ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id...
![Page 1: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/1.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) LEARNING DISABILITIES
DI KELAS INKLUSI
(Penelitian Dilaksanakan di Kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan
SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Ayu Veranita
S851102007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
![Page 2: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/2.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Dengan menyebut nama Allah
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
”Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang
dapat mengalahkan kamu ...”
(Q.S Ali Imran: 160)
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(Q.S. Al Insyirah: 6-8)
![Page 3: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/3.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, Dia yang memiliki seluruh jiwa, dan karena rahmat dan karuniaNyalah karya sederhana ini dapat
terselesaikan.
Karya ini penulis persembahkan untuk: Kedua orang tua yang tercinta,
Adek-adek tersayang, serta Seorang terkasih.
![Page 4: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/4.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kasihNya
yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul:
”Analisis Proses Pembelajaran Matematikan Pada Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) Learning Disabilities di Kelas Inklusi (Penelitian
Dilaksanakan di Kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta)”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat
magister Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak
melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S sebagai Direktur Pascasarjana yang telah
memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian sekaligus
memberikan izin melakukan penelitian di lapangan.
2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan waktunya untuk
bimbingan dan pengarahan kepada peneliti dalam penyusunan tesis ini.
3. Drs. Suyono, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan waktunya untuk bimbingan dan pengarahan kepada peneliti
dalam menyusun tesis ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak
memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah peneliti dalam
menyelesaikan tesis ini.
5. Sunaryo Putro, S.Ag., selaku Kepala Sekolah SD Al Firdaus Surakarta yang
telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SD Al Firdaus
Surakarta.
![Page 5: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/5.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Suyato, S.Pd.,M.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta.
7. Joko Sudaryono, S.Si., selaku guru mata pelajaran matematika di SD Al
Firdaus Surakarta yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian di SD Al Firdaus Surakarta.
8. M.S. Retno Mulyaningrum, S.Pd., selaku guru kelas di SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian di SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta.
9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan dan perkembangan pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 03 Agustus 2012
Penulis
![Page 6: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/6.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN ................................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
ABSTRAK ......................................................................................................... xiv
ABSTRACK ...................................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ................................................................................. 9
1. Proses Pembelajaran .............................................................. 9
![Page 7: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/7.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
a. Pengertian Proses .............................................................. 9
b. Pengertian Belajar ............................................................ 9
c. Pengertian Pembelajaran .................................................. 10
d. Pengertian Proses Pembelajaran ....................................... 11
2. Matematika ............................................................................ 11
3. Proses Pembelajaran Matematika ......................................... 12
a. Pengertian Proses Pembelajaran Matematika ................... 12
b. Proses Pembelajaran Matematika ..................................... 13
4. Aktivitas Belajar Siswa .......................................................... 16
5. Anak Berkebutuhan Khusus Learning Disabilities dalam
Matematika ............................................................................. 18
a. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ................................ 18
b. Learning Disabilities ........................................................ 18
c. Learning Disabilities Dalam Matematika
(Dyscalculia Learning) ................................................... 21
6. Pendidikan Inklusi ................................................................. 27
a. Konsep Pendidikan Inklusi .............................................. 27
b. Peranan Guru dan Siswa Dalam Pendidikan Inklusi ....... 30
c. Model Kelas Inklusi ......................................................... 32
d. Tujuan Pendidikan Inklusi ............................................... 33
e. Kurikulum Pendidikan Inklusi ......................................... 35
B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 40
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 42
![Page 8: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/8.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 46
1. Tempat Penelitian .................................................................. 46
2. Waktu Penelitian ................................................................... 46
B. Pendekatan Penelitian .................................................................. 46
C. Sumber Data ................................................................................ 47
D. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 48
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 49
F. Teknik Keabsahan Data ............................................................... 51
G. Prosedur Penelitian ...................................................................... 54
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................... 55
B. Temuan Penelitian ....................................................................... 56
C. Pembahasan ................................................................................. 77
BAB IV. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 84
B. Implikasi ...................................................................................... 88
C. Saran ............................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
![Page 9: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/9.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ................................................................. 94
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ................................................................ 97
Lampiran 3. Pedoman Observasi ................................................................. 105
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
SD Al Firdaus ........................................................................... 109
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
SDN Bromantakan .................................................................... 113
Lampiran 6. Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.01 ............................. 117
Lampiran 7. Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.02 ............................. 123
Lampiran 8. Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.03 ............................. 130
Lampiran 9. Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.04 ............................. 135
Lampiran 10.Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.05 ............................. 141
Lampiran 11.Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.06 ............................. 144
Lampiran 12.Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.07 ............................. 150
Lampiran 13.Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.08 ............................. 155
Lampiran 14.Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.09 ............................. 164
Lampiran 15.Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.10 ............................. 168
Lampiran 16.Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.11 ............................. 172
Lampiran 17.Catatan Lapangan Hasil Wawancara No.12 ............................. 178
Lampiran 18.Hasil Observasi 01 .................................................................... 182
Lampiran 19.Hasil Observasi 02 .................................................................... 186
![Page 10: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/10.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Lampiran 20.Hasil Observasi 03 .................................................................... 190
Lampiran 21.Hasil Observasi 04 .................................................................... 194
Lampiran 22.Hasil Observasi 05 .................................................................... 198
Lampiran 23.Hasil Observasi 06 .................................................................... 202
Lampiran 24.Hasil Observasi 07 .................................................................... 206
Lampiran 25.Catatan Lapangan Hasil Pengamatan No.01 ............................ 210
Lampiran 26.Catatan Lapangan Hasil Pengamatan No.02 ............................ 213
Lampiran 27.Catatan Lapangan Hasil Pengamatan No.03 ............................ 216
Lampiran 28.Catatan Lapangan Hasil Pengamatan No.04 ............................ 219
Lampiran 29.Catatan Lapangan Hasil Pengamatan No.05 ............................ 222
Lampiran 30.Catatan Lapangan Hasil Pengamatan No.06 ............................ 225
Lampiran 31.Catatan Lapangan Hasil Pengamatan No.07 ............................ 228
Lampiran 32.Denah SD Al Firdaus ................................................................ 231
Lampiran 33.Denah SDN Bromantakan ........................................................ 235
Lampiran 34.Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................. 236
Lampiran 35.Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian...................... 237
![Page 11: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/11.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Ayu Veranita. S851102007. 2012. Analisis Proses Pembelajaran Matematika
Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Learning Disabilities Di Kelas Inklusi
(Penelitian Dilaksanakan di Kelas V SD Al Firdaus Surakarta Dan SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta). TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc,
II: Drs. Suyono, M.Si. Program Studi Pendidikan Matematika, Program
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Proses pembelajaran
matematika di kelas inklusi, dilihat dari segi; (a) kesiapan guru dan siswa sebelum
proses pembelajaran, (b) perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, dan (c) aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung
yang berhubungan dengan interaksi siswa (normal dan ABK) dan guru, serta
siswa dan siswa. (2) Faktor-faktor kendala yang dialami saat proses pembelajaran
matematika di kelas inklusi dan penyelesaiannya.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa pertimbangan
antara lain: (1) Penelitian ini merupakan upaya untuk mendekripsikan
permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran matematika pada anak
berkebutuhan khusus (ABK) learning disabilities di kelas inklusi SD Al Firdaus
Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta; (2) Penelitian ini lebih
bersifat induktif, artinya peneliti lebih berusaha mendeskripsikan permasalahan
berdasar data yang terbuka bagi penelitian lebih lanjut; (3) Penelitian ini
dilakukan dalam situasi yang wajar dan mengutamakan data yang bersifat
kualitatif.
Hasil penelitian ini, antara lain penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) telah dilaksanakan rutin setiap selesai satu kompetensi dasar
dan tidak ada perbedaan RPP untuk kelas inklusi dengan kelas reguler biasa.
Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas inklusi melalui tiga tahapan
kegiatan, yaitu tahap prainstruksional (pendahuluan/kegiatan awal), tahapan
instruksional (kegiatan inti), dan tahap penilaian. Dalam tahap evaluasi dan tindak
lanjut, guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi yang diajarkan
sesuai dengan kemampuan siswa terutama ABK learning disabilities. Dalam
proses pembelajaran belum semua siswa aktif termasuk ABK learning disabilities
baik dalam bertanya maupun mengemukakan ide-idenya. ABK learning
disabilities di SD Al Firdaus Surakarta lebih sering bertanya dengan teman
sekelasnya (siswa normal), sedangkan ABK learning disabilities di SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta lebih sering bertanya dengan gurunya.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Proses pembelajaran
matematika di kelas inklusi SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan
56 Surakarta sudah berlangsung dengan baik. Guru dan siswa (normal dan ABK)
terutama ABK learning disabilities sudah siap sebelum pembelajaran dimulai, dan
telah sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran yakni perencanaan, pelaksanaan,
serta evaluasi dan tindak lanjut, serta adanya aktivitas siswa saat pembelajaran
![Page 12: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/12.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
berlangsung yang berhubungan dengan interaksi siswa (normal dan ABK) dan
guru, serta siswa dan siswa. (2) Faktor kendala yang dialami adalah waktu dalam
memberikan bimbingan pada ABK learning disabilities dikarenakan belum
optimalnya guru pembimbing khusus (GPK) dalam membantu guru untuk
memberikan bimbingan kepada ABK learning disabilities. Guru menyelesaikan
kendala tersebut dengan memberikan tambahan belajar kepada ABK learning
disabilities.
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, disampaikan saran sebagai
berikut: (1) Guru harus berusaha mengajak semua siswa (normal dan ABK) untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran antara lain dengan selalu memotivasi
siswa terutama ABK learning disabilities sehingga ABK learning disabilities
mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar. (2) Guru hendaknya selalu
menggunakan model pembelajaran yang dapat melibatkan interaksi siswa (normal
dan ABK), seperti model pembelajaran kooperatif. (3) Guru Pembimbing Khusus
(GPK) hendaknya secara optimal dapat memberikan bimbingan/bantuan kepada
ABK learning disabilities sehingga ABK learning disabilities dapat mengikuti
pelajaran di kelas bersama dengan temannya dan pembelajaran juga dapat
terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.
Kata Kunci: proses pembelajaran matematika, anak berkebutuhan khusus
(ABK) learning disabilities, inklusi.
![Page 13: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/13.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
Ayu Veranita. S851102007. 2012. An Analysis On Mathematic Learning
Process In Learning Disabled Child In Inclusive Class (A Study on the V
Graders of SD Al Firdaus Surakarta and SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta). THESIS. First Consultant: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Second
Consultant: Drs. Suyono, M.Si. Mathematics Education Studies Program,
Postgraduate Program of Sebelas Maret University.
This research aims to find out: (1) the mathematic learning process in
inclusive class, viewed from: (a) teacher and student preparedness before learning
process, (b) learning planning, implementation and assessment the teacher
undertakes, and (c) student activeness during learning process related to the
interaction between the students (normal and disabled) and the teacher, as well as
among the students; (2) the inhibiting factors encountered during mathematic
learning process in inclusive class and the solution to them.
The approach used in this study was qualitative one. The qualitative
approach was chosen because of such consideration as: (1) this study was an
attempt of describing the problem related to the mathematic learning process in
learning disabled child in inclusive class of SD Al Firdaus Surakarta and SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta; (2) this study was more inductive in nature,
meaning that the author attempted more to describe problems based on data that
was opened to further studies; and (3) this study was conducted in fair situation
and emphasized on the qualitative data.
The result of research showed that the Learning Implementation Plan
(RPP) development had been conducted routinely after each basic competence
was completed and there was no difference between RPP for inclusive class and
that for regular class. The mathematic learning implementation in inclusive class
passed through three activities: pre-instructional (introduction/prior activity),
instructional (core activity), and assessment (evaluation) stages. In evaluation and
follow-up stage, the teacher gave assignment related to the material taught
according to the students’ capability, particularly for the learning disabled child.
In the learning process, not all students had been active, including the disabled
ones, both in asking question and in expressing ideas. The disabled students in SD
Al Firdaus Surakarta asked question more frequently to their normal counterparts,
while the disabled students in SD Negeri Bromantakan asked question more
frequently to their teachers.
From the result of research, it could be concluded that: (1) the mathematic
learning process in inclusive class of SD Al Firdaus Surakarta and SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta had proceeded well. Teacher and Students (normal and
disabled) particularly the learning disabled students had been ready before the
learning began and the learning had been corresponding to the learning principles
of planning, acting as well as evaluating and following-up, and there was student
activity during learning process relating to the interaction between the students
(normal and disabled) and teacher, as well as between the student and the student.
![Page 14: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/14.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
(2) The inhibiting factor encountered was time in giving counseling to the
learning disabled students because the special counselor teacher had not optimally
helped the teacher in giving counseling to the learning disabled students. The
teacher dealt with such the obstacles by giving the learning disabled students the
extra learning.
Based on the conclusion of research above, the following
recommendations were given: (1) teacher should attempt to invite all students
(normal and disabled) to participate actively in learning, among others, by always
motivating the students, particularly the learning disabled ones, so that they would
have high spirit of learning. (2) The teacher should always use learning model that
could involve student interaction (normal and disabled), such as cooperative
learning model. (3) The special counselor teacher should optimally give the
learning disabled students the counseling/aid so that the learning disabled students
could attend the class jointly with their classmates and the learning could be
implemented as expected, as well.
Key Words: Mathematic Learning Process, Learning Disabled Child, Inclusive.
![Page 15: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/15.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan masyarakat di
Indonesia karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk
menjamin kelangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, sehingga negara
memiliki kewajiban memberikan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganya. Pendidikan yang bermutu tersebut tidak hanya berlaku bagi warga
negara yang memiliki kondisi normal tetapi juga berlaku untuk anak yang
memiliki kebutuhan khusus. Hal ini tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 32 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa
pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.
Sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap pendidikan khusus bagi
anak berkebutuhan khusus (ABK), pemerintah telah memberikan sarana sekolah
yang lebih dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan
kekhususannya masing-masing. Namun demikian, pelayanan pendidikan khusus
atau SLB di Indonesia masih belum sesuai target, yakni belum menjangkau semua
ABK yang ada. Pada tahun 1990-an, baru ada 476 sekolah untuk ABK, dan 207
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang menampung sekitar 31.000 orang ABK.
Daya tampung semua lembaga tersebut lebih dari 31.000, sebab masih banyak
sekolah berkebutuhan khusus yang mempunyai jumlah murid jauh lebih kecil dari
daya tampung yang sebenarnya (Sambira Mambela, 2010). Salah satu
penyebabnya antara lain faktor sosial-ekonomis-geografis, seperti kondisi sosial
ekonomi orang tua kurang menunjang, jarak antara rumah dan sekolah luar biasa
cukup jauh, dan sekolah regular tidak mau menerima anak-anak berkelainan
belajar bersama-sama dengan anak-anak normal (Istiningsih, 2005).
1
![Page 16: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/16.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sesuai dengan hasil konferensi dunia tentang Pendidikan Untuk Semua
(PUS) atau yang lebih dikenal dengan Education for All, maupun kesepakatan
yang lain seperti Pernyataan Salamanca di kota Salamanca, Spanyol pada tahun
1994, yang menetapkan bahwa semua anak sebaiknya belajar bersama tanpa
diskriminasi, yang didasarkan pada kebutuhan siswa, dan anak berkebutuhan
khusus diberi layanan khusus di sekolah regular. Hal ini kontradiksi dengan
keberadaan sekolah berkebutuhan khusus atau SLB yang dapat menimbulkan
adanya diskriminasi pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK),
sehingga pemerintah memberikan solusi melalui program pendidikan inklusi
sebagai tindak lanjut dari konferensi dunia.
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan regular yang di dalamnya
terdapat anak berkebutuhan khusus (ABK). Melalui pendidikan inklusi ini ABK
dididik bersama anak-anak lainnya (normal) untuk dapat mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya. Sesuai dengan konferensi dunia “education for all”, dimana
pendidikan itu milik semua orang tidak terkecuali ABK, sehingga ABK dapat
menempuh pendidikan di sekolah umum bersama anak-anak normal lainnya
dengan kurikulum yang telah disesuaikan. Pendidikan inklusi ini menutup adanya
kemungkinan terjadinya diskriminasi terhadap ABK, dan ABK dapat belajar
hidup di lingkungan masyarakat yang sebenarnya yaitu masyarakat yang terdiri
dari orang normal dan tidak normal atau disable and able person yang tidak dapat
dipisahkan sebagai suatu komunitas, yang dimulai dari masyarakat sekolah.
Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi di Jawa Tengah
khususnya di Surakarta yaitu ada enam sekolah inklusi. SD Al Firdaus Surakarta
dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta merupakan dua diantara enam sekolah
yang menyelenggarakan pendidikan inklusi, data tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini (Dinas Dikpora Surakarta, 2011).
![Page 17: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/17.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 1.1 Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi di Surakarta, Jawa Tengah
No. Nama Sekolah Alamat
1. SD Al-Firdaus Jl. Yosodipuro No.56, Ds. Punggawan,
Kec. Banjarsari, Surakarta
2. SDN Bromantakan 56 Jl. Ronggowarsito No.122, Ds. Timuran,
Kec. Banjarsari, Surakarta 57131
3. SDN Pajang I Jl. Transito 18, Pajang, Surakarta
4. SDN Petoran Kec. Jebres, Surakarta
5. SDN Manahan Jl. Mliwis II No.4 Manahan
6. SDN Kartodipuran Kartodipuran Rt. 02/V
Sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi harus mempunyai kesiapan
dalam segala hal baik dari segi kesiapan kepala sekolah, guru, kurikulum, sarana
prasarana, dan sebagainya yang menunjang terlaksananya pendidikan inklusi
dengan baik. Tidak hanya itu juga tetapi dari siswanya sendiri yaitu siswa normal
maupun ABK juga harus mempunyai kesiapan mental dalam belajar di sekolah
inklusi baik di luar maupun saat proses pembelajaran tidak terkecuali dalam
pembelajaran matematika.
Pelajaran matematika dikategorikan merupakan momok bagi siswa dan
sebagian besar siswa tidak menyukainya. Ketidaksenangan siswa pada pelajaran
matematika ini dapat berpengaruh pada keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan
belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor siswa saja, melainkan
dipengaruhi juga oleh berbagai faktor seperti kompetensi guru matematika,
kemampuan siswa, dan strategi pembelajaran yang digunakan guru khususnya di
kelas inklusi.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di SD AL-Firdaus Surakarta dan
SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta, diperoleh data ABK yang mempunyai
kesulitan belajar (learning disabilities). Pada SD Al-Firdaus Surakarta terdapat 22
siswa dengan tingkatan kelas berbeda yang mempunyai kesulitan belajar dalam
matematika pada tahun pelajaran 2011/2012. Data tersebut disajikan dalam tabel
berikut ini.
![Page 18: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/18.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tabel 1.2 ABK Learning Disabilities Dalam Matematika di SD AL-Firdaus
Surakarta Pada Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Nama Kelas
1. Rocky Alvito Dzaky 2C
2. Yasmine Noer Calista 3A
3. Kevin Ananda Saputra 3A
4. Rakryan Arkan Nandiwardhana 3A
5. Najwa Na’afilla Karima 3A
6. Mutiara Trifanishia 4A
7. Arya Eka Rahyan Putra 4A
8. Faruq Naufaldi Bintoro 4A
9. Shafiyyatul Rahil 4B
10. Muhammad Farrel Pratama Azhari 4B
11. Salma Aisha 4B
12. Yona Putri Ramadhani 5A
13. Rico Abi Cahyanto 5A
14. Amanda Andhitya Nissa Fauziyah 5A
15. Afifah Raisya Putri Sanjaya 5B
16. Salma Raina Putri 5C
17. Muhammad Fikri Riyadi 5C
18. Muhammad Irfan Maulana 5C
19. Maulana Fareid 5C
20. Khanza Salsabilla Rizqi 5C
21. Devina Amelia 6A
22. Adhyanartha Haryono 6B
Sumber : SD Al Firdaus Surakarta
Pada SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta terdapat 2 siswa dengan
tingkatan kelas berbeda yang mempunyai kesulitan belajar (learning disabilities)
pada tahun pelajaran 2011/2012. Data tersebut disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.3 ABK Learning Disabilities di SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Pada Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Nama Kelas
1. Desi Paramita III
2. Andy Putra Kusuma V
Sumber : SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
![Page 19: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/19.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Untuk itu sudah semestinya guru sebagai pendidik khususnya bidang studi
matematika dapat menghilangkan anggapan-anggapan siswa yang kurang baik
terhadap pembelajaran matematika, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan berjalannya pembelajaran
dengan baik yaitu adanya interaksi sosial yang baik antara guru dan siswa (normal
dan ABK), serta siswa dan siswa. Interaksi sosial tersebut dapat terbentuk dengan
baik jika setiap guru maupun siswa mempunyai sikap atau kesiapan mental yang
baik. Adanya sikap atau kesiapan mental yang baik dari semua anggota sekolah
sangat diperlukan, sehingga dapat terjalinnya hubungan yang baik di lingkungan
sekolah khususnya saat pembelajaran matematika di kelas inklusi.
