minuman dan sub sektor lainnya, sehingga hasil penelitian
dapat mencerminkan informasi yang utuh secara keseluruhan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Anual Report, PT. Garuda Indonesia Tbk, www.Garuda-Indonesia.com
Damayanti, Reina, DKK, 2019. Analisis Kinerka Keuangan Pada PT. Garuda Indonesia TBK, jurnal Media Wahana Ekonomika, Voll 15 No. 4; Diakses Pada 23 Juni 2020
Dewi Mutia, 2017. Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pt. Smarfren Telecom TBK, Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI), Voll 1 No. 1; Diakses pada 23 Juni 2020
Fadah, Isti, 2013. Manajemen Keuangan Suatu Konsep Dasar; Jember
Garuda Indonesia. 2019. Tentang Garuda Indonesia. Diakses dari www.garuda-indonesia.com pada tanggal 31 september 2020.
Garuda Indonesia. 2019. Visi, dan Misi. Diakses dari www.garuda-indonesia.com
pada tanggal 31 september 2020.
Harahap, 2012. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Ke Dua. Bandung: PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta
Harmono, 2014. Manajemen Keuangan : Berbasis Balanced Scorecard, Bumi Aksara; Jakarta
Jumingan, 2011. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta; Bumi Aksara
Jumingan, 2014. Analisa Laporan Keuangan, Salemba empat; Jakarta
Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Kasmir, 2015. Analisis Laporan Keuangan, PT Rajagrafindo Persada: Jakarta
Edisis ke depalapan
Kinere Gregorius, Dkk, 2017. Analisis Resiko Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) TBK (Periode 2010-2014), Jurnal Akuntansi dan bisnis,Voll 02 No. 1;Diakses pada 23 Juni 2020
Mudawamah Siti, Dkk, 2018. Analisi Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada Bank Usaha Milik Negara Yang Terdaftar dibursa Efek Indonesia), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB); Voll 54 No. 1
Munawir,s, 2010. Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada; Jakarta
Prastowo, Dwi dan Julianty, Rifka. 2005. Analisis Laporan Keuangan, edisi ke dua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
70
Pricilia Ramanng Diana Grace, Dkk, 2019. Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan pada pt. Indonesia prima property tbk jakarta pusat, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB); Voll 9 No. 3
Pulloh Joy, DKK, 2016. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada PT. HM. SAMPOERNA TBK yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia),Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Voll 33 No. 1; Diakses pada 25 Juni 2020
Rizal, Muhammad, 2017. Analisis Kinerja Keuangan PT. Garuda Indonesia,
jurnal serambi ekonomi dan bisnis, Voll 04 No. 0; Diakses pada 23 Juni 2020
Sandu Siyoto, S. M, 2015. Dasar Metodologi Penelitian; Literasi Media Publishing.
Sri Lestari, Nugraha Veronika, 2006. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Indofood Sukses Makmur TBK Dibursa Efek Surabaya (BES) Periode (1998-2002), Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Dr. Soetomo, Voll 7 No. 2; Diakses pada 23 Juni 2020
Sudana, I. M. (t.thn.). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori Dan Praktik:
Erlangga, Edisi 2. Ciracas, Jakarta
Sugianto, Yanty Vivi, 2016. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Go Public Pada PT. Garuda Indonesia TBK tahun 2007-2014, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Voll 52 No. 2; Dikses pada 25 Juni 2020
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta; Bandung
Susarweni, Wiratna, 2014. Metode Penelitian, Pustaka Baru Press; Yogyakarta
William, Marianno, 2017. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Kasus di PT.Telkomunikasi Indonesia TBK, Skripsi Program Studi Akuntansi
www.idx.co.id diakses 31 September 2020
71
LAMPIRAN
72
Nomor : 516/GI-U/IX/2020
Hal : Jawaban Permohonan Penelitian
Kepada Yth.,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
Di
Makassar, 30 September 2020 M
12 Safar 1442 H
Tempat
Assalamualaikum,Wr Wb
Sehubungan dengan surat dari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor : 21255/05/C.4-II/VIII/41/2020 Maka
bersama ini disampaikan, hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Galeri Investasi BEI-Unismuh Makassar bersedia untuk memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian:
Nama : Fakhirah Umar
Stambuk :105721121116
Program Studi : Manajemen
Judul Penelitian :“Analisis Rasio Keuangan Guna Menilai
Kinerja Keuangan Perusahaan PT. Garuda Indonesia Tbk Periode
Tahun 2015-2019”
2. Peneliti diwajibkan membuka Rekening Dana Nasabah (RDN) dan
Administrasi di Galeri Investasi BEI-Unismuh Makassar.
Demikian jawaban kami, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Fastabiqul khaerat,
GALERI INVESTASI BEI-UNISMUH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar Telp. (0411) 866972, Faxmile (0411) 865588
73
Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun 2015
74
75
76
Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun 2016
77
78
79
Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk tahun 2017
80
81
82
Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun 2018
83
84
85
Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun 2019
86
87
88
89
90
91
RIWAYAT HIDUP
Fakhirah Umar, Dilahirkan di Kabupaten Maros tepatnya di
Dusun Matajang Desa Timpuseng Kecamatan Camba pada
tanggal 06 November 1998. Anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Umar Lenggo dan Nurasia. peneliti
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN INP.118
Matajang di Kecamatan Camba Kabupaten Maros pada tahun 2010. Pada tahun
itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Camba Kecamatan
Camba dan tamat pada tahun 2013 kemudian melanjutkan Sekolah di SMA Negri
2 Camba Maros dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun 2016 peneliti
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas
Muhammadiyah Makassar pada program studi Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.