B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilakukan dalam rangka melihat proses pembelajaran
matematika di kelas inklusi. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidaklah
mudah, apalagi bagi peserta didik khususnya ABK. Untuk itu perlu usaha
keras dalam segala bidang khususnya bidang pendidikan, sehingga ABK
dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya dan dapat hidup di
lingkungan masyarakat khususnya sekolah. Penelitian yang muncul dari hal
ini adalah a) bagaimanakah pemahaman masyarakat sekolah terhadap ABK,
b) bagaimanakah penerimaan masyarakat sekolah terhadap ABK, dan c)
apakah ada diskriminasi antara siswa (normal) dan ABK.
2. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yaitu dengan
memberikan pendidikan yang bermutu pada setiap warganya, maka
pemerintah mengeluarkan program pendidikan inklusi yang mengamanatkan
penyelenggaraannya dilakukan oleh sekolah-sekolah reguler, termasuk di SD
Al-Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta. Penelitian
yang muncul dari hal ini adalah a) bagaimanakah proses pembelajaran
matematika di kelas inklusi, dan b) apakah yang menjadi faktor-faktor
![Page 20: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/20.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kendala yang dialami saat proses pembelajaran matematika di kelas inklusi
dan bagaimana penyelesaiannya.
3. Kurikulum merupakan unsur yang paling penting dalam penyelenggaraan
kegiatan pendidikan. Dalam penerapan kurikulum pendidikan inklusi
disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pembelajaran
matematika yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan anak didik (normal dan
ABK) dan sesuai dengan karakteristik sekolah penyelenggara. Penelitian yang
muncul dari hal ini adalah a) bagaimanakah kesiapan sekolah dalam
pengembangan kurikulum pendidikan inklusi, dan b) bagaimanakah proses
penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan inklusi.
4. Keberhasilan pada proses pembelajaran dikarenakan adanya interaksi yang
baik antara guru dan siswa (normal dan ABK), serta siswa dan siswa yang
ditunjukkan dari aktivitas siswa dan adanya sikap atau kesiapan mental yang
baik dari semua anggota sekolah. Penelitian yang muncul dari hal ini adalah
a) bagaimanakah aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung yang
berhubungan dengan interaksi siswa (normal dan ABK) dan guru, serta siswa
dan siswa, dan b) bagaimanakah sikap yang ditunjukkan siswa (normal dan
ABK) saat pembelajaran berlangsung.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dapat
terarah, terfokus serta tidak terjadi penyimpangan terhadap apa yang menjadi
tujuan dilaksanakannya penelitian, maka peneliti membatasi masalah dalam
penelitian. Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada hal-hal berikut.
1. Penelitian ini dilakukan di SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri
Bromantakan 56 Tahun Pelajaran 2011/2012 pada kelas V semester II.
2. ABK dibatasi hanya pada siswa dengan kesulitan belajar (learning
disabilities) terutama dalam matematika.
3. Proses pembelajaran matematika dibatasi pada saat perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan tahap penilaian serta tindak
![Page 21: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/21.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
lanjut yang mencakup interaksi guru dan siswa (normal dan ABK), serta
siswa dan siswa.
D. Rumusan Masalah
Secara ringkas masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas inklusi, dilihat dari segi:
a. kesiapan guru dan siswa sebelum proses pembelajaran?
b. perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran yang dilakukan
oleh guru, dan
c. aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung yang berhubungan dengan
interaksi siswa (normal dan ABK) dan guru, serta siswa dan siswa?
2. Apakah yang menjadi faktor-faktor kendala yang dialami saat proses
pembelajaran matematika di kelas inklusi dan bagaimana penyelesaiannya?
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran matematika di kelas inklusi yang
dilihat dari segi:
a. kesiapan guru dan siswa sebelum proses pembelajaran,
b. perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran yang dilakukan
oleh guru, dan
c. aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung yang berhubungan dengan
interaksi siswa (normal dan ABK) dan guru, serta siswa dan siswa.
2. Mengetahui apakah ada faktor-faktor kendala yang dialami saat proses
pembelajaran matematika di kelas inklusi dan penyelesaiannya.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan masukan dan wawasan tentang pendidikan inklusi yaitu
proses pembelajaran di kelas inklusi.
b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian sejenis selanjutnya.
![Page 22: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/22.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk lebih
mengembangkan pendidikan inklusi.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
memberi perubahan cara mengajar dalam proses pembelajaran
matematika di kelas inklusi.
![Page 23: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/23.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Proses Pembelajaran
a. Pengertian Proses
Proses berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke
depan” yaitu berupa urutan langkah-langkah atau kemajuan yang mengarah pada
tercapainya suatu tujuan. Menurut Chaplin (Joesafira, 2010), proses adalah suatu
perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus
yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil
tertentu (Reber dalam Joesafira, 2010).
Menurut Tim (Yulia Maftuhah Hidayati, 2009: 13), proses adalah
rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses
merupakan urutan langkah yang berupa tindakan maupun perubahan yang
menyangkut tingkah laku untuk menghasilkan suatu tujuan tertentu.
b. Pengertian Belajar
Perumusan dan tafsiran tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli
berbeda satu sama lainnya. Menurut Oemar Hamalik (2008: 27), belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined
as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut
kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti
baik teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain, belajar juga merupakan proses
mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari
dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya
dikembangkan (Paul Suparno, 1997: 61).
Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto (2011: 71) menyatakan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor
9
![Page 24: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/24.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
intern pada diri pelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga
melahirkan perubahan tingkah laku.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses terus menerus dalam membentuk makna yang
dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik atau lingkungan sehingga
membentuk pengertian baru berdasarkan pengembangan pemikirannya.
c. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar, sehingga
pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di
sekolah. Untuk itu, pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran
akan sangat mempengaruhi cara guru mengajar. Guru bertugas membantu orang
belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar
dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai
strategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa
berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara
bertujuan (Arief Sukadi dalam Haryono, 2010) dan terkontrol.
Menurut Haryono (2010), pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja
melibatkan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan
kurikulum. Jadi, pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk
memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan
yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
Gagne, Briggs, dan Wager (Udin S. Winataputra dkk, 2007: 1.19)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (instruction is a set of events
that affect learners in such a way that learning is facilitated). Menurut pengertian
tersebut, pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung
terhadap proses belajar siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
suatu proses kegiatan yang dilakukan guru terhadap siswa dengan memodifikasi
![Page 25: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/25.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
berbagai kondisi sehingga berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa
dan untuk tercapainya tujuan kurikulum.
d. Pengertian Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan salah satu tahapan penting dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu ditempuh melalui
prosedur yang sistematis dan sistemik. Proses pembelajaran adalah proses yang di
dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru dan siswa, dan komunikasi
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
belajar (Rustaman dalam Dalila Sadida, 2011).
Prayudi (Yulia Maftuhah Hidayati, 2009: 16) menyatakan bahwa proses
pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi
dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk
terinternalisasi dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar
secara mandiri dan berkelanjutan.
Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto (2011: 15) menyatakan bahwa
proses pembelajaran adalah proses individu mengubah perilaku dalam upaya
memenuhi tujuan dan kebutuhan hidupnya. Hal ini berarti bahwa individu akan
melakukan kegiatan belajar apabila ia menghadapi situasi sesuai kebutuhan yang
tidak bisa dipenuhi oleh insting atau kebiasaannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian proses
pembelajaran adalah sebuah upaya bersama yang dilakukan oleh guru dan siswa
yang saling berinteraksi dan berkomunikasi langsung serta berbagi dan mengolah
informasi dalam upaya mengubah perilaku untuk mencapai tujuan belajar.
2. Matematika
Matematika merupakan bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Selain itu,
matematika merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat, serta mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan
kuantitas (M. Muhafilah dalam Bandi Delphie, 2009: 2). Matematika disebut
![Page 26: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/26.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sebagai bahasa universal karena matematika merupakan bahasa simbolis yang
mampu melakukan pencatatan serta mengkomunikasikan ide-ide berkaitan dengan
elemen-elemen dan hubungan-hubungan kuantitas (Bandi Delphie, 2009: 2).
Landerl, Bevan, dan Butterworth (2003: 99), menyatakan bahwa
“Mathematics is a complex subject, involving language, space and quantity.
(Matematika adalah satu subjek yang kompleks, melibatkan bahasa, ruang, dan
kuantitas)”.
Purwoto (Yulia Maftuhah Hidayati, 2009: 17) mengemukakan bahwa:
Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan
tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat
dan akhirnya ke dalil.
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan, menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari yang diperoleh dari materi pengukuran, geometri, aljabar,
dan trigonometri. Matematika juga mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang
dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
pengetahuan tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasikan, yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, serta mengkomunikasikan ide-ide
yang berkaitan dengan elemen dan kuantitas dengan menggunakan bahasa
universal.
3. Proses Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Proses Pembelajaran Matematika
Berdasarkan pengertian proses pembelajaran dan matematika yang telah
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika
adalah sebuah upaya bersama yang dilakukan oleh guru dan siswa yang saling
berinteraksi dan berkomunikasi langsung serta berbagi pengetahuan tentang pola
keteraturan dan struktur yang terorganisasikan dan mengkomunikasikan ide-ide
![Page 27: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/27.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang berkaitan dengan elemen dan keruangan dengan menggunakan bahasa
universal.
b. Proses Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika sebagai suatu proses kegiatan, terdiri atas tiga
fase atau tahapan. Fase-fase proses pembelajaran matematika yang dimaksud
meliputi tahap perencanaan pembelajaran, tahap pelaksanaan pembelajaran, dan
tahap evaluasi suatu tugas pekerjaan selama proses pembelajaran. Adapun
ketiganya dibahas secara terperinci sebagai berikut.
1) Tahap Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Begitu pula dengan
perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target
pendidikan. Sebagai guru yang profesional, guru harus memiliki empat
kompetensi atau standar kemampuan yang meliputi kompetensi kepribadian,
pedagogik, profesional, dan sosial. Selain itu, guru sebagai agen pembelajaran
harus kreatif dalam menyiapkan metode dan strategi yang cocok untuk kondisi
anak didiknya, memilih dan menentukan metode pembelajaran yang sesuai
dengan indikator pembahasan sehingga perencanaan tersebut menunjukkan hasil
yang optimal dalam pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan
komponen pembelajaran yang meliputi identitas mata pelajaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Perencanaan
pembelajaran tersebut harus disusun secara lengkap dan sistematis sehingga
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
serta memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.
![Page 28: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/28.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap pelaksanaan atas
perencanaan pengajaran yang telah dibuat oleh guru. Dalam tahap ini, guru
melakukan interaksi belajar mengajar melalui penerapan berbagai strategi,
metode, dan teknik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media (SMK
Darunnajah, 2011).
Dengan demikian, pada pelaksanaan pembelajaran guru hendaknya
mengatur kondisi yang mempengaruhi pembelajaran, antara lain tentang isi,
menetapkan sendi pengajaran untuk siswa yang menjadi objek pengajaran dan
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Adapun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran melalui tiga tahapan pokok, yaitu tahap
prainstruksional, tahap instruksional, dan tahap penilaian. Salah satu dari ketiga
tahapan tersebut tidak boleh ditinggalkan karena merupakan rangkaian dalam
proses pembelajaran.
Deskripsi lebih lanjut mengenai tiga tahapan pokok dalam pembelajaran
dibahas secara terperinci, sebagai berikut.
a) Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional ini dalam pembelajaran sering disebut pula dengan
kegiatan pendahuluan. Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan
informasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa, dan mengetahui apa yang
telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dicapai. Tahap
prainstruksional merupakan tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai
proses belajar mengajar.
b) Tahap Instruksional
Tahap yang kedua adalah tahap instruksional atau tahap inti. Pada tahap
ini, guru memberikan bahan pelajaran yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan
inti adalah kegiatan utama dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran ini meliputi, antara
lain: (1) Uraian, penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip dan
prosedur yang akan dipelajari siswa, (2) Contoh, merupakan benda atau kegiatan
yang terdapat dalam kehidupan siswa sebagai wujud dari materi yang diuraikan,
![Page 29: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/29.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(3) Kegiatan diskusi, merupakan kegiatan siswa berdiskusi dengan teman
sebayanya dalam mengerjakan lembar kegiatan, (4) Kuis individu, merupakan
kegiatan siswa dalam rangka menerapkan konsep, prinsip atau prosedur yang
sedang dipelajarinya ke dalam praktek yang relevan dengan pekerjaan atau
kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini tidak menutup kemungkinan guru
memberikan bimbingan pada pemahaman siswa atas materi yang dipelajarinya.
c) Tahap Penilaian
Kegiatan ini memberikan penegasan/kesimpulan dan penilaian terhadap
penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti. Penilaian merupakan
bagian yang integral dalam pembelajaran. Penilaian harus dipandang sebagai
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Kegiatan
penilaian harus mampu memberikan informasi yang membantu guru
meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu siswa mencapai
perkembangan pendidikan secara optimal.
Dengan demikian, terlihat bahwa mengajar bukan hanya usaha untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem
lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat
tercapai secara optimal.
3) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Kegiatan evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran tidak hanya
diartikan sebagai kegiatan menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan akhir
dalam pembelajaran. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan proses
dan evaluasi siswa. Kegiatan evaluasi dan tindak lanjut harus dilakukan secara
sistematis dan fleksibel, sehingga dalam prosesnya akan dapat menunjang
optimalisasi hasil belajar siswa.
Dalam kegiatan evaluasi ini, yang harus dilakukan guru adalah sebagai
berikut.
a) Melaksanakan penilaian akhir.
b) Mengkaji hasil penilaian akhir.
c) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran.
![Page 30: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/30.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
d) Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan
datang.
4. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Aktivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu activity yang berarti
kegiatan. Di dalam belajar diperlukan aktivitas sebab pada prinsipnya belajar
adalah berbuat yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku. Menurut Sriyono
(Doantara Yasa, 2008), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik
secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas
siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar
mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada
proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas,
dapat menjawab pertanyaan dari guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain,
serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman (Wawan Junaidi, 2010) bahwa:
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar
itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses
belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan
siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya yang belum jelas, mencatat,
mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang
dapat menunjang prestasi belajar.
Trinandita (Doantara Yasa, 2008) menyatakan bahwa “hal yang paling
mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang
tinggi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Hal ini
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing
siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang
timbul dari siswa mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
![Page 31: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/31.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti
pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Diedrich (Ahmad Rohani,
2004: 9) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diantaranya
adalah sebagai berikut.
1) Visual activities, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan,
pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
2) Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan
sebagainya.
3) Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato, dan sebagainya.
4) Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin,
dan sebagainya.
5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan
sebagainya.
6) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
7) Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8) Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang,
gugup, dan sebagainya.
Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Pada setiap
pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar
yang melibatkan kemampuannya secara maksimal sehingga terbentuk
pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada peningkatan prestasi belajar.
![Page 32: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/32.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
5. Anak Berkebutuhan Khusus Learning Disabilities dalam Matematika
a. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan istilah lain yang digunakan
untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa” yang menandakan adanya kelainan
khusus. Menurut Suran dan Rizzo (Mangunsong dalam Ecie Lasarie dan Uly
Gusniarti, 2009) yang tergolong “Anak Luar Biasa” adalah anak yang secara
signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi
kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial
terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara
maksimal.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik (Geniofam, 2010: 11). Anak
berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan
hambatan perkembangan (barrier to learning and development) (Zonasabar,
2010). Oleh sebab itu, mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai
dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami oleh masing-
masing anak. Yang termasuk ke dalam ABK, antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak
berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan.
b. Learning Disabilities
1) Pengertian Learning Disabilities
Learning Disabilities (LD) atau kesulitan belajar merupakan istilah genetik
yang merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana
gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang
dapat menimbulkan gangguan proses belajar.
Menurut Hallahan, Kaufman, dan Lloyd (Mulyono Abdurrahman dalam
Nur Ratna Juwita, 2009: 77), kesulitan belajar (Learning Disabilities) adalah
suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Jenis gangguan tersebut,
![Page 33: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/33.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
seperti: (1) Dysleksia atau gangguan membaca, misalnya: “laut” dibaca “lauk”,
“senang” dibaca “senan”, (2) Dysgraphia atau gangguan menulis, misalnya: “ibu”
ditulis “ubi”, tulisan sulit dibaca, (3) Dyscalculia atau gangguan menghitung,
misalnya: dua puluh satu ditulis “12”, “2 – 1 = 3”, seribu ditulis “10.00”.
Menurut NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities)
dalam Smith (2006: 75), kesulitan belajar adalah istilah umum yang mengacu
pada beragam kelompok gangguan yang terlihat pada kesulitan menguasai dan
menggunakan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, berpikir
atau kemampuan matematis. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau
mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor
kesulitan dari dalam individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan
pemrosesan informasi terhadap obyek yang diinderainya.
Menurut beberapa pakar pendidikan (Nini Subini, 2011: 15), seperti
Dalyono menjelaskan bahwa kesulitan belajar (LD) merupakan suatu keadaan
yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Sedangkan
menurut Sabri, kesulitan belajar (LD) identik dengan kesukaran siswa dalam
menerima atau menyerap pelajaran di sekolah. Burton mengatakan, siswa diduga
mengalami kesulitan belajar (LD) apabila tidak dapat mencapai ukuran tingkat
keberhasilan belajar dalam waktu tertentu. Siswa tidak dapat mewujudkan tugas-
tugas perkembangan dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan materi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Learning
Disabilities (LD) atau kesulitan belajar merupakan macam-macam gangguan
dalam menyimak, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor internal
individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak. Kesulitan belajar bukan
disebabkan oleh faktor eksternal berupa lingkungan, sosial, budaya, fasilitas
belajar, dan lain-lain.
2) Faktor Penyebab Learning Disabilities
Learning Disabilities (LD) seorang anak dapat dilihat dengan munculnya
kelainan perilaku (missbehavior) anak, seperti suka berteriak dalam kelas,
mengganggu teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan gemar membolos.
![Page 34: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/34.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Faktor utama yang mempengaruhi LD anak adalah berasal dari dalam diri
anak sendiri (Internal). Gangguan internal tersebut seperti gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif (GPPH).
Ciri-ciri anak yang sulit memusatkan perhatian biasanya ceroboh, sulit
berkonsentrasi, seperti tidak mendengarkan apabila diajak berbicara, gagal
menyelesaikan tugas, sulit mengatur aktivitas, menghindari tugas yang
memerlukan pemikiran, kehilangan barang-barang, perhatian mudah teralih, dan
pelupa. Sedangkan ciri-ciri dari hiperaktivitas adalah terus-menerus bergerak,
memainkan jari atau kaki saat duduk, sulit duduk diam dalam waktu yang lama,
berlainan atau memanjat secara berlebihan yang tidak sesuai dengan situasi, atau
berbicara berlebihan, impulsivitas dalam perilaku yang langsung menjawab
pertanyaan selesai diajukan, sulit menunggu giliran dan senang menginterupsi
atau mengganggu orang lain (Nini Subini, 2011: 16).
Oleh karena itu, yang menyebabkan LD pada anak bukan faktor dari luar
(eksternal) tetapi dari dalam diri individu sendiri (internal). Anak yang mengalami
LD bukan karena mempunyai kelainan fisik atau gangguan mental. Mereka
normal seperti anak pada umumnya, namun mempunyai kesulitan dalam belajar
(LD).
3) Dampak Learning Disabilities
Learning Disabilities (LD) akan memberikan dampak besar pada anak
yang mengalaminya. Menurut Nini Subini (2011: 49), dampak yang mungkin
menyertai anak yang mengalami LD adalah sebagai berikut.
(1) Pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat.
(2) Interaksi anak dengan lingkungan terganggu.
(3) Anak menjadi frustasi.
(4) Anak mengalami kesulitan belajar sering kali menuding dirinya sebagai anak
yang bodoh, lambat, berbeda, aneh, dan terbelakang.
(5) Anak menjadi malu, rendah diri, tegang, berperilaku nakal, agresif, impulsif
atau bahkan menyendiri/menarik diri untuk menutupi kekurangan pada
dirinya.
![Page 35: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/35.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(6) Sering kali anak tampak sulit berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.
Mereka lebih mudah bergaul dan bermain dengan anak-anak yang
mempunyai usia lebih muda. Hal ini menandakan terganggunya sistem harga
diri anak. Kondisi ini merupakan sinyal bahwa anak membutuhkan
pertolongan segera.
(7) Anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian menyebabkan
kemampuan perseptualnya (motoriknya) menjadi terhambat. Hal ini
menyebabkan ia tidak dapat melakukan belajar mewarnai, menggunting,
menempel, dan sebagainya. Anak ini juga memiliki masalah dalam koordinasi
dan disorientasi yang mengakibatkan canggung dan kaku dalam gerakannya.
c. Learning Disabilities dalam Matematika (Dyscalculia Learning)
a) Pengertian Dyscalculia Learning
Dyscalculia learning atau mathematics learning disability atau sering
disebut juga dengan kesulitan menghitung merupakan salah satu dari gangguan
Learning Disabilities selain dysleksia learning (kesulitan membaca) dan
dysgraphia learning (kesultan menulis). Menurut Nini Subini (2011: 65)
dyscalculia learning adalah kesulitan dalam menggunakan bahasa simbol untuk
berpikir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan
jumlah atau kuantitas.
Dyscalculia learning merupakan suatu gangguan perkembangan
kemampuan aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi
pencapaian prestasi akademik atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak.
b) Ciri-ciri Dyscalculia Learning
Pada umumnya anak dengan dyscalculia ini memiliki ciri-ciri kesulitan
dalam belajar dan mengingat aritmetika atau matematika dan kesulitan dalam
langkah-langkah pelaksanaan hitungan dengan strategi pemecahan masalah yang
belum lengkap, penyelesaiannya membutuhkan waktu yang lama dan tingkat
kesalahan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Landerl, Bevan,
dan Butterworth (2004: 100) berikut ini.
![Page 36: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/36.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
… feature of children with dyscalculia is difficulty in learning and
remembering arithmetics facts (Geary, 1993; Geary & Hoard, 2001;
Ginsburg, 1997; Jordan, Hanich, & Kaplan, 2003b; Jordan & Montani,
1997; Kirby & Becker, 1988; Russell & Ginsburg, 1984; Shalev & Gross-
Tsur, 2001).
Selain itu juga sesuai dengan pernyataan Geary (Landerl, Bevan &
Butterworth, 2004: 100) yaitu.
A second feature of children with dyscalculia is difficulty in executing
calculation procedures, with immature problem-solving strategies, long
solution times and high error rates.
Menurut Nini Subini (2011: 64) tanda-tanda yang ditunjukkan anak yang
mengalami dyscalculia learning adalah sebagai berikut.
(1) Kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka.
(2) Kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan.
(3) Kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi.
(4) Inakurasi dalam komputasi.
(5) Selalu membuat kesalahan hitungan yang sama.
(6) Kesulitan memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke simbol
matematika.
(7) Kesulitan perceptual (kemampuan untuk memahami simbol dan mengurutkan
kelompok angka).
(8) Kesulitan dalam cara mengoperasikan matematika (+/-/x/:).
Menurut Kosc (1974) ada enam tipe dari dyscalculia learning yang
kemudian divalidkan oleh peneliti lain yaitu Rosselli dan Ardila (1997). Tipe-
tipenya adalah sebagai berikut (Munro, 2003: 2).
(1) A difficulty using mathematical concepts in oral language, talking about
mathematical relationships sensibly (Verbal dyscalculia, Kosc (1974);
aphasic acalculia, Rosselli & Ardila (1997)). Kosc noted two aspects of this
type of dyscalculia : a difficulty (1) indentifying spoken numerals (although
the individuals could read the numerals, and (2) recalling the name of a
quantity (although they could read and write the number)).
(2) Difficulty manipulating concrete materials, or enumerating a quantity. The
difficulty here seemed to invoved converting one’s arithmetic knowledge to
actions or procedures in relation to quantities. (Practognostic dyscalculia,
Kosc (1974); spatial acalculia, Roselli & Ardila (1997)).
![Page 37: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/37.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(3) A difficulty reading mathematics symbols such as numerals. (Lexical
dyscalculia, Kosc (1974); alexic acalculia, Rosselli & Ardila (1997)).
Students with this difficulty can talk about mathematics ideas and
comprehend them in oral discussion but have difficulty reading both
individual symbols and number sentences.
(4) A difficulty writing mathematics symbols: (graphical dyscalculia, Kosc
(1974); agraphic acalculia, Rosselli & Ardila (1997)). Students can
comprehend mathematics ideas in oral discussion and can read numerical
information but have difficulty writing their understanding in math
symbolism.
(5) A difficulty understanding math ideas and relationship; (ideognostic
dyscalculia, Kosc (1974); anarithmetia Rosselli & Ardila (1997)).
(6) A difficulty performing specified mathematical operations; (operational
dyscalculia, Kosc (1974); frontal acalculia, Rosselli & Ardila (1997)).
Berdasarkan tipe-tipe dyscalculia learning menurut Kosc di atas, dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri anak yang mengalami dyscalculia learning sebagai
berikut.
(1) Kesulitan menggunakan konsep matematika dalam bahasa lisan seperti
mengatakan satu persatu urutan angka.
(2) Kesulitan memanipulasi materi konkrit, atau menyebut satu persatu suatu
kuantitas. Kesulitannya tampak pada saat mengkonversi salah satu
pengetahuan perhitungan untuk menindaki atau langkah-langkah dalam
hubungan dengan kuantitas.
(3) Kesulitan membaca simbol matematika seperti angka. Siswa dengan kesulitan
ini dapat membicarakan tentang ide matematika dan memahaminya dalam
diskusi lisan tetapi kesulitan membaca simbol dan angka dalam kalimat.
(4) Kesulitan menulis simbol matematika. Siswa dapat memahami ide
matematika dalam bahasa lisan dan dapat membaca keterangan dari angka
yang ada tetapi kesulitan menulis kembali pemahaman mereka dalam simbol
matematika.
(5) Kesulitan memahami ide matematika dan hubungannya.
(6) kesulitan menyajikan operasi matematika tertentu.
![Page 38: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/38.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c) Tingkatan Kelompok Dyscalculia Learning
Kemampuan berhitung mempunyai tingkatan mulai dari kemampuan
tingkat dasar hingga tingkat lanjut. Menurut Nini Subini (2011: 65), dyscalculia
learning dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan tingkatan
kelompoknya, antara lain.
(1) Kemampuan dasar berhitung.
(2) Kemampuan dasar dalam menentukan nilai tempat.
(3) Kemampuan dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan.
(4) Kemampuan dalam memahami konsep perkalian atau pembagian.
Berikut diuraikan masing-masing kelompok dyscalculia learning.
(1) Kemampuan Dasar Berhitung
Kemampuan dasar berhitung dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
diuraikan sebagai berikut.
(a) Mengelompokkan (Classification)
Classification merupakan kemampuan anak dalam mengelompokkan suatu
benda berdasarkan sesuatu, misalnya ukuran, jenisnya, warnanya, bentuknya,
dan sebagainya. Benda tersebut dikelompokkan sesuai dengan jenisnya dalam
suatu himpunan, contohnya: himpunan anak kelas dua. Biasanya anak yang
menderita dyscalculia classification mengalami kesulitan untuk menentukan
kelompok bilangan ganjil atau genap, bilangan cacah, bilangan bulat, dan
sebagainya.
(b) Membandingkan (Comparation)
Comparation adalah kemampuan untuk membandingkan dua buah benda
(obyek) berdasarkan ukuran ataupun jumlahnya (kuantitas). Contoh: bola A
lebih kecil daripada bola B.
(c) Mengurutkan (Seriation)
Seriation adalah kemampuan membandingkan ukuran atau kuantitas lebih
dari dua buah benda. Cara mengurutkannyapun bisa dari yang paling pendek
(minimal) ke yang paling panjang (maksimal). Contoh: bola A paling kecil,
bola B agak besar, dan bola C paling besar.
![Page 39: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/39.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(d) Menyimbolkan (Symbolization)
Symbolization kemampuan membuat simbol atas kuantitas berupa: (1) angka
atau bilangan: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, (2) simbol tanda operasi atau sebuah
proses perhitungan seperti: tanda + (penjumlahan), tanda – (pengurangan),
tanda / (pembagian), tanda x (perkalian), tanda < (kurang dari), tanda > (lebih
dari), tanda = (sama dengan).
(e) Konservasi
Konservasi merupakan kemampuan memahami, mengingat, dan
menggunakan suatu kaidah yang sama dalam proses (operasi) hitung yang
memiliki kesamaan. Bentuk nyata dari konservasi adalah pada penggunaan
rumus dalam operasi hitung. Dalam suatu operasi hitung berlangsung proses
yang serupa dengan kuantitas yang berbeda.
Contoh: 3 + 4 = 7 atau 5 + 9 = 14
Dengan memahami konsep tentang penjumlahan, anak akan menjadi tahu
bahwa 3 + 4 = 7 dan 5 + 9 = 14 karena meskipun jumlah angkanya berbeda,
namun pola hitungannya sama. Dalam hal ini anak akan mengalami kesulitan
saat mengerjakan soal cerita. Anak kesulitan saat harus menterjemahkan
kalimat bahasa ke dalam kalimat matematis.
Contoh: Dua buah jeruk ditambah tiga buah jeruk sama dengan berapa buah
jeruk?
(2) Kemampuan Dalam Menentukan Nilai Tempat
Dalam matematis (perhitungan), pemahaman akan nilai tempat sangat
penting. Hal ini disebabkan nilai bilangan ditentukan oleh tempat atau posisi suatu
angka di antara angka yang lain. Bilangan yang terletak di sebelah kiri
mempunyai nilai lebih besar daripada bilangan yang di sebelah kanan, contoh
bilangan 125.
Meskipun angka 1 dalam urutan mempunyai nilai paling kecil, namun
dalam bilangan 125, angka 1 mempunyai nilai ratusan jadi bernilai seratus,
sedangkan angka 2 mempunyai nilai puluhan jadi bernilai dua puluh dan angka 5
mempunyai nilai satuan jadi bernilai lima.
![Page 40: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/40.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Konsep nilai ratusan, puluhan, dan satuan melekat pada posisi/tempat
masing-masing. Begitu juga untuk nilai ribuan, ratusan ribu, jutaan, dan
seterusnya.
Selain dalam bilangan, pemahaman konsep nilai tempat juga penting
dalam operasi hitung seperti penjumlahan, perkalian, dan sebagainya. Dalam
operasi penjumlahan konsep nilai tempat akan mengarah pada penentuan berapa
nilai yang disimpan, sedangkan pada pengurangan mengarah pada berapa nilai
yang dipinjam.
(3) Kemampuan Dalam Melakukan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Anak yang tidak memahami tahapan konservasi akan kesulitan saat
melakukan operasi hitung. Untuk penjumlahan dan pengurangan biasa (tanpa
meminjam atau menyimpan) tidak ada kesulitan yang berarti. Sebagai contoh:
12 38
25 11
37 27
Sedangkan anak yang belum menguasai nilai tempat akan kesulitan saat
melakukan operasi hitung penjumlahan dengan menyimpan dan pengurangan
dengan meminjam. Sebagai contoh:
15 31
28 18
33 23
Pada contoh di atas, karena anak tidak menguasai nilai tempat maka pada
penjumlahan satuan yang hasilnya terdiri dari puluhan dan satuan, anak akan
kesulitan meletakkan nilai puluhan yang seharusnya disimpan untuk dijumlahkan
pada puluhan yang didepannya dan akhirnya bisa tidak digunakan. Sedangkan
pada pengurangan satuan, anak akan kesulitan menguranginya karena satuan di
atasnya lebih kecil dibandingkan dengan satuan yang di bawahnya, sehingga anak
menguranginya tanpa memimjam puluhan didepannya.
– +
+ –
![Page 41: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/41.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(4) Kemampuan Memahami Konsep Perkalian dan Pembagian
Konsep perkalian merupakan perkembangan lebih lanjut dari operasi
penjumlahan karena pada dasarnya perkalian adalah penjumlahan yang berulang
(sebanyak angka pengalinya). Contoh:
4 x 3 = 12 (sama dengan 3 + 3 + 3 + 3 = 12)
Sedangkan, konsep pembagian merupakan lanjutan dari operasi
pengurangan. Pembagian merupakan pengurangan yang berulang (sebanyak
angka pembaginya).
Pada anak berkesulitan dalam mengalikan atau membagi, cenderung
menebak-nebak jawabannya atau tidak cermat dalam melakukan perhitungan.
Misalnya:
5 x 2 = 7 (perkalian dijadikan penjumlahan)
5 x 2 = 6 (perkalian yang tidak cermat)
10 : 2 = 8 (pembagian dijadikan pengurangan)
10 : 2 = 4 (pembagian yang tidak cermat)
Berdasarkan uraian di atas bahwa anak dengan dyscalculia learning dapat
terjadi pada tahapan di mana saja. Mengingat kemampuan berhitung sendiri
sifatnya bertingkat, mulai dari tingkat dasar seperti pengelompokkan, pembagian,
urutan, simbol, konservasi; kemampuan yang lebih kompleks seperti menentukan
nilai tempat, penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.
6. Pendidikan Inklusi
a. Konsep Pendidikan Inklusi
Istilah inklusi dan inklusif pada dasarnya keduanya sama. Inklusi
merupakan istilah yang berdiri sendiri, sedangkan inklusif merupakan bagian dari
inklusi yang mempunyai cakupan yang lebih luas baik berupa lingkungan, sistem
pembelajaran, kelas, dan lainnya.
Inklusi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu Inclusion yang dimaksud
sebagai penyamaan artinya tidak membedakan anak normal dengan ABK
sehingga keduanya dianggap sama dalam mendapatkan pendidikan. Istilah ini
mendeskripsikan sesuatu yang positif dalam usaha-usaha menyatukan anak-anak
![Page 42: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/42.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
yang memiliki hambatan dengan cara-cara yang realistis dan komprehensif dalam
kehidupan pendidikan yang menyeluruh (Smith dalam Nur Ratna Juwita, 2009:
13).
Menurut Sopan dan Shevin (Sumiyati, 2011: 14), inklusi didefinisikan
sebagai sistem layanan pendidikan luar biasa untuk Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) yang mensyaratkan agar semua anak yang memiliki kebutuhan khusus
belajar bersama-sama di kelas yang sama. Sekolah inklusi merupakan tempat bagi
setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat mengakomodasi
dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
setiap anak dan bermitra dengan masyarakat. Sekolah inklusi diharapkan dapat
menyediakan program pendidikan yang layak bagi peserta didik, sesuai dengan
kebutuhannya, sehingga sekolah inklusi merupakan tempat bagi setiap anak untuk
dapat diterima menjadi bagian dari kelas tersebut, mampu bekerjasama dengan
guru, dengan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat kelak.
Ballard (Carrington, 1999) mendefinisikan pendidikan inklusif ke dalam
beberapa faktor, yaitu:
1) education needs to be non-discrimination in terms of disability, culture and
gender (pendidikan khusus bukan diskriminasi dalam kaitannya dengan
penyandang cacat, budaya dan gender);
2) it involves all students in a community with no exceptions (melibatkan semua
siswa dalam suatu komunitas dengan tanpa kecuali);
3) students should have equal rights to access the culturally valued curriculum
as full-time members of age appropriate regular classroom; and (siswa
seharusnya memperoleh persamaan hak untuk masuk pada kurikulum secara
cultural sebagai anggota penuh dari kelas reguler sesuai usianya; dan)
4) there should be emphasis on diversity rather than assimilation (seharusnya
memperhatikan pada keanekaragaman dibandingkan asimilasi).
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang sudah seharusnya didasari
oleh semangat terbuka untuk merangkul semua kalangan dalam pendidikan.
Pendidikan inklusi merupakan implementasi pendidikan yang berwawasan
multikultural yang dapat membantu peserta didik mengerti, menerima, serta
menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya, nilai, kepribadian, dan
keberfungsian fisik maupun psikologis (Sumiyati, 2011: 15).
![Page 43: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/43.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Ofsted (Armstrong, Armstrong, & Spandagou, 2011: 32) menyatakan
bahwa
An educationally inclusive school is one in which the teaching and
learning, achievements, attitudes and well-being of every young person
matter […] (Sebuah sekolah yang mempraktekkan pendidikan inklusif
adalah sebuah sekolah yang memperhatikan pengajaran dan pembelajaran,
pencapaian, sikap dan kesejahteraan setiap anak […]).
Menurut UNESCO (Nur Ratna Juwita, 2009: 17) bahwa
“Pendidikan inklusi adalah merupakan sebuah pendekatan yang berusaha
mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-
hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh
dalam pendidikan”. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik,
gender, status sosial, kemiskinan, dan lain-lain. Salah satu kelompok yang
paling ter-eksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa
penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah
dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk
memenuhi keberagaman kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat
mencari anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan.
Pendidikan inklusi tidak sekedar mengintegrasikan ABK di sekolah
reguler, tetapi lebih kepada pendekatan untuk mengubah sistem pendidikan agar
dapat mengakomodasikan keadaan siswa yang beragam, dan bukan mengubah
anak menyesuaikan sistem.
Definisi-definisi di atas menggambarkan suatu model pendidikan inklusi
yang didasarkan pada berbagai konsep utama. Konsep-konsep utama tersebut
yang terkait dengan pendidikan inklusi adalah sebagai berikut (Stubbs, Sue., 2002:
40).
1) Konsep-konsep tentang anak.
a) Semua anak berhak memperoleh pendidikan di dalam komunitasnya
sendiri.
b) Semua anak dapat belajar dan siapapun dapat mengalami kesulitan dalam
belajar.
c) Semua anak membutuhkan dukungan untuk belajar.
d) Pengajaran yang terfokus pada anak bermanfaat bagi semua anak.
2) Konsep-konsep tentang sistem pendidikan dan persekolahan.
a) Pendidikan lebih luas daripada persekolahan formal.
![Page 44: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/44.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Sistem pendidikan yang fleksibel dan responsif.
c) Lingkungan pendidikan yang memupuk kemampuan dan ramah.
d) Peningkatan mutu sekolah-sekolah yang efektif.
e) Pendekatan sekolah yang menyeluruh dan kolaborasi antarmitra.
3) Konsep-konsep tentang keberagaman dan diskriminasi.
a) Memberantas diskriminasi dan tekanan untuk mempraktekkan eksklusi.
b) Merespon/merangkul keberagaman sebagai sumber kekuatan bukan
masalah.
c) Pendidikan inklusif mempersiapkan siswa untuk masyarakat yang
menghargai dan menghormati perbedaan.
4) Konsep-konsep tentang proses untuk mempromosikan inklusi.
a) Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan inklusi.
b) Meningkatkan partisipasi nyata bagi semua orang.
c) Kolaborasi, kemitraan.
d) Metodologi partisipatori, penelitian tindakan, penelitian kolaboratif.
5) Konsep-konsep tentang sumber daya.
a) Membuka jalan ke sumber daya setempat.
b) Redistribusi sumber daya yang ada.
c) Memandang orang (anak, orang tua, guru, anggota kelompok
termarjinalisasi, dan lain-lain) sebagai sumber daya utama.
d) Sumber daya yang tepat yang terdapat di dalam sekolah dan pada tingkat
lokal dibutuhkan untuk berbagai anak, misalnya Braille, alat asistif.
b. Peranan Guru dan Siswa Dalam Pendidikan Inklusi
Dalam pendidikan inklusi guru dan siswa tanpa kebutuhan khusus
memiliki peranan yang sangat penting, sehingga pembelajaran di kelas inklusi
dapat berjalan dengan baik. Adapun peranan guru dalam pendidikan inklusi
adalah guru harus memiliki:
1) Pengetahuan: Perkembangan dan Pendidikan
Permasalahan yang dihadapi pendidikan inklusi tidak hanya anak normal
akan tetapi juga anak dengan kebutuhan khusus sehingga guru diharapkan
![Page 45: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/45.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
memiliki wawasan mengenai perkembangan anak dan permasalahannya serta
strategi pembelajaran efektif.
2) Skill: Kerjasama dan Keterampilan Sosial
Sistem pengajaran pendidikan inklusi adalan Tim Teaching sehingga
kemampuan komunikasi, kerjasama, pembagian tugas dan peran sangat
penting.
3) Karakter: Sabar dan Ulet
Kesabaran diperlukan karena permasalahan yang dihadapi pendidikan inklusi
sangat kompleks.
4) Kompetensi Guru (Berdasarkan PP No.19 Tahun 2005)
a) Kompetensi pedagogik
Kemampuan mengelola kelas, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar.
b) Kompetensi profesional
Penguasaan materi, aplikasi materi pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari.
c) Kompetensi kepribadian
Karakter yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berakhlak mulia.
d) Kompetensi sosial
Mampu berkomunikasi dengan baik, bekerjasama, peka terhadap
permasalahan siswa, dan empatik.
(www.staff.uny.ac.id).
Sedangkan peranan anak tanpa kebutuhan khusus adalah sebagai berikut.
1) Peer Tutoring (kompetensi keduanya berbeda)
a) Anak tanpa kebutuhan khusus membagikan ilmu dan pengalamannya
kepada anak dengan kebutuhan khusus.
b) Anak tanpa kebutuhan khusus menjadi model bagi anak dengan
kebutuhan khusus.
![Page 46: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/46.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Peer Collaboration (kompetensi keduanya sama)
Anak tanpa kebutuhan khusus dan anak dengan kebutuhan khusus
menghadapi permasalahan serupa yang harus dipecahkan bersama-sama.
(www.staff.uny.ac.id)
c. Model Kelas Inklusi
Di sekolah inklusi, potensi anak normal maupun anak berkebutuhan
khusus (ABK) dapat dioptimalkan. Pembangunan sekolah ini dilandasi dengan
kenyataan bahwa dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan
yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Dengan demikian, ABK
hendaknya memiliki peluang yang sama dalam mengakses pendidikan termasuk
mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.
Menurut Geniofam (2010: 64), penempatan ABK dalam sekolah inklusi
dapat dilakukan dengan beberapa model yaitu.
1) Kelas Reguler
Pada kelas ini, ABK belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di
kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.
2) Kelas Reguler dengan Cluster
Dalam model kelas ini, ABK belajar bersama-sama anak lain di kelas reguler
dalam kelompok khusus.
3) Kelas Reguler dengan Pull Out
Pada kelas ini, ABK belajar bersama anak lain di kelas reguler, namun dalam
waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas tersebut ke ruang sumber untuk
belajar bersama guru pembimbing khusus (GPK).
4) Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out
Dalam kelas ini, ABK belajar bersama anak lain di kelas reguler dalam
kelompok khusus. Dalam waktu-waktu tertentu, mereka ditarik dari kelas
reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan GPK.
![Page 47: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/47.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
5) Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian
Dalam model kelas ini, ABK belajar di kelas khusus di sekolah reguler,
namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama-sama dengan
anak lain (normal) di kelas reguler.
6) Kelas Khusus Penuh
Pada model kelas ini, ABK belajar di dalam kelas khusus pada sekolah
reguler.
Dengan demikian, tidak setiap anak dengan kebutuhan khusus diharuskan
berada dalam kelas reguler dengan mengikuti semua pembelajaran yang ada.
Sebagian dari mereka dapat berada dalam ruang khusus atau ruang terapi
tergantung dari gradasi kelainannya, sehingga untuk anak dengan gradasi kelainan
yang cukup berat dapat lebih lama berada dalam ruang khusus daripada ruaang
reguler. Sedangkan anak dengan gradasi kelainan yang sangat berat, lebih
dianjurkan untuk memperoleh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), atau
sekolah khusus yang menangani kelainan tersebut, bukan di sekolah inklusi.
d. Tujuan Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi bertujuan untuk memastikan bahwa semua anak
memiliki akses terhadap pendidikan yang terjangkau, efektif, relevan, dan tepat
dalam wilayah tempat tinggalnya. Menurut Foreman yang dikutip oleh Mulyono
Abdurrahman (Nur Ratna Juwita, 2009: 35), terdapat tiga alasan penting perlunya
pendidikan inklusi dilaksanakan, yaitu:
1) Hasil-hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa sekolah khusus atau sekolah
luar biasa memberikan kemampuan sosial akademik yang lebih baik bagi
siswa yang menyandang ketunaan bila dibandingkan dengan sekolah reguler,
terutama bagi siswa yang tergolong cacat ringan.
2) Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dapat memperoleh
keuntungan dari sekolah inklusif, meskipun mereka tergolong cacat berat dan
cacat ganda.
3) Telah diterima secara luas tentang hak semua orang untuk berpartisipasi
penuh dalam arus utama kehidupan masyarakat (The mainstream community).
![Page 48: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/48.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Menurut Ahuja Anupam (Nur Ratna Juwita, 2009: 36), pendidikan inklusi
mempunyai tujuh maksud, yaitu:
1) Pendidikan inklusi merupakan strategi untuk memperbaiki sistem pendidikan
yang eksklusif.
2) Pendidikan inklusi berkaitan dengan upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan penghalang terhadap akses, partisipasi, dan pembelajaran bagi
ABK.
3) Pendidikan inklusi sebagai upaya untuk memenuhi hak atas perlakuan yang
sama bagi semua anak (non diskriminasi).
4) Pendidikan inklusi mendorong sistem pendidikan dan persekolahan agar lebih
terpusat pada peserta didik, fleksibel, dan ramah terhadap perbedaan.
5) Pendidikan inklusi memungkinkan anak belajar dan hidup bersama sebagai
langkah awal yang diperlukan untuk mencapai masyarakat yang lebih toleran
dan demokratis.
6) Pendidikan inklusi menghargai hak setiap anak untuk menjadi bagian dari
kehidupan umum tanpa memandang latar belakang sosio ekonomi dan ciri-
ciri pribadinya.
7) Pendidikan inklusi adalah hak asasi manusia.
Selain itu dengan adanya pendidikan inklusi akan memberikan kesempatan
bagi anak untuk mengikuti dan mengembangkan yang dimilikinya seoptimal
mungkin, bahkan akan memberikan peluang bagi ABK untuk mengintegrasikan
diri ke dalam lingkungan masyarakat pada umumnya. Hal yang juga merupakan
pemikiran bahwa dengan adanya pendidikan inklusi akan mempermudah
memberikan layanan pendidikan kepada ABK yang keberadaannya menyebar di
berbagai daerah, yang tidak berkesempatan mengikuti pendidikan di Sekolah Luar
Biasa (SLB). Dengan adanya tujuan ini akan semakin mendukung pengembangan
sekolah masyarakat yang ramah anak, demokratis, transparan, serta bertoleransi,
sehingga akan merangkul keberagaman, kreativitas dan kebebasan berekspresi
bagi setiap anak, remaja, dan orang dewas tanpa memandang gender, kemampuan,
kecacatan, dan latar belakang etnis, budaya, agama, sosial, serta ekonomi.
![Page 49: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/49.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
e. Kurikulum Pendidikan Inklusi
1) Isi Kurikulum
Isi kurikulum pendidikan inklusi disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing peserta didik, dengan memperhatikan prinsip-prinsip penyesuaian
kurikulum pendidikan inklusi.
Prinsip-prinsip penyesuaian kurikulum dalam sistem pendidikan inklusi,
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tim ASB Indonesia untuk anak
berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut (Sumiyati, 2011: 23).
a) Kurikulum dan materi pembelajaran menggunakan panduan nasional
penyusunan kurikulum dan disesuaikan dengan kondisi, potensi, kemampuan,
dan kebutuhan peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus).
b) Dalam menyesuaikan kurikulum dan materi pembelajaran dengan
kemampuan peserta didik, maka yang dilakukan oleh pendidik adalah:
(1) Menggunakan kurikulum reguler untuk pembelajaran bagi peserta didik
yang mampu mengikuti materi kurikulum reguler.
(2) Sebagian menggunakan kurikulum reguler dan yang sebagian lagi
menggunakan kurikulum yang telah disesuaikan untuk pembelajaran bagi
peserta didik berkebutuhan khusus yang tidak memerlukan kurikulum
reguler.
(3) Menggunakan kurikulum yang sepenuhnya telah disesuaikan untuk
pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang tidak
memerlukan kurikulum reguler.
(4) Sebagian menggunakan kurikulum yang telah disesuaikan dan sebagian
lagi menggunakan kurikulum yang disusun secara khusus untuk
pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang tidak
sepenuhnya memerlukan materi pembelajaran pada kurikulum yang telah
disesuaikan.
(5) Hanya menggunakan kurikulum yang disusun secara khusus untuk
pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang hanya
memerlukan kurikulum yang khusus disusun untuk mereka.
![Page 50: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/50.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c) Penyesuaian kurikulum dan materi pembelajaran untuk peserta didik yang
memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau berbakat dilakukan dengan cara
menambah indikator, menambah materi pokok dengan materi untuk kelas
berikutnya, menggunakan sepenuhnya materi dari kelas berikutnya.
d) Penyesuaian kurikulum dan materi pembelajaran bagi peserta didik yang
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata dilakukan dengan cara-cara
memperpanjang waktu pembelajaran, menyederhanakan atau mengurangi
indikator, menyederhanakan atau mengurangi materi pokok dan
menggantikannya dengan materi yang setara, serta juga menyederhanakan
dan mengurangi materi pokok tanpa menggantikannya dengan materi lain
yang setara, apabila penyederhanaan atau pengurangan indikator tidak
mungkin dilakukan.
e) Penyusunan kurikulum dilakukan oleh guru kelas atau guru mata pelajaran,
bersama-sama dengan guru pembimbing khusus (jika ada), peserta didik
berkebutuhan khusus, orang tua peserta didik berkebutuhan khusus, dan
kepala sekolah.
f) Dalam menyusun penyesuaian kurikulum atau kurikulum khusus, disamping
harus memperhatikan potensi dan kondisi lingkungan alam dan masyarakat
sekitar untuk dapat digunakan sebagai tempat materi atau sumber dan media
atau alat pembelajaran.
2) Proses Kurikulum
Strategi pelaksanaan kurikulum pendidikan inklusi merupakan bagian dari
proses kurikulum. Strategi implementasi kurikulum pada sekolah inklusi,
disesuaikan dengan kebutuhan anak didik, dan dibuat sesuai dengan karakteristik
dari sekolah penyelenggara itu sendiri. Pengembangan dan penyesuaian strategi
atau metode pelaksanaan kurikulum inklusi hendaknya mengedepankan strategi
atau metode pembelajaran yang lebih partisipatorik, memberikan pengalaman
langsung, menumbuhkan kemandirian, kritis, dan membangkitkan nilai-nilai
kebersamaan sehingga tidak hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab
![Page 51: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/51.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
atau metode pemberian tugas kepada anak didik, tetapi dirancang semenarik
mungkin (Sumiyati, 2011: 30).
Selain penyampaian dengan metode-metode yang dirancang sedemikian
rupa, dapat pula dilakukan dengan transfer materi, seperti bina bicara, bina
persepsi bunyi, bahasa isyarat, bina diri, bina gerak, materi pendampingan untuk
siswa autis dan sebagainya, disesuaikan dengan kebutuhan dari anak dengan
kebutuhan khusus itu sendiri. Pelaksanaan transfer materi program khusus dapat
dilaksanakan sendiri, tetapi dapat pula dilaksanakan dengan melakukan kerjasama
dengan sesama guru pendamping khusus (GPK) dari satuan pendidikan lain atau
dari sekolah lain yang menyelenggarakan pendidikan serupa.
3) Evaluasi
Tahapan terakhir dari pelaksanaan suatu kurikulum adalah evaluasi. Di
dalam pendidikan inklusi, evaluasi dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip penilaian dalam pembelajaran inklusi.
Prinsip-prinsip penilaian yang dapat dilakukan di dalam pembelajaran
inklusi menurut Setia Adi Purwanta (Sumiyati, 2011: 31) adalah berikut ini.
a) Bobot materi penilaian
Untuk siswa berkebutuhan khusus yang tidak memerlukan penyesuaian
kurikulum atau materi pembelajaran, maka bobot materi penilaiannya tidak
perlu dibedakan dari bobot materi untuk siswa reguler. Untuk siswa
berkebutuhan khusus yang tidak memerlukan penyesuaian kurikulum dan
materi pembelajaran, tetapi hanya membutuhkan perpanjangan waktu untuk
mencapai ketuntasan belajarnya, maka bobot materi penilaiannya tidak perlu
dibedakan dari bobot materi untuk siswa reguler, tetapi perlu perpanjangan
waktu pada proses pengerjaan instrument penilaiannya atau pengurangan
butir instrument tetapi bobot dan keluasannya tetap sama dengan yang
diperuntukkan siswa reguler. Penambahan waktu atau pengurangan butir
instrument untuk siswa berkebutuhan khusus dikonversikan dengan
perbandingan beda kecepatan ketuntasannya. Sedangkan untuk siswa
berkebutuhan khusus yang memerlukan penyesuaian kurikulum dan materi
![Page 52: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/52.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pembelajaran karena memiliki kecepatan belajar lebih tinggi atau lebih
rendah dari siswa reguler, maka bobot materi penilaian perlu dibedakan dari
bobot materi untuk siswa reguler. Pembedaannya disesuaikan dengan
konversi perbandingan beda bobot materi untuk siswa reguler, sehingga untuk
siswa yang mempunyai kecepatan belajar yang tinggi dan kemampuan
menguasai bobot materi pembelajaran yang dalam dan luas, dapat diberi
materi pembelajaran tingkat berikutnya. Artinya siswa tersebut boleh naik
kelas dalam waktu yang lebih cepat. Sedangkan bagi siswa yang lambat
belajar dan kemampuan penguasaaan materinya tidak sedalam dan seluas
siswa reguler, maka kepadanya diberikan bobot materi penilaian yang lebih
rendah dari siswa reguler. Pemberian skor penilaiannya diberikan khusus
dengan mengkonversikan perbandingan beda bobot materi untuk siswa
reguler, sehingga skornya mungkin sama dengan atau bahkan lebih tinggi dari
siswa reguler, namun bobot maksimum materi yang dikuasainya lebih rendah,
jadi tidak akan pernah terjadi peristiwa tidak naik kelas. Dan yang terakhir
adalah siswa yang memiliki keterbatasan yang sedemikian rupa sehingga
tidak mampu mengikuti beberapa jenis materi pelajaran, sehingga
memerlukan kurikulum dengan materi pelajaran pengganti dengan bobot dan
keluasan yang disesuaikan dengan potensi dan kemampuannya. Materi dan
waktu penilaiannya pun disesuaikan dengan kurikulum dan materi pelajaran
yang diberikan kepadanya.
b) Fungsi penilaian
Penilaian pembelajaran lebih digunakan untuk mengukur dan menilai usaha
siswa dalam proses pembelajaran dan mendiagnosa treatmen yang dilakukan
oleh guru. Jadi tidak digunakan untuk menghakimi dan memvonis siswa.
Mengukur kemajuan seorang siswa dengan membandingkan kemampuannya
dengan kemampuan teman lainnya merupakan tindakan diskriminatif,
sehingga harus diubah menjadi pendekatan yang membandingkan
kemampuan siswa dengan kemampuan mereka sendiri sebelumnya. Jadi yang
diukur dan dinilai adalah kemajuan belajar individu (penilaian progress
individu).
![Page 53: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/53.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
c) Aspek penilaian
Penilaian harus mengungkap semua ranah kepribadian siswa, baik ranah
pengetahuan, sikap, maupun perilakunya, sehingga penilaian terhadap usaha
siswa serta penyelenggaraan proses pembelajaran harus dilaksanakan dan
tidak hanya melaksanakan penilaian hasil belajar siswa saja. Jadi penilaian
kuantitatif dan kualitatif harus dilakukan sehingga benar-benar merupakan
authentic assessment dengan menggunakan berbagai macam bentuk, yaitu
penilaian performance, sikap, tertulis, proyek, produk, portofolio, serta
penilaian diri. Pelaporannya tidak hanya berupa pemberian skor angka saja
tetapi harus dijelaskan pula dengan pemberian narasi tentang diskripsi
(penjelasan) tertulis tentang arti skor angka yang diberikan tersebut.
d) Aseksibilitas penilaian
Penilaian bukan hanya persoalan bobot, keluasan, dan kedalaman materi saja
yang harus aksesibel bagi siswa, tetapi secara fisik instrument penilaian juga
harus dengan mudah dapat digunakan oleh siswa terutama yang berkebutuhan
khusus. Misalnya untuk siswa yang memiliki keterbatasan penglihatan
memerlukan instrument penilaian yang dibuat dalam versi Braille atau cetak
besar dengan warna kontras serta dengan pemberian waktu pengerjaan yang
sebanding dengan kecepatan baca mereka. Untuk siswa yang memiliki
keterbatasan pendengaran dan wicara, memerlukan instrument penilaian yang
menggunakan bahasa yang singkat tetapi jelas serta bilamana perlu
menggunakan ilustrasi gambar.
Penilaian dalam pembelajaran inklusi seharusnya tidak meninggalkan
prinsip-prinsip di atas, sehingga setelah kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
penilaian dengan berbagai metode seperti unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian
proyek, penilaian portofolio, dan penilaian diri.
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian berdasarkan informasi kemajuan
belajar secara berkelanjutan sehingga guru dapat mengambil keputusan terbaik
dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai
kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum. Atas dasar hasil penilaian
kelas mungkin guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi
![Page 54: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/54.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pembelajaran, atau memperbaiki program pembelajarannya. Oleh karena itu,
program yang telah dirancang, strategi pembelajaran yang telah disiapkan, dan
bahan yang telah disiapkan perlu dievaluasi, direvisi, atau mungkin diganti atau
diperbaiki apabila ternyata tidak efektif membantu peserta didik dalam mencapai
penguasaan kompetensi tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
Beygi, Padakannaya, and Gowramma (2010) dalam penelitiannya dengan
peserta 40 siswa laki-laki dyscalculia yang dibagi dalam 20 kelompok eksperimen
dan 20 kelompok kontrol. Untuk kelompok eksperimen yaitu menerima program
remidial penjumlahan pada pengajaran di kelas reguler mereka setiap selang satu
hari. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara
kelompok eksperimen dan kontrol berdasarkan skor rerata pre-test pada
penjumlahan, dan juga tidak ada perbedaan signifikan antara skor rerata
pengurangan sebelum intervensi pada kelompok eksperimen dan kontrol pada
pengurangan. Sehingga adanya peningkatan signifikan diamati pada kelompok
eksperimen bahwa melalui pengajaran remidial dibuktikan bahwa keefektifan
program remidial dalam pembelajaran. Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa intervensi remidial hasilnya meningkat signifikan pada pengetahuan dasar
penjumlahan dan pengurangan pada siswa yang mengalami dyscalculia.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhdar Mahmud (2003) menunjukkan
bahwa dalam melaksanakan pelayanan bimbingan kepada ABK, guru tidak
memuat satuan layanan bimbingan secara khusus dengan pertimbangan tidak ada
pedoman BP khusus untuk ABK, tidak ada contoh satuan layanan bimbingan bagi
ABK, berhubungan dengan status kepegawaian, adanya kecenderungan tentang
kekeliruan persepsi konsep bimbingan. Terdapat enam faktor penghambat dalam
melaksanakan bimbingan, yaitu: faktor tenaga bimbingan, siswa, orang tua siswa,
personil sekolah, sarana dan prasarana. Dengan demikian, pelaksanaan layanan
bimbingan di SD belum optimal.
Penelitian Istiningsih (2005) menyimpulkan bahwa manajemen pendidikan
inklusi di Sekolah Dasar Negeri Klego 1 Boyolali cukup bagus. Tujuan yang ingin
![Page 55: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/55.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dicapai cukup ideal, hal itu tercermin dalam manajemen rekrutmen/identifikasi
anak yang dilakukan oleh para guru dan para pembimbing khusus bagi anak yang
membutuhkan pelayanan khusus telah memperoleh hasil yang cukup bagus,
manajemen kurikulum yang memadukan kurikulum reguler yang disesuaikan
dengan mempertimbangkan kondisi anak yang memerlukan pelayanan khusus,
manajemen sumber dana yang mencakup APBN, subsidi propinsi, subsidi
kabupaten dan subsidi khusus pendidikan inklusi, manajemen pengadaan dan
pembinaan tenaga kependidikan yang terdiri dari guru kelas biasa/reguler dan
guru pembimbing khusus bagi anak yang memerlukan pelayanan pendidikan
khusus yang tetap mengutamakan pembinaan profesi dan pembinaan karir,
manajemen pengelolaan sarana prasarana yang mencakup sarana umum dan
sarana khusus bagi anak yang memerlukan pelayanan khusus, manajemen
kegiatan belajar mengajar/perangkat KBM yang mencakup pembelajaran umum
seperti halnya sekolah reguler yang dipadukan pembelajaran khusus bagi anak
yang memerlukan pelayan pendidikan khusus, serta manajemen pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan secara optimal sehingga diperoleh sinergi kerjasama
yang baik antara pihak sekolah dengan masyarakat.
Menurut Siti Barokah (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
peserta didik pada usia 6 sampai dengan 12 tahun yang sederajad dengan peserta
didik Sekolah Dasar yang memiliki kecenderungan untuk menjadi manusia yang
bermoral baik terhadap orang tua, guru dan teman sebayanya, pada SD Hj Isriati
Semarang sebagai penyelenggara Pendidikan Inklusif menunjukkan hasil yang
sangat baik bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan persentase 71,43%,
moralitas peserta didik non berkebutuhan khusus yang tempat duduknya
berdekatan dengan peserta didik berkebutuhan khusus atau normal 1 serta peserta
didik yang tempat duduknya berjauhan atau normal 2 menunjukkan peringkat baik
dengan persentase 52,63% sampai dengan 64,28%. Fakta tersebut memberikan
kontribusi bahwa pendidikan inklusif adalah wadah pelayanan education for
future yang sesuai dengan fitrah manusia, yaitu kesucian, tanpa melihat
perbedaan.
![Page 56: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/56.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah
penelitian-penelitian sebelumnya membahas mengenai intervensi remedial,
layanan bimbingan pada ABK, manajemen Pendidikan Inklusi, dan moralitas
peserta didik pada Pendidikan Inklusif, sedangkan pada penelitian ini peneliti
menganalisis bagaimana proses pembelajaran matematika pada ABK learning
disabilities di kelas Inklusi serta apakah ada faktor kendala selama proses
pembelajaran dan cara penyelesaiannya. Setting penelitian ini secara nyata
berbeda dengan penelitian lainnya.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah yang
didalamnya terdapat interaksi antara berbagai komponen pembelajaran. Diantara
komponen pembelajaran tersebut adalah guru dan siswa. Interaksi yang terjadi
antara guru dan siswa serta siswa dan siswa diakibatkan adanya aktivitas belajar
siswa. Dalam pembelajaran guru harus memperhatikan pula sumber-sumber
instruksional yang berkaitan dengan pemilihan metode dan kegiatan belajar.
Kegiatan belajar mengajar matematika di kelas inklusi adalah suatu
kondisi yang sengaja diciptakan oleh guru matematika dan dibantu oleh guru
pembimbing khusus (GPK) matematika untuk ABK yang mengalami kesulitan
belajar terutama ABK learning disabilities dalam mengikuti pembelajaran
matematika di kelas. Proses pembelajaran matematika di kelas inklusi terjadi
karena adanya guru yang mengajar dan siswa (normal dan ABK) yang belajar.
Guru matematika memegang peranan penting dalam proses pembelajaran
matematika karena guru matematika sebagai penanggung jawab pelaksanaan
kegiatan pembelajaran matematika di sekolah terutama di kelas inklusi dengan
bantuan GPK matematika yang ada dan gurulah yang akan mengelola komponen
pembelajaran matematika yang ada agar kegiatan matematika di kelas inklusi
dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas inklusi, semua pihak yang
terlibat dalam proses pembelajaran baik sekolah maupun guru harus bisa
berkomunikasi dengan baik sehingga apa yang dibutuhkan oleh ABK terutama
![Page 57: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/57.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
ABK learning disabilities dapat ditangani dengan cepat dalam membantu kegiatan
belajarnya agar siswa dapat mengikuti pembelajaran matematika di kelas bersama
dengan siswa lainnya.
Selain itu, kesiapan belajar juga sangat diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran karena baik guru matematika, GPK matematika, dan siswa (normal
dan ABK) terutama ABK learning disabilities harus memiliki kesiapan akan
segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas tersebut, baik kesiapan
fisik, kesiapan mental, maupun kesiapan secara segi kognitif. Guru matematika
yang berperan sebagai pemberi pelajaran kepada siswa (normal dan ABK) dalam
proses pembelajaran harus selalu membekali diri dengan persiapan sebelum
mengajar dan menjalin komunikasi dengan GPK matematika terkait kemampuan
ABK learning disabilities, serta ABK learning disabilities sebagai penerima
pelajaran dari guru juga harus membekali diri dengan persiapan sebelum belajar,
sehingga terlaksana dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang
akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru harus membuat
perencanaan pembelajaran sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Guru
matematika sebagai subjek dalam membuat perencanaan pembelajaran harus
dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan dan metode yang
akan digunakan dalam menyampaikan materi matematika.
Selain persiapan mengajar, dalam kegiatan pembelajaran matematika tugas
guru bukan hanya sekedar penyampai informasi, melainkan sebagai fasilitator,
moderator, organisator, motivator, director, transmitor, dan evaluator. Dalam hal
ini, proses pembelajaran bukan lagi merupakan upaya penyampaian ilmu
pengetahuan kepada siswa sebagaimana tersirat dalam pengertian pengajaran,
tetapi merupakan suatu proses pembelajaran yaitu suatu upaya untuk membuat
siswa belajar.
Siswa dikatakan belajar apabila adanya interaksi selama proses
pembelajaran baik interaksi antara guru dan siswa (normal dan ABK) maupun
siswa dan siswa. Interaksi belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang
bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya tujuan
![Page 58: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/58.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pembelajaran yang ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran. Interaksi tersebut
terjadi karena adanya aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Guru
matematika dituntut berpikir bagaimana cara menumbuhkan aktivitas siswa
(normal dan ABK) dalam pembelajaran matematika sehingga siswa terutama
ABK learning disabilities dituntut aktif selama proses pembelajaran matematika
berlangsung, salah satu cara mewujudkannya dengan strategi pembelajaran
matematika yang inovatif.
Strategi pembelajaran matematika tidak dapat dipisahkan dari metode
pembelajaran matematika. Dalam hal ini metode dilihat sebagai cara untuk
mencapai tujuan dan ini berarti bahwa tujuan yaitu tujuan pembelajaran
matematika yang menentukan metode apa yang efektif. Sehubungan dengan itu,
bahwa setiap diskusi tentang prosedur mengajar harus didasarkan pada analisis
tentang tujuan, karena metode tidak dapat dinilai baik buruknya kecuali dalam
konteks bagaimana metode tersebut dapat dicapai secara efisien. Dalam
pembelajaran matematika di kelas inklusi seharusnya guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif sehingga tercapainya tujuan pembelajaran di kelas
inklusi, yaitu salah satunya adanya sikap positif siswa terhadap ABK terutama
ABK learning disabilities sehingga ABK learning disabilities dapat menunjukkan
kemampuannya secara optimal dikarenakan perlakuan positif yang ditunjukkan
guru dan siswa lainnya terhadap kekurangan yang dimilikinya.
Tercapainya suatu tujuan juga ditentukan dari penilaian hasil belajar.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru matematika dan siswa (normal dan ABK)
dalam mencapai tujuan pembelajaran dan dalam penilaian ini dilihat sejauh mana
keefektifan dan efisiensinya dalam mencapai tujuan pembelajaran atau perubahan
tingkah laku siswa (normal dan ABK) terutama ABK learning disabilities,
sehingga dapat diketahui faktor-faktor kendala atau masalah yang ada saat proses
pembelajaran matematika berlangsung di kelas inklusi dan memberikan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut agar tidak ditemukan lagi saat proses
pembelajaran selanjutnya. Masalah yang ada di kelas inklusi tidak terlepas dari
perlakuan yang diberikan masyarakat sekolah terhadap ABK terutama ABK
![Page 59: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/59.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
learning disabilities. Sekolah seharusnya memberikan layanan untuk ABK
terutama ABK learning disabilities yaitu GPK matematika yang dapat membantu
ABK secara optimal dalam pembelajarannya untuk mengurangi kesulitan guru
matematika dalam memberikan pemahaman materi kepadanya sehingga ABK
dapat mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajarannya.
![Page 60: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/60.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan lamanya penelitian ini berlangsung, mulai
dari perencanaan sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan perencanaan yang meliputi
pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, dan
pengajuan izin penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011
sampai dengan bulan Februari 2012.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan pengambilan data dan
menganalisis data yang diperoleh. Tahap ini dilaksanakan pada bulan
Maret 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.
c. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan penyusunan laporan penelitian.
Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan bulan Juli 2012.
B. Pendekatan Penelitian
Berangkat dari fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka pendekatan
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong
(2011: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
46
![Page 61: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/61.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Menurut Strauss &
Corbin (Yulia Maftuhah Hidayati, 2009: 35), penelitian kualitatif adalah
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan.
Ditinjau dari jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk penelitian
lapangan (field research), karena penelitian ini mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit
sosial, kelompok, lembaga dan masyarakat yang dilaksanakan dalam kehidupan
dan realitas yang sebenarnya.
Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa
pertimbangan antara lain: (1) Penelitian ini merupakan upaya untuk
mendeskripsikan permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran
matematika pada anak berkebutuhan khusus (ABK) learning disabilities di kelas
Inklusi SD Al-Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta; (2)
Penelitian ini lebih bersifat induktif, artinya peneliti berusaha lebih
mendeskripsikan permasalahan berdasar data yang terbuka bagi penelitian lebih
lanjut; (3) Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar dan mengutamakan
data yang bersifat kualitatif.
C. Sumber Data
Ada tiga sumber data dalam penelitian ini, yaitu informan kunci (key
informan), tempat dan peristiwa, serta dokumen. Adapun ketiga sumber data itu
diuraikan sebagai berikut.
1. Informan kunci (key informan), informan awal dipilih secara purposive
(purposive sampling). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 102),
“kekuatan dari sampel purposif adalah dari sedikit kasus yang diteliti secara
mendalam memberikan banyak pemahaman tentang topik, seperti halnya
sampling probabilitas yang diambil secara random berdasarkan statistik dapat
mewakili populasi”. Informan selanjutnya ditentukan dengan cara snowball
sampling, yaitu dipilih secara bergulir sampai menunjukkan tingkat
![Page 62: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/62.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kejenuhan informasi. Bertindak sebagai informan awal (sumber informan)
adalah guru matematika, sedangkan informan selanjutnya antara lain siswa
tanpa kebutuhan khusus, siswa dengan kebutuhan khusus learning
disabilities, guru pembimbing khusus (GPK) dan koordinator pelaksana
program inklusi.
2. Tempat dan peristiwa, yang meliputi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
beserta kelengkapan administrasi KBMnya di SD Al Firdaus Surakarta dan
SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta.
3. Dokumen, antara lain rencana pengajaran guru, proses pembelajaran yang
meliputi kegiatan belajar mengajar, perangkat mengajar, serta fasilitas
pendukung. Data ini dipergunakan untuk melengkapi hasil wawancara dan
observasi terhadap tempat dan peristiwa.
D. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan tahapan penelitian dalam penelitian kualitatif, instrumen
utama adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan
data berjalan dari medan empiris dalam upaya membangun teori dari data. Proses
pengumpulan data ini meliputi proses memasuki lokasi penelitian serta berada di
lokasi penelitian dan mengumpulkan data.
Metode pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam, observasi atau pengamatan, dan dokumentasi.
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2011: 186).
Mc Milan dan Schumacher dalam Satori (Iskandar, 2009: 130)
mengemukakan wawancara mendalam merupakan tanya jawab yang terbuka
untuk memperoleh data tentang maksud hati partisipan yang bagaimana
menggambarkan kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena yang
![Page 63: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/63.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
berhubungan dengan setting penelitian. Dengan cara dialog antara peneliti
sebagai pewawancara dengan informan.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui informasi
dari koordinator pelaksana program inklusi, guru matematika, guru
pembimbing khusus, dan siswa (normal dan ABK learning disabilities)
tentang proses pembelajaran matematika yang sedang berlangsung di kelas
inklusi SD Al-Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi dilakukan untuk
mengumpulkan data-data secara langsung yang terkait dengan proses
pembelajaran matematika di kelas inklusi SD Al Firdaus Surakarta dan SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta, meliputi jalannya pembelajaran, aktivitas
siswa, aktivitas guru, dan penggunaan media pembelajaran.
3. Dokumentasi
Dengan menggunakan metode dokumentasi ini, data dapat diperoleh
melalui penyelidikan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen peraturan-peraturan, catatan harian, notulen rapat, dan sebagianya
(Suharsimi Arikunto dalam Yulia Maftuhah Hidayati, 2009: 37).
Dokumentasi yang dimaksud adalah untuk memperoleh dan menganalisa data
terhadap program pengajaran guru dari perancanaan, pelaksanaan sampai
pada tindak lanjut, proses pembelajaran serta profil sekolah yang meliputi
fasilitas serta visi misi maupun struktur organisasi.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data. Teknik analisis data yaitu untuk menganalisis data yang telah diperoleh
untuk ditarik kesimpulan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data
kualitatif yang mengikuti konsep Miles dan Huberman.
Miles dan Huberman (Iskandar, 2009: 138) mengemukakan aktivitas dalam
analisis data berlangsung mulai dari awal penelitian sampai penelitian berakhir
![Page 64: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/64.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
yang dituangkan dalam laporan penelitian dilakukan secara simultan dan terus
menerus.
Aktivitas dalam analisis data penelitian ini adalah penggunaan model alur
yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Langkah-langkah analisis
data ditunjukkan gambar berikut.
Gambar 3.1 Model Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Secara
Interaktif menurut Miles dan Huberman (Iskandar, 2009: 139)
1. Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh dilapangan dicatat atau direkam dalam
bentuk naratif, yaitu uraian data yang diperoleh dari lapangan apa adanya
tanpa adanya komentar peneliti yang berbentuk catatan kecil. Dari catatan
deskriptif ini, kemudian dibuat catatan refleksi yaitu catatan yang berisi
komentar, pendapat atau penafsiran peneliti/fenomena yang ditemui di
lapangan.
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam hal ini penulis
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data
Pengambilan
Kesimpulan
![Page 65: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/65.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
membuat catatan lapangan kemudian apabila catatan lapangan sudah
terkumpul, maka penulis memilih di antara catatan-catatan itu, tentang bagian
data mana yang dipakai, mana yang dibuang, serta cerita-cerita apa yang
sedang berkembang. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasi data dengan data dengan sedemikian rupa sehingga
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah pencapaian informasi berdasarkan data yang
dimiliki dan disusun secara baik, runtut sehingga mudah dilihat, dibaca, dan
dipahami tentang suatu kejadian dan tindakan atau peristiwa dalam bentuk
teks naratif.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber, peneliti
mengambil kesimpulan yang masih tetatif. Akan tetapi, dengan bertambahnya
data melalui proses verifikasi, maka akan diperoleh kesimpulan yang bersifat
grounded. Dengan kata lain, setiap kesimpulan senatiasa terus menerus
dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang
diperoleh melalui analisis data tersebut dijadikan pedoman untuk menyusun
rekomendasi dan implikasi.
F. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan dapat
dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data
merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan
data penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu
penelitian. Dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini harus
melalui beberapa teknik pengujian data.
Adapun teknik pengecekan keabsahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengecekan data yang dikembangkan oleh Lexy J.Maleong (2011: 327-
332):
![Page 66: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/66.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Dalam penelitian kualitatif, peneliti terjun ke lapangan dan ikut serta
dalam kegiatan-kegiatan subjek penelitian. Keikutsertaan tersebut tidak hanya
dilakukan dalam waktu singkat, akan tetapi memerlukan waktu yang lebih
lama dari sekedar untuk rnelihat dan mengetahui subjek penelitian.
2. Ketekunan/Keajegaan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konsisten atau
tentatif. Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menentukan data dan
informasi yang relevan dengan persoalan yang sedang dicari oleh peneliti,
kernudian peneliti memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
3. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan yang
satu ke informan lainnya. Misalnya dari guru yang satu ke guru lainnya, dari
kepala sekolah ke wakil kepala sekolah, dan lain sebagainya. Dalam
pengecekan keabsahan data pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan
triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding
terhadap data tersebut. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat, orang yang berpendidikan
menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan. (Lexy J. Moleong, 2011: 332).
![Page 67: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/67.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Untuk pengecekan keabsahan data melalu triangulasi data digunakan
dua jenis pendekatan yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode.
a. Triangulasi sumber data yaitu dimana peneliti berupaya untuk mengecek
keabsahan data yang didapatkan dari salah satu sumber dengan sumber
yang lain. Misalnya peneliti menggali data tentang fokus pertama, yaitu
proses pembelajaran matematika pada ABK learning disabilities di kelas
inklusi. Selanjutnya data tersebut dicek keabsahannya kepada pengelola
ABK dan dokumen, sehingga sampai ditemukan tingkat akurasi data.
Demikian juga dilakukan terhadap subfokus penelitian lainnya, atau
untuk mencocokan perolehan data tersebut, peneliti melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data
wawancara.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi terkait.
3) Membandingkan perspektif seseorang dengan pendapat dan
pandangan orang lain.
b. Triangulasi metode adalah upaya untuk mengecek keabsahan data
melalui pengecekan kembali apakah prosedur dan proses pengumpulan
data sesuai dengan metode yang absah. Disamping itu pengecekan data
dilakukan secara berulang-ulang melalui beberapa metode pengumpulan
data.
4. Auditing
Teknik ini dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungan dan
kepastian data. penelusuran audit tidak dapat dilaksanakan apabila tidak
dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil
studi. Pada penelitian ini, auditing digunakan untuk pengecekan kebenaran
informasi kepada para informan yang telah diteliti oleh peneliti dalam
melakukan laporan penelitian. Dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh
para responden atau informan dan beberapa orang peserta pengkajian aktif,
peneliti akan membacakan laporan hasil penelitian.
![Page 68: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/68.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
G. Prosedur Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan dalam dua tahapan, yaitu tahapan pertama,
kajian pustaka dengan mengkaji berbagai teori dan implikasi mengenai proses
pembelajaran matematika pada ABK learning disabilities di kelas inklusi SD.
Pada tahapan kedua, mengumpulkan data sesuai dengan metode-metode yang
telah diterapkan.
Adapun langkah-langkah penelitian yang akan diambil adalah sebagai
berikut.
1. Menyampaikan pemberitahuan sekaligus permohonan ijin kepada Kepala
Sekolah SD Al Firdaus Surakarta dan SD Bromantakan 56 Surakarta untuk
dapat melakukan penelitian di SD tersebut.
2. Memperkenalkan diri kepada kepala sekolah, guru, siswa kelas inklusi yang
menjadi sasaran penelitian bahwa peneliti adalah mahasiswa Program Pasca
Sarjana Pendidikan Matematika UNS, yang bermaksud melakukan penelitian
tentang proses pembelajaran matematika pada ABK learning disabilities di
SD tersebut.
3. Menjelaskan tentang tujuan serta manfaat yang akan dihasilkan dari
penelitian tersebut, tanpa menyembunyikan maksud penelitian sehingga akan
menghilangkan kecurigaan mereka yang menganggap penelitian itu bertujuan
memata-matai dan mencari kesalahan dalam pelaksanaan tugas.
4. Menetapkan informan kunci yang dapat memandu dan membantu peneliti
dalam mengumpulkan data.
5. Melakukan pemotretan terhadap gambaran umum proses pembelajaran
matematika dengan aktivitasnya untuk bahan dokumentasi.
6. Membuat rekaman wawancara dengan informan.
7. Membuat catatan hasil pengamatan yang dituangkan ke dalam catatan dari
hasil pengamatan.
8. Melakukan analisis data yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
pengumpulan data.
9. Membuat laporan penelitian.
![Page 69: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/69.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
G. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. SD Al Firdaus Surakarta
SD Al Firdaus terletak di jalan Yosodipuro No.56 Dusun Punggawan
Kecamatan Banjarsari Surakarta. SD Al Firdaus Surakarta terbagi menjadi
beberapa ruang, yaitu ruang kelas yang terbagi menjadi 15 kelas, ruang kepala
sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang guru, laboratorium IPA, laboratorium
komputer, laboratorium bahasa, ruang musik, ruang puspa, masjid, perpustakaan,
ruang Tata Usaha (TU), ruang informasi teknologi, dapur, ruang makan, ruang
ganti baju, ruang penjaga sekolah, kantin, aula sekolah, gudang, dan kamar mandi
(lampiran 36).
Adapun Visi dan Misi SD Al Firdaus Surakarta adalah sebagai berikut.
a. Visi
Meluluskan siswa yang memiliki kecakapan iptek dan imtaq serta non
akademik secara lebih.
b. Misi
1) Meletakkan dasar-dasar aqidah dan akhaqul karimah yang mantap.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang kondusif,
menumbuhkan kecakapan, keilmuan, dan kemandirian anak.
3) Menyediakan sarana prasarana pendidikan yang representative untuk
menunjang kecakapan, keilmuan, dan kemandirian anak.
4) Mengembangkan ketrampilan (life skill) pada anak.
5) Menjalin kerjasama dengan orang tua/wali murid dalam mensukseskan
pembelajaran anak.
2. SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta terletak di jalan Ronggowarsito
No.122 Dusun Timuran Kecamatan Banjarsari Surakarta. SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta terbagi menjadi beberapa ruang, yaitu ruang kelas
55
![Page 70: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/70.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
yang terbagi menjadi 6 kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, aula, ruang
inklusi, laboratorium komputer, perpustakaan, mushola, ruang UKS, ruang
koperasi, ruang agama kristen, ruang agama katolik, ruang TU, ruang penjaga,
dan kamar mandi (lampiran 37).
Adapun Visi dan Misi SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta adalah
sebagai berikut.
a. Visi
Mewujudkan generasi muda yang berkualitas, beriman, dan taqwa.
b. Misi
1) Mencerdaskan calon penerus bangsa melalui pendidikan dasar.
2) Maju bersama dalam meraih prestasi.
3) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
4) Melaksanakan pendidikan untuk semua.
H. Temuan Penelitian
1. Proses Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi
Dalam proses pembelajaran matematika di kelas inklusi baik di SD Al
Firdaus Surakarta maupun di SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta diperlukan
kesiapan guru dan siswa sebelum pembelajaran, perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran, serta aktivitas siswa saat
pembelajaran yang berhubungan dengan interaksi guru dan siswa, serta siswa dan
siswa.
a. Kesiapan Guru dan Siswa Sebelum Pembelajaran
1) Hasil observasi di kelas
a) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan observasi di kelas VA SD Al Firdaus Surakarta terhadap JS
yang merupakan guru matematika kelas V, IF yang merupakan guru pembimbing
khusus (GPK) matematika, dan RA yang merupakan ABK learning disabilities
dalam matematika, diperoleh data sebagai berikut.
![Page 71: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/71.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(1) Guru matematika kelas V menyiapkan media dan sumber belajar yang
diperlukan sebelum dimulainya pembelajaran, seperti menyiapkan laptop dan
LCD proyektor saat materi bangun ruang (CLHP No.03).
(2) Guru pembimbing khusus (GPK) matematika telah ada di kelas sebelum
pembelajaran di mulai sampai berakhirnya pembelajaran (CLHP No.02 dan
CLHP N0.03).
(3) ABK learning disabilities menyiapkan buku pelajaran matematika saat
pelajaran akan dimulai (CLHP No.02, CLHP No.03, dan CLHP N0.04).
(4) Tidak ada media khusus untuk ABK learning disabilities (CLHP No.02 dan
CLHP No.03).
b) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan observasi di kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
terhadap RM yang merupakan guru kelas V dan AP yang merupakan ABK
learning disabilities, diperoleh data sebagai berikut.
(1) Guru kelas V menyiapkan media dan sumber belajar yang diperlukan
sebelum dimulainya pembelajaran, seperti menyiapkan peta saat materi
perbandingan dan skala (CLHP No.05).
(2) Tidak ada guru pembimbing khusus (GPK) selama pembelajaran
berlangsung, penataan tempat duduk ABK di baris depan (CLHP No.5, CLHP
No.06, dan CLHP No.07).
(3) ABK learning disabilities menyiapkan buku pelajaran matematika saat
pelajaran akan dimulai (lampiran 22).
(4) Tidak ada media khusus untuk ABK learning disabilities (lampiran 22).
2) Hasil wawancara
a) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan YN yang merupakan Kepala
Puspa Al Firdaus Surakarta, diperoleh data bahwa GPK matematika hanya
mengikuti pembelajaran pada hari Senin dan Rabu, sedangkan yang mengikuti
pembelajaran setiap hari untuk di kelas VA adalah guru pendamping dari ABK
retardasi mental (CLHW No.01 dan CLHW No.04).
![Page 72: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/72.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V dan IF yang merupakan guru pembimbing khusus (GPK)
matematika SD Al Firdaus Surakarta, diperoleh data bahwa guru matematika dan
GPK matematika saling berkomunikasi terkait materi pelajaran yang akan
diberikan sebelum dimulainya pembelajaran (CLHW No.01 dan CLHW No.05).
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan siswa kelas VA SD Al
Firdaus Surakarta yaitu RA yang merupakan ABK learning disabilities dalam
matematika dan KN yang merupakan teman sekelasnya (siswa normal), diperoleh
data bahwa mereka telah menyiapkan diri terlebih dulu dengan belajar di rumah
sebelum keesokan harinya menghadapi pembelajaran matematika (CLHW No.06).
b) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta dan SN yang merupakan
Koordinator Pelaksanaan Program Inklusi dan juga GPK Bromantakan, diperoleh
data bahwa tidak ada GPK maupun guru pendamping ABK untuk kelas atas (kelas
IV – VI) sehingga penataan tempat duduk ABK di barisan depan (CLHW No.08,
CLHW No.09, dan CLHW No.10).
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V dan SN yang merupakan guru pembimbing khusus (GPK) SD Negeri
Bromantakan Surakarta, diperoleh data bahwa tidak adanya komunikasi antara
guru kelas V dan GPK dikarenakan tidak adanya GPK untuk kelas atas (CLHW
No.08 da CLHW No.09).
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan siswa kelas V SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta yaitu AP yang merupakan ABK learning disabilities
dan MR yang merupakan teman sekelasnya (siswa normal), diperoleh data bahwa
mereka telah menyiapkan diri terlebih dulu dengan belajar di rumah sebelum
keesokan harinya menghadapi pembelajaran matematika (CLHW No.11).
Berdasarkan hasil observasi di kelas dan hasil wawancara dengan guru
matematika kelas V, guru kelas V, Kepala Puspa Al Firdaus, Koordinator
Pelaksanaan Program Inklusi, guru pembimbing khusus (GPK), serta ABK
learning disabilities dan teman sekelasnya (siswa normal) kelas V, terdapat
![Page 73: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/73.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
perbedaan dalam kesiapan sebelum pembelajaran yaitu keberadaan GPK, untuk
kesiapan lainnya sama. Dalam keseharian proses pembelajaran matematika kelas
V antara SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
terdapat perbedaan ada dan tidaknya GPK untuk ABK learning disabilities. Pada
SD Al Firdaus Surakarta mempunyai GPK matematika sedangkan pada SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta tidak mempunyai GPK sehingga setting tempat
duduk untuk ABK di barisan depan.
b. Perencanaan Pembelajaran
1) Hasil observasi dokumen
a) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan hasil observasi dokumen, perencanaan pembelajaran
matematika di kelas inklusi yang di susun oleh JS yang merupakan guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta, meliputi sebagai berikut (Lampiran
4).
(1) Identitas Mata Pelajaran (sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, pertemuan
ke, alokasi waktu)
(2) Standar Kompetensi (menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah)
(3) Kompetensi Dasar
(4) Tujuan Pembelajaran
(5) Materi Ajar
(6) Metode Pembelajaran (tanya jawab, deduktif, latihan, ekspositori)
(7) Langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan
penutup)
(8) Alat/Bahan dan Sumber Belajar
(9) Penilaian (tes tertulis, tes praktik)
(10) Contoh instrumen
Pada kegiatan inti, guru matematika SD Al Firdaus Surakarta
merencanakan kegiatan ini secara sistematis dan sistemik melalui proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (Lampiran 4).
![Page 74: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/74.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan hasil observasi dokumen, perencanaan pembelajaran
matematika di kelas inklusi yang di susun oleh RM yang merupakan guru kelas V
SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta, meliputi sebagai berikut (Lampiran 5).
(1) Identitas Mata Pelajaran (mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu)
(2) Standar Kompetensi (menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah)
(3) Kompetensi Dasar
(4) Indikator
(5) Tujuan Pembelajaran
(6) Materi Pembelajaran
(7) Metode Pembelajaran (informasi, penugasan, diskusi)
(8) Langkah-langkah kegiatan (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir)
(9) Alat dan Sumber Belajar
(10) Penilaian (tes tertulis, kinerja/perbuatan)
Pada kegiatan inti, guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
belum merencanakan kegiatan ini secara sistematis dan sistemik melalui proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sehingga tidak terlihat langkah-langkah
penggunaan metode pembelajaran yang direncanakan oleh guru (Lampiran 5).
2) Hasil observasi di kelas
a) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan observasi di kelas VA SD Al Firdaus Surakarta terhadap JS
yang merupakan guru matematika kelas V, diperoleh data sebagai berikut (CLHP
No.01, CLHP No.02, CLHP No.03, dan CLHP No.04).
(1) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta menyatakan tujuan umum
pembelajaran sebelum proses pembelajaran dimulai.
(2) Metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi baik
pecahan maupun bangun ruang adalah dengan metode tanya jawab, diskusi,
dan latihan dengan tutor sebaya.
![Page 75: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/75.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan observasi di kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
terhadap RM yang merupakan guru kelas V, diperoleh data sebagai berikut
(CLHP No.05, CLHP No.06, dan CLHP No.07).
(1) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta menyatakan tujuan
umum pembelajaran sebelum proses pembelajaran dimulai.
(2) Metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pecahan
adalah metode tanya jawab dan penugasan tetapi pada saat materi bangun
ruang ditambah dengan menggunakan diskusi dengan tutor sebaya.
3) Hasil wawancara
a) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta diperoleh data sebagai berikut
(CLHW No.01).
(1) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta selalu menyusun rencana
pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran biasanya dilakukan setelah
selesai satu kompetensi dasar.
(2) Dalam penyusunan rencana pembelajaran, guru matematika juga menyatakan
kegiatan utama pembelajarannya.
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V dan YN yang merupakan Kepala Puspa SD Al Firdaus
Surakarta, diperoleh data bahwa rencana pembelajaran untuk kelas inklusi sama
dengan rencana pembelajaran pada kelas reguler biasa, sedangkan pihak Puspa
dalam hal ini GPK maupun guru pendamping hanya membuat PPI (Program
Pembelajaran Individual) (CLHW No.01 dan CLHW No.04).
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V dan siswa kelas VA SD Al Firdaus Surakarta yaitu RA yang
merupakan ABK learning disabilities dalam matematika dan KN yang merupakan
teman sekelasnya (siswa normal), diperoleh data sebagai berikut (CLHW No.01
dan CLHW No.07).
![Page 76: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/76.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(1) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta menyatakan tujuan umum
pembelajaran sebelum proses pembelajaran dimulai.
(2) Metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi baik
pecahan maupun bangun ruang adalah dengan metode ceramah dan diskusi
dengan tutor sebaya.
b) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta diperoleh data sebagai berikut
(CLHW No.08).
(1) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selalu menyusun rencana
pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran biasanya dilakukan setelah
selesai satu pokok bahasan.
(2) Dalam penyusunan rencana pembelajaran, guru juga menyatakan kegiatan
utama pembelajarannya.
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V dan SN yang merupakan Koordinator Pelaksanaan Program Inklusi SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta, diperoleh data bahwa rencana pembelajaran
untuk kelas inklusi sama dengan rencana pembelajaran pada kelas reguler biasa,
sedangkan koordinator dalam hal ini GPK hanya membuat PPI (Program
Pembelajaran Individual) (CLHW No.08 dan CLHW No.10).
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V dan siswa kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta yaitu AP yang
merupakan ABK learning disabilities dan MR yang merupakan teman sekelasnya
(siswa normal), diperoleh data sebagai berikut (CLHW No.08 dan CLHW No.10).
(1) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta menyatakan tujuan
umum pembelajaran sebelum proses pembelajaran dimulai.
(2) Metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pecahan
adalah metode tanya jawab dan penugasan tetapi pada saat materi bangun
ruang ditambah dengan menggunakan diskusi dengan tutor sebaya.
Berdasarkan hasil observasi dokumen, hasil observasi di kelas, dan hasil
wawancara dengan guru matematika kelas V, guru kelas V, Kepala Puspa Al
![Page 77: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/77.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Firdaus, Koordinator Pelaksanaan Program Inklusi Bromantakan, serta ABK
learning disabilities dan teman sekelasnya (siswa normal) kelas V, terdapat
perbedaan komponen perencanaan pembelajaran antara SD Al Firdaus Surakarta
dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta yaitu ada dan tidaknya indikator dan
contoh instrumen, serta ada dan tidaknya proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi pada kegiatan inti, sedangkan untuk urutan susunannya sama dan tidak
ada perbedaan RPP untuk kelas inklusi dengan RPP untuk kelas reguler biasa.
Dalam menggunakan metode pembelajaran antara guru matematika kelas V SD
Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
dalam materi pecahan hampir sama yaitu menggunakan metode tanya jawab,
diskusi, dan latihan.
c. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, baik di SD Al Firdaus
Surakarta maupun di SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta melalui tiga tahapan
kegiatan, yaitu tahap prainstruksional (pendahuluan/kegiatan awal), tahap
instruksional (kegiatan inti), dan tahap penilaian.
1) Tahap prainstruksional (pendahuluan/kegiatan awal)
a) Hasil observasi di kelas
(1) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas VA SD Al Firdaus Surakarta terhadap
JS yang merupakan guru matematika kelas V, diperoleh data sebagai berikut.
(a) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta mengadakan kegiatan
awal dengan melihat kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
dengan memberikan beberapa pertanyaan umum (CLHP No.01, CLHP
No.02, CLHP No.03, dan CLHP No.04).
(b) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta memberikan motivasi
kepada siswa (CLHP No.01 dan CLHP No.03).
(c) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta melakukan kegiatan
apersepsi dengan mengulangi materi sebelumnya (CLHP No.01, CLHP
No.02, dan CLHP No.04).
![Page 78: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/78.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(2) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta terhadap RM yang merupakan guru kelas V, diperoleh data sebagai
berikut.
(a) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta mengadakan kegiatan
awal dengan melihat kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
dengan mengajak siswa berdoa sebelum memulai pembelajaran (CLHP
No.05, CLHP No.06, dan CLHP No.07).
(b) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta memberikan motivasi
kepada siswa, apabila kamu tidak siap dengan pembelajaran maka kamu tidak
akan bisa (CLHP No.05).
(c) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta melakukan kegiatan
apersepsi dengan mengulangi materi sebelumnya (CLHP No.05, CLHP
N0.06, dan CLHP No.07).
b) Hasil wawancara
(1) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta tentang kegiatan awal pembelajaran,
diperoleh data sebagai berikut (CLHW No.01).
(a) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta selalu melihat kesiapan
siswa baik secara fisik maupun psikis dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika diawali dengan memberikan salam.
(b) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta memberikan motivasi
secara umum kepada siswa sehingga siswa fokus pada pembelajaran.
(c) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta melakukan kegiatan
apersepsi dengan mengulang materi sebelumnya terlebih dahulu sebelum
masuk ke materi baru dan memberikan pertanyaan terkait materi sebelumnya
tanpa membedakan siswa normal dan ABK.
![Page 79: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/79.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(2) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta tentang kegiatan awal
pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut (CLHW No.08).
(a) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selalu melihat kesiapan
siswa baik secara fisik maupun psikis dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika dengan mengajak siswa berdoa terlebih dahulu dan bertanya
tentang banyak hal yang berkaitan dengan keseharian siswa tanpa
membedakan siswa normal dan ABK seperti jarak dari rumah ke sekolah.
(b) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta memberikan motivasi
kepada siswa dengan mengajak bernyanyi atau bertanya tentang keadaan
siswa.
(c) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta melakukan kegiatan
apersepsi dengan mengulang materi sebelumnya terlebih dahulu sebelum
masuk ke materi baru.
Berdasarkan hasil observasi di kelas dan hasil wawancara dengan guru
matematika dan guru kelas V, terdapat perbedaan cara pandang guru matematika
kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
tentang melihat kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta beranggapan bahwa dengan semua
siswa membalas salam yang diucapkan oleh guru maka siswa sudah siap untuk
mengikuti pembelajaran. Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
melihat kesiapan siswa dengan mengajak berdoa dan memberikan pertanyaan
yang berkaitan dengan materi dalam keseharian siswa.
Guru matematika kelas V SD Negeri Al Firdaus Surakarta dan guru kelas
V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta, selalu memberikan motivasi terlebih
dahulu agar siswa lebih fokus pada pembelajaran dan melaksanakan kegiatan
apersepsi dengan mengulang materi sebelumnya dan memberikan pertanyaan-
pertanyaan terkait materi sebelumnya tanpa membedakan siswa normal dan ABK.
![Page 80: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/80.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2) Tahap Instruksional (Kegiatan Inti)
a) Hasil observasi di kelas
(1) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas VA SD Al Firdaus Surakarta,
diperoleh data sebagai berikut.
(a) Dalam kegiatan inti pembelajaran, guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta mengaitkan materi yang diajarkan dengan realitas kehidupan
(kontekstual) (Lampiran 20 dan CLHP No.04).
(b) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif siswa
normal dan ABK baik dalam bertanya, berpendapat, maupun mengemukakan
ide-idenya (CLHP No.03 dan CLHP N0.04).
(c) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta memfasilitasi siswa dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dengan metode diskusi dengan tutor
sebaya tanpa membedakan siswa normal dan ABK (CLHP No.01).
(d) Dalam menyampaikan materi, guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
(Lampiran 18, 19, 20, dan 21).
(e) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta selalu berusaha membuat
siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran baik siswa normal maupun
ABK dengan mengajukan pertanyaan (Lampiran 18, 19, 20, dan 21).
(2) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta, diperoleh data sebagai berikut.
(a) Dalam kegiatan inti pembelajaran, guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta mengaitkan materi yang diajarkan dengan realitas kehidupan
(kontekstual) (CLHP No.05).
(b) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif siswa
normal dan ABK baik dalam bertanya, berpendapat, maupun mengemukakan
ide-idenya (CLHP No.05).
![Page 81: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/81.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(c) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta memfasilitasi siswa
dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dengan metode diskusi
dengan tutor sebaya tanpa membedakan siswa normal dan ABK (CLHP
No.06).
(d) Dalam menyampaikan materi, guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
(Lampiran 22, 23, dan 24).
(e) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selalu berusaha membuat
siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran baik siswa normal maupun
ABK dengan mengajukan pertanyaan (CLHP No.05).
b) Hasil wawancara
(1) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V, RA yang merupakan ABK learning disabilities dalam
matematika dan KN yang merupakan teman sekelasnya (siswa normal) kelas VA
SD Al Firdaus Surakarta tentang kegiatan inti pembelajaran, diperoleh data
sebagai berikut (CLHW No.01, CLHW No.02, dan CLHW No.07).
(a) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta selalu mengaitkan materi
yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa karena dengan contoh
yang biasa dilihat, dirasa, dan didengar memudahkan siswa dalam memahami
materi terutama matematika. Misalnya mencari berapa jumlah gula ibu
sekarang dengan diketahui ibu membeli gula 2 ½ kg dan ibu masih
mempunyai gula di dapur 4 ½ kg.
(b) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta selalu berusaha
melaksanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap positif siswa
normal dan ABK baik dalam bertanya, berpendapat, maupun mengemukakan
ide-idenya. Misalnya dengan guru memberikan contoh-contoh soal sederhana
seperti siswa diminta untuk mencari model jaring-jaring kubus yang lain
selain dari contoh yang diberikan oleh guru.
(c) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta melaksanakan diskusi
dengan tutor sebaya karena siswa akan lebih paham apabila dijelaskan oleh
![Page 82: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/82.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
teman sebayanya untuk membahas dan menyelesaikan soal yang diberikan
oleh guru.
(d) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta selalu berusaha
melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan
memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani untuk
berbicara.
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RA yang merupakan ABK
learning disabilities dan KN yang merupakan teman sekelasnya (siswa normal)
kelas VA SD Al Firdaus Surakarta, diperoleh data sebagai berikut (CLHW
No.07).
(a) Dalam menyampaikan materi, guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar.
Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh siswa dan tulisannya mudah
dibaca oleh siswa.
(b) Selama pembelajaran, guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta
memberikan perlakuan yang sama pada semua siswa baik itu siswa normal
maupun ABK.
(2) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V, AP yang merupakan ABK learning disabilities dan MR yang merupakan
teman sekelasnya (siswa normal) kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
tentang kegiatan inti pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut (CLHW No.08
dan CLHW No.12).
(a) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selalu mengaitkan materi
yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya menghitung
jarak dari rumah ke sekolah dengan menggunakan perbandingan dan skala.
(b) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selalu berusaha
melaksanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap positif siswa
normal dan ABK baik dalam bertanya, berpendapat, maupun mengemukakan
ide-idenya. Misalnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba
mencari model jaring-jaring kubus dan balok.
![Page 83: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/83.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
(c) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta melaksanakan diskusi
dengan tutor sebaya membahas dan menyelesaikan soal yang diberikan oleh
guru. Setelah itu salah satu dari mereka menjelaskan di depan dan hasilnya di
tempel di papan pajangan.
(d) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selalu berusaha
melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan
menunjuk siswa dan memberikan pertanyaan.
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan AP yang merupakan ABK
learning disabilities dan MR yang merupakan teman sekelasnya (siswa normal)
kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta, diperoleh data sebagai berikut
(CLHW No.07).
(a) Dalam menyampaikan materi, guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar.
Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh siswa dan tulisannya mudah
dibaca oleh siswa.
(b) Selama pembelajaran, guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
memberikan perlakuan yang sama pada semua siswa baik itu siswa normal
maupun ABK tetapi lebih mengutamakan ABK terlebih dahulu terutama
ABK yang mengalami kesulitan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas dan hasil wawancara dengan guru
matematika kelas V, guru kelas V, serta ABK learning disabilities dan teman
sekelasnya (siswa normal) kelas V tentang kegiatan inti pembelajaran di SD Al
Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta dimana hampir sama,
hanya cara penyampaiannya yang berbeda. Perlakuan guru matematika kelas V
SD Al Firdaus Surakarta terhadap semua siswa kelas VA sama dan itu juga sama
dengan perlakuan yang ditunjukkan oleh guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta terhadap semua siswa kelas V tetapi lebih mengutamakan ABK yang
mengalami kesulitan yaitu ABK learning disabilities. Guru matematika kelas V
SD Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
sudah mengaitkan materi yang diajarkan dengan realitas kehidupan (kontekstual).
![Page 84: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/84.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
3) Tahap penilaian
a) Hasil observasi di kelas
(1) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas VA SD Al Firdaus Surakarta,
diperoleh data bahwa JS yang merupakan guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dengan memberikan bimbingan kepada siswa dari meja ke meja
terutama ABK learning disabilities (CLHP No.01, CLHP No.02, CLHP No.03,
dan CLHP No.04).
(2) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta, diperoleh data bahwa guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dengan memberikan bimbingan kepada siswa dari meja ke meja
terutama ABK learning disabilities (CLHP No.05, CLHP No.07, dan CLHP
No.08).
b) Hasil wawancara
(1) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta, diperoleh data bahwa guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun hadiah yang berupa reward
(pujian) atau nilai terhadap keberhasilan siswa normal dan ABK (CLHW No.03).
(2) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta, diperoleh data bahwa guru kelas V
SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun hadiah berupa nilai terhadap
keberhasilan siswa normal dan ABK dan hasil tersebut di tempel di papan
pajangan (CLHW No.08).
![Page 85: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/85.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan hasil observasi di kelas dan hasil wawancara antara peneliti
dengan guru matematika kelas V, guru kelas V pada tahap penilaian di SD Al
Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta hampir sama, hanya
berbeda dalam pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta tidak hanya memberikan nilai
terhadap keberhasilan siswa tetapi juga memberikan reward dalam bentuk pujian,
sedangkan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selain memberikan
nilai terhadap keberhasilan siswa juga dengan menempel hasil pekerjaan siswa di
papan pajangan.
d. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut (Penutup)
1) Hasil observasi di kelas
a) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas VA SD Al Firdaus Surakarta,
diperoleh data sebagai berikut.
(1) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta kadang-kadang bersama
siswa membuat rangkuman atau kesimpulan mengenai materi yang sudah
disampaikan (CLHP No. 01, CLHP No.02, dan CLHP No.03).
(2) Guru Matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta kadang-kadang
memberikan tugas rumah yang berkaitan dengan materi yang disampaikan
(CLHP No.02 dan CLHP No.04).
(3) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya (CLHP No.
01, CLHP No.02, dan CLHP No.03).
b) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta, diperoleh data sebagai berikut.
(1) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta kadang-kadang bersama
siswa membuat rangkuman atau kesimpulan mengenai materi yang sudah
disampaikan (CLHP No.05 dan CLHP No.06).
![Page 86: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/86.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
(2) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta tidak ada memberikan
tugas rumah yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.
(3) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan Surakarta menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya (CLHP
No.06).
2) Hasil wawancara
a) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta, diperoleh data sebagai berikut
(CLHW No.03).
(1) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta selalu berusaha mengajak
siswa membuat rangkuman atau kesimpulan mengenai materi yang
disampaikan.
(2) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta kadang-kadang
memberikan tugas rumah sebagai persiapan ulangan dan apabila siswa belum
memahami materi dengan jelas.
(3) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta selalu menyampaikan
rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya
secara umum.
b) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta, diperoleh data sebagai berikut
(CLHW No.08).
(1) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selalu berusaha
mengajak siswa membuat rangkuman atau kesimpulan mengenai materi yang
disampaikan.
(2) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta kadang-kadang
memberikan tugas rumah berkaitan dengan materi yang dipelajari.
(3) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selalu menyampaikan
rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
![Page 87: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/87.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Berdasarkan hasil observasi di kelas dan hasil wawancara dengan guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta sama-sama mengajak siswa membuat kesimpulan
mengenai materi yang telah disampaikan untuk penekanan materi dan
menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya, sedangkan untuk tugas rumah jarang diberikan.
e. Aktivitas Siswa Saat Pembelajaran
1) Hasil observasi di kelas
a) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas VA SD Al Firdaus Surakarta terhadap
RA yang merupakan ABK learning disabilities dalam matematika dan KN yang
merupakan teman sekelasnya (siswa normal), diperoleh data sebagai berikut.
(1) ABK learning disabilities kelas VA SD Al Firdaus Surakarta mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh, terkadang bermain dengan teman
sekelasnya (siswa normal) (CLHP No.03).
(2) ABK learning disabilities kelas VA SD Al Firdaus Surakarta dapat saling
berinteraksi dengan baik dengan gurunya, GPKnya, dan teman yang lainnya
ditandai dengan bertanya mengenai pelajaran. Lebih sering bertanya pada
teman sebaya daripada dengan gurunya maupun GPKnya (CLHP No.02).
(3) Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta berusaha membiasakan
semua siswa membaca dan menulis melalui tugas-tugas tertentu (lampiran 18,
19, 20, dan 21).
b) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan hasil observasi di kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta terhadap AP yang merupakan ABK learning disabilities dan teman
sekelasnya (siswa normal), diperoleh data sebagai berikut.
(1) ABK learning disabilities kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh (CLHP No.05, CLHP
No.06, dan CLHP No.07).
![Page 88: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/88.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
(2) ABK learning disabilities kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
dapat saling berinteraksi dengan baik dengan gurunya dan teman yang
lainnya ditandai dengan bertanya mengenai pelajaran. Lebih sering bertanya
pada gurunya (CLHP No.05).
(3) Guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta berusaha membiasakan
semua siswa membaca dan menulis melalui tugas-tugas tertentu (Lampiran
22, 23, dan 24).
2) Hasil wawancara
a) SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RA yang merupakan ABK
learning disabilities dalam matematika dan KN yang merupakan teman
sekelasnya (siswa normal) kelas VA SD Al Firdaus Surakarta, diperoleh data
sebagai berikut (CLHW No.06 dan CLHW No.07).
(1) ABK learning disabilities kelas VA SD Al Firdaus Surakarta dalam
mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh ditandai dengan
memperhatikan guru, terkadang bermain sebentar dengan teman sekelasnya
(siswa normal) untuk menghilangkan bosan.
(2) ABK learning disabilities kelas VA SD Al Firdaus Surakarta dalam
berinteraksi dengan guru, GPK, dan teman yang lainnya ditandai dengan
bertanya. Lebih sering bertanya dengan teman sebayanya saat pembelajaran,
bertanya dengan guru biasanya dilakukan setelah selesai pembelajaran.
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan JS yang merupakan guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta, diperoleh data bahwa guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta membiasakan siswa (normal dan
ABK) untuk membaca dan menulis, tetapi lebih sering menulis terutama
matematika harus banyak menulis dan lebih sering dilakukan saat pembelajaran
berlangsung tidak melalui tugas rumah (CLHW N0.02).
b) SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan AP yang merupakan ABK
learning disabilities dan teman sekelasnya (siswa normal) kelas V SD Negeri
![Page 89: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/89.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Bromantakan 56 Surakarta, diperoleh data sebagai berikut (CLHW No.11 dan
CLHW No.12).
(1) ABK learning disabilities kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
dalam mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh ditandai dengan
memperhatikan guru, terkadang bermain sebentar dengan teman sekelasnya
(siswa normal dan ABK).
(2) ABK learning disabilities kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
dalam berinteraksi dengan guru dan teman yang lainnya ditandai dengan
bertanya. Saat pembelajaran lebih sering bertanya dengan guru, untuk
bertanya dengan teman biasanya dengan teman yang duduknya berdekatan.
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta, diperoleh data bahwa guru kelas V
SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta selalu berusaha membiasakan siswa
(normal dan ABK) untuk membaca dan menulis, membaca melalui soal dan
menulis beserta rumusnya agar siswa tidak hanya tahu jawabannya saja (CLHW
N0.08).
Berdasarkan hasil observasi di kelas dan hasil wawancara antara peneliti
dengan guru matematika kelas V, guru kelas V, serta ABK learning disabilities
dan teman sekelasnya (siswa normal) kelas V pada saat pembelajaran di SD Al
Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta menunjukkan
aktivitas yang hampir sama. ABK learning disabilities kelas VA SD Al Firdaus
Surakarta dan ABK learning disabilities kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta sudah dapat berinteraksi dengan baik dengan guru, GPK, dan teman
yang lainnya ditandai dengan bertanya. ABK learning disabilities kelas VA SD
Al Firdaus Surakarta lebih sering bertanya dengan teman sebayanya, sedangkan
ABK learning disabilities kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta lebih
sering bertanya dengan gurunya.
![Page 90: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/90.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Faktor-faktor Kendala dan Penyelesaiannya Saat Proses Pembelajaran
Matematika di Kelas Inklusi
Dalam proses pembelajaran matematika di kelas inklusi baik di SD Al
Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta tidak terlepas dari
adanya faktor-faktor kendala ataupun kesulitan-kesulitan yang dialami.
a. SD Al Firdaus Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan guru matematika kelas V
SD Al Firdaus Surakarta, diperoleh data bahwa faktor kendala yang dialami
secara umumnya adalah waktu sehingga tidak bisa membimbing ABK learning
disabilities secara intens dimana siswa kurang paham pada konsep dasar dan cara
berhitung tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Penyelesaian yang dilakukan dengan memberikan penanaman konsep dan
pemahaman berhitung secara bertahap dan intens yang dibantu oleh GPK
matematika, serta memberikan tambahan belajar (CLHW No.03).
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan IF yang merupakan guru
pembimbing khusus (GPK) matematika kelas atas SD Al Firdaus Surakarta,
diperoleh data bahwa faktor kendala yang dialami secara umum adalah waktu
sehingga tidak bisa memberikan bimbingan pada siswa yang berkesulitan dengan
fokus pada satu ABK learning disabilities dalam matematika dikarenakan GPK
matematika kelas atas hanya satu. Penyelesaian yang dilakukan dengan
memberikan tambahan belajar (CLHW No.05).
b. SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan RM yang merupakan guru
kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta, diperoleh data bahwa faktor
kendala yang dialami adalah ABK learning disabilities lama memahami materi
sehingga pemahaman yang diberikan harus lebih ekstra. Penyelesaian yang
dilakukan dengan memberikan tambahan belajar dan meminta bantuan
koordinator pelaksanaan program inklusi yang juga selaku GPK dengan menarik
ABK learning disabilities saat berlangsungnya pembelajaran untuk memberikan
pemahaman materi (CLHW No.08).
![Page 91: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/91.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru matematika
kelas V, guru kelas V, dan GPK matematika kelas atas SD Al Firdaus Surakarta
faktor kendala yang dialami oleh SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta saat proses pembelajaran matematika di kelas inklusi,
sama yaitu masalah waktu dalam memberikan bimbingan pada siswa yang
berkesulitan terutama ABK learning disabilities. Kendala tersebut juga terjadi
dikarenakan pembelajaran di kelas inklusi untuk ABK learning disabilities dalam
matematika belum sesuai dengan yang diharapkan, seperti belum optimalnya GPK
dalam membantu guru untuk memberikan bimbingan/bantuan kepada ABK
learning disabilities dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, guru
menyelesaikan kendala tersebut dengan memberikan tambahan belajar untuk
siswa yang berkesulitan terutama ABK learning disabilities.
I. Pembahasan
Disajikannya alamat lengkap lokasi tempat penelitian ini dengan maksud
untuk menunjukkan keotentikan penelitian lapangan (field research) yang peneliti
tetapkan, sehingga asal perolehan data ini dapat dipertanggungjawabkan. Di
samping itu juga perlu disajikan kelayakan sekolah yang dipilih sebagai tempat
penelitian. Dengan kata lain, bagi pembaca tesis ini yang memerlukan rujukan dan
cek ke sumber data serta lokasinya tidak mengalami kesulitan.
Dalam hasil penelitian ini juga disebutkan visi dan misi, pada dasarnya
visi dan misi dari SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta maknanya hampir sama yaitu siswa tidak hanya diharapkan menjadi
calon penerus bangsa yang pandai, cerdas, dan berprestasi dalam pendidikan
tetapi juga memiliki budi pekerti yang baik, santun dalam berperilaku, serta
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bermanfaat bagi diri
sendiri, keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.
Berkaitan dengan proses pembelajaran khususnya matematika terutama di
kelas inklusi, kesiapan guru dan siswa baik siswa normal dan ABK terutama ABK
learning disabilities sangat diperlukan sebelum dimulainya pembelajaran. Di SD
Al Firdaus Surakarta, sebelum pembelajaran dimulai guru matematika kelas V
![Page 92: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/92.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
menyiapkan media dan sumber belajar yang diperlukan untuk membantu selama
proses pembelajaran di kelas inklusi tetapi untuk ABK learning disabilities tidak
ada media khusus yang disiapkan, di samping itu adanya komunikasi terlebih
dahulu antara guru matematika kelas V dan guru pembimbing khusus (GPK)
matematika kelas atas (kelas IV – VI) terkait materi yang akan diajarkan dan GPK
matematika sudah siap di kelas sesaat sebelum pembelajaran dimulai sehingga
dapat membantu guru dalam membimbing ABK learning disabilities apabila
mengalami kesulitan selama berlangsungnya pembelajaran agar ABK learning
disabilities tetap dapat mengikuti materi yang diberikan oleh guru matematika
bersama dengan teman lainnya.
Untuk di SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta tidak jauh berbeda dengan
di SD Al Firdaus Surakarta, guru kelas V juga menyiapkan media dan sumber
belajar yang diperlukan sebelum dimulainya pembelajaran di kelas inklusi dan
juga tidak ada media khusus untuk ABK learning disabilities. Perbedaannya guru
kelas V tidak ada berkomunikasi terlebih dahulu dengan GPK dikarenakan tidak
adanya GPK untuk kelas atas sehingga tugas guru kelas juga mengerjakan tugas
seorang GPK sehingga setting tempat duduk untuk ABK di barisan depan,
akibatnya tugas guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta lebih berat
dibandingkan guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta karena guru
kelas V SD Negeri Bromantakan harus bisa lebih ekstra membimbing/membantu
ABK terutama ABK learning disabilities agar tetap dapat mengikuti pelajaran di
kelas bersama dengan temannya yang lain. Untuk kesiapan ABK learning
disabilities dan teman sekelasnya (siswa normal) kelas V baik di SD Al Firdaus
Surakarta dan SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta sama yaitu mempersiapkan
diri dengan belajar terlebih dahulu di rumah dan menyiapkan buku pelajaran di
atas meja saat pembelajaran akan dimulai.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas inklusi tidak ada
perbedaan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas reguler
biasa, sehingga guru tetap membuat RPP seperti biasanya. Dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun guru matematika kelas V SD Al
Firdaus Surakarta disebutkan dengan adanya penggunaan metode tanya jawab,
![Page 93: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/93.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
deduktif, latihan, dan ekspositori. Dalam metode ekspositori, guru mengajak siswa
aktif dengan banyak memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah
sehingga timbulnya tanya jawab dan diskusi, dimana diskusi yang terjadi yaitu
diskusi dengan tutor sebaya yang terdiri dari siswa normal dan ABK dikarenakan
siswa akan lebih paham apabila dijelaskan oleh teman sebayanya.
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun guru kelas
V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta disebutkan dengan adanya penggunaan
metode informasi, tanya jawab, dan diskusi. Dalam metode tanya jawab dan
diskusi, guru mengajak siswa aktif untuk bertanya, mengemukakan pendapat,
serta menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan cara diskusi dengan tutor
sebaya sehingga siswa yang pintar dapat membantu siswa yang kesulitan
termasuk ABK learning disabilities.
Pada dasarnya tujuan yang diharapkan dari metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan guru kelas
V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta sama yaitu terciptanya pembelajaran
yang aktif melalui diskusi dengan tutor sebaya karena dianggap lebih efektif dan
efisien daripada diskusi kelompok. Selain itu, diharapkan siswa yang pintar dapat
membantu temannya yang kesulitan terutama ABK learning disabilities karena
siswa akan lebih paham apabila dijelaskan oleh teman sebayanya. Selain itu,
dengan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif seperti diskusi dengan
tutor sebaya tersebut dapat menimbulkan interaksi sosial yang positif untuk ABK
terutama ABK learning disabilities dengan siswa lainnya. ABK learning
disabilities akan merasa keberadaannya diterima oleh lingkungan sekitarnya
terutama guru dan teman-temannya sehingga ABK learning disabilities berani
menunjukkan kemampuannya secara optimal dalam pembelajaran.
Dalam kegiatan awal pembelajaran, terdapat perbedaan cara pandang guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta tentang melihat kesiapan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta
beranggapan bahwa dengan semua siswa membalas salam yang diucapkan oleh
guru maka siswa sudah siap untuk mengikuti pembelajaran. Guru kelas V SD
![Page 94: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/94.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Negeri Bromantakan 56 Surakarta melihat kesiapan siswa dengan mengajak
berdoa dan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi dan keseharian
siswa, pertanyaan lebih sering ditujukan untuk ABK learning disabilities.
Guru matematika kelas V SD Negeri Al Firdaus Surakarta dan guru kelas
V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta, selalu memberikan motivasi terlebih
dahulu agar siswa lebih fokus pada pembelajaran dan melaksanakan kegiatan
apersepsi dengan mengulang materi sebelumnya dan memberikan pertanyaan-
pertanyaan terkait materi sebelumnya tanpa membedakan siswa normal dan ABK.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih sering ditunjukkan kepada ABK learning
disabilities tanpa menunjukkan perlakuan yang berbeda.
Kegiatan inti pembelajaran di SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta hampir sama, hanya cara penyampaiannya yang
berbeda. Perlakuan guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta terhadap
semua siswa kelas VA sama dan itu juga sama dengan perlakuan yang
ditunjukkan oleh guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta terhadap
semua siswa kelas V tetapi lebih mengutamakan ABK yang mengalami kesulitan
terutama ABK learning disabilities. ABK learning disabilities lebih bersungguh-
sungguh dalam mengikuti pelajaran yang diberikan guru walau terkadang banyak
yang tidak dipahaminya sehingga guru selalu memberikan bimbingan maupun
bantuan yang rutinitasnya lebih sering dibandingkan kepada siswa normal.
Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta sudah mengaitkan materi yang diajarkan
dengan realitas kehidupan (kontekstual) sehingga siswa yang berkesulitan
terutama ABK learning disabilities lebih mudah memahaminya khususnya
matematika. Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta memberikan
contoh gula yang dibeli oleh ibu tetapi di rumah ibu masih mempunyai persediaan
gula yang dibuat dalam bentuk pecahan, maka siswa harus mencari berapa jumlah
gula ibu sekarang, diharapkan siswa dapat menjumlahkan bentuk pecahan. Guru
kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta memberikan contoh, yaitu dengan
jarak dari rumah ke sekolah, maka siswa harus mencari berapa jarak tersebut
diharapkan dalam bentuk perbandingan dan skala.
![Page 95: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/95.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Dalam tahap penilaian yang dilakukan oleh guru matematika kelas V SD
Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
hampir sama yaitu sama-sama memantau kemajuan siswa selama pembelajaran
berlangsung, hanya berbeda dalam pemberian umpan balik terhadap keberhasilan
siswa. Guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta tidak hanya
memberikan nilai terhadap keberhasilan siswa tetapi juga memberikan reward
dalam bentuk pujian, sedangkan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta selain memberikan nilai terhadap keberhasilan siswa juga dengan
menempel hasil pekerjaan siswa di papan pajangan, dengan begitu siswa terutama
ABK learning disabilities memiliki semangat yang tinggi dalam belajar untuk
bisa seperti temannya yang lain.
Dalam tahap evaluasi dan tindak lanjut, guru matematika kelas V SD Al
Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
membuat kesimpulan bersama-sama siswa normal dan ABK mengenai materi
yang telah disampaikan untuk penekanan materi dan menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Untuk tugas
rumah biasanya diberikan apabila siswa normal dan ABK learning disabilities
masih belum memahami materi dengan jelas dan akan menghadapi ulangan
sehingga diharapkan siswa mempersiapkan diri sebelumnya.
Selama berlangsungnya pembelajaran terjadinya aktivitas-aktivitas yang
ditimbulkan oleh siswa baik siswa normal dan ABK yang berhubungan dengan
interaksi siswa (normal dan ABK) dan guru, serta siswa dan siswa. Aktivitas
siswa dalam pembelajaran itu mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sadirman (Wawan Junaidi, 2010) bahwa aktivitas dalam
proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa
baik dalam bertanya, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala
kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar karena tanpa
aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik.
Dalam kegiatan pembelajaran di SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta menunjukkan aktivitas siswa normal dan ABK
learning disabilities yang hampir sama yaitu mendengarkan materi yang diberikan
![Page 96: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/96.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
guru dengan sungguh-sungguh, serta membaca dan menulis melalui tugas atau
latihan yang diberikan oleh guru. ABK learning disabilities kelas VA SD Al
Firdaus Surakarta dan ABK learning disabilities kelas V SD Negeri Bromantakan
56 Surakarta juga sudah dapat berinteraksi dengan baik dengan guru, GPK, dan
teman yang lainnya yang ditandai dengan bertanya. ABK learning disabilities
kelas VA SD Al Firdaus Surakarta lebih sering bertanya dengan teman sebayanya
(siswa normal), sedangkan ABK learning disabilities kelas V SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta lebih sering bertanya dengan gurunya.
Saat proses pembelajaran, ada faktor-faktor kendala yang dialami oleh
guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta. Guru matematika kelas V dan GPK matematika kelas
atas SD Al Firdaus Surakarta mengalami kesulitan dalam penanaman konsep dan
cara berhitung terutama pada ABK learning disabilities dalam matematika. Bagi
guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta kendala terbesar adalah waktu
sehingga guru matematika kelas V tidak bisa memberikan bimbingan secara
intens terhadap siswa yang berkesulitan terutama ABK learning disablities,
sedangkan bagi GPK matematika kendala terbesar yang dialami adalah hanya
satu-satunya GPK matematika kelas atas sehingga tidak bisa membantu guru
matematika dalam memberikan bimbingan secara individual terhadap siswa yang
berkesulitan terutama ABK learning disabilities dan terbatasnya waktu yang ada.
Kendala yang dialami oleh guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta tidak jauh berbeda dengan guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta. Guru kelas V SD Al Firdaus Surakarta mengalami kesulitan dalam
pemberian pemahaman materi kepada siswa yang berkesulitan terutama ABK
learning disabilities dikarenakan siswa lama untuk bisa memahami materi
sehingga pemahaman yang diberikan harus lebih ekstra. Kendala tersebut juga
terjadi dikarenakan pembelajaran di kelas inklusi untuk ABK learning disabilities
dalam matematika belum sesuai dengan yang diharapkan, seperti belum
optimalnya GPK dalam membantu guru untuk memberikan bimbingan/bantuan
kepada ABK learning disabilities dalam pembelajaran matematika. Oleh karena
itu, guru matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD
![Page 97: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/97.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Negeri Bromantakan 56 Surakarta menyelesaikan kendala tersebut dengan
memberikan tambahan belajar untuk siswa yang berkesulitan terutama ABK
learning disabilities.
![Page 98: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/98.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
J. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Proses pembelajaran matematika di kelas inklusi SD Al Firdaus Surakarta dan
SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta sudah berlangsung dengan baik, dilihat
dari guru dan siswa (normal dan ABK) sudah siap sebelum proses
pembelajaran dimulai, dan sudah sesuai juga dengan prinsip-prinsip
pembelajaran yakni perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi dan tindak
lanjut, serta adanya aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung yang
berhubungan dengan interaksi siswa (normal dan ABK) dan guru, serta siswa
dan siswa.
a. Dalam kesiapan sebelum proses pembelajaran, guru matematika kelas V SD
Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
menyiapkan media dan sumber belajar yang diperlukan untuk membantu
selama proses pembelajaran di kelas inklusi tetapi tidak ada media khusus
yang disiapkan untuk ABK learning disabilities. Guru matematika kelas V
dan guru pembimbing khusus (GPK) matematika kelas atas SD Al Firdaus
Surakarta melakukan komunikasi terlebih dahulu terkait materi yang akan
diberikan dan GPK matematika telah siap di kelas sesaat sebelum
pembelajaran dimulai untuk membantu guru matematika dalam memberikan
bimbingan/bantuan kepada ABK learning disabilities, sedangkan guru kelas
V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta tidak melakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan GPK dikarenakan tidak adanya GPK untuk kelas atas (kelas
IV – VI) sehingga setting tempat duduk ABK di barisan depan. Penataan
tempat duduk untuk ABK di kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
sudah tepat sesuai dengan kondisi tidak adanya GPK saat pembelajaran
berlangsung, sehingga lebih memudahkan guru untuk memantau kemajuan
ABK terutama ABK learning disabilities dikarenakan lebih mudahnya guru
84
![Page 99: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/99.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
memberikan bimbingan/bantuan kepada ABK learning disabilities. ABK
learning disabilities dan teman sekelasnya (siswa normal) kelas VA SD Al
Firdaus Surakarta, serta ABK learning disabilities dan teman sekelasnya
(siswa normal) kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta telah
menyiapkan diri dengan belajar di rumah terlebih dulu dan menyiapkan buku
pelajaran di atas meja saat pembelajaran akan dimulai.
b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah dilaksanakan
rutin setiap selesai satu kompetensi dasar oleh guru matematika kelas V SD
Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta.
RPP yang digunakan di kelas inklusi sama dengan RPP yang digunakan di
kelas reguler biasa. Adapun unsur-unsur yang ada dalam RPP diantaranya,
yaitu Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran,
Langkah-langkah Kegiatan, Alat/Bahan/Sumber, dan Penilaian.
c. Pelaksanaan pembelajaran matematika di SD Al Firdaus Surakarta dan SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta melalui tiga tahapan kegiatan, yaitu tahap
prainstruksional (pendahuluan/kegiatan awal), tahap instruksional (kegiatan
inti), dan tahap penilaian.
1) Dalam kegiatan awal pembelajaran, guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
melaksanakan kegiatan apersepsi dengan mengulang materi sebelumnya dan
memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi sebelumnya tanpa
membedakan siswa normal dan ABK, pertanyaan lebih ditujukan untuk ABK
learning disabilities. Motivasi yang diberikan secara umum terkait dengan
keadaan dan keseharian siswa sehingga siswa lebih fokus pada pembelajaran.
2) Dalam kegiatan inti pembelajaran, guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta sudah
mengaitkan materi yang diajarkan seperti pecahan dengan realitas kehidupan
(kontekstual) sehingga siswa yang berkesulitan terutama ABK learning
disabilities lebih mudah memahaminya. Guru matematika kelas V SD Al
Firdaus Surakarta memberikan contoh gula yang dibeli oleh ibu tetapi di
![Page 100: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/100.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
rumah ibu masih mempunyai persediaan gula yang dibuat dalam bentuk
pecahan, maka siswa harus mencari berapa jumlah gula ibu sekarang,
diharapkan siswa dapat menjumlahkan bentuk pecahan. Guru kelas V SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta memberikan contoh, yaitu dengan jarak
dari rumah ke sekolah, maka siswa harus mencari berapa jarak tersebut
diharapkan dalam bentuk perbandingan dan skala. Selain itu dalam
menggunakan metode pembelajaran, guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta sama-sama
menggunakan diskusi dengan tutor sebaya dimana pelaksanaannya terdiri dari
siswa yang heterogen (normal dan ABK), diharapkan siswa yang pintar dapat
membantu temannya karena siswa akan lebih paham apabila dijelaskan oleh
teman sebayanya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif seperti diskusi
dengan tutor sebaya tidak selalu diterapkan oleh guru dalam pembelajaran
dikarenakan dirasa guru kurang efektif dan efisien, padahal dengan metode
pembelajaran kooperatif dapat membantu guru dalam mengembangkan sikap
positif siswa (normal dan ABK) melalui interaksi sosial yang baik sehingga
ABK terutama ABK learning disabilities dapat menunjukkan kemampuannya
secara optimal dalam pembelajaran. Perlakuan yang ditunjukkan oleh guru
matematika kelas V SD Al Firdaus Surakarta terhadap semua siswa kelas VA
sama dan itu juga sama dengan perlakuan yang ditunjukkan oleh guru kelas V
SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta terhadap semua siswa kelas V tetapi
lebih mengutamakan ABK learning disabilities.
3) Dalam tahap penilaian yang dilakukan oleh guru matematika kelas V SD Al
Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
hampir sama yaitu sama-sama memantau kemajuan siswa selama
pembelajaran berlangsung, hanya berbeda dalam pemberian umpan balik
terhadap keberhasilan siswa. Guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta tidak hanya memberikan nilai terhadap keberhasilan siswa tetapi
juga memberikan reward dalam bentuk pujian, sedangkan guru kelas V SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta selain memberikan nilai terhadap
keberhasilan siswa juga dengan menempel hasil pekerjaan siswa di papan
![Page 101: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/101.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
pajangan, dengan begitu siswa terutama ABK learning disabilities memiliki
semangat yang tinggi dalam belajar untuk bisa seperti temannya yang lain.
d. Dalam tahap evaluasi dan tindak lanjut, guru matematika kelas V SD Al
Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta
membuat kesimpulan bersama-sama siswa (normal dan ABK) mengenai
materi yang telah disampaikan dan menyampaikan rencana pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Untuk tugas rumah
biasanya diberikan apabila siswa masih belum memahami materi dengan jelas
dan akan menghadapi ulangan sehingga diharapkan siswa mempersiapkan
diri sebelumnya.
e. Aktivitas siswa (normal dan ABK) terutama ABK learning disabilities saat
pembelajaran berlangsung di SD Al Firdaus Surakarta dan SD Negeri
Bromantakan 56 Surakarta hampir sama yaitu mendengarkan materi yang
diberikan guru dengan sungguh-sungguh, serta membaca dan menulis melalui
tugas atau latihan yang diberikan oleh guru. ABK learning disabilities dan
teman sekelasnya (siswa normal) kelas VA SD Al Firdaus Surakarta, serta
ABK learning disabilities dan teman sekelasnya (siswa normal) kelas V SD
Negeri Bromantakan 56 Surakarta juga sudah dapat berinteraksi dengan baik
dengan guru, GPK, dan teman yang lainnya yang ditandai dengan bertanya.
ABK learning disabilites kelas VA SD Al Firdaus Surakarta lebih sering
bertanya dengan teman sebayanya (siswa normal), sedangkan ABK learning
disabilities kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta lebih sering
bertanya dengan gurunya.
2. Faktor kendala yang dialami oleh guru matematika kelas V SD Al Firdaus
Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56 Surakarta saat proses
pembelajaran matematika di kelas inklusi, sama yaitu masalah waktu dalam
memberikan bimbingan pada siswa yang berkesulitan terutama ABK learning
disabilities. Kendala tersebut juga terjadi dikarenakan pembelajaran di kelas
inklusi untuk ABK learning disabilities dalam matematika belum sesuai
dengan yang diharapkan, seperti belum optimalnya GPK dalam membantu
guru untuk memberikan bimbingan/bantuan kepada ABK learning disabilities
![Page 102: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/102.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, guru matematika kelas V
SD Al Firdaus Surakarta dan guru kelas V SD Negeri Bromantakan 56
Surakarta menyelesaikan kendala tersebut dengan memberikan tambahan
belajar untuk siswa yang berkesulitan terutama ABK learning disabilities.
K. Implikasi
Ada implikasi teoritis dan praktis dalam penelitian ini.
1. Implikasi Teoritis
Dalam proses pembelajaran matematika di kelas inklusi, pengetahuan
tentang pendidikan inklusi, serta penggunaan metode yang efektif dan efisien juga
diperlukan. Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, dapat menambah pengetahuan
dan wawasan tentang metode diskusi dengan tutor sebaya dan cara menyikapi
kesulitan dalam memberikan pembelajaran di kelas inklusi.
2. Implikasi Praktis
Persiapan yang baik sebelum pembelajaran dan penyusunan rencana
pembelajaran yang baik dan rutin mampu membantu kelancaran pelaksanaan
pembelajaran matematika terutama di kelas inklusi. Berdasarkan kesimpulan
dalam penelitian ini, dapat memberikan masukan kepada guru betapa pentingnya
persiapan yang baik sebelum pembelajaran dan penyusunan rencana pembelajaran
yang dilaksanakan secara rutin dan baik. Dengan demikian diharapkan dapat
membantu kelaksanaan pelaksanaan pembelajaran.
L. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat disampaikan saran
sebagai berikut.
1. Bagi guru
a. Guru perlu terus meningkatkan profesionalisme, kreativitas, dan
kompetensinya dalam mendesain suatu pembelajaran matematika
terutama untuk kelas inklusi, serta menguasai ilmu dan teknologi untuk
mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Guru harus
berusaha mengajak semua siswa (normal dan ABK) untuk berpartisipasi
![Page 103: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/103.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
aktif dalam pembelajaran matematika antara lain dengan selalu
memotivasi siswa terutama ABK learning disabilities sehingga ABK
learning disabilities mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar.
b. Agar dalam pembelajaran matematika dapat mengembangkan sikap
positif siswa yang menimbulkan interaksi sosial yang lebih baik antara
siswa normal dan ABK serta ABK dan ABK hendaknya guru selalu
menggunakan model pembelajaran yang dapat melibatkan interaksi siswa
(normal dan ABK), seperti model pembelajaran kooperatif dalam
membantu guru melaksanakan proses pembelajaran matematika.
2. Bagi Guru Pembimbing Khusus (GPK)
Guru Pembimbing Khusus (GPK) matematika hendaknya secara optimal
dapat memberikan bimbingan/bantuan kepada ABK terutama ABK learning
disabilities sehingga ABK learning disabilities dapat mengikuti pelajaran
matematika di kelas bersama dengan temannya dan pembelajaran matematika
juga dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.
3. Bagi siswa normal dan ABK
Siswa normal hendaknya dapat menjalin interaksi sosial yang baik dengan
ABK terutama ABK learning disabilities dan guru, serta ABK khususnya
ABK learning disabilities dapat menjalin interaksi yang baik dengan siswa
normal dan guru agar proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya hendaknya melaksanakan penelitian pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dengan memperluas faktor-faktor lain yang
mempengaruhi proses pembelajaran matematika di kelas inklusi yang juga
berhubungan dengan interaksi siswa normal dan ABK. Hal ini perlu
dilakukan agar proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dapat
berjalan lebih baik tanpa adanya kendala.
![Page 104: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/104.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Armstrong, D., Armstrong, A. C., & Spandagou, I. 2011. “Inclusion: By Choice
or By Chance?”. International Journal of Inclusive Education. 15 (1). 29-
39. Diakses dari (http://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/
13603116.2010.496192) pada 13 Desember 2011.
Bandi Delphie. 2009. Matematika Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Sleman:
KTSP.
Beygi, A., Padakannaya, P., & Gowramma. 2011. “A Remedial Intervention for
Addition and Substraction in Children With Dyscalculia”. Journal of The
Indian Academy. 36 (1). Diakses dari (http://medind.nic.in/jak/t10/i1/
jakt10i1p9.pdf) pada 13 Desember 2011.
Carrington, S. 1999. “Inclusion Needs A Different School Culture”. International
Journal of Inclusive Education. 3 (3). 257-268. Diakses dari
(http://eprints.qut.edu.au/1718/1/1718.pdf) pada 13 Desember 2011.
Dalila Sadida. 2011. Tahapan Pra Pembelajaran, Tindak Lanjut dan Penyajian
Pembelajaran. (http://sadidadalila.wordpress.com/2011/04/29/tahapan-pra-
pembelajaran-tindak-lanjut-dan-penyajian-pembelajaran/). Diakses 13
Desember 2011 jam 10.50 WIB.
Doantara Yasa. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar.
(http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-belajar/). Diakses 26
Januari 2012 jam 22.54 WIB.
DITPLB. 2005. Data Statistik Pendidikan Inklusi Jenjang Pendidikan Dasar.
(http://www.ditplb.or.id/inklusi/RekapJenjangDasarInklusi02.pdf). Diakses
30 Oktober 2011 jam 10.15 WIB.
Ecie Lasarie dan Uly Gusniarti, 2009. “Hubungan Antara Self Efficacy Guru
Dengan Sikap Terhadap Program Pendidikan Inklusi Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus”. Jurnal Psikologis. 4(2). 42-48. Diakses dari
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42094248.pdf) pada 27 September
2011.
90
![Page 105: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/105.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Geniofam. 2010. Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus.
Jogjakarta: Garailmu.
Haryono. 2010. Proses Belajar Mengajar. (http://www.hynor.web.id/berita/
proses-belajar-mengajar.html). Diakses 12 Desember 2011 jam 19.51 WIB.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.
Istiningsih. 2005. Manajemen Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Negeri Klego
1 Kabupaten Boyolali. Tesis. Tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Joesafira. 2010. Pengertian, Contoh dan Macam Proses Belajar.
(http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/pengertian-contoh-dan-macam-
proses.html). Diakses 13 Desember 2011 jam 11.03 WIB.
Landerl, K., Bevan, A., & Butterworth, B. 2004. “Developmental Dyscalculia and
Basic Numerical Capacities: a Study of 8-9-Year-Old Students”. Journal of
Cognition. 2004 (93). 99-125. Diakses dari (http://citeseerx.ist.psu.edu/
viewdoc/download?doi=10.1.1.123.8504&rep=rep1&type=pdf) pada 13
Desember 2011.
Lexy J. Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhdar Mahmud. 2003. Layanan Bimbingan bagi Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Dasar Wilayah Kota Bandung. Tesis. Tidak diterbitkan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Munro, J. 2003. “Dyscalculia: A Unifying In Understanding Mathematics
Learning Disabilities”. Australian Journal of Learning Disabilities. 2003
(4). Diakses dari (http://www.edfac.unimelb. edu.au/eldi/selage/documents/
MLDR-Dyscalculiatypes.pdf) pada 13 Desember 2011.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pnedidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nini Subini. 2011. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Jogjakarta: Javalitera.
Nur Ratna Juwita. 2009. Implementasi Program Pendidikan Inklusi. Tesis. Tidak
diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
![Page 106: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/106.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jogjakarta:
Kanisius.
Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto. 2011. Teori-teori Dasar Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Sambira Mambela. 2010. “Mainstreaming sebagai Alternatif Penanganan
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia”. SOSIOHUMANIKA.
3 (2). 295-304. Diakses dari (http://www.sosiohumanika-jpssk.com/
sh_files/File/09.sambira.unipa.sosio.nov.2010.pdf) pada 27 September
2011.
Siti Barokah. 2008. Moralitas Peserta Didik pada Pendidikan Inklusif (Studi
Kasus pada Sekolah Inklusi SD Hj Isriarti Semarang). Tesis. Tidak
diterbitkan. Walisongo: Institut Agama Islam Negeri.
SMK Darunnajah. 2011. Tahap-tahap Proses Pembelajaran.
(http://www.smkdarunnajah.sch.id/2011/07/tahap-tahap-proses-
pembelajaran.html). Diakses 13 Desember 2011 jam 19.19 WIB.
Smith, J. David. 2006. Inklusi, Sekolah Ramah Anak untuk Semua (Edisi
terjemahan oleh : M. Sugiarmin, MIF. Baihaqi). Bandung: Nuansa.
Staff UNY. Pendidikan Inklusi. (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
7.%20pendidikan-inklusi-1233409896555027-3_0.pdf). Diakses 20
Oktober 2011 jam 10.59 WIB.
Stubbs, S. 2002. Inclusive Education Where There Are Few Resources.
Diterjemahkan oleh Susi Septaviana R. “Pendidikan Inklusif Ketika Hanya
Ada Sedikit Sumber”. (http://www.eenet.org.uk/resources/docs/
IE%20few%20resources%20Bahasa.pdf) pada 20 Oktober 2011 jam 10.12
WIB.
Sumiyati. 2011. PAUD Inklusi PAUD Masa Depan. Jogjakarta: Cakrawala
Institute.
Udin S. Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
![Page 107: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. penelitian di SD Al Firdaus Surakarta. commit to user viii 6. Suyato, S.Pd.,M.Pd.,](https://reader037.fdocuments.net/reader037/viewer/2022102517/5c8763e209d3f2bc6b8ba8d8/html5/thumbnails/107.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Wawan Junaidi. 2010. Cara Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa.
(http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html).
Diakses 27 Januari 2012 jam 10.10 WIB.
Yulia Maftuhah Hidayati. 2009. Analisis Proses Pembelajaran Matematika di
SMA Negeri Surakarta. Tesis. Tidak diterbitkan. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Zonasabar. 2010. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus.
(http://zonasabar.blogspot.com/2010/02/konsep-anak-berkebutuhan-
khusus-abk.html). Diakses 21 Desember 2011 jam 07.45 WIB